Anda di halaman 1dari 22

URGENSITAS PEMBATASAN USIA MINIMAL PERKAWINAN

Telaah atas pasal 7 UU No. 1 Tahun 1974 Oleh Sudirman Hasan I. PENGANTAR WACANA Perkawinan merupakan suatu hal yang lumrah dialami setiap orang. Kiranya bisa disebut sebagai hak pribadi setiap individu yang menginginkan untuk melangsungkannya. Selain memang Tuhan telah memancangkan fitrah pada setiap makhluk hidup--khususnya manusia-untuk berkembang biak, juga perkawinan dapat memungkinkan untuk menjaga kehormatan diri manusia sendiri. anyak orang yang ingin mencari kebahagiaan melalui perkawinan. !ereka beranggapan bahwa menikah merupakan persoalan mudah dan dianggap sebagai pintu terbaik untuk mengais re"eki. !aksudnya adalah bahwa Tuhan dalam firman-#ya menjanjikan kepada orang-orang yang menikah akan diberikan jalan pencarian ri"ki. $palagi kalau kemudian ditambah dengan ayat lain yang meniscayakan setiap yang ada di muka bumi telah dijamin re"ekinya oleh Tuhan. % &adi, dengan demikian, siapapun berhak menikah tanpa adanya bayangan hal-hal yang bernuansa administratif-formalistik. agi mereka yang terpenting adalah kesiapan menikah, tanpa memandang berapa usianya. Pun dalam ajaran 'slam, ternyata membuka peluang untuk menikahi pasangan yang masih di bawah umur. (leh sebab itu, menikah yang menjadi bagian dari sunnatullah dan sunnatulrasul seolah-olah tidak tersentuh oleh pelbagai syarat sosial yang terlalu ketat, karena)sekali lagi)merupakan hak pribadi.
*ihat surat +ud, -, yang berbunyi, .Dan tiadalah yang melata di muka bumi kecuali Allah telah menentukan rizkinya
%

Sejarah Sosilal +ukum 'slam

/rgensitas Pembatasan /sia !inimal !enikah

#amun ternyata, hidup menikah tidak semuanya manis seperti yang diangan orang. Pelbagai masalah yang timbul sebelum dan sesudah menikah menjadi fenomena menarik tersendiri. /ntuk membina rumah tangga yang ideal ternyata tidak hanya sekedar .cinta0 atau setumpuk harta, masih banyak yang mesti dipersiapkan dan dimiliki. Satu masalah yang selama ini menjadi sorotan tajam dari para aktifis perempuan adalah keinginan mereka tentang kesetaraan jender dan hak atas reproduksi. !ereka berpandangan bahwa perempuan bukan saatnya lagi menjadi pihak yang subordinat dan menjadi bulan-bulanan kaum lelaki. $pa yang dimaui perempuan kemudian1 $ntara lain adalah keinginan mereka untuk eksis sebagaimana yang dimiliki laki-laki. 2asanya kok semuanya lebih mudah bagi laki-laki. 3 Perempuan harusnya bukan sebagai manusia tingkat kedua, namun sama-sama dalam satu tingkat dalam mengurusi dunia ini. anyak kasus menunjukkan bahwa perkawinan yang langgeng akan terjadi jika antara pihak suami dan istri sama-sama siap mengarungi bahtera rumah tangga yang tidak lepas dari pelbagai problematika, yang kesemuanya itu dirangkup dalam kata .kedewasaan0. *alu, apakah setiap pasangan perkawinan telah mencapai derajat kedewasaan 1 anyak fakta menunjukkan bahwa perkawinan di daerah-daerah hingga kini masih saja memprihatinkan. 4alam artian, banyak pasangan-pasangan muda belia, khususnya perempuan, harus menjadi istri sekaligus ibu dari anak-anak yang sebenarnya mereka belum siap untuk melakukan peran tersebut secara normal.5
/ngkapan ini dapat dijumpai dalam tulisan 6elette 4owling, alih ahasa, Santi 7.8. Soekanto, Tantangan Wanita Mode n, 9&akarta, 8rlangga, %::;<, cet. Ke ''', h. %=>. 5 Problematika aktual yang dihadapi oleh fikih 'slam paling tidak disebabkan oleh dua hal, pertama adanya perubahan sosial, dan kedua adalah perkembangan ilmu pengetahuan-teknologi. Khusus mengenai faktor pertama, sangatlah berkaitan dengan cara pandang masyarakat terhadap suatu adat atau tradisi yang dapat berjalan bersama dengan ketentuan fikih 'slam, namun setelah beberapa waktu kemudian ada ada perubahan cara pandang yang disebabkan
3

Sejarah Sosial +ukum 'slam

/rgensitas Pembatasan /sia !inimal !enikah

Pernikahan dini, mungkin bukan hanya judul sinetron, tapi memang realita masyarakat yang belum terpecahkan secara sempurna. !asih butuh perhatian dan penyelesaian yang komprehensif. // perkawinan rupanya mencoba untuk memberikan salah satu solusi, meskipun masih bersifat formalistik. #amun begitu, masalah pernikahan dini atau pernikahan di bawah tangan masih menjadi ?trend@ masyarakat yang masih sulit diatasi. *ebih-lebih bagi mereka yang berpendidikan rendah dan ekonomi kelas bawah. !enikahkan anak secepat mungkin barangkali sebagai salah satu solusi paling .mujarab0 untuk meringankan beban keluarga yang biasanya sangat berat, apalagi bagi keluarga yang masuk dalam kategori ?besar@0. Tulisan ini, mencoba mengkaji sejauh mana usia kedua mempelai saat menikah mempengaruhi sebuah kehidupan rumah tangga. 4alam /ndang-undang perkawinan pasal A yang juga dikuatkan oleh Kompilasi +ukum 'slam, menyebutkan bahwa usia minimal laki-laki yang ingin melangsungkan perkawinan adalah %: tahun, sedang perempuan adalah %- tahun. $pakah ini relevan dengan gagasan untuk menciptakan keluarga bahagia lahir batin1 $pa dasar penetapan itu hingga menjadi %: dan %- tahun1 agaimana efek pembatasan usia minimal itu terutama 4ari sejumlah pertanyaan menggugat itu dilihat dari sisi sosiologis1 Sejarah Sosial hukum 'slam.

diharapkan akan mengarahkan alur pikiran dalam tugas akhir mata kuliah

II. PEM!A"A#AN $. /rgensitas Perkawinan


makin rasionalnya manusia. Sebagai contoh, perkawinan "aman dahulu tidak mengenal begitu memperhatikan umur kedua mempelai, tak ada registrasi. 4an memang dalam fikih klasik tidak memberikan batas tertentu dalam umur minimal menikah.

Sejarah Sosial +ukum 'slam

/rgensitas Pembatasan /sia !inimal !enikah

>

!anusia secara fitrah punya hasrat untuk menikah. &alan ini merupakan salah satu cara untuk meneruskan generasi. #amun keinginan itu tidak serta merta dapat dilakukan karena hukum telah memberikan aturan dasar tentang pelaksanaannya, terutama secara administratif. ahkan suatu perkawinan dapat dianggap tidak sah jika tidak sesuai dengan prosedur hukum yang telah ditetapkan, walau terkadang dari sudut pandang berbeda, perkawinan itu sah-sah saja dilakukan. 'slam sangat mudah dalam memberikan persyaratan bagi seseorang yang akan melangsungkan pernikahan. +anya beberapa syarat dan rukun yang sebenarnya tidak memberatkan. !isalnya saja tentang mahar yang sering dianggap menjadi beban suami, padahal 'slam hanya mesyaratkan adanya mahar, cukup dengan sebentuk cincin besi atau pengajaran al-Bur@an.> Ternyata masyarakat punya cara tersendiri dalam menentukan bagaimana suatu pernikahan dapat dilangsungkan. Kita dapat ambil contoh masyarakat 'ndonesia yang sangat majemuk ini. $dat &awa akan berbeda dengan adat atak dalam melangsungkan suatu pernikahan. ; 4an ini mengundang beragam tanggapan. !elihat kemajemukan masyarakat 'ndonesia yang sarat dengan nuansa suku dan agama, maka pemerintah merasa perlu untuk menyeragamkan peraturan dasar dalam perkawinan dan lahirlah /ndangundang Perkawinan no % tahun %:A>.

> Tentang mudahnya persyaratan menikah ini dapat dicermati dalam !uhammad bin 'smail al-Kahlani al-Shan@ani, Subul al-Salam, 9 andung, !aktabah 4ahlan, t.th.<, jilid ''', Kitab al-#ikah, hadis no. :, h. %%>-%%; Keterangan tentang perbedaan sudut pandang 'slam dan $dat, dapat dilihat dalam 2atno *ukito, Pe gu$ulan anta a "u%u$ Isla$ dan Adat di Indonesia, 9 &akarta, '6#'S, %::C<, khususnya halaman >5->: dan A;-C;. 4an juga sangat tepat untuk dikomparasikan dengan tulisan +asan asri, .$presiasi 7anita dalam 6inta dan Keluarga0, serta tulisan Siti Sundari !aharto-Tjirosubono, .Kedudukan 7anita dalam Kebudayaan &awaD 4ulu, Kini, dan 8sok0, dalam buku ainar, 98d.< Wa&ana Pe e$puan dala$ 'eindonesiaan dan 'e$ode nan , 9&akarta, Pustaka 6idesindo, %::C<, h. %AA-3==

Sejarah Sosial +ukum 'slam

/rgensitas Pembatasan /sia !inimal !enikah

!. P oses Pen(usunan UU Pe %a)inan Proses semudah lahirnya /ndang-undang Perkawinan cukup ternyata tidak serta yang dibayangkan. *iku-likunya melelahkan

membutuhkan kegigihan dan pengurasan energi yang luar biasa dari para tokoh kita saat itu. Pemerintah (rde aru, dengan mengandalkan dukungan dari Eraksi dan juga Eraksi $ 2' masalah // Karya Pembangunan yang merupakan mayoritas, cukup kontroversial dalam usahanya

yang diharapkan sebagai .dinamisator0, melakukan suatu tindakan yang menyelesaikan Perkawinan yang berlarut-larut. Pada tanggal 5% &uli %:A5 Pemerintah menyampaikan sebuah sebuah 2// Perkawinan kepada 4P2 dengan harapan mendapat prioritas utama, sedang dua 2// lainnya yang sudah diterima 4P2 serta merta diminta untuk digugurkan. 4an tindakan semcam itu otomatis mendapat reaksi keras dari segenap lapisan masyarakat.2// pemerintah tersebut terdiri atas %; bab dan A5 pasal, yang isinya selaras dengan 2// yang pernah diajukan oleh #y. Sumari dan kawan- kawan 9dugaan penulis, mereka ini berasal dari K(7$#'<. Salah satu yang mencolok dari rumusan 2// itu adalah munculnya .invasi0 pasal-pasal dari 7 9Burgerlijk Wetboek< dan +6' 9Huwelijksordonantie elanda dan jelas-jelas hristen !ndonesiers< yang berlaku pada "aman menyepelekan peran agama dalam perkawinan. A Salah satu fraksi yang gencar menyampaikan kritik tajam terhadap 2// Perkawinan ini adalah Eraksi Persatuan Pembangunan 9EPP<. !ereka meyampaikan bahwa sekurang-kurangnya terdapat sebelas poin penting dari 2// itu yang bertentangan dengan hukum Perkawinan 'slam. Sebelas poin itu adalah 9%< sahnya perkawinan di hadapan pejabat, 93< tidak ada
4aniel S. *ev, alih bahasa* Faini $hmad #oeh, Pe adilan Aga$a Isla$ di Indonesia* 9&akarta, 'ntermasa, %:C-<, cet. Ke-3, h. 555-55> A !isalnya pasal %% menyatakan .Perbedaan karena kebangsaan, suku bangsa, negera asal, tempat asal, agamaGkepercayaan, dan keturunan, tidak merupakan penghalang perkawinan0. I+id.* h. 55>-55;
-

Sejarah Sosial +ukum 'slam

/rgensitas Pembatasan /sia !inimal !enikah

batas

jumlah

istri

yang

dii"inkan

untuk

kawin

95<

usia

untu%

pe %a)inan, 9><larangan kawin antara orang tua angkat dengan anak angkat, 9;< larangan kawin antara suami-istri yang sudah dua kali cerai, 9-< perkawinan antar agama, 9A< masa iddah 9tunggu< 5=- hari, 9C< masalah pertunangan, 9:< harta benda bersama dan akibatnya dalam perceraian, 9%=< kewajiban bekas suami untuk memberi biaya hidup bekas istri, 9%%< masalah pengangkatan anak dan akibat-akibatnya. C !enanggapi pernyataan EPP, bermunculanlah dukungan dari masyarakat untuk menentang 2// Perkawinan itu. Para pelajar 'slam yang tergabung dalam pernyataan tertulis adan Kontak Henerasi Pelajar 'slam membuat judul .&angan Hanggu $Iidah Kami0, dengan

