Anda di halaman 1dari 2

"Hitman System is a big joke. Cinta kok belajar, pake ada teorinya segala? Seharusnya kan alami aja!

" demikian kira-kira seloroh Yoris (bukan nama sebenarnya) suatu pagi beberapa pekan yang lalu di Twitter. Karena ia memiliki follower yang banyak, twit tersebut langsung terseret ombak besar retweet ke mana-mana.. dan buihnya pun sampai ke saya berkat cc: @lexdepraxis yang dilaporkan oleh followers saya. Pesan bernada serupa juga sudah sering dicetuskan oleh beberapa orang, baik secara pribadi maupun lewat publik. Rata-rata meledek para pria dan wanita yang mengikuti pelatihan dan konseling tentang hubungan cinta di sekolah cinta Hitman System. Nah jujur sejujur-jujurnya sih saya sangat setuju dengan pesan demikian. Sungguh! Saya setuju bahwa hubungan cinta seharusnya tidak perlu dipelajari. Cinta seharusnya tidak perlu dianalisa, dibedah untuk menghasilkan teori-teori rumit. Setiap usaha untuk melogikakan dan merumuskan cinta seharusnya dianggap sebagai kegiatan yang total absurd. Menurut saya siapapun yang berniat meneliti cinta seharusnya dipenjara karena telah menistakan dan menghina cinta. Seseorang profesor cinta seharusnya dibakar hidup-hidup karena sama seperti tukang sihir yang menyesatkan banyak orang. Karena cinta adalah perasaan suci yang seharusnya sudah dipahami oleh setiap manusia secara alami, tanpa perlu disistemisasi sebagai bidang studi. Manusia seharusnya bisa membangun hubungan cinta dengan baik tanpa perlu memiliki pengetahuan dan pelajaran apapun tentang cinta. Ya, sungguh seharusnyalah begitu. Seharusnya begitu. Seharusnya. Sayang, realita berkata sebaliknya: Menurut penelitian dr. Boyke Dian Nugraha terhadap 200-an orang pasiennya, 4 dari 5 pria eksekutif melakukan perselingkuhan. Perbandingan selingkuh pria dan wanita pun berbanding 5:2. Komisi Nasional Perempuan mencatat bahwa pada tahun 2010 ada 1.299 korban kekerasan dalam relasi pacaran. Peradilan Agama Mahkamah Agung mencatat tingkat perceraian yang tinggi: sepuluh persen dari 2 juta pernikahan, terjadi 285.184 perkara perceraian. Dari angka tersebut, penyebab perceraian 91.841 karena ketidakharmonisan dalam rumah tangga, 78.407 karena tidak adanya tanggung jawab suami, 67.891 karena masalah ekonomi dan 10.029 karena perselingkuhan. Dari 1994-2011, lembaga Rifka Annisa telah menangani 4952 kasus kekerasan pada perempuan, posisi pertama kasus KDRT sebanyak 3274 kasus, dan posisi kedua kasus dating violance tercatat 836 kasus. Data Komnas Perempuan tahun 2011 menyatakan bahwa ada tercatat 113.878 kasus kekerasan terhadap perempuan, sekitar 1,405 di antaranya adalah kasus kekerasa dalam pacaran. Angka ini meningkat sebanyak 95,71% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan demikian rata-rata setiap hari terjadi sekitar 311 kasus KDRT. Women Crisis Center melaporkan di bulan Desember 2012 bahwa dari seluruh kasus

kekerasan terhadap perempuan, hampir 70%-nya adalah kasus tentang nikah siri dan perselingkuhan. Komisi Pemulihan dari Komnas Perempuan di tahun 2013 menegaskan bahwa 75% kekerasan yang terjadi di masa pacaran akan terus terbawa dan meningkat setelah masuk dalam pernikahan. Itu baru sebagian kecil saja, masih ada banyak hal-hal yang lebih mengerikan lagi seperti Anda bisa lihat dari kliping gambar berikut ini.

Anda mungkin juga menyukai