Anda di halaman 1dari 27

Di susun oleh :

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Muhammad Azhari Raden Muhammad Oesman Muhammad Rizqy Tommy Juliansyah.M Subchan Rajab Desty Permata Sari

123100001 123100002 123100003 123100004 123100005 123100006 Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Indonesia Oktober, 2013

Pendahuluan

Bersuci merupakan kegiatan untuk membersihkan diri dari hadas dan najis, perintah bersuci dalam alquran terdapat dalam surat Al baqarah ayat: 222


"Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci .Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (alBaqarah: 222)

Lanjutan

Kata thaharah bersal dari bahasa Arab yang secara bahasa artinya kebersihan atau bersuci. Thaharah menurut syariat Islam ialah suatu kegiatan bersuci dari hadas maupun najis sehingga seseorang diperbolehkan untuk mengerjakan suatu ibadah yang dituntut harus dalam keadaan suci seperti shalat. Bersuci dapat di golongkan menjadi dua yaitu bersuci dari hadats, yang dapat di lakukan dengan wudhu, tayamum atau mandi wajib. Dan bersuci dari najis yaitu dengan menghilangkan kotoran yang ada di badan, pakaian atau tempat.

Lanjutan

Dalam membahas najis kita tidak akan lepas dari beberapa pengerian dasar berikut yaitu : Alat bersuci, macam-macam najis yang perlu di sucikan, kaifat atau cara bersuci, benda yang wajib di suci dan sebab-sebab yang menyebabkan harus bersuci.

Alat Bersuci

Alat utama yang utama dan dapat di gunakan untuk bersuci adalah air, air yang boleh digunakan untuk bersuci boleh bersumber dari berbagai macam sumber seperti : air bersih dari laut, atau yang keluar dari bumi yang belum di pakai.

pembagian macam-macam air (Rasjid Sulaiman, 1976:29) 1. Air suci dan menyucikan, Air yang demikian boleh diminum dan sah dipakai untuk menyucikan (pembersihan) benda yang lain, yaitu air yang jatuh dari langit atau terbit dari bumi dan masih tetap (belum berubah) keadaannya seperti: air hujan, air laut, air sumur, air es yang sudah hancur kembali, air embun yang keluar dari mata air. 2. Air suci tetapi tidak menyucikan, berarti zatnya suci tetapi tidak sah dipakai untuk menyucikan sesuatu.

Lanjutan

Air yang bernajis (Air Mutanajis) air yang termasuk bagian ini ada dua macam : (a) sudah berubah salah satu sifatnya dengan najis (b) Air bernajis tetapi tidak berubah salah satu sifatnya Air yang makruh dipakai, Yaitu air yang terjemur pada matahari dalam bejana emas atau perak, air ini makruh dipakai untuk badan tetapi tidak untuk pakaian. Air Mustakmal, yaitu air yang telah digunakan untuk bersuci walaupun tidak berubah warnanya.

Najis dan Hadas

Najis artinya kotor atau kotoran. Dalam istilah Ilmu Fikih, najis berarti: "benda yang di tetapkan oleh hukum agama sebagai sesuatu yang kotor, yang tidak suci.

Hadats adalah sebuah hukum yang ditujukan pada tubuh seseorang dimana karena hukum tersebut dia tidak boleh mengerjakan shalat. Dia terbagi menjadi dua: Hadats akbar yaitu hadats yang hanya bisa diangkat dengan mandi junub, dan hadats ashghar yaitu yang cukup diangkat dengan berwudhu atau yang biasa dikenal dengan nama pembatal wudhu

Pembagian Najis

Secara wujud najisnya, najis dibagi kedalm dua macam, yaitu najis ainiyah dan najis hukmiyah. Najis Ainiyah adalah semua najis yang berwujud atau dapat dilihat melalui mata atau mempunyai sifat yang nyata, seperti warna atau baunya. Contohnya adalah seperti kotoran, kencing dan darah. Najis Hukmiyah adalah semua najis yang telah kering dan bekasnya sudah tidak ada lagi serta sudah hilang antara warna dan baunya. Contohnya adalah kencing yang mengenai baju yang kemudian kering sedang bekasnya tidak nampak.

Lanjutan
Sedangkan secara timbangan berat ringannya, najis dibagi kedalam tiga :

Najis Mughallazah adalah adalah najis yang tergolong berat. Adapun cara untuk menyucikan najis ini adalah dengan disamak. Cara penyamakannya dalah dengan membasuh najis tersenut dengan air sebanyak tujuh kali dan salah satu air itu dicampur dengan lumpur, baik najis itu bersifat ainiyah maupun hukmiyah, baik berada pada tubuh, pakaian maupun tempat shalat. Najis Mukhaffafah adalah najis yang ringan. Kencing bayi laki-laki yang belum makan apapun selain susu dan umurnya belum sampai dua tahun. Adapun cara untuk menyucikan najis ini adalah dengan diperciki air sampai merata, baik najis itu bersifat ainiyah maupun hukmiyah, baik berada pada tubuh, pakaian maupun tempat shalat. Najis Mutawassithah adalah najis yang sedang atau pertengahan antara kedua najis sebelumnya. Yaitu najis selain anjing dan babi atau najis selain kencin bayi laki-laki yang belum makan apapun selain susu. Yaitu seperti kencing manusia, tahi, binatang dan darah. Adapun cara untuk menyucikannya adalah dengan megalirinya air sehingga dapat menghilagkan bekasnya dan hilang pula seifa-sifatnya, seperti warna, rasa maupun baunya, baik najis itu bersifatainiyah maupun hukmiyah, baik berada pada tubuh, pakaian maupun tempat shalat.

Bentuk-bentuk Najis
Diantara najis yang harus disucikan adalah sebagai berikut. Babi, termasuk didalamnya daging, tulang, rambut dan kulitnya, hal ini didasarkan pada firman Allah ....atau daging babi, karena sesungguhnya semua itu adala kotor.(QS. Al-Anam:145) Kencing manusia, baik itu masih bayi maupun sudah dewasa, lakilaki ataupun perempuan. Kotoran manusia. Hal itu sebagaimana sabda Nabi, Jika salah seorang diantara kamu pergi untuk buang air besar, hendaklah ia membawa tiga batu untuk bersuci dengannya, karena ketiganya sudah cukup memadai baginya.(HR Abu Dawud, Ahmad, Nasai dan Darimi). Darah Haid. Hal itu didasarkan pada sabda Rasulullah Apabila pakaian dari salah seorang diantara kalian terkena darah haid, hendaklah ia menggosoknya, lalu menyiramnya dengan air, untuk kemudian shalat dengannya.(HR. Bukhari dan Muslim) Darah nifas, dalam hal ini darah nifas disamakan dengan darah haid.

Lanjutan

Air liur dan keringat anjing. Hal itu seduah dijelaskan beliau melalui sabdanya, Sucinya bejana adalah salah seorang diantara kalian jika dijilat oleh seekor anjing adalah dengan mencucinya tujuh kali dan yang pertama kali adalah dengan tanah.(HR. Muslim). Kencing dan kotoran binatang atau burung yang tidak boleh dimakan dagingnya. Misalnya srigala, burung yang memiliki cakar, dan keledai. Madzi, yaitu cairan yang berwarna putih yang keluar dari saluran air kencing saat seseorang terangsang. Wadi, yaitu cairan berwarna putih yang keluar setelah kencing karena suatu penyakit, kedinginan atau karena sebab lainnya. Sisa atau bekas makan dan minum babi dan anjing.

Lanjutan
Daging bangkai, yaitu daging semua binatang yang hidup di darat, yang kalau mati darahnya tetap mengalir. Sementara binatang yang hidup di dalam air, sperti ikan dengan berbagai macamnya, jika mati hukunya tidak najis. Darah binatang yang disembelih dan darah yang mengalir deras dari tubuh manusia ataupun binatang. Bagian tubuh ternak yang dipotong saat masih hidup.. Rasulullah saw bersabda:


Artinya: Bangian apapun yang dipotong dari binatang yang masih hidup, adalah bangkai. (HR, Abu Dawud dan Tirmidzi)

Sebab-sebab Orang Berhadats

Karena bersenggama (bersetubuh suami istri) biar keluar mani atau tidak, maka wajib mandi. Firman Allah swt. Dalam surat Al-Maidah ayat 6:

Artinya: Jika kamu junub (bersutubuh) maka hendaklah kamu mandi. Keluar mani baik karena bersutubuh atau tidak seperti bermimpi dan sebagainya, maka wajib mandi. Sebab buang kotoran (haid). Sabda Rasululloh saw. Yang artinya sebagai berikut: Dari Aisyah r.a. berkata: telah bersabda Rasululloh saw. Kepada Fatimah binti Hubaisyi, katanya: Bila datang haidh maka tinggalkanlah shalat (sembahyang) dan bila telah habis maka mandilah Anda. Hadits riwayat Bukhari Karena nifas (darah yang keluar sesudah melahirkan), bila darah nifas itu telah berhenti, maka diwajibkan mandi.

Tata Cara Bersuci dari Najis

Untuk menyucikan khuf, sepatu atau sandal yang terkena najis, cukup dengan menggosokgosokkannnya ke tanah sampai bekasnya hilang. Bersuci dari najis setelah buang air kecil ataupun besar, cukup dengan menggunakan beberapa buah batu yang dapat membersihkan bagian yang terkena najis. Namun demikian, akan lebih baik jika menggunakan air. Dan yang akan lebih baik lagi jika menggunakan air setelah beberapa buah batu, dari pada hanya menggunakan air atau batu saja.

Jika tanah yang trerkena najis menjadi kering oleh sinar matahari, atau oleh hembusan angin yang bisa menghilangkan bekas najisnya, maka hukumnya suci.

Lanjutan

Untuk menyucikan kencing bayi laki-laki yang hanya menyusu, cukup dengan menyiramkan air secara merata pada bagian yang terkena. Adapun pakaian yang terkena air kencing bayi perempuan, harus dicuci seperti kalau mencuci air kencing orang dewasa.

Tata cara bersuci di dalam islam


1.Berwudhu menurut bahasa, Wudhu artinya Bersih dan Indah. sedangkan menurut istilah (syariah islam) artinya menggunakan air pada anggota badan tertentu dengan cara tertentu yang dimulai dengan niat guna menghilangkan hadast kecil. Wudhu merupakan salah satu syarat sahnya sholat (orang yang akan sholat, diwajibkan berwudhu lebih dulu, tanpa wudhu shalatnya tidak sah. Sebelum Niat Wudhu baca :


Bacaan Niat Wudhu : "Aku niat berwudhu untuk menghilangkan hadats kecil, fardhu karena Allah."

Lanjutan

Do'a Sesudah Wudhu :


Artinya : "Aku bersaksi tiada Tuhan melainkan Allah yang Tunggal, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya. Ya Allah jadikanlah aku orang yang ahli taubat, dan jadikanlah aku orang yang suci dan jadikanlah aku dari golongan hamba-hamba-Mu yang shaleh."

Lanjutan

Syarat-syarat wudhu : Islam , Niat, Air yang digunakan harus thohur (suci dan mensucikan), maka tidak sah berwudhu dengan air yang najis, Air yang digunakan harus air yang mubah (ada khilaf dalam masalah ini). Sehingga tidak sah berwudhu dengan air curian. Menghilangkan hal-hal yang bisa mengahalangi sampainya air ke kulit. Dalilnya :


Hadits Kholid bin Midan bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wa sallam melihat seorang laki-laki yang pada kakinya ada seukuran dirham yang tidak terkena air (wudhu), maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan laki-laki tersebut untuk mengulangi wudhu. Hadits shohih riwayat Abu Dawud Jika seseorang selesai dari buang hajat maka dia harus bersuci dahulu sebelum berwudhu

Tayamum
2. Tayamum ialah mengusapkan tanah ke muka dan kedua tangan samapai siku denganbeberapa syarat. Tayamum adalah pengganti wudhu atau mandi, sebagai rukhsah (Keringanan) untuk orang yang tidak dapat memekai air karena beberapa halangan (uzur), yaitu : Uzur karena sakit. Kalau ia memakai air, bertambah sakitnya atau lambat sembuhnya, menurut keterangan dokter yang telah berpengalaman tentang penyakit serupa itu. Karena dalam perjalanan. Karena tidak ada air. Allah SWT berfirman :

Dan apabila kamu sakit, atau dalam perjalanan, atau kembali dari tempat buang air (kakus), atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan kedua tanganmu dengan yanah itu. (Al-Maidah : 6)

Lanjutan
Syarat Tayamum Sudah masuk waktu shalat Sudah diusahakan mencari air, tetapi tidak dapat, sedangkan sudah masuk waktu shalat. Dengan tanah yang suci dan berdebu. Menurut pendapat Imam Syafii, tidak sah tayamum selain dengan tanah. Menghilangkan najis. Berarti sebelum melakukan tayamum itu hendaklah ia bersih dari najis, menurut pendapat sebagian ulama tetapi menurut pendapat yang lain tidak.

Lanjutan
Fardu (rukun) Tayamum Niat Mengusap muka dengan tanah. Mengusap kedua tangan sampai ke siku dengan tanah. Menertibkan rukun-rukunnya. Artinya mendahulukan muka dari pada tangan.