menuntut Pemerintah untuk mencabut kembali 2// Perkawinan itu dan menggantinya dengan 2// yang sesuai dengan ajaran 'slam. 4an masih banyak lagi pernyataan serupa yang disampaikan kepada Presiden maupun 4P2. /ntuk mengatasi hal ini, dalam peringatan 'sra@ !i@raj di !asjid 'stiIlal, tanggal 3- $gustus %:A5, Presiden menyampaikan pidato yang isinya antara lain, "tidak benar #$$ %erkawinan yang diajukan &emerintah itu bertentangan dengan Agama !slam dan bahwa "tidak mungkin dan tidak masuk akal kalau &emerintah mengajukan #$$ yang bertentangan dengan as&irasi dan &andangan hidu& masyarakat yang ada di !ndonesia.
Jang perlu diperhatikan, khususnya dengan tujuan dari tulisan ini adalah poin ke-5, yang berisi tentang usia perkawinan yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran 'slam. !emang dalam 'slam tidak ada batas usia minimal secara konkret dalam bentuk tahun, hanya saja diberi paotokan umum kedewasaan, semacam haid untuk perempuan. Pihak yang menentang pambatasan ini 9EPP< menilai bahwa usia yang telah dipatok itu akan menyulitkan bagi mereka yang ingin segera menikah sebagaiman tergambar dalam realita masyarakat saat itu yang memang banyak mempraktikkan kawin di bawah umur. Eakta ini dapat dicermati dalam tulisan !aria /lfah Subadio dan T.(. 'hromi, Pe anan dan 'edudu%an Wanita Indonesia, 9Jogyakarta, Hadjah !ada /niversity Press, %:C-<, h. %>--%;;. dan juga tulisan !uhammad Sobari, .Perempuan dalam udaya, 4ominasi Simbolis dan $ktual Kaum *elaki, dalam SyafiI +asyim 9ed.< Mena%a ,"a ga- Pe e$puan* 9 andung, !i"an, %:::<, cet. Ke-3, h. h. :;-:C

Sejarah Sosial +ukum 'slam

/rgensitas Pembatasan /sia !inimal !enikah

Penjelasan pemerintah kemudian diberikan oleh !enteri Kehakiman dalam sidang Pleno 4P2 pada tanggal 5= $gustus %:A5, yang juga dihadiri oleh !enteri $gama, dan mendapat sambutan luar biasa dari kaum ibu, khususnya K(7$#'. 'si penjelasan itu bersifat umum dan belum menanggapi reaksi-reaksi masyarakat. /ntuk itu masyarakat memusatkan perhatiannya pada Pemandangan /mum Eraksi-Eraksi di 4P2 pada pembicaraan tingkat '' tanggal %A dan %C september %:A5, berikut jawaban pemerintah tanggal 3A september %:A5. : &awaban pemerintah yang dibacakan !enteri $gama hanya sampai penjelasan pasal %3, karena sewaktu pasal mengenai .pertunangan0 dibaca, terjadilah keributan dan kegaduhan yang disponsori pelajar putera-puteri yang duduk di balkon dengan meneriakkan slogan anti 2// Perkawinan. Keributan itu menjalar ke ruangan sidang yang tidak dapat diatasi oleh pimpinan sidang, sehingga sidang terpaksa dihentikan dan para anggota 4P2 diminta meninggalkan tempat. Kemudian beberapa pemuda ditahan, dan justru mengudang aksi solidaritas dari beberapa daerah. Peristiwa ini disebut dengan .Peristiwa $khir Sya@ban0 karena tanggal 3A September %:A5 bertepatan dengan 3: Sya@ban %5:5 +. 4an, dari sinilah titik tolok berubahnya cara pandang Pemerintah dan Holongan Karya dalam masalah perkawinan bagi umat 'slam di 'ndonesia.%= Sampai minggu ketiga bulan #opember %:A5, serangkaian lobi yang dilancarkan oleh EPP, EKP, E4', dan pemerintah di luar parlemen ternyata belum juga memberikan jalan keluar yang konkret, terutama kapan akan diadakannya pembicaran tingkat '''. EPP merasa bertanggung jawab dan tetap ingin memperjuangkan agar 2// Perkawinan dapat disahkan, tetapi harus sesuai dengan ajaran agama 'slam. EPP akhirnya mengirim delegasi kepada Presiden untuk menyampaikan pendapat !ajelis Syuro disertai usul-usul perubahan terhadap 2// Perkawinan.
:

%=

4aniel S. *ev, op. &it.*h. 55--55A I+id., h. 5>=-5>%

Sejarah Sosial +ukum 'slam

/rgensitas Pembatasan /sia !inimal !enikah

Ternyata Presiden sangat menaruh perhatian atas pendapat !ajelis Syura itu. Sebagai hasilnya sinyal penyelesaian 2// Perkawinan menjadi semakin jelas dan terang. Serangkaian lobbying segera dilakukan di antara pejabat-pejabat tinggi dan kalangan Eraksi Karya Pembangunan dan Eraksi $ 2' yang ternyata menghasilkan kesepatan adanya perumusan baru dalam 2// perkawinan. 4an rumusan yang disiapkan Eraksi $ 2' rupanya sealur dengan usulan perubahan dari EPP. 4engan demikian, EPP menyatakan siap untuk memasuki Pembicaraan Tingkat ''', yang merupakan 2apat Kerja antara Pemerintah dan Komisi ''' dan Komisi 'K. Karena sudah tercipta konsensus, bahwa semua ketentuan dalam 2// itu yang bertentangan dengan +ukum Perkawinan 'slam dihilangkan, maka pembicaraan dalam komisi Habungan itu berjalan dengan lancar, sehingga dalam waktu relatif singkat, dari tanggal -L3= 4esember %:A5, 2// Perkawinan sudah siap untuk disyahkan oleh 2apat Paripurna tanggal 33 4esember %:A5 tepat saat peringatan +ari 'bu. Sidang paripurna itu dihadiri 5-: dari >-= anggota 4P2 dan disyahkanlah // Perkawinan secara aklamasi.%% 2// Perkawinan ditandatangani oleh Presiden tanggal 3 &anuari %:A> dan baru berlaku efektif tanggal % (ktober %:A; melalui peraturan pemerintah #o. : tahun %:A;. // tersebut terdiri dari %> bab dan -A pasal.%3 C. Pe$+atasan Usia Mini$al Pe %a)inan Jang menarik dari /ndang-undang Perkawinan no. % tahun %:A> antara lain adalah adanya pembatasan usia minimal calon mempelai, baik laki-laki maupun perempuan yang pada awalnya termasuk salah satu dari sebelas poin yang ditolak oleh Eraksi Persatuan pembangunan karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran 'slam. +al ini dirasa unik karena
%% %3

I+id., h. 5>>-5>; I+id.* h. 5>C

Sejarah Sosial +ukum 'slam

/rgensitas Pembatasan /sia !inimal !enikah

dalam 'slam, tidak dikenal adanya batas minimal bagi mereka yang ingin melangsungkan perkawinan. Tentu fakta sosial mempunyai banyak peran dalam masalah ini. anyaknya kasus pernikahan dini yang berakhir dengan tragis cukup memberikan aspirasi atas urgensitas pembatasan usia kawin. Ketentuan batas umur dalam Pasal A /ndang-undang nomor % tahun %:A> ayat 9%< %5 seperti juga disebut dalam Kompilasi +ukum 'slam pasal %; ayat 9%<
%>

menyebutkan perkawinan hanya dii"inkan jika pihak

pria sudah mencapai umur %: 9sembilan belas< tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur %- 9enam belas< tahun. +al didasarkan pada pertimbangan kemaslahatan keluarga dan rumah tangga perkawinan. 'ni sejalan dengan prinsip yang diletakkan // Perkawinan bahwa calon suami istri harus sudah masak jiwa raganya, agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir pada perceraian dan mendapat keturunan yang baik dan sehat. /ntuk itu harus dicegah adanya perkawinan antara calon suami isteri yang masih di bawah umur. 4i samping itu, perkawinan mempunyai hubungan dengan masalah kependudukan.%; Ternyata bahwa batas umur yang rendah bagi seorang wanita untuk kawin, mengakibatkan laju kelahiran lebih tinggi. kawin, baik bagi pria maupun wanita. %erhubung dengan itu, maka undang-undang ini menentukan batas umur untuk

*ihat 4epartemen $gama, Undang.undang No$o 1 Tahun 1974 tentang pe %a)inan* M&akarta, Proyek Penyuluhan +ukum $gama, %::;<, ;-%> *ihat $bdurrahman, 'o$pilasi "u%u$ Isla$* 9&akarta, $kademika Pressindo, %::;<, cet. Ke-3, h. %%A. +anya saja dalam kompilasi ini tidak disebutkan kemungkinan dispensasi sebagaimana yang diatur dalam pasal A ayat 93< // #o. % Th. %:A>. %; *ihat !asri Singarimbun, Pendudu% dan Pe u+ahan, 9Jogyakarta, Pustaka Pelajar, %::-<, cet. Ke-%, h. 5-A3. %Keterangan ini sangat jelas sebagai landasan mengapa ditentukan batas minimal usia perkawinan, dapat dicermati dalam Penjelasan /mum // Perkawinan nomor > poin 9d< dalam Soemiyati, "u%u$ Pe %a)inan Isla$ dan Undang.undang Pe %a)inan, 9Jogyakarta, *iberty, %:C-<, cet. Ke-3, h. %-%, atau juga $rso Sosroatmodjo dan 7asit $ulawi, "u%u$ Pe %a)inan di Indonesia, 9&akarta, ulan intang, %:A;<, cet. Ke-%, h. %=3-%=5.

%5

Sejarah Sosial +ukum 'slam

/rgensitas Pembatasan /sia !inimal !enikah

%=

!asalah penentuan umur dalam // Perkawinan maupun dalam Kompilasi +ukum 'slam, memang bersifat ijtihadiyyah--di sinilah pengaruh sosial muncul)sebagai usaha pembaharuan pemikiran fikih masa lalu. #amun demikian, apabila dilacak referensi syariahnya ternyata mempunyai landasan yang cukup surat al-#isa@ , :. kuat. !isalnya isyarat $llah dalam

Dan hendaklah takut ke&ada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah' yang mereka khawatir terhada& (kesejahteraan) mereka* Oleh sebab itu' hendaklah mereka berta+wa ke&ada Allah dan hendaklah mereka menguca&kan &erkataan yang benar*

VWed` dedfg aTbc \]^_` S[ VWXYZ WQ STUQV NOPQR 9: , pdqrQV< VnTno lWm VWQWiPQR k_QV VWijP_e \]P_h

$yat tersebut memang bersifat umum, tidak secara langsung menunjukkan bahwa perkawinan yang dilakukan oleh pasangan usia muda)di bawah ketentuan yang diatur // #o. % tahun %:A>)akan menghasilkan keturunan yang dikhawatirkan kesejahteraannya. $kan tetapi berdasarkan pengamatan lapangan atas berbagai kasus pernikahan dini, ternyata menunjukkan bahwa pernikahan di bawah umur banyak menimbulkan perkawinan, apabila hal-hal yang tidak yaitu terwujudnya sejalan dengan misi dan tujuan rumah jiwa tangga raganya. ketentraman belum dalam masak

berdasarkan kasih dan sayang. Tujuan ini tentu akan sulit terwujud, masing-masing mempelai Kematangan dan integritas pribadi yang stabil akan sangat berpengaruh di dalam menyelesaikan setiap problem yang muncul dalam liku-liku rumah tangga.%A anyak kasus yang menunjukkan bahwa angka perceraian yang tinggi cenderung didominasi oleh akibat perkawinan dini. Secara metodologis, langkah penentuan usia kawin didasarkan kepada metode maslahat mursalah yang berlandaskan fakta sosial. #amun demikian
$hmad 2ofiI, "u%u$ Isla$ di Indonesia* 9&akarta, 2ajaHrafindo Persada, %::C<, cet. Ke-5, h. A--AC
%A

Sejarah Sosial +ukum 'slam

/rgensitas Pembatasan /sia !inimal !enikah

%%

karena sifatnya yang ijtihadiyah, yang kebenarannya relatif, ketentuan tersebut tidak bersifat kaku. $rtinya, apabila karena sesuatu hal perkawinan dari mereka yang usianya di bawah ketentuan, /ndangundang tetap memberikan jalan keluar. Pasal A 93< menegaskan, . Dalam hal &enyim&angan terhada& ayat (,) &asal ini da&at meminta dis&ensasi ke&ada &engadilan atau &ejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua &ihak &ria mau&un &ihak wanita . 4alam hal ini, /ndang-undang Perkawinan tidak konsisten. 4i satu sisi, pasal ayat 93< menegaskan bahwa untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 3% 9dua puluh satu< tahun harus mendapat i"in dari kedua orang tua, di sisi lain pasal A 9%< menyebutkan perkawinan hanya dii"inkan jika pihak pria sudah mencapai umur %: 9sembilan belas< tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur %- 9enam belas< tahun. 2upanya titik perbedaannya adalah jika kurang dari 3% tahun, yang diperlukan adalah i"in orang tua, dan jika kurang dari %: atau %-, perlu i"in pengadilan. 'ni dikuatkan oleh pasal %; ayat 93< K+'.%C $pabila dibanding dengan batasan umur calon mempelai di bebarapa negara muslim, 'ndonesia secara definitif belum yang tertinggi. erikut data komparatif yang dikemukan Tahir !ahmood dalam buku %ersonal -aw in islamic ountries History' .e/t and om&arati0e analysis , sebagaiman dikutip oleh $hmad 2ofiI, sebagai berikut, #egara $lja"air angladesh !esir 'ndonesia 'rak &ordania
%C

*aki-laki 3% 3% %C %: %C %-

Perempuan %C %C %%%C %;

I+id.* h. AC

Sejarah Sosial +ukum 'slam

/rgensitas Pembatasan /sia !inimal !enikah

%3

*ibanon *ibya !alaysia !aroko Jaman /tara Pakistan Somalia Jaman Selatan Suriah Tunisia Turki 4emikian negara 'slam.%:

%C %C %C %C %; %C %C %C %C %: %A

%A %%%; %; %%C %%A %A %;

tabel usia minimal bagi calon mempelai di negara-

4ari angka-angka di atas dapat ditegaskan bahwa batas umur terendah untuk menikah di 'ndonesia relatif cukup tinggi untuk laki-laki tetapi termasuk rendah untuk perempuan. 4alam tingkat pelaksanaan, batas umur kawin bagi perempuan yang sudah rendah itu masih belum tentu dipatuhi sepenuhnya. /ntuk mendorong agar orang kawin di atas batas umur terendahnya, sebenarnya pasal - ayat 93< telah melakukan dengan memberikan ketentuan bahwa untuk melangsungkan perkawinan bagi seseorang yang belum berumur 3% tahun harus mendapat i"in dari orang tua. Tetapi dalam kenyataannya justru seringkali pihak orang tua sendiri yang cenderung menggunakan batas umur terendah itu atau bahkan lebih rendah lagi. 4i !esir, meskipun perkawinan yang dilakukan oleh orang yang belum mencapai batas umur terendah itu sah saja, tetapi tidak boleh didaftarkan. 4i Syria, yang diatur bukan hanya batas umur terendah untuk kawin, tetapi selisih umur antara laki-laki dan perempuan yang hendak melangsungkan perkawinan. &ika perbedaan umur antara pihak
I+id.* h. A: , Kategorisasi negara 'slam bisa dalam dua bentuk, #egara yang berasaskan 'slam, seperti !alaysia dan $rab Saudi, dan #egara yang !ayoritas penduduknya beragama 'slam, seperti 'ndonesia.
%:

Sejarah Sosial +ukum 'slam

/rgensitas Pembatasan /sia !inimal !enikah

%5

laki-laki dan pihak perempuan yang hendak melangsungkan perkawinan itu terlalu jauh, maka pengadilan dapat melarangnya. 4i Jordania, aturannya lebih rinci lagi, jika perbedaan umur antara pasangan yang hendak menikah itu melebihi dua puluh tahun, maka perkawinan itu tegas-tegas dilarang kecuali ada i"in khusus dari hakim. 4i 'ndonesia ketentuan mengenai selisih umur ini belum ada, sehingga seringkali kita menyaksikan seorang lelaki tua menikah dengan seorang perempuan yang sebenarnya pantas menjadi anaknya atau bahkan cucunya. +ukum Syria dan Jordania memandang bahwa dalam hal demikian itu terdapat potensi untuk terjadinya pemerasan terhadap salah satu pihak
3=

atau tidak akan menciptakan keluarga yang ideal.

Penentuan batas umur tersebut, masing-masing negara tentu memiliki pertimbangannya sendiri. Penerapan konsepsi hukum 'slam di 'ndonesia dalam kehidupan masyarakat dilakukan dengan penyesuaian pada budaya 'ndonesia yang hasilnya kadang-kadang berbeda dengan hasil ijtihad penerapan hukum 'slam di negeri-negeri 'slam lainnya, seperti halnya yang terdapat dalam jual beli, sewa-menyewa, warisan, wakaf, dan hibah. 4emikian pula penerapan hukum 'slam dilakukan melalui yurisprudensi di Pengadilan $gama. Pertimbangan problem kependudukan seperti diungkap dalam penjelasan /ndang-undang Perkawinan, turut mempengaruhi perumusan batas umur calon mempelai tersebut. 'ni dimaksudkan untuk menjawab tantangan dan kebutuhan masyarakat, sejalan dengan tujuan hukum 'slam itu sendiri. Kesemuanya itu mengandung masalah ijtihadiyah yang diselesaikan dengan ijtihad 9ulama 'ndonesia< dengan menggunakan metode-metode istislah' istihsan' dengan tujuan jalb al-mashalih al-ur1' dan lain-lain metode istidlal wa dar2u al-ma1asid 9memperoleh

kebaikan dan menghindari kerusakan<.

$tho@ !ud"har, .+ukum Keluaraga di 4unia 'slam !odern 9Suatu Studi Perbandingan<0, /u nal Mi$+a "u%u$, #o. %3, th. s, %::>, h. 3C

3=

Sejarah Sosial +ukum 'slam

/rgensitas Pembatasan /sia !inimal !enikah

%>

!asalah kematangan fisik dan jiwa seseorang dalam konsep 'slam, tampaknya lebih ditonjolkan pada aspek yang pertama, yaitu fisik. +al ini dapt dilihat misalnya dalam pembebanan hukum 9 takli1< bagi seseorang, yang dalam term teknis disebut mukalla1 9dianggap mampu menanggung beban hukum<. 4alam sebuah hadis, 2asulullah S$7 mengatakan,

S| |hR {iPj| |qT yjz \xdrQV Sh ,uvw Sh \_iQV teb VRb< .\| |_jT yj| |z y| |QV S| |hR | |P^T yj| |z }W| |r~QV 9afblV
.erangkat &ertanggungjawaban seseorang dari tiga hal3 orang yang tidur hingga ia bangun' orang gila hingga ia sembuh' dan anak-anak hingga ia bermim&i (basah)* #iwayat imam em&at* 4, !enurut isyarat hadis tersebut, kematangan seseorang dilihat pada kematangan seksualitasnya, yaitu keluar mani bagi laki-laki dan menstruasi bagi perempuan. 4ari segi umur, kematangan masing-masing orang cenderung berbeda. #amun demikian, hadis ini setidaknya dapat memberi gambaran, bahwa pada umumnya kematangan fisik itu sudah dimiliki seseorang yang sudah berusia %; tahun. 2iwayat 'bn /mar menyebutkan , Saya telah mengajukan diri ke&ada 5abi saw untuk ikut &erang $hud yang waktu itu saya baru berumur ,6 tahun' beliau tidak mengizinkan aku* Dan aku mengajukan diri lagi ke&ada beliau tatkala &erang khanda+' waktu itu aku berusia ,7 tahun' dan beliau membolehkan aku (untuk mengikuti)* !emperhatikan kedua hadis di atas, dapat diambil pemahaman bahwa batas usia %; tahun sebagai awal masa kedewasaan bagi anak laki-laki. Karena biasanya pada usia tersebut anak laki-laki telah mengeluarkan air mani melalui mimpinya. 33 $dapun bagi perempuan, : tahun)untuk daerah seperti !adinah)telah dianggap memiliki kedewasaan. 'ni didasarkan kepada pengalaman ?$isyah ketika dinikahi oleh 2asulullah saw.
3% 33

tersebut.

$l-Shan@ani, op. &it., ju" ''', h. %C= I+id. h. %C=-%C%.Keterangan lebih lanjut dapat disimak dalam halam

Sejarah Sosial +ukum 'slam

/rgensitas Pembatasan /sia !inimal !enikah

%;

#asulullah saw menikah dengan Aisyah dalam usia enam tahun' dan beliau memboyongnya ketika ia berusia 8 tahun' dan beliau wa1at &ada waktu dia berusia dela&an belas tahun* #iwayat 9uslim* $tas dasar hadis tersebut, dalam kitab fikih klasik sering menyebut bahwa menikah dapat terjadi atas pemaksaan yang dilakukan oleh wali mujbir* 7ali ini berhak memaksa anak perempuan untuk menikah walaupun anak itu tidak berkehendak, karena wali mujbir dianggap lebih mengetahui kemaslahatan bagi anaknya. 35 $danya dispensasi bagi calon mempelai yang kurang dari sembilan belas bagi pria dan enam belas tahun bagi wanita, boleh jadi didasarkan kepada nash hadis di atas. Kendatipun kebolehan tersebut harus dilampiri i"in dari pejabat untuk itu. 'ni menunjukkan bahwa penanaman konsep pembaharuan hukum 'slam yang memang bersifat !jtihadiyah, diperlukan waktu dan usaha terus-menerus. 'ni dimaksudkan, pendekatan konsep maslahat mursalah dalam +ukum 'slam di 'ndonesia, memerlukan waktu agar masyarakat sebagai subyek hukum dapat menerimanya dan menjalankannya dengan suka rela tanpa ada unsur pemaksaan. (leh karena itulah, pentingnya sosiologi hukum dalam upaya mengintrodusisasi pembaharuan hukum, mutlak diperlukan. 3> 4isamping itu pemahaman terhadap nash, utamanya yang dilakukan oleh 2asulullah pada saat menikah dengan $isyah, juga perlu dipahami seiring dengan tuntutan situasi dan kondisi waktu itu. 'ni

35 !isalnya dalam TaIiyyuddin $bu akar bin !uhammad al-+usaini, Kifayah al-Akhyar, 9 Surabaya, $l-+idayah, t.th.<, ju" '', h. >C-;3. Tepat pula untuk ditelaah pemikiran Jusuf Bardhawi tentang masalah ini dalam buku I0tihad 'onte$po e * 'ode Eti% dan !e +agai Pen(i$pangan , alih bahasa,$bu ar"ani, 9Surabaya, 2isalah Husti, %::;<, h. 53->3 3> Telaah sosiologi hukum dapat dibantu dengan berbagaireferensi antara lain Soedjono, Po%o%.po%o% #osiologi se+agai penun0ang #tudi "u%u$* 9 andung, $lumni, %:AA<, cet. Ke-%, Sudjono 4irdjosisworo, #osiologi "u%u$* 9&akarta, 2ajaHrafindo Persada, %::-<, cet. Ke-5, dan Satjipto 2ahardjo, Pe$an1aatan Il$u.Il$u #osial +agi Penge$+angan Il$u "u%u$* 9 andung,$lumni, %:AA<, cet. Ke-%.

Sejarah Sosial +ukum 'slam

/rgensitas Pembatasan /sia !inimal !enikah

%-

penting karena tuntutan kemaslahatan yang ada waktu itu dibanding dengan sekarang, jelas sudah berbeda.3; 2. Ga$+a an 'asus Pe ni%ahan Muda Kawin muda adalah fenomena yang hidup dalam masyarakat 'ndonesia. Kawin muda dapat pula dikatakan sebagai fenomena .terselubung0 karena praktik kawin muda sering tidak ditampilkan ke permukaan, bahkan cenderung ditutupi oleh pelaku ataupun masyarakat. Ketertutupan ini antara lain dipengaruhi oleh hukum formal dan nilai sosial, budaya, agama yang hidup dalam masyarakat serta politik. Secara hukum, // Perkawinan #omor % tahun %:A>, pasal A menetapkan batas minimum usia kawin adalah %- tahun bagi perempuan dan %: tahun untuk laki-laki. $turan ini cukup jelas dan relatif tidak banyak melahirkan perbedaan interpretasi dalam masyarakat. Terlepas dari hukum formal yang mengatur umur perkawinan, kawin muda merupakan fenomena yang terakit erat dengan nilai-nilai sosial budaya agama yang hidup dalam masyarakat. 4alam konteks 'ndonesia, perkawinan lebih condong sebagai .kewajiban sosial0 daripada manifestasi kehendak bebas tiap individu. 4alam masyarakat yang pola hubungannya bersifat tradisional, perkawinan dipersepsikan sebagai suatu .keharusan sosial0 yang merupakan bagian dari warisan tradisi dan dianggap bersifat sakral. Sedangkan dalam masyarakat rasional modern, perkawinan lebih dianggap sebagai kontrak sosial, dan karenanya sering merupakan sebuah pilihan. 6ara pandang terhadap perkawinan sebagai kewajiban sosial kiranya memilki kontribusi cukup besar terhadap fenomena kawin muda yang terjadi di 'ndonesia. 34alam penelitian yang dilakukan oleh 'ndraswari, dengan responden 3; orang dengan komposisi usia kawin pertama %=-%5 tahun
$hmad 2ofiI, op. &it.* h. C=-C5 'ndraswari, Eenomena Kawin !uda dan $borsi, Hambaran Kasus, dalam SyafiI +asyim 9ed.< Mena%a ,"a ga- Pe e$puan* 9 andung, !i"an, %:::<, cet. Ke-3, h. %5%-%53
33;

Sejarah Sosial +ukum 'slam

/rgensitas Pembatasan /sia !inimal !enikah

%A

sebanyak A orang 93C< dan %>-%- tahun sebanyak %C orang 9A3< menggambarkan betapa pernikahan dini seringkali menjadi .bumerang0 dalam perkawinan. Sejalan dengan tingkat pendidikan responden yang kebanyakan lulusan S4 , usia kawin pertama bagi sebagian besar responden adalah %>-%- tahun 9A3<, yakni usia pada saat mereka menyelesaikan pendidikan dasar. $dapun sisanya 93C< justru tidak sempat menyelesaikan pendidikan dasar. !elalui wawancara mendalam terungkap bahwa responden kawin muda sebagian besar berasal dari keluarga yang secara turun-temurun mempraktikkan kawin muda. Seperti halnya responden, orang tua dan saudara-saudara responden adalah pelaku kawin muda. +anya saja untuk generasi responden terdapat perbedaan perlakukan terhadap anak perempuan dan anak laki-laki. Pada umumnya anak perempuan menghadapi tekanan lebih berat dibandingkan anak laki-laki untuk segera menikah. Seorang responden menyatakan bahwa saudara laki-lakinya tidak ada yang dipaksa kawin, berbeda dengan dirinya yang dipaksa kawin muda meskipun ia sendiri tidak menghendakinya. 3A E. 3a%to Pendo ong 'a)in Muda Kasus kawin muda dapat diidentifikasi faktor pendorongnya adalah faktor ekonomi, faktor budaya dan gabungan keduanya. anyak kasus menunjukkan bahwa pernikahan usia dini banyak dilakukan oleh strata sosial ekonomi minimal yang diindikasikan dengan jenis pekerjaan marginal yang ditekuni. Kondisi ini diperburuk oleh anggota keluarga yang relatif besar. Kawin muda akhirnya menjadi sebuah mekanisme untuk meringankan beban ekonomi keluarga. $nak perempuan yang sudah menikah diasumsikan tidak lagi menjadi tetapi menjadi tanggung jawab suami. tanggung jawab orang tua,

3A

I+id., h. %>%-%>3

Sejarah Sosial +ukum 'slam

/rgensitas Pembatasan /sia !inimal !enikah

%C

Eaktor sosial budaya ternyata juga memberikan kontribusi yang mendorong terjadinya kawin muda. ahkan dalam kasus tertentu, faktor sosial budaya menjadi faktor tunggal yang tidak terkait dengan faktor ekonomi. !isalnya, dalam kondisi ekonomi yang relatif mapan, saudara laki-lakinya disekolahkan hingga berhasil menjadi dokter. Sedangkan dirinya malahan tidak sempat menamatkan S!P karena harus menikah saat usia %> tahun.3C 6ontoh Kasus , #R* 44 tahun* i+u u$ah tangga* pendidi%an #2. S2 adalaf seorang pelaku kawin muda sekaligus pelaku abortus s&ontaneous. 4alam studi ini, kasus S2 diangkat dalam konteks kawin muda yang dilakukannya. Pada tahun %:-:, S2 9%3 tahun< menikah dengan SK 95: tahun<. Pernikahan terjadi melalui proses perjodohan yang dilakukan oleh ibu S2. SK adalah seorang personel militer yang ditugaskan di wilayah tempat tinggal S2. Setelah menikah, pada usia %5 tahun, untuk pertama kalinya S2 melahirkan bayi laki-laki. !enjelang akhir tahun %:A= SK meninggalkan begitu sja, dan sebulan kemudian S2 menerima surat cerai dari suaminya. S2 tidak bisa berbuat apa-apa selain menerimanya. Pada tahun %:A5, ketika S2 berusia %- tahun, dia menikah untuk kedua kalinya dengan /S. Pada tahun yang sama, untuk kedua kalinya pula S2 melahirkan bayi laki-laki, dan pada tahun %:A> untuk ketiga kalinya S2 kembali melahirkan bayi laki-laki ketika usianya %A tahun. !enurut S2, kehamilan pertama sampai ketiga relatif lancar dan tidak ada keluhan. Selama hamil, S2 masih bisa mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tangga sendiri tanpa bantuan. !enurutnya, hal itu dikarenakan dia rajin memeriksakan kehamilannya kepada dukun beranak. Setelah kehamilan anak ketiga, dukun beranak yang menanganinya menyarankan untuk menggunakan alat kntrasepsi. Setelah berdiskusi dengan bidan dan suaminya, S2 memilih '/4. #amun ternyata pemasangan '/4 tersebut tidak baik dan lepas.
3C

S2 pun akhirnya tidak

i+id. %>5-%>>

Sejarah Sosial +ukum 'slam

/rgensitas Pembatasan /sia !inimal !enikah

%:

mau lagi menggunakan '/4. !etode lain seperti minum pil K sesuai dengan harapan.

juga tidak

Pada tahun %:A;, S2 hamil lagi untuk yang keempat kalinya. Tahun %:A- untuk yang kelima dan tahun %:AA untuk yang keenam. Tahun %:C= ia hamil lagi untuk yang ketujuh. Tahun %:C3 untuk yang kedelapan. /ntuk yang terakhir, S2 hamil tahun %:CA saat ia berusia 5% tahun. Karena berulangkali menggunakan berbagai cara ternyata tidak berhasil mencegah kehamilan, akhirnya suami S2 melakukan vasektomi. 3: III. ANA5I#A 2AN PENUTUP !encermati paparan yang cukup panjang kiranya dilakukan sebuah analisa guna mengetahui apa dan bagaimana pernikahan bawah umur serta implikasi dari penetapan usia minimal menikah sebagaimana tertera dalam // #o. % th %:A>. %. Pernikahan di bawah umur, khususnya bagi perempuan, merupakan fenomena tersendiri yang banyak ditemukan dalam realitas masyarakat kita. Teruma mereka yang tinggal di daerahdaerah dengan tingkat ekonomi minimal dan tingkat pendidikan seadanya. /ntuk itu menjadi bahan pemikiran kita untuk mencermati kenyataan tersebut. 3. 4emi kamaslahatan dan kebaikan semua pihak, masyarakat dan pemerintah, maka sangat layak untuk dilakukan usaha pembatasan usia minimal mempelai--walau dalam sisi agama tidak terdapat ketentuan)untuk beberapa tujuan , a. !enjaga hak reproduksi wanita. /ntuk masalah ini cukup mendapat sorotan tajam dari kalangan feminis, karena jika pernikahan di bawah umur terus menjamur, maka posisi perempuan tak ubahnya .pabrik0 anak yang harus pontangpanting mengurusi hal-hal yang menjadi bebannya. 'a tidak lagi mempunyai hak yang sederajat dengan laki-laki untuk menikmati
3:

I+id. h. %>--%>C

Sejarah Sosial +ukum 'slam

/rgensitas Pembatasan /sia !inimal !enikah

3=

pendidikan dan kebahagiaan rumah tangga. 7alau memang tidak ada jaminan bahwa mereka yang menikah di atas umur ketentuan // akan lebih terjamin kehidupannya. b. !engendalikan pemerintah guna jumlah kelahiran. Salah satu program adalah mengantisipasi ledakan penduduk

Program Keluarga berencana. #amun itu tidak selalu memberikan hasil yang maksimal. /ntuk itu jalan lain yang juga dapat menjaga kestabilan jumlah penduduk adalah menunda usia menikah. 4engan mengurangi jumlah kawin muda, otomatis angka kelahiran bayi akan menurun, sehingga gambaran kasus S2 yang hamil sebanyak sembilan kali sejak usia %5 tahun --paling tidak--dapat dihindari. Tentang ledakan jumlah penduduk ini juga disinggung oleh penjelasan // Perkawinan pada nomor > huruf 9d< sebagai alasan konkret ditetapkannya batas minimal usia mempelai saat menikah. c. !eningkatkan potensi bagi terwujudnya rumah tangga yang tentram damai bahagia sejahtera lahir dan batin. 4engan menikah dalam keadaan fisik dan mental yang memadai, maka kemungkinan untuk menyelesaikan berbagai tantangan hidup yang sudah tentu ada dalam perkawinan dapat dikatakan lebih mumpuni. Kedewasaan berpikir dan keluasan pandangan sangat berpengaruh dalam setiap mengambil tindakan. /ntuk itu tepatlah pembatasan usia minimal bagi mereka yang hendak melangsungkan pernikahan. 4ari uraian di atas, ternyata aspek sosial budaya sangat berperan dalam penentuan isi pasal A // Perkawinan ini. Terbukti kebiasaan lama yang .mengagungkan0 kebebasan menikah di usia kapanpun ternyata mendatangkan madharat lebih besar ketimbang manfaatnya. 4an ini justru sejalan dengan ajaran 'slam yang awalnya disebut-sebut sebagai .biang0 pernikahan dini. Pemahaman secara mendalam terhadap ajaran agama pada akhirnya akan memberikan gambaran yang utuh dan Sejarah Sosial +ukum 'slam

/rgensitas Pembatasan /sia !inimal !enikah

3%

integral, sehingga tidak lagi terjebak dalam cara pandang yang salah kaprah. 4emikian tulisan ini, semoga memberikan manfaat yang signifikan guna tegaknya hukum 'slam di 'ndonesia. Wa Allahu a2lamu bi al-Shawab* ()

!I!5I6GRA3I
$bdurrahman, 'o$pilasi "u%u$ Isla$* 9&akarta, $kademika Pressindo, %::;<, cet. Ke-3 asri, +asan, .$presiasi 7anita dalam 6inta dan Keluarga0, dalam buku ainar, 98d.< Wa&ana Pe e$puan dala$ 'eindonesiaan dan 'e$ode nan, 9&akarta, Pustaka 6idesindo, %::C< 4epartemen $gama, Undang.undang No$o 1 Tahun 1974 tentang pe %a)inan* M&akarta, Proyek Penyuluhan +ukum $gama, %::;< 4irdjosisworo, Sudjono, #osiologi Persada, %::-<, cet. Ke-5 "u%u$* 9&akarta, 2ajaHrafindo

4owling, 6elette, alih ahasa, Santi 7.8. Soekanto, Tantangan Wanita Mode n, 9&akarta, 8rlangga, %::;<, cet. Ke ''' al-+usaini, TaIiyyuddin $bu akar bin !uhammad, Kifayah al-Akhyar, 9 Surabaya, $l-+idayah, t.th.<, ju" '' 'ndraswari, Eenomena Kawin !uda dan $borsi, Hambaran Kasus, dalam SyafiI +asyim 9ed.< Mena%a ,"a ga- Pe e$puan* 9 andung, !i"an, %:::< *ev, 4aniel S., alih bahasa, Faini $hmad #oeh, Pe adilan Aga$a Isla$ di Indonesia* 9&akarta, 'ntermasa, %:C-<, cet. Ke-3 !aharto-Tjirosubono, Siti Sundari, .Kedudukan 7anita dalam Kebudayaan &awaD 4ulu, Kini, dan 8sok0, dalam buku ainar, 98d.< Wa&ana Pe e$puan dala$ 'eindonesiaan dan 'e$ode nan , 9&akarta, Pustaka 6idesindo, %::C< !ud"har, $tho@, .+ukum Keluaraga di 4unia 'slam !odern 9Suatu Studi Perbandingan<0, /u nal Mi$+a "u%u$, #o. %3, th. s, %::>

Sejarah Sosial +ukum 'slam

/rgensitas Pembatasan /sia !inimal !enikah

33

Bardhawi, Jusuf, I0tihad 'onte$po e * 'ode Eti% dan !e +agai Pen(i$pangan, alih bahasa, $bu ar"ani, 9Surabaya, 2isalah Husti, %::;< 2ahardjo, Satjipto, Pe$an1aatan Il$u.Il$u #osial +agi Penge$+angan Il$u "u%u$* 9 andung,$lumni, %:AA<, cet. Ke% 2ofiI, $hmad, "u%u$ Isla$ di Indonesia* 9&akarta, 2ajaHrafindo Persada, %::C<, cet. Ke-5 al-Shan@ani, !uhammad bin 'smail al-Kahlani, Subul al-Salam, 9 andung, !aktabah 4ahlan, t.th.<, jilid ''', Kitab al-#ikah Singarimbun, !asri, Pendudu% dan Pe u+ahan, 9Jogyakarta, Pustaka Pelajar, %::-<, cet. Ke-%, Sobari, !uhammad, .Perempuan dalam udaya, 4ominasi Simbolis dan $ktual Kaum *elaki, dalam SyafiI +asyim 9ed.< Mena%a ,"a gaPe e$puan* 9 andung, !i"an, %:::<, cet. Ke-3 Soedjono, Po%o%.po%o% #osiologi se+agai penun0ang #tudi "u%u$* 9 andung, $lumni, %:AA<, cet. Ke-% Soemiyati, "u%u$ Pe %a)inan Isla$ dan Undang.undang Pe %a)inan, 9Jogyakarta, *iberty, %:C-<, cet. Ke-3 Sosroatmodjo, $rso, dan 7asit $ulawi, "u%u$ Pe %a)inan Indonesia, 9&akarta, ulan intang, %:A;<, cet. Ke-% di

Subadio, !aria /lfah, dan T.(. 'hromi, Pe anan dan 'edudu%an Wanita Indonesia, 9Jogyakarta, Hadjah !ada /niversity Press, %:C-<

Sejarah Sosial +ukum 'slam

Anda mungkin juga menyukai