Anda di halaman 1dari 874

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

TOMY PURNOMO SIDI

Fiat Lux
Jadilah Cahaya

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Fiat Lux Oleh: Tomy Purnomo Sidi Copyright 2013 by Tomy Purnomo Sidi

Penerbit Editor: Tomy Purnomo Sidi Desain Sampul: Tomy Purnomo Sidi

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Untuk kalian, yang memberi dunia ini warna Untuk kalian, yang tidak dinginkan oleh zamannya (A Tribute to Fuad Muhammad Syafruddin, August 16th 1996)

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakanajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Al Quran Surah Asy Syuara 26:109 Sesuatu yang kita lakukan hanya untuk diri kita sendiri akan mati bersama kita; sesuatu yang kita lakukan untuk orang lain dan dunia akan bertahan dan abadi. Albert Pike (1809-1891) Manusia tidak dipenjara oleh takdir, melainkan oleh pikirannya sendiri. Franklin D.Roosevelt (1882-1945) Apalah artinya sebuah rumah yang bagus jika kau tidak menemukan sebuah planet yang dapat menjadi tempat bagimu untuk menggunakannya? Henry David Thoreau (1817-1862) Apa yang kita lakukan kepada hutan dunia adalah sebuah cerminan dari apa yang kita lakukan kepada diri sendiri dan orang lain. Mohandas Karamchan Gandhi (1869-1948)

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Kata Pengantar

Segala puji hanya milik Dia yang menciptakan alam semesta dan bumibeserta segala isinyasebagai penyokong kehidupan manusia, yang tidak pernah tidur atau beristirahat barang sekejap saja, yang kepada-Nya segala sesuatu bertasbih, Yang Maha Berkehendak, yang berdiri sendiri tanpa membutuhkan sekutu, yang paling awal dan tidak memiliki akhir: Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi. Shalawat serta salam, semoga selalu dan terus tercurah kepada sang utusan penutup zaman wahyu, yang menerima legitimasi terakhir dan suci dari Pemilik jagad raya, yang perutnya tidak pernah merasakan kenyang, yang menderita bersama pengikutnya tanpa ada satu pun pembeda di antara

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

beliau dan mereka, yang membuat Jibril memalingkan muka karena tidak tega melihat ruh beliau direnggut oleh malaikat pencabut nyawa: Muhammad SAW; juga kepada seluruh keluarga dan keturunannya, para sahabatnya, dan seluruh pengikutnya yang setia menjunjung ajaran dan warisannya dan menjaganya dari kotornya makar dunia. Buku inisebagaimana juga buku-buku lainnyaadalah sebuah refleksi dari kehidupan. Kehidupan yang mencoba untuk berjalan selaras dengan perintah dan peringatan dari Sang Pemilik ruang dan waktusecara vertikaldan juga, di saat yang bersamaan, dengan sosial kemasyarakatan dengan manusia dan alamsecara horizontal. Tidak mudah memang, menjalani sebuah kehidupan yang kompleks seperti itu. Namun, itulah resikonya menjadi manusia.

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Di dalam naskah pertamayang kemudian terbit menjadi sebuah buku berjudul White Light in Gazasaya mencoba untuk mengungkap sisi kemanusiaan dan kehendak untuk membela tanah air lewat sebuah kisah paralel antara perjuangan kemerdekaan yang dilakukan oleh rakyat Palestina yang sampai saat saya menulis naskah ini belum juga mendapatkan kemerdekaannyadan keinginan seorang pemuda Indonesia untuk berpartisipasi di dalam perjuangan itu. Lebih dari semua hal yang tercantum di dalam naskah pertama saya itu, ada sebuah makna hakiki yang saya tanamkan. Yaitu, kesadaran untuk mensyukuri kemerdekaan bangsa Indonesia ini dengan berkarya dan menjaganya dengan apa yang kita bisa, semampu kita. Intinya adalah, proyeksi akan sebuah kondisi di mana kemerdekaan adalah kunci manusia untuk

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

mencapai apa yang dinginkannya, menjalani kehidupan dan mengisinya dengan tugas pokok kemanusiaan itu sendiri. Sementara di naskah kedua ini, saya ingin menyampaikan sebuah tema yang umum tapi tidak mendapatkan perhatian yang layak: harmonisasi yang mulai berkurang antara manusia dengan alam. Menjaga agar era manusia tidak lenyap karena ulah tangannya sendiri dalam merusak alam dengan dalil pemanfaatan, dan agar keseimbangan yang telah sedemikian harmonisnya diciptakan oleh Yang Maha Kuasa tidak rusak yang akhirnya dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan lain, adalah juga tugas manusia yang mengemban daya hidup. Memimpin bukan hanya sebuah mandat untuk memperhatikan kehidupannya pribadi. Memimpin kehidupan adalah memperhatikan kehidupan yang ada di sekitarnya, dan menjaga agar

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

harmonisasi antara keberadaan kehidupan-kehidupan di luar tubuhnya tetap langgeng dan lestari. Manusia sebagai makhluk berdaya hidup memiliki arti yang lebih dari sekedar organisme bernyawa yang dapat berpindah tempat dan berpikir menggunakan otaknya. Manusia adalah pemegang daulat kemanusiaan dan penggembala yang diberi wewenang untuk menggembalakan kemanusiaan ke arah mana pun. Lebih baik atau lebih buruk. Sedangkan mengenai akhir dari penggembalaan itu, bukan Sang Pemilik manusia yang merasakan dampaknya, melainkan para penggembala itu sendiri. Namun bukan berarti Sang Pemilik melepaskan tanggung jawab-Nya. Karena akan datang saatnya bagi Sang Pemilik untuk bertindak dan menindak para penggembala yang melewati batas.

10

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Mungkin sebagian orang akan memandang buku ini sebagai kumpulan dari cerita Israiliyat atau semacamnya. Bukan maksud saya untuk menulisnya ke arah itu. Karena, sebesar apapun kepalsuan, tetap tidak akan menimbun dan menghapus kebenaran yang terkandung di dalam sesuatu yang telah digariskan dan ditetapkan di muka bumi. Sekecil apapun kebenaran itu jadinya. Manusia, adalah makhluk dengan organ tubuh yang terancang dengan sempurna. Bahkan terlalu sempurna, jika dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Yang kemudian diberi tugas untuk menjadi pemimpin di muka bumi ini. Yang juga menyanggupi untuk mengemban misi yang diserahkan dari-Nya itu.

11

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Tetapi mengapa Allah mempercayakan tugas seberat itu kepada manusia? Pertanyaan ini, akan terungkap jawabannya dalam falsafah surga dan neraka, rahmat dan murka, juga ampunan dan hukuman. Karena manusia tidak hanya dibekali dengan prosesor yang teramat canggih bernama otak, tapi juga segumpal darah yang disebut dengan hati. Kecerdasan dan kearifan, itulah sifat yang membuat manusia mendapat amanah yang bahkan makhluk sekokoh gunung pun, tidak sanggup untuk mengembannya. Kehidupan adalah sebuah proses. Seperti sebuah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain. Bisa juga, dari kondisi yang satu ke kondisi yang lain. Karena kehidupan itu sendiri adalah sebuah pergerakan, sebuah rotasi, sebuah siklus. Sebuah amalan nyata. Sebuah bentuk aktivitas, yang terkadang

12

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

mengandung suatu arti dan pembelajaran bagi kehidupan lainnya. Beberapa kehidupan ada yang terus hidup dalam tradisi turun-temurun, diwariskan menjadi sebuah cerita pengantar tidur, atau bahkan terawetkan dalam hikayat dan literatur. Seluruh aspek yang berada di dalam kehidupan merupakan bagian dari sejarah. Entah itu berupa satu fragmen kecil dari sebuah kehidupan seseorang, namun dengan makna yang sangat mencerahkan. Atau, tentang sebuah peristiwa, yang disoroti oleh zamannya. Dan perjalanan waktu yang dirangkum dan dikisahkan kembali kepada generasi selanjutnya tersebut, yang membentuk akar pohon kebudayaan dan peradaban manusia di zaman sesudahnya.

13

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Masa lalu yang selalu ada sebagai guru yang setia menunggu para muridnya untuk datang dan bertanya. Masa lalu itulah sejarah, yang mengandung penelitian dan usaha dalam pencarian kebenaran, penjelasan tentang asal mula segala sesuatu, dan pemahaman tentang sebab terjadinya suatu peristiwa.1 Karena manusia adalah makhluk fana, maka transformasi keabadian dapat diperoleh lewat tutur kata sejarah. Sebuah monumen yang mampu mengawetkan seorang tokoh maupun suatu masa yang mengandung arti yang penting untuk diketahui dan dipelajari oleh generasi selanjutnya. Agar tidak begitu saja menghilang dan terlupa seperti yang dicerminkan oleh

Ibnu Khaldun (2002), Mukadimah (terj.), alih bahasa ke bahasa Melayu oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, Selangor: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, Cetakan Keempat, hal.ix.

14

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Marcus Aurelius dalam perkataannya, dalam sekejap saja, anda pun akan melupakan segala sesuatu, dan dalam beberapa kejap lagi segala sesuatu pun akan melupakan anda.2 Para pembaharu, pencipta, tokoh yang mengajak kepada suatu pergerakan ke arah kebenaran, biasanya akan mendapatkan penentangan pada zamannya. Mereka memilih sebuah jalur yang berlawanan arah dengan kebanyakan orang yang hidup di masa yang sama. Apa yang mereka lakukan, telah mengusik rutinitas yang sedang berlaku pada peradaban zaman mereka hidup. Dan sejarahlah yang menyelamatkan riwayat hidup mereka. Agar generasi yang hadir setelah mereka mengetahui, menjadi seorang yang tidak diinginkan oleh
2

tienne Gilson (2004), Tuhan Di Mata Para Filosof (terj.), alih bahasa Silvester Goridus Sukur, Bandung: Penerbit Mizan, hal.87. Lihat juga The Communings with Himself of Marcus Aurelius, terjemahanan C.R.Haines (London, 1916), Loeb Classical Library. Bdk. Bk.VII, 22, hal.173.

15

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

masyarakat karena kebenaran yang kita lakukan, tidak akan membuat kita mengalami kerugian apapun. Bahwa perjuangan untuk menuju kepada suatu kebaikan sebenarnya bukanlah jalan yang mudah untuk dilalui, karena belum tentu semua orang memandangnya sebagai kebaikan. Kesalahan juga tidak akan pernah berhenti menyusup ke sela-sela kehidupan manusia di muka bumi, dan akan terus begitu sampai kematian datang menjemput kita. Tidak berbeda halnya dengan diri saya sendiri, yang tidak luput dari kesalahan, yang masih belajar untuk menjadi manusia yang lebih baik. Oleh karenanya, saya meminta maaf kepada semua orangbaik yang saya kenal maupun tidakapabila ada perlakuan dari saya yang menyakitkan hati atau menimbulkan dendam dan segala macamnya.

16

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Saya juga berterima kasih, kepada ibu saya, Mamah, Umy Rochmah, atas restunya yang selalu mengiringi ke manapun saya melangkah. Semoga Allah selalu melimpahi Mamah dengan rezeki dan rahmat serta berkah-Nya, dunia dan akhirat. Terima kasih kepada bapak saya, Papah, Rochani Guntur Santoso, yang telah berusaha untuk anaknya agar dapat bersekolah dan tumbuh normal sebagaimana mestinya. Terima kasih, untuk Mas Ferry Aries Kurniawan dan Mbak Icha, karena telah menjadi sebab bagi kehadiran seorang Danesh yang ngangenin; untuk Tri Prasetyo, juga Ulfah Kusumaningrum, yang telah menjadi dan terus menjadi adik-adik yang menguatkan saya untuk terus berkarya dan berlajar menjadi seorang manusia. Tidak lupa, untuk keluarga besar Pakde Mangud dan Bude Jamiatun; Purnomo Imam

17

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Solihin dan keluarga, Nur Indah Permata Sari dan keluarga. Kepada keluarga besar (Alm.) Mbah Sumarni dan (Alm.) Mbah Ahmad Rifai; keluarga besar (Alm.) Eyang Muhammad Basyar; keluarga di Panusupan, di Panembangan, dan di Glinggang, Jawa Tengah. Juga, terima kasih untuk Lik Yasir dan keluarga, serta tetangganya di Rajeg, Tangerang. Terima kasih untuk (Alm.) Mbah Rajak Iman, di manapun bumi menyelimutimu dengan dekapan tanahnya. Negara memang tidak mencatatkan namamu dengan tinta sejarah, namun kami tidak akan pernah melupakanmu sebagai pahlawan dan pejuang kami. Saya bangga menjadi cucumu. Walau belum pernah bertemu, semoga Allah menempatkanmu di sebaik-baiknya tempat menurut penilaian-Nya.

18

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Ucapan terima kasih saya kepada keluarga besar di Dusun Jogopranan, Magelang; Mas Eko dan Mbak Asri yang merawat dan menemani Mbah dengan sebaik mungkin; Pakle Hilal dan Bule Sri sekeluarga; Mas Dodo dan Mbak Ida di Punduhan, yang ikut membantu mendukung saya (khususnya adik saya) dan keluarga di saat-saat terpuruk; juga bagi orangorang yang turut menguatkan kami di manapun berada. Terima kasih untuk Keluarga Pakle Wawan dan Bule Ning di Salam Kanci, Magelang, atas bantuan literaturnya, yang membuat saya semakin belajar dan belajar lagi. Terima kasih kepada Engkong Muchtar, yang telah menguatkan dan memotivasi saya untuk selalu dan terus berkarya; kepada Oom Daniyang telah memberikan tawaran untuk mendapatkan sebuah cerita tetapi belum saya sambut

19

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

karena keterbatasan sayadan keluarga, juga kepada keluarga besar Graha, Pondok Gede. Tidak lupa, terima kasih saya kepada saudara, sahabat teman berjuang menghadapi susah dan senangBandhoro Rio Dharmawan, the founding father of a place called Kandang Ndhoro. Semoga apa yang pernah terjadi di masa lalu dapat menjadi bekal untuk menghadapi hari ini dan mampu menerangi masa depan. Terima kasih juga untuk Ibu Dokter Wahyu Fermy Dwi Argapriani, atas penjelasan medisnya, juga buku fisiologinya yang tebal itu. Kepada keluarga besar (Alm.) Bapak Dahlan khususnya, juga Bapak Rohmat selaku Kepala Dusun Dadapan, Srumbung (yang meninggal karena penyakit jantung sewaktu buku ini ditulis), dan seluruh warga yang tinggal di dalamnya, saya

20

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Terima kasih juga untuk keluarga besar Haji Daus di Proyek, Margahayu, Bekasi TimurTante Itut, Oom Ahmad Imam Baljurasi, Oom Reza Aulia Zarkasih, Bang Azhari N Akmal (a.k.a Abang Jari)juga untuk Oom Firmansyah dan keluarga di Duta Harapan, Bekasi Utara. Terima kasih saya kepada anak-anak Markas, Albie Wirananggapati, Adi Septian, Afriadi (Itong), dan lainnya. Tidak lupa, terima kasih saya kepada Bapak Mardiyanto dan keluarga di Kaliurang, Yogyakarta. Terima kasih kepada Riska, Umi dan Abinya Riska di Patangpuluhan; terima kasih untuk Husni Thoriq Assidiq, Agus Juniyanto, Fandi Setiawan, dan Mbak Luki sekeluarga di Demangan, Gondokusuman; juga kepada jajaran pengurus KPPB (Komunitas Peduli Pasca Bencana) dan orang-orang

21

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

yang telah terlibat di dalamnya. Terima kasih untuk Indah Riwantrisna Dewi, atas konsultasinya. Terima kasih untuk para penghuni Perumahan Titian Kencana. Khususnya, kepada para mantan RT dan RW yang telah menyediakan waktunya sebagai pembantu warga dalam menyelesaikan urusan-urusannya sebagai makhluk sosial. Terima kasih juga untuk para anggota Karang Taruna, di depan maupun di belakang layar. Terima kasih saya khusus kepada Bapak H.Djoko Mulyono dan Hj.Siti Munifah sekeluarga, Bapak dan Ibu H.Muchtadin Mugni beserta keluarga; umumnya seluruh warga yang tinggal di dalamnya. Terima kasih untuk teman-teman alumni SMA Negeri 10 Bekasi 2004/2005; Laksono Arie Dwinugroho, Yudha

Purwaka, Yunita Anggun, Febrian Maradona, Dimas Arif

22

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Prasetyo, Dimas Sofyantoro dan Diana Hapsari, Nanda Febriyanto, Bangun Suryo Wibowo, Dhemas Reviyanto Atmodjo, Agustyawan Pradito, dan yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih kepada Ibu Mamik Ratna yang selalu memeriksa kehadiran saya di kelas setiap hari. Tidak lupa, untuk Bu Guru Rizki Suharti di Bekasi. Juga kepada Bapak Taufik dan keluarga di Bogor, saya ucapkan terima kasih. Tidak lupa, Terima kasih untuk para guru di segala disiplin ilmu, kepada para penemu, para aktivis kemanusiaan, pecinta alam, polisi hutan, para pengasuh Taman Pendidikan Al Quran di segala tingkatnya; dan para anggota parlemen yang benar-benar duduk di bawah atap Gedung MPR/DPR untuk mewakili rakyat Indonesia, dan menjadi corong suara

23

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

rakyat dalam membuat dan menggodok peraturan dan undangundang yang bertujuan untuk kesejahteraaan rakyatnya. Terima kasih yang sebesar-besarnyajuga doa yang semurni-

murninyauntuk para martir yang memperjuangkan kemanusiaan, kebenaran, dan keadilan bagi orang lain. Terima kasih juga untuk para penghujat. Karena kalian, saya menjadi lebih giat untuk berkarya. Terima kasih untuk para perusak lingkungan, koruptor, penggelap pajak, raja durjana, pemimpin yang lupa daratan; karena kalianlah neraka menjadi ada isinya. Karena ini buku saya yang pertama membahas tentang alam, maka 20% dari laba yang saya dapat dari buku ini akan saya jadikan bibit pohon untuk menghijaukan Indonesia. Selamat membaca! Sleman, November 2013 Tomy Purnomo Sidi

24

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Prolog

Tiada balasan untuk kebaikan, kecuali kebaikan pula. Batinnya melafalkan sebuah janji yang tercantum dalam Al Quran. Ar Rahman, ayat keenam puluh. Logikanya menyadari, ini adalah saat-saat terakhirnya. Yang tidak dia mengerti, mengapa ayat itu yang menyeruak dari ingatannya. Padahal, dia sama saja seperti pemuda yang dikenalnya. Tidak begitu religius, dan tidak berasal dari keluarga yang fundamentalis religius. Setiap harinya, pemuda itu sangat menghargai indera penglihatan yang berfungsi dengan baik, yang diterimanya sejak lahir. Dan momentum yang dialaminya sekarang, membuat dia lebih menghargainya lagi. Ribuan ayat suci yang men-

25

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

jadi satu dalam Al Quranwalaupun tidak setiap haritelah dibacanya. Naskah, buku, dokumen, makalah, atrikel, segala hal dapat dibacanya tanpa kendala. Beragam warna telah dilihatnya, dengan bantuan kedua bola matanya itu. Warna-warna yang telah membuat hidupnya terasa indah, putihnya bunga melati yang bermekaran, pucatnya pilar-pilar penyangga Pantheon, birunya langit musim kemarau, jingganya senja, lukisan-lukisan cat minyak karya maestro dunia; semuanya menyusut dan masuk ke dalam lubang di dalam ingatannya. Berbagai kejadian juga telah disaksikannya; dari

pergerakan mahasiswa yang menurunkan sebuah rezim, krisis ekonomi Yunani, sampai Merapi saat memuntahkan isi perutnya. Kini, alat penglihatannya itu akan berakhir masa

26

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

berlakunya. Meninggalkan untuknya sebuah ingatan akan kehidupan. Sebuah ingatan, bahwa dia pernah menjalani sebuah kehidupan. Cahaya dari timur yang berlarian dari bola matahari di timur sana, menyirami sekujur tubuhnya. Rasanya terlalu sejuk, dibandingkan hari-hari sebelum saat ini. Dan dari berbagai komposisi warna, kedua matanya sekarang hanya mampu menerjemahkan satu warna saja. Putih. Ini karena kabut, kesadarannya mencoba mengingatkan. Setidaknya, kematian menjemputnya di waktu yang memang diharapkannya. Hari Senin. Walaupun itu bukanlah sebuah doa, namun Jusuf selalu merasa bahwa Senin adalah hari terakhir dalam hidupnya. Yang diharapkan olehnya hanyalah harinya, bukan Senin ini, atau Senin sebelumnya maupun Senin

27

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

depan. Namun hal ini cukup menghiburnya. Yang tidak diduga olehnya hanya kesenyapan yang melingkupinya kini. Karena Sabtu malam tiga puluh tiga jam sebelumnya dia masih berada di pinggir kolam air tawar dari sebuah rumah megah, memperhatikan ikan-ikan koi yang berenang di dalamnya. Pemuda itu sangat paham, saat seperti ini pasti akan tiba baginya. Yang tidak diketahuinya, kapan waktu itu tiba kepadanya. Itu tidak jadi soal. Dia telah mendapatkan jawaban untuk pertanyaannya itu. Tanpa seorang pun yang duduk bersimpuh di sisinya, menemaninya melewati saat-saat terakhir berada di atas permukaan tanah. Hidup dikatakan sempurna dengan adanya kematian. Karena setiap yang hidup pasti akan mati, kecuali Sang Pen-

28

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

cipta sendiri. Dan saat ini, pemuda itu harus menyerah kepada Hukum Entropi yang sedang menggerusnya dengan perlahan. Dan putih yang menyilaukan itu pun perlahan meredup.

29

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 1

Sebuah mobil Jeep Wrangler TJ berkapasitas mesin empat ribu centimeter kubik warna hitam keluaran tahun 1994 dengan atap kanvas yang menutupi bagian kabinnya, berhenti di depan sebuah gerbang beroda yang sekarang telah tertutup dan terkunci. Di gedung yang dilindunginya, aktivitas terakhir berlangsung setengah jam yang lalu. Dan sekarang, hanya kegelapan yang menyelimuti halaman dengan tiga buah gazebo dan interior gedung berlantai dua milik pemerintah yang difungsikan sebagai Perustakaan Kota Yogyakarta, yang terletak di Jl.Suroto No.9, Kotabaru itu. Jumat tanggal 5 Oktober malam itu, daerah ini telah lengang dari aktivitas, seperti juga malam-malam sebelumnya.

30

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Mesin mobil yang mampu menapaki hampir segala macam trek dengan kemampuan four wheel drive-nya itu pun dimatikan. Namun, belum juga tampak adanya tanda-tanda pengendaranyaataupun penumpang lainnyaakan keluar. Film kaca mobil itu, dengan sempurnanya melindungi keprivasian di dalamnya. Pukul 21:06. Sebuah motor Vespa dengan transmisi otomatis yang dikendarai oleh seorang lelaki mudamemakai helm half face yang tidak mampu menutupi rambut sebahu yang dikuncir di bagian bawahnyaterlihat mengurangi kecepatan dan menepi di sisi jalan yang berdekatan dengan mobil Jeep tersebut. Motor itu pun kemudian berhenti, ditandai dengan lampu belakangnya yang terang memancarkan cahaya berwarna merah.

31

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Anak muda itu tidak sendirian. Ada seorang lelaki lainnya yang duduk di jok di belakangnya. Lelaki muda itu kemudian turun, berdiri di sisi kanan pengendara berambut sebahuyang tidak dicukurnya sejak lulus kuliahdan

mencopot helm serta jaketnya. Berbeda dengan temannya, dia terlihat lebih rapi, dengan rambut yang lebih pendek dan juga tertata rapi. Dan sebuah tas ransel hitam menempel di pundaknya. Keduanya terlihat berbincang dengan serius. Pemuda berambut sebahu kelihatan tidak menyetujui apa yang dikatakan oleh temannya. Aku sudah janji dengan mereka. Tapi, waktunya yang tidak tepat. Apa tidak mungkin untuk bertemu di waktu siang saja? Terlalu mencurigakan,

32

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

walaupun orang yang ingin kamu temui itu petinggi sekalipun, kata pemuda dengan rambut sebahu sambil tangannya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kita orang rendahan. Apa boleh buat. Jadi kita yang harus mengikuti waktu senggang orang ini. Sebuah mobil sedan berwarna hitam berbelok memasuki Jl.Sabirin, dari selatan Jl.Suroto. Mobil itu melintas di samping vespa Daud dan mobil Jeep dengan perlahan, dan menarik perhatian Daud. Kacanya gelap dan nyaris hitam pekat, melindungi dari mata orang luar yang mencari tahu apa yang terjadi di dalamnya. Mobil itu berlalu dan menyalakan lampu sign kiri, menepi, dan berhenti sekitar tiga puluh meter di sebelah barat gerbang perpustakaan. Dari lampu belakangnya, Daud mengetahui, mesin mobil itu dimatikan.

33

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Orang yang berdomisili di sini, mungkin? Apapun alasannya, itu bukanlah urusanku, batin Daud. Jusuf, aku cukup paham dengan birokrasi dan selukbeluknya. Tapi malam ini, dan dengan jenis mobil yang dipilih orang itu untuk menjemputmu? Tidak boleh terlalu curiga seperti itu, Mas Daud. Bukan kecurigaan. Aku hanya tidak ingin melihat sesuatu dari sisi positifnya saja. Ingat, dunia itu berdiri di atas sebuah landasan superior. Dualitas. Mestinya kamu yang lebih mengerti. Iya, Mas. Aku mengerti. Tenang saja, tidak akan terjadi apa-apa, bisik Jusuf. Percakapan keduanya harus berakhir karena seorang pria bertubuh proporsional turun dari mobil Jeep di depan mereka,

34

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dan berjalan menghampiri. Dia tampaknya tidak mendengar percakapan di antara kedua pemuda itu. Setelan jaket kulit hitam dan celana pantalon coklat gelap yang dikenakan pria ituditambah rambut yang tercukur sangat pendekmemberikan salam perkenalan yang tegas. Efisiensi ada di atas segalanya. Jangan membuangbuang waktu. Jusuf E Nagari Gustidwipa? Pria itu langsung bertanya kepada mereka berdua. Ketegasan suaranya yang dalam menunjukkan instansi di mana dia berasal. Saya, Pak. Segera ikut dengan kami. Waktu kita terbatas. Pemuda berambut pendek dan rapi bernama Jusuf itu hanya menanggapi dengan sebuah anggukan kepala, mema-

35

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

sukkan jaketnya ke dalam helm, dan meletakkan helmnya di jok belakang motor. Dia lalu berpamitan kepada Daud yang masih duduk di atas motor. Setelah itu, dia berjalan mengikuti pria berjaket kulit hitam. Suf, Daud memanggil temannya itu, ingat pesanku. Yang mana, Mas? sahutnya sambil menoleh ke arah temannya. Yang Ah, sudahlah. Pokoknya, hati-hati! Daud belum juga beranjak saat Jusuf masuk ke dalam mobil yang akan membawanya. Mesin motornya dibiarkan menyala sejak menepi tadi. Matanya mencari satu atau beberapa ciri khusus yang bisa membantunya untuk mengenali mobil tersebut jika melihatnya lagi pada kesempatan lain. Namun sayang, dia tidak mendapatkannya. Hanya plat nomor hitam

36

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dengan huruf H yang dicat putih di bagian belakang mobil itu, yang tersorot oleh lampu motornya. Mesin mobil dinyalakan begitu pintu ditutup. Daud masih juga berada di tempatnya, memperhatikan mobil itu bergerak dengan kecepatan sedang di Jl.Sabirin yang membentang menuju ke barat. Lampu belakangnya menghilang dari pandangan, saat berbelok ke kiri, menuju ke Jl.Faridan Muridan Noto. Di dalam hatinya, Daud mendoakan temannya itu. Semoga apa yang ditakutkannya tidak terjadi. Daud telah mengenal Jusuf saat kuliah di Italia. Usia mereka berdua terpaut dua tahun. Daud lebih tua. Walau begitu, Jusuf memiliki pemikiran yang lebih dewasa dibanding dirinya. Setidaknya, pendidikan filsafat yang diperoleh temannya itu di Universit degli Studi di Verona sangat mem-

37

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

bantunya dalam membentuk kepribadian dan juga prinsip hidup. Mereka pertama kali bertemu di sebuah acara perayaan ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia di gedung Kedutaan Besar Republik Indonesia, Via Campania 53-55, Roma. Acara tersebut diselenggarakan atas kerja sama dengan KBRI Vatikan. Bagi Daud, saat itu adalah perayaan yang ketiga kali sebagai seorang ekspatriat Indonesia di Italia. Pertama kali waktu dia mulai tinggal di Roma tahun 2007 silam. Sedangkan bagi Jusuf, saat itu adalah kali pertamanya merayakan Tujuh Belasan di negeri orang. Jusuf mengenakan kemeja lengan panjang berwarna abuabu bermotif garis hitam, dengan celana jeans panjang yang juga berwarna hitam waktu itu. Dia terlihat membaur dengan

38

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

pengunjung yang lain, kalau bukan karena sepatu yang dikenakannya itu, yang lebih terlihat seperti salah tempat. Bagaimana tidak, untuk acara formal seperti iniwalaupun diadakan di halaman gedungdia memilih untuk mengenakan sepatu boot untuk hiking keluaran Merrell, yang berwarna senada dengan pakaiannya itu. Seperti kebanyakan anak muda yang hadirselain anak-anak para pegawai dan pejabat kedutaanJusuf datang sendiri ke acara itu. Daud sedang berdiri di dekat stand makanan saat itu, dan mendengarkan pidato dari Bapak Duta Besar. Jusuf datang menghampiri stand coto Makassar yang ada di dekat Daud, memesan satu porsi, kemudian berdiri tepat di sebelahnya. Daud tersenyum kepadanya, dan Jusuf mengulurkan tangannya untuk berkenalan.

39

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Jusuf, katanya singkat, memperkenalkan diri. Daud, jawab Daud, sambil membalas jabatan tangannya. Kuliah atau kerja, Mas Daud? Kuliah. Kamu pasti baru ya, di sini? Iya, Mas. Ini tahun pertama. Oh, pantas. Aku baru lihat kamu di acara ini. Kuliah di mana? Universit degli Studi di Verona, Mas. Oh, Verona. Lumayan jauh juga. Ambil jurusan apa di sana? Filsafat, Mas. Awas, hati-hati belajar filsafat. Iya, Mas. Kalau Mas sendiri, kuliah di mana?

40

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Aku kuliah di satu universitas di Roma. Wah! Sapienza ya, Mas? Mas Daud pintar juga, ya. Masuk Sapienza itu kan, susah. Jusuf tidak dapat menahan tawanya. Setelah tawanya mereda, dia baru memberikan kejelasan kepada teman berbincangnya itu. Bukan di Sapienza. Aku kuliah di John Cabot University. Oh, aku kira di Sapienza. Tapi enak ya, Mas. Letaknya tidak jauh dari pusat kota. Suasananya pasti lebih ramai dibanding Verona. Kalo Mas sendiri, kuliahnya ambil jurusan apa? Sejarah Seni, Suf. Pusing, Mas?

41

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Ya, pusing. Namanya juga kuliah. Tapi yang jelas, tidak lebih pusing daripada kamu. Soalnya di tempat aku kuliah, kebanyakan orangnya dari luar Italia. Bahasa yang dominan bukan cuma bahasa Italia saja, tapi ada bahasa Inggris juga. Sebenarnya, aku belum mulai kuliah. Nanti Mas, bulan September. Tapi sudah bisa dibayangkan, di kampus nanti pasti akan menggunakan bahasa Italia, di luar maupun di dalam kelas. Belum lagi, referensi bahan kuliahnya, Jusuf tertawa. Menertawai kesulitan yang akan dihadapinya tidak lama lagi. Kamu bisa lebih Italia dariku nanti. Oh iya, di sini tinggal sama siapa, Suf? Sendiri, Mas. Kalau Mas Daud sendiri? Ada seorang paman, adik ibu yang paling kecil yang bertugas di kedutaan ini. Dia dan keluarganya tinggal di daerah

42

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

utara Roma. Pernah dengar daerah Val Melaina? Tapi aku tidak tinggal bersama mereka. Aku tinggal di asrama dekat kampus. Sama, Mas. Aku juga di asrama. Bisa lebih irit, daripada mengontrak rumah atau apartemen. Asrama kamu dekat kampus, Suf? Lumayan, Mas. Delapan menit jalan kaki. Mas Daud sendiri bagaimana? Aku lebih dekat lagi. Dari depan gerbang asrama, tinggal berjalan kaki lurus ke timur sejauh 100 meter. Di pertigaan Via Dalle Lungara, belok kanan. Dari pertigaan itu lanjut jalan lagi mengikuti ruas jalan. Kira-kira 200 meter dari pertigaan, sebelah timur jalan sudah kampusku. Waktu perjalanan kira-kira cuma empat menit. Main saja kapan-kapan ke asrama, kalau sedang berada di Roma. Ini, catat alamat

43

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

asramaku. JCU Gianicolo Residence, Vicolo della Penitenza 26, Roma. Siap, Mas. Oh, iya. Nomor teleponnya? Daud lalu mengeluarkan ponselnya dari saku celana, dan melihat nomor kontaknya sendiri. Dia belum juga hafal nomornya sendiri, walalu sudah dua tahun ia menggunakannya. Tidak lama setelah itu, ponsel itu bergetar di tangannya. Pertanda ada sebuah panggilan yang masuk. Sebuah nomor telepon dari penyedia jaringan komunikasi nirkabel lokal tanpa nama tercantum di tampilan muka. Setelah panggilan tersebut mati, Daud menyimpan nomor itu di dalam opsi kontak, dan memberinya nama: Jusuf, Verona. Meski mereka sudah bertukar nomor telepon dan alamat tinggal, mereka berdua belum pernah bertemu lagi setelah

44

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

acara di kedutaan. Baik Daud dan Jusuf sama-sama sibuk dengan jadwal kuliahnya masing-masing. Terlebih Jusuf. Karena dia mahasiswa baru, maka ada saja jadwal yang tidak terduga yang mau tidak mau harus diikutinya, seperti misalnya malam keakraban yang diadakan oleh seniornya di asrama. Tahun ini juga merupakan puasa dan Lebaran yang pertama kali bagi Jusuf, tanpa kehadiran keluarga dan orangorang dekat yang berada jauh di Indonesia. Seperti yang Daud rasakan, Jusuf pun hanya dapat berlebaran via sambungan telepon saja. Dan lagi-lagi, bagi seorang ekspatriat yang jauh dari tanah airnya, kedutaan adalah keluarga mereka. Untungnya, 1 Syawal saat itu jatuh pada hari Minggu 20 September, di Italia. Jadi, pihak Kedutaan dapat mengadakan acara Halal Bihalal, setelah umat Muslim di kota yang penuh

45

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dengan peninggalan kebudayaan masa lampau ini melakukan Shalat Ied berjamaah di La Moschea di Romaberada di Via della Moschea 85, sebelah utara pusat kota. Di acara itulah, Daud baru bertemu lagi dengan Jusuf. Daud sedang menunggu lampu merah di ujung Jl.Suroto berganti menjadi lampu hijau. Sepuluh detik lagi, gumamnya saat memperhatikan panel LED yang menampilkan hitungan mundur durasi lampu lalu lintas di atasnya. Dia menghidupkan kembali mesin motornya. Akhirnya, lampu hijau menyala terang. Daud pun melaju ke arah utara, di atas jalanan beraspal yang agak ramai di depan Rumah Sakit Mata Dr.Yap. Beberapa puluh meter kemudian, dia sudah melintasi separuh dari Bundaran UGM dan mengarahkan motornya ke timur, ke Jl.Colombo. Ruas jalan yang

46

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dilintasinya ini cukup akrab baginya. Karena di jalan inilah, Jusuf menemani Daud untuk menghadiri undangan seminar pertamanya di tanah air begitu lulus kuliah. Di sisi kirinya, terhampar luas area kompleks gedung kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Dan di jalan ini pula, Jusuf mengajak Daud membeli kaca mata di salah satu lapak penjual kacamata beragam jenis yang berjejer di selatan GOR UNY. Daud masih ingat akan komentar Jusuf saat memilih kacamata. Tidak kalah dengan produk yang dijual di pusat pertokoan modern, bukan? Melewati ruas jalan ini membuatnya kembali mengingat akan teman karibnya itu. Selepas acara Halal Bihalal di kedutaan, mereka mulai sering berkomunikasi. Karena ada beberapa materi kuliah Jusuf

47

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

yang juga membahas tentang Seni Renaisans dan hubungannya dengan Zaman Pencerahan benua biru itu. Khususnya, korelasi antara filsafat kaum Stoa dan filsafat abad pertengahan, ditilik dari monumen dan karya seni yang dibuat pada masa-masa itu. Pertama kali Jusuf bertandang ke asrama tempat Daud tinggal, waktu itu hari Sabtu tanggal 3 Januari. Dia sengaja tidak memberi tahu Daud saat berangkat dari asramanya, dan baru menelepon setibanya di halte depan Gereja Santa Maria in Valicella (biasa dikenal dengan sebutan Chiesa Nuova), sekitar 1.5 km dari asrama Daudyang berada di tepi barat Sungai Tiber. Daud segera menjemputnya menggunakan vespa matic miliknyaseparuh dari harganya menggunakan uang hasil tabungannya sendiri, sementara sisanya dibantu oleh ayahnya

48

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

yang jarang digunakan kecuali untuk bepergian di sekitar kota Roma. Sepanjang perjalanan menuju ke asrama, Jusuf

menceritakan perjalanan panjangnya dari Verona ke sini. Jusuf harus berjalan kaki sampai ke halte yang berada di Via Carducci 9, yang berjarak 200 meter dari asramanya di Via Seminario 12, Verona. Kemudian, dari sana dia naik bus ATV3 jalur 72 dengan jurusan ke Policlinico-Piazzale Iterno. Setelah itu, Jusuf turun di halte bus yang ada di sebelah utara Stazione Verona Porta Nuova. Dari situ dia berjalan kaki sejauh 200 meter menuju ke stasiun tersebut. Dari Stasiun Verona Porta Nuova, Jusuf menggunakan kereta EuroCity yang menuju ke Stazione Venezia di Santa
3

Azienda Transporti Verona, perusahaan jasa tranportasi yang menyediakan transportasi publik antar kota di dalam wilayah Provinsi Verona maupun ke luar provinsi.

49

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Lucia dan turun di Padova Station. Di stasiun ini, Jusuf berganti kereta dan menaiki kereta jurusan Stazione Venezia Santa Lucia-Termini Station, Roma. Selanjutnya, sampai di Roma Tiburtina Station, Jusuf naik ke Metro 1 jalur Merah yang bertujuan ke Laurentina Metro Station. Sampai di Stasiun Termini, Jusuf menyambung perjalanan menggunakan bus ATAC4 jalur 64 jurusan Piazza della Stazione San Pietro, dan turun di halte di depan Chiesa Nuova. Kita mau ke mana, rencananya? Tanya Daud, sesampainya di depan asramanya. Aku tidak tahu pasti, Mas. Bagaimana dengan museum?
4

Azienda Tramvie ed Autobus del Comune di Roma, atau Perusahaan Trem dan Bus Daerah Bagian Roma, adalah perusahaan yang menyediakan jasa tranportasi darat untuk kota Roma, dan menghubungkan Roma dengan daerah di sekitarnya. Perusahaan ini pertama kali didirikan pada tahun 1909.

50

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Boleh juga. Bagaimana kalau kita mengunjungi Muse du Louvre? Itu di Paris, bukan? Iya. Tapi karena jauh, lebih baik kita ke museum yang ada di Roma saja. Lebih baik begitu, Mas. Tapi, museum mana? Ah, nanti juga kamu tahu. Oke. Kalau masih rahasia, aku tidak jadi pamer di twitter. Twister? Twitter, Mas. Yakin belum pernah dengar? Sumpah. Aku tidak tahu. Apa bedanya dengan facebook? Susah menjelaskannya. Aku juga baru pakai.

51

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Masalah si twitter ditahan dulu. Kamu tunggu di sini. Aku ganti baju dulu. Tidak akan lama, komentar Daud, yang dijawab dengan isyarat tangan Jusuf yang berarti oke. Lima belas menit kemudian, setelah berganti pakaian dan menunaikan shalat Zuhur, Daud telah kembali ke lobi di bawah. Kamarnya berada tepat satu lantai di atas lobi utama. Sudah shalat, Suf? Tanya Daud, yang baru turun dari tangga. Belum, Mas. Tidak sempat mampir saat berangkat tadi. Bukannya bilang dari tadi. Ayo, shalat di kamarku saja. Sudah jam satu, loh. Memang berangkat dari Verona tadi jam berapa? Jam delapan pagi, Mas.

52

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Saat masuk ke kamar, Daud langsung menunjukkan arah kamar mandi kepada Jusuf yang berada di dalam untuk berwudhu. Sambil menunggu, Daud menyalakan laptop sebentar untuk membuat akun baru di twitter. Mas, itu gambar siapa? Beli di mana? Tiba-tiba suara Jusuf mengagetkan, yang sudah berdiri di sebelah kiri Daud. Dia menanyakan sebuah poster berukuran A3 yang berpigura tanpa kaca pelindung, menggambarkan seorang astronot yang berdiri di atas permukaan tanah berbatu, menghadap belakang dan memandang ke arah bumi dan bulan yang berada jauh dari tempat sang astronot itu berada. Tugas kuliahku, itu replikanya. Dosenku yang menyimpan cetakan pertamanya. Bagus, Mas. Pasti ada artinya.

