Anda di halaman 1dari 14

IV.1.

Percobaan 1 : Pengaruh Proses Kompresi pada Aliran Udara


Analisa Percobaan

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompresi pada aliran udara di dalam
saluran konvergen-divergen. Pada suatu perbedaan tekanan yang rendah suatu fluida
kompresibel akan menunjukan sifat-sifat seperti fluida kompresibel. Seperti telah diketahui suatu
fluida inkompresibel adalah jenis fluida yang volumenya tidak dipengaruhi oleh perbedaan
tekanan, sedangkan fluida dikatakan bersifat kompresibel apabila volumenya berubah akibat
adanya perubahan dari tekanan. Pada umumnya volume fluida gas akan bersifat dapat ditekan
(kompresibel). perbedaan volume terjadi akibat adanya perubahan dari densitas fluida karena
adanya pengaruh tekanan yang terjadi.
Pada percobaan ini, akan dipelajari pengaruh kenaikan kecepatan alir terhadap sifat
inkompresibilitas udara. Percobaan dilakukan dengan memperbesar putaran motor dimana
kecepatan alir gas akan semakin besar, pressure drop akan semakin besar, beda tekan
disepanjang pipa semakin besar dimana tekanan makin ke titik 3 (P3) akan semakin kecil
sehingga kompresor seolah-olah berfungsi menurunkan tekanan (memvakumkan) di sepanjang
pipa. Secara keseluruhan tekanan makin ke titik 3 makin kecil, tetapi pada bagian leher P2<P3
karena adanya penyempitan maka tekanan akan turun tetapi kecepatan alirnya naik, sesuai
peramaan Bernoulli pressure head akan diubah menjadi velocity head, energi kinetik akan
meningkat, sehingga walaupun tekanan P2<P3 tetapi fluida tetap mengalir dari P2 ke P3.

Ada beberapa pernyataan dari persamaan yang dapat menjelaskan fenomena
diatas:
1. Persamaan keadaan gas PV Z nRT = .
Dengan mengasumsikan zat bersifat ideal sehingga harga Z=1, maka
persamaan gas ideal akan menjadi PV nRT = atau
P BM
RT


= dengan BM
adalah bobot molekul gas dan P adalah tekanan. Dari rumus diatas, untuk gas
densitas suatu fluida akan meningkat dengan meningkatnya tekanan pada fluida
tersebut.

2. Penyederhanaan persamaan energi dan kontinuitas dengan asumsi steady state.
Persamaan kontinuitas untuk fluida yang kompresibel adalah
1 2
m m =
dimana m
1
dan m
2
adalah kecepatan massa alir dengan dimensi M/s, atau
1 1 1 2 2 2
v A v A = dimana A adalah luas penampang, dan v adalah
kecepatan. Dengan mensubtitusikan persamaan tersebut kedalam persamaan
energi dan dengan melakukan penyederhanaan maka akan didapat hubungan
( ) ( )
2
2 1 1 2 2 0 1 o
P P A A P P = . Untuk fluida yang inkompresibel nilai dari
1 2
akan sama dengan 1. sedangkan untuk fluida yang kompresibel nilai antara
perbandingan densitas akan lebih dari 1. Dengan mengasumsikan bahwa
1

adalah densitas inlet. Maka nilai dari densitas outlet akan semakin menurun
dengan adanya penurunan tekanan outlet atau
1 2 1 2
jika P P > > .
Hal tersebut akan menyebabkan pressure drop inkompresibel akan lebih kecil
dibandingkan dari pressure drop dari fluida yang kompresibel.

Analisa Data dan Pengolahan Data

Persamaan yang digunakan untuk membandingkan keadaan tekanan pada posisi 1 dan 2
adalah persamaan kontinuitas. Karena nilai a
1
> a
2
, maka berdasarkan persamaan kontinuitas v
1
<
v
2
. Karena P
0
-P
1
sebanding dengan v
1
dan P
0
-P
2
sebanding dengan v
2
maka P
0
-P
1
< P
0
-P
2
.
Hubungan ini terbukti pula dari data yang diperoleh dari percobaan. Karena nilai P
0
selalu
konstan maka dapat disimpulkan bahwa P
1
> P
2
. Grafik hubungan P
0
-P
1
terhadap P
0
-P
2
berbentuk
linear dengan gradien positif. Artinya dengan kenaikan nilai P
0
-P
1
, maka nilai P
0
-P
2
juga akan
naik. Persamaan garis untuk kedua percobaan ini sama, karena nilai variasi laju alir udara sama
untuk kedua percobaan, dan fluida yang mengalir juga sama yaitu udara. Pada percobaan ini
terdapat kesalahan yang terbukti oleh nilai simpangan pada grafik yang tidak sama dengan 1
(R<1). Penyimpangan yang terjadi pada percobaan ini disebabkan manometer minyak yang
digunakan kondisinya telah kurang baik, karena minyak yang digunakan telah terkontaminasi
sehingga penunjukan tekanannya kurang akurat karena densitasnya telah berubah (densitasnya
bukan densitas minyak murni). Nilai P
0
-P
1
yang sebanding dengan P
0
-P
2
dapat dibuktikan sbb :
f v
W W Q T C
v P
m =
(

+ + A
2
2
.
2
.


Dengan mengabaikan panas, kerja, dan rugi kerja, maka kita mendapatkan:
( )
0
1
1 0 2

P P
V

=
( )
0
2
2 0 2

P P
V

=
Dari persamaan kontinuitas, konstan . . = = V a m , maka didapatkan hubungan
2 2 1 1
. . V a V a = . Jadi ( ) 1 0 . 2 0
2
2
1
P P
a
a
P P
|
|
.
|

\
|
= .
Berdasarkan rumus tersebut, terbukti bahwa P
0
-P
2
berbanding lurus dengan P
0
-P
1
.
Persamaan di atas adalah persamaan aliran inkompresibel. Pada aliran gas, tekanan di tiap titik
bervariasi, sehingga asumsi densitas konstan harus dikoreksi dalam perhitungan. Namun, asumsi
densitas konstan tersebut tetap dapat digunakan untuk perhitungan apabila kecepatan aliran kecil
dibandingkan kecepatan suara.
Jika fluida adalah kompresibel, maka ketika fluida melewati bagian konvergen, fluida
tersebut akan terkompresi sehingga densitasnya menjadi meningkat. Bisa dikatakan bahwa untuk
laju alir massa fluida (udara) konstan, maka pada saat fluida melewati bagian konvergen dan tiba
di titik 2, densitas fluida kompresibel lebih besar daripada densitas fluida inkompresibel.
Perbedaan densitas ini akan berpengaruh kepada kecepatan fluida ketika melalui bagian
konvergen. Hubungan laju alir massa m dengan densitas terlihat pada persamaan:
m = .v.A
sehingga kecepatan fluida kompresibel lebih kecil daripada kecepatan fluida inkompresibel. Hal
ini kemudian berakibat tekanan absolut di titik 2 (P2) untuk fluida kompresibel lebih besar
daripada tekanan absolut (P2) untuk fluida inkompresibel
Untuk kondisi kompresibel, maka kita harus menghubungkan densitas dengan suhu dan
tekanan. Hubungan yang paling sederhana adalah persamaan gas ideal :
M
T R
P
. .
=
Dalam percobaan ini penambahan laju alir udara dalam kompresor dilakukan dengan cara
memperkecil penghambatan keluaran pada kompresor. Karena pada percobaan dilakukan
memperkecil penghambatan output pada kompresor, maka terlihat dalam data bahwa harga (P
0
-
P
1
) dan ( )
2 0
P P semakin besar. Hal ini dikarenakan pengurangan penghambatan output maka
akan memperbesar laju alir. Sesuai dengan hubungan bahwa laju alir dan tekanan berbanding
terbalik maka P
1
dan P
2
menurun sehingga ( )
1 0
P P dan ( )
2 0
P P meningkat..
Dari perhitungan data, dapat kita lihat bahwa kecepatan laju alir udara di titik 2 lebih
besar daripada di titik 1 karena tekanan di titik 2 lebih kecil daripada tekanan di titik 1. Dari
pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa pipa konvergen-divergen tersebut dapat mengubah
tekanan sehingga terjadi pressure drop dan kita dapat menghitung laju alir udara di pipa.


