Anda di halaman 1dari 30

PEMERIKSAAN REFLEX

Oleh : Muhammad Akraf a. reflex patologis 1. Babynski Test Tes ini dilakukan dengan menggoreskan ujung palu reflex pada telapak kaki pasien mulai dari tumit menuju ke atas bagian lateral telapak kaki setelah sampai di kelingking goresan dibelokkan ke medial dan berakhir dipangkal jempol kaki. Tanda positif responnya berupa dorso fleksi ibu jari kaki disertai pemekaran atau abduksi jari-jari lain. Tanda ini spesifik untuk cedera traktus piramidalis atau upper motor neuron lesi. Tanda ini tidak bias ditimbulkan pada orang sehat kecuali pada bayi yang berusia di bawah satu tahun. Tanda ini merupakan reflex patologis.

2. Oppenheim Test Tanda atau reflex patologis ini dapat dibangkitkan dengan mengurut tulang tibia dari atas ke bawah menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Tanda ini positif responnya sama babinski tes yang mengindikasikan upper motor neuron lesi.

3. Chaddock Test Memberikan rangsangan dengan jalan menggores pada bagian lateral malleolus lateralis.

4. Gordon Test Cara : memencet atau mencubit otot betis.

5. Refleks Oppenheim Cara : mengurut dengan kuat pada tibia dan otot tibialis anterior dari atas ke distal.

6. Refleks Schaefer Cara: memencet/mencubit tendon achilles.

Semua pemeriksaan Reflex patologis diatas memiliki respon yang sama dengan Babynski ketika ada kelainan pada upper motor neuron.

B. Reflex Fisiologis (Reflex Dalam) 1. Jaw Jerk Reflex Tingkat segmental : Pons (Trigeminal). Cara : Tekankan ibu jari tangan pada dagu penderita dengan mulut setengah sampai tiga perempat terbuka, dalam keadaan rileks.Respon : akan terjadi kontraksi otot maseter (elevasi mulut)

2. Reflex Biceps Tingkat segmental : C5-C6 Cara : Lengan penderita dalam keadaan fleksi, letakkan ibu jari tangan di atas tendon Respon timbul gerakan fleksi lengan bawah. m.biceps.

3. Reflex Brachioradialis Tingkat segmental : C5-C6 Cara : Penderita duduk dengan lengan difleksikan serta pronasi, lakukan Stiloideus radius. Respon : timbul gerakan lengan bawah fleksi dan supinasi. ketukan pada proc.

4. Reflex Triceps Tingkat segmental : C6,C7,C8 Cara : Pegang lengan bawah penderita yang disemifleksikan , kemudian ketuklah tendon insersio m.triceps pada atas olecranon atau topang lengan yang berada dalam keadaan abduksi dengan lengan bawah yang tergantung bebas kemudian lakukan ketukan. Respon : terjadi gerakan ekstensi elbow.

5. Reflex Tendon Patella (Kne Pes Reflex) Tingkat segmental : L3 Cara : tungkai difleksikan dan digantung di tepi tempat bed. Lakukan ketukan pada tendon m. quadriceps femoris. Respon : gerakan ekstensi knee joint.

6.

Refleks Tendon Achilles (Achilles Pes Reflex)

Tingkat segmental : S1-S2. Cara : tungkai bawah difleksikan sedikit kemudian kita pegang kaki padaujungnyauntuk memberikan sikap dorso fleksi ringan pada kaki. Lakukan ketokan pada tendon achilles. Respon : terjadinya kontraksi pada m.triceps surae sehingga terjadi gerakan plantar fleksi pada kaki.

Tingkat Jawaban Refleks

Tingkat :

Keterangan :

0 1+ 2+

Tidak ada. Hypoaktif,dan normal atau tid Fisiologis/normal.

3+ 4+ 5+

Meninggi/dapat normal atau tidak. Jelas hyperaktif disertai klonu Jelas hyperaktif disertaklonus menetap

C. Reflex Superficialis 1. Reflex Kornea.

Cara : kornea mata disentuh dengan sepotong kapas yang ujungnya dibuat runcing, hal ini akan menyebabkan dipejamkannya mata (m. orbicularis oculi), saat melakukan pemeriksaan ini pasien tidak boleh mengetahuinya sehingga pasien dengan menyuruh melirik ke arah berlawanan dengan arah datangnya kapas . Respon : Gangguan nervus V sensorik memberi respon berupa refleks menjadi berkurang.

2.

Reflex Dinding Perut

Cara : melakukan goresan pada dinding perut dengan benda yang agak runcing. Refleks ini dilakukan pada berbagai lapang dindin perut, yaitu :

a. Epygastrium (Th6-Th7) b. Perut bagian atas (Th7-Th9) c. Perut bagian tengah (Th9-Th11) d. Perut bagian bawah (Th11,Th12 & Lumbal atas) Respon : terlihat pusar bergerak kearah otot yang berkontraksi.

3.

Reflex Kremaster

Cara : d ilakukan dengan menggores atau menyentuh bagian medial pangkal paha ke arah atas. Respon : scrotum akan berkontraksi. Pada lesi tractus piramidalis refleks ini akan menjadi negatif. Lengkung refleks melalui L1,L2.

PEMERIKSAAN FUNGSI SENSORIK 1. Sensasi Taktil Siapkan alat kuas halus, kapas, ujung jari ( bila terpaksa ) Penderita dapat berbaring atau duduk rileks, mata di pejamkan Lakukan sentuhan ringan ( jangan sampai menekan ), minta pasien ya bila merasakan dan tidak bila tidak merasakan Lakukan mulai dari ujung distal ke proksimal ( azas Ekstrem ), dan bandingkan kanan dan kiri ( azas Simetris ). Cari tempat yang tidak berbulu, beri sentuhan beberapa tempat, minta pasien untuk membandingkan. Lakukan sentuhan, membentuk huruf, minta pasien menebak. Kelainan : Anestesia, hipestesia, hiperestesia. Trikoanestesia kehilangan senasi gerak rambut Gravanestesia tidak mampu mengenal angka/huruf. 2. Sensasi Nyeri superficial

Gunakan jarum salah satu runcing dan tumpul Mata pasien dipejamkan Coba dulu, untuk menentukan tekanan maksimal Beri rangsangan dengan jarum runcing, minta pasien merasakan nyeri atau tidak Lakukan azas ekstri, dan simetris. Lakukan rangsangan dengan ujung tumpul dan runcing, minta pasien untuk menebaknya. Kelainan : Analgesia, Hypalgesia, hiperalgesia. 3. Pemeriksaan sensasi suhu Siapkan alat Panas ( 40-45 derajat ), dingin ( 5-10 ) Posisi pasien berbaring dan memejamkan mata. Tempelkan alat, dan minta pasien menebak panas atau dingin Lakukan azas simetris dan ekstrim Kelainan : Termastesia, termhipestesia, termhiperestesia, isotermognosia 4. Sensasi Gerak dan posisi Pasien memejamkan mata Bagian tubuh ( jari-jari ) digerakkan pasif oleh pemeriksa Minta pasien menjelaskan posisi dan keadaan jari

PEMERIKSAAN FUNGSI MOTORIK Posisi Tubuh postur hemiplegia, decorticate, deserebrate. Gerakan involunter tremor, tiks, chorea .. Tonus otot Spastis, kekakuan, flasid Koordinasi

Tunjuk hidung jari : perintahkan pasien menyentuk hidung dan jari bergantian dan berulang-ulang, catat adanya kegagalan.

PEMERIKSAAN REFLEK FISIOLOGIS ( Muscle Stretch ) Penilaian : = negative +1 = lemah ( normal ) +2 = normal +3 = meninggi, belum patologik +4 = hyperaktif, sering disertai klonus Reflek pada Lengan Reflek Bisep Pasien duduk santai. Lengan lemas, sedikit fleksi dan pronasi. Siku penderita diletakkan pada tangan pemeriksa Ibu jari pemeriksa diletakkan pada tendo bisep, kemudian pukul ibu jari dengan perkusi hamer. Amati gerakan lengan pasien Hasil : Kontraksi otot bisep, fleksi dan sedikit supinasi lengan bawah Reflek Trisep Pasien duduk santai. Lengan lemas, sedikit fleksi dan pronasi. lengan penderita diletakkan pada tangan pemeriksa Pukul tendo pada fosa olekrani Hasil : Trisep akan kontraksi menyentak yang dirasakan oleh tangan pemeriksa Reflek Brachioradialis Posisi penderita duduk santai

Lengan relaks, pegang lengan pasien dan letakkan tangan pasien diatas tangan pemeriksa dalam posisi fleksi dan pronasi. Pukul tendo Brachioradialis Hasil : Gerakan menyentak pada tangan Reflek pada tungkai Reflek patella ( kuadrisep ) Posisi pasien duduk, denga kedua kaki menjuntai Tentukan daerah tendo kanan dan kiri Tangan kiri memegang bagian distal ( paha pasien ), yang satu melakukan perkusi pada tendo patella Hasil : Ada kontraksi otot kuadisrep, gerakan menyentak akstensi kaki Reflek Achilles Pasien dapat duduk menjuntai, atau berlutut dengan kaki menjulur di luar meja Tendo Achilles diregangkan, dengan menekkan ujung tapak tangan Lakukan perkusi pada tendo, rasakan gerakan.

Hasil : Gerakan menyentak kaki

PEMERIKSAAN REFLEK PATOLOGIS

Reflek Babinski Posisi penderita terlentang Gores dengan benda lancip tapi tumpul pada telapak kaki : dari bawah lateral, keatas menuju ibu jari kaki. Amati gerakan jari-jari kaki

Hasil : Normal : gerakan dorsofleksi ibu jari, jari yang lain meregang Abnormal : terjadi gerakan mencekeram jari-jari kaki

Tugas : tehnik reflek Gordon, chadoc, ophenhein.

PEMERIKSAAN REFLEK MENINGEAL ( Meningeal Sign )

1. Kaku Kuduk Pasien posisi berbaring Fleksi kepala, dengan mengangkat kepala agak cepat

Hasil : + terdapat tahanan kuat

2. Tanda kernig Posisi pasien berbaring Angkat kaki, dan luruskan kaki pada lututnya

Hasil : Normal : kaki dapat lurus, atau tahanan dengan sudut minimal 120 derajat Abnormal ( + ) : terjadi tahanan < 1 20 dan nyeri pada paha.

3. Buzinsky 1 Posisi pasien berbaring

Fleksi kepala, dengan mengangkat kepala agak cepat Perhatikan gerakan tungkai kaki

Hasil : + bila terjadi fleksi tungkai, bersamaan dengan fleksi kepala

4. Buzinsky 2 Posisi pasien berbaring Lakukan fleksi pada lutut kaki Amati kaki sebelahnya

Hasil : + bila kaki sebelahnya mengikuti gerakan fleksi

REFLEKS PATOLOGIS UNTUK EKSTREMITAS SUPERIOR 1. Refleks Tromner Cara: pada jari tengah gores pada bagian dalam + : bila fleksi empat jari yang lain 2. Refleks Hoffman Cara : pada kuku jari tengah digoreskan + : bila fleksi empat jari yang lain REFLEKS PATOLOGIS UNTUK EKSTREMITAS INFERIOR 1. Babinski : gores telapak kaki di lateral dari bawah ke atas ==> + bila dorsofleksi ibu jari, dan abduksi ke lateral empat jari lain 2. Chaddok : gores bagian bawah malleolus medial ==> + sama dengan babinski 3. Oppenheim : gores dengan dua sendi interfalang jari tengah dan jari telunjung di sepanjang os tibia/cruris==> + sama dgn babinski 4. Gordon : pencet/ remas m.gastrocnemeus/ betis dengan keras==> + sama dengan babinski 5. Schaeffer : pencet/ remas tendo achilles ==> + sama dengan babinski 6. Gonda : fleksi-kan jari ke 4 secara maksimal, lalu lepas ==> + sama dengan babinski 7. Bing : tusuk jari kaki ke lima pada metacarpal/ pangkal ==> + sama dengan Babinski

Pemeriksaan Refleks Fisiologis

Pemeriksaan refleks fisiologis

Lengkung Refleks

Refleks adalah suatu respons involunter terhadap sebuah stimulus. Secara sederhana lengkung refleks terdiri dari organ reseptor, neuron aferen, neuron efektor dan organ efektor. Sebagai contoh ialah refleks patella. Pada otot terdapat serabut intrafusal sebagai organ reseptor yang dapat menerima sensor berupa regangan otot, lalu neuron aferen akan berjalan menuju medula spinalis melalui ganglion posterior medulla spinalis. Akson neuron aferen tersebut akan langsung bersinaps dengan lower motor neuron untuk meneruskan impuls dan mengkontraksikan otot melalui serabut ekstrafusal agar tidak terjadi overstretching otot (gambar 1). Namun begitu lengkung refleks tidak hanya menerima respon peregangan saja, sebagai contoh respon sensorik kulit (gambar 2), aponeurosis, tulang, fasia, dll. Gerakan reflektorik dapat dilakukan oleh semua otot seran lintang (Martini, 2006;Snell, 2002).

Refleks yang muncul pada orang normal disebut sebagai refleks fisiologis. Kerusakan pada sistem syaraf dapat menimbulkan refleks yang seharusnya tidak terjadi atau refleks patologis. Keadaan inilah yang dapat dimanfaatkan praktisi agar dapat mengetahui ada atau tidaknya kelainan sistem syaraf dari refleks.

Pemeriksaan reflek fisiologis merupakan satu kesatuan dengan pemeriksaan neurologi lainnya, dan terutama dilakukan pada kasus-kasus mudah lelah, sulit berjalan, kelemahan/kelumpuhan, kesemutan, nyeri otot anggota gerak, gangguan trofi otot anggota gerak, nyeri punggung/pinggang gangguan fungsi otonom.

Interpretasi pemeriksaan refleks fisiologis tidak hanya menentukan ada/tidaknya tapi juga tingkatannya. Adapun kriteria penilaian hasil pemeriksaan refleks fisiologis adalah sebagai berikut:

Tendon Reflex Grading Scale Grade Description 0 +/1+ Absent Hypoactive

++/2+ Normal +++/3+ Hyperactive without clonus ++++/4+ Hyperactive with clonus

Suatu refleks dikatakan meningkat bila daerah perangsangan meluas dan respon gerak reflektorik meningkat dari keadaan normal. Rangsangan yang diberikan harus cepat dan langsung, kerasnya rangsangan tidak boleh melebihi batas sehingga justru melukai pasien. Sifat reaksi setelah perangsangan tergantung tounus otot sehingga otot yang diperiksa sebaiknya dalam keadaan sedikit kontraksi, dan bila hendak dibandingkan dengan sisi kontralateralnya maka posisi keduanya harus simetris.

Secara umum. Ada 3 unsur yang berperan dalam refleks yaitu jaras aferen, bussur sentral dan jaras eferen.

Perubahan ketiga komponen tersebut akan mengakibatkan perubahan dalam kualitas maupun kuantitas dari refleks. Integritas dari arcus reflek akan terganggu jika terdapat malfungsi dari organ reseptor, nercus sensorik, ganglion radiks postreior, gray matter medula spinal, radik anterior, motor end plate, atau organ efektor. Pengetahuan tentang reflek dapat digunakan untuk menentukan jenis kerusakan yang terjadi pada sistem persyarafan. Ada beberapa pembagian tentang reflek:

1.

Brainstem reflek

Pittsburgh Brain Stem Score

Cara ini dapat digunakan unuk menilai reflex brainstem pada pasien koma.

No 1 2 3 4 5 6

Rrainstem Reflex

Positive 2 2

Negative 1 1 2 2 2 1 1 1 1

Reflex bulu mata (kedua sisi) Reflex kornea (kedua sisi)

Dolls eyes movement (kedua sisi) Reaksi pupil terhadap cahaya (kanan) Reaksi pupil terhadap cahaya (kiri) Reflex muntah atau batuk 2

Interpretasi :

Nilai minimum ( 6 )

Nilai Maximum ( 12; semakin tinggi semakin baik)

2.

Superficial reflek/skin reflek

1. Reflex dinding perut:

a. Stimulus : Goresan dinding perut daerah, epigatrik, supraumbilical, infra

umbilical dari lateral ke medial.

b. Respon : kontraksi dinding perut

c. Aferent : n. intercostals T 5-7 epigastrik , n,intercostals T 7-9 supra umbilical,

n.intercostals T 9-11 umbilical, n.intercostals T 11-L1 infra umbilical,

n.iliohypogastricus, n.ilioinguinalis, d. Eferent : idem

2. Reflex Cremaster

a. Stimulus : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawah

b. Respon : elevasi testis ipsilateral

c. Afferent : n.ilioinguinalis (L 1-2)

d. Efferent : n. genitofemoralis

C. Cara Kerja

Reflek Fisiologis

1. Penentuan lokasi pengetukan yaitu tendon periosteum dan kulit

2. Anggota gerak yang akan dites harus dalam keadaan santai.

3. Dibandingkan dengan sisi lainnya dalam posisi yang simetris

Refleks Fisiologis Ekstremitas Atas

1. Refleks Bisep

a. Pasien duduk di lantai

b. Lengan rileks, posisi antara fleksi dan ekstensi dan sedikit pronasi, lengan diletakkan

di atas lengan pemeriksa

Stimulus : ketokan pada jari pemeriksa pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah ditekuk pada sendi siku. Respon : fleksi lengan pada sendi siku

Afferent : n.musculucutaneus (C 5-6); Efferent : idem

2. Refleks Trisep

a. Pasien duduk dengan rileks

b. Lengan pasien diletakkan di atas lengan pemeriksa

c. Pukullah tendo trisep melalui fosa olekrani

Stimulus : ketukan pada tendon otot triceps brachii, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi .Respon : ekstensi lengan bawah disendi siku .

Afferent : n.radialis (C6-7-8); Efferent : idem

3. Reflesk Brakhioradialis

a. Posisi Pasien sama dengan pemeriksaan refleks bisep

b. Pukullah tendo brakhioradialis pada radius distal dengan palu refleks

c. Respon: muncul terakan menyentak pada lengan

4. Refleks Periosteum radialis

a. Lengan bawah sedikit di fleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit dipronasikan

b. Ketuk periosteum ujung distal os. Radialis

c. Respon: fleksi lengan bawah dan supinasi lengan

5. Refleks Periosteum ulnaris

a. Lengan bawah sedikit di fleksikan pada siku, sikap tangan antara supinasi dan

pronasi

b.Ketukan pada periosteum os. Ulnaris

c. Respon: pronasi tangan

Refleks Fisiologis Ekstremitas Bawah

1. Refleks Patela

a. Pasien duduk santai dengan tungkai menjuntai

b. Raba daerah kanan-kiri tendo untuk menentukan daerah yang tepat

c. Tangan pemeriksa memegang paha pasien

d. Ketuk tendo patela dengan palu refleks menggunakan tangan yang lain

e. Respon: pemeriksa akan merasakan kontraksi otot kuadrisep, ekstensi tungkai bawah

Stimulus : ketukan pada tendon patella

Respon : ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m.quadriceps femoris

Afferent : n.femoralis (L 2-3-4)

Efferent :idem

2. Refleks Kremaster

a. Ujung tumpul palu refleks digoreskan pada paha bagian medial

b. Respon: elevasi testis ipsilateral

3. Reflesk Plantar

a. Telapak kaki pasien digores dengan ujung tumpul palu refleks

b. Respon: plantar fleksi kaki dan fleksi semua jari kaki

4. Refleks Gluteal

a. Bokong pasien digores dengan ujung tumpul palu refleks

b. Respon: kontraksi otot gluteus ipsilateral

5. Refleks Anal Eksterna

a. Kulit perianal digores dengan ujung tumpul palu refleks

Respon: kontraksi otot sfingter ani eksterna

Reflek Patologis

hoffmann tromer Tangan pasein ditumpu oleh tangan pemeriksa. Kemudian ujung jari tangan pemeriksa yang lain disentilkan ke ujung jari tengah tangan penderita. Reflek positif jika terjadi fleksi jari yang lain dan adduksi ibu jari

rasping Gores palmar penderita dengan telunjuk jari pemeriksa diantara ibujari dan telunjuk penderita. Maka timbul genggaman dari jari penderita, menjepit jari pemeriksa. Jika reflek ini ada maka penderita dapat membebaskan jari pemeriksa. Normal masih terdapat pada anak kecil. Jika positif pada dewasa maka kemungkinan terdapat lesi di area premotorik cortex

Reflek palmomental Garukan pada telapak tangan pasien menyebabkan kontraksi muskulus mentali ipsilateral. Reflek patologis ini timbul akibat kerusakan lesi UMN di atas inti saraf VII kontralateral

Reflek snouting Ketukan hammer pada tendo insertio m. Orbicularis oris maka akan menimbulkan reflek menyusu. Menggaruk bibir dengan tongue spatel akan timbul reflek menyusu. Normal pada bayi, jika positif pada dewasa akan menandakan lesi UMN bilateral

Mayer reflek Fleksikan jari manis di sendi metacarpophalangeal, secara halus normal akan timbul adduksi dan aposisi dari ibu jari. Absennya respon ini menandakan lesi di tractus pyramidalis

Reflek babinski Lakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari melalui sisi lateral. Orang normal akan memberikan resopn fleksi jari-jari dan penarikan tungkai. Pada lesi UMN maka akan timbul respon jempol kaki akan dorsofleksi, sedangkan jari-jari lain akan menyebar atau membuka. Normal pada bayi masih ada.

Reflek oppenheim Lakukan goresan pada sepanjang tepi depan tulang tibia dari atas ke bawah, dengan kedua jari telunjuk dan tengah. Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski

Reflek gordon Lakukan goresan/memencet otot gastrocnemius, jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski

Reflek schaefer Lakukan pemencetan pada tendo achiles. Jika positif maka akan timbul refflek seperti babinski

Reflek caddock Lakukan goresan sepanjang tepi lateral punggung kaki di luar telapak kaki, dari tumit ke depan. Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski.

Reflek rossolimo Pukulkan hammer reflek pada dorsal kaki pada tulang cuboid. Reflek akan terjadi fleksi jari-jari kaki.

Reflek mendel-bacctrerew Pukulan telapak kaki bagian depan akan memberikan respon fleksi jari-jari kaki.

REFLEK FISIOLOGI DAN PATOLOGI REFLEK FISIOLOGI DAN PATOLOGI

A. Pemeriksaan reflek

Reflek motorik merupakan kontraksi yang tidak disadari dari respon otot atau kelompok otot yang meregang tiba-tiba dekat daerah otot yang di ransang. Tendon terpengaruh langsung dengan palu reflek atau secara tidak langsung melalui benturan pada ibu jari penguji yang ditempatkan rekat pada tendon. Uji reflek ini memungkinkan orang yang menguji dapat mengkaji lengkung reflek yang tidak disadari, yang bergantung pada adanya reseptor bagian aferen, sinap spinal, serabut eferen motorik dan adanya beberapa pengaruh perubahan yang bervariasi pada tingkat yang lebih tinggi. Biasanya reflek yang dapat diuji mencakup reflek bideps, brakhioradialis triseps, patela, dan pergelangan kaki (atau Achiles). B. Tehnik reflek

Palu reflek digunakan untuk menimbalkan reflek tendon profunda (RTP). Batang palu dipegang longgar antara ibu jari dan jari telunjuk, yang memberikan getaran. Gerakan pergerakan tangan sama seperti pada saat digunakan selama perkusi. Ekstremitas diposisikan sehingga tendon sedikit meregang. Hal ini membutuhkan pengetahuan tentang lokasi otot, dan tendong yang melengkapinya. Tendon yang bergerak cepat yang berhubungan dengan reflek dibandingkan dengam sisi yang berlawanan. C. Derajat reflek

Hilangnya reflek adalah sangat lah berarti, walaupun sentakanpergelangan kaki (reflek Achilles) yang tidak ada, terutama pada lansia. Respon reflek sering dikelaskan antara 0 sampai 4.

4+-hiperaktif dengan klonus terus-menerus 3+-hiperaktif 2+-normal 1+-hipoaktif 0+-tidak ada reflek

D. Jenis-jenis reflek 1. Reflek biseps

Reflek biseps didapat melalui peregangan tendon biseps pada saat siku pada keadaan fleksi. Orang yang menguji menyokong lengan bawah dengan satu tangan sambil menempatkan jari telunjuk dengan menggunakan palu reflek. Respon normal dalam fleksi pada siku dan kontraksi binseps. 2. Reflek triseps

Untuk menimbulkan reflek triseps, lengan pasien difleksikan pada siku dan diposisikan depan dada. Pemeriksaan menyokong lengan pasien dan mengindetifikasi tendon triseps dengan mempalpasi 2,5 sampai 5 cm diatas siku. Pemukulan langsung pada tendon normalnya menyebabkan kontraksi otot triseps dari ekstensi siku.

3.

Reflek brakhioradialis

Pada saat pengkajian reflek brakhioradialis, penguji meletakkan lengan pasien di atas meja laboratorium atau disilangkan di atas perut. Ketukan palu dengan lembut 2,5 sampai 5 cm di atas siku. Pengkajian ini dilakukan dengan lengan dalam keadaan fleksi dan supinasi. 4. Reflek patella

Reflek patella ditimbulkan dengan cara mengetok tendon patella tepat di bawah patella. Pasien dalam keadaan duduk atau tidur telentang. Jika pasien telentang, pengkaji menyokong kaki untuk memudahkan refleksasi otot. Kontraksi quadriseps dan ekstensi lutut adalah respon normal. 5. Reflek ankle

Buat pergelangan kaki dalam keadaan reflek, kaki dalam keadaan dorsi fleksi pada pergelangan kaki dan palu diketok pada bagian tendon Achilles. Reflek normal yang muncul adalah fleksi pada bagian plantar. Jika penguji tidak dapat menimbulkan reflek pergelangan kaki dan kemungkinan tidak dapat rileks, pasien diinstruksikan untuk berlutut pada sebuah kursi atau tingginya sama dengan penguji. Tempatkan pergelangan kaki dengan posisi dorsi fleksi dan kurangi tegangan otot gastroknemeus. Tendon Achilles digores menurun dan terjadi fleksi plantar. 6. Klonus

Bila terjadi rileks yang sangat hiperaktif, maka keadaaan ini di sebut klonus. Jika kaki dibuat dorsi fleksi dengan tiba-tiba, dapat mengakibatkan dua atau tiga kali gerakan sebelum selesai pada posisi istirahat. Kadang-kadang pada penyakit SSP terdapat aktivitas ini dan kaki tidak mampu istirahat di mana tendon menjadi longgar tetapi aktivitas menjadi berulang-ulang. Tidak terus-menerus klonus dihubungkan dengan keadaan normal tetapi reflek hiperaktif tidak dipertimbangkan sebagai keadaan patologis. Klonus yang teru-menerus indikasi adanya penyakit SSP dan membutuhkan evaluasi dokter. 7. Reflek kontraksi abdominal

Reflek superfisial yang ada ditimbulkan oleh goresan pada kulit dinding abdomen atau pada sisi paha untuk pria. Hasil yang didapat adalah kontraksi yang tidak di sadari oleh otot abdomen dan selanjutnya menyebabkan skrotum tertarik. 8. Respons babinsky

Reflek yang diketahui jelas, sebagai indikasi adanya penyakit SSP yang mempengaruhi traktus kortikospinal, disebut respon babinski. Bila bagian lateral telapak kaki seseorang dengan SSP utuh digores, maka terjadi kontraksi jari kaki dan menarik bersama-sama. Pada pasien yang mengalami penyakit SSP pada sistem motorik, jari-jari kaki menyebar dan menjauh. Keadaan ini normal pada bayi tetapi bila ada pada orang dewasa keadaan ini abnormal. Beberapa variasi refleks-refleks lain memberi informasi. Dan yang lainnya juga perlu diperhatian tetapi tidak memberi informasi yang teliti.

Referensi: Smeltzer, C.S., Bare, G.B., (2001). Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner &Suddarth, Edisi 8, Volume 3, Penerbit EGC: Jakarta.

REFLEK MEDULA SPINALIS

A. Pengertian refleks Refleks adalah respon yang tidak disadari terhadap suatu ransangan, yaitu yaitu suatu aksi otomatis yang diransang oleh beberapa perubahan khusus. Reflek medula spinalis adalah refleks yang tidak bergantung secara langsung kepada otak, meskipun otak dapat menghambat atau meningkatkan refleks tersebut. B. Lengkung reflek

Lengkung refleks adalah jalur yang ditempuh impuls saraf ketika muncul sebuah refleks, dan ada lima bagian penting yang terlibat: 1. Reseptor

Reseptor adalah mendeteksi perubahan (stimulus) dan membangkitkan impuls. 2. Neuron sensorik

Neuron sensorik adalah menghantar impuls dari reseptornya menuju Sistem Saraf Perifer. 3. Sistem saraf pusat

Sistem saraf pusat adalah mengandung satu atau lebih sinaps (interneuron dapat juga berperan sebagai jalan jalur). 4. Neuron motorik

Neuron motorik adalah menghantar impuls dari SistemSaraf Perifer ke efektornya. 5. Efektor

Efektor adalah melakukan aksinya yang khas. Referensi: Scanlon, Valerie C. (2006). Buku ajar anatomi dan fisiologi. Edisi 3. EGC : Jakarta.

REFLEKS MONOSINAPTIK: REFLEK REGANG

Bila otot rangka dengan persarafan yang utuh diregangkan, otot ini akan berkontraksi. Respons seperti ini disebut reflek regang. Ransangan yang membangkit reflek regang adalah regangan pada otot, dan responnya adalah kontraksi yang diregangkan tersebut. Alat indranya adalah kumparan otot (muscle spindle). Impuls yang tercetus dikumparan otot dihantar ke sistem saraf perifer melalui serabut saraf sensorik penghantar cepat. Impuls kemudian secara langsung akan diteruskan ke neuron motorik yang menpersarafi otot yang teregang. Neuron stransmitter di sinaps pusat adalah glutamat. Reflek regang merupakan reflek monosinaptik di dalam tubuh yang paling banyak diketahui dan dipelajari. Referensi: Wiliam F. Ganong. (2008). Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 2. EGC: Jakarta.

REFLEK

Reflek tendon dalam dapat ditimbulkan dengan mengetukkan palu refleks secara cepat dan kuat pada tendong yang teregang sebagian. Impuls kemudian berjalan disepanjang serabut aferen menuju medulla spinalis, kemudian bersinaps dengan neuron motori, atau neuron kornu anterior. Sesudah bersinaps, impuls dihantarkan kebawah melalui neuron motorik menuju radiks anterior, kemudian diteruskan melalui saraf spinal dan saraf perifer. Sesudah melampaui batas neuron muskular, otot diransang untuk berkontraksi. Inilah bentuk lengkung reflek yang paling sederhana. Reflek tendon dalam disebut juga reflek regang otot yang sering diperiksa adalah refleks biseps, refleks triseps dan refleks radiobrakialis, reflek patela, serta refleks achilles. Tingkatang kekuatan reflek +4 yaitu sangat kuat +3 yaitu lebih kuat dari normal, tetapi tidak harus menunjukkan penyakit +2 yaitu rata-rata atau normal +1 yaitu sedikit berkurang 0 yaitu tidak ada respons

Referensi: Price, Sylvia Anderson. (2005). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6. EGC: Jakarta.

Refleks Fisiologi Refleks Biceps (BPR) : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku. Respon : fleksi lengan pada sendi siku.

- Refleks Triceps (TPR) : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi. Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku.

- Refleks Periosto Radialis : ketukan pada periosteum ujung distal os symmetric posisi lengan setengah fleksi dan sedikit pronasi. Respon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi karena kontraksi m.brachiradialis.

- Refleks Periostoulnaris : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan setengah fleksi dan antara pronasi supinasi. Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator quadrates.

- Refleks Patela (KPR) : ketukan pada tendon patella dengan hammer. Respon : plantar fleksi longlegs karena kontraksi m.quadrises femoris.

- Refleks Achilles (APR) : ketukan pada tendon achilles. Respon : plantar fleksi longlegs karena kontraksi m.gastroenemius.

- Refleks Klonus Lutut : pegang dan dorong os patella ke arah distal. Respon : kontraksi reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus berlangsung.

- Refleks Klonus Kaki : dorsofleksikan longlegs secara maksimal, posisi tungkai fleksi di sendi lutut. Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsung.

Refleks Patologis

- Babinsky : penggoresan telapak longlegs bagian lateral dari posterior ke anterior. Respon : ekstensi ibu jari longlegs dan pengembangan jari longlegs lainnya.

- Chadock : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari posterior ke anterior. Respon : seperti babinsky.

- Oppenheim : pengurutan krista anterior tibia dari proksimal ke distal. Respon : seperti babinsky. - Gordon : penekanan betis secara keras. Respon : seperti babinsky.

- Schaefer : memencet tendon achilles secara keras. Respon : seperti babinsky.

- Gonda : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari longlegs ke-4. Respon : seperti babinsky.

- Stransky : penekukan (lateral) jari longlegs ke-5. Respon : seperti babinsky.

- Rossolimo : pengetukan ada telapak kaki. Respon : fleksi jari-jari longlegs pada sendi interfalangeal.

- Mendel-Beckhterew : pengetukan dorsum pedis pada daerah os coboideum. Respon : seperti rossolimo.

- Hoffman : goresan pada kuku jari tengah pasien. Respon : ibu jari, telunjuk dan jari lainnya fleksi.

- Trommer : colekan pada ujung jari tengah pasien. Respon : seperti Hoffman.

- Leri : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap lengan diluruskan dengan bagian ventral menghadap ke atas. Respon : tidak terjadi fleksi di sendi siku.

- Mayer : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapak tangan. Respon : tidak terjadi oposisi ibu jari.

5. Refleks a. Refleks superficial Refleks dinding perut : Cara : goresan dinding perut daerah epigastrik, supra umbilikal, umbilikal, intra umbilikal dari lateral ke medial Respon : kontraksi dinding perut Refleks cremaster Cara : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawah Respon : elevasi testes ipsilateral

Refleks gluteal Cara : goresan atau tusukan pada daerah gluteal Respon : gerakan reflektorik otot gluteal ipsilateral b. Refleks tendon / periosteum Refleks Biceps (BPR): Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku. Respon : fleksi lengan pada sendi siku Refleks Triceps (TPR) Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku Refleks Periosto radialis Cara : ketukan pada periosteum ujung distal os radial, posisi lengan setengah fleksi dan sedikit pronasi Respon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi krena kontraksi m.brachiradialis Refleks Periostoulnaris Cara : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan setengah fleksi dan antara pronasi supinasi. Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator quadratus

Refleks Patela (KPR) Cara : ketukan pada tendon patella Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris Refleks Achilles (APR) Cara : ketukan pada tendon achilles Respon : plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius Refleks Klonus lutut Cara : pegang dan dorong os patella ke arah distal Respon : kontraksi reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus berlangsung Refleks Klonus kaki Cara : dorsofleksikan kki secara maksimal, posisi tungkai fleksi di sendi lutut. Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsung c. Refleks patologis Babinsky Cara : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior Respon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya

Chadock Cara : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari posterior ke anterior Respon : seperti babinsky Oppenheim Cara : pengurutan krista anterior tibia dari proksiml ke distal Respon : seperti babinsky Gordon Cara : penekanan betis secara keras Respon : seperti babinsky Schaefer Cara : memencet tendon achilles secara keras Respon : seperti babinsky Gonda Cara : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari kaki ke-4 Respon : seperti babinsky Stransky Cara : penekukan (lateral) jari kaki ke-5 Respon : seperti babinsky Rossolimo Cara : pengetukan pada telapak kaki Respon : fleksi jari-jari kaki pada sendi interfalangeal Mendel-Beckhterew Cara : pengetukan dorsum pedis pada daerah os coboideum Respon : seperti rossolimo Hoffman Cara : goresan pada kuku jari tengah pasien Respon : ibu jari, telunjuk dan jari lainnya fleksi Trommer Cara : colekan pada ujung jari tengah pasien Respon : seperti hoffman Leri Cara : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap lengen diluruskan dengan bgian ventral menghadap ke atas Respon : tidak terjadi fleksi di sendi siku

Mayer Cara : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapk tangan Respon : tidak terjadi oposisi ibu jari d. Refleks primitif Sucking refleks Cara : sentuhan pada bibir Respon : gerakan bibir, lidah dn rahang bawah seolah-olah menyusu Snout refleks Cara : ketukan pada bibir atas Respon : kontrksi otot-otot disekitar bibir / di bawah hidung Grasps refleks Cara : penekanan / penekanan jari pemeriksa pada telapak tangan pasien Respon : tangan pasien mengepal Palmo-mental refleks Cara : goresan ujung pena terhadap kulit telapak tangan bagian thenar Respon : kontaksi otot mentalis dan orbikularis oris (ipsi lateral) Selain pemeriksaan tersebut di atas juga ada beberapa pemeriksaan lain seperti : Pemeriksaan fungsi luhur: 1. Apraxia : hilangnya kemampuan untuk melakukan gerakan volunter atas perintah 2. Alexia : ketidakmampuan mengenal bahasa tertulis 3. Agraphia : ketidakmampuan untuk menulis kata-kata 4. Fingeragnosia: kesukaran dalam mengenal, menyebut, memilih dan membedakan jari-jari, baik punya sendiri maupun orang lain terutama jari tengah. 5. Disorientasi kiri-kanan: ketidakmampuan mengenal sisi tubuh baik tubuh sendiri maupun orang lain. 6. Acalculia : kesukaran dalam melakukan penghitungan aritmatika sederhana. BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah sebagai berikut : 1. Refleks kulit perut berupa kontraksi otot dinding perut. 2. Refleks cahaya berupa kontriksi pupil homolateral dan kontralateral. 3. Refleks periost radialis berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi tangan. 4. Refleks periost ulnaris berupa pronasi tangan. 5. Knee pess reflex, respon berupa ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadriseps. 6. Achilles pess refleks, respon berupa plantar rfleksi dari kaki dan kontraksi otot gastroknemius. 7. Refleks biseps berupa fleksi lengan pada siku dan kntraksi otot biseps. 8. Refleks trisep berupa ekstensi lengan dan kontraksi otot triseps.

B. SARAN 1. Sebaiknya perlengakapan lab diperbanyak sehingga praktikan dapat melakukan praktikum ini sendiri dengan bimbingan asisten. 2. Melibatkan langsung mahasiswa dalam proses praktikum agar mahasiswa dapat lebih paham. DAFTAR PUSTAKA 1. Sherwood,Lauralee.2001.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.EGC 2. Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC 3. Guyton & Hall.2006.Text Book of Medical Phisiology.Elsevisier Saunders 4. http://en.wikipedia.org/wiki/Reflex

Anda mungkin juga menyukai