53

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Nanti saja aku ceritakan di jalan. Kamu shalat dulu saja, jawab Daud tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop. Dia masih sibuk mengisi beberapa kolom pada tampilan untuk para pembuat akun baru. Kiblatnya ke arah mana? Daud memutar badan ke arah Jusuf dan menjawab sambil menunjuk ke arah tenggara, itu, ke arah pojok kamar, sebelah kanan jendela. Setidaknya ada sekitar 27 masjidselain La Moschea di Romayang tersebar di kota Roma, seperti di Rome Muslim Centre yang terletak di Via Ceneda 33, 200 meter sebelah barat Piazza rei Re di Roma. Dan bila ada kesempatan, Daud selalu datang ke kompleks tersebut, karena letaknya yang paling dekatberjarak hanya 7 kilometerdari asramanya. Selain itu,

54

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

di sana dia juga dapat bertemu dengan banyak umat Muslim imigran lainnya, kebanyakan dari daerah semenanjung Arab dan pesisir utara Afrika, dan menghadiri pengkajian ilmu-ilmu Islam. Daud memutuskan untuk tidak mengajak Jusuf ke sana saat ini, karena waktu shalat yang semakin sedikit. Mungkin di lain waktu. Selesai shalat, Jusuf menagih janji Daud kepadanya. Dia mematikan laptop dan berdiri, lalu mengajaknya keluar menuju ke tempat parkir. Sambil berjalan, Daud menceritakan kepada Jusuf tentang gambar yang tadi dilihatnya di kamarnya itu. ceritanya pun berlanjut sampai mereka berdua menyusuri jalanjalan kota Roma. Dan, tanpa pikir panjang, Daud mengarahkan vespanya ke tempat di mana proses pembuatan poster itu berawal.

55

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Waktu itu awal semester kelima, dosen mata kuliah Seni dan Budaya Abad Pertengahan mengumumkan kepada mahasiswa yang mengikuti kelasnyatermasuk Dauduntuk melakukan kunjungan ke Doria Pamphilj Galleryberalamat di Via del Corso, kurang lebih 300 meter sebelah timur Pantheon, di jantung kota Romadan membuat sebuah makalah tentang karya-karya yang ada di dalamnya. Dia juga meminta para mahasiswanya membuat sebuah karya berupa poster bergaya bebas, berikut deskripsinya. Waktu yang diberikan, dua minggu sebelum presentasi di depan kelas. Maka, Daud pun mengunjungi galeri yang dibagi menjadi empat bagian itu. Berada di dalam kemegahan arsitektur Palazzo Doria Pamphilj, dirinya mengamati karya-karya yang dipamerkan di sana. Pada galeri pertama, ada karya dari

56

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

seniman-seniman seperti Annibale Caracci, Carlo Saraceni, dan Guercino. Sementara di galeri kedua, ada patung-patung antik peninggalan zaman Romawi Kuno, juga lukisan potret dari Gianlorenzo Bernini, dan lukisan-lukisan karya Amerighi da Caravaggio. Ketika beralih ke galeri yang ketiga, matanya dipuaskan oleh lukisan-lukisan karya Lorenzo Lotto, Marcello Venusti, dan Giovanni Battista Salvi da Sassoverrato. Dan akhirnya, di galeri keempat, dia melihat karya-karya seperti patung setengah badan Olimpia Aldobrandiniistri dari Pangeran Paolo Borghese, yang menikah lagi dengan Camillo Pamphilj setelah suaminya itu meninggal duniayang dibuat oleh Alessandro Algardi, juga beberapa seni pahat dan relief karya Francois Duquesnoy.

57

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Sepulangnya dari galeri, Daud langsung membuka aplikasi yang biasa digunakannya untuk membuat desain dan ilustrasi di laptop. Dia berencana mengedepankan beberapa hal di dalamnya. Yang jadi pokok utama, adalah himbauan yang disampaikan oleh Buzz Aldrin dan Neil Amstrong pada peringatan 40 tahun Apollo 11, kepada Presiden Barack Obama agar Amerika menyediakan dana yang cukup untuk membiayai misi penerbangan kembali ke bulan dan penjelajahan Mars. Misi ini sebenarnya adalah misi ambisius yang telah berlangsung di balik layar selama lebih dari 50 tahun, untuk menerbangkan manusia ke Mars dan berkoloni di sana. Kelemahan Daud adalah, dirinya tidak memiliki kemampuan untuk menyematkan unsur realis di dalam karya buatannya. Apapun itu. Jadi, dia mengakalinya dengan membuat poster

58

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

yang simpel, namun bertabur dengan arti-arti yang terinskripsi dalam setiap simbolisasi objeknya. Dosennya menyebut teknik itu sebagai kronogram. Dan orang Jawa menyebutnya sebagai sengkalan. Daud juga menceritakan kepada Jusufdalam perjalanan mereka dari asrama menuju ke Palazzo Doria Pamphiljkejadian saat presentasi di kelas pada waktu itu. Dua minggu setelah membuat pengumuman, dosennya meminta para mahasiswa yang mengikuti kelas itu untuk maju ke depan. Satu persatu, mengumpulkan makalah yang ditumpuk di atas meja sang dosen, dan kemudian melakukan presentasi atas poster hasil karya mereka. Begitu juga Daud. Dia tidak luput dari kesempatan itu.

59

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Sebuah paradoks tentang dua perasaan yang timbul dalam saat yang bersamaan; kepuasan akan pencapaian, dan keterasingan karena rasa kehilangan hal-hal yang ditinggalkannya. Saat-saat di mana kita merasa berhasil dalam mencapai sesuatu dan melihat ke belakang dengan perasaan puas, karena mampu melewati rintangan dan penghalang yang merintangi jalan kita. Dan di waktu yang bersamaansetelah berhasil dalam mencapai apa yang kita tujukita merasakan kehilangan yang teramat sangat, akan hal-hal yang pernah terjadi di masa lalu, saat kita melihat ke belakang. Seperti seorang astronot yang mengarungi kehampaan ruang angkasa untuk menuju ke sebuah planet. Rasa bangga dan kepuasan tentu timbul di dalam hati, namun yang paling dominan kemudian adalah pera-

60

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

saan kehilangan akan apa yang telah ditinggalkannya di belakang. Saya menyematkan sebuah paradoks dalam poster ini. Di satu sisi, astronot tersebut sedang memandangi langit tempat planet asalnya, melambangkan pencerahan. Berdiri di bawah benda-benda langit yang bersinar dengan cemerlang di sekelilingnya, yang telah mengungkapkan rahasia kepadanya dan juga pengetahuan akan navigasi dan astronomi. Inilah sebuah pencapaian, dari sebuah penjelajahan. A mari usque ad mare,5 dalam konteks terkini. Perwujudan dari impian paling mutakhir umat manusia. Namun, dari sisi lain, astronot tersebut tidak lain adalah seorang pengungsian. Terpaksa dan dipaksa untuk berdiaspora dari tanah asalnya, yang selalu memandangi
5

Secara harfiah berarti, dari laut ke laut. Sebuah cuplikan dari Mazmur 72:8 yang berbunyi, Kerajaannya akan meluas dari laut ke laut, membentang dari timur sampai ke barat.

61

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

tempat asalnya dengan kerinduan yang tidak bisa terbayar. Persona non grata.6 Paradoks inilah, yang juga dialami oleh orangorang besar di zamannya. Kekurangan Daud dalam berbahasa Italia, tertutupi dengan keuntungan bahwa di kampusnya itu, materi kuliah dan kegiatan belajar di dalam kelas disampaikan menggunakan dua bahasa. Dan satu lagi yang menguntungkannya adalah, dosen iniseorang lelaki tua dengan rambut yang seluruhnya telah memutih dan hampir habis di bagian tengah kepalanyaberasal dari Perancis. Dia lulusan cole des Beaux-Arts, Paris. Dan sangat moderat sekali dengan kemampuan mahasiswanya dalam berbahasa Italia.

Harfiahnya adalah, orang yang tidak diinginkan. Merujuk kepada status yang disematkan kepada seseorang yang dilarang untuk berada di suatu tempat.

62

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Daud masih melanjutkan presentasinya, di masa kini, mungkin, Mars adalah masa depan. Namun, di masa depan nanti, bisa jadi, Bumi adalah masa lalu. Masa ini, dengan segala kemewahan alam yang ada di sekitar kita, apa lagi yang kita cari selain itu? Planet dengan permukaan tanahnya yang subur dan lingkungan yang mendukung kehidupan, yang karenanya kita dapat bernafas tanpa menggunakan helm dan keluar rumah tanpa baju anti radiasi. Atau mungkin, kita telah menyadari ketidaksanggupan kita dalam menjaga rumah sebesar Bumi? Lalu kita berlepas diri dari tanggung jawab untuk menjaga kelestariannya, yang mendorong kita lebih memilih untuk mewariskan sebidang tanah berpasir tanpa tumbuhan, yang diliputi oleh praduga-praduga akademis dalam jurnal ilmiah, kepada generasi selanjutnya?

63

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Kurang lebih sepuluh menit, dia menyampaikan uraian di balik poster buatannya itu. Daud pun akhirnya menutup presentasinya itu dengan sebuah anggukan kepala. Kemudian mengatakan, sekian presentasi dari saya. Terima kasih. Dosennya, Monsieur Fabian Toussaint, menjawab

pertanyaannya di akhir presentasi dengan memulai koor tepuk tangan yang riuh. Dan saat Daud sedang melepaskan poster yang ditempel di papan tulis dan menggulungnya untuk diberikan kepada dosen asal Perancis itu, dia berdiri dari kursinya dan menghampiri Daud. Walaupun bahasa Italianya bagus, dia hanya menggunakannya sedikit dan mencampurnya dengan bahasa Inggris beraksen Perancisnya dan berkata, Un momento prego, Daud. That was a charming poet for a simply

64

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

astonishing artwork. Congratulazioni. Youll missing this poster, because I shall keep it for myself.7 Dan Daud pun menganggapinya dengan bercanda, ti piace? Non ti preoccupare. Im not really missing it, for sure, 8 Monsieur Fabian menerima poster yang sudah tergulung itu darinya, sambil tangan kirinya menepuk-nepuk pundak Daud lembut. Yang jelas, saat itu, dia sudah membayangkan nilai A untuk mata kuliahnya. Saat dibelokan terakhir sebelum sampai, Jusufyang dari tadi hanya mendengarkan tanpa memotong jalan cerita sedikit punakhirnya bertanya, dan dosen Mas memberi nilai A?

Tunggu sebentar, Daud. Itu merupakan sebuah puisi yang menawan untuk karya seni yang menakjubkan. Selamat. Kau akan merindukan postermu ini, karena aku harus menyimpannya untukku pribadi. Benarkah? Jangan khawatir. Lagi pula, aku tidak begitu merasa kehilangan.

65

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Daud membiarkan pertanyaan Jusuf tanpa langsung memberinya jawaban. Dan saat sampai di tempat parkir khusus sepeda motor, barulah ia menjawabnya. B minus, jawabnya datar, sambil mengunci helm di pengait yang ada di bagian bawah kemudi vespanya. Jusuf kontan tertawa mendengar jawaban yang diberikan Daud. Dia pun ikut tertawa. Menertawakan keoptimisannya waktu itu, sambil melangkah mendekati pintu masuk Palazzo Doria Pamphilj. Daud kembali dari lamunannya, saat suara klakson dari mobil yang berada di belakangnya berbunyi mengingatkan dirinya bahwa lampu hijau sudah menyala. Di pertigaan yang berada di utara gedung RRI Yogyakarta ini, Daud menga-

66

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

rahkan motornya ke kanan dan melintas di Jl.Gejayan, di depan Pasar Demangan. Perjalanan masih panjang, batinnya. Walaupun telah mengenal Jusuf selama tiga tahun, dia seperti melihat orang lain saat sore tadi dia diminta mengantarkan temannya itu ke Yogyakarta. Jusuf terlihat begitu yakin akan rencananya malam ini. Terlalu yakin. Jusuf adalah orang yang berkemauan keras dan oportunis. Namun, dia juga seorang yang realistis. Tetapi, melakukan perjalanan dari Boyolali ke Yogyakarta untuk menemui orang yang akan menjemputnya? Bagi Daud, itu sangat tidak realistis. Mengapa bukan di Pasar Delanggu saja, lebih dekat dengan tempat mereka tinggal? Atau memang semua

67

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

orang-orang berpangkat tinggi itu selalu bertindak semau mereka tanpa pertimbangan? Pertanyaan demi pertanyaan, dan juga usulan-usulan yang diutarakan Daud kemarin, agaknya tidak mendapat tanggapan dari Jusuf. Hal tersebut dilakukannya bukan untuk menghindari atau menolak permintaan Jusuf untuk mengantarnya ke kota yang berjarak satu setengah jam menggunakan sepeda motor dengan kecepatan tinggi. Bukan itu. Daud hanya merasa, alur pertemuan yang diatur antara Jusuf dan petinggi itu mencurigakan. Ditambah lagi saat Daud membujuk Jusuf agar temannya itu meminta keringanan soal titik penjemputan. Seperti sebelumnya, Jusuf menolaknya.

68

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Pukul 21:40, saat Daud melirik arloji analog yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Dan Boyolali masih berjarak ratusan kilometer jauhnya. Semakin malam, jalanan akan semakin sepi. Maka dia pun memutuskan untuk memacu mesin motornya yang berkapasitas 150 cc itu, agar cepat sampai dan cepat beristirahat. Bagaimanapun, dia harus menyiapkan kesegaran fisiknya untuk kegiatan rutin besok pagi. Mengajar anak-anak melukis di panggung terbuka di sebelah bangunan rumah yang telah menjadi tempat tinggal baginya dan Jusuf itu. Juga, karena baterai ponsel miliknya telah habis sejak di depan gedung perpustakaan, setengah jam yang lalu. Dia ingin memantau keadaan Jusuf, dan berharap semoga temannya itu sungguh-sungguh mematahkan penilaian skeptis dirinya.

69

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 2

Mbok Ning masih mengantuk saat membukakan pintu bagi Daud. Matanya terlihat merah, dan tergurat cetakan garis kain sarung bantal di pipi kanannya. Daud meminta maaf karena telah membuat Mbok Ning terbangun. Dan, seperti biasa, hanya sebuah senyum yang tidak dibuat-buatlah yang diberikan Mbok Ning, sebagai jawaban atas permintaan maaf Daud. Mbok Ning sudah bekerja untuk keluarga ini setahun sebelum Jusuf lahir. Saat itu, usianya masih muda. Dua puluh dua tahun. Kesibukan kedua orang tuanya yang membuat Jusuf merasa sangat dekat dengan Mbok Ning, yang setiap hari

70

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

mengurusi segala keperluan Jusuf di rumah. Dari kecil. Kecuali saat Jusuf kuliah di Italia. Mbok Ning berasal dari Ngrajek, Magelang. Dia sudah pernah menikah. Satu kali. Suaminyayang berprofesi sebagai seorang buruh tani harianmeninggal dunia saat usia rumah tangga mereka menginjak tahun ketiga, akibat penyakit tuberculosis yang terlambat ditangani, tanpa meninggalkan seorang anak pun. Satu tahun setelah suaminya meninggal, Mbok Ning bekerja di rumah Umitante Jusuf yang tinggal di daerah Patangpuluhansebagai pembantu rumah tangga. Namun, tidak lama setelah itudi bulan ketiganya bekerjaMbok Ning diminta untuk ikut menemani adik dari majikannya yang baru melahirkandengan membawa serta bayinya yang berusia tiga

71

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

mingguuntuk berangkat dan tinggal bersama mereka. Maka sejak itulah, Mbok Ning tinggal bersama keluarga Jusuf. Dia hanya pulang ke kampung halaman selama satu kali dalam setahun untuk merayakan Lebaran selama satu minggu bersama satu-satunya saudara kandung Mbok Ning, adiknya yang sudah berkeluargayang menempati rumah sederhana, warisan yang diperoleh Mbok Ning dari mendiang suaminya. Sebuah rumah yang selalu menjadi pengingat akan cinta yang selalu bersemayam di hatinya. Mas Jusuf tidak ikut pulang ya, Mas Daud? Iya, Mbok. Jusuf ikut yang jemput. Dijemput? Memang Mas Jusuf mau ke mana? Ke Semarang. Jusuf belum kasih tahu ya, Mbok? Kenapa malam-malam begini jemputnya, Mas?

72

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Pertanyaan Mbok Ning, sama saja seperti pertanyaannya sendiri yang masih tanpa jawaban. Kenapa Jusuf dijemput di waktu malam seperti ini? Mbok Ning masih berdiri di samping Daud, setelah mengunci pintu rumah. Wanita berusia 45 tahun ini menunggu jawaban dari Daud atas pertanyaannya sebelumnya. Kenapa, Mbok? Tidak apa-apa, Mas. Mbok bingung. Tidak biasanya Mas Jusuf seperti ini. Lagi-lagi, perasaan yang sama dirasakan Daud dan Mbok Ning. Mbok, silahkan kalau mau melanjutkan istirahatnya. Aku masih belum bisa tidur. Iya, Mas. Mau Mbok buatkan kopi? Terima kasih, Mbok. Biar nanti aku buat sendiri saja.

73

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Mbok Ning kemudian pamit undur diri, untuk kembali ke kamar tidurnya. Sementara Daud menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka. Saat melintas di ruang tengah, jam dinding menunjukkan pukul 23:20. Sementara, tergantung di bawahnya, sebuah lukisan yang menggambarkan Baitullah yang dikelilingi oleh ratusan ribu manusia, dengan jubah yang mencitrakan kuning keemasan. Di atas Kabah yang dilukiskan hitam anggun itu, matahari terlihat memancar, menghujamkan panasnya yang garang. Lukisan ini kembali mengingatkan Daud akan Jusuf, yang entah bagaimana kabarnya sekarang. Hari itu adalah hari pertama Daud tiba di rumah Jusuf, awal bulan Oktober 2011 saat Daud melihat lukisan ini untuk pertama kalinya. Saat itu, Jusuf masih menempati sebuah rumah di Villa Arsita, Ngaglik, Sleman. Daud sedang berdiri di

74

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

depan lukisan yang sama. Matanya tekun mengamati goresangoresan yang memadukan warna-warna cerah dan gelap itu. Mas, tahu siapa yang melukisnya? Tidak. Aku baru kali ini melihatnya. Memang siapa? Affandi. Maksudmu, Affandi yang itu? Satu-satunya Affandi. Mas tahu Affandi? Tahu, sedikit. Itupun dari novel berjudul Aku. Jusuf tertawa mendengar jawaban Daud. Dia juga pernah membaca buku tersebut di waktu SMA. Sebuah buku yang awalnya diniatkan sebagai naskah film oleh Sjuman Djaya, tapi kemudian batal dibuat karena biaya produksinya yang terlalu tinggi. Buku yang cukup fenomenal, mengingat adanya sebuah

75

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

film karya anak bangsa yang mengangkat sebuah cuplikan dari buku ini. Jusuf juga menceritakan sejarah singkat sang pelukis. Affandi lahir di Cirebon, tahun 1907. Putra dari seorang mantri ukur di pabrik gula di Ciledug, Cirebon, bernama R.Koesoema. Dia mendapatkan pendidikan formalnya sampai di taraf yang cukup tinggi bagi orang-orang yang hidup di masa itu. Hanya sedikit orang yang memperoleh kesempatan untuk merasakan pendidikan di HIS, MULO, dan melanjutkan ke AMS. Dan Affandi adalah salah satu dari mereka. Sepertinya, bakat seninya yang kental mengalahkan disiplin ilmu lain dalam hidupnya. Walaupun saat itu dia harus bersusah payah dan bahkan sempat merasakan hidup menggelandang demi mempertahankan pilihannya untuk menjadi seorang pelukis.

76

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dan sejarah telah membuktikan, dia telah menjadi maestro seni lukis Indonesia, dengan gaya ekspresionis dan romantisme yang khas. Jusuf membelinya saat bersama ibunya mengunjungi Museum Affandi yang berada di pinggir sungai Gajah Wong di Jl.Laksda Adisucipto No.167, tidak jauh dari UIN Sunan Kalijaga. Dia melihat lukisan tersebut di salah satu dari empat galeri yang terdapat di dalam area museum tersebut. Dan pada saat itu juga dia memutuskan untuk membawanya pulang agar dapat memajangnya di rumah. Sudut pandangnya itu. Cerdas. Bukan cuma itu. lukisan ini mahal harganya. Walaupun cuma replikanya yang dijual. Memang berapa?

77

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Mahal pokoknya, Mas. Aku beli bulan November tahun lalu. Waktu itu bukannya kamu masih kuliah? Uang dari mana? Patungan. Kebetulan saat itu masih ada saldo 15 juta di rekeningku. 10 jutanya aku gunakan untuk membelinya. Sisanya? Ibuku yang menambahkan. Tidak adil. Justru sebaliknya. Coba, bandingkan dengan biaya yang harus mereka keluarkan kalau aku sampai meneruskan kuliahku di Verona sampai lulus. Tahu sendiri, bagaimana mahalnya hidup di sana.

78

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Satu lagi, Mas, sambung Jusuf. Kata Affandi, hidup tanpa seni adalah mati. Jadi, jumlah uang yang dikeluarkan ibu untuk menebus lukisan ini, tidak sebanding dengan nilai seninya. Jusuf. Itulah dia. Tetap berusaha melihat pembenaran atas apa yang dilakukannya. Tapi memang, dia tidak sepenuhnya salah. Membandingkan uang seharga lukisan tersebut dengan biaya hidup di Italia selama 2 tahun, tentu tidak akan sepadan. Dia memutuskan untuk pulang ke tanah airdan tidak lagi kembali ke Verona untuk menyelesaikan kuliahnyasaat liburan akhir semesternya yang keempat, pertengahan tahun 2011. Di tahun keduanya itu, kuliahnya sudah mulai kacau karena terlalu seringnya pergi-pulang ke Indonesia. Seperti saat

79

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

erupsi Gunung Merapi yang diketahuinya lewat internet. Dia langsung menelepon ayahnya saat itu, untuk mendapatkan konfirmasi perihal kebenaran dari berita yang dilihatnya. Setelah ayahnya menceritakan beberapa detail tentang kejadian terkait, Jusuftanpa mengurus izin ke pihak kampusnya langsung bertolak ke Indonesia. Dia tiba di Jakarta Jumat pagi, 5 November 2010. Sorenya, dia langsung berangkat ke daerah yang paling terdampak oleh letusan gunung yang paling aktif di Pulau Jawa itu. Yogyakarta. Jusuf kemudian terlibat dalam kesibukan sebagai relawan bagi pengungsi di kawasan Yogyakarta. Terutama di wilayah sebelah utara, tepatnya di daerah Cangkringan. Bahkan setelah status Merapi dinyatakan aman dan para pengungsi sudah kembali ke rumahnya, dia masih bertahan di Yogyakarta untuk

80

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

membantu pemulihan kondisi para pengungsi yang terkena dampak langsung. Seperti misalnya gagal panen, ternak yang mati, atau infrastruktur yang rusak. Kurang lebih tiga minggu Jusuf berada di Yogyakarta, dan baru kembali ke Verona di akhir bulan November. Namun, perasaannya tidak lagi sama seperti sebelum dia pulang ke Indonesia dan pergi ke Yogyakarta. Hatinya telah tertinggal di sana. Ditambah lagi, dengan keputusan Padmaadiknyauntuk kuliah di UGM, membuatnya tidak dapat melupakan Yogya begitu saja. Dan pada akhirnya, dia benar-benar memutuskan untuk berhenti kuliah. Jusuf mengurus berkas-berkas administrasinya di kampus dan di KBRI, dan selanjutnya pulang ke Indonesia untuk menetap di Yogyakarta.

81

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Perbuatannya ini membuat ayahnya marah besar dan memutuskan untuk tidak lagi menyokong kebutuhan finansial Jusuf. Dan ini pula yang mengawali ketidakharmonisan hubungan antara dirinya dengan ayahnya. Sebenarnya, keputusan tersebut ditentang keras oleh ibunya, yang menilai Jusuf punya jalur yang berbeda dari tradisi keluarganya. Walaupun dia seorang akademisi, namun dia memandang bahwa lebih banyak rahasia dan ilmu pengetahuan yang dapat diperoleh manusia langsung dari alam jika manusia mau menggelutinya, dibandingkan dengan manusia yang duduk diam dalam ketekunan mereka mengikuti teori yang tersimpan dalam ribuan lembar jurnal dan makalah ilmiah, atau mereka yang mengurung diri di dalam labo-raturium dan memandangi api berbahan bakar spiritus yang membakar

82

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

bagian bawah tabung reaksi. Hidup lebih luas lagi maknanya dari itu semua. Karena itulah, ibunya berinisiatif untuk membeli sebuah rumah di daerah Ngaglik, Sleman, dengan uangnya sendiri. Dan agar kebutuhan Jusuf anaknya selalu terpenuhi, ibunya meminta Mbok Ning untuk pindah ke rumah tersebut dan menemani Jusuf. Bagi Jusuf, keputusan ayahnya yang tegas itu tidak mempengaruhinya. Karena saat masih kuliah di Italia, dia sudah mencari uang sendiri sebagai tambahan bagi keperluannya. Bersama tiga orang temannyaseorang asli Verona, seorang lagi dari Yorkshire, Inggris, dan satu dari Kairo, MesirJusuf mengelola sebuah situs yang menyediakan beragam informasi bagi perantauan seperti dirinya, mulai dari apartemen yang

83

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

disewakan, jadwal Metro Line, maupun jadwal pertandingan sepak bola; bagi para imigran mudakhususnya mahasiswa yang berasal dari luar Italia. Dan karena pengalamannya selama di Italia itulah, dia mendapat tawaran untuk bergabung menjadi staff admin sebuah situs jual beli yang sedang naik daun di Indonesia. Dan karena mereka yang memintanya bergabung, maka Jusuf meminta keringanan istimewa dari mereka: bekerja di rumah. Selain itu, dia juga memiliki sebuah toko yang menjual peralatan-peralatan bagi pecinta alammulai dari sepatu sampai tenda dengan beragam kapasitasdi kawasan Terban, sebelah selatan area kampus Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Pengelolaannya dipercayakan kepada Padma.

84

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Daud membasuh mukanya dengan air yang ditampungnya di kedua telapak tangan. Air yang mengucur dari kran wastafel di kamar mandi itu terasa dingin. Sedingin pantulan bayangan dirinya pada cermin di hadapannya ini. Matanya lurus bertemu dengan mata bayangannya sendiri, yang mengejek kesendirian statusnya. November nanti, Daud akan berusia 23 tahun. Dua digit angka yang mengingatkannya kepada target yang dibuatnya untuk menikah. Tinggal sebulan lagi. Dan Daud masih saja melajang. Terlalu lelah menanggapi ejekan bayangan dirinya, dia meraih handuk kecil yang tergantung di kapstok di dalam kamar mandi itu, menggunakannya untuk mengelap sisa air di wajahnya, kemudian melangkah keluar dari sana. Daud ingin menuju ke kamar tidurnya. Selain untuk mengisi ulang baterai

85

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

ponselnya, dia juga ingin mengistirahatkan tubuh dan pikirannya yang masih saja dihantam berbagai pertanyaan menyangkut kepergian temannya itu, tanpa dapat menangkisnya dengan jawaban yang masuk akal. Dia merebahkan tubuhnya di atas kasur berdipan kayu untuk satu orang itu. Telepon genggamnya sudah tersambung dengan charger, dan dia tinggal menunggu beberapa menit sampai alat itu cukup kuat untuk menangkap sinyal lagi. Daud ingin menanyakan perihal perkembangan Jusuf di mana pun dia berada saat ini. Dia mencoba menbak-nebak, mungkin saat ini temannya itu sudah melewati kota Magelang. Atau mungkin Ambarawa. Tergantung kecepatan mobil Jeep, karena jalur itu akan lengang dan sepi sekali saat malam.

86

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dari tempatnya, Daud memandangi sebuah lukisan reproduksi dari seorang seniman terkenal bernama Georgia OKeeffe. Lukisan itu menggambarkan bunga Hibiscus dan Plumeria yang cerah. Jusuf yang membelinya di sebuah festival seni di Roma, beberapa tahun yang lalu. Bunga-bunga itu be-gitu cerah dan ceria. Namun cerahnya warna kelopak bunga-bunga itu belum dapat mengusir keresahan di hati Daud. Daud meraih ponselnya dari atas meja, yang masih tersambung dengan kabel pengisi dayanya. Dia mengirimkan sebuah pesan singkat ke nomor yang digunakan Jusuf. Daud lalu duduk dalam diam. Menunggu. Belum ada balasan. Dia memilih untuk meletakkan ponselnya kembali di tempatnya semula, dan berbaring di kasur. Matanya belum bisa terpejam, walaupun tubuhnya telah meminta diistirahatkan.

87

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Wajahnya lurus menghadap ke atas, matanya menatap langitlangit dengan pandangan yang kosong. Daud teringat kembali akan sebuah percakapan bersama Jusuf di sebuah malam di bulan Oktober tahun lalu. Percakapan yang biasa mereka lakukan sejak Daud berada di Yogyakarta dan tinggal di sana, sebelum Jusuf memutuskan untuk menempati rumah peninggalan orang tua dari ayahnya ini. Enak di sini. Banyak pohon, Daud mencoba membuka percakapan, saat meletakkan cangkir teh miliknya di atas meja. Di rumahmu di Jakarta juga banyak pohon, Mas. Iya. Membuat tenang suasana, sebuah pelarian dari hiruk-pikuk Jakarta. Setuju, Mas. Tapi bukan berarti adanya pohon itu cuma untuk pelarian kita dari rutinitas saja. Karena bagi sebagian

88

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

orang, pohon itu simbol kehidupan. Ada juga

yang

mengartikannya sebagai gerbang surga, dan juga simbol dari kesuburan. Kamu sendiri, bagaimana mengartikan pohon? Bagiku, pohon itu makhluk hidup yang berbagi tempat dengan manusia, di planet ini. Mereka punya peran mereka sendiri buat menyokong kehidupan lainnya. Karena manusia, sekuat apapun, seberkuasa apapun, tetap tidak akan sanggup berdiri sendiri tanpa adanya unsur kehidupan lain di luar mereka yang menjadi penyokong. Bhinneka tunggal ika. Pohon yang membantu kita berlayar, berlindung dari sengatan matahari yang panas dan hawa dingin yang menusuk tulang, dan membantu kita menjadi makhluk yang selalu belajar. Maksudnya belajar?

89

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Iya. Coba bayangkan. Dengan apa manusia di zaman dulu menulis? Mereka menggunakan tulang, atau di atas lempengan batu. Kalau saja manusia tidak pernah mengetahui cara mengolah kayu jadi kertas, bisa jadi aku merupakan salah satu dari golongan yang tetap bodoh dan tidak mengerti apapun. Kenapa bisa begitu? Tentu saja bisa, Mas. Karena, aku akan menjadi orang yang paling malas untuk datang ke sekolah dengan mendorong gerobak berisi lempengan-lempengan batu yang berat hanya untuk belajar. Jawaban Jusuf membuat mereka berdua tertawa

terbahak-bahak. Setelah tawanya mereda, Jusuf kembali melanjutkan, aku merasa beruntung sekaligus sial, terlahir untuk hidup di zaman ini. Kenapa? Kita dimudahkan dengan pendi-

90

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dikan yang bisa kita peroleh tanpa bersusah payah seperti halnya orang-orang di zaman dulu. Tapi, sialnya, aku merasa pendidikan zaman ini justru menjadi momok yang paling mendasar dari sifat menghancurkan yang sekarang sedang menggerogoti rumah kita ini perlahan-lahan. Bumi kita ini. Ibaratnya, bumi menyediakan apa yang kita butuhkan. Bumi juga yang jadi perpanjangan tangan Tuhan ke manusia agar kita meraih kemajuan illmu pengetahuan yang terus meninggi. Sebuah bukti bahwa kasih sayang-Nya itu nyata adanya. Peningkatan kemampuan berpikir manusia, berbanding lurus dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Dan kemajuan ini, ironisnya, berbanding lurus juga dengan tingkat kerusakan bumi. Ternyata, setelah kita dicerahkan, pencerahan itu justru kita

91

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

jadikan alat untuk menghilangkan peran bumi dan merusaknya. Menghilangkan bagaimana? Kita masih berada di bumi sampai saat ini. Tidak secara harfiah, Mas. Tapi dalam kenyataannya, kita sedang mengarah ke sana. Coba saja Mas lihat. Eksploitasi alam terjadi secara besar-besaran. Kita sudah membuat Bumi menjadi tempat yang tidak nyaman bagi kehidupan. Namun, bukannya melakukan perbaikan atas apa yang sudah rusak, manusia mengambil alternatif lain. Sebuah opsi untuk menjadikan planet lain sebagai tempat tinggal yang baru. Bayangkan, manusia sekarang ini telah menjadi kaum yang konsumtif, sampai ke tingkat alam semesta. Pasti karena penelitian Mars?

92

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Itu salah satunya. Manusia sudah melewati batas. Bukan karena aku termasuk orang yang kolot. Tapi aku memandang fenomena ini sebagai ketidakefisienan. Berapa banyak peneliti yang sudah memberi pernyataan tentang syarat-syarat agar sebuah planet dapat menyokong kehidupan dan menjadi tempat tinggal organisme hidup? Dan dari setiap planet yang kita namai dengan Planet Mirip Bumi atau eksoplanet dan semacamnya, ternyata tidak ada satupun yang bisa menggantikan peran bumi dengan baik. Sementara para peneliti itu melakukan penelitian yang menguras dana sebesar belasan digit angka dan mengarahkan teropong jutaan dolarnya ke langit, tempat yang mereka pijak ini semakin lama digiring mendekati keruntuhannya.

93

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Daud dibuat termenung oleh perkataan Jusuf. Harus diakui memang, ada kebenaran yang tersirat dalam kata-kata temannya itu. Aku jadi teringat, sebuah ayat di Al Quran, wahai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup melintasi penjuru langit dan bumi, maka lintasilah. Kalian tidak akan dapat menembusnya, kecuali dengan kekuatan. Surah apa, Mas? Ar Rahman, ya? Yap. Ayat 33. Jusuf meneguk teh dalam cangkirnya. Dan mengambil biskuit coklat dari toples. Dia pun kembali melanjutkan perbincangan.

94

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Oscar Wilde, pernah berkata, misteri dunia sebenarnya adalah apa yang terlihat, bukan apa yang tidak terlihat. 9 Ini yang aku coba tekankan. Untuk apa kita melihat jauh ke atas, sementara tempat yang kita diami ini tidak mendapatkan perhatian yang semestinya? Daud tidak langsung memberikan tanggapan atas pertanyaan Jusuf tadi. Dan sepertinya, pertanyaan tersebut tidak membutuhkan jawaban darinya. Jusuf belum meneruskan apa yang ingin disampaikannya. Dia kembali menikmati tehnya. Setelah beberapa tegukan, Jusuf pun kembali melanjutkan. Pernah di suatu masa, manusia begitu mengagungkan kekuatan alam yang ada di sekitar mereka. Mereka percaya, setiap unsur kekuatan yang terdapat di alam memiliki jiwa.
9

Arysio Santos (2010), Atlantis, the Lost Continental Finally Found (terj.), alih bahasa Hikmah Ubaidillah, Jakarta: PT Ufuk Publishing House, hal.422.

95

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dengan pemahaman manusia pada saat itu, kekuatan-kekuatan ini begitu agungnya bagi mereka, sehingga mulailah mereka melakukan penyembahan terhadap kekuatan-kekuatan tersebut. Maka timbullah bentuk agama yang paling awal bagi manusia. Animisme. Di masa itu, manusia dibuat takjub oleh kekuatankekuatan alam yang bersemayam dalam pohon, batu, bahkan bintang, angin, juga petir dan hujan. Keseimbangan alam masih terjaga. Manusia mendapatkan manfaat darinya. Mereka menjadi lebih arif dari sebelumnya. Masyarakat manusia semakin berkembang menjadi besar, dan mereka pun membuat undang-undang atau peraturan untuk peradaban yang sedang berkembang itu, seperti misalnya Codex Hammurabi.

96

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Kemudian manusia mulai menyadari eksistensi sebuah kekuatan yang lebih besar dari kekuatan-kekuatan alam, yang mengatur dan yang memutuskan terjadinya sesuatu. Maka berkembanglah agama yang masih sederhana tersebut menjadi kepercayaan terhadap dewa-dewa, dengan atribut manusia atau makhluk hidup yang ada. Mereka pun memberikan nama serta karakter yang berbeda terhadap masing-masing dewa, dengan satu dewa yang lebih berkuasa dari dewa-dewa yang lainnya sebagai pemimpin atas mereka. Pada kebudayaan Sumeria, kita menyebutnya dengan Anunnaki. Di Mesir Kuno, kita mengenal Ra. Sementara di kebudayaan Helenistik, kita menamakannya Zeus. Setelah itu, datanglah masa di mana Ketuhanan Yang Maha Tunggal diperkenalkan kepada peradaban manusia.

97

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dengan

datangnya

utusan-utusan

yang

membawakan

peringatan dan juga kabar gembira, yang intinya adalah surga dan neraka. Jika manusia berbuat baik, maka mereka mendapat ganjaran pahala yang akan mengantarkan manusia menuju surga dan kenikmatan yang terdapat di dalamnya. Atau sebaliknya, jika manusia melakukan kejahatan, maka mereka akan memperoleh dosa yang akan menjerumuskan mereka ke dalam neraka yang penuh dengan siksaan. Ralat. Bukankah manusia telah mengenal Tuhan sejak pertama kali mereka berada di Bumi? Kita ambil contoh, Adam dan Hawa, Syits, Idris, lalu Nabi-nabi di awal peradaban lainnya? Semuanya, tanpa terkecuali, menyerukan penyembahan terhadap satu Tuhan, tanpa adanya satu pun sekutu, Daud menyanggah pernyataan Jusuf.

98

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Iya. Tapi, saat itu, seiring berkembangnya manusia, pengetahuan akan Ketuhanan ini sifatnya masih lokal dan belum menyentuh seluruh peradaban yang ada. Buktinya, sewaktu Nabi Yusuf berhasil menafsirkan mimpi Raja Mesir, apa kemudian Sang Raja menjadi pengikut dari ajaran Monoteisme? Mas, aku punya sebuah cerita. Ada seorang pemuda, dia merupakan seorang anak dari seorang pengrajin patung yang dihormati oleh masyarakatnya kala itu. Namun, lambat laun, dia merasa, ada kesalahan di dalam masyarakatnya saat itu. Dia melihat bagaimana bapaknya membuat patung, kemudian patung itu disembah oleh orang-orang pada zamannya itu. Dia merasa tidak puas dengan kebenaran akan Tuhan yang sempit macam itu. Dia kemudian mencari jawaban buat pertanyaanpertanyaan tentang kebenaran akan Tuhan yang tidak dida-

99

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

patkannya dari peradaban masyarakatnya. Sendirian, dia mencari kebenaran ini. Maka, pergilah dia keluar, untuk mendapatkan jawaban yang dia cari-cari itu. Saat pemuda ini memandangi langit dan melihat bintang, dia langsung yakin, kalau bintang itu adalah Tuhannya. Tapi, bintang itu tenggelam di pagi hari, dan pemahaman yang diperolehnya itu langsung goyah seketika itu juga. Baginya, Tuhan tidak akan tenggelam seperti bintang. Kemudian, pada malam berikutnya, dia melihat bulan. Bulan ini begitu terangnya, saat terbit. Dan dia pun mulai berasumsi, inilah Tuhan. Tapi ternyata, terangnya bulan tidak abadi. Pagi hari, seperti juga bintang, yang dikira Tuhan oleh pemuda tersebut akhirnya tenggelam.

100

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Di saat bintang dan bulan tidak mampu memberikan jawaban yang memuaskan, dia melihat matahari dapat menjadi alternatif lain sebagai jawaban atas pertanyaannya. Secara fisik, memang, matahari adalah yang terbesar yang terlihat dari bumi, selain juga sinarnya yang bisa mengusir gelap malam dan menjadikan bumi terang-benderang. Dia berkata, inilah Tuhanku, ini lebih besar. Tapi, sebagaimana benda langit lainnya, Matahari juga terbenam. Di saat inilah, pemuda itu sadar, Tuhan tidak akan terbit dan tenggelam. Tuhan juga tidak akan bisa terlihat oleh mata manusia. Tuhan tidak akan memiliki sifat yang sama seperti sesuatu yang diciptakan-Nya. Maka kembalilah dia ke masyarakatnya, dengan membawa pemahaman akan Tuhan yang semestinya. Pemahaman yang tidak bisa dimengerti masyarakatnya. Monoteisme.

101

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dia mencari cara untuk membuat masyarakatnya sadar, bahwa apa yang mereka lakukan itu salah. Setelah berusaha secara lisan dan persuasif, pemuda itu pun mulai berpikir untuk memilih cara yang lebih radikal. Suatu hari, dia memutuskan untuk menghancurkan patung-patung yang biasa disembah oleh masyarakatnya. Cuma satu patung yang tidak dihancurkan olehnya. Patung yang paling besar di antara yang lainnya. Dan di patung yang paling besar itu, dia mengalungkan kapak yang tadi digunakannya untuk menghancurkan patung-patung lain. Saat datang waktunya menyembah patung-patung ini, orang-orang pun kaget melihat sembahannya hancur berantakan. Sementara patung yang paling besar masih utuh tanpa kerusakan sama sekali, yang tersisa dari sekian banyak patung itu. Dalam benak mereka, alih-alih menyalahkan patung yang

102

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

paling besar dengan kapak yang menggantung di lehernya, mereka menuntut pertanggungjawaban dari satu orang yang mereka curigai berada di balik kehancuran sesembahan mereka. Cuma satu orang, yang patut dituduh atas kejadian ini. Siapa lagi, kalau bukan si pemuda itu. Pemuda itu pun dipanggil, dan ditanya, kenapa patungpatung sembahan mereka bisa hancur. Sang Pemuda menjawabnya dengan tenang, sambil menunjuk ke arah patung yang paling besar. Dia mengatakan, kalau patung itulah yang menghancurkan patung-patung yang lain. Jawaban yang masuk akal ini, ternyata, ditolak mentahmentah oleh masyarakatnya itu. Mana mungkin patung yang paling besar ini bisa menghancurkan patung yang lainnya? Ini pasti perbuatanmu! Mereka berkilah.

103

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Ya. Dan akhirnya orang-orang itu memutuskan untuk membakar si pemuda, dan api yang digunakan ternyata terasa dingin dan tidak membakarnya menjadi abu. Begitu kan, lanjutannya? Potong Daud. Jusuf cemberut. Dia memprotes, Mas, setidaknya, biarkan aku bercerita sampai selesai. Jadilah pendengar yang baik, sekali ini saja. Oke, maaf. Jadi kesimpulan yang akan kamu tarik dari cerita tadi, apa? Dari sepenggal kisah dari orang yang paling terkenal sealam semesta tadi, alam secara tegas dan nyata telah menjadi pendamping dan pengiring perjalanan seorang manusia dalam mencari kebenaran akan keberadaan Tuhannya. Kejadian serta fenomena alam yang telah dan selalu menjadi perantara antara

104

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Tuhan dan manusia. Dari generasi keturunannya, kemudian muncul para penyeru Keesaan Tuhan. Kemudian, lahirlah agama-agama yang menggiring manusia ke arah yang lebih tepat untuk mengenal Tuhan. 123 kali disebut namanya dalam Al Quran, belum lagi di Kitab-kitab Samawi yang lainnya. Orang ini memang, yang paling terkenal di antara yang lain. Kita saja, masih mengirimkan doa kepada beliau di dalam shalat kita. Itulah, Mas. Berangkat dari peristiwa yang dialami oleh Nabiyullah Ibrahim, maka aku ingin memulai suatu pergerakan untuk mengajak masyarakat, agar mereka mengerti dan paham, adanya bumi dan segala hal yang terdapat di dalamnya itu perlu mendapat perhatian yang lebih juga. Kita tinggal di dalamnya, kita hidup di dalamnya. Dan kita juga yang mengklaim sebagai

105

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

spesies yang paling berakal dari makhluk lainnya. Tanggung jawab kelestariannya yang ingin aku tekankan, karena letaknya ada di pundak kita semua, yang masih merasa manusia. Sejauh yang pernah kupelajari, aku memandang manusia sebagai makro-kosmos, sekaligus mikro-kosmos. Dari masa manusia belum bernama manusia, kita itu cuma sebutir zigot yang mengambang di antara dinding-dinding uterus. Lalu, zigot ini membelah diri, terus-menerus, sampai menjadi lebih banyak. Sel-sel yang telah menjadi banyak ini melakukan tugas-tugas yang berbeda masing-masingnya, yang kemudian digabungkan oleh struktur penyokong intrasel, dan menyusun berbagai sistem jaringan yang berbeda-beda, saling terkait dengan sel-sel lainnya.

106

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Sesuatu yang mengagumkan membuat mereka yang berbeda-beda fungsi ini untuk membentuk jaringan sel dalam organ maupun sistem tubuh lainnya. Sebagai contoh, sel darah merah saja seluruhnya berjumlah dua puluh lima miliar. Dan keseluruhan sel yang membentuk tubuh manusia berikut seluruh sistemnya berjumlah tujuh puluh lima miliar. Sel-sel tersebut selalu membelah diri sampai jumlahnya sesuai. Sel yang mati akan digantikan oleh sel baru. Sebuah kesinambungan yang hanya dapat dilihat melalui corong mikroskop. Tapi pada dasarnya, manusia adalah kumpulan dari sesuatu yang kecil. Di saat yang sama, manusia adalah sebuah sel dari sebuah kumpulan sel bernama keluarga, yang menyusun suatu kelompok atau jaringan yang lebih besar yang disebut masya-

107

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

rakat; dari skala yang kecil seperti misalnya masyarakat setingkat RT, RW, kelurahan, kamudian menjadi kecamatan, kabupaten, provinsi, lalu menjadi sebuah kumpulan besar bernama negara. Dan negara-negara ini, saling susun menyusun menjadi bagian tubuh dari sebuah ekosistem yang lebih besar lagi bernama bumi, bersama dengan seluruh spesies hewan dan tumbuhan, juga makhluk lainnya. Lalu, apa yang ingin kamu tekankan dari penjabaran tadi? Sebenarnya tidak ilmiah, Mas. Aku hanya ingin menekankan, manusia itu adalah bagian dari sesuatu yang besar. Dan tidak akan ada sesuatu yang besar, apabila di dalamnya tidak ada sesuatu yang kecil. Keseimbangannya yang harus kita jaga. Karena hal yang besar dikatakan besar karena

108

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

berkumpulnya hal-hal kecil. Tapi bukan berarti, yang kecil itu tidak berarti dan tidak punya pengaruh. Bahkan ketiadaan spesies cicak di suatu daerah saja, bisa mengubah ekosistem dan rantai makanan di daerah itu. Itu baru skala kecil, apalagi dengan perubahan yang terjadi akibat penebangan hutan yang setiap harinya mampu menghilangkan area hutan seluas 1.5 kali luas Jawa Tengah dan DIY? Itu baru skala nasional, Mas. Karena mengeluh tidak akan mengubah apapun, maka aku berinisiatif untuk memulai suatu pergerakan. Seperti? Daud terpancing untuk bertanya. Dia

menghiraukan ketidaksukaan Jusuf bila pembicaraannya dipotong. Begini. Kita hidup di zaman di mana laju informasi sedemikian cepatnya menjangkau setiap pelosok bumi.

109

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Seharusnya kita lebih mampu meningkatkan kesadaran akan kelestarian alam dan meredam laju perusakan bumi. Tapi kenyataannya, masih ada saja yang tidak mengetahui arti pentingnya kelestarian itu bagi mereka. Yang bisa mereka lakukan hanya mengeluh jika siang hari terasa terlalu panas, atau mengeluh karena hujan yang turun tidak pada musimnya. Pada zaman dulu, walaupun arus informasi bergerak secepat kuda yang terbatas ruang dan waktu, laju perusakan bumi masih dalam taraf yang tidak mengkhawatirkan. Kemudian, manusia mulai menemukan mesin-mesin telegraf dan pemanfaatan sinyal radio, dan sejalan dengan itu, arus informasi sekaligus laju perusakan juga ikut berkembang dengan pesat. Bahkan, setelah manusia mengerti dan mampu meng-

110

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

hitung laju kecepatan cahaya, laju perusakan alam malah semakin berkembang menuju ke arah yang mengerikan. Lewat ilmu pengetahuan dan pengamatan akan perubahan yang terjadi di bumi, kita telah mengerti, dari semua planet, bumi adalah satu-satunya planet dengan keadaan yang sangat bersahabat bagi kehidupan. Apabila bumi sudah sedemikian rusaknya, akan tinggal di mana generasi manusia selanjutnya? Apakah kita akan berdiaspora menjelajahi angkasa di saat bumi sudah tidak lagi mampu menyokong kehidupan? Atau seperti kaum Agartha, yang tinggal di dalam rongga bumi? Dalam pepatah orang Jawa, orang zaman sekarang itu koyo wayang ilang gapete, seperti wayang yang kehilangan kerangkanya. Terombang-ambing dalam arus zaman yang

111

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

melaju semakin cepat, mereka kehilangan kerangka yang membuatnya tegak seutuhnya sebagai manusia. Kita di zaman ini telah kehilangan esensi kemanusiaan yang sesungguhnya, misi kepemimpinan dan tujuan penciptaannya. Kita tidak lagi menghormati alam, kita sudah tidak mempedulikan hal lain di luar perhatian kita yang hanya tertuju kepada pemuasan hasrat pribadi. Yang kita tahu, bila kita tidak bekerja, tidak akan ada uang. Tidak ada uang, berarti kita tidak mampu mencukupi kebutuhan. Selain itu, pelajaran agama yang kita peroleh hanya menekankan peribadahan, bila tidak beribadah akan mendapat dosa, dan lebih banyak dosa, berarti neraka adalah tempat terakhir bagi kita. Selalu begitu. Padahal, esensi hidup dan beribadah bukanlah seperti apa yang kita tahu sekarang. Ber-

112

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

ibadah bukan hanya sekedar shalat lima waktu, puasa, zakat, dan hidup juga bukan hanya sekedar mencari uang. Setuju, Suf. Padahal, tidak akan ada uang, kalau tidak ada kayu. Tidak ada kayu, kalau tidak ada pohon. Dan tidak akan ada pohon, kalau tidak ada hutan. Uang tidak bisa membeli nyali, Nak. Juga otak, kata Kolonel Hannibal di film The A-Team. Jusuf langsung menyambung, Benar, Mas. Aku juga maklum dengan degradasi kemanusiaan yang terjadi di zaman ini. Karena karakter dan moralitas manusia itu dibentuk oleh dua hal yang mempengaruhi, salah satunya adalah lingkungan di mana mereka lahir dan berkembang. Karena kebanyakan dari manusia sekarang perilaku dan moralitasnya cenderung mengarah ke arah konsumtif dan materialisme tanpa diimbangi

113

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dengan kesadaran akan keseimbangan alam, jadinya seperti yang kita saksikan sekarang ini. Di ibu kota, kita dididik untuk menjadi seorang profesional. Maksudnya, seorang pelaku konsumerisme profesional. Pendidikannya, lingkungannya, hampir semuanya. Bahkan, dalil-dalil agamanya pun sedikit banyak, yang ditekankan cuma hidup sebagai manusia. Tapi mana, pendidikan yang membuat manusia yang manusiawi, yang sadar bahwa mereka tidak lain adalah bagian dari sebuah tubuh yang universal. Sebuah tubuh bernama bumi? Kita terpaku dengan sebutan hablu minannas saja. Padahal yang disebut dengan horizontal itu adalah hubungan yang lebih luas dari pemahamannya sebagai hubungan antar sesama manusia saja. Karena di bumi, begitu banyak makhluk

114

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

yang tinggal di dalamnya. Ada pohon, serangga, burung, juga hewan-hewan lainnya. Kapan kita akan menyadari hal itu? Apakah nanti, di saat pagelaran kehidupan ini ditutup pementasannya? Kamu ini. Dari tadi yang kudengar hanyalah keluhan, kritik ilmiah, dan argumen saja. Mana solusinya? Atau kamu sama saja seperti mereka yang kamu kritik? Pancing Daud. Aku akan menjelaskannya sekarang. Aku akan memulai suatu pergerakan. Aku akan mengumpulkan orang-orang dengan keprihatinan yang sama, yang peduli terhadap masalah yang sama. Aku akan mewadahi mereka, dan aku akan membuat sistem pendidikan yang berlandaskan agama, kemasyarakatan, dan alam.

115

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Wow. Jangan bilang wadah itu sebuah basis masyarakat naturalis religius. Atau apalah sebutannya. Kenapa begitu? Karena setahuku, paham yang mengarah ke alam, belum bisa berjalan bergandengan dengan agama Ketuhanan. Kata siapa, Mas? Justru di dalam Al Quran, misalnya, ada cerminan dan tuntunan bagi manusia agar menjaga alamnya. Aku tidak bermaksud untuk menghidupkan kembali animisme di tengah masyarakat setelah mereka mengetahui Tuhan itu Maha Tunggal. Jelas sekali, dalam Al Quran, Allah memberikan kita ayat-ayat kauniyah. Ayat-ayat tentang alam semesta. Aku hanya ingin menambahkan pemahaman akan arti pentingnya kesadaran dalam menjaga keseimbangan alam. Hanya itu.

116

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Caranya? Aku telah membagi manusia zaman ini dalam tiga golongan. Pertama, golongan yang melaju dengan kecepatan tenaga kuda. Mereka ini termasuk sasaran utama, karena kehidupan mereka yang bergesekan langsung dengan alam. Kendala mereka cuma satu, yaitu arus informasi yang mereka dapat tidaklah secepat dan setepat masyarakat yang hidup di perkotaan. Yang kedua, manusia yang hidup di lingkungan berkembang secara ekonomi namun jauh dari kota-kota besar. Mereka masuk dalam golongan kedua, yang melaju dengan kecepatan suara. Arus informasi yang mereka dapat lebih baik dari golongan pertama, dan mereka masih bisa meraba alam yang murni, walaupun tidak bisa sedekat golongan pertama.

117

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Pengalaman mereka saat menjadi golongan pertama yang membuat mereka masih mengerti akan alam dan perilakunya. Ketiga, golongan yang terakhir, adalah mereka yang melaju dengan kecepatan cahaya. Mereka berada di dalam arus informasi yang hidup 24 jam sehari, tujuh hari seminggu. Dengan kemudahan-kemudahan dunia yang berada di sekeliling mereka. Mereka adalah keturunan dari golongan kedua, yang berada di dalam lingkup perkotaan dan masih dapat bersentuhan dengan alam walaupun sebagai sarana penghibur dan pelepas kepenatan saja. Dan mereka ini, tidak mengenal alam sebaik golongan pertama dan kedua. Aku akan mendirikan basis tersebut, di Boyolali. Menempati rumah peninggalan orang tua ayah. Agar aku dapat bersentuhan langsung dengan golongan yang paling bisa me-

118

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

nerima, mengingat tingkat kesadaran arti pentingnya alam yang lebih besar dibanding dua golongan lainnya. Golongan pertama. Walaupun hambatan pasti ada, tapi akan lebih mudah untuk membuat mereka mengerti. Atas dasar apa kamu bisa menggolongkan manusia menjadi tiga golongan tadi? Aku sudah melakukan pengamatan sebelumnya.

Tadinya, sasaranku itu golongan ketiga. Golongan yang paling potensial, dipandang dari segi arus informasi dan akses kepadanya. Tapi ternyata usahaku kurang mendapat animo yang diharapkan. Waktu itu, aku mengadakan sebuah event, yang mengajak masyarakat agar berpartisipasi aktif untuk alam. Reboisasi, pada intinya. Event yang kuadakan pun online, dan tidak hanya terbatas pada satu tempat saja. Aku mengajak mereka,

119

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

agar menanam satu pohon jenis apa aja di setiap satu bulannya, dimulai dari bulan Januari. Apabila dijumlah, dalam setahun, mereka nantinya telah menanam 12 pohon. Sebelum itu, aku juga pernah mencoba mengadakan charity event, dengan menjual sebatang pensil yang dipaketkan bersama sebuah selebaran dan selembar sertifikat sebagai apresiasi atas partisipasi orang-orang. Sasarannya waktu itu adalah masyarakat golongan kedua. Di cara yang kedua ini, aku menjual satu batang pensil sebagai simbol pendidikan, dan juga simbol alam. Sebuah penekanan terhadap hubungan antara pendidikan yang memadai akan keseimbangan alam, dengan kesadaran akan arti pentingnya kelestarian keseimbangan alam tersebut. Sederhananya, karena sebagian besar sarana pendidikan dibuat dari hasil alam, maka manusia juga perlu

120

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

menjaga keseimbangan alam sebagai ucapan terima kasih atas pengetahuan yang mereka peroleh. Dari hasil yang kuperoleh, kukumpulkan untuk dibelanjakan bibit pohon. Tapi, hasil dari usahaku itu juga kurang maksimal. Seminggu sebelum bulan puasa yang lalu, aku mencoba bersentuhan sama golongan pertama. Aku sudah pernah bersentuhan dengan mereka, dalam hal pelestarian alam sebelumnya. Bersama beberapa orang teman, menanam pohon buah seperti pisang dan jambu biji di hutan yang ada di dekat pemukiman warga, sebagai cadangan makanan bagi binatangbinatang di hutan dan mencegahnya agar tidak lagi mengganggu kebun dan lahan pertanian milik warga, yang tadinya merupakan wilayah mereka mencari makan. Warga menyambut usulan ini dan memberikan bantuan apapun yang mereka

121

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

bisa. Itulah mengapa aku lebih menekankan niatku untuk bersentuhan langsung dengan golongan ini. Mereka lebih mampu menggapai alam secara langsung, karena mereka hidup bertetangga dengan alam secara harfiah. Suara nada dering dari ponselnya yang masih tersambung dengan pengisi dayanya menyadarkan Daud. Rupanya, dia tidak tertidur selama menunggu balasan untuk pesan singkat yang dikirimkannya ke Jusuf. Tangannya mencabut ponsel dari kabel pengisi daya dan membawanya lebih dekat ke tempat berbaringnya. Ternyata, memang ada sebuah pesan singkat yang masuk. Dari Jusuf! Tenang saja, Mas. Aku baik-baik saja. Tadi handphone aku matikan untuk mengirit baterai. Aku lupa membawa charger. Sekarang sudah sampai di Semarang, baru saja melewati

122

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Simpang Lima. Nanti akan kuhubungi lagi. Buang jauh-jauh prasangka yang bukan-bukan. Sebagian dari prasangka itu dosa, Mas. Hehehe Daud ingin mengirimkan balasan kepada temannya itu. Lalu kapan pulang? Namun dia mengurungkan niatnya untuk menanyakan hal itu. Jusuf lupa membawa charger, dan ini merupakan masalah pelik bagi seorang yang sedang menempuh perjalanan tanpa waktu kepulangan yang pasti. Dan mungkin saja, ponsel temannya itu sudah dimatikan lagi. Balasan tersebut memberikan Daud pengertian, Jusuf berada dalam kondisi yang aman karena masih dapat mengirimkan pesan singkat kepadanya. Kelopak matanya pun kini terasa berat, dan otaknya telah mengirimkan sinyal-sinyal untuk

123

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

memerintahkan bagian tubuh lainnya agar beristirahat. Sebelum memejamkan mata, Daud memilih untuk mengirimkan pesan kepada Tuhannya. Agar Dia melindungi temannya di mana pun berada sampai pulang dengan selamat ke rumah ini.

124

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 3

Pukul sepuluh tepat di hari Sabtu yang cerah, tiga belas jam setelah Jusuf pergi bersama mobil Jeep yang menjemputnya. Daud sedang mengendarai motor Vespanya di Ring Road Utara, melintas di seberang gerbang JIH. Di perempatan Kentungan, dia berbelok ke kanan dan masuk ke ruas Jl.Kaliurang. Di pertigaan Ngaglik, Sleman, dia mengambil arah ke kiri menuju barat, kemudian menyeberang jalan untuk masuk ke gerbang Villa Arsita di sisi kanan jalan, berjarak 350 meter dari pertigaan. Dia sedang menuju ke sebuah rumah yang letaknya berada ujung kanan blok paling utara dari area hunian tersebut. Rumah tanpa pagar dengan pohon mangga yang

125

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

rimbun dan rumput hijau terawat yang menyelimuti permukaan tamannya. Daud memarkir motornya tepat di depan rumah tujuannya, kemudian mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Dia mengontak sebuah nomor. Di ujung sana, suara pemilik nomor mengucapkan salam. Seorang perempuan. Assalaamu alaikum warahmatullaah. Halo, Mas. Sudah sampai di mana? Waalaikum salaam. Hei, Nona. Sepi sekali rumahnya? Aku di depan rumah, baru sampai. Motorku mau diparkir di mana? Ada mobilmu di depan pintu garasi. Iya, Mas. Maaf. Biar tidak repot, jadi kita bisa langsung jalan. Oke. Sebentar lagi aku keluar. Motornya diparkir di situ saja dulu.

126

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Setelah sambungan terputus, Daud melepas helm dan meletakkannya di atas jok motor, dan melangkah masuk menuju ke teras rumah. Dirinya sedang menunggu Padma, adik Jusuf satu-satunya yang tinggal sendirian di rumah ini. Jusuf dan Mbok Ning tinggal dengannya di sini, sebelum memutuskan untuk pindah ke Boyolali dan menjalankan rencananya. Tidak lama kemudian, seorang perempuan muda berusia 19 tahun keluar dari rumah itu. Memakai cardigan hitam yang menutupi polo shirt warna kuning, yang dipadu dengan celana jeans panjang berwarna hitam dan sepatu Eiger tinggi yang menutupi tumitnya. Padma terlihat mempesona. Kenapa sendiri, Mas? Mister J ke mana? Semalam minta diantar ke depan Perpustakaan Kota, lalu pergi ke Semarang dari sana.

127

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Ada keperluan apa dia ke sana? Jusuf bilang, ada janji untuk bertemu dengan seorang pengusaha. Katanya, ingin membicarakan sesuatu yang menyangkut masalah pengelolaan hukum untuk hutan adat katanya. Memangnya kamu tidak dikabari? Tidak. Semalam, aku juga menghubungi nomornya. Tapi tidak aktif. Aku mau minta ditemani hari ini. Makanya, aku minta Mas Daud yang ke sini. Terus aku ke sini, jauh-jauh dari Boyolali dan terpaksa bolos mengajar, katanya mau kamu ajak pergi ke seminar. Seminar apa? Seminar seni, Mas. Pasti Mas Daud suka. Terus setelah itu, kita jalan-jalan.

128

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Oke. Untung aku pakai kemeja, jadi tidak salah kostum. Sana, ambil helm kamu. Kenapa harus pakai helm? Kita pergi pakai mobilku. Mesinnya sudah kupanasi tadi pagi. Motorku bagaimana? Parkir di garasi. Sebentar, aku buka dulu pintunya. Padma menghilang ke dalam rumah. Tidak lama setelah itu terdengar suara folding gate yang didorong membuka dan membuat celah yang cukup lebar untuk dilewati sepeda motor. Dia keluar dari sana dan memanggil Daud. Mas, parkir di dalam sini saja. Biar motornya tidak kepanasan. Oke.

129

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Padma melangkah mendekati mobilnya dan duduk di balik kemudi. Setelah mesinnya dinyalakan, dia membawa mobilnya menjauh dari folding gate. Memberi jalan kepada Daud yang sedang menuntun motornya untuk memarkirnya di dalam garasi. Setelah menutup kembali folding gate berwarna hijau itu, Daud berjalan menuju ke Padma yang telah menunggunya dan menempati jok depan di sebelah Padma begitu masuk ke dalam mobil. Berbeda dengan kakaknya, Padma Citrapata adalah pribadi yang sangat mengikuti arus modernisasi. Dalam arti yang sesungguhnya. Dengan sokongan finansial dari kedua orang tuanya yang mengalir kepadanyadi samping status anak terakhir dalam keluargadia mendapatkan hampir apapun yang dia inginkan. Ayahnya adalah seorang Direktorat Jendral di

130

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Ke-menterian Kehutanan Republik Indonesia. Sementara ibunya, adalah seorang staf rektorat di Institut Pertanian Bogor yang bertanggung jawab atas segala kegiatan penelitian dan pengem-bangan institut tersebut. Kelimpahan materi yang mengalir ke-padanya, dimanfaatkan dengan baik oleh Padma. Buktinya, gadget keluaran terbaru yang digunakannya. Dan juga, perleng-kapan dapuryang sejak ditinggal oleh kakaknya dan Mbok Ningdia ganti semuanya dengan peralatan yang lebih profe-sional dan tentunya, canggih. Agak berlebihan memang, mengingat statusnya yang masih menjadi seorang mahasiswi semester tiga. Namun kecintaan terhadap apapun yang berbau kemajuan dan teknologi mutakhir rupanya memiliki penyaluran yang baik juga. Padma adalah seorang perempuan yang sopan dan baik, juga

131

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

mandiri dan pintar memasak. Maka dari itulah, dia tidak merasa kerepotan saat kakaknya meminta Mbok Ning untuk ikut pindah ke Boyolali bersamanya. Mobil Honda All New Jazz tipe RS warna merah bertransmisi manual yang dikendarai Padma melaju dengan mantap, melintasi satu-satunya gerbang untuk masuk dan keluar dari area perumahan itu. Padma membunyikan klaksonnya, dan seorang petugas keamananyang sedang duduk di depan jendela pos jaganyatersenyum sambil melambaikan tangannya ke arah mereka. Mereka berdua langsung melintasi jalan aspal ke arah timur. Sampai di lampu merah pertigaan berlampu merah, mereka menuju ke selatan menyusuri Jl.Kaliurang. Dari sana, mobil terus bergerak perlahan, karena lalu lintas sedang ramai

132

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

pada jam-jam seperti ini. Apalagi saat melintasi pertigaan antara jalan ini dengan Jl.Damai, dan juga pertigaan yang ada di sebelah selatan PLN Gardu Induk di daerah Banteng, Sleman, yang selalu padat oleh kendaraan dari dan ke ruas Jl.Kaliurang. Perjalanan mereka memang agak sedikit tersendat karena ramainya kendaraan di akhir pekan seperti ini. Para pelajar dan mahasiswa yang tidak ada aktivitas di institusi tempat mereka mengenyam pendidikan memilih untuk menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan. Apalagi, besok adalah Hari Jadi Kota Yogyakarta, praktis mengundang para wisatawan untuk datang berkunjung. Di perempatan Kentungan, Padma masih mengemudikan mobilnya menyusuri ruas Jl.Kaliurang dan melaju ke selatan. Melewati deretan restoran yang menawarkan menu yang

133

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

beragam, mulai dari masakan Padang prasmanan sampai masakan Jepang siap saji. Mobil masih melaju ke selatan, dan mulai memasuki area Universitas Gadjah Mada. Di perempatan Mirota Kampus UGM, Padma masih mengemudikan mobilnya menuju ke selatan, melintasi Jl.C Simanjuntak, Terban. Saat melintas di depan sebuah toko yang menjual peralatan untuk mendaki gunung di jalan tersebut, Padma menoleh kepada Daud, sambil tangannya menunjuk ke sebelah kiri jalan. Itu, Mas. Toko yang aku kelola. Masih ingat? Itu toko peralatan hiking si Jusuf, bukan? Jadi bagus ya, sekarang. Siapa dulu yang pegang kendali. Yang pasti, lebih maju dibanding waktu dikelola sama Mas Jusuf. Perkenalkan, Padma Citrapata. CEO of Limitless Hike Shop.

134

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Iya. Percaya. Tidak disangka, kamu ada bakat bisnis juga. Padma tertawa. Bagaimana tidak sukses, Mas. Sekarang itu, yang terpenting adalah bagaimana kita selaku pengusaha mendekati calon pembeli. Kuncinya hanya satu. Promosi. Terus, dari mana kamu memperoleh barang-barang impor yang kamu jual? Ralat. Barang-barang dalam negeri yang kualitasnya sama dengan barang impor. Aku memadukan produksi dalam negeri dengan produksi luar negeri. Produk dalam negeri aku banderol dengan potongan harga tertentu di setiap awal bulan. Hasilnya, lumayan. Banyak pembeli yang berdatangan. Di samping itu, dengan mengandalkan media sosial, aku semakin mudah untuk melakukan promosi dan beriklan.

135

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Kenapa tidak mampir? Aku mau seminar dulu, Mas. Dari tadi yang kamu bilang itu cuma seminar saja. Tapi tidak memberi tahu di mana acara seminarnya diadakan. Lupa. Di Museum Sonobudoyo Unit II. Wijilan? Yap. Tidak terasa, mereka sudah melintasi jembatan yang membentang di atas Kali Code, yang menghubungkan Jl.Jendral Sudirman di sebelah timur sungai tersebut dengan ruas jalan yang sama di sebelah baratnya, bergabung bersama puluhan kendaraan lainnya yang bergerak perlahan akibat arus lalu lintas akhir pekan yang ramai.

136

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Tugu kapan selesai renovasinya? Dibungkus terus, keluh Padma. Sudah satu bulan ini proses revitalisasi terhadap monumen yang menjadi Landmark Kota Jogja itu dilakukan. Tugu yang dimaksud Padma adalah monumen berupa tugu berwarna putih setinggi 15 meter, dengan keempat sisinya yang menghadap ke empat penjuru mata angin, dan berada di tengah perempatan yang merupakan pertemuan antara empat jalan utama kota tersebut; Jl.Mangkubumi di selatan, Jl.Jendral Sudirman di sebelah timur, Jl.Diponegoro di sebelah barat, dengan Jl.AM Sangaji yang berada di sebelah utaranya. Monumen bersejarah ini selalu menjadi patokan bagi penduduk Yogyakarta apabila mereka memberikan petunjuk arah suatu tempat, karena letaknya yang strategis. Monumen berusia 123 tahun tersebut, diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku buwono

137

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

VII pada 3 Oktober 1889. Orang Belanda menyebutnya De Witte Paal, yang berarti Tugu Pal Putih. Pada awalnya, tugu ini tidak berbentuk persegi, namun berbentuk silindrisatau giligdengan sebuah golongatau boladi puncaknya. Dibangun pada era Sri Sultan Hamengku Buwono I,10 setahun setelah Perjanjian Giyanti11 dibuat. Tugu

10

11

Snapati Ing Ngalaga Abdulrahman Sayidin Panatagama Kalipattulah Sri Sultan Hamengku Buwono, merupakan gelar Pangeran Mangkubumi setelah bertahta di Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat. Lahir di Kartasura, 6 Agustus 1717 dan meninggal pada umur 74 tahun di Yogyakarta, 24 Maret 1792, memerintah antara tahun 1755-1792. Nama aslinya adalah Raden Mas Sujana, yang setelah dewasa bergelar Pangeran Mangkubumi. Merupakan putra dari Amangkurat IVRaja Kerajaan Mataramdengan selirnya yang bernama Mas Ayu Tejawati. Sri Sultan Hamengku Buwono ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional oleh pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 10 November 2006, karena sikapnya yang anti penjajahan dan perjuangannya yang gigih melawan VOC. Perjanjian Giyanti, adalah sebuah perjanjian yang memecah Kerajaan Mataram menjadi dua, Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Dibuat pada 13 Februari 1755, atas campur tangan Kolonial Belanda dengan strategi politik devide et impera, untuk melemahkan atau menghancurkan kekuasaan yang berada di dalam wilayah jajahannya.

138

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

yang pertama ini disebut dengan Tugu Golong-Gilig, dibangun dengan tinggi 25 meter. Tegak menjulang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Gunung Merapi di utara, Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat, dengan Pantai Parang Kusumo di Laut Selatan. Tugu ini melambangkan hubungan horizontal dan vertikal seorang manusia, dalam konteksnya sebagai pemimpin. Sebuah perlambang dari bersatunya seorang raja dengan rakyatnya dalam perjuangan melawan penjajah. Di sisi lain, terdapat makna filosofis dari budaya Jawa yang kental. Manunggaling Kawulo Gusti. Menyatunya seorang hamba terhadap Tuhannya. Saat gempa bumi yang dahsyat mengguncang wilayah Yogyakarta dan sekitarnya, dini hari tanggal 10 Juni 1867,

139

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Tugu Golong-gilig rusak menjadi beberapa bagian. Renovasi besar-besaran pun dimulai, dengan komando yang dipegang oleh Opzichter van Waterstaat12 JWS van Brussel dari VOC13,

12 13

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kolonial Belanda. Sebelum VOC dibentuk, banyak maskapai-maskapai dagang kecil dari Belanda yang berlayar menuju daerah Hindia Timur untuk melakukan perniagaan. Mereka bersaing satu sama lain dalam mendapatkan untung. Semakin lama, persaingan yang terjadi di antara maskapaimaskapai kecil tersebut semakin tidak sehat. Kerajaan Belanda akhirnya mendirikan satu persatuan dagang bagi mereka pada tanggal 20 Maret 1602 bernama Vereenigde Oost indische Compagenie, mulai dari Kaap de Goede Hoop (Tanjung Harapan) ke sebelah timur sampai Semenanjung Magelhaens, sehingga saudagar atau maskapai di luar wilayah itu tidak dibolehkan untuk melakukan perniagaan di sana. VOC juga mendapatkan wewenang untuk membuat perjanjian dengan penduduk suatu negeri jajahan atas nama penguasa kolonial di negeri tersebut. Sebagai maskapai persatuan dagang, VOC juga mendapatkan fasilitas dan keistimewaan yang didapatkan oleh maskapai kerajaan lain pada masa itu sebagai perpanjangan tangan mereka dalam memperluas area jajahan mereka; membentuk satuan prajurit, mendirikan benteng, mencetak mata uang dan menetapkan Gouverneur dan pejabat pemerintah lainnya. Seluruh pejabat pemerintah tersebut harus bersumpah setia kepada penguasa wilayah dan organisasi VOC. Dan sebisa mungkin, VOC harus ikut berpartisipasi dalam melakukan perlawanan terhadap siapa saja yang memusuhi Belanda.

140

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

di bawah pengawasan Pepatih Dalem Kanjeng Raden Adipati Danurejo V. Padma membawa mobil melaju ke jalan yang membentang di sebelah selatan tugu, dan lurus terus sampai di sebuah belokan ke kiri, di sebelah timur Stasiun Tugu. Dari sini, ruas jalan berbelok ke kiri menyusuri jalanan menurun dan kembali menanjak dan berbelok di bawah jembatan rel kereta, menuju ke lampu merah di simpang Gardu. Kemudian, mobil yang mengangkut Daud dan Padma itu melintas di Jl.Mataram. Ruas jalan ini berlanjut ke Jl.Mayor Suryotomo sampai ke lampu merah di perempatan Sayidan, dan Padma mengemudikan mobil menuju ke selatan. Sampai di sebuah pertigaan sebelum Jogjatronik, Padma berbelok ke kanan, ke Jl.Ibu Ruswo. Setelah itu, mobil me-

141

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

lintasi Plengkung dan masuk ke Jl.Wijilan. Kurang lebih 100 meter dari Plengkung, Padma masuk ke sebuah gang kecil di sebelah barat jalan yang terkenal dengan sentra Gudeg ini, dan menyusurinya sampai di ujung jalan lalu masuk ke sebuah area parkir yang tidak terlalu ramai di depan gerbang masuk Museum Sonobudoyo Unit II. Padma memarkir mobilnya di sebelah selatan bangunan masjid kecil yang berada di barat gerbang. Setelah mematikan mesin mobilnya, ia segera turun dari mobil. Sialnya, bagi Daud, Padma bukanlah tipe wa-nita yang gemar berlama-lama memeriksa dandanannya di de-pan cermin mobil sebelum turun. Dan ini membuat Daud tidak memiliki kesempatan untuk merokok sebelum masuk. Ayo, Mas. Kita masuk ke dalam.

142

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Aku mau merokok sebentar. Kamu masuk saja, nanti aku menyusul. Ah. Payah. Bagaimana mau sehat, kebiasaan buruk begitu belum juga bisa dijauhi. Aku tunggu, cepat merokoknya. Mana bisa diburu seperti itu, Padma. Harus rileks, merokok itu. Memang seminarnya sudah mulai, ya? Belum, sih. Nanti, jam setengah satu. Masih ada waktu satu jam. Terus, kenapa buru-buru? Oh, aku tahu. Ada janji ya, sama pacarmu? Padma mencubit pinggang Daud. Agak keras, sehingga membuat yang dicubit meringis kesakitan. Tapi itu tidak menahan Daud untuk mengeluarkan bungkus rokok kreteknya

143

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dari saku kemeja berbahan flannel yang dipakainya. Dia mengambil sebatang, lalu menyulutnya. Dari pertama Mas Daud tanya, sampai sekarang pun, aku masih tidak punya pacar. Makanya, dandan. Daud tidak yakin telah memberi saran yang baik. Dia pun sebenarnya tidak menyukai perempuan yang berdandan. Daud lebih suka kepada wanita yang tampil apa adanya. Sedikit toleransi, hanya bedak tipis untuk melapisi kulit wajah tanpa terlihat mencolok. Buat apa? Aku suka tampil apa adanya, seperti ini. Aku juga begitu, jawab Daud. Namun jawabannya ini bahkan tidak terucap oleh bibirnya. Kita keluar dulu, bagaimana? Kembali ke Jl.Wijilan. Kita jalan kaki saja.

144

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Ide bagus, Mas. Aku lapar. Cari gudeg saja, sambil menunggu. Aku tahu, gudeg yang paling enak di kawasan ini. Keduanya berjalan kaki menuju ke sebuah tempat makan yang menyediakan hidangan khas Yogyakarta itu. Mereka memilih tempat duduk lesehan, memesan dua porsi nasi gudeg dan dua gelas es teh manis. Padma menambahkan pesanan, satu botol air mineral. Di saat yang sama, di depan rumah yang berada di dalam area hunian cluster yang ditinggal penghuninya untuk menghadiri sebuah seminar seni. Terparkir sebuah mobil Jeep yang pada malam sebelumnya membawa Jusuf menuju Semarang. Baru lima menit mobil itu berada di sana. Kacanya tertutup rapat. Namun di baliknya, seorang pria berpotongan militer sedang mengamati rumah itu dengan teliti. Dia mencari tanda-

145

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

tanda dari penghuninya. Namun, kelihatannya dia tidak mendapatkan apa yang diharapkan. Ayo. Kita pergi dari sini. Rumah ini kosong. Sepertinya, informasi yang kita dapatkan kurang akurat. Siap, Inspektur, jawab orang yang berada di balik kemudi. Dan tidak lama kemudian, mobil itu pun mulai berjalan menjauh dari rumah itu. Si pengemudi membelokkan mobil ke kanan dan melintas di Jl.Kapten Haryadi begitu mereka keluar dari area cluster, menuju ke Jl.Gito-gati. Setelah melewati lampu merah kedua di Jl.Magelang setelah Terminal Jombor itu, mobil berbelok ke kanan dan melintas di ruas jalan yang berada di sebelah timur Alun-alun Sleman, yang juga dikenal sebagai Lapangan Denggung. Tiba-tiba, atasannyapria yang

146

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dipanggil si pengemudi dengan sebutan Inspekturmemintanya untuk menepi dan berhenti. Setelah mobil berhenti, atasannya itu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang lewat sebuah jalur yang aman. Panggilan masuk yang dilakukan oleh pria itu terlebih dahulu melewati alat anti sadap portabel yang dapat menginskripsi gelombang suara menjadi paket-paket data terlindung, sebelum tersambung ke alat komunikasi menggunakan piranti lunak dengan sistem yang sama untuk membuka paket-paket data tersebut dan mengupas perlindungannya untuk kembali menjadi suara biasa. Lapor. Target tidak ada di tempat. Kami menunggu perintah selanjutnya.

147

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Belum ada tanggapan. Sampai sepuluh detik kemudian, orang yang dihubunginya akhirnya bersuara. Kalau begitu, lakukan rencana kedua. Kalian intai sebuah tempat kost di daerah Gondokusuman, Demangan. Koordinat akan kalian terima setelah hubungan ini berakhir. Hanya mengintai? Amati dulu saja. Lihat, target sedang berada di sana atau tidak. Jika kalian mendapatkan visual, dan bila memungkinkan, segera ringkus dan bawa. Jangan bertindak gegabah. Lokasi berada di tempat padat penduduk. Sebisa mungkin jangan memancing kecurigaan warga di sana, dan jangan bertindak gegabah. Saya ingin target dibawa dalam keadaan hidup. Jelas? Sangat jelas. Laksanakan, Pak.

148

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Hubungan pun terputus. Tidak berapa lama setelah itu, sebuah titik koordinat lokasi yang akan mereka datangi dikirim melalui pesan singkat ke ponsel sang Inspektur. Sambil mengetikkan angka-angkanya pada perangkat GPS di dashboard mobil, dia memerintahkan pengemudinya untuk melanjutkan perjalanan ke tujuan selanjutnya. Pengemudi tersebut sedang memutar mobil Jeep yang dikendarainya dan masuk ke ruas Jl.Magelang yang mengarah ke selatan, saat perangkat GPS menampilkan petunjuk arah tempat tujuan mereka. Atasannya yang duduk di sebelahnya telah memberikan pengarahan singkat tentang tugas yang mereka kerjakan, malam sebelumnya ketika mereka telah mengantarkan paket yang dimaksud oleh seseorang yang memberi mereka perintah. Dia tidak mengenal siapa orang itu. Namun

149

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

baginya, begitu sang Inspektur mendapatkan perintah untuk melakukan suatu tugas, dapat dipastikan orang yang menghubunginya bukanlah orang sembarangan. Sudah dua hari ini mereka belum mendapatkan istirahat yang cukup. Walau begitu, tugas tetaplah tugas. Dan baginya, tidur hanya akan membuang-buang waktu. Mobil yang dikendarainya itu telah melintasi Jl.Gito-Gati untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari satu jam. Kini, dia mengendarai mobil dengan kecepatan yang cukup untuk membuat orang lain melontarkan sumpah serapah kepadanya. Namun, pimpinannya duduk dengan tenang, seperti sudah terbiasa dengan kecepatan yang tidak lazim dengan arus lalu lintas yang ramai. Dalam benak si pengemudi, dia berpikir,

150

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

mungkin pimpinannya itu akan tenang saja bila menaiki jet coaster. Jeep berwarna hitam dengan plat nomor sipil berpenumpang dua orang itu sekarang berlari di Jl.Palagan Tentara Pelajar, melewati kompleks hotel Hyatt. Mengarah ke selatan, kemudian berbelok ke kiri, melintasi Ring Road Utara dan menuju ke Jl.Gejayan. Walaupun jalan yang dilaluinya cukup ramai, kecepatannya tergolong stabil tanpa ada penurunan yang berarti. Hanya lampu merah di perempatan Kentungan saja, yang membuat mobil ini berhenti sama sekali. Perangkat GPS menunjukkan, si pengemudi harus menyusuri Jl.Gejayan sampai ke ujungnya di simpang empat di selatan Pasar Demangan. Dari sana, kemudian berbelok ke kiri, dan masuk ke sebuah gang di kiri jalan Jl.Laksda Adisucipto

151

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

yang berada di sebelah sebuah toko emas. Dia sempat melirik ke arah toko emas itu, saat membelokkan setir mobil yang dikendarainya. Dalam hatinya, dia menimbang-nimbang untuk menjadi perampok saja setelah misi ini berakhir. Menguras habis perbendaharaan toko yang dirampoknya, membagi hasil dengan rekannyajika dia membutuhkan bantuan orang laindan kabur ke negeri yang tidak memiliki perjanjian ekstradisi dengan Indonesia. Untungnya, dia masih lajang dan belum berkeluarga. Pimpinannya memperhatikan raut wajah bawahannya itu. Sepertinya, dia juga memikirkan hal yang sama, dan ikut menoleh ke toko emas yang berada di sebelah kirinya.

152

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Gang yang mereka lalui sangat sempit dan hanya dapat dilintasi satu mobil saja. Ditambah dengan empat ban off-road pada mobil tersebut, membuat gang ini tidak akan cukup bahkan untuk dilalui oleh seorang pejalan kaki di pinggirannya. Saat menoleh ke arah perangkat GPS, si pengemudi seakan menyerah dari tugasnya. Jangankan untuk mengintai, dia bahkan tidak melihat adanya cukup ruang untuk memarkir mobilnya di gang ini. Titik lokasi yang ditandai dengan titik merah di layar GPS berkedip dalam jaraknya yang sangat dekat. Dengan gelisah, si pengemudi memandangi gerbang kayu dari lokasi yang mereka tuju. Dia bertanya kepada orang yang memimpin tugas ini yang duduk di sampingnya itu. Bagaimana ini? Pengintaian tidak mungkin dilakukan. Siapa bilang? Kita masih bisa melakukannya.

153

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Tapi bagian jalan ini terlalu sempit, dan saya tidak bisa memarkir mobil ini di depan gerbang lokasi target. Improvisasi. Itu yang harus kita lakukan. Si pengemudi belum melihat adanya peluang. Namun pemimpinnya itu adalah orang yang sangat oportunis. Bahkan terlalu oportunis. Bawa mobil ini menyusuri gang yang di kanan itu, sang Inspektur menunjuk sebuah gang yang mengarah ke kanan, pada pertigaan yang ada di depan mereka. Keluar dari area ini dan parkir di depan bank di pinggir jalan sana. Si pengemudi tidak menyahut. Dia masih menunggu pria yang duduk bersamanya itu menguraikan apa yang dimaksud dengan improvisasi yang dikatakannya itu. Mobil yang

154

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dikemudikannya melaju pelan menuju ke tempat yang ditunjuk oleh sang Inspektur. Setelah mobil terparkir, pria berambut cepak berpangkat Inspektur Polisi Satu itu membuka pintu dan turun dari mobil. Si pengemudi terkejut, namun tidak mengatakan apapun. Dia berusaha untuk menghilangkan rasa penasarannya dengan mendengarkan lagu lewat pemutar DVD di dashboard. Di luar, sang Inspektur memutuskan untuk berjalan kaki menyusuri jalanan sempit yang baru saja dilewatinya. Improvisasi ini harus diambilnya, karena tempat yang tidak memungkinkan untuk melakukan pengamatan langsung seperti yang dilakukannya satu jam yang lalu. Dia memutuskan untuk masuk ke tempat yang oleh perangkat GPS di mobil ditandai oleh titik merah. Sebisa

155

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

mungkin, dia akan mengorek informasi dengan sehalus mungkin dari pemilik rumah. Dia juga menahan dirinya agar tidak melakukan kekerasan dan pemaksaan terhadap siapapun yang akan diinterogasinya nanti. Gerbang kayu yang belum lama ini dilihatnya, dibiarkan terbuka begitu saja. Sebelum masuk, dia memeriksa keadaan di sekeliling. Hanya ada dua buah motor yang diparkir di luar sebuah warung kopi tidak jauh dari situ. Selain kedua motor tadi, tidak terlihat lagi adanya tanda-tanda yang mengindikasikan gangguan. Bagus, pikirnya. Rencananya itu akan berjalan dengan cepat. Inspektur itu melangkah masuk ke area kost dan langsung menuju ke depan pintu rumahbangunan paling

156

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

depan dan paling besar dibanding dua bangunan di belakangnya.

157

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 4

Mbak Luki mendengar suara ketukan di pintu depan saat berada di dapur, menyiapkan nasi tim untuk makan siang anak bungsunya. Setelah mematikan kompor dan melepas celemek berwarna merah mudanya, dia melangkah menuju pintu untuk melihat siapa yang datang. Saat melintas di depan cermin yang ada di dinding ruang keluarga, Mbak Luki melirik sebentar untuk melihat penampilannya. Dia membenahi jilbab pendek berwarna biru muda yang dikenakannya bila di rumah, dan meneruskan langkahnya untuk membukakan pintu. Siapa yang siang-siang seperti ini datang ke rumahnya? Dia penasaran.

158

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Mungkin hanya seorang pemuda yang membawa proposal, memintanya dengan sopan agar menyisihkan sebagian dari rezeki yang dia peroleh lewat usaha penyewaan kamar bagi para pendatang, yang sudah digelutinya selama dua tahun terakhir. Atau mungkin itu Ibu Mar tetangganyaatau ibu-ibu tetangganya yang lainyang ingin meminta sedikit tambahan bumbu dapur. Namun, jika benar itu Ibu Mar, dia tidak akan mengetuk pintu depan, melainkan langsung ke pintu samping yang langsung terhubung dengan dapur. Siapapun orang yang sedang menunggunya di depan pintu, itu pastilah orang asing. Suara ketukan itu terdengar lagi. Kali ini, dengan jelas Mbak Luki mendengar suara orang yang mengetuk pintunya mengucapkan selamat siang. Suara seorang lelaki, tegas dan

159

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

pasti. Ini semakin membuatnya penasaran, dan merasa sedikit takut. Mbak Luki tinggal bersama kedua anak lelakinya di rumah yang besar ini. Sulungnya yang berumur lima belas tahun sedang sekolah, dia akan sampai di rumah pukul empat nanti. Sementara bungsunya masih berumur dua belas bulan. Suaminya yang berprofesi sebagai konsultan untuk konstruksi bangunan sedang bertugas di Medan, dan baru akan pulang ke Yogyakarta akhir tahun nanti. Adik sepupu laki-lakinya, Thoriq, bekerja di sebuah perusahaan pengembang aplikasi untuk smartphone asal Perancis yang berkantor di Gedung Pacific sebagai game tester juga tinggal di sini, merangkap sebagai asistennya dalam hal pengelolaan kamar kost. Namun dia tidak tidur di dalam rumah, melainkan di salah satu kamar

160

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

kost yang berada paling timur di ujung area seluas sembilan ratus meter persegi ini. Tepat dugaannya. Seorang lelaki yang usianya sekitar tiga puluh dua tahun berdiri di depan pintunya. Mengenakan jaket kulit hitam, berkacamata hitam, dengan sepatu kulit pendek setumit yang juga berwarna hitam. Hanya celana pantalon panjangnya yang berwarna coklat gelap. Model rambutnya yang cepakdan kelihatan baru dicukur itulebih menegaskan dari mana dia berasal. Mbak Luki tidak melihat earpiece yang digunakan oleh tamunya itu, karena pria ituyang menyadari kalau perangkat komunikasinya itu akan membuat tuan rumah curigamelepasnya, dan menyembunyikannya di balik kerah bajunya tepat sebelum pintu terbuka.

161

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Selamat siang. Perkenalkan, saya Tegar. Lelaki itu mengulurkan tangannya untuk berjabatan tangan. Tentu saja, itu bukanlah nama sebenarnya. Namun Mbak Luki hanya menangkupkan kedua tangannya di depan dada, sambil menyebutkan namanya. Lelaki itu kelihatan agak kaget, dan segera menarik tangannya. Dia maklum. Batinnya langsung menarik kesimpulan, wanita yang membukakan pintu ini, adalah seorang muslimah yang taat. Meskipun begitu, dia sendiri kurang yakin dengan definisi kata taat yang dipahaminya. Silahkan duduk di sini, Pak Tegar. Mbak Luki menunjuk ke salah satu dari empat bangku kayu yang mengelilingi sebuah meja bundar yang ada di teras di samping pintu. Ada yang bisa saya bantu?

162

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Inspektur itu pun menjalankan rencananya. Berpura-pura sebagai seorang satpam asal Muntilan yang baru saja diterima kerja di sebuah hotel di dekat sini, dan ingin mencari sebuah kamar yang bisa disewanya sebagai tempat tinggalnya di kota ini. Pak Tegar dari Muntilan? Keponakan saya dan temantemannya yang kost di sini juga berasal dari sana. Wah, kebetulan sekali. Di daerah mana, Pak? Ya. Memang kebetulan sekali. Pikir sang Inspektur. Suatu keuntungan yang tidak diduga-duga. Proses ini akan berjalan lebih mudah dari perkiraannya. Dan oleh karena itu, sepertinya ancaman dan tindakan pemaksaan yang biasa dilakukannya dalam menghadapi sumber

163

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

informasi yang keras kepala tidak akan dilakukannya. Atau belum, lebih tepatnya. Mbak Luki menjawab keinginan palsu sang Inspektur. Masih ada dua kamar kost yang kosong. Penghuni sebelumnya telah lulus kuliah dan kembali ke tempat asalnya. Sebelum memberikan penjelasan mengenai peraturan dan tata tertib yang berlaku, dia menawari tamunya itu minum. Tapi sepertinya, tamunya itu hanya ingin melakukan sebuah kunjungan singkat. Maaf, saya ingin bertanya sebelumnya. Kalau boleh tahu, Pak Tegar ini dapat info tentang kost ini dari mana, ya? Sang Inspektur memberikan jawaban yang dikarangnya sendiri. Dia mengatakan, mendapatkan info dari seorang saudara jauhnya yang juga menyewa kamar di sini. Namanya

164

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Daud. Dia juga mulai mengajukan satu persatu pertanyaan yang telah dirancangnya tadi saat berjalan dari mobil menuju ke sini. Dan dari orang-orang yang satu tingkat dengannya di kemiliteran, mungkin dia adalah orang yang paling cepat untuk berimprovisasi dan membuat sebuah rencana alternatif yang efisien. Bakat seni teater yang diperolehnya waktu SMP agaknya cukup membantunya terlihat meyakinkan dalam menjalankan setiap improvisasinya itu. Orang yang mengutusnyajuga bawahan yang menunggunya di parkirantidak mengetahui apa yang sedang dilakukannya sekarang ini. Mungkin nanti. Pak Tegar masih punya hubungan saudara dengan si Daud? Kebetulan sekali. Tapi sayangnya, Daud tidak lagi ting-

165

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

gal di sini. Saya lupa kapan dia pamit. Tapi yang jelas, belum ada satu tahun ini. Apa? Kalau begitu, informasinya telah kadaluwarsa? Sang Inspektur mencoba menyusun rencana tambahan dan berusaha untuk mengorek lebih banyak info me-ngenai target ketiganya itu. Dua belas jam sudah berlalu, pikirnya. Dan dari empat paket yang menjadi tugasnya, baru satu yang didapatnya. Semalam. Dia memikirkan pertanyaan lainnya. Dan menunggu waktu yang tepat untuk mengajukannya. Sementara, handietalkie yang tersembunyi di balik jaket kulitnya tersamar dengan baik. Dia juga telah mematikannya, agar tidak mengganggu jalannya rencana.

166

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Daud bilang, dia akan pindah ke Boyolali. Saya tidak tahu di mana. Tapi seingat saya, sepertinya dia menyebut kalau rumah yang akan dia tempati nanti itu letaknya di Sawit, Boyolali. Tempat siapa ya, Bu? Tempat temannya, yang menjemput dan membantu memasukkan barang ke mobil yang dibawanya. Namanya Jusuf. Saat berbincang sebentar setelah beres-beres, temannya Daud itu bercerita mengenai rencananya mendirikan sebuah tempat pendidikan untuk anak-anak. Semacam sanggar, tapi dilengkapi tempat pengajian dan juga pendidikan keterampilan lainnya. Bagus. Petunjuk baru lainnya. Apa Bu Luki tahu, nama sanggarnya?

167

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Sebentar, saya ingat-ingat dulu. Mbak Luki mencoba mengingat-ingat nama sanggar yang dimaksud. Dia mencoba untuk memberikan bantuan bagi tamu yang sedang duduk bersamanya ini. Mbak Luki cukup mengenal Daud. Dia adalah pemuda yang baik, dan selalu memberikan bantuan apabila dibutuhkan. Jadi, sebisa mung-kin Mbak Luki ingin mempertemukan Daud dengan orang yang mengaku sebagai saudara jauhnya ini. Namanya Kandang Ndhoro, Pak. Saya tidak tahu alamatnya. Tapi mungkin Pak Tegar bisa mencarinya di internet. Karena, menurut apa yang saya dengar dari temannya Daud, sanggarnya itu punya website. Oh, begitu. Boleh saya minta nomor telepon saudara saya?

168

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Mbak Luki bingung. Tamunya ini meminta nomor telepon Daud? Bukankah tadi dia bilang, mendapat info kost darinya? Kelihatannya, orang itu pun merasakan keganjilan dari pertanyaannya, dan segera memberikan keterangan pal-su selanjutnya. Maaf, kalau membuat bingung. Maksud saya, apa Bu Luki punya nomor Daud yang lain yang bisa saya hubungi? Karena nomor Daud yang pernah saya simpan ini ternyata sudah tidak aktif. Baru pagi ini saya menghubunginya, tapi selalu gagal. Oh. Begitu. Daud memang sempat mengganti nomornya. Sebentar, saya permisi ke dalam untuk mengambil ponsel. Benar, Pak Tegar tidak mau minum? Kalau mau, sekalian saya

169

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

buatkan. Jangan sungkan, tidak apa-apa. Daud juga sudah saya anggap seperti saudara sendiri. Terima kasih. Tapi tidak usah. Saya juga tidak bisa lama. Mbak Luki pun langsung masuk kembali ke dalam dan menuju ke kamar untuk mengambil ponselnya. Anak bungsunya masih tidur di ranjang double size yang ada di kamarnya ini. Ini, Pak Tegar. Nomor Daud yang baru. Mbak Luki berdiri di depan pintu sambil membuka kontak di telepon genggamnya itu, dan kemudian mendiktenya dengan perlahan. Sang Inspektur mulai mengetikkan nomor telepon targetnya. Setelah menyimpannya, dia membayangkan reaksi

170

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dari orang yang menyuruhnya begitu tahu perkembangan dari tugas yang sedang dikerjakannya ini. Orang yang mengaku bernama Tegar dengan status sebagai saudara jauh Daud ini bukanlah seorang yang bertugas untuk misi-misi khusus di kesatuannya. Namun, tugas-tugas seperti ini selalu diperolehnya dari siapapun yang menghubunginya. Yang pasti, mereka adalah orang-orang penting. Walaupun dia harus mengerjakan permintaan kliennya dengan mencuri-curi waktu dinas, dia tidak pernah melakukan promosi terang-terangan akan usaha sampingannya ini. Hanya berita dari mulut ke mulut perihal keberhasilannya, yang membuat reputasinya semakin menanjak, di bidang intelijen tak resmi yang telah digelutinya selama lima tahun. Kebutuhan ekonomi yang ditanggungnya, tidak sepadan dengan pedapatannya dari

171

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dinas setiap bulannya. Dan ini merupakan bisnis menggiurkan baginya. Baik, kalau begitu saya permisi dulu, Bu Luki. Paling lama, satu minggu lagi saya akan kembali untuk mengurus masalah penyewaan kamar, kata sang Inspektur yang segera beranjak dari duduknya. Oh. Iya, Pak Tegar. Terima kasih sudah mau datang. Sekali lagi, jangan sungkan jika ingin mampir. Saya yang seharusnya berterima kasih. Bu Luki sudah begitu baiknya menerima orang asing seperti saya. Lalu, pria itu pun berjalan keluar. Menuju ke mobil yang sedang terparkir di depan bank. Menunggu dirinya. Mbak Lukiyang masih berdiri di depan pintu rumahmemandangi tamunya itu sampai menghilang di balik tembok pembatas area

172

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

tempat tinggalnya dengan gang di depannya. Dengan ponsel yang masih tergenggam di tangan kanannya. Kemudian, dia memutuskan untuk menelepon Daud dan memberitahunya perihal kedatangan saudara jauhnya. Sementara di luar, sang Inspektur berjalan menyusuri jalan kecil yang tadi dilaluinya. Dia mengeluarkan ponselnya dan menggunakannya untuk mencari website dari sanggar yang dimaksud, lewat aplikasi mobile browser yang terdapat pada ponselnya. Sambil mengetikkan nama sanggar itu di kolom pencarian, dia bertanya-tanya kepada dirinya sendiri, apakah pria yang mengantarkan Jusuf semalam itu termasuk targetnya. Walau protes keberatan dalam menerima instruksi dari orang yang menugasinya adalah terlarang, namun intuisinya

173

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

mengatakan ketidakefisienan pada orang tersebut. Dan ini membuat sang Inspektur menyadari satu hal. Dasar, sipil! Sang Inspektur kembali mengenakan earpiece-nya dan menyalakan handie-talkienya. Dan saat melihat hasil pencariannya membuahkan hasil, dia menghubungi bawahannya di mobil. Imam, sang Inspektur mendesah lesu, siapkan mobil. Kita akan berangkat. Boleh tahu ke mana, Inspektur? Sawit, Boyolali.

174

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 5

Hari telah menjelang sore, saat seminar yang dihadiri oleh Padma dan Daud selesai. Hanya tinggal mereka berdua yang masih duduk di dalam mobil yang terparkir di tempat yang sama seperti saat mereka tiba tadi, sementara peserta lainnya telah meninggalkan area gedung yang digunakan untuk seminar dan menjalankan aktivitasnya masing-masing. Daud masih terguncang setelah menerima telepon dari Mbak Luki beberapa jam yang lalu, saat seminar masih berlangsung. Dia kembali mengeluarkan ponsel buatan Korea yang digunakannya itu, dan mengecek log panggilan masuk. Dalam hatinya dia berharap, apa yang disampaikan Mbak Luki tadi hanyalah halusinasinya saja. Namun, harapannya itu

175

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

terhapus begitu saja ketika matanya menatap ke layar telepon genggamnya dan melihat sebuah nomor telepon dengan nama kontak Juragan Kost di urutan paling atas pada log panggilan. Kita mau ke mana, setelah ini? Tanya Padma kepada teman kakaknya itu. Daud tidak langsung menjawab. Dirinya sedang menimbang-nimbang untuk meminta agar Padma mengantarnya ke rumah yang ditempatinya bersama Jusuf dan Mbok Ning. Rasa curiganya sejak semalam saat mengantar Jusuf untuk bertemu dengan penjemputnya di depan gedung Perpustakaan Kota Yogyakarta, kini berubah menjadi ketakutan. Tepat dugaanku, pikirnya. Pertemuan yang sedang dilakukan Jusuf itu memang sangat ganjil baginya.

176

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dan kunjungan dari orang yang mengaku sebagai saudara jauhnya bernama Tegar ke kediaman Mbak Lukitempat tinggalnya selama empat bulan di masa transisi dari rumah di Ngaglik menuju ke Sawitsemakin membuat Daud merasa yakin, kalau keamanan dirinya dan juga orang-orang di sekitar Jusuf berada dalam bahaya. Pertama, tidak ada seorang pun saudaranya yang bernama Tegar. Dan yang kedua, berdasarkan keterangan dari Mbak Luki, orang itu memiliki ciri-ciri yang sama seperti yang orang yang dilihatnya semalam. Dalam hatinya dia merasa heran, bagaimana orang-orang itu mengetahui tempat tinggal sementaranya itu? Daud memikirkan berbagai kemungkinan. Berbagai akun di sosial media miliknya tidak mencantumkan petunjuk apapun mengenai tempat kost di Gondokusuman, Demangan itu. Satu-

177

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

satunya tempat yang mengetahui keberadaannya di sana, adalah kantor di mana Thoriq, temannya, bekerja. Karena waktu itu, Daudatas bujukan Thoriq dan teman-teman kerjanya yang tinggal di tempat kost yang samayang pernah mencoba-coba mengikuti tes penerimaan pegawai di kantor cabang dari perusahaan berbasis teknologi digital itu mengisi kolom alamat di formulir pendaftaran dengan alamat tempat kost, yang dikirimnya via email. Sebuah kesempatan dan juga peluang yang menggiurkan, karena selain gaji yang diperoleh, mereka yang bekerja di sana dapat dengan bangga mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang terpilih yang dapat bergabung bersama perusahaan bertaraf internasional yang baru membuka cabangnya di Indonesia tahun 2010 lalu tersebut. Usahanya itu

178

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

gagal, karena perusahaan itu tidak menghubunginya selama empat minggu setelah sesi wawancara pertama. Apakah mungkin mereka telah menyadap emailku? Bagaimanapun, akun emailnya adalah sebuah akun gratis yang umum digunakan oleh orang lain, yang tentunya tidak akan mendapatkan pelayanan keamanan yang lebih dari penyedianya. Tubuhnya terasa semakin kehilangan daya. Daud pun menyandarkan kepalanya dan matanya lurus menembus kaca mobil, menatap kosong ke arah tembok yang berada di depannya. Mas Daud. Kenapa diam? Eh, kenapa? Aku tanya, kita mau ke mana setelah ini?

179

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Aku sekarang ini statusnya sebagai sandera. Kamu penculiknya. Bahkan Daud sendiri tidak percaya bahwa mulutnya sendiri yang mengatakannya. Ah, Mas Daud jahat. Masa aku dibilang penculik, Padma langsung menanggapi jawaban dari Daud. Matanya yang tadinya terpejam, kini membuka dan memandang ke arah orang yang duduk di sampingnya itu. Hanya tubuhnya yang dibiarkan dalam posisi yang sama sejak keluar dari gedung seminar dan masuk ke mobil, bersandar ke sandaran jok yang diturunkan membuat punggungnya nyaris lurus dengan kakinya yang terjuntai ke bawah. Daud ingin mengatakan kalau keselamatan Jusuf dan dirinyamungkin juga Mbok Ning dan Padmasedang terancam karena adanya seseorang berpenampilan militer mengen-

180

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

darai mobil Jeep yang misterius yang sedang mencari-carinya, dan mengetahui lokasi tempat tinggal mereka. Namun Daud menahan dirinya. Dia tidak ingin membuat Padma merasakan ketakutan yang juga dirasakannya. Mas, kenapa mukanya begitu? Sakit, ya? Padma memperhatikan keanehan yang ditangkapnya saat memandang Daud. Dia baru sadar, kalau ekspresi orang yang duduk disampingnya itu lebih mencerminkan ketakutan daripada raut wajah orang yang sedang menahan sakit. Mas Daud kenapa? Ada apa sebenarnya? Padma mulai khawatir. Daud hanya menolehkan mukanya menghadap ke perempuan muda di sebelahnya itu. Mata mereka bertemu. Dan untuk beberapa saat, keduanya membeku dalam diam.

181

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Tidak ada apa-apa. Aku ikut rencana kamu saja. Daud sebenarnya sedang memikirkan tempat lain yang tidak ada hubungannya dengan orang-orang yang bisa jadi telah didatangi oleh penumpang mobil Jeep itu. Satu kerugiannya adalah kenyataan bahwa Mbok Ning tidak pernah mau menerima telepon genggam jenis apapun yang pernah dicoba untuk diberikan oleh Jusuf kepadanya. Alasan Mbok Ning, dia tidak membutuhkan alat komunikasi. Selain itu, dia juga tidak bisa menggunakannya. Lagipula, siapa yang akan menghubunginya? Adiknya di kampung halaman pun tidak memiliki perangkat tersebut. Aku jadi khawatir sama Mbok Ning. Memangnya ada apa sih, Mas? Sepertinya ada rahasia yang belum aku tahu.

182

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Memang ada. Keselamatan kalian berdua sedang terancam! Tidak apa-apa. Aku sedang membayangkan bagaimana repotnya Mbok Ning yang sendirian mengurus keperluan untuk anak-anak yang berlatih di sanggar hari ini, jawab Daud, berbohong. Mas Daud seperti tidak mengenal Mbok Ning saja. Kalau cuma anak-anak kecil ditambah dua orang instruktur tari, Mbok Ning pasti sanggup mengatasinya. Mereka semua tidak sebanding dengan kerepotan Mbok Ning mengurus Jusuf sewaktu kecilnya. Padma tertawa setelah berkomentar tentang hubungan antara kakaknya dengan pengasuhnya itu. Tahu dari mana? Ibu yang cerita. Aku kan, belum lahir waktu itu.

183

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Padma, lebih baik kita pindah tempat. Ke mana saja, terserah kamu. Yang penting keluar dari sini. Daud berusaha agar suaranya terdengar setenang mungkin, sambil menutupi kekalutan yang menderanya. Dia belum pernah sekalipun belajar mengenai yoga. Namun yang diketahuinya, ritual menahan nafas sambil memejamkan mata dan menghembuskannya melalui mulut secara perlahan sebanyak tiga kali mampu memberikan ketenangan. Oke. Suntuk juga lama-lama di sini. Padma menaikkan jendela mobil, dan menyalakan mesinnya. Setelah berputar dan keluar dari jalan akses museum, mobil pun kembali meluncur dengan mulus di Jl.Wijilan. Mereka telah mengetahui nomor teleponku, batin Daud. Orang-orang yang menjemput Jusuf semalam.

184

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dan perlahan, ada perasaan lain yang merasukinya begitu dia mengerti bahwa firasatnya tidak salah. Ponselnya, yang masih berada di dalam genggamannya pun dia matikan, untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Orang-orang itu bisa melacak alamat kost yang pernah kuhuni, hatinya berbisik dengan was-was. Dan bukan tidak mungkin apabila mereka akan melacak keberadaanku lewat sinyal ponsel! Seiring dengan semakin sorenya hari, Daud memanjatkan sebuah doa yang sederhana di dalam hati. Saat ini, dia tidak mampu menyusun kata-kata yang panjang dan lebih spesifik atas permohonannya. Hanya tiga kata. Tolong aku, Tuhan.

185

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 6

Jauh di selatansekitar 15 kilometer dari wilayah keraton Yogyakarta. Seorang lelaki berusia 27 tahun sedang bersantai, di sebuah bangku alumunium di teras rumahnya di daerah Ngaglik, Bantul. Sendirian. Hanya kepulan asap yang keluar dari segelas teh manis dan satu piring pisang gorengyang terhidang di atas meja di sebelahnyayang menemani saat bersantainya itu. Istrinyayang dinikahinya tujuh bulan lalu sedang mengikuti pengajian rutinnya di sebuah masjid besar yang tidak jauh letaknya dari rumah mereka ini, bada Maghrib tadi. Dia ingin sekali berbaring di ranjang untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. Hari ini jadwalnya mengajar

186

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

matematika secara privat sangat padat dibandingkan dengan hari lainnya. Ada empat orang anak berusia antara 12-15 tahun, yang tinggal di empat wilayah yang berbeda. Dan dia baru saja pulang satu jam yang lalu. Dalam hati, dia berjanji kepada dirinya sendiri, akan beranjak menuju ke ranjang empuknya di kamar dan beristirahat begitu kolom opini publikyang sedang menyoroti sebuah film Innocence of Muslims yang bernada rasismedi lembar koran yang dipegangnya itu selesai dibacanya. Namun, keinginannya itu harus tertunda. Ada sebuah panggilan masuk. Dia pun meraih ponselnya di atas meja, dan melihat nomor tanpa nama tertampil di layarnya. Saat jarinya menekan tombol hijau, terdengarlah suara seorang lelaki di ujung sana.

187

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Halo, Mas Adi? Di mana? Maaf. Ini siapa, ya? Oh iya. Ini aku, Mas. Daud. Ini nomor siapa? Aku di rumah. Kenapa? Nomor teman. Aku mau mampir ke sana, boleh? Kebetulan sedikit lagi sampai. Oke. Panggilan itu pun ditutup oleh si penelepon. Dan kini, dia kembali meraih lembaran koran yang tadi di letakkannya itu untuk melanjutkan membaca. Tetapi pikirannya sekarang tidak lagi tertuju kepada barisan kalimat di dalam artikel yang dibacanya. Daud? Ada apa meneleponku di waktu seperti ini? Bukankah dia sekarang tinggal di Boyolali?

188

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Namun pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya berkeliaran dalam benaknya dan tidak mendapatkan jawaban yang memadai. Dua puluh menit setelah Daud meneleponnya, Adi berdiri dari tempatnya duduk saat melihat sebuah mobil berwarna merah di jalanan kecil di samping rumahnya. Dari sorot lampunya ia mengetahui, mobil itu sedang berbelok menuju ke arahnya, yang masih berada di depan teras. Adi memperhatikan mobil itu, yang kini berhenti tepat di depan pagar yang hanya berjarak dua meter dari tempatnya berdiri. Saat mesin dimatikan, keluarlah seorang lelaki dari mobil itu. Seorang lelaki yang tadi meneleponnya. Daud berjalan mendekati pintu pagar, sementara Adi berada di baliknya sedang membuka gemboknya yang terkunci.

189

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Padma berjalan di belakang Daud, ibu jarinya menekan tombol pengunci nirkabel di kunci kontak mobilnya. Apa kabar, Mas? Daud berbasa-basi saat berjabatan tangan dengan tuan rumah. Baik. Alhamdulillah. Ayo, duduk di dalam saja. Beberapa saat sebelumnya, mobil yang dikendarai Padma meluncur ke arah utara dari Alun-alun Lor. Daud kembali menghidupkan ponsel miliknya dan mengaktifkan mode penerbangan agar alat komunikasi miliknya itu tidak dapat menangkap sinyal. Dia juga menimbang-nimbang untuk memberitahukan apa yang sedang terjadi kepada Padma saat itu, namun dia tahu ini bukanlah saat yang tepat. Tapi di saat yang sama, dia juga harus memikirkan tujuan mereka selanjutnya,

190

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

yang terjamin aman dan tidak diketahui oleh orang-orang yang tidak dikenalnya, yang sedang mengejar mereka berdua. Arus lalu lintas di ruas jalan di selatan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta menjadi padat pada sore hari di akhir pekan seperti ini. Setidaknya, ini memberikan Daud waktu untuk berpikir. Dia melirik panel penunjuk waktu yang berhitung mundur yang tergantung di atas kepalanya. Lampu hijau hanya tinggal beberapa detik lagi, dan mobil yang dinaikinya itu tidak berpindah ke mana pun. Saat lampu lalu lintas berganti menjadi merah, matahari sudah semakin condong ke arah barat. Guratan-guratan senja yang menjingga di langit semakin menegaskan bahwa hari sedang mempersiapkan perginya matahari untuk menyinari belahan bumi lainnya. Lagu dari sebuah grup band instrumental

191

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

asal Amerika bernama Explosions in the Sky yang berjudul The Moon is Down diputar oleh perangkat audio di dashboard mobil. Selera musik Padma memang berbeda dengan kebanyakan teman perempuan yang dikenalnya. Di saat mereka mendengarkan lagu-lagu para diva seperti Jennifer Lopez atau Britney Spears, Padma telah begitu terbiasa mendengarkan lagulagu yang tidak cukup akrab di telinga orang Indonesia, seperti Sigur Rs, Explosions in the Sky, Amiina, Mm, Saxon Shore, atau M83. Tidak lama kemudian, terdengar azan Maghrib membahana mengisi penghujung hari yang khidmat itu. Padma memutar kenop volume dan suara musik pun menjadi lirih terdengar. Sebaiknya kita mampir ke masjid dulu. Sudah azan.

192

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Macet, Mas. Memangnya mau ke masjid mana? Aduh. Aku juga bingung. Padma mengangkat bahunya, dan kembali menatap ke depan. Daud butuh waktu dan tempat yang aman untuk berpikir. Lampu merah kembali menjadi hijau, dan waktu yang bergerak mundur pada panel LED dimulai dari angka 59. Daud teringat akan seseorang. Mungkin orang ini bisa membantu. Daud menoleh ke arah Padma dan menanyakan telepon genggam miliknya. Pinjam handphone. Aku mau menghubungi seorang teman. Memang handphone Mas kenapa? Baterainya tidak kuat untuk telepon. Sedikit lagi habis.

193

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Sambil mengemudikan mobilnya yang perlahan mulai bergerak maju menjauhi lampu lalu lintas di depan rumah sakit itu, Padma mengulurkan tangannya ke arah tas jinjingnya di jok belakang. Karena Padma terlihat agak kesulitan, Daud membantu mengambilkannya. Padma membukanya dan kemudian meraih sebuah ponsel di bagian dalamnya, kemudian menyerahkannya ke Daud. Daud langsung membuka kontak di telepon genggamnya dan mencari nomor telepon orang yang dimaksud, mengetikkannya di ponsel milik Padma, dan membuat panggilan keluar. Setelah perbincangan yang singkat, Daud menyudahi panggilan dan mengembalikan ponsel Padma. Orang yang dihubungi Daud bernama lengkap Puji Indiradi. Dia adalah seorang teman yang pernah membantunya

194

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

saat masa transisi menuju ke Boyolali, sebelum Daud menempati kamar kost di Demangan. Saat itu Jusuf jarang berada di rumahnya yang berada di sebuah cluster di Sleman. Daud pun baru saja bergabung dengan sebuah komunitas sosial dan segera disibukkan oleh sebuah proyek bantuan terhadap beberapa rumah singgah dan sanggar anak-anak yang terkena dampak dari Kali Winongo dan Kali Code yang meluap, awal tahun lalu. Dan karena setiap hari Daud harus melakukan pengamatan langsung ke lapangan untuk mengetahui apa saja yang dibutuhkan dalam proyek yang dijalaninya itu, maka dia pun memutuskan untuk tinggal di kediaman Adi agar lebih dekat ke lokasi proyek. Adidi samping profesinya sebagai guru matematika di sebuah SDIT di daerah Bantuladalah seorang anggota Pra-

195

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

muka yang masih aktif dan cukup berpengaruh. Dia pernah mengikuti Jambore Nasional, dan terdaftar sebagai salah seorang pengurus Kwartir Nasional. Namun pria asal Purbalingga itu sepertinya lebih menikmati suasana Yogyakarta dan enggan berkantor di Jakarta, dan lebih memilih untuk menjadi pengurus kepramukaan di provinsi dengan empat kabupaten dan satu kotamadya ini. Selain itu, dia adalah seorang pecinta alam yang cukup rutin mendaki gunung dan berpartisipasi dalam misi-misi pelestarian alam. Dia mengenal Jusuf saat keduanya tergabung dalam satu divisi yang sama sewaktu mejadi relawan bagi para korban erupsi Merapi tahun 2010 lalu. Jusuf pula yang memperkenalkan Daud kepada Adi, saat dia mengajak Daud mengunjungi sebuah bumi per-

196

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

kemahan di daerah Babarsari yang dikelola oleh Adi dan teman-teman pramukanya. Maaf, rumahnya berantakan. Silahkan duduk. Daud dan Padma mengisi sebuah sofa panjang berlapis kulit dan busa yang empuk di ruang tamu yang sederhana itu. Mau minum apa? Adi bertanya kepada kedua tamunya itu. Tidak usah repot, Mas. Tidak boleh begitu. Kamu itu sudah lama tidak berkunjung ke sini. Bagaimana kalau kubuatkan teh? Terima kasih, Mas. Maaf sudah merepotkan. Adi menghilang menuju dapur dan segera kembali membawa nampan di kedua tangannya. Dua cangkir teh hangat

197

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dengan satu piring pisang goreng menempati sisi atas nampan tersebut. Wah. Bapak rumah tangga. Memang Mbak Dini ke mana? Ledek Daud saat Adi menghidangkan minuman dan makanan dari nampan. Sedang mengaji dari habis Maghrib tadi. Jam delapan baru pulang. Oh iya. Mas, perkenalkan. Ini Padma. Adi. Pacarnya Daud, ya? Bukan, Mas. Aku adik dari teman Mas Daud. Oh. Jadi pacarnya Daud juga tidak apa-apa. Kalau boleh tahu, siapa nama teman si Daud itu? Jusuf, Mas. Memang Mas tidak tahu kalau Jusuf punya adik perempuan? Daud memotong perbincangan.

198

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Aku belum pernah bertemu. Waktu aku main ke rumahnya yang di Sleman itu, Jusuf cuma tinggal berdua dengan pengasuhnya. Iya, Mas. Karena waktu itu, mungkin aku sedang berlibur di Tangerang. Dan sekarang, di mana Jusuf? Apa kabarnya orang itu? Dan kenapa dia tidak ikut bersama kalian? Daud salah tingkah mendapatkan pertanyaan itu. Dia memikirkan cara yang tepat untuk menjawabnya. Karena, jawabannya itu akan menjawab pertanyaan baik Adi maupun Padma. Padma terlihat tidak sabar. Dia merasa terwakili oleh pertanyaan yang diajukan Adi itu. Sorot mata Padma lebih menge-

199

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

sankan tuntutan dibanding rasa penasaran, saat mata Daud menatapnya. Jelaskan padaku! Akhirnya, setelah menarik nafas dan menghembuskannya secara perlahan, Daud mulai menceritakan kejadian di Jumat malam itu dan perkembangannya, termasuk informasi dari Mbak Luki siang tadi. Adi terlihat agak terkejut saat mendengarnya. Tapi tidak begitu dengan Padma. Dia bukan lagi merasa agak terkejut. Lebih dari itu. Dirinya merasa seperti tersambar petir. Kakaknya dalam bahaya! Begitu juga dirinya! Maka dari itulah, aku memutuskan untuk ke sini dan bercerita kepada Mas. Tubuh Padma bergetar. Dia masih belum mempercayai cerita yang didengarnya. Daud melihat hal itu, dan dengan refleks mengulurkan tangannya dan membelai lembut jemari

200

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

adik temannya itu. Padma merasakan permintaan maaf yang mendalam dari sentuhan itu, namun air matanya tidak dapat terbendung lagi. Dia pun menangis. Mengapa Mas Daud tidak menceritakannya kepadaku lebih dulu? Mas memiliki cukup waktu untuk menjelaskannya sewaktu kita di tempat parkir museum tadi sore! Daud tidak mengerti apa yang harus dikatakannya untuk menanggapi kekalutan yang dirasakan Padma. Dia merasa sangat bersalah. Aku tidak mau membuatmu khawatir. Tapi sekarang Mas sudah membuatku khawatir! Adi merasa harus menengahi dan mencairkan kebekuan situasi yang sedang dihadapinya ini. Dia mencoba mengingat-

201

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

ingat apapun yang diketahuinya, yang berhubungan dengan masalah yang sedang mendera Jusuf saat ini. Sebentar. Apakah ini ada hubungannya dengan buku tulisan Jusuf yang sebentar lagi akan terbit? Maksudnya? Daud dan Padma menyahut hampir bersamaan. Seingatku, dia menyusun sebuah buku tentang keprihatinannya terhadap kerusakan hutan Indonesia yang terjadi secara sistematis. Beberapa bulan yang lalu, dia pernah meminta bantuanku untuk mendapatkan data-data yang otentik mengenai hubungan antara perusahaan-perusahaan perkebunan sawit dengan pembukaan lahan hutan secara besar-besaran.

202

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dan salah satu oknum perusahaan yang melakukan perusakan hutan itu tersinggung karena tulisan kakakku? Oh, Tuhan. Padahal buku itu belum juga terbit! Sanggah Padma. Ini yang menarik. Bagaimana mereka bisa tahu? Adi merasa ragu atas pertanyaannya itu. Bisa jadi, mungkin Jusuf meminta bahan pendukung atau pertimbangan moral kepada orang lain di luar sepengetahuan kita? Daud mencoba memberikan sedikit jalan keluar. Tapi dia sendiri pun merasa kurang yakin. Sepertinya, Jusuf hanya meminta bahan pendukungnya kepadaku. Apa Mas yakin? Tidak ada orang lain lagi? Padma merasa putus asa. Dia menebak-nebak, siapa orang yang ada di balik ini semua.

203

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Apa kalian berdua mengetahui materi buku Jusuf sebelumnya? Tahu. Sedikit. Aku punya salinan digitalnya. Itu pun belum selesai kubaca, jawab Daud. Kapan tepatnya kakakku menghubungi Mas untuk meminta bantuan? Seingatku, waktu itu sekitar bulan Januari atau Februari. Dan Jusuf memberikanku salinan bukunya bulan Agustus. Dua bulan lalu. Padma merasa ada penyesalan yang menyelusup di hatinya. Bulