Anda di halaman 1dari 65

STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH PADA MATA

PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII DI SMPN 1 PANTI, PASAMAN



Diajukan Sebagai Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan
dan Pengajaran Matematika




LINDA WATI
2411.001


Dosen pembimbing
M.IMAMMUDDIN, M.Pd



JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA VA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SJECH M. DJAMIL
DJAMBEK BUKITTINGGI
SUMATERA BARAT
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang sangat penting dan dibutuhkan oleh umat
manusia untuk menjalani hidupnya. Allah SWT sangat memandang orang yang memiliki
ilmu pengetahuan dan memperingatkan manusia agar mencari ilmu pengetahuan.
Sebagaimana dijelaskan dalam Alquran surah Al-Mujaadilah ayat 11 yang berbunyi:
!!., _ `.., :| _, >l >.. _l.>.l >.! _., < >l :| _,
': ':! _, < _ `.., >.. _ . l-l .>: < !., l.-.
,,>
Artinya :Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan
1
.
Berdasarkan surah Al-Mujaadilah ayat 11 di atas dapat dipahami bahwa betapa
pentingnya ilmu pengetahuan bagi kelangsungan hidup manusia. Karena dengan ilmu
pengetahuan, Allah akan meninggikan derajat manusia dan dengan ilmu pengetahuan
manusia akan mengetahui apa yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, yang

1
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2005) h. 434
membawa manfaat dan yang membawa mudharat. Termasuk dalam mempelajari
matematika, karena matematika juga merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan.
Hal ini didukung oleh firman Allah di dalam Alquran surat An-Nisa ayat: 11 yang
berbunyi:
`>,.`, < _ ..l l `_:. 1> _,,:. | _ ,!. _ _,... _l !:l. !.
. | .l :.> !l `..l ,, _>l .> !... '_..l !.. . | l .l
| `l _>, .` .. :, . l.l | l .` :>| . '_..l _. .-,
,. _.`, !, _: !,, !., '.. , , >l !-. ., _. <
| < l !.,ls !.,>>

Artinya: Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-
anakmu. Yaitu bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua anak
perempuan, dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi
mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan, jika anak perempuan itu seorang
saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapak, bagi
masing- masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal
itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia
diwarisi oleh ibu- bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang
meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam.
(pembagian pembagian tersebut di atas) sudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau
(dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang)orang tuamu dan anak- anak-mu,
kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak)
manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana .
2


Surat An Nisa ayat 11 di atas menjelaskan tentang pembagian harta warisan menurut
aturan yang disyariatkan oleh agama Islam. Berdasarkan ayat tersebut, pembagian harta
warisan terdiri dari bagian- bagian untuk ahli waris baik untuk istri, ibu-bapak, anak, maupun
saudara- saudara si pewaris. Dalam hal ini terlihat jelas manfaat matematika dalam kehidupan
manusia, yaitu aplikasi dari materi pecahan yang sudah diperkenalkan di sekolah dasar.
Pendidikan matematika merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting
peranannya dalam upaya membina dan membentuk manusia berkualitas tinggi.Dalam
perkembangan modern, matematika memegang peranan penting karena dengan bantuan
matematika semua ilmu pengetahuan sempurna. Pembelajaran matematika di sekolah
merupakan saran berfikir yang jelas, kritis, kreatif, sistematis, dan logis. Arena untuk
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi
pengalaman dan perkembangan kreatifitas. Proses pembelajaran matematika sebaiknya
memenuhi keempat pilar pendidikan masa datang yaitu :
1. Proses learning to know : siswa memiliki pemahaman dan penalaran yang
bermakna terhadap produk dan proses matematika (apa, bagaimana, dan mengapa)
yang memadai.

2
Kementrian Urusan Agama Islam wakaf, Al-Quran dan Terjemahnya .(Jakarta: Mujamma, 1990) hal. 116-117
2. Proses learning to do : siswa memiliki keterampilan dan dapat melaksanakan proses
matematika (doing math) yang memadai untuk memacu peningkatan perkembangan
intelektualnya.
3. Proses learning to be : siswa dapat menghargai atau mempunyai apresiasi terhadap
nilai-nilai keindahan akan produk dan proses matematika yang ditunjukkan dengan
sikap senang belajar, bekerja keras, ulet, sabar, disiplin, jujur serta mempunyai motif
berprestasi dan rasa percaya diri.
4. Proses learning to live together in peace and harmoni : siswa dapat bersosialisasi
dan berkomunikasi dalam metematika melalui bekerja atau belajar bersama, saling
menghargai pendapat orang lain dan sharing ideas.
3

Bersamaan dengan adanya keempat pilar pendidikan masa datang tersebut hendaknya
proses pembelajaran matematika dapat dilaksanakan berdasarkan keempat pilar tersebut agar
dapat menjadikan proses pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna.
Menurut Rachmadi Widdiharto tujuan dari pembelajaran matematika yaitu
terbentuknya kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melaui kemampuan
berpikir kritis, logis, sistematis, dan memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin dalam
memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain, maupun dalam
kehidupan sehari-hari.
4

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran matematika diberikan
pada setiap jenjang pendidikan. Oleh karena, matematika memegang peranan penting dalam
kehidupan.

3
Depdiknas,Penyusunan Butir Soal dan Instrumen Penelitian, (Jakarta: Depdiknas, 2001), h.12
4
Rachmadi Widdiharto, Model-model Pembelajaran Matematika SMP, (Yogyakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah, 2004) h. 1

Menyadari pentingnya matematika dalam kehidupan, seharusnya mata pelajaran
matematika merupakan mata pelajaran yang menarik dan menyenangkan. Agar siswa tertarik
mengikuti pelajaran matematika, maka seharusnya pelajaran matematika dilaksanakan
dengan cara yang menarik, menyenangkan, dan melibatkan siswa secara aktif. Hal ini sejalan
dengan pendapat Oemar Hamalik yang menjelaskan bahwa guru dan siswa senantiasa
dituntut agar menciptakan suasana lingkungan belajar yang baik dan menyenangkan,
menantang dan menggairahkan. Selain itu, dijelaskan kembali oleh Oemar Hamalik yang
menyatakan bahwa:
Kondisi subjek belajar turut menentukan kegiatan dan keberhasilan belajar. Siswa
dapat belajar secara efektif dan efisien apabila berbadan sehat, memiliki intelegensi yang
memadai, sikap untuk melakukan kegiatan belajar, memiliki bakat khusus, dan pengalaman
yang bertalian dengan pelajaran, serta memiliki minat untuk belajar
5

Mengingat pentingnya matematika saat ini, berbagai usaha telah dilakukan, antara lain
selain penyempurnaan kurikulum, pemerintah juga berusaha meningkatkan kemampuan guru
dengan penataran, serta melengkapi sarana dan prasarana pengajaran. Di samping itu
pemerintah juga melakukan pengawasan bantuan dan dorongan pada guru dalam rangka
perbaikan pengajaran. Namun hal tersebut belum memperlihatkan hasil yang memuaskan.
Kenyataan menunjukkan bahwa sejauh ini belum sepenuhnya proses pembelajaran
matematika mencapai target Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini terlihat dari rata-
rata hasil belajar siswa pada ulangan harian pertama matematika di kelas VII SMP Negeri 1
Panti, Pasaman:



5
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008) h.52
Tabel 1. Persentase Ketuntasan Nilai Ulangan Harian Matematika Siswa
Kelas VII SMP N 1 Panti, Pasaman
Kelas Jumlah
Siswa
Rata-rata Persentase Ketuntasan
Tuntas (%) Tidak Tuntas (%)
VII
1
43 41,6 20,9% 79,1%
VII
2
41 69 54 % 46%
VII
3
45 61 38% 62 %
VII
4
42 29 9,5 % 90,5 %
VII
5
44 35 14% 86%
Sumber: Guru Matematika kelas VII SMPN 1 Panti, Pasaman
6


Nilai rata- rata masing- masing kelas ini belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah berdasarkan kompetensi dasar pada
setiap pokok bahasan. Namun rata- rata untuk setiap pokok bahasan tersebut adalah 70.
Berdasarkan data di atas juga dapat dilihat bahwa rata- rata persentase ketidaktuntasan siswa
pada masing- masing kelas melebihi setengah dari jumlah siswa.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di SMP N 1 Panti, Pasaman diketahui bahwa
banyak siswa yang kurang berminat mempelajari matematika. Keadaan ini terlihat dari
kurangnya aktifitas siswa dalam belajar matematika. Model pembelajaran yang sering
digunakan guru dalam kelas adalah ekspositori dimana dalam proses pembelajaran, guru
menerangkan pelajaran dan diikuti dengan pemberian contoh soal dan siswa diminta
menyalin ke buku catatan. Lalu guru memberikan soal dan menyuruh siswa mengerjakan
sendiri sendiri.

6
Khairunnisa,S.Pd, Guru Matematika SMP N 1 Panti, Pasaman
Pada saat guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai paham atau tidaknya
mereka pada materi yang disampaikan, hanya beberapa siswa yang mau bertanya. Adapun
siswa yang bertanya pada setiap pertemuan, biasanya selalu siswa yang sama. Selain itu, pada
saat menyelesaikan soal- soal latihan, banyak siswa yang mendapat kesulitan, mereka
mengeluhkan perbedaan antara contoh soal dengan soal latihan. Hal ini barangkali
disebabkan karena mereka kurang menguasai konsep dari materi yang dipelajari.
Pada saat guru menjelaskan materi, siswa seringkali meminta penjelasannya diulang
karena mereka sulit memahami materi tersebut. Hal ini menyebabkan pembelajaran berjalan
lambat karena guru harus menjelaskan satu materi secara berulang. Hal ini membuat siswa
semakin sulit memahami materi pelajaran padahal masing- masing bab saling berkaitan. Jika
bab pertama tidak dikuasai maka akan sulit untuk memahami bab selanjutnya.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah
dengan memilih strategi pembelajaran yang tepat, yaitu strategi pembelajaran yang
diharapkan dapat membantu siswa belajar cepat, menyenangkan, dan dapat meningkatkan
motivasi belajar. Strategi yang dimaksud salah satunya adalah strategi pembelajaran aktif tipe
Index Card Match . Strategi dapat menjadi alternatif dalam menciptakan pembelajaran
yang menyenangkan sehingga kegiatan pembelajaran matematika tidak lagi monoton dan
menjenuhkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH PADA
MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII DI SMPN 1 PANTI, PASAMAN.




B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan dapat diidentifikasi
beberapa masalah, yaitu:
1. Aktivitas guru mendominasi pembelajaran
2. Aktifitas siswa dalam pembelajaran belum berkembang secara optimal yang
tergambar pada aktifitas siswa yang masih monoton.
3. Hasil belajar matematika siswa masih rendah dengan indikasi banyaknya siswa yang
belum mencapai Ketuntasan Kompetensi Minimal (KKM) yang telah ditetapkan
sekolah.
4. Guru masih menggunakan strategi pembelajaran yang cenderung sama pada setiap
kali pertemuan sehingga menyebabkan kurangnya minat dan respon siswa terhadap
pembelajaran.
5. Siswa tampak bosan dalam mengikuti pembelajaran
6. Sedikitnya siswa yang bertanya pada guru mengenai materi yang tidak mereka
pahami
7. Anggapan siswa bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit

C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terfokus, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti
yaitu:
1. Aktifitas siswa dalam melaksanakan strategi pembelajaran aktif tipe Index
Card Match pada mata pelajaran matematika di SMPN 1 Panti, Pasaman.
2. Respon siswa dalam melaksanakan strategi pembelajaran aktif tipe Index Card
Match pada mata pelajaran matematika di SMPN 1 Panti, Pasaman.
3. Hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan pembelajaran aktif tipe
Index Card Match pada mata pelajaran matematika di SMPN 1 Panti,
Pasaman.

D. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah aktifitas matematika siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan model Index Card Match ?
2. Bagaimanakah respon siswa terhadap penerapan pembelajaran model Index
Card Match?
3. Apakah hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
Index Card Match (ICM) lebih baik dari pada siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional?

E. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui aktifitas siswa selama pembelajaran matematika dengan strategi
Index Card Match berlangsung.
2. Mengetahui respon siswa setelah pembelajaran dengan Index Card Match
diterapkan.
3. Mengetahui hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan Index Card Match dan yang mengikuti pembelajaran konvensional.

F. Defenisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami Proposal ini, maka peneliti akan
menjelaskan beberapa istilah dibawah ini:
1. Strategi Pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
2. Pembelajaran Konvensional merupakan pembelajaran yang berpusat pada
guru, dimana dalam prosesnya cenderung menggunakan metode ekspositori,
guru menyampaikan konsep dari materi, selanjutnya siswa diberikan contoh
soal, kemudian diminta untuk mengerjakan latihan untuk mengecek
pemahaman siswa.
3. I ndex Card Match adalah mencari jodoh kartu tanya jawab yang dilakukan
secara berpasangan dan cara menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang
pelajaran
4. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang dilakukan secara
klasikal dengan strategi ekspositori dan pemberian tugas secara individu yang
menggunakan komunikasi satu arah.
5. Aktifitas siswa adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan siswa selama
pembelajaran.
6. Respon siswa adalah tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajarannya.
7. Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada ranah kognitif yang diperoleh
setelah siswa melaksanakan tes hasil belajar.

G. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Penerapan model Index Card Match dalam pembelajaran diharapkan dapat
meningkatkan aktifitas siswa, meninkatkan respon dan kemampuan komunikasi siswa
dalam proses pembelajaran, serta mendorong siswa untuk menyenangi matematika dan
dapat berperan aktif dalam mengkontruksi sendiri pengetahuan dalam menyelesaikan
soal-soal matematika dengan baik.
2. Bagi guru
Memberikan masukan kepada guru, khususnya guru matematika, bahwa pembelajaran
dengan menggunakan model Index Card Match dapat digunakan untuk membuat
kegiatan belajar mengajar yang lebih menarik dan kreatif.
3. Bagi peneliti
Dapat digunakan sebagai pengalaman menulis karya ilmiah dan melaksanakan
penelitian dalam pendidikan matematika sehingga dapat menambah pengetahuan,
khususnya untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan komunikasi siswa
setelah diterapkan model Index Card Match dalam proses pembelajaran.













BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pembelajaran Matematika
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungan.
7
Selain itu belajar juga didefinisikan sebagai suatu
perubahan tingkahlaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil
perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan
lain serta mampu mengkomunikasikannya pada orang lain.
8
Juga diartikan sebagai perubahan
tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,
mengamati, mendengar, meniru dan lain sebagainya.
9

Belajar adalah usaha seseorang dalam memperoleh pengalaman/ pengetahuan baru
sehingga menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku.Perubahan tingkah laku yang
dimaksud adalah perubahan kemampuan siswa dari yang tidak tahu menjadi tahu dan dari
yang tidak dapat memecahkan masalah menjadi dapat memecahkan masalah. Jadi belajar
harus melalui proses, sehingga siswa bukan hanya sekedar menerima konsep dan prinsip-
prinsip.
Morgan menjelaskan bahwa: Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat
permanen sebagai hasil dari pengalaman.
10
Sedangkan menurut Slameto, Belajar ialah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

7
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h.2
8
Made Pidarta, Landasan Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h.197
9
Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h.21
10
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010),h.3

dengan lingkungannya.
11
Selanjutnya Muhibbin Syah juga menyebutkan bahwa: Belajar
dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif.
12

Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses tingkahlaku seseorang untuk
membentuk pengetahuan baru atau perubahan melalui pengalaman seperti membaca,
mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.
Menurut Ngalim Purwanto ada beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian belajar,
yaitu :
a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkahlaku.
b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman.
c. Untuk dapat dikatakan belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap.
d. Tingkahlaku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai
aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis.
13

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses kegiatan yang
dilakukan atau berlangsung dalam diri seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkahlaku, menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik pisik maupan psikis. Dalam
keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling
pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.

11
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.2
12
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003),
h.92
13
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), h.84
Secara etimologi, matematika merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang diperoleh
dengan bernalar. Hal ini bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui nalar, akan tetapi
matematika menekankan aktifitas dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan ilmu lain
menekankan pada hasil observasi atau eksperimen di samping penalaran. Matematika
terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris, karena matematika
sebagai aktifitas manusia kemudian pengalaman itu di proses dalam dunia rasio, diolah secara
analisis dan sintesis dengan penalaran di dalam struktur kognitif, sehingga sampailah pada
suatu kesimpulan berupa konsep-konsep matematika.
James dan James dalam Erman Suherman mengatakan bahwa : Matematika adalah
ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang
berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga
bidang, yaitu aljabar,analisis dan geometri.
14

Berdasarkan kutipan di atas, bahwa dalam belajar matematika siswa di tuntut untuk
menguasai konsep-konsep, struktur dan prinsip-prinsip agar dapat menerapkannya dan
memecahkan berbagai masalah. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dengan proses
pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan perkembangan potensi peserta didik secara
optimal sehingga mampu menghadapi tantangan dan perubahan zaman.
Pembelajaran matematika adalah proses yang disengaja dirancang dengan tujuan
untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang melaksanakan
kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru mengajar matematika.
Pembelajaran harus memberi peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman
tentang matematika. Disamping cara belajar aktif, dalam pembelajaran siswa juga dilatih

14
Erman Suherman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: UPI) h.16
untuk mengembangkan kreatifitasnya. Dapat disimpulkan pembelajaran matematika yang
dimaksud adalah proses yang sengaja dirancang tujuanya untuk menciptakan suasana
lingkungan seseorang melaksanakan kegiatan belajar matematika, melatih cara berfikir dan
bernalar dan mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
Ada dua hal penting yang merupakan bagian dari tujuan pembelajaran matematika
adalah pembentukan sifat yaitu pola pikir kritis dan kreatif. Dalam proses pembelajaran
matematika hendaknya siswa diberi kesempatan bertanya dan berpendapat sehingga siswa
bisa mengeluarkan ide-idenya serta diharapkan siswa lebih kreatif dalam mencari solusi
pemecahan masalah.
Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan atau diinginkan dari belajar, sehingga
memberikan arah kemana kegiatan belajar mengajar itu harus di bawa dan dilaksanakan.
Tujuan utama pertama, pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dan menenggah
adalah memberikan penekanan pada nalar dan pembentukan sikap siswa. Tujuan umum
adalah memberikan penekanan pada keterampilan dalam penalaran matematika, baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu mempelajari ilmu pengetahuan yang lainnya.
Adapun tujuan khusus pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan menengah
terbagi dua bagian besar, pertama tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar dan
kedua tujuan pengajaran matematika di SMP. Sedangkan tujuan khusus pengajaran
matematika di SMU secara tersendiri dimuat di dalam kurikulum pendidikan menengah.
Perlu diketahui, tujuan umum matematika di jenjang pendidikan dasar dan menengah
merupakan tujuan yang paling umum. Sedangkan tujuan yang lebih khusus yang merupakan
tujuan pembelajaran matematika di SD, SMP dan SMU. Semua tujuan tersebut bersifat
dinamis dan cukup luwes sesuai dengan tuntutan yang mungkin muncul. Namun demikian
secara umum setiap tujuan tersebut penjabarannya tetap mengacu pada materi matematika itu
sendiri.
Jadi tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran matematika pada dasarnya
merupakan sasaran yang ingin dicapai sebagai hasil dari proses pembelajaran matematika
tersebut. Karenanya sasaran tujuan pembelajaran matematika tersebut dianggap tercapai bila
siswa telah memiliki sejumlah pengetahuan dan kemampuan di bidang matematika yang
dipelajari.

2.2 Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah satu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis
dasar yang mecakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan
tersebut mungkin menampakkan diri mungkin dalam bentuk kesulitan mendengarkan,
berfikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau berhitung. Batasan tersebut mencakup
kondis-kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, dan afasia perkembangan.
Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab
utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran atau motorik,
hambatan karena tuna grahita, karena gangguan emosional, kemiskinan lingkugan, budaya
atau ekonomi keluarga.
15

Dalam kegiatan belajar terdapat kesulitan, yakni suatu kesulitan atau keadaan yang
terdapat dalam proses belajar yang ditandai dengan hambatan-hambatan yang terjadi dalam
mencapai hasil belajar. Dalam proses belajar siswa mengalami hambatan belajar dalam
mencapai hasil belajar, sehingga cenderung menunjukkan prestasi hasil belajar yang rendah.
Untuk itulah perlu dilakukan suatu cara yang dapat menolong siswa untuk mencapai hasil
belajar yang baik. Dalam proses belajar mengajar gurulah sebagai penanggung jawab

15
Mulyono Abdurrahman.PENDIDIKAN bagi anak berkesulitan belajar(Jakarta:Rineka Cipta,2003),hal.6
sehingga dalam ini guru harus dapat memahami gejala-gejala kesulitan belajar tersebut yang
dapat dilihat dari berbagai tingkah laku siswa sehingga akan dapat ditentukan dengan situasi
yang dihadapi oleh siswanya, misalnya memperoleh nilai matematika yang rendah.
Seperti dikemukakan H.K.Partowisastro dan hadisuparto (1986:46) bahwa: suatu
masalah dalam belajar itu jika seorang siswa tidak memenuhi harapan-harapan yang
diisyaratkan kepadanya oleh sekolah seperti yang tercantum pada tujuan dari kurikulum dan
kurikuler.
Namun harapan-harapan ini tidak dapat tercapai bila siswa mengalami kesulitan
belajar seperti yang diutarakan H.K.Partowisastro da hadisuparto (1986:47) bahwa:suatu
masalah timbul, kalau seorang siswa itu berada dibawah taraf prilaku dari sebagian besar
teman sekelasnya pad mata pelajaran maupun prilaku sosial yang dianggap penting oleh
guru
Hal ini menuntut supaya guru mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
siswa. Ada dua faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu:
a) Faktor internal, berupaya faktorbelajar yang bersumber dari dalam diri siswa tersebut
diantaranya kematangan, kecerdasan, latihan dan motivasi
b) Faktor Eksternal, berupaya faktor belajar yang bersumber dari luar diri siswa
diantaranya lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Untuk itulah, guru harus
lebih jeli mengenali situasi dan kondisi siswa sesuai dengan faktor internal dan
eksternal seperti yang dikemukakan diatas, sehingga guru dapat melakukan
pendekatan yang efektif dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar siswa.


2.3 Strategi Pembelajaran Aktif
Secara umum strategi dapat diartikan sebagai rencana tindakan yang terdiri atas
seperangkat langkah untuk memecahkan masalah atau untuk mencapai tujuan tertentu.
Seperti yang diungkapkan Lawson (dalam Sanjaya 2008:210) bahwa Strategi dapat diartikan
sebagai prosedur mental yang berisi tatanan langkah yang menggunakan upaya ranah cipta
untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan dalam konteks pengajaran Strategi dapat
diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan (Djamarah 2006:5).
Strategi merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung berhasilnya suatu kegiatan
pembelajaran, karena arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian
tujuan. Menurut Kemp (dalam Sanjaya 2008:126) Strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara efektif dan efisien.
Menurut Zaini (2008:xiv) Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang
mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Pembelajaran aktif (active learning)
dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak
didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai
dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu active learning juga
dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses
pembelajaran.
Dalam pembelajaran aktif, siswa harus mengerjakan banyak tugas. Mereka harus
menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang
mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah.
Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir
keras.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa active learning (belajar
aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons
anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang
menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan
strategi ini pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka.
Strategi pembelajaran aktif dimaksudkan untuk mengoptimalkan semua potensi anak
didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai
dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Pembelajaran ini pada dasarnya berusaha
untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respon anak didik dalam pembelajaran
sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang
membosankan bagi mereka. Dalam strategi ini juga setiap materi pelajaran harus dikaitkan
dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya.
16

Strategi merupakan kiat atau siasat yang dilakukan guru untuk menciptakan suasana
pembelajaran yang optimal. Jadi strategi berarti cara dan seni menggunakan sumber daya
untuk mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran berarti upaya membelajarkan siswa. Strategi
pembelajaran berarti cara dan seni untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya
membelajarkan siswa.
Strategi pembelajaran merupakan garis besar haluan bertindak untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Menurut Wena Sanjaya strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien.
17
Pencapaian tujuan dalam strategi pembelajaran digunakan
sebagai acuan dalam menata pembelajaran dan menutup kelemahan yang kemudian
diterjemahkan kedalam bahasa kegiatan. Wina juga menyebutkan bahwa strategi

16
http://juntakmarganagmailcom.blogspot.com/2010/09/penerapan-strategi-belajar-aktif-tipe.html
17
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2008), h.126
pembelajaran diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: strategi pengorganisasian, strategi
penyampaian dan strategi pengelolaan.
Penggunaan strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat perlu karena untuk
mempermudah proses pembelajaran sehingga mencapai tujuan yang optimal. Bagi guru
strategi pembelajaran dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak yang sistematis dalam
pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan bagi siswa, strategi pembelajaran dapat mempermudah
proses belajar seperti mempermudah dan mempercepat memahami materi pelajaran, karena
setiap strategi di rancang untuk mempermudah proses belajar mengajar.
Dalam pembelajaran strategi memiliki banyak fungsi salah satunya yaitu untuk
mengaktifkan siswa dalam belajar. Menurut Melvin L. Silberman belajar aktif merupakan
belajar yang dapat menyenangkan dan memotivasi siswa untuk menguasai materi pelajaran
18
.
Belajar aktif (active learning) merupakan belajar dengan memaksimalkan untuk
dibahas dalam proses pembelajaran di kelas sehingga siswa dapat berbagi pengalaman yang
tidak saja menambah pengetahuan tetapi juga kemampuan analitis dan sintesis.
Menurut Melvin dalam belajar aktif ini siswa secara aktif menggunakan otak, mengkaji
gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Untuk bisa
mempelajari sesuatu dengan baik, siswa perlu mendengarkan, melihat, bertanya dan
membahas suatu persoalan dengan orang lain.
Dalam belajar aktif siswa tidak sekedar menerima mereka mengupayakan pemecahan
atas permasalahan yang diberikan guru kepada mereka. Dalam belajar aktif ini siswa diajak
untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga
melibatkan fisik. Dalam proses belajar siswa harus lebih kreatif dalam mengembangkan
informasi yang telah didapatnya agar proses pembelajaran lebih bermakna. Dengan cara ini

18
Melvin L. Silberman, Aktive learning 101 Cara Belajar Aktif, (Bandung: Nusamedia, 2004), , h.32
biasanya siswa akan merasa lebih menyenangkan sehingga hasil belajar siswa tercapai secara
maksimal.
Dari kegiatan belajar aktif ada tiga tujuan penting yang harus dicapai, yaitu
19
:
a. Pembentukan tim : membantu siswa untuk lebih mengenal satu sama lain dan
menciptakan semangat kerjasama dan interdependensi.
b. Penilaian sederhana : pelajarilah sikap, pengetahuan dan pengalaman siswa.
c. Keterlibatan belajar langsung : ciptakan minat awal terhadap pelajaran.
Dari ketiga tujuan di atas, bila dicapai akan membantu menciptakan lingkungan
belajar yang melibatkan siswa, meningkatkan kemauan mereka untuk ambil bagian dalam
kegiatan belajar aktif. Dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran aktif merupakan kiat
atau siasat yang dilakukan guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan dan memotivasi siswa untuk menguasai materi pelajaran secara optimal.

2.4 Strategi Pemebelajaran Aktif Tipe Index Card Match
a) Pengertian strategi pembelajaran akif tipe index card match
Strategi Index card Match adalah strategi yang dikembangkan untuk menjadikan
siswa aktif mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasan diri sendiri dan seorang siswa
memiliki kreatifitas maupun mengusai ketrampilan yang diperlihatkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Strategi Index card Match adalah strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan
untuk mengulang materi yang telah diajarkan sebelumnya. Namun demikian materi barupun
tetap bisa diajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran ini dengan catatan, siswa

19
Melvin L. Silberman, , h. 61
diberi tugas untuk mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika
masuk kelas sudah memiliki bekal pengetahuan.
20

Strategi pembelajaran Index Card Match merupakan strategi pembelajaran yang
menuntut siswa untuk bekerja sama dan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa atas
apa yang dipelajari dengan cara yang menyenangkan. Siswa saling bekerja sama dan saling
membantu untuk menyelesaikan pertanyaan dan melemparkan pertanyaan kepada pasangan
lain. Kegiatan belajar bersama ini dapat membantu memacu belajar aktif dan kemampuan
untuk mengajar melalui kegiatan kerjasama kelompok kecil yang memungkinkan untuk
memperoleh pemahaman dan penguasaan materi.
Dengan demikian strategi belajar aktif tipe Index Card Match adalah suatu cara
pembelajaran aktif untuk meninjau ulang materi pelajaran dengan teknik mencari pasangan
kartu indeks yang merupakan jawaban atau soal sambil belajar mengenai suatu konsep atau
topik dalam suasana menyenangkan.
Strategi pembelajaran Index Card Match sebagai salah satu aternatif yang dapat
dipakai dalam penyampaian materi pelajaran selama proses belajar mengajar juga memiliki
beberapa kelebihan dan kelemahan.
21
Kurniawati (17 September 2009) juga mengatakan
bahwa Strategi pembelajaran Index Card Match merupakan suatu strategi yang cukup
menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya.
Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan strategi ini dengan catatan,
peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga
ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan.

20
http://elsiregar.blogspot.com/2013/05/penerapan-strategi-index-card-match.html
21
http://juntakmarganagmailcom.blogspot.com/2010/09/penerapan-strategi-belajar-aktif-tipe.html

Berdasarkan pendapat di atas, strategi pembelajaran Index Card Match merupakan
strategi pembelajaran yang menuntut siswa untuk bekerja sama dan dapat meningkatkan rasa
tanggung jawab siswa atas apa yang dipelajari dengan cara yang menyenangkan. Siswa saling
bekerja sama dan saling membantu untuk menyelesaikan pertanyaan dan melemparkan
pertanyaan kepada pasangan lain. Kegiatan belajar bersama ini dapat membantu memacu
belajar aktif dan kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasama kelompok kecil
yang memungkinkan untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi.
Dengan demikian strategi belajar aktif tipe Index Card Match adalah suatu cara
pembelajaran aktif untuk meninjau ulang materi pelajaran dengan teknik mencari pasangan
kartu indeks yang merupakan jawaban atau soal sambil belajar mengenai suatu konsep atau
topik dalam suasana menyenangkan. Strategi pembelajaran index card match sebagai salah
satu aternatif yang dapat dipakai dalam penyampaian materi pelajaran selama proses belajar
mengajar juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan.

Kelebihan dari strategi belajar aktif Index Card Match yaitu :
1. Menumbuhkan kegembiraan dalam kegitan belajar mengajar.
2. Materi pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa.
3. Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan.
4. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar.
5. Penilaian dilakukan bersama pengamat dan pemain.

Kelemahan dari strategi belajar aktif Index Card Match yaitu :
1. Membutuhkan waktu yang lama bagi siswa untuk menyelesaikan tugas dan prestasi.
2. Guru harus meluangkan waktu yang lebih.
3. Lama untuk membuat persiapan
4. Guru harus memiliki jiwa demokratis dan ketrampilan yang memadai dalam hal
pengelolaan kelas
5. Menuntut sifat tertentu dari siswa atau kecenderungan untuk bekerja sama dalam
menyelesaikan masalah
6. Suasana kelas menjadi gaduh sehingga dapat mengganggu kelas lain.
22


b) Langkah-langkah strategi pembelajaran aktif tipe Index Card Match
1) Guru mempersiapakan potongan-potongan kertas sebanyak separuh siswa dalam
kelas yang akan diajar.
2) Potongan-potongan kertas tersebut dibagi lagi menjadi dua bagian yang sama.
3) Pada separuh bagian ditulis pertanyaan tentang materi yang diajarakan. Setiap kertas
berisi satu pertanyaan.
4) Pada separuh bagian yang lain, ditulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah
dibuat.
5) Kemudian potongan-potongan tersebut dicampur aduk secara acak, sehingga
tercampur antara soal dengan jawaban.
6) Kertas-kertas tersebut kemudian dibagikan kepada setiap siswa, satu siswa satu
kertas. Diterangkan aturan main bahwa siswa yang mendapat soal harus mencari
temannya yang mendapat jawaban dari soal yang diperolehnya, demikian pula
sebaliknya.
7) Setelah siswa menemukan pasanganya, siswa diminta untuk duduk sesuai dengan
pasangan yang diperolehnya. Antar pasangan satu dengan yang lain diminta untuk
tidak memberitahukan materi yang diperolehnya.

22
http://juntakmarganagmailcom.blogspot.com/2010/09/penerapan-strategi-belajar-aktif-tipe.html

8) Setelah semua siswa menemukan pasangannya dan duduk berdekatan, setiap
pasangan diminta untuk membacakan soal yang diperoleh dengan suara keras secara
bergantian agar didengar oleh teman-teman yang lain, kemudian pasangannya
membacakan jawaban juga dengan suara keras.
9) Setelah semua pasangan telah membaca soal dan jawaban yang diperoleh kemudian
guru membuat klarifikasi. Bersama-sama siswa guru membuat kesimpulan hasil
belajar yang telah dilakukan.

2.5 Pendekatan dalam strategi I ndex Card Match yaitu Pendekatan pembelajaran siswa
aktif (Active Learning)
Tujuan pembelajaran tidak hanya menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi
pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh
pengetahuannya sendiri (self regulated). Karena itu, pembelajaran memerlukan keterlibatan
mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan menghasilkan
self regulated. Yang bisa menghasilkan self regulated adalah pembelajaran aktif (active
learning). Hal ini sejalan dengan pernyataan Confucius (dalam Silberman 2009:1) tentang
pentingnya pembelajaran aktif yaitu: Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya lihat,
saya ingat. Apa yang saya lakukan, saya paham
23
.
Menurut Zaini (2008:14) Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang
mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Pembelajaran aktif (active learning)
dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak
didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai
dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu active learning juga

23
http://gudangmakalah.blogspot.com/2012/08/skripsi-ptk-penerapan-strategi-reading.html
dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses
pembelajaran.
Dalam pembelajaran aktif, siswa harus mengerjakan banyak tugas. Mereka harus
menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang
mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh
gairah.Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan
berfikir keras.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa active learning
(belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan
respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang
menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan
strategi ini pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka.
Strategi pembelajaran aktif dimaksudkan untuk mengoptimalkan semua potensi anak
didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai
dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Pembelajaran ini pada dasarnya berusaha
untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respon anak didik dalam pembelajaran
sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang
membosankan bagi mereka. Dalam strategi ini juga setiap materi pelajaran harus dikaitkan
dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya.
Ada banyak strategi pelajaran yang dapat digunakan dalam menerapkan pembelajaran
aktif di sekolah.Silberman (2009) mengemukakan 101 bentuk strategi yang dapat digunakan
dalam pembelajaran aktif.Kesemuanya dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas sesuai
dengan jenis materi dan tujuan yang diinginkan dapat dicapai oleh siswa.Salah satu bentuk
strategi itu adalah Strategi Pembelajaran Index Card Match (pencocokan kartu indeks).
2.6 Aktivitas Siswa
Belajar bukan kegiatan menghafal suatu konsep, pengertian dari suatu materi
pelajaran. Namun, pada hakikatnya belajar tidak terlepas dari melakukam suatu tindakan
ataupun aksi yang menyebabkan terjadinya perubahan bagi orang yang melakukannya.
Tindakan tersebut dinamakan aktivitas.
Sardiman (2009:95) mengatakan bahwa pada prinsipnya belajar adalah berbuat,
berbuat untuk mengubah tingkah laku. Maka, tidak ada belajar tanpa disertai aktivitas. Itulah
sebabnya aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam intraksi belajar mengajar.
Djamarah (2008:38) mengatakan bahwa belajar bukanlah berproses dalam kehampaan, tidak
pula sepi dari berbagai aktivitas. Tidak pernah terlihat orang yang belajar tanpa melibatkan
aktivitas raganya.
Di sekolah seorang guru berperan sangat penting untuk dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Proses pembelajaran yang
dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas menstransformasikan pengetahuan, sikap dan
ketrampilan. Guru diharapkan mampu mengembangkan kapasitas belajar, kompetensi dasar
dan potensi yag dimiliki siswa serta guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir
(psikis) maupun dalam berbuat (fisik). Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada
siswa sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran.
Menurut Sanjaya (2008:132) bahwa aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada
aktivitas fisik, tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental.
Diedrich (dalam Sardiman, 2009:101) menyimpulkan terdapat 177 macam kegiatan siswa
yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa, antara lain dapat digolongkan sebagai
berikut :
a) Visual activities, yaitu membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi,
percobaan, pekerjaan orang lain.
b) Oral activities, yaitu menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
c) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan, diskusi,
musik, pidato.
d) Writing activities, yaitu menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
e) Drawing activities, misalnya : menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
f) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan,
membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
g) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan
soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
h) Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Klasifikasi di atas menunjukkan bahwa aktivitas yang terjadi dalam pembelajaran
cukup kompleks. Jika hal ini dapat dilakukan dalam pembelajaran di sekolah, maka proses
belajar mengajar tidak akan membosankan dan akan menjadi pusat aktivitas belajar yang
maksimal.
Selama ini aktivitas yang dominan dilakukan siswa terbatas pada mendengarkan,
mencatat, dan menjawab pertanyaan bila guru memberikan pertanyaan. Proses belajar
mengajar semacam ini jelas kurang mendorong anak didik untuk berpikir dan berkreativitas.
Untuk lebih meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar matematika maka
aktivitas siswa pun harus lebih ditingkatkan, bukan hanya sekedar mendengar, mencatat dan
menghapal, sehingga dengan peningkatan aktivitas belajar matematika akan tercapai tujuan
belajar yaitu perubahan yang diharapkan dalam diri siswa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah suatu kegiatan
yang melibatkan unsur fisik (jasmani) dan psikis (mental) di dalam proses belajar mengajar
matematika.
24

Setelah disesuaikan dengan strategi pembelajaran Index Card Match, maka aktifitas
yang akan diamati dalam penelitian ini adalah seperti yang diperlihatkan dalam tabel
berikut:
Tabel 2.2. Aktifitas yang Akan Diamati
No Indikator
Aktifitas
Aktifitas Yang Diamati
1. Visual activities Membaca petanyaan dan jawaban
2. Listening activities Mendengarkan pertanyaan yang sesuai
dengan jawaban
3. Mental Activities Menyelesaikan/mecahkan soal
4. Oral Activities a. Mempresentasikan jawaban dan
pertanyaan di depan kelas
b. Menanggapi presentasi siswa yang tampil
5 Emotional
activities
Tanggapan siswa dalam kelompok

2.7 Respon Siswa
Hereditas dan lingkungan hanyalah merupakan dua segi utama dari proses belajar.
Segi lain yang juga penting adalah respon atau tanggapan siswa. Para siswa memberikan

24
http://juntakmarganagmailcom.blogspot.com/2010/09/penerapan-strategi-belajar-aktif-tipe.html

respon terhadap suatu perangsang dengan berbagai tingkat kekuatan dan tujuan.
25
Kekuatan
ini sebagian berasal dari kondisi-kondisi jasmaniah, sebagian lagi berasal dari pengamatan
dan motivasi.
Respon adalah proses pengorganisasian rangsangan. Rangsangan proksimal
diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsang
proksimal itu. Proses inilah yang disebut respon.
26
Proses pengorganisasian rangsangan
maksudnya rangsangan yang terjadi diluar diri seseorang, rangsangan tersebut dapat berupa
kejadian sehingga seseorang dapat mengelompokkan atau menyimpulkan kejadian yang telah
terjadi.
Menurut Willis konsekuensi dari modus(modus, cara) respon akan mempengaruhi
persepsi orang lain terhadap individu tersebut dan pada gilirannya akan mempengaruhi
interaksi sosial antar individu.
27
Maksudnya respon yang negatif dapat memberikan.

2.8 Hasil Belajar
a. Pengertian Hasi Belajar
Menurut Hamalik (2009:30) hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku
pada diri siswa, yang dapat diamati dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan. Perubahan tersebut diartikan adanya peningkatan dan pengembangan yang
lebih baik dibanding sebelumnya. Perubahan yang timbul pada individu harus mengarah pada
perubahan positif yang berupa kecakapan sikap, kebiasaan dan pengertian.
Moedjiono dan Dimyanti (1994:4) berpendapat bahwa, hasil belajar adalah hasil dari
interaksi tindak belajar murid dan tindak mengajar yang dilakukan oleh guru, tindak

25
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar.( Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009) h. 46
26
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial.(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008)h. 87
27
Sarlito Wirawan Sarwono,, h .78
mengajar diakhiri dengan proses evaluasi, sedang tindak belajar merupakan puncak dari
proses belajar dengan meningkatnya kemampuan. Selanjutnya hasil belajar menurut
(Agung, 2005:75) adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami interaksi proses
pembelajaran.
Senada dengan pernyataan Sudjana (Nurkancana & Sunartana, 1990:110),
mendefinisikan evaluasi hasil belajar adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan
nilai keberhasilan belajar seorang setelah ia mengalami proses belajar selama satu priode
tertentu. Pernyataan tersebut, menekankan bahwa hasil belajar sebagai hasil dari proses
pembelajaran.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah
laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Melalui proses belajar
seseorang akan mengalami perubahan dalam tingkah lakunya yakni sebagai hasil belajar yang
dilakukannya. Proses belajar mengajar dan hasil belajar merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Untuk itu, maka segala sesuatu yang mempengaruhi proses belajar harus
dioptimalkan agar mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Sehubungan dengan aspek-aspek tersebut ada beberapa faktor yang mempengaruhi
hasil belajar siswa. Menurut Slameto (2003:54), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar adalah :
(1) Faktorfaktor internal
Faktor-faktor internal terdiri dari faktor jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), faktor
psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan), dan
faktor kelelahan.
(2) Faktor-faktor eksternal.
faktor-faktor eksternal terdiri dari faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi
antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang
tua, latar belakang kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi
guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran
di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah), dan faktor masyarakat
(kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan
masyarakat).
Hasil belajar matematika adalah hasil dari seseorang siswa dalam mengikuti proses
belajar mengajar matematika yang diukur dari kemampuan siswa tersebut dalam
menyelesaikan suatu permasalahan matematika. Dalam belajar matematika diharapkan hasil
belajar yang dicapai hendaknya merupakan efek terhadap minat siswa untuk mempelajari
beberapa hal dan mempunyai sikap positif terhadap proses belajar mengajar. Hasil belajar
siswa dapat diketahui melalui proses evaluasi atau tes, kemudian hasil tes dinilai oleh guru.
Menurut taksonomi Bloom dalam Erman Suherman hasil belajar kognitif merupakan
perubahan-perubahan mental yang dapat terukur dan teramati. Perubahan mental tersebut
terdiri dari pengetahuan (C
1
), pemahaman (C
2
), penerapan (C
3
), analisis (C
4
), Sintesis (C
5
),
dan evsaluasi (C
6
)
28
.
Kunandar menjelaskan penilaian memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut:
1. Formatif, yaitu merupakan umpan balik bagi guru sebagai dasar untuk memperbaiki
proses belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi siswa yang belum
menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari.
2. Sumatif, yaitu dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran, menentukan angka nilai sebagai bahan keputusan kenaikan kelas dan

28
Erman Suherman, , hal. 223
laporan perkembangan belajar siswa, serta dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa.
3. Diagnostik, yaitu dapat mengetahui latar belakang siswa (psikologis, fisik, dan
lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar.
4. Seleksi dan penempatan, yaitu hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk
menyeleksi dan menempatkan siswa sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah hasil
belajar yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar pada mata pelajaran
matematika yang dapat ditunjukkan melalui angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu peningkatan
kemampuan siswa yang diperoleh melalui penyampaian informasi dan pesan oleh guru
setelah proses pembelajaran berlangsung, yang berupa angka atau selama satu periode
tertentu.
b. Ciri-Ciri Hasil Belajar
Dimyati & Moedjiono (dalam Agung, 2005:75) menyatakan, ciri-ciri hasil belajar
ada tiga yaitu:
(1) hasil belajar memiliki kepastian berupa pengetahuan, kebiasaan, keterampilan,
sikap atau cita-cita,
(2) adanya perubahan mental dan perubahan jasmani.
(3) memiliki dampak pengajaran dan dampak pengiring.
Tabrani Rusyan (1991:1) menyatakan belajar adalah suatu proses yang ditandai oleh
adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari pengamatan dan latihan. Perubahan
sebagai hasil belajar dapat ditimbulkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan
pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku dan kecakapan serta kemampuan.
Menurut (Agung, 2005:76): ciri-ciri hasil belajar melibatkan perolehan kemampuan-
kemampuan yang dibawa sejak lahir. Belajar bergantung kepada pengalaman, sebagai dari
pengalaman itu merupakan umpan balik dari lingkungan, memperoleh kecakapan baru dan
membawa perbaikan para ranah kognitif, afektif, psikomotorik.
Dari pendapat tersebut dapat di simpulkan ciri-ciri hasil belajar adalah suatu proses
yang ditandai oleh adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari pengamatan dan
latihan yang membawa perubahan pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2.8 Pembelajaran Matematika
Dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh
pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari
sekumpulan objek (abstraksi)
29
. Tujuan umum pembelajaran matematika adalah memberikan
penekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika, baik dalam kehidupan sehari-
hari maupun dalam membantu mempelajari ilmu pengetahuan lainnya
30
.
Berdasarkan defenisi belajar dan pembelajaran, serta tujuan dari pembelajaran
matematika maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pembelajaran matematika
merupakan proses komunikasi antara siswa dengan guru, dalam rangka perubahan sikap dan
pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan
kebutuhan dan minatnya dalam mempelajari ilmu yang bersifat abstrak namun konsep-
konsepnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari dan membantu dalam mempelajari
ilmu pengetahuan lainnya.

29
Erman Suherman ,,h. 57
30
Erman Suherman, , h. 58
2.9 Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru, dimana
dalam prosesnya cenderung menggunakan metode ekspositori, guru menyampaikan konsep
dari materi, selanjutnya siswa diberikan contoh soal, kemudian diminta untuk mengerjakan
latihan untuk mengecek pemahaman siswa.
Adapun ciri-ciri pembelajaran konvensional Menurut Nasution,adalah sebagai
berikut
31
:
1. Tujuan tidak dirumuskan secara spesifik ke dalam kelakuan yang dapat diukur.
2. Bahan pelajaran diberikan kepada kelompok atau kelas secara keseluruhan tanpa
memperhatikan siswa secara individu.
3. Bahan pelajaran umumnya berbentuk ceramah, kuliah, tugas tertulis dan media lain
menurut pertimbangan guru.
4. Berorientasi pada kegiatan guru dan mengutamakan kegiatan belajar.
5. Siswa kebanyakan bersifat pasif mendengar uraian guru.
6. Semua siswa harus belajar menurut kecepatan guru.
7. Penguatan umumnya diberikan setelah dilakukan ujian atau ujian.
8. Keberhasilan belajar umumnya dinilai guru secara subjektif
9. Pengajar umumnya sebagai penyebar atau penyalur informasi utama.
10. Siswa biasanya mengikuti beberapa tes atau ulangan mengenai bahan yang
dipelajari dan berdasarkan angka hasil tes atau ulangan itulah nilai rapor yang
diisikan.
Ciri- ciri pembelajaran konvensional di atas juga merupakan ciri- ciri dari pembelajaran
dengan metode ekspositori. Hal ini bedasarkan pada pendapat Ahmad Rohani dan Abu
Ahmad yang menyatakan bahwa hakekat mengajar menurut pandangan ekspositori adalah

31
Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta:Bumi aksara, 2000), h.209
penyampaian ilmu pengetahuan kepada peserta didik yang dipandang sebagai objek yang
menerima apa yang diberikan dari guru.
32

Pada pembelajaran dengan metode ekspositori, terdapat kelebihan dan kelemahan
pelaksanaannya. Menurut Wina Sanjaya, keunggulan dan kelemahan pada strategi
pembelajaran ekspositori adalah
33
:
Keunggulan:
a. Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan
keluasan materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa
menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
b. Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran
yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk
belajar terbatas.
c. Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui
penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa
melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
d. Digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.

Kelemahan :
a. Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang
memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.
b. Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik
perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta
perbedaan gaya belajar.

32
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, ..., h. 36
33
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2008) h.
34
c. Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit
mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan
interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
d. Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa
yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat,
antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur
(berkomunikasi), dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat
dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.
e. Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah
(one-way communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman
siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula. Di samping itu,
komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan
terbatas pada apa yang diberikan guru.
Dari penjelasan di atas, maka dapat diklasifikasikan perbandingan antara pembelajaran
matematika dengan strategi ETH dengan pembelajaran konvensional, seperti yang terlihat
dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.1. Perbandingan Pembelajaran ETH dan Pembelajaran Konvensional
No. Pembelajaran Index Card Match No. Pembelajaran Konvensional
1 Siswa aktif 1 Siswa pasif
2 Guru sebagai fasilitator 2 Guru adalah penentu jalannya
3 Siswa mempunyai kesempatan untuk
mengkonstruk dan mengembangkan
pengetahuan sendiri.

3 Kebenaran bersifat absolute dan
pengetahuan bersifat final.

4 Siswa aktif menemukan konsep 4 Konsep diberikan oleh guru dan
siswa tidak dapat berbagi
pengetahuan kepada sesama
temannya.

5 Dapat melihat perbedaan kemampuan
setiap individu siswa.

5 Perbedaan kemampuanbelajar
siswa belum terlihat.

6 Pemantauan terhadap peserta didik lebih
intensif.

6 Guru sering tidak memperhatikan
keadaan tiap individu siswa
7 Daya serap siswa lebih cepat dan
bertahan lama karena siswa tidak
menghafal
7 Cepat hilang karena bersifat
menghafal.




2.10 Kerangka Konseptual
Belajar dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Index Card Match sangat
besar manfaatnya bagi siswa terutama siswa yang kurang memahami materi yang diberikan
oleh guru. Dengan Index Card Match diharapkan menciptakan kondisi belajar yang
menyenangkan dan siswa dapat mengembangkan kemampuan berfikir secara optimal.
Untuk memperbaiki hasil belajar, guru sangat berperan penting dalam memilih metode
mengajar yang tepat, sehingga siswa mudah memahami materi yang disampaikan. Oleh sebab
itu, penulis menggunakan suatu cara yang dapat meningkat mutu pembelajaran matematika
yaitu dengan strategi pembelajaran aktif tipe Index Card Match.
Berdasarkan uraian di atas dapat dibuat skema kerangka konseptual sebagai berikut:










Gambar 1.Skema kerangka konseptual penelitian
2.11 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan landasan teori diatas, hipotesis yang dirumuskan
dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi
pembelajaran aktif tipe index card match lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional pada mata pelajaran matematika di kelas VII SMPN 1
Panti, Pasaman.

Siswa
Kelas Eksperimen
Strategi pembelajaran aktif
tipe index card match
Kelas Kontrol
Pembelajaran
Konvensional
Hasil
Belajar
Respon
Siswa
Hasil
Belajar
Pelaksanaan
Pembelajaran
Aktivitas
Siswa
Bandingkan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka jenis
penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang
adanya perlakuan atau treatmen yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.
34
Penelitian eksperimen yang
digunakan adalah penelitian pra eksperimen. Menurut Muri Yusuf, jenis penelitian ini pada
prinsipnya tidak dapat mengontrol validitas internal dan eksternel secara utuh, karena satu
kelompok hanya dipelajari satu kali, atau kalau menggunakan dua kelompok diantara kedua
kelompok itu tidak disamakan terlebih dahulu.
35

Eksperimen merupakan metode yang mengungkapkan hubungan antara dua variabel
atau lebih untuk mencari pengaruh suatu variabel dengan variabel lain.
36
Tujuannya adalah
untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan pada satu
atau lebih kondisi perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok
kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan. Pada penelitian yang akan diteliti ini, penelitian
eksperimen yang digunakan adalah penelitian pra eksperimen yaitu penelitian yang
mengandung ciri eksperimental dalam jumlah yang kecil.
37


34
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfa Beta, 2009), h.107
35
Muri Yusuf, Metode Penelitian : Dasar-dasar Penyelidikan Ilmiah, ( Universitas Negeri Padang (
UNP ), 1997 ), h. 235
36
Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: PT. Tarsito, 2005), h.19
37
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h.99

Untuk keperluan tersebut maka digunakan dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Siswa kelas eksperimen diajar dengan strategi pembelajaran Index Card Match
sedangkan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah The Static Group Comparison:
Randomized Control-Group Only Design. Sampel dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen adalah
strategi pembelajaran aktif tipe Index Card Match. Sedangkan pada kelas kontrol tidak
menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Index Card Match. Rancangan penelitian The
Static Group Comparison: Randomized Control-Group Only Design dapat digambarkan pada
tabel 3.
Tabel 3. Rancangan penelitian Randomized Control-Group Only Design
38
.

Keterangan:
X
I
=perlakuan yang diberikan

pada kelas eksperimen yaitu pembelajaran dengan
menggunakan strategi pembelajaran akif tipe index card match.
X
2
=Perlakuan yang diberikan pada kelas kontrol, yaitu kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
T
2
= tes akhir yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di akir
penelitian

38
Sumardi Suryabrata . Metodologi Penelitian . (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. 2004) hal. 104
Kelas Treatment
Posttest
Eksperimen X
1
T
2
Kontrol X
2
T
2
Berdasarkan rancangan tersebut, terdapat dua kelas sampel dalam penelitian ini, yaitu
kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas kontrol merupakan kelas pembanding tanpa
perlakuan, artinya kelas ini tetap melaksanakan pembelajaran konvensional. Sedangkan kelas
eksperimen merupakan kelas yang diberi perlakuan, yaitu pembelajaran dengan
menggunakan strategi tipe Index Card Match.
3.2 Populasi dan Sampel
1) Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 1 Panti,Pasaman yang
terdaftar pada tahun pelajaran 2012-2013. Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh
populasi penelitian yaitu :
Kelas Jumlah Siswa
VII
1
43
VII
2
41
VII
3
45
VII
4
42
VII
5
44
(Sumber: guru matematika kelas VII SMP Negeri 1 Panti, Pasaman)
2) Sampel
Penelitian yang dilakukan adalah jenis pra eksperimen dengan rancangan The Static
Randomized Control Group Only Design. Dalam pelaksanaannya, penulis membutuhkan
kedua kelas sebagai sampel. Berikut dijelaskan langkah- langkah yang dilakukan untuk
pemilihan kelas sampel dalam penelitian ini.
1. Mengumpulkan data nilai ulangan harian matematika semester II kelas VII SMP
N 1 Panti,Pasaman
2. Melakukan uji normalitas
Pengujian normalitas digunakan untuk menguji apakah data populasi berdistribusi
normal atau tidak.
Hipotesis yang diajukan:
H
0
: Data populasi berdistribusi normal
H
1
: Data populasi tidakberdistribusi normal
Adapun langkah-langkah untuk melihat populasi berdistribusi normalatau tidak, maka
digunakan uji Lilifors sebagai berikut
39
:
a. Data x
1
, x
2
, x
3
, , x
n
diperoleh dan disusun dari data yang terkecil sampai
yang terbesar.
b. Data x
1
, x
2
, x
3
, , x
n
dijadikan bilngan baku z
1
, z
2
, z
3
, , z
n
dengan
menggunakan rumus :


c. Dengan penggunaan daftar distribusi normal baku dihitung peluang F(z
i
) = P
(z < z
i
).
d. Menghitung jumlah proporsi skor baku yang lebih kecil atau sama z
i
yang
dinyatakan dengan S(z
i
) dengan menggunakan rumus:
(


e. Menghitung selisih antara F(z
i
) dengan S(z
i
) kemudian tentukan harga
mutlaknya.

39
Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: PT. Tarsito, 2005) h. 466-477
f. Ambil harga mutlak yang terbesar dari harga mutlah selisih itu diberi simbol
L
0
, L
0
= maks |(

) (

)|.
g. Kemudian bandingkan L
0
dengan nilai kritis yang diperoleh dari daftar nilai
kritis untuk uji Liliefors pada taraf = 0,05. Kriterianya adalah terima H
0
jika
L
0
L
tabel.


3. Jika data yang diperoleh berdistribusi normal, maka dilakukan uji homogenitas
variansi. Uji homogenitas variansi ini dilakukan untuk mengetahui apakah data
populasi mempunyai variansi yang homogen. Langkah- langkah dalam melakukan
uji homogenitas adalah dengan menggunakan uji Bartlet sebagai berikut:
40

a. Membuat hipotesis, yaitu:
H
0
:


H
1
: paling sedikit satu tanda tidak sama dengan, tidak berlaku
b. Menghitung variansi masing-masing kelompok
c. Menghitung variansi gabungan dari populasi menggunakan rumus:

)

d. Menghitung harga satuan Barlett dengan rumus:
(

) (

)
e. Menghitung harga satuan Chi-kuadrat (X
2
) dengan rumus:
X
2
= (ln 10)* (

+
f. Membandingkan

dengan

dengan kriteria bila

<


untuk taraf maka terima H
0
artinya populasi homogen.
4. Melakukan uji kesamaan rata-rata

40
Sudjana, , h. 261-263
Adapun langkah-langkah dalam menguji kesamaan rata-rata populasi adalah:
41

a. Membuat hipotesis
H
0
:
1 =

2 =

3 =

4 =

5
H
1
: Sekurang-kurangnya dua rata-rata tidak sama
b. Menentukan taraf nyata ()
c. Menentukan wilayah kritiknya dengan menggunakan rumus f > f

[ k 1, N
K].
d. Menentukan perhitungan dengan bantuan tabel.
Tabel 6 : Data Hasil Belajar Siswa Kelas Populasi
Populasi
1 2 3 K
X
11
X
12

X
1n
X
21
X
22

X
2n
X
31
X
32

X
3n
X
k1
X
k2

X
kn

Total T
1
T
2
T
3
T
k
T


Nilai
Tengah
X
1
X
2
X
3
X
k
X

Perhitungannya dengan menggunakan rumus :


Jumlah Kuadrat Total (JKT) : = =
i, j
2 ni
j=1
k
i=1
-
(T

)
2
N

Jumlah Kuadrat untuk Nilai Tengah Kolom (JKK):
T
i
2
N

-
T

2
N

Jumlah Kuadrat Galat (JKG) : JKT JKK

41
Ronal, E. Walpole, Pengantar Statistika. ( Jakarta : PT. Gramedia Pustaka, 1993), h.383
Masukkan data hasil perhitungan ke tabel berikut :
Tabel 7 : Analisis Ragam Bagi Data Hasil Belajar Siswa Kelas Populasi
Sumber
Keraga
man
Jumlah
kuadrat
(JK)
Derajat
kebebasa
n (dk)
Kuadrat
Tengah
F
hitu
ng




Nilai
tengah
kolom

Galat
JKK



JKG
k -1



N - K

S
1
2
= JKK
k -1

S
2
2
= JKG
N
k
Total JKT N K

e. Keputusannya
H
o
diterima jika f < f

[ k 1, N K]
H
o
ditolak jika f >f

[ k 1, N K].

5. Pengambilan Sampel
Apabila dari perhitungan di atas diperoleh populasi berdistribusi normal,
homogen serta memiliki kesamaan rata-rata, maka pengambilan sampel dapat
dilakukan secara acak.Pengambilan sampel yang penulis lakukan adalah dengan cara
menulis nama kelas di kertas dan menggulungnya. Kemudian penulis mengundi
gulungan kertas dan mengambil dua gulungan secara acak. Kertas pertama yang
terambil merupakankelas eksperimen, sedangkan pengambilan kertas kedua
merupakan kelas kontrol.
3.3 Variabel dan Data Penelitian
1) Variabel
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas: Perlakuan dengan pembelajaran yang menggunakan strategi
Genius Learning.
2. Variabel Terikat: Hasil belajar matematika siswa di kelas sampel
2) Data
a. Jenis data
Jenis data pada penelitian ini terdiri atas dua, yaitu:
1) Data primer dalam penelitian ini adalah data aktivitas siswa dan guru,data
angket respon siswa dan data hasil belajar matematika siswa kelas sampel.
2) Data sekunder, yaitu data jumlah siswa kelas VII SMP N 1 Panti, Pasaman
b. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP N 1
Panti, Pasaman serta guru bidang studi matematika maupun dari pegawai tata
usaha SMP N 1 Panti, Pasaman

3.4 Prosedur Penelitian
Secara umum prosedur penelitian terdiri dari 3 tahap, yaitu: tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap akhir.
1) Tahap Persiapan
Tahap persiapan dalam penelitian ini meliputi:
a. Melaksanakan observasi ke sekolah untuk melihat proses pembelajaran yang
diterapkan didalam kelas.
b. Menelaah data nilai ulangan harian semester II mata pelajaran matematika kelas
VII SMP N 1 Panti, Pasaman
c. Menentukan jadwal penelitian.
d. Membuat perangkat pembelajaran
e. Menyiapkan instrumen penelitian
f. Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
g. Membuat kisi-kisi soal tes akhir
h. Menyusun soal tes akhir berdasarkan kisi- kisi yang telah dibuat
i. Mempersiapkan lembar observasi untuk mencatat aktifitas siswa dan guru kelas,
serta angket respon siswa
j. Validasi soal tes akhir, lembar observasi aktifitas siswa dan guru, serta angket
respon siswa.
k. Uji coba soal tes
l. Mempersiapkan observer yang akan mengamati aktifitas siswa dan guru

2) Tahap Pelaksanaan
Dalam pelaksanaannya, penelitian ini terdiri dari dua kelas sampel. Pada kelas
sampel dilakukan pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi
pembelajaran aktif tipe Index Card Match, dan kelas kontrol dengan pembelajaran
konvensional.
3) Tahap penyelesaian
Pada tahap penyelesaian dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:
1. Memberikan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah
penelitian berakhir, agar hasil penelitian dapat diketahui
2. Membagikan angket respon kepada masing- masing siswa di kelas
eksperimen.
3. Mengolah data hasil tes akhir, lembar observasi, dan angket respon siswa
4. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang telah diperoleh dan
membandingkannya dengan hipotesis sementara yang telah dibuat
sebelumnya.

4) Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan dalam mengumpulkan data. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan instrumen berupa, lembar observasi untuk aktifitas siswa dan
pengelolaan kelas, tes hasil belajar, dan angket respon siswa.
a. Lembar Observasi
Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis,
objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi buatan untuk
mancapai tujuan tertentu.
42
Observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar
peserta didik, seperti tingkah laku peserta didik selama pembelajaran, berdiskusi,
mengerjakan tugas, bertanya, dan sebagainya. Untuk mengetahui hal tersebut maka
diperlukan lembar observasi. Lembar observasi ini akan diisi oleh seorang observer.
Langkah-langkah dalam menyusun lembar observasi adalah:
a. Merumuskan tujuan observasi
b. Membuat lay-out atau kisi- kisi observasi
c. Menyusun aspek- aspek yang akan diobservasi
d. Validasi lembar obsevasi
e. Melaksanakan observasi

42
Zainal Arifin. Evaluasi Pembelajaran. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009) hal. 153
Lembar observasi yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua jenis. Pertama,
lembar observasi untuk melihat aktifitas siswa. Kedua, lembar observasi untuk melihat
aktivitas guru. Kedua observasi ini dilakukan selama pembelajaran matematika menggunakan
strategi Genius Learning berlangsung di kelas eksperimen.

b. Lembar observasi aktifitas siswa
Adapun hal- hal yang akan dilihat oleh observer yang berkaitan dengan aktifits siswa
selama pembelajaran dengan strategi Genius Learning berlangsung, dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 8. Aspek-Aspek pada Lembar Observasi Aktifitas siswa
No Indikator Aspek
1. Oral Activities - Mengajukan pertanyaan ,
memberikan ide atau
pendapat, menjawab
pertanyaan yang diajukan
guru
2. Drawing Activities - Menggambar
4. Mental Actvities - Menanggapi atau
memecahkan soal
c. Lembar observasi aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran
Pada lembar observasi ini, hal hal yang akan diamati oleh observer adalah sejauh
mana guru menerapkan pembelajaran matematika dengan strategi index card match. Hal ini
adalah sebagai kontrol bagi guru agar pembelajaran berlangsung seperti yang telah
direncanakan sehingga tujuan pembelajaran index card match dapat dicapai secara maksimal.

5) Angket Respon Siswa
Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran
matematika dengan strategi index card match. Angket respon siswa ini berisi pernyataan-
pernyataan siswa terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan. Angket diberikan setelah
penelitian berakhir.Angket diisi oleh setiap siswa pada kelas eksperimen, yaitu kelas yang
melaksanakan pembelajaran dengan strategi index card match.Respon yang akan dilihat
berkaitan dengan materi pelajaran, lembar kerja siswa, dan cara guru menyampaikan materi.
Siswa diberikan dua pilihan yaitu senang (S), dan tidak senang (TS).

6) Tes Hasil Belajar
Untuk memperoleh data, maka kedua kelas sampel diberikan tes.Bentuk soal yang
digunakan dalam tes adalah berupa soal essay, tes hasil belajar dikembangkan melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menyusun tes
Dalam menyusun tes penulis melakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Menentukan tujuan mengadakan tes, yaitu untuk mendapatkan hasil belajar
matematika.
2) Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diujikan.
3) Membuat kisi-kisi tes.
4) Menyusun tes berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.



b. Melakukan uji coba.
Sebelum tes diberikan kepada siswa kelas sampel, terlebih dahulu tes
diujicobakan pada sekolah atau kelas lain. Pengujian dimaksudkan agar tes yang akan
diberikan mempunyai kualitas yang baik.
c. Analsis item.
Untuk menentukan kualitas soal yang baik dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Validitas
Validitas merupakan sejauh mana instrument itu merekam/mengukur
apa yang dimaksudkan untuk direkam atau diukur. Suatu alat ukur disebut
memiliki validitas jika alat ukur tersebut isinya layak mengukur obyek yang
seharusnya diukur dan sesuai dengan kriteria tertentu
43
.Artinya kesesuaian
antara alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran.Bilamana
alat ukur yang digunakan tidak valid, maka data yang diperoleh juga tidak
valid dan kesimpulan yang diperoleh menjadi salah. Untuk menguji validitas
empiris dapat digunakan jenis statistika korelasi product moment dengan
angka kasar dengan rumus:
44


()()
*

()

+*

()

+


Untuk menafsirkan koefisien korelasi dapat menggunakan kriteria sebagai
berikut:
45

0,81 1,00 = sangat tinggi

43
Sumadi Suryabrata, , hal. 60
44
Zainal Arifin,Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009)
h.254
45
Zainal Arifin,, h.257
0,61 0,80 = tinggi
0,41 0,60 = cukup
0,21 0,40 = rendah
0,00 0,20 = sangat rendah

2) Reliabilitas Tes.
Reliabilitas berhubungan dengan tingkat kepercayaan, dimana suatu tes
dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi apabila dapat
memberikan hasil yang tetap. Untuk melihat reliabilitas tes bentuk uaraian
dipakai rumus Alpha
46


=
(

)(

)

keterangan:

: reabilitas yang dicari

: jumlah varians skor tiap- tiap item

: varians total
Kriteria reliabilitas tes:
0,80< r
11
1,00
0,06< r
11
0,80
0,40< r
11
0,60
0,20< r
11
0,40
0,00< r
11
0,20
:Sangat tinggi
:Tinggi
:Sedang
:Rendah
:Sangat rendah
Rumus varians :
47


46
Suharsimi,..., h. 109
47
Suharsimi Arikunto,, hal 110

()


Nilai

yang diperoleh disesuaikan dengan kriteriarproduct moment pada tabel


dengan ketentuan jika r
11
> r
tabel
makates tersebut reliabel
3) Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran soal adalah suatu bilangan yang menunjukkan sulit
mudahnya suatu soal.Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sulit. Menurut ZainalArifin,untuk menghitung tingkat kesukaran dapat
digunakan langkah-langkah berikut
48
:
a. Menghitung rata-rata skor untuk tiap butir soal dengan rumus:




b. Meghitung tingkat kesukaran dengan rumus:




c. Membandingkan tingkat kesukaran dengan kriteria berikut:
0,00 0,30 = sukar
0,31 0,70 = sedang
0,71 1,00 = mudah
Membuat penafsiran tingkat kesukaran dengan cara membandingkan
koefisien tingkat kesukaran dengan kriteria.
4) Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai dengan siswa yang berkemampuan rendah.Menurut Zainal

48
Zainal Arifin,, h. 135
Arifin, untuk menentukan daya pembedasoal dapat digunakan langkah-langkah
berikut
49
:
a) Menghitung jumlah skor total tiap peserta didik.
b) Mengurutkan skor total mulai dari skor terbesar sampai dengan skor terkecil.
c) Menetapkan kelompok atas dan kelompok bawah. Jika jumlah peserta didik
banyak (di atas 30) dapat ditetapkan 27 %
d) Menghitung rata-rata skor untuk masing-masing kelompok (kelompok atas
maupun kelompok bawah).
1) Menghitung daya pembeda soal dengan rumus:


Keterangan :
DP = daya pembeda

= rata- rata kelompok atas

= rata-rata kelompok bawah


2) Membandingkan daya pembeda dengan kriteria sebagai berikut:
0,40 ke atas = sangat baik
0,30 0,39 = baik
0,20 0,29 = cukup, soal perlu diperbaiki
0,19 ke bawah = soal kurang baik, soal harus dibuang

6. Teknik Analisis Data
Untuk memperoleh data mengenai aktivitas siswa, aktivitas guru, respon siswa maupun
hasil belajar siswa, perlu dilakukan analisis dengan menggunakan teknik- teknik yang

49
Zainal Arifin , , hal 133
dikemukakan oleh para ahli dan telah banyak dipakai oleh peneliti- peneliti sebelumnya.
Adapun teknik tersebut terdiri dari:
1. Lembar Observasi
Observasi bertujuan untuk mengamati aktivitas siswa dan aktivitasguru selama
melaksanakan pembelajaran dengan strategi Genius Learning. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini ada dua lembar observasi yang digunakan yaitu untuk mengamati
aktivitas siswa dan aktivitas guru pada pembelajaran matematika dengan
menggunakan strategi Genius Learning.
a. Aktivitas siswa
Data aktivitas siswa yang diperoleh melalui lembar observasi dianalisis dengan
menggunakan rumus persentase
50
:


Keterangan:
P% = Persentase aktivitas
F = Frekuensi aktivitas yang dilakukan
N = Jumlah siswa

Kriteria penilaian aktivitas belajar yang positif adalah sebagai berikut:
51

1) Jika persentase penilaian aktivitas adalah 1% - 25% maka aktivitas
tergolong sedikit sekali.
2) Jika persentase penilaian aktivitas adalah26% - 50% maka aktivitas
tergolong sedikit.

50
Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004) h. 130
51
Dimyati dan Mudjono, Penilaian Aktivitas Belajar, (Jakarta: Aksara Baru, 1999) h. 125
3) Jika persentase penilaian aktivitas adalah51% - 75% maka aktivitas
tergolong banyak.
4) Jika persentase penilaian aktivitas adalah 76% - 99% maka aktivitas
tergolong banyak sekali.

b. Aktivitas Guru
Data yang diperoleh dari lembar pengamatan aktivitas guru dalam
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan strategi Genius
Learningdianalisisdianalisis dengan menggunakan rumus persentase
52
:


Keterangan:
P% = Persentase aktivitas guru
F= Frekuensi aspek aktivitas guru yang diamati
N = jumlah semua aspek
Kriteria penilaian yang digunakan dalam aktivitas guru sama dengan criteria
penilaian aktivitas siswa, yaitu:
53

1) Jika persentase penilaian aktivitas adalah 1% - 25% maka aktivitas
tergolong sedikit sekali.
2) Jika persentase penilaian aktivitas adalah26% - 50% maka aktivitas
tergolong sedikit.
3) Jika persentase penilaian aktivitas adalah51% - 75% maka aktivitas
tergolong banyak.

52
Sudjana, ...,h. 130
53
Dimyati dan Mudjono, ,hal. 125
4) Jika persentase penilaian aktivitas adalah 76% - 99% maka aktivitas
tergolong banyak sekali.

2. Angket Respon Siswa
Data respon siswa diperoleh dari angket yang terdiri dari dua kriteria respon
yaitu senang (S), dan tidak senang (TS) .Respon dikatakan positifapabila 75 % atau
lebih siswa memberikan respon senang. Data kemudian dianalisis dengan
mengunakan rumus
54

% =
()
()
x 100%
3. Tes Hasil Belajar
Untuk memperoleh tes yang baik, maka perlu dilakukan beberapa langkah
sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data sampelberdistribusi
normal atau tidak.
Hipotesis yang diajukan:
H
0
: data sampel berdistribusi normal
H
1
: data sampel tidak berdistribusi normal
Cara mengujinya adalah
55
:
1) Data X
1
,X
2
,X
3
,...X
n
yang diperoleh dari data yang terkecil hingga ke data
yang terbesar.
2) Data X
1
, X
2
, X
3
, ....X
n
dijadikan bilangan baku Z
1
, Z
2
, Z
3
, ....Z
n
dengan
rumus sebagai berikut:

54
Triyanto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: kencana, 2010),ed. 1, cet. 2, h 243
55
Sudjana, ...,h.466-477
Zi =
S
Xr Xi

Keterangan:
Xi
= skor siswa yang diperoleh siswa yang ke-i
X r = skor rata-rata
S = simpangan baku

3) Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung
peluang. F (z
i
) = P (z z
i
).
4) Dengan menggunakan proporsi Z
1
, Z
2
, Z
3
,...Z
n
yang lebih kecil atau sama
dengan Zi, jika proporsi ini dinyatakan dengan S (Zi), maka:
S (Zi) =
n
Zi Zyang Z Z banyaknyaZ .... ..........
3 , 2 , 1

5) Menghitung selisih F(Z
i
) S(Z
i
) kemudian tentukan harga mutlaknya.
6) Diambil harga yang paling besar di antara harga mutlak selisih tersebut dan
disebut selisih L
O.

7) Membandingkan nilai L
o
dengan L
tabel
. Kriterianya diterima yaitu hipotesis
itu diterima jika L
o
lebih kecil dari L
tabel
, selain itu hipotesis ditolak.

b. Uji Homogenitas
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah kelas sampel mempunyai
variansiyang homogen atau tidak.Uji homogenitas dilakukan dengan uji Barlett
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
56

a. Membuat hipotesis, yaitu:
H
0
:



56
Sudjana,Metode Statistik, (bandung : Tarsito, 2002), h. 261-263
H
1
:


b. Menghitung variansi masing-masing kelompok
c. Menghitung variansi gabungan dari populasi menggunakan rumus:

)

d. Menghitung harga satuan Barlett dengan rumus:
(

) (

)
e. Menghitung harga satuan Chi-kuadrat (X
2
) dengan rumus:
X
2
= (ln 10)* (

+
f. Membandingkan

dengan

dengan kriteria bila

<


untuk taraf maka terima H
0
artinya populasi homogen.
c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar kognitif
matematika siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.
Hipotesis yang akan diuji adalah :
H0 : 1= 2 Hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan strategi Genius Learning sama dengan siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional.
H1: 1> 2 Hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan strategi Genius Learning lebih baik daripada siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional.
1 dan 2 merupakan rata- rata populasi hasil belajar kelas sampel. Jika setelah
dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas diperoleh data berdistribusi
normal dan variansi homogen, maka dilakukan uji t
57
:

57
Sudjana, ..., h.249

dengan


keterangan :

: rata- rata kelas eksperimen

: rata- rata kelas kontrol


S : variansi kedua kelas sampel

2
:variansi kelas eksperimen

2
:variansi kelompok kontrol

:jumlah siswa kelas eksperimen

:jumlah siswa kelas kontrol


Kriteria pengujian adalah tolak

jika t hitung > t tabel, sebaliknya terima

jika t hitung < t tabel dengan derajat kebebasan (dk) =

2 pada =
0,05.
Jika data yang diperoleh berdistribusi normal tetapi variansi data tidak
homogen maka digunakan rumus berikut:


Kriteria pengujian data adalah terima

jika


Dengan

dan

(1-1/2a)(

-1) dan

=t(1-1/2a)(

-1)
Jika data yang diperoleh tidak normal, maka digunakan ujiU (Uji Mann-
Whitney) dengan hipotesis sebagaiberikut:
H
0
:Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan kelas
kontrol.
H
1
:Hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih besardaripada kelas kontrol
Untuk menghitung nilai statistik uji Mann-Whitney, rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut
58
:


Keterangan:

= jumlah kasus kelompok 1

= jumlah kasus kelompok 2

= jumlah jenjang/ rangking pada kelompok 1

= jumlah jenjang/ rangking pada kelompok 2


Catatan = hanya salah satu U saja yang dihitung, sebab U lainnya dapat
dihitung dengan cara sebagai berikut:

. Sedangkan U yang digunakan


adalah yang memiliki harga terkecil.









58
Bambang Soepeno, Statistik Terapan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal 191

DAFTAR PUSTAKA

Sanjaya,Wina.2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group

Widdiharto,Rachmadi.2004.Model-model Pembelajaran Matematika SMP.Yogyakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Hamalik,Oemar.2008. Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta : Bumi Aksara

Slameto.1995.Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
CiptaPidarta,Made.1997. Landasan Kependidikan.Jakarta:Rineka Cipta
Sadirman.2004.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Raja Grafindo Persada
Syah,Muhibbin.2003.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.Bandung: Remaja
Rosda Karya
Purwanto,Ngalim.1994.Psikologi Pendidikan.Bandung: Remaja Rosdakarya
Suherman,Erman.dkk,Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung: UPI
Abdurrahman,Mulyono.2003.PENDIDIKAN bagi anak berkesulitan belajar.Jakarta:Rineka
Cipta
Ronal, E. Walpole.1993.Pengantar Statistika.Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Suprijono,Agus.2010.Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,
2005) h. 434
Kementrian Urusan Agama Islam wakaf, Al-Quran dan Terjemahnya .(Jakarta: Mujamma,
1990) hal. 116-117
Khairunnisa,S.Pd, Guru Matematika SMP N 1 Panti, Pasaman
Suryabrata.Sumardi.2005.Metodologi Penelitian.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada

Sudjana.2005.Metode Statistik.Bandung: PT. Tarsito

Arifin,Zainal.2009.Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur.Bandung : PT Remaja
Rosdakarya

http://elsiregar.blogspot.com/2013/05/penerapan-strategi-index-card-match.html
http://juntakmarganagmailcom.blogspot.com/2010/09/penerapan-strategi-belajar-aktif-
tipe.html
http://juntakmarganagmailcom.blogspot.com/2010/09/penerapan-strategi-belajar-aktif-
tipe.html
http://gudangmakalah.blogspot.com/2012/08/skripsi-ptk-penerapan-strategi-reading.html

http://juntakmarganagmailcom.blogspot.com/2010/09/penerapan-strategi-belajar-aktif-
tipe.html

Anda mungkin juga menyukai