Anda di halaman 1dari 56

PENERAPAN PEMBELAJARAN AKTIF TIPE GUI DED NOTE TAKI NG

DAN KUIS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII


SMP NEGERI 02 TILATANG KAMANG

PROPOSAL PENELITIAN



Oleh:

WILDA WARNIS
NIM: 2411.007


PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
BUKITTINGGI
2013

1


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu hal yang paling penting dalam kehidupan manusia,
karena dengan adanya pendidikan manusia dapat meraih ilmu yang bermanfaat untuk
mengembangkan diri maupun memberdayakan potensi alam dan lingkungan untuk
kepentingan hidupnya. Menuntut ilmu sangat dianjurkan bagi setiap muslim, sehingga
terciptanya suatu insan yang berilmu pengetahuan dalam menghadapi setiap perubahan
ataupun kemajuan zaman.
Untuk itu diperlukan pembelajaran bagi siswa. Kesuksesan siswa di dalam
pembelajaran juga ditentukan oleh kesadarannya sendiri untuk mau melibatkan diri baik
secara mental maupun fisik dalam prembelajaran dan dapat mempertahankannya dalam
waktu yang lama. Kondisi demikian tidak langsung muncul, namun perlu diusahakan dan
diciptakan. Untuk menciptakan kondisi tersebut dalam pembelajaran matematika peran
guru sangat penting yaitu dengan membangkitkan daya tarik siswa sehingga membuat
pelajaran lebih menyenangkan, tidak membosankan, dan menciptakan lingkungan belajar
yang efektif. Apabila kondisi ini terpenuhi maka kelas akan menjadi komunitas belajar
dimana siswa melakukan aktivitas belajar dengan perasaan senang.
Guru dan siswa yang merupakan orang-orang yang terlibat dalam proses
pembelajaran, tentunya mereka juga berkeinginan mengetehui proses dan hasil kegiatan
pembelajaran. Rendahnya hasil belajar matematika merupakan salah satu indikator
kurangnya penguasaan materi oleh siswa. Jika seorang guru merasa bertanggung jawab
atas penyempurnaan pembelajaran, maka ia harus mengevaluasi pembelajaran itu agar ia
mengetahui perubahan apa yang seharusnya diadakan.
2


Oleh sebab itu, kita mengharapkan pembelajaran matematika di masing-masing
sekolah berjalan dengan baik dengan strategi yang menyenangkan dan mengadakan
penilaian terhadap siswa di akhir proses pembelajaran agar dapat memotivasi siswa dalam
belajar sehingga memberikan hasil yang memuaskan.
Berdasarkan hasil wawancara penulis, dengan salah seorang guru Matematika
SMP Negeri 02 Tilatang Kamang, diketahui bahwa pembelajaran Matematika yang
berlangsung di sekolah tersebut masih menggunakan pembelajaran konvensional,
pembelajaran masih didominasi oleh guru. Guru lebih sering terlibat dalam pembelajaran,
sedangkan siswa lebih banyak menerima materi dari guru yang disebabkan juga karena
siswa tidak memiliki buku sumber pelajaran.
Guru menjelaskan materi pelajaran sedangkan siswa mencatat materi yang
disampaikan oleh guru. Disini siswa banyak yang bermasalah dengan catatan karena
banyak mereka yang malas mencatat pelajaran yang disampaikan oleh guru, apalagi
catatannya banyak. Kadang kala walaupun siswa tersebut mencatat tetapi catatan yang
mereka buat kebanyakan biasa saja atau kurang menarik untuk dibaca dan dipelajari
sehinggan mereka malas untuk mengulang pelajaran di rumah.
Pembelajaran konvensional seperti ini sering membuat siswa merasa jenuh untuk
belajar dan juga tidak adanya penilaian terhadap siswa di akhir proses pembelajaran
sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar dan kurang memperhatikan pelajaran.
Dalam pembelajaran proses evaluasi yang dilakukan guru dari latihan, PR, dan UH
setelah selesai satu bab pelajaran.
Disamping itu siswa menganggap pelajaran matematika adalah pelajaran yang
menakutkan, sehingga matematika termasuk salah satu pelajaran yang kurang disukai.
Rumus dengan segala macam perhitungan yang cukup rumit sering menyebabkan siswa
menyerah di tengah jalan dan kurang berminat untuk menekuninya, hal ini turut
3


mempengaruhi hasil belajar matematika siswa yang dapat dilihat dari hasil ujian tengah
semester siswa kelas VIII SMPN 02 Tilatang Kamang, yang mana nilai siswa pada
umumnya masih belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah
ditetapkan di SMPN 02 Tilatang Kamang yaitu 6,50 untuk kelas VIII SMPN 02 Tilatang
Kamang dalam pelajaran Matematika. Rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas
VIII SMPN 02 Tilatang Kamang dapat dilihat dari rata-rata ujian mid semester di bawah
ini:
Tabel 1. Persentase Ketuntasan Nilai MID Matematika Semester Satu Siswa Kelas
VIII Tahun Pelajaran 2013/2014
NO Kelas
Jumlah
Siswa
Tuntas
Tidak
Tuntas
Persentase ketuntasan
Tuntas Tidak tuntas
1 VIII 1

20 2 18 10 90
2 VIII 2

21 5 16 23, 81 76,19
3 VIII 3 20 7 13 35 65
4 VIII 4

21 4 17 19, 05 80,95
5 VIII 5 21 7 14 33,33 66,67
(Sumber : Guru Bidang Studi Matematika Kelas VIII SMPN 02 Tilatang Kamang)
Berdasarkan Tabel persentase ketuntasan di atas terlihat masih rendahnya hasil
belajar siswa. Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Diduga
diantara faktor penyebab tersebut adalah strategi pembelajaran yang kurang menunjang
kreativitas siswa sehingga siswa menjadi pasif dalam belajar dan tidak adanya penilaian
terhadap siswa di akhir proses pembelajaran sehingga siswa kurang termotivasi dalam
pembelajaran. Stategi pembelajaran matematika sekolah yang berkelanjutan membuat
masalah di atas tidak bisa dibiarkan terus-menerus, sebab bisa membuat siswa
menghadapi kendala untuk mempelajari matematika ke tahap berikutnya. Oleh karena itu
4


dituntut adanya peranan guru dalam menetapkan suatu strategi atau pendekatan yang
tepat sesuai dengan pokok bahasan yang dipelajari, sehingga siswa belajar secara efektif,
efisien, dan termotivasi serta tujuan yang diharapkan tercapai.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya suatu strategi pembelajaran aktif dan
efektif, yang salah satunya yaitu strategi pembelajaran Guided Note Taking (catatan
terbimbing). Pembelajaran dengan strategi Guided Note Taking merupakan catatan
terbimbing yang dapat membantu memfokuskan konsentrasi siswa selama pembelajaran
berlangsung dan juga bisa menjadi sumber belajar siswa dirumah. Dimana kelebihan dari
pembelajaran aktif tipe Guided Note Taking ini yaitu:
1. Strategi ini sangat cocok untuk materi-materi yang mengandung fakta-fakta, sila-sila,
rukun-rukun atau prinsip-prinsip dan definisi-definisi.
2. Strategi ini mudah digunakan ketika peserta didik harus mempelajari materi yang
bersifat menguji pengetahuan kognitif.
3. Strategi ini cocok untuk memulai pembelajaran sehingga peserta didik akan terfokus
perhatiannya pada istilah dan konsep yang akan dikembangkan dan yang berhubungan
dengan mata pelajaran untuk kemudian dikembangkan menjadi konsep atau bagan
pemikiran yang lebih ringkas.
4. Strategi ini dapat digunakan beberapa kali untuk merangkum bab-bab yang berbeda.
5. Strategi ini cocok untuk menggantikan ringkasan yang bersifat naratif atau tulisan
naratif yang panjang.
6. Strategi ini dapat dimanfaatkan untuk menilai kecenderungan seseorang terhadap
suatu informasi tertentu.
5


7. Strategi ini memungkinkan siswa belajar lebih aktif, karena memberikan kesempatan
mengembangkan diri, fokus pada hand out.
1

Sedangkan tes kecil (kuis) diakhir proses pembelajaran atau post-test adalah tes
yang bertujuan untuk mengetahui apakah semua materi yang tergolong penting sudah
dapat dikuasai oleh siswa.
2
Dari pengertiannya dapat kita ambil kesimpulan bahwa
kelebihan dari diadakannya kuis diakhir pembelajaran adalah untuk memotivasi siswa
agar lebih fokus dalam belajar dan semangat untuk mengisi serta memahami hand out
dan untuk meningkatkan hasil belajar. Dan juga untuk mengetahui materi yang diberikan
apakah sudah dipahami oleh siswa atau belum.
Pembelajaran diawali dengan memberikan bahan ajar misalnya beberapa hand
out dari materi ajar yang disampaikan oleh guru kepada peserta didik, dengan
mengosongkan sebagian poin-poin yang penting sehingga terdapat bagian-bagian yang
kosong dalam hand out tersebut, selanjutnya menjelaskan kepada peserta didik bagian
yang kosong dalam hand out memang sengaja dibuat agar mereka tetap berkonsentrasi
mengikuti pembelajaran. Selama pembelajaran berlangsung peserta didik diminta mengisi
bagian-bagian kosong tersebut.
Agar peserta didik dapat termotivasi dalam proses pembelajaran untuk itu
diadakan evaluasi terhadap materi pembelajaran tersebut dengan cara pemberian kuis di
awal atau akhir proses pembelajaran. Dengan tes ini maka siswa akan termotivasi untuk
belajar agar nilai mereka bagus dan dapat menggambarkan kemajuan siswa sekaligus
menjadi umpan balik bagi guru.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk menerapkan strategi
pembelajaran aktif Guided Note Taking dan pengaruh pemberian kuis di awal atau akhir

1
http://izaskia.wordpress.com/tag/kelebihan-strategi-guide-note-taking
2
Asnelly Ilyas, Evaluasi Pendidikan, (Batusangkar: STAIN batusangkar Press), 2006, h. 53
6


proses pembelajaran matematika. Untuk itu penulis memilih judul: Penerapan
Pembelajaran Aktif Tipe Guided Note Taking Dan Kuis Pada Pembelajaran
Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 02 Tilatang Kamang.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat diidentifikasikan masalah yang ditemukan di
SMPN 02 Tilatang Kamang sebagai berikut :
1. Kurangnya keaktifan siswa dalam belajar
2. Kurangnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran.
3. Rendahnya hasil belajar siswa.
4. Siswa menganggap pelajaran matematika adalah pelajaran yang rumit.
5. Catatan siswa kurang sempurna

C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan tercapai hasil yang diharapkan serta mengingat
kemampuan yang penulis miliki, maka permasalahan dalam penelitian dibatasi pada
aktivitas dan hasil belajar kognitif siswa.

D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana aktivitas belajar siswa selama diterapkan pembelajaran aktif tipe guided
note taking dan kuis pada pembelajaran matematika.
2. Apakah hasil belajar matematika siswa dengan pembelajaran aktif tipe guided note
taking dan kuis pada pembelajaran matematika, lebih baik dari pada hasil belajar
7


siswa dengan pembelajaran konvensional pada kelas VIII SMPN 02 Tilatang
kamang?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan yang ingin
dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui aktivitas belajar siswa pada proses pembelajaran aktif tipe guided note
taking dan kuis pada pembelajaran matematika.
2. Mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa dengan pembelajaran aktif tipe
guided note taking dan kuis pada pembelajaran matematika lebih baik dari pada hasil
belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional pada kelas VIII SMPN
02 Tilatang Kamang.
F. Asumsi Dasar
Landasan pemikiran yang dijadikan asumsi dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Setiap siswa memiliki kesempatan belajar yang sama dalam proses pembelajaran
matematika.
2. Tes yang diberikan di akhir proses pembelajaran berdasarkan kemampuan siswa
dengan daya ingat dan kemampuan sendiri.
3. Nilai yang diperoleh siswa dari tes kecil tersebut menunjukkan penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran.
4. Setiap siswa memiliki hasil belajar yang berbeda-beda.
5. Nilai yang diperoleh siswa setiap diadakan tes matematika diasumsikan sebagai
kemampuan yang dimilikinya.
6. Hasil tes akhir menggambarkan hasil belajar siswa.


8


G. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa dengan
pembelajaran aktif tipe guided note taking dan kuis pada pembelajaran matematika lebih
baik dari hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional
pada siswa kelas VIII SMPN 02 Tilatang Kamang.

H. Defenisi Operasional
Untuk lebih jelasnya variabel yang penulis tulis dan menghindari
kesalahpahaman, maka perlu dijelaskan variabel-variabel yang ada dalam judul ini
sebagai berikut.
Penerapan yang penulis maksud disini adalah guru menggunakan hand out
sewaktu mengajar di kelas. Strategi belajar aktif adalah pembelajaran yang membawa
peserta didik turut serta dalam semua pembelajaran baik itu mental maupun fisik
sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan tujuan pembelajaran dapat
tecapai.
Guided note taking (catatan terbimbing) adalah strategi pembelajaran aktif
dengan cara memberikan siswa hand out yang dapat membantu siswa dalam membuat
catatan ketika guru menyampaikan materi pelajaran. Tes kecil (kuis) diakhir proses
pembelajaran atau post-test adalah tes yang diadakan diakhir pembelajaran yang
bertujuan untuk mengetahui apakah materi yang sudah dipelajari sudah dapat dikuasai
oleh siswa atau belum.
Pembelajaran konvensional yang dimaksud peneliti adalah pembelajaran yang
biasa diterapkan pada kelas VIII SMPN 02 Tilatang Kamang yang tidak menerapkan
Pembelajaran Aktif Tipe Guided Note Taking dan pemberian tes kecil di akhir proses
pembelajaran.
9


Aktivitas siswa adalah segala kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa selama
proses pembelajaran. Hasil belajar matematika adalah kemampuan yang ada pada siswa
dalam menjawab tes hasil belajar setelah proses pembelajaran dilakukan. Hasil belajar
yang diambil mencakup ranah kognitif berupa nilai tes hasil belajar.

I. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk:
a. Memberikan masukan dan informasi bagi guru matematika dalam merancang strategi
pembelajaran, sehingga dapat membuat siswa tertarik untuk belajar.
b. Pengetahuan bagi penulis dalam usaha meningkatkan kemampuan diri menjadi
tenaga pendidik yang profesional.
c. Sekolah, sebagai masukkan dan sumbang saran dalam meningkatkan mutu dan
efektifitas pembelajaran terutama dalam pembelajaran matematika.
d. Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, keaktifan dalam belajar, kepercayaan diri,
dan kesenangan dalam belajar guna mencapai tujuan pembelajaran sehingga memperoleh
hasil belajar yang maksimal.









10



BAB II
KAJIAN TEORI

A. Hakikat Pembelajaran Matematika
Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil
dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai
asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata
mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein
atau mathenein yang artinya belajar (berpikir).
Berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan
yang didapat dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam
dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi
matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea,
proses, dan penalaran.
Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris.
Kemudian pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan
penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk konsep-konsep
matematika supaya konsep-konsep matematika yang terbentuk itu mudah dipahami oleh
orang lain dan dapat dimanipulasi secara tepat, maka digunakan bahasa matematika atua
notasi matematika yang bernilai global (universal). Konsep matematika didapat karena
proses berpikir, karena itu logika adalah dasar terbentuknya matematika.
3

Sedangkan menurut Soedjadi (2000:11) matematika itu sendiri mengandung
banyak pengertian yaitu sebagai berikut:

3
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pgsd_0905318_chapter2.pdf/ 09 Mei 2012

11


1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir
secara sistematis
2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulus.
3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logika dan
berhubungan dengan bilangan
4. Matematika adalah pengetahuan tentang faktor-faktor kuantitatif dan
masalah tentang ruang dan bentuk.
5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur yang logis
6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Belajar matematika pada hakikatnya adalah suatu aktivitas mental untuk
memahami arti dari struktur-struktur, hubungan-hubungan, simbol-simbol, dan
manipulasikan konsep-konsep yang dihasilkaan ke situasi yang nyata, sehingga
menyebabkan perubahan. Melalui pembelajaran matematika siswa diharapkan
siswa dapat menata nalarnya, membentuk kepribadiannya serta dapat menerapkan
matematika dalam kehidupannya sehari-hari atau dapat digunakan sesuai dengan jenjang
pendidikannya masing-masing.
Pembelajaran matematika adalah proses komunikasi antara guru dengan siswa
melalui interaksi belajar mengajar sehingga terjadi perubahan sikap dan pola pikir siswa.
Menurut Depdiknas (dalam Yulistina: 2010) mengemukakan tujuan pembelajaran
matematika adalah sebagai berikut :
1. Matematika sebagai cara komunikasi yaitu matematika memiliki
lambang-lambang, nama-nama, istilah-istilah yang dapat dijadikan unsur
bahasa, yang dapat diterjemahkan suatu ungkapan bahasa Indonesia
menjadi ungkapan matematika.
12


2. Matematika sebagai cara berfikir nalar yaitu, berfikir nalar
dikembangkan dalam matematika dengan metode deduktif dan induktif
dimana berfikir nalar ini memungkinkan siswa selalu bersikap kritis
terhadap suatu pernyataan.
3. Matematika sebagai alat memecahkan masalah yaitu karena matematika
memiliki model pembahasan, baik dengan gambar, diagram atau grafik,
maka masalah kehidupan sehari-hari atau masalah keilmuan dapat
diterjemahkan kedalam bahasa matematika, selanjutnya karena
matematika memilki operasi dan prosedur maka model matematika itu
dapat diolah untuk mencari pemecahan dari suatu masalah.
4


Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika tersebut, siswa harus belajar
secara aktif untuk memaksimalkan kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan menurut
Zulkardi (2006:6) menyatakan pembelajaran seharusnya tidak diawali dengan sistem
formal, melainkan diawali dengan fenomena di mana konsep tersebut muncul dalam
kenyataan sebagai sumber formasi konsep. Menurut de Lange (1987: 2) proses
pengembangan konsep-konsep dan ide-ide matematika berawal dari dunia nyata dan
pada akhirnya merefleksikan hasil-hasil yang diperoleh dalam matematika kembali ke
dunia nyata.
5

Untuk mendapat gambaran mengenai bagaimana sebaiknya melaksanakan
pembelajaran matematika, perlu kiranya dikaji terlebih dahulu hakikat dari belajar
matematika. NSW (New South Wales) Department of Education, 1989 mengemukakan 5
hal yaitu:

4
http://noviansangpendiam.blogspot.com/2011/05/hakikat-pembelajaran matematika.html/ 11 Mei
2011
5
http://mellyirzal.blogspot.com/2011/01/hakikat-pembelajaran-matematika.html/ 23
Januari 2011

13


1. Siswa akan belajar dengan baik kalau mereka termotivasi
2. Siswa belajar matematika lewat interaksi
3. Siswa harus belajar matematika lewat investigasi
4. Siswa belajar matematika lewat bahasa
5. Siswa belajar matematika sebagai individu, namun tetap dalam konteks
perkembangan intelektual, fisik, dan sosial.
6

Jadi dapat disimpulkan bahwa hakekat pembelajaran matematika seyogianya
mengoptimalkan keberadaan dan peran siswa sebagai pelajar, agar terjadi perubahan
sikap siswa menjadi kritis, cermat dan disiplin.
7

Jadi hakikat pembelajaran matematika itu mengemukakan fakta terlebih dahulu
baru ke konsep dan juga memahami arti dari struktur-struktur, hubungan-hubungan,
simbol-simbol, dan manipulasikan konsep-konsep yang dihasilkaan kesituasi yang nyata
serta perlunya evaluasi atau penilaian dari pembelajaran matematika untuk memotivasi
siswa dalam belajar matematika.
Sesuai dengan hakikat pembelajaran matematika tersebut penulis menerapkan
pembelajaran aktif tipe Guided Note Taking dan kuis pada pembelajaran matematika.

B. Pembelajaran Matematika
Dalam pembelajaran terutama matematika tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan prilaku pada peserta
didik.
8


6
http://zenisetiawati.blogspot.com/2012/05/hakekat-belajar-matematika.html/ 05 Mei
2012

7
http://veynisaicha.blogspot.com/2011/07/hakekat-pembelajaran-matematika.html / 23
juli 2011

8
Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta:PT Raja Grafondo Persada,2007), hal.287
14


Untuk mengembangkan aktivitas dan kompetensi siswa, guru hendaknya dapat
menyajikan pembelajaran yang efektif dan efisien, sesuai dengan kurikulum dan pola
pikir siswa. Dalam mengajarkan matematika, guru harus memahami bahwa kemampuan
setiap siswa berbeda-beda, serta tidak semua siswa menyenangi mata pelajaran
matematika.
Dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran matematika adalah suatu proses
interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya yang berupa bahasa simbol, ilmu
deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan,
dan struktur yang terorganisasi sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih
baik.
Pembelajaran matematika diharapkan tidak hanya untuk memindahkan ilmu
matamatika yang abstrak, akan tetapi juga dapat memberikan manfaat dan dapat
diterapkan peserta didik secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, pembelajaran
matematika seharusnya memperhatikan tujuan dan manfaat dari pembelajaran tersebut
dan dapat mengoptimalkan keberadaan dan peranan siswa sebagai pembelajar.
Agar pembelajaran dapat terwujud seperti apa yang diinginkan maka
pembelajaran harus lebih ditekankan pada upaya guru untuk mendorong dan
memfasilitasi siswa belajar. Dalam pembelajaran siswa diharapkan lebih banyak
berperan dalam mengkontruksi pengetahuan bagi dirinya, begitu juga dalam
pembelajaran matematika.
Guru hanya sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa dalam belajar. Agar
interaksi siswa dalam pembelajaran matematika dapat tercipta, guru perlu menerapkan
strategi pembelajaran yang tepat. Salah satu strategi pembelajaran tersebut adalah
strategi pembelajaran aktif.

15


C. Strategi Belajar Aktif
1. Strategi Pembelajaran
Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan dari pembelajaran tersebut
dapat tercapai. Guru harus mampu menggunakan metode atau strategi pembelajaran
yang tepat. Penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai
fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.
Oleh sebab itu, sebelum penentuan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang
jelas yang dapat diukur keberhasilannya, hal ini juga sejalan dengan pengertian
strategi pembelajaran menurut Kemp dalam Wina Sanjaya.
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien
9
Dick and Carey juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah
suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama
untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.
10
Strategi pembelajaran adalah suatu
prosedur pembelajaran yang telah dirancang oleh seorang pendidik untuk mencapai
tujuan dari pembelajaran, dari defenisi yang telah dijabarkan di atas, kita dapat
memahami bahwa seorang guru harus mampu merancang strategi pembelajaran
sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.

2. Belajar Aktif
Agar belajar menjadi aktif, siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas.
Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah dan
menerapkan apa yang mereka pelajari.
11
Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa

9
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.(Jakarta:Kencana
Pranada Media Group,2008), h.124
10
ibid,h.124
11
Silberman, Aktif learning 101 Cara Belajar Aktif ,(Bandung: Nusa Media dan Nuansa ,2006) ,h.68
16


untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum, karena dalam belajar aktif, siswa
diajak untuk turut serta dalam pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga fisik oleh
karena itu, peserta didik biasanya akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan
dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran sehingga hasil belajar dapat
dimaksimalkan.
Dalam belajar aktif siswa dituntut untuk lebih kreatif dalam belajar baik
intelektual maupun emosional sehingga ia betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif
dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Guru sebagai pendorong aktifitas siswa,
harus melaksanakan strategi yang bervariasi dalam melaksanakan proses
pembelajaran dikelas. Dengan demikian semakin tinggi peluang siswa untuk belajar
aktif dan menghasilkan siswa yang berprestasi.

3. Pembelajaran Aktif Tipe Guided Note Taking

Strategi Guided Note Taking merupakan suatu strategi pembelajaran aktif
dimana guru menyiapkan suatu bagan atau skema atau yang lain yang dapat
membantu siswa dalam membuat catatan. Catatan ketika guru menyampaikan
materi.
12
Dengan adanya aktivitas siswa membuat catatan-catatan ketika guru
menyampaikan materi berarti guru telah melibatkan siswa dalam pembelajaran.
Adapun prosedur dari strategi Guided note taking ini adalah :
a. Siapkan sebuah catatan yang mengikhtisarkan hal-hal utama pada
penyajian materi pelajaran anda.
b. Sebagai ganti menyediakan teks secara lengkap, kosongkan bagian-bagian
di dalamnya, dan untuknya diisi oleh siswa.

12
Hisyam Zaini, Stratei Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta:CTSD ( Center For Teaching Staff
Development ,2007),h.32
17


c. Beberapa cara dalam melakukannya antara lain:
1) Sediakan sejumlah istilah dan definisikan; biarkan istilah atau
definisinya kosong.
__________:merupakan bentuk segilima.
Oktagon:__________________________

2) Kosongkan satu atau beberapa poin.
Peran majelis perwakilan roma
a) Menerapkan undang-undang dan ketetapan yang dibuat oleh konsul.
b) ____________________
c) Menerima duta besar luar negri.
d) ______________________

3) Kosongkan kata-kata kunci dalam paragraf pendek.
Dimasa kini, manajer sering kali menghadapi permasalahan semisal
rendahnya_________, tingginya_________,dan ________kualitas
pelayanan. Solusi manajemen tradisional seringkali cendrung
seperti________ __________ , untuk menghasilkan _________
persoalan baru untuk satu persoalan yang sudah dipecahkan.

d. Bagikan lembar kerja kepada siswa. Jelaskan bahwa anda memang
sengaja mengosongkan beberapa bagian kalimat untuk membantu mereka
mendengarkan secara aktif terhadap apa yang akan ajarkan.
13



13
Silbirmen,Op.cit,h.130-131

18


4. Kuis pada proses pembelajaran
Kuis pada proses pembelajaran adalah suatu tes kecil yang dilakukan untuk
mengevaluasi siswa tentang pemahamannya mengenai materi yang baru saja
dipelajari.
Evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk menilai sesuatu. Salah satu
penilaian itu adalah pemberian tes. Dalam Encyclopedia, tes diartikan; any
series of questions or exercises or other means of measuring the skill,
knowledge, intelligence, capacities or aptitudes of an individual or group,
(Anderson, dkk, 1976:425).
14

Evaluasi merupakan proses untuk mengukur kemampuan siswa mengenai
materi yang telah dipelajari yang dilakukan dalam bentuk pemberian tes.
Sedangkan Sumadi Subrata, mengartikan tes adalah pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus
dikerjakan, yang berdasarkan harus bagaimana testee menjawab dan
pertanyaan-pertanyaan atau melakukan perintah itu, penyelidik mengambil
kesimpulan dengan cara membandingkan dengan standar atau testee
lainnya.

Tes merupakan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa, agar
dapat mengetahui sampai dimana pemahaman siswa dalan suatu materi.

Evaluasi dalam proses pembelajaran adalah tes. Tes yang dimaksud disini
adalah tes kecil ( kuis ) yaitu tes kecil di awal proses pembelajaran ( pre-tes
) dan di akhir proses pembelajaran ( post-tes ). Pre-tes ini diadakan guru

14
M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan,(Jakarta:Raja Grafindo Persada), 1994, h. 43
19


dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan
pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh siswa. Isi materi tes
di awal pembelajaran ini pada umumnya ditekankan pada materi-materi
penting yang seharusnya sudah diketahui oleh siswa sebelum pelajaran
diberikan oleh guru. Sedangkan post-tes dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengetahui

apakah semua materi yang tergolong penting sudah dapat
dikuasai oleh siswa. Materi tes di akhir pembelajaran ini adalah bahan-
bahan penting yang telah diajarkan kepada peserta didik.
15


Dalam penelitian ini kuis yang dimaksud adalah kuis di akhir proses
pembelajaran atau disebut juga post-test. Mengadakan tes dalam suatu proses
pembelajaran bisa meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan
dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, penulis mengadakan tes
kecil ini dalam proses pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

5. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang lebih berpusat pada
guru, yang dalam pelaksanaannya kurang memperhatikan keseluruhan situasi
belajar.
16

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang sering dilakukan
oleh para guru. Pembelajaran ini pada umumnya memiliki kekhasan tertentu,
misalnya lebih mengutamakan hafalan dari pada pengertian, menekankan kepada

15
Asnelly Ilyas, Opcit, h. 53

16
Kunandar,Op.cit,h. 328
20


keterampilan berhitung, mengutamakan hasil dari pada proses, dan pembelajaran
berpusat pada guru.
Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pembelajaran dengan metode ekspositori. Metode ekspositori sama dengan cara
mengajar biasa (tradisional) yang dipakai dalam pengajaran matematika. Kegiatan
guru yang utama adalah menerangkan pelajaran, memberikan contoh soal dan
penyelesaiannya, kemudian memberi soal-soal latihan, dan siswa disuruh
mengerjakannya.
Guru biasanya mengajar dengan berpedoman pada buku teks, dengan
mengutamakan metode ceramah dan kadang-kadang tanya jawab. Tes atau evaluasi
yang bersifat sumatif dengan maksud untuk mengetahui perkembangan jarang
dilakukan. Siswa harus mengikuti cara belajar yang dipilih oleh guru, dengan patuh
mempelajari urutan yang ditetapkan guru, dan kurang sekali mendapat kesempatan
untuk menyatakan pendapat maupun pertanyaan. Banyak ditemukan di lapangan
bahwa selama ini pembelajaran matematika didominasi oleh guru melalui metode
ceramah dan ekspositorinya.
Dari uraian di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan pembelajaran matematika secara konvensional adalah suatu kegiatan belajar
mengajar yang selama ini kebanyakan dilakukan oleh guru dimana guru mengajar
secara klasikal yang di dalamnya aktivitas guru mendominasi kelas dengan metode
ekspositori, dan siswa hanya menerima saja apa-apa yang disampaikan oleh guru,
begitupun aktivitas siswa untuk menyampaikan pendapat sangat kurang, sehingga
siswa menjadi pasif dalam belajar, dan belajar siswa kurang bermakna karena lebih
banyak hafalan.
21


Dalam penelitian ini, pembelajaran konvensional yang peneliti maksudkan
adalah pembelajaran ekspositori yang biasa dilakukan oleh guru di SMPN 02 Tilatang
Kamang.

6. Komparasi Pembelajaran
Dari penjelasan yang telah dipaparkan maka penulis dapat membandingkan
pembelajaran aktif tipe guided note taking dengan pembelajaran konvensional sebagai
berikut:
Tabel 2. Komparasi pembelajaran konvensinal dengan pembelajaran aktif tipe
guided note taking dengan pembelajaran konvensional
No Pembelajaran aktif tipe guided note
taking

Pembelajaran konvensional

a. Sebelum pembelajaran Guru
mempersiapkan hand out yang
dirancang dengan tampilan yang
menarik dan dikosongkan beberapa
poin penting untuk diisi oleh siswa,

Guru tidak mempersiapkan
hand out
b. Perhatian dan aktivitas siswa lebih
meningkat, karena ada hand out yang
mesti diisi oleh setiap siswa.
Tidak ada hand out yang
mesti diisi oleh siswa,
sehingga siswa tidak
memiliki tanggung jawab
untuk memperhatikan
penjelasan guru.
22




7. Hasil belajar matematika
Hasil belajar matematika adalah tolak ukur untuk tingkat keberhasilan siswa
dalam mengetahui dan memahami pelajaran yang berupa pengetahuan, nilai dan
keterampilan setelah siswa mengalami proses belajar.
17

Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Menurut S. Bloom dalam Sudjana hasil belajar dapat
diklasifikasikan menjadi tiga ranah yaitu
1. Ranah kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek
yaitu, pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi.
2. Ranah afektif
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni, penerimaan,
reaksi atau pemberian respon, penghargaan terhadap nilai, organisasi
dan pengalaman.
3. Ranah psikomotorik
Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak
yang terdiri dari enam aspek yakni, gerakan refleks, keterampilan
gerakan dasar, kemampuan persepsi, kemampuan fisik, gerakan
terampil dan gerakan indah dan kreatif.
18



17
Ngalim purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1998), h.

18
Asnelly Ilyas,Op.cit, h. 35
23


Jadi hasil belajar merupakan suatu keluaran atau hasil berupa pemahaman,
aktivitas berupa keterampilan dan kemampuan menyelesaikan serta menyikapi
masalah yang berhubungan dengan materi yang telah dibahas saat proses belajar serta
dapat mengaplikasikannya kedalam kehidupan sehari-hari.
Maka, hasil belajar yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah tergolong
pada hasil belajar ranah kognitif (pikiran), afektif (sikap) dan psikomotor. Hasil
belajar ranah kognitif berupa hasil belajar berkenaan dengan hasil belajar intelektual
yang terdiri dari enam aspek yakni: pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari
lima aspek yakni penerimaan jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan
internalisasi. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak.
Dengan melakukan penelitian terhadap siswa, maka akan diketahui apakah
pembelajaran yang dilaksanakan berhasil atau tidak. Keberhasilan ini tergantung
kepada hasil belajar yang diperoleh siswa.

8. Aktivitas Belajar
Pembelajaran tidak akan terlepas dari aktivitas, sebab belajar dan mengajar
adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku melalui kegiatan. Itulah sebabnya
aktivitas merupakan prinsip dasar dalam interaksi belajar mengajar.
Aktivitas siswa di dalam kelas dapat dilihat melalui partisipasi siswa terhadap
pembelajaran yang sedang berlangsung. Dalam pembelajaran, aktivitas siswa terlahir
karena adanya motivasi dan dorongan. Oleh sebab itu, guru harus berupaya untuk
membimbing siswa agar dapat beraktivitas secara maksimal.
24


Aktivitas dapat berupa interaksi siswa dengan guru, siswa dengan siswa dan
siswa dengan lingkungannya. Berbagai macam aktivitas dapat dilakukan siswa di
dalam kelas. Paul B Diedrich dalam Sardiman membagi aktivitas belajar siswa
sebagai berikut:
1. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,
interupsi.
3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,
diskusi, musik pidato.
4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,
angket, menyalin.
5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,
berternak.
7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil
keputusan.
8. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
19



19
Sardiman, Intersaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h.
101
25


Dalam pembelajaran di kelas, semua aktivitas ini saling mendukung antara
satu dengan yang lainnya. Jika siswa aktif dalam pembelajaran maka tujuan
pembelajaran akan mudah tercapai.
Dalam penelitian ini, tidak semua aktivitas yang penulis amati, karena aktifitas
yang terjadi dan dapat diamati dalam pembelajaran aktif tipe guided note taking
adalah sebagai berikut:
a. Listening activities
Hal yang akan diamati antara lain: aktivitas siswa dalam mendengarkan dan
menyimak penjelasan dari guru.
b. Writing activities
Hal yang diamati adalah antusias siswa untuk melengkapi handout yang telah
diberikan.
c. Oral activities
Hal yang diamati antara lain: menjawab pertanyaan dari guru maupun dari teman
sekelasnya.
d. Mental activities
Hal yang akan diamati antara lain: menanggapi jawaban yang telah diberikan dan
memecahkan soal-soal yang telah diberikan oleh guru.
e. Emotional activities
Hal yang akan diamati adalah keberanian siswa ke depan kelas untuk mengerjakan
latihan di papan tulis.

9. Penelitian yang Relevan
Fajjratul Aida, dengan penelitian yang berjudul Penerapan Pembelajaran
Aktif Tipe Guided Note Taking dan Questions Students Have dengan Setting
26


Kooperatif pada Siswa Kelas X SMA Negri 1 Salimpaung pada Tahun Ajaran
2010/2011. Penelitian ini lebih terfokus pada penerapan pembelajaran aktif Tipe
Guided Note Taking yang diiringi dengan pemberian kuis pada proses pembelajaran.
Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa hasil belajar matematika siswa yang
menerapkan Kombinasi Pembelajaran Aktif Tipe Guided Note Taking dan Questions
Students Have lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang menggunakan
pembelajaran konvensional.
Beda Penelitian ini dengan penelitian yang telah dilaksanakan oleh Fajjratul
Aida adalah dalam penelitian tersebut Fajjratul Aida membandingkan aktivitas dan
hasil belajar siswa dengan cara menerapkan kombinasi pembelajaran aktif tipe Guided
Note Taking dan Questions Students Have dengan setting kooperatif sedangkan yang
penulis lakukan adalah menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe Guided Note
Taking dan kuis pada pembelajaran matematika.

10. Kerangka Konseptual
Dalam pembelajaran matematika banyak sekali faktor yang mempengaruhi
hasil belajar siswa, salah satunya adalah rendahnya aktivitas dan kurangnya minat
siswa dalam belajar matematika. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa diantaranya menciptakan suasana belajar yang
mendorong siswa terlibat aktif dalam proses belajar. Namun kenyataannya siswa
masih pasif dalam belajar dan proses belajar mengajar didominasi oleh guru.
Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menerapkan
pembelajaran aktif tipe Guided Note Taking dan kuis pada pembelajaran. Strategi
pembelajaran ini tidak hanya melatih siswa dalam keterampilan akademik dan
27


aktivitas saja, tapi juga dalam hubungan sosial antar sesama peserta didik dan pada
akhirnya hal ini akan berpengaruh terhadap hasil belajar siwa.
Pada pembelajaran aktif tipe Guided Note Taking aktivitas belajar lebih
banyak berpusat pada siswa. Dalam pembelajaran siswa dituntut untuk
memperhatikan penjelasan dari guru agar dapat melengkapi poin penting yang ada di
hand out, setelah itu siswa diberikan tes kecil atau kuis di akhir pembelajaran untuk
mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang sudah diajarkan atau tes kecil juga
bisa dilakukan di awal pembelajaran untuk mengetahui pemahaman awal siswa
tentang materi yang akan dijelaskan. Kerangka konseptual dapat digambarkan pada
bagan berikut ini:












Gambar 1. Skema kerangka konseptual


Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Hasil Belajar Hasil Belajar Aktivitas
Dibandingkan
Siswa
28


BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini tergolong kepada penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment)
dan penelitian deskriptif. Penelitian eksperimen semu adalah penelitian eksperimen yang
sulit dilaksanakan yang mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar mempengaruhi pelaksanaan
eksperimen
20
. Pelaksanaan penelitian eksperimen semu sama halnya dengan pelaksanaan
pada penelitian eksperimen murni, yaitu dapat dilakukan dengan memberikan perlakuan
(treatment) pada kelas eksperimen dengan cara menerapkan pembelajaran aktif tipe
guided note taking dan kuis dan memberikan perlakuan belajar secara biasa
(konvensional) pada kelas kontrol. Penelitian deskriptif adalah Penelitian yang
bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini dan melihat
kaitan antara variabel-variabel yang ada serta mendeskripsikan informasi apa adanya
sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti
21
. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk
memperoleh informasi aktivitas belajar siswa. Analisis data penelitian deskriptif
dilakukan terhadap aktivitas siswa pada kelas eksperimen secara kuantitatif dan
kualitatif.

B. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang akan digunakan adalah Randomized Control Group
Only Design. Pada penelitian ini perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen adalah
penerapan pembelajaran aktif tipe guided note taking dan kuis diakhir proses
pembelajaran (post-test).

20
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2010), h. 114
21
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta:Bumi Aksara,2009) , h. 26

29


Bagan dari rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 3: Rancangan Penelitian
22

Jenis kelompok Treatment Ulangan Harian
Eksperimen X T
Kontrol Y T

Keterangan:
X = Penerapan pembelajaran aktif tipe guided note taking dan
kuis diakhir proses pembelajaran (post-test).
Y = Pembelajaran Konvensional
T = Test Akhir


C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 02
Tilatang Kamang yang terdiri dari lima kelas. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada
tabel berikut :
Table 4 : Jumlah Siswa Kelas VIII SMPN 02 Tilatang Kamang Tahun Ajaran
2013 / 2014
Kelas Jumlah Siswa
VIII 1

20
VIII 2 21

22
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian,(Jakarta:PT. Rineka Cipta,2005) , h.117
30


VIII 3

20
VIII 4

21
VIII 5 21
Total 103
(Sumber: Tata Usaha SMP N 02 Tilatang Kamang)

2. Sampel
Sesuai dengan metode penelitian yang digunakan, maka dibutuhkan dua kelas
sebagai sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Oleh karena populasinya
terdiri dari lima kelas, maka teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak
(Random Sampling) artinya setiap populasi memiliki kesempatan yang sama untuk
dipilih menjadi sampel dalam penelitian.
Mengingat jumlah populasi yang akan diteliti berjumlah 5 kelas maka hanya
dibutuhkan 2 kelas sebagai sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Agar
sampel yang diambil representatif artinya benar-benar mencerminkan populasi, maka
pengambilan sampel dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan nilai ulangan harian matematika siswa kelas VIII SMPN 02 Tilatang
Kamang.
b. Melakukan Uji normalitas populasi terhadap nilai ulangan harian matematika siswa
kelas VIII. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah populasi tersebut berdistribusi
normal atau tidak.
Hipotesis yang diajukan adalah:
H
0
= Populasi berdistribusi normal
H
1
= Populasi tidak berdistribusi normal
Langkah-langkah dalam menentukan uji normalitas ini yaitu:
31


1) Menyusun skor hasil belajar siswa dalam suatu tabel skor, disusun dari
yang terkecil sampai yang terbesar.
2) Pengamatan
1
x ,
2
x ,
3
x ......
n
x , kemudian dijadikan bilangan baku ,
1
z
n
z z ........
2
, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

s
x x
z
i
i

=
Keterangan :
s = Simpangan Baku
= x Skor rata-rata
x
i
= Skor dari tiap siswa
3) Untuk tiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar dari distribusi
normal baku dihitung peluang :
) ( ) (
i i
z z P z F s =
4) Menghitung jumlah proporsi skor baku ,
1
z
n
z z ..... ,
2
, yang lebih kecil
atau sama
i
z
,
yang dinyatakan dengan S(
i
z ) dengan menggunakan rumus :
n
z yang z z z banyaknya
z S
i n
i
s
=
,... ,
) (
2 1

5) Menghitung selisih antara F(
i
z ) dengan S(
i
z ), kemudian tentukan harga
mutlaknya.
6) Ambil harga mutlak yang terbesar dan harga mutlak selisih diberi simbol
0
L ,
0
L = Maks F(
i
z ) S(
i
z )
7) Kemudian bandingkan
0
L dengan nilai kritis L yang diperoleh dan daftar
nilai kritis untuk uji Liliefors pada taraf yang dipilih, yang ada pada table
pada taraf nyata yang dipilih.
32


Kriteria pengujiannya :
(1) Jika
0
L <
tabel
L

berarti populasi berdistribusi normal.
(2) Jika
0
L

>
tabel
L

berarti populasi tidak berdistribusi normal.
23

Uji normaliatas dilakukan dengan cara Uji Liliefors, setelah dilakukan
uji ini diperoleh hasil bahwa seluruh populasi berdistribusi normal dengan
taraf nyata .
c. Melakukan uji homogenitas variansi dengan uji Bartlett. Uji ini bertujuan
untuk melihat apakah populasi mempunyai variansi yang homogen atau tidak.
Uji Bartlett dilakukan karena variansi populasinya lebih dari dua. Dengan
pengujiannya sebagai berikut:
Hipotesis yang diajukan yakni:




1
H = Paling kurang ada satu pasang variansi yang tidak sama

Untuk menentukan uji homogenitas ini dilakukan dengan beberapa
langkah:

1) Hitung k buah ragam contoh s
1,
s
2
, s
k
dari contoh-contoh berukuran n
1
, n
2
,
...n
k
dengan

=
=
k
i
i
n N
1

2) Gabungkan semua ragam contoh sehingga menghasilkan dugaan gabungan:

23
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito Bandung, 2005), h. 466-467
) 05 , 0 ( = o
33



i
k
i
i
p
S
k N
n
S

=

=1 2
1

3) Dari dugaan gabungan tentukan nilai peubah acak yang mempunyai sebaran
Bartlett:
| |
2
1
1 2 1 2
2
1 2
) ...( ) .( ) (
2
p
k N
n
k
n n
i
S
S S S
b
k i

=
( )
k k
n n n b b ..... , ;
2 1
o s

( )
( ) ( ) | |
N
n b n n b n
n n n b
k k k k
k k
; .......... ;
..... , ;
1 1
2 1
o o
o
+
=
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika b ( )
k k
n n n b ..... , ;
2 1
o , diterima H
0

berarti data homogen
Jika b < ( )
k k
n n n b ..... , ;
2 1
o , ditolak H
0

berati data tidak homogen.
24

Berdasarkan hasil uji homogenitas variansi yang telah dilakukan
dengan cara uji Bartlett, dari keempat kelas populasi diperoleh hasil
analisisnya bahwa b ( )
k k
n n n b ..... , ;
2 1
o atau 0,9177 > 0,9060. Dengan
demikian H
0
diterima dengan kesimpulan bahwa variansi dari populasi
bersifat homogen..
c. Melakukan analisis variansi untuk melihat kesamaan rata-rata populasi.
Analisis ini bertujuan untuk melihat apakah populasi mempunyai kesamaan
rata-rata atau tidak. Uji ini menggunakan teknik anava satu arah dengan
langkah sebagai berikut yaitu:
Langkah-langkah untuk melihat kesamaan rata-rata populasi yaitu:

24
Ronald, E. Walpole. Pengantar Statistika, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 1993), h. 391 Edisi
Ketiga
34


1) Tuliskan hipotesis statistik yang diajukan
H
0
:


H
1
: sekurang-kurangnya satu pasang rata-rata tidak sama

2) Tentukan taraf nyatanya (o )
3) Tentukan wilayah kritiknya dengan menggunakan rumus:
| | K N k f f > , 1
o

4) Tentukan perhitungan dengan bantuan tabel yaitu:

Tabel 5 : Data Hasil Belajar Siswa Kelas Populasi

Populasi
1 2 3 K
X
11
X
12
......
X
1n


X
21
X
22
......
X
2n


X
31
X
32
......
X
3n


X
k1
X
k2
......
X
kn



Total T
1
T
2
T
3
T
k
T
......

Nilai
tengah
1
x
2
x
3
x
k
x
...
x

Perhitungannya dengan mengunakan rumus:
Jumlah Kuadrat Total (JKT) =

= =

k
i
n
j
j i
i
N
T
X
1 1
2
.... 2
,

35


Jumlah Kuadrat untuk nilai tengah kolom (JKK) =
N
T
N
T
k
i
i
2
.....
1
2

=

Jumlah Kuadrat galat (JKG) = JKT JKK
Hasil perhitungannya masukan datanya dalam tabel berikut:

Tabel 6 : Analisis Ragam Bagi Data Hasil
Belajar Siswa Kelas Populasi

Sumber
keragaman
Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah
hitung
f
Nilai tengah
kolom

Galat
JKK

JKG
1 k

k N
1
2
1

=
k
JKK
s
K N
JKG
s

=
2
2


2
2
2
1
s
s

Total JKT 1 N

5) Keputusannya:
Diterima H
0
jika ( ) k N k f f < , 1
o

Tolak H
0
jika ( ) k N k f f > , 1
o
25


Analisis variansi dilakukan dengan cara teknik Anava satu arah dengan
( ) k N k f f < , 1
o
, diperoleh kesimpulan bahwa 0,2318 < 2,48, artinya
kelima kelas populasi memiliki rata-rata yang sama atau hipotesis nolnya
diterima.

25
ibid, h.383-391
36


d. Karena populasi berdistribusi normal, mempunyai variansi yang homogen serta
memiliki kesamaan rata-rata, maka diambil sampel dua kelas secara lotting.
Kelas yang terambil pertama ditetapkan sebagai kelas eksperimen yaitu kelas
VIII
5
dan kelas yang terambil kedua ditetapkan sebagai kelas kontrol yaitu
kelas VIII
4
.

D. Variabel dan Data
1. Variabel
Variabel dalam penelitian ini variabel bebas dan terikat antara lain :
a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu penerapan pembelajaran aktif tipe
guided note taking dan kuis dan pembelajaran konvensional.
b. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu hasil belajar siswa pada kedua kelas
sampel.

2. Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
1) Data primer
Data primer yang digunakan yaitu data hasil belajar siswa yang
diperoleh pada kelas sampel melalui tes hasil belajar, dan data aktivitas belajar
siswa yang diperoleh melalui lembaran observasi yang diamati oleh observer
setiap kali pertemuan pada kelas eksperimen.

37


2) Data sekunder
Dalam hal ini data sekunder yang digunakan adalah nilai mid semester
genap siswa kelas VIII SMPN 02 Tilatang Kamang.

E. Prosedur Penelitian
Secara umum penelitian ini dilaksanakan melalui 3 tahap yaitu :

a. Tahap Persiapan
Hal- hal yang dilakukan pada tahap persiapan penelitian adalah :
1) Mengunjungi sekolah tempat diadakannya penelitian
2) Menetapkan jadwal penelitian
3) Menyelesaikan segala administrasi penelitian seperti surat izin penelitian dll.
4) Memahami dan memantapkan pembelajaran aktif tipe guided note taking serta
materi yang akan diberikan pada saat penelitian.
Tabel: 7 Tahap Pelaksanaan

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pendahuluan ( 5 Menit )
a. Guru memeriksa kesiapan
siswa untuk menghadapi
pembelajaran.
b. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan
dicapai.
c. Guru memberikan apersepsi.
Pendahuluan ( 5 Menit )
a. Guru mengabsen siswa dan
mengkondisikan kelas.
b. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan
dicapai.
c. Guru memberikan apersepsi.

38


d. Guru menyampaikan metode
pembelajaran yang digunakan.
Kegiatan Inti ( 75 Menit )
a. Guru menjelaskan tujuan
diberikan handout.
b. Guru memberikan handout
yang berisi catatan tentang
materi yang akan disampaikan
oleh guru yang dinamakan
guided note taking.
c. Guru menjelaskan materi
pelajaran kepada siswa.
d. Siswa mengisi handout bagian
yang kosong yang diberikan
oleh guru.
e. Guru memberikan latihan
kepada siswa.
f. Guru meminta salah seorang
dari siswa untuk mengerjakan
soal latihan di depan kelas.
g. Guru bersama siswa
memeriksa hasil kerja siswa
yang tampil.
h. Guru memberikan tes kecil
(kuis) di akhir proses
Kegiatan Inti ( 75 Menit )
1) Guru menyajikan materi
pembelajaran pada siswa.
2) Guru memberikan
beberapa buah contoh
soal.
3) Guru memberikan latihan
kepada siswa
4) Guru menyuruh siswa
mengerjakan soal latihan.
5) Guru meminta perwakilan
siswa yang bisa
menyelesaikan
penyelesaian soal latihan
ke depan kelas atau
langsung menunjuk siswa.
6) Guru bersama siswa
memeriksa hasil kerja
siswa yang ke depan
kelas.

39


pembelajaran atau post-tes.

Penutup ( 10 Menit )
a. Guru dan siswa merangkum
kesimpulan pembelajaran
pada hari itu.
b. Guru memberikan tugas baca
selanjutnya pada siswa.
Penutup ( 10 Menit )
a. Guru dan siswa merangkum
kesimpulan pembelajaran
pada hari itu.
a. Guru memberikan tugas
baca selanjutnya pada
siswa.

3. Tahap Penyelesaian
Pada tahap ini peneliti mengadakan tes akhir untuk melihat hasil belajar
siswa, tes diberikan pada kelas eksperimen serta kelas kontrol. Kemudian hasil tes
dilakukan analisis untuk menguji hipotesis.

F. Instrumen Penelitian
Untuk mengumpulkan data, peneliti menggunakan beberapa instrument penelitian
yaitu: lembar observasi, dan tes hasil belajar. Untuk lebih rincinya instrumen penelitian
ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk pengamatan aktivitas dan kegiatan masing-
masing siswa dalam belajar matematika yang menerapkan pembelajaran aktif tipe
guided note taking dan kuis selama proses penelitian dilakukan. Dalam penyusunan
lembaran observasi digunakan langkah-langkah sebagai berikut:
40


a. Menentukan indikator-indikator penelitian terhadap aktivitas belajar siswa yang
diamati selama pembelajaran berlangsung.
b. Merancang lembaran observasi yang digunakan.
c. Memvalidasi lembaran observasi yang akan digunakan, dimana hal ini dilakukan
untuk mengetahui apakah lembaran observasi yang akan digunakan oleh peneliti
sudah layak atau belum digunakan.
Indikator aktivitas yang peneliti lihat dalam penelitian ini adalah:
Tabel 8. Indikator-Indikator Aktivitas Siswa
No Jenis Aktivitas Indikator
1 Listening Activities
Mendengarkan dan menyimak
penjelasan dari guru

2 Writing Activities
Mengisi handout yang telah
diberikan
3 Oral Activities
Menjawab pertanyaan dari guru
maupun dari teman sekelasnya

4 Mental Activities
a. Memecahkan soal-soal yang
yang diberikan guru
b. Menanggapi jawaban yang
telah diberikan

5 Emotional Activities
Keberanian siswa ke depan kelas
untuk mengerjakan latihan di
papan tulis.
41



Lembar observasi ini diisi pada setiap kali pertemuan oleh seorang observer.
Lembaran observasi ini untuk melihat seberapa jauh perkembangan aktivitas siswa
dalam belajar matematika yang menerapkan pembelajaran aktif tipe guided note
taking dalam belajarnya.

2. Tes Hasil Belajar
Materi yang diujikan adalah materi yang diberikan pada saat penelitian. Tes
hasil belajar ini dilaksanakan untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa terhadap
materi yang telah dipelajari.
Dalam penelitian ini hal-hal yang dilakukan untuk memperoleh hasil tes yang
baik adalah sebagai berikut:
a. Menyusun tes
Langkah-langkah dalam penyusunan tes dapat dilakukan dengan urutan:
1) Menentukan tujuan mengadakan tes.
2) Mengadakan pembatasan terhadap pokok bahasan yang akan diteskan.
3) Membuat kisi-kisi soal.
4) Menulis butir-butir soal sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar.
b. Validasi tes
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Dari hasil
validasi tes tersebut diperoleh bahwa tes dapat digunakan dengan sedikit revisi.
c. Melakukan uji coba tes
Sebelum tes dilaksanakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, tes perlu
diujicobakan. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah soal yang telah disusun
42


dapat digunakan atau perlu direvisi. Dalam penelitian ini soal diujicobakan ke
kelas VIII
2
. Dipilih kelas VIII
2
untuk melakukan uji coba soal tes karena kelas ini
materinya sejalan dengan kelas sampel.
d. Analisis butir soal tes
Analisis ini dilakukan untuk melihat dan mengindentifikasi soal-soal yang
baik, kurang baik, dan soal yang tidak baik sama sekali.
Hal-hal yang dilakukan dalam melakukan analisis butir soal adalah:
1) Daya pembeda soal
Daya pembeda soal adalah dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan
soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu dengan siswa yang
tergolong kurang mampu atau lemah prestasinya
26
. Daya pembeda soal
ditentukan dengan mencari indeks pembeda soal.
Indeks pembeda soal adalah angka yang menunjukkan perbedaan
kelompok tinggi dan kelompok rendah. Untuk menghitung indeks pembeda
soal dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
(a) Data diurutkan dari nilai tertinggi sampai nilai terendah.
(b) Kemudian diambil 27% dari kelompok yang mendapat nilai tinggi dan
27% dari kelompok yang mendapat nilai rendah.
(c) Dalam menentukan daya pembeda soal yang berarti (signifikan) atau tidak,
dicari dulu degress of freedom (df) dengan rumus:

df = (n
t
-1) + (n
r
-1)
n
t
= n
r
= 27% N = n
(d) Cari indeks pembeda soal dengan rumus :

26
Asnelly Ilyas, Op.cit. h 119
43


I
p
=
) 1 (
2 2


n n
X X
M M
r t
r t

Keterangan:
I
p
= Indeks pembeda soal
M
t
= Rata-rata skor kelompok tinggi
M
r
= Rata-rata skor kelompok rendah

2
t
X = Jumlah kuadrat deviasi skor kelompok tinggi

2
r
X = Jumlah kuadrat deviasi skor kelompok rendah
n = 27% N
N = Banyak peserta tes.

Menurut Prawironegoro, Suatu soal mempunyai daya pembeda soal
yang berarti (signifikan) jika I
p
hitung
> I
p
tabel
pada df yang telah
ditentukan
27
.
Setelah dilakukan uji coba dengan I
p tabel
= 2,179 diperoleh daya pembeda
masing-masing soal.
Tabel 9. Daya Pembeda Soal Setelah Dilakukan Analisis
No p
I
Keterangan
1 8,738 Signifikan
2 2,299 Signifikan
3 6,69 Signifikan

27
Pratiknyo Prawironegoro, Evaluasi Hasil Belajar Khusus Analisis Soal Bidang Studi Matematika,
(Jakarta: Dirjen Dikti P2I. PTK, 1985), h. 11

44


4 5,92 Signifikan
5 5,74 Signifikan

Berdasarkan hasil analisis daya pembeda diperoleh kesimpulan bahwa
semua soal memiliki daya pembeda yang signifikan.
2) Indeks kesukaran soal
Soal dikatakan baik apabila soal yang diteskan tidak dirasakan sulit oleh
siswa dan tidak terlalu mudah. Soal yang terlalu mudah atau terlalu sukar harus
direvisi atau diganti.
Untuk menentukan indeks kesukaran soal bentuk uraian dapat digunakan
rumus :
% 100
2

+
=
mn
D D
I
r t
k

Keterangan :

I
k
= Indeks Kesukaran soal
D
t
= Jumlah skor kelompok tinggi
D
r
= Jumlah skor kelompok rendah
m = Skor setiap soal benar
n = 27 % x N
N = Banyak peserta tes

Kriteria:
I
k
s 27% Soal Sulit
27 % < I
k
< 73 % Soal Sedang
45


I
k
> 73 % Soal mudah.
28

Setelah dillakukan uji coba tes dan perhitungannya maka diperoleh indeks
kesukaran soal pada Tabel 10.
Tabel 10. Indeks Kesukaran Soal Setelah Dilakukan Uji Coba
No
k
I Keterangan
1
76,25% Mudah
2
70% Sedang
3
47,08% Sedang
4
63,75% Sedang
5
47,,5% Sedang

Berdasarkan analisis indeks kesukaran soal diperoleh kesimpulan
bahwa semua soal memiliki indeks kesukaran soal sedang.
3) Klasifikasi soal
Setelah dilakukan perhitungan indeks daya pembeda (I
p
) dan indeks
kesukaran soal (I
k
) maka ditentukan soal yang akan digunakan.

Klasifikasi soal uraian menurut Prawironegoro adalah:
29

(a) Item tetap dipakai jika I
p
signifikan 0% < I
k
< 100%
(b) Item diperbaiki jika:
I
p
signifikan dan I
k
= 0% atau I
k
= 100%
I
p
tidak signifikan dan 0%< I
k
<100%

28
Ibid., h.14
29
Ibid., h. 16
46


(c) Item diganti jika I
p
tidak signifikan dan I
k
= 0% atau I
k
=100%.

Berdasarkan hasil analisis daya pembeda dan indeks kesukaran di atas,
maka soal dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 11. Klasifikasi Soal
No
Soal
Ip Keterangan Ik Keterangan Klasifikasi
1 8,738 Signifikan 76,25% Mudah Dipakai
2 2,299 Signifikan 70% Sedang Dipakai
3 6,69 Signifikan 47,08% Sedang Dipakai
4 5,92 Signifikan 63,75% Sedang Dipakai
5 2,567 Signifikan 47,,5% Sedang Dipakai

Berdasarkan hasil analisis soal uji coba terlihat bahwa semua soal
memiliki daya pembeda yang signifikan dan indeks kesukaran soal sedang.

4) Reliabilitas tes
Suatu tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut hasil yang tetap apabila
di teskan berulang-ulang kali
30
.
Tes yang diberikan pada penelitian ini adalah tes berbentuk uraian
sebanyak 5 butir soal. Untuk mengukur reliabilitas soal ini dapat dicari
dengan Rumus Alpha yaitu
31
:

30
Asnelly Ilyas, Op.Cit, h 67
31
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi), (Jakarta : PT. Rineka Cipta,
2005), h. 106
47


r
11
=
|
.
|

\
|
1 n
n
(
(


2
2
1
t
i
o
o


Keterangan:
r
11
= Reliabilitas soal
2
t
o = Variansi total
n = Jumlah butir soal

2
i
o = Jumlah variansi skor tiap-tiap soal

Tabel 12. Klasifikasi reliabilitas
Nilai Klasifikasi
0,80
11
r s
s1,00
Reliabilitas sangat tinggi
0,60
11
r s
s0,79
Reliabilitas tinggi
0,40
11
r s
s0,59
Reliabilitas sedang
0,20
11
r s
s0,39
Reliabilitas rendah
0,00
11
r s
s0,19
Reliabilitas sangat rendah

Berdasarkan hasil uji coba soal, diperoleh perhitungan reliabilitas tes
sebesar r
11
= 0,792, soal tes tergolong kepada reliabilitas tinggi.

G. Teknik Analisa Data
1. Lembar Observasi
48


Data aktivitas yang diperoleh melalui lembar observasi dianalisis dengan
menggunakan rumus presentase, yaitu:
% 100 =
N
F
P
Keterangan:
P = Persentase aktivitas
F = Frekuensi aktivitas yang dilakukan
N = Jumlah siswa
32
.

Penilaian aktivitas dapat dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
33

0% - 25% : rendah sekali atau sedikit sekali
26% - 50 % : rendah atau sedikit
51% - 75% : tinggi
76% - 100% : tinggi sekali

Persentase aktivitas belajar siswa ini dipantau pada tiap kali pertemuan,
sehingga dapat diketahui bagaimana perkembangan aktivitas siswa dalam penerapan
pembelajaran aktif tipe guided note taking dan kuis di akhir proses pembelajaran.
Aktivitas siswa dikatakan lebih baik jika persentase aktivitas untuk masing-masing
aspek mengalami peningkatan.

2. Tes Hasil Belajar

32
Anas Sudijono,Pengantar Statistika Pendidikan, (Alfabeta:Jakarta,2006)h 43
33
Ibid, h 40
49


Tes hasil belajar dapat diukur dengan cara uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan
secara statistik dengan melakukan uji t. Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :


a) Pengujian Normalitas
Menurut Riduwan uji normalitas data dapat dilakukan dengan berbagai cara,
yaitu (a) Uji Kertas Peluang Normal; (b) Uji Liliefors; (c) Uji Chi Kuadrat. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan Uji Liliefors karena datanya berupa hasil
belajar
34
. Langkah-langkah dalam menentukan uji normalitas ini yaitu:
Hipotesis yang diajukan adalah:
H
0
= sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H
1
=sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Langkah-langkah dalam menentukan uji normalitas ini yaitu:
1) Menyusun skor hasil belajar siswa dalam suatu tabel skor, disusun dari yang
terkecil sampai yang terbesar.
2) Pengamatan
1
x ,
2
x ,
3
x ......
n
x , kemudian dijadikan bilangan baku ,
1
z
n
z z ........
2
, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


s
x x
z
i
i

=
Keterangan :
s = Simpangan Baku

34
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti
Pemula(Bandung:Alfabeta, 2005), h. 121
50


= x Skor rata-rata
x
i
= Skor dari tiap siswa
3) Untuk tiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar dari distribusi normal
baku di hitung peluang:
) ( ) (
i i
z z P z F s =
4) Menghitung jumlah proporsi ,
1
z
n
z z .... ,
2
, yang lebih kecil atau sama
i
z , jika
proporsi dinyatakan dengan S(
i
z ) dengan menggunakan rumus maka:

n
z yang z z z banyaknya
z S
i n
i
s
=
... , ,
) (
2 1

5) Menghitung selisih F(
i
z ) - S(
i
z ) kemudian tentukan harga mutlaknya.
6) Ambil harga mutlak yang terbesar dan harga mutlak selisih diberi simbol
0
L ,
0
L = Maks F(
i
z ) S(
i
z ).
7) Kemudian bandingkan
0
L dengan nilai kritis L yang diperoleh dan daftar nilai
kritis untuk uji Liliefors pada taraf yang dipilih, yang ada pada table pada taraf
nyata yang dipilih.
Kriteria pengujiannya :

(1) Jika
0
L <
tabel
L berarti data sampel berdistribusi normal.
(2) Jika
0
L >
tabel
L

berarti data sampel tidak berdistribusi normal.
35


Langkahlangkah dalam uji normalitas kelas sampel sama dengan uji
normaliatas kelas populasi yaitu menggunakan sama-sama menggunakan uji

35
Sudjana, op. cit., h. 466-467
51


Liliefors. Pada uji normalitas kelas sampel ini diperoleh kesimpulan bahwa kedua
sampel berdistribusi normal dengan taraf nyata = 0,05.
b) Uji kesamaan dua variansi (homogenitas)
Uji kesamaan dua variansi dilakukan untuk melihat apakah kedua data
homogen atau tidak, uji ini dilakukan dengan cara uji dua variansi yang dikenal
dengan uji kesamaan dua variansi atau uji f. Dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1) Tulis H
1
dan H
0
yang diajukan
2
2
2
1 0
: s s H =
2
2
2
1 1
: s s H =
2) Tentukan nilai sebaran F dengan 1
1 1
= n v , dan 1
2 2
= n v
3) Tetapkan taraf nyata o
4) Tentukan wilayah kritiknya jika
2
2
2
1 1
: s s H =
maka wilayah kritiknya adalah:
( ), ,
2 1
2
1
v v f f
o

< dan ( )
2 1
2
, v v f f
o
>
5) Tentukan nilai f bagi pengujian
2
2
2
1 0
: s s H =
2
2
2
1
s
s
f =

6) Keputusannya:
diterima H
0
jika:
( )
2 1
2
1
, v v f
o

< ( )
2 1
2
, v v f f
o
< . Berarti datanya Homogen.
ditolak H
0

jika:
52


( ), ,
2 1
2
1
v v f f
o

< atau ( )
2 1
2
, v v f f
o
> , datanya tidak Homogen
36


Uji ini dilakukan dengan cara uji f yaitu untuk melihat apakah kedua data
memiliki variansi yang homogen atau tidak. Uji ini dilakukan dengan
menggunakan taraf nyata (o ) = 0,10.
c) Uji Hipotesis
Tes hasil belajar diberikan kepada kedua kelas sampel untuk melihat
perbandingan hasil belajar kedua kelas sampel. Dengan hipotesis yaitu:

H
0
:
1
=
2
: Hasil belajar matematika siswa dengan penerapan pembelajaran aktif
tipe guided note taking dan kuis sama dengan hasil belajar
matematika siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional
(biasa)
H
1
:
1
>
2
: Hasil belajar matematika siswa dengan penerapan pembelajaran aktif
tipe guided note taking dan kuis lebih baik daripada hasil belajar
matematika siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional
(biasa).

Keterangan:
1
: Merupakan rata-rata hasil belajar matematika kelas eksperimen

2
: Merupakan rata-rata hasil belajar matematika kelas kontrol.
Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas variansi maka rumus yang
digunakan untuk menguji hipotesis, adalah:

36
Ronald, E. Walpole, Op.Cit., h. 314- 315
53


Skor hasil belajar siswa berdistribusi normal dan data berasal dari sampel
yang bervariansi homogen, maka rumusnya:
1) Hipotesis yang diajukan adalah:

2 1 0
: = H
2 1 1
: > H
2) Tetapkan taraf nyatanya ) (o
3) Tentukan wilayah kritiknya yaitu:

o
t t >
4) Tentukan rumus uji hipotesisnya yaitu:
2 1
2 1
1 1
n n
S
x x
t
P
+

= dengan s
p
2
=
( ) ( )
2
1 1
2 1
2
2 2
2
1 1
+
+
n n
s n s n


5) Keputusannya:
Terima H
0
bila
o
t t < Tolak H
0
bila
o
t t < atau
o
t t > .
37


Setelah dilakukan uji hipotesis maka didapatkan hasil tolak H
0
karena


o
t t > , atau 645 , 1 7249 , 1 > , berdasarkan analisis di atas ditolak H
0
dapat
disimpulkan bahwa: Hasil belajar matematika dengan penerapan pembelajaran
aktif tipe Guided Note Taking dan kuis lebih baik dari pada pembelajaran biasa
(konvensional).




37
Ibid., h.307
54





DAFTAR PUSTAKA

Asnelly Ilyas. 2006. Evaluasi Pendidikan. Batusangkar: STAIN batusangkar Press
Fajjratul Aida. Penerapan Kombinasi Pembelajaran Aktif Tipe Guided Note Taking
dan Questions Students Have dengan Setting Kooperatif pada Siswa
Kelas X SMA Negri 1 Salimpaung pada Tahun Ajaran 2010/2011
Hisyam Zaini. 2007. Stratei Pembelajaran Aktif. Yogyakarta:CTSD ( Center For
Teaching Staff Development )
Kunandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta:PT Raja Grafondo Persada
Mardalis. 2009. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara
Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sardiman. 2007. Intersaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Silberman. 2006. Aktif learning 101 Cara Belajar Aktif . Bandung: Nusa Media dan
Nuansa
Sudjana 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Bandung, 2005
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta
Suharsimi Arikunto. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta

55


Suharsimi Arikunto. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta :
PT. Rineka Cipta
Wina Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta:Kencana Pranada Media Group
Izaskia,2011,KelebihanStrategiGuidedNoteTaking.Tersedia.http://izaskia.wordpress.c
om/tag/kelebihan-strategi-guide-note-taking. ( 01 September 2012)

NoviwanAbadi,2011,HakikatPembelajaranMatematika.Tersedia.http://noviansangpen
diam.blogspot.com/2011/05/hakikat-pembelajaran-matematika.html/ 11
Mei 2011. ( 27 Juli 2012 )

Anda mungkin juga menyukai