Analisa Grafik

Persamaan yang digunakan untuk membandingkan keadaan tekanan pada posisi 1 dan 2
adalah persamaan kontinuitas. Karena nilai a
1
> a
2
, maka berdasarkan persamaan kontinuitas v
1
<
v
2
. Karena P
0
-P
1
sebanding dengan v
1
dan P
0
-P
2
sebanding dengan v
2
maka P
0
-P
1
< P
0
-P
2
.
Hubungan ini terbukti pula dari data yang diperoleh dari percobaan. Karena nilai P
0
selalu
konstan maka dapat disimpulkan bahwa P
1
> P
2
.
Grafik hubungan P
0
-P
1
terhadap P
0
-P
2
berbentuk linear dengan gradien positif. Untuk
percobaan bagian 1 diperoleh gradien sebesar m = 22,908 dan untuk percobaan 1 bagian kedua
diperoleh nilai gradien sebesar m = 91,379. Praktikan mengamati bahwa dengan kenaikan nilai
P
0
-P
1
, maka nilai P
0
-P
2
juga akan naik. Terdapat kesalahan yang terjadi dalam percobaan ini
dengan R yang terbentuk pada grafik tidak sama dengan 1 (R<1). Namun nilai R cukup
mendekati angka 1, untuk grafik percobaan 1 bagian 1, diperoleh R
2
= 0,9927 sedangkan untuk
grafik percobaan 1 bagian 2 diperoleh R
2
= 0,9924. Penyimpangan ini disebabkan antara lain
karena manometer minyak yang digunakan kondisinya telah kurang baik, karena minyak yang
digunakan telah terkontaminasi sehingga sehingga densitas minyaknya berubah hal ini akan
berpengaruh pada pengurangan tekanan.

Analisa Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada percobaan 1, yaitu kompresor, pipa konvergen dan divergen
serta alat ukur tekanan di titik-titik pipa. Kompresor merupakan alat untuk menaikkan tekanan
fluida. Pipa yang berhubungan dengan kompresor, menjadikan udara terhisap ke dalam pipa.
Kita dapat mengeset kecepatan aliran udara dengan mengatur input kecepatan aliran yang
diinginkan pada kompresor. Tekanan udara di pipa baik di titik 1 ataupun 2 diukur relatif
terhadap titik 0 (tekanan normal) dengan menggunakan manometer. Manometer yang digunakan
digunakan adalah 2 buah manometer tabung miring yang berisi minyak dan manometer raksa.
Manometer tabung miring memiliki 3 variasi kemiringan yaitu yang memiliki sudut
paling kecil terhadap bidang horizontal yaitu 12,7 mm. Kemiringan selanjutnya semakin vertical
yaitu 25,4 mm dan 50,8 mm. Manometer tabung miring diaplikasikan untuk pembacaan tekanan
yang relatif kecil karena head yang berpengaruh pada fluida statik (dalam hal ini minyak) adalah
head normal bidang. Ketika mengukur perbedaan tekanan kecil, head dari kenaikan fluida sangat
kecil sehingga keakuratannya kecil atau bahkan tidak terlihat. Ketika manometer tersebut
dipasang miring, walaupun ketinggian berdasarkan sumbu y nya sangat kecil namun kenaikan
terhadap sisi miringnya cukup terlihat. Oleh karena itu, ada faktor k sebagai faktor koreksi
terhadap tekanan yang terbaca dengan tekanan yang sesungguhnya.
Manometer raksa pada percobaan ini digunakan untuk percobaan yang menggunakan laju
alir udara yang relatif besar. Selain kemiringan atau tidak sebuah manometer spesifik terhadap
besarnya kecepatan aliran/besarnya perbedaan tekanan, pemilihan fluida di dalam manometer
juga disesuaikan. Ketinggian fluida yang tertekan oleh sebuah rekanan di dalam manometer
dipengaruhi densitas dari fluida tersebut. Hal ini sesuai dengan persamaan mekanika fluida statis.

Analisa Kesalahan

Beberapa kesalahan yang kemungkinan besar terjadi pada percobaan 1 yaitu seperti
kesalahan praktikan dalam pembacaan manometer raksa yang sulit, karena ketinggian air raksa
yang turun naik sehingga menyebabkan data kurang akurat. Pembacaan manometer tabung
miring yaitu pada skala tabung manometer yang terbasahi oleh kenaikan tersebut walaupun
hanya di ujung bagian bawah pipanya, tetapi beberapa kali praktikan membaca di skala minyak
yang memenuhi tabung. Hal ini menyebabkan tekanan terukur lebih kecil. Penyimpangan yang
terjadi pada percobaan ini disebabkan manometer minyak yang digunakan kondisinya telah
kurang baik, karena minyak yang digunakan telah terkontaminasi sehingga penunjukan
tekanannya kurang akurat karena densitasnya telah berubah (densitasnya bukan densitas minyak
murni). Selain itu, pada sebuah selang manometer minyak telah terdapat gelembung minyak dari
manometer, hal ini akan menyebabkan perbedaan tekanan yang diukur dengan tekanan yang
terbaca di manometer.

IV.2. Percobaan 2 : Karakteristik Aliran Tekanan untuk Saluran Konvergen Divergen
Analisa Percobaan

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui suatu fenomena dari penghambatan
(chocking). Chocking adalah suatu keadaan dimana nilai maksimum dari laju alir massa dimana
laju alir massa tidak akan mengalami kenaikan lagi terhadap kenaikan dari pressure dropnya.
Pada percobaan, fenomena chocking dilakukan pada pembacaan grafik dari laju alir massa
terhadap pressure drop (P
0
P
3
). Secara teoritis ketika terjadinya chocking, walaupun nilai dari
P
3
diturunkan, (P
0
P
3
) semakin besar nilai dari P
2
tidak mengalami penurunan dan pada kondisi
ini adalah nilai optimum dari P
2
, yang nilainya akan sama dengan P
2
(optimum) = r
c
.P
o


P
2
(optimum) = 0.5238 x 101,325 kPa = 53,53 kPa
(P
0
-P
2
)=101,325 kPa -53,53 kPa= 47,8 kPa

Sehingga nilai dari tekanan P
2
terkecil adalah 53,53 kPa dan pada saat tekanan ini proses
alat akan mengalami chocking atau hambatan. Peristiwa chocking terjadi ketika laju alir massa
akan tetap konstan seberapapun perubahan tekanan yang diberikan sistem. Input variabel pada
percobaan ini yaitu interval laju alir. Percobaan I bagian 1 interval laju alirnya 20 kg/s hingga 60
kg/s dengan interval 5 kg/s.
Setiap laju alir diambil data perubahan tekanan diketiga titik, yang mana memiliki luas
penampang yang berbeda-beda. Manometer pada percobaan ini dipasang miring. Manometer
yang dipasang miring (inclined) bertujuan agar memungkinkan pengukuran perbedaan tekanan
yang relative kecil. Manometer miring ada 3 jenis skala kemiringan 12,7 mm, 25,4 mm dan 50,8
mm. Manometer inclined 12,7 mm memiliki sudut kemiringan dari bidang horizontal yang
paling kecil dan 50,8 memiliki sudut kemiringan dari bidang horizontal paling besar. Pada
percobaan ini, digunakan inclined dengan sudut kemiringan terbesar, yaitu 50,8.

Analisa Data dan Pengolahan Data

Data yang didapat pada percobaan 2 dapat dilihat pada data pengamatan, secara garis
besar data yang diperoleh meningkat seiring dengan ditingkatkannya input variable yakni laju
alir. Perubahan signifikan terlihat pada manometer raksa, manometer ini memang cocok
digunakan untuk pengukuran perubahan tekanan pada laju alir yang besar. Skala yang
digunakan merupakan skala yang lebih besar dibandingkan dengan manometer tabung miring.
Peristiwa chocking terjadi ketika laju alir massa akan tetap konstan seberapapun
perubahan tekanan yang diberikan sistem. Pada grafik itu belum terlihat peristiwa chocking
karena laju alir massa ternyata masih terus meningkat seiring dengan peningkatan perubahan
tekanan. Sebenarnya tanpa melakukan percobaan pun, perisitiwa chocking dapat diramalkan
melalui rumus :
461 . 1
) (
2
1
0 0
P a
T
T
m =

Dapat dikatakan bahwa pada kondisi chokking aliran telah berubah menjadi aliran sonic
pada throat. Sehingga pada titik itu kita tidak bisa menambah laju alir lagi. Kondisi ini terjadi
saat informasi tekanan di posisi 3 tidak bisa lagi terkirim ke posisi 1 dikarenakan dikalahkan oleh
laju yang melawan yang sangat besar. Dalam percobaan ini aliran dalam pipa dianggap adiabatik
(perpindahan kalor melalui dinding pipa diabaikan).
Penghitungan dilakukan berdasarkan rumus yang terdapat pada modul, sebagai berikut :
- Menghitung massa jenis dengan persamaan:
0
0
.T R
P
=
- Menghitung laju alir massa percobaan dengan hubungan:

- Menghitung laju alir massa literatur dengan hubungan:
( )
( )


/ 1 / 2
0
0
1
.
1
2
+

= r r
P
a m
o




Analisa Grafik

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan oleh praktikan, didapat hubungan
antara (P
0
-P
3
) vs. m dan (P
0
-P
2
) vs (P
0
-P
3
).
Pada grafik (P
0
-P
3
) vs m dapat dilihat bahwa nilai m masih terus meningkat. Tidak
terlihat bagian yang menggambarkan nilai m yang konstan. Pada grafik (P
0
-P
2
) vs (P
0
-P
3
),
terlihat bahwa terdapat data P
0
-P
3
yang konstan, sehingga pada grafik terbentuk garis lurus. Hal
ini sebenarnya menunjukkan terjadinya choking. Namun pada perhitungan laju alir tidak
menunjukkan data yang konstan yang disebabkan kesalahan perhitungan dan kurang akuratnya
data akibat pembulatan. Fenomena choking yang sebenarnya tidak dapat teramati karena
keterbatasan kapasitas kompresor untuk menurunkan P
2
lebih rendah lagi hingga mencapai
keadaan kritisnya. Sedangkan yang terlihat pada grafik antara (P
0
-P
3
) vs (P
0
-P
2
) adalah dengan
adanya penurunan dari P
3
akan menyebabkan penurunan dari P
2
. Atau dengan kata lain P
3
dan P
2
adalah berbanding lurus sehingga (P
0
-P
3
) dan (P
0
-P
2
) pun berbanding lurus.

Analisa Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan pada percobaan 2, adalah saluran konvergen dan divergen,
kompressor serta alat ukur tekanan di titik-titik pipa. Saluran konvergen merupakan saluran yang
memiliki luas penampang aliran yang semakin kecil, sedangkan saluran divergen adalah saluran
yang memiliki luas penampang aliran yang semakin besar. Kompresor dapat digunakan untuk
meningkatkan tekanan fluida. Pada percobaan yang telah dilakukan, titik 1 merupakan titik pada
saluran divergen, titik 2 merupakan titik pada saluran konvergen, dan titik 3 merupakan titik
pada saluran divergen.
Tekanan udara di pipa baik di titik 1 ataupun 2 diukur relatif terhadap titik 0 (tekanan
normal) dengan menggunakan manometer. Apabila terjadi perbedaan tekanan, maka minyak
yang berada didalam maonemeter tabung akan terhisap dengan ketinggian yang bervariasi sesuai
dengan laju alir yang diberikan. Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara adalah
manometer. Tekanan udara di pipa diukur terhadap tekanan atmosfer.
Pada percobaan 2, digunakan manometer yang manometer tabung miring yang berisi
minyak dan manometer raksa. Manometer tabung miring memiliki 3 variasi kemiringan yaitu
12,7 mm, 25,4 mm dan 50,8 mm. Kemiringan pada manometer tabung ini dilakukan untuk
penentuan tekanan yang kecil. Manometer tabung yang diletakkan miring ini juga berguna dalam
pembacaan tekanan yang mana kenaikannya cukup kecil. Sedangkan manometer raksa
digunakan pada percobaan yang menggunakan laju alir udara yang relatif besar.



Analisa Kesalahan

Dalam percobaan ini terdapat kesalahan relatif antara laju alir massa pada percobaan
dengan laju alir massa pada teori yang ditunjukkan dengan nilai % kesalahan relatif dari
perhitungan m
perc
dibandingkan dengan m
teori
. Hal ini dimungkinkan oleh adanya arus eddy
maupun friksi antara udara dengan dinding saluran yang menyebabkan hilangnya sebagian
energi selama udara mengalir di dalam saluran.
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini sudah tidak menunjukkan hasil yang
akurat. Dapat dilihat dari tidak berfungsinya salah satu dari alat yang tersedia, sehingga
menghambat praktikan untuk melakukan percobaan dan tentunya berpengaruh terhadap hasil
percobaan yang didapat.

IV.3. Percobaan 3: Efisiensi Diffuser/Saluran Diffuser
Analisa Percobaaan

Percobaan ini bertujuan untuk menunjukan pengaruh kompresi pada aliran udara di
dalam saluran konvergen-divergen. Penggunaan bagian konvergen dalam suatu aliran adalah
untuk meningkatkan kecepatan gas dan menurunkan tekanannya. Sedangkan dalam bagian
divergen, aliran itu bisa subsonik maupun supersonik. Tujuan penggunaan bagian divergen pada
kedua jenis aliran tersebut berbeda. Dalam aliran subsonik, tujuan penggunaan bagian divergen
adalah untuk menurunkan kecepatan dan mendapatkan kembali tekanan sesuai persamaan
Bernoulli. Dalam aliran supersonik, tujuan penggunaan bagian divergen adalah untuk
mendapatkan bilangan Mach yang lebih dari satu.
Untuk menyelidiki tekanan sepanjang saluran divergen, praktikan melakukan dua bagian
percobaan untuk mengukur tekanan di sepanjang saluran divergen. Percobaan bagian pertama,
pengukuran tekanan menggunakan manometer tabung miring yang berisi minyak dengan
kemiringan (inclined) 25.4 mm, sedangkan pada percobaan bagian kedua, pengukuran tekanan
menggunakan manometer air raksa. Variasi data yang diambil dilakukan dengan mengubah-ubah
daya motor pada kompresor sehingga didapatkan laju alir udara yang berbeda-beda. Kompresor
berfungsi sebagai alat yang memberikan udara sebagai umpan pada saluran. Untuk manometer
tabung miring berisi minyak menggunakan interval laju alir yang relatif lebih kecil, yaitu 5 kg/s,
7 kg/s, 9 kg/s, 11 kg/s, dan 13 kg/s. Penggunaan interval laju alir yang relatif kecil ini disebabkan
oleh pengukuran perbedaan tekanan pada manometer yang dipasang miring (inclined)
menghasilkan perbedaan tekanan yang relatif kecil. Sebaliknya, pada manometer air raksa, laju
alir udara atau input variabelnya lebih besar, berkisar 30 kg/s, 35 kg/s, 40 kg/s, 45 kg/s, dan 50
kg/s, karena skala pada manometer raksa ini relatif lebih besar dibandingkan dengan manometer
tabung miring sehingga laju alir yang digunakan pun besar agar perbedaan tekanan tersebut
dapat dibaca atau diukur. Tekanan yang diukur pada percobaan ini ialah tekanan pada titik 1 (P
1
),
titik 2 (P
2
), dan titik 3 (P
3
) pada pipa relatif terhadap Po (tekanan udara luar).
Analisa Data dan Perhitungan
Dalam percobaan ini, kami menghitung besar P
0
P
1
, P
0
P
2
, dan P
0
P
3
dengan
menggunakan manometer tabung miring dan manometer air raksa dimana perbedaan tekanan ini
digunakan untuk menentukan efisiensi saluran divergen/diffuser yang merupakan rasio
perbedaan tekanan antara yang masuk dan keluar diffuser, sehingga persamaan efisiensi diffuser
yang digunakan dalam percobaan ini ialah:


Berdasarkan rumus di atas, besar

harus lebih kecil daripada

. Efisiensi
difuser ini dapat digunakan sebagai alat ukur performa nyata difuser. Nilai efisiensi akan
semakin besar apabila

semakin besar dibandingkan

atau

semakin kecil dengan acuan


.
Efisiensi difuser akan bernilai 100% jika

. Artinya, tidak ada perubahan tekanan fluida


ketika melewati kerongkongan difuser. Namun, dalam keadaan nyata, hal ini mustahil terjadi
disebabkan adanya konversi energi ke dalam bentuk lain seperti energi panas karena friksi,
akibatnya

. Kecilnya efisiensi difuser yang didapatkan, antara lain disebabkan oleh


beberapa hal, yaitu sifat fluida yang digunakan, apakah kompresibel atau inkompresibel. Fluida
yang kompresibel seperti pada percobaan ini akan memiliki efisiensi yang lebih kecil daripada
fluida inkompresibel. Pada aliran kompresibel tekanan yang masuk (

) akan berbeda dengan


tekanan yang keluar (

) karena adanya perubahan densitas. Sedangkan untuk aliran


inkompressibel, perbedaan tekanan masukan dan keluaran difuser sangat kecil dan bisa dianggap
tak ada perbedaan karena diameter masukan dan keluaran adalah sama. Harga (

) pada
aliran kompresibel akan lebih kecil dibandingkan (

) pada aliran inkompresibel dan harga


(

) pada aliran kompresibel akan lebih besar daripada harga (

) pada aliran
inkompressibel sehingga efisiensi aliran kompresibel lebih kecil daripada efisiensi aliran
inkompressibel.
Selain itu, laju alir massa fluida juga mempengaruhi nilai efisiensi ini. Semakin besar laju
alir massa, berarti kecepatan fluida semakin besar maka aliran fluida akan semakin turbulen.
Semakin turbulen aliran, kehilangan energi akibat friksi akan semakin kecil sehingga
efisiensinya naik. Dengan kata lain efisiensi difuser akan meningkat jika laju alir meningkat.
Dengan demikian pengaruh kompresibilitas terhadap efisiensi diffuser terletak pada faktor
densitasnya. Hal ini dapat dinyatakan dengan rumus:

(


Pada AP yang rendah perbedaan densitas tidak signifikan sehingga 3 ~ 1. Dalam kasus
ini rumus efisiensi diffuser menjadi

(

)
(

)

Jadi sebenarnya rumus ini berlaku untuk aliran inkompressibel dimana 3 = 1, tetapi
karena percobaan dilakukan pada AP rendah maka rumus inkompresibel dapat diberlakukan pada
aliran kompresibel.
Dari hasil pengolahan terlihat bahwa efisiensi difuser rata-rata yang didapatkan apabila
menggunakan manometer tabung miring lebih kecil, yaitu sekitar 67.69% daripada menggunakan
manometer air raksa yaitu sebesar 74.66%. Perbedaan nilai efisiensi keduanya disebabkan oleh
perbedaan ketelitian pengukuran. Sebab, pada manometer air raksa yang digunakan ialah raksa
murni, sehingga pengukuran pengukuran manometer raksa lebih sulit karena kurang jelasnya
titik perhentian gerakan raksa pada gelas, sedangkan pada manometer tabung miring berisi
minyak, skala untuk mengukur perbedaan tekanan lebih kecil sehingga tingkat ketelitian dari
manometer tersebut lebih besar.

Analisa Grafik

Dalam percobaan ini, terdapat dua macam grafik yang merupakan plot antara


sebagai sumbu x dan

sebagai sumbu y. Masing-masing grafik menunjukkan hubungan

terhadap

baik pada manometer minyak maupun manometer air raksa. Dari


kedua grafik yang terbentuk, terlihat bahwa grafik berbentuk linear dengan gradien positif. Hal
ini berarti bahwa kenaikan

berbanding lurus dengan

.
Untuk manometer minyak atau tabung miring 25.4 mm diperoleh nilai R
2
= 0.9008
dimana nilai ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh lumayan akurat karena R
2
< 1 bukan
sama dengan 1. Kemudian berdasarkan grafik untuk manometer tabung miring, didapatkan
persamaan grafik:



(

) (

)
Dimana berdasarkan analogi di atas, diperoleh efisiensi diffuser ketika menggunakan manometer
tabung miring 25.4 mm sebesar .
Untuk manometer raksa diperoleh nilai R
2
= 0.9993 dimana nilai ini menunjukkan bahwa
data yang diperoleh hampir akurat karena hampir sepenuhnya linier yang ditunjukkan dengan R
2

= 1. Kemudian berdasarkan grafik untuk manometer tabung miring, didapatkan persamaan
grafik:



(

) (

)
Dimana berdasarkan analogi di atas, diperoleh efisiensi diffuser ketika menggunakan manometer
air raksa sebesar .
Efisiensi diffuser mencapai 100 % berarti data yang dilakukan hasilnya sangat akuran
pada saat pemakaian manometer raksa.


Analisa Alat dan Bahan

Peralatan utama yang digunakan pada percobaan Efisiensi Difuser/Saluran Difuser ini
hampir sama dengan alat yang digunakan pada percobaan 1 dan 2, antara lain kompresor, pipa
konvergen-divergen, manometer tabung miring berisi minyak, dan manometer raksa. Kompresor
merupakan alat untuk menaikkan tekanan fluida. Pipa yang berhubungan dengan kompresor,
menjadikan udara terhisap ke dalam pipa, sehingga kecepatan aliran udara dapat divariasikan
dengan mengatur input kecepatan aliran yang diinginkan pada kompresor.
Saluran konvergen merupakan saluran yang memiliki luas penampang aliran yang
semakin kecil, sedangkan saluran divergen adalah saluran yang memiliki luas penampang aliran
yang semakin besar. Pada percobaan yang telah dilakukan, titik 1 merupakan titik pada saluran
divergen, titik 2 merupakan titik pada saluran konvergen, dan titik 3 merupakan titik pada
saluran divergen.
Kemudian, manometer tabung miring dan manometer air raksa digunakan untuk
mengukur perbedaan tekanan pada pipa konvergen-divergen. Jika terjadi perubahan tekanan
pada pipa konvergen-divergen, manometer tabung miring yang berisi minyak nantinya akan
bergerak menuju skala tertentu, dimana untuk manometer jenis ini khusus digunakan untuk
pengukuran tekanan yang tidak terlalu besar. Ketelitian pada manometer tabung miring lebih
besar apabila dibandingkan dengan manometer biasa atau manometer raksa. Hal tersebut
dikarenakan pembacaan skala yang lebih spesifik dengan kemiringan manometer tersebut.
Semakin miring manometer minyak, maka akan semakin kecil nilai pengali untuk tekanan yang
terukur. Lalu, untuk percobaan ini manometer tabung miring dengan fluida minyak ini
dimiringkan (inclined) sebesar 25,4 mm. Sebab, kemiringan ini adalah kemiringan ideal dimana
beda tekanan pada ketiga titik dapat terukur dengan baik. Jika inclined-nya terlalu kecil, maka
kemungkinan beda tekanan pada titik ketiga tidak akan terbaca oleh alat, karena angkanya terlalu
besar, dan lebih buruknya akan merusak alat karena ada kemungkinan minyak masuk ke dalam
selang karena tekanannya yang cukup tinggi. Jika kemiringan terlalu besar, maka kemungkinan
beda tekanan pada titik pertama tidak terbaca oleh alat, karena angkanya yang terlalu kecil.
Digunakan minyak sebagai fluida manometer, karena massa jenisnya yang sedikit lebih besar
dari air, sehingga tidak dibutuhkan panjang manometer yang lebih besar untuk range tekanan
tertentu (0-2.5 kPa) dibandingkan dengan menggunakan air.
Sebaliknya, untuk pengukuran tekanan yang cukup tinggi menggunakan manometer
raksa. Hal ini dikarenakan densitas raksa yang cukup besar, sehingga tidak terjadi lonjakan
cairan yang dapat membuat fluida pengukur masuk ke dalam sistem dan menghindari kesalahan
pengukuran akibat cairan yang masuk ke dalam sistem (tekanan yang terukur tidak akurat/aliran
udara tersumbat oleh minyak).

Analisa Kesalahan

Pada saat melakukan percobaan dengan manometer tabung miring, sudah terdapat
minyak yang masuk ke dalam selang berupa gelembung minyak, yang tentunya akan
mempengaruhi hasil pembacaan alat. Sebab, keberadaan minyak dalam selang ini menghambat
udara tekan yang masuk ke dalam alat sehingga dapat menyebabkan perbedaan tekanan yang
diukur dengan tekanan yang terbaca di manometer. Namun, berdasarkan data yang diperoleh
belum cukup akurat, hal ini dapat dilihat dari grafik yang terbentuk memiliki nilai R
2
yang tidak
mendekati 1 yaitu 0.9008. Namun pada saat pemakaian manometer raksa hamper tidak terjadi
kesalahan karena nilai R
2
adalah 0.9993 dan efisiensi diffuser adalah 100 %.

Anda mungkin juga menyukai