Mandi Besar/ Mandi Junub


3. Mandi Besar/ Mandi Junub Mandi menurut bahasa yaitu mengalirnya air secara mutlak, baik di anggota badan atau lainnya. Sedangkan menurut istilah Syara' ialah mengalirkan air ke seluruh tubuh dengan syarat-syarat tertentu dan disertai niat. Hal ini berdasarkan atas firman Allah dalam Surat Al-Maidah ayat 6: "...dan jika kamu junub maka mandilah" (Q.S Al-Maidah ayat 6)

a.

b.

c.

Sunnah-sunnah Mandi: Menurut Imam Hanafi: Sunnah memulai dengan menyiramkan air dari kepala, anggota badan sebelah kanan, kemudian anggota badan sebelah kiri. Menurut Imam Syafi'i dan Imam Maliki: Sunnah memulai siraman dari bagian atas tubuh selain farji (kemaluan). Untuk farji disunahkan agar membersihkannya lebih dahulu daripada semua anggota badan yang lain Menurut Imam Hanbali: Disunahkan mendahulukan anggota badan yang kanan.

Lanjutan
Tata cara mandi wajib Niat, Syarat Sahnya Mandi Para ulama mengatakan bahwa di antara fungsi niat adalah untuk membedakan manakah yang menjadi kebiasaan dan manakah ibadah. Dalam hadits dari Umar bin Al Khattab, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907)

Lanjutan

Rukun Mandi Hakikat mandi adalah mengguyur seluruh badan dengan air, yaitu mengenai rambut dan kulit. Inilah yang diterangkan dalam banyak hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Di antaranya adalah hadits Aisyah radhiyallahu anha yang menceritakan tata cara mandi Nabi shallallahu alaihi wa sallam,

Kemudian beliau mengguyur air pada seluruh badannya. (HR. An Nasa-i no. 247. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Lanjutan
Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, Penguatan makna dalam hadits ini menunjukkan bahwa ketika mandi beliau mengguyur air ke seluruh tubuh. Dari Jubair bin Muthim berkata, Kami saling memperbincangkan tentang mandi janabah di sisi Nabi shallallahu alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda,

Saya mengambil dua telapak tangan, tiga kali lalu saya siramkan pada kepalaku, kemudian saya tuangkan setelahnya pada semua tubuhku. (HR. Ahmad 4/81. Syaikh Syuaib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari Muslim)

Lanjutan

Dalil yang menunjukkan bahwa hanya mengguyur seluruh badan dengan air itu merupakan rukun (fardhu) mandi dan bukan selainnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah. Ia mengatakan,

Saya berkata, wahai Rasulullah, aku seorang wanita yang mengepang rambut kepalaku, apakah aku harus membuka kepangku ketika mandi junub? Beliau bersabda, Jangan (kamu buka). Cukuplah kamu mengguyur air pada kepalamu tiga kali, kemudian guyurlah yang lainnya dengan air, maka kamu telah suci. (HR. Muslim no. 330)

Kesimpulan

Dasar Ajaran Bersuci Di antara keistimewaan ajaran nIslam yang menonjol adalah perhatiannya terhadap kesucian dan kebersihan seseorang baik jasmani maupun rohani. Kebersiahan dan kesucian jasmani berkaitan dengan perihal yang bersifat fisik lahiriyah . sedangkan kebersihan dan kesucian rohani berarti terbebas dari hadats bila hendak melaksanakan suatu ibadah yang mensyaratkan suci dari hadats. Bersuci dalam islam mempunyai tata cara yaitu dengan cara berwudhu, tayamum dan juga mandi besar/junub.

Najis adalah kotor lawan dari suci dan berkaitan dengan dua hal yaitu hadats dan khubts.Sedangkan menurut bahasa penggunaan istilah najis berlaku untuk sesuatu yang kotor baik bersifat hissy/dapat diindera seperti kencing maupun yang bersifat maknawi/tidak dapat diindera seperti dosa. Manfaat dan Hikmah Bersuci dari Najis : Mendidik manusia agar senantiasa hidup bersih Menjaga kebersihan berarti menjaga diri dari penyakit Menjadi sarana untuk lebih mendekatkan diri dari penyakit Menjadi cermin keimanan seseorang Mendidik manusia berakhlak mulia Meningkatkan citra diri dan kualitas hidup.

Anda mungkin juga menyukai