Anda di halaman 1dari 5

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT,2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90.05% dan ini tergolong lebih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.1 Hal ini menunjukkan bahwa upaya penyuluhan kesehatan gigi harus lebih ditingkatkan. Selain itu, penelitian Hestieyonini Hadnyanawati (2002) mengenai hubungan kebersihan gigi dan mulut dengan gingivitis pada siswa sekolah dasar kelas V di Kabupaten Jember menunjukkan bahwa siswa yang mengalami gingivitis lebih banyak daripada siswa yang sehat. Keadaan ini berhubungan dengan tingkat kebersihan gigi dan mulutnya. Semakin buruk tingkat kebersihan gigi dan mulutnya maka semakin mudah terserang gingivitis.2 Penyuluhan kesehatan gigi anak ternyata dapat menurunkan indeks plak, hal ini telah dibuktikan oleh penelitian Simson Damanik dan Evi D. Sinaga (2002). Penelitian tersebut dilakukan terhadap murid-murid kelas IV dan V di dua SD negeri Medan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penyuluhan dan pelatihan sikat gigi yang diberikan kepada anak-anak sekolah dasar cukup efektif untuk menurunkan indeks plak gigi dan efek ini masih bertahan sampai tiga minggu setelah penyuluhan dan pelatihan dilaksanakan.3 Selain itu, hasil penelitian kesehatan gigi dan mulut pada siswa-siswi kelas I VI SDN Kecamatan Palaran Kotamadya Samarinda Propinsi Kalimantan Timur oleh Silvia Anitasari dan Liliwati (2005) menunjukkan bahwa siswa-siswi yang sudah pernah mendapat penyuluhan dan pelatihan cara

Universitas Sumatera Utara

menyikat gigi yang baik dan benar, didapati bahwa tingkat kebersihan gigi dan mulut mereka termasuk sedang. Hal ini menunjukkan proses belajar yang mereka dapat melalui program penyuluhan dan pelatihan yang diberikan setiap tahun dapat dimengerti dan dipraktek oleh siswa dan siswi ini.4 Usia 5-6 tahun merupakan usia erupsi gigi molar tetap pertama. Periode ini merupakan suatu periode yang paling kritis untuk terjadinya karies pada permukaan oklusal gigi. Permukaan oklusal pada gigi yang sedang erupsi lebih cenderung terjadi karies karena kondisinya yang menguntungkan akumulasi plak. Daya mekanis fisiologis pada gigi yang beroklusi penuh dipercayai dapat menganggu akumulasi plak dan menyebabkan permukaan ini kurang rentan terhadap perkembangan karies. Penelitian Carvalho et al. membuktikan bahwa terdapat pengurangan yang signifikan terhadap plak yang terbentuk setelah 48 jam tanpa higiene oral pada gigi yang erupsi penuh berbanding dengan gigi yang erupsi sebagian.5 Anak-anak berusia 6-8 tahun merupakan anak-anak yang berada dalam akhir masa kanak-kanak. Anak-anak dalam masa ini mempunyai sejumlah besar keterampilan yang mereka pelajari selama tahun-tahun prasekolah.6 Hasil penelitian Shin Young Yim dkk. (2003) pada anak usia 7-12 tahun di Suwon, Korea menunjukkan keterampilan tangan dan kekuatan tangan anak meningkat ketika mereka bertambah usia.28 Rata-rata anak berusia enam tahun telah mengetahui sekitar 20,000 sampai 24,000 kata-kata, atau 5 sampai 6 persen dari kata-kata dalam kamus standar. Dengan meningkatnya minat dalam keanggotaan-kelompok maka meningkat pula minat untuk berkomunikasi dengan anggota-anggota kelompok. Anak segera mengetahui

Universitas Sumatera Utara

bahwa komunikasi yang bermakna tidak dapat dicapai kecuali ia mengerti arti dari apa yang dikatakan oleh orang-orang lain kepadanya. Ini menimbulkan dorongan untuk meningkatkan pengertiannya. Peningkatan dalam pengertian juga dibantu oleh pelatihan konsentrasi di sekolah. Anak segera mengetahui bahwa ia harus menaruh perhatian terhadap setiap kejadian di kelas jika ingin mengerti semua pelajaran dengan baik. Sebagai contoh, mereka menaruh perhatian terhadap apa yang dikatakan oleh guru-guru dan teman-teman.6 Maka, anak-anak pada masa ini mempunyai pengertian yang lebih banyak dibandingkan dengan masa sebelumnya. Mereka diharapkan lebih mengerti tentang isi penyuluhan dokter gigi dan dapat mengerjakannya lebih baik dibanding dengan anak yang lebih muda daripada mereka. Penelitian Leal SC dkk. pada tahun 2002 di Brazil mengenai perbandingan efektifitas metode pengajaran cara menyikat gigi pada anak 3-6 tahun dengan menggunakan metode audiovisual, anak sebagai model dan penyuluhan secara individu menunjukkan bahwa penyuluhan secara individu merupakan metode pengajaran cara menyikat gigi yang paling efektif.30 Akan tetapi, data mengenai perbandingan efektifitas metode pengajaran cara menyikat gigi pada anak umur 6-11 masih belum ditemukan terutama di Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

1.2 Permasalahan Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan, yaitu: 1. Apakah ada perbedaan penurunan indeks plak antar kelompok umur 6-7 tahun, 8-9 tahun dan 10-11 tahun dengan metode pengajaran cara menyikat gigi yang menggunakan video, peragaan dan kombinasi kedua pengajaran? 2. Apakah ada perbedaan penurunan indeks plak antar metode pengajaran menyikat gigi dengan menggunakan video, peragaan dan kombinasi kedua pengajaran pada kelompok umur 6-7 tahun, 8-9 tahun dan 10-11 tahun?

1.3 Tujuan Penelitian 1. Menganalisis perbedaan penurunan indeks plak antar kelompok umur 6-7 tahun, 8-9 tahun dan 10-11 tahun dengan metode pengajaran cara menyikat gigi yang menggunakan video, peragaan dan kombinasi kedua pengajaran. 2. Menganalisis perbedaan penurunan indeks plak antar metode pengajaran menyikat gigi dengan menggunakan video, peragaan dan kombinasi kedua pengajaran pada kelompok umur 6-7 tahun, 8-9 tahun dan 10-11 tahun

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat untuk anak-anak sekolah dasar: 1. 2. Mengajar anak-anak mengenai cara sikat gigi yang benar. Memotivasi anak-anak dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.

Universitas Sumatera Utara

Manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan: 1. Sebagai penelitian pendahuluan pengajaran metode menyikat gigi bagi bidang kedokteran gigi anak. 2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar bagi program pemerintah maupun swasta dalam hal pencegahan karies dan gingivitis anak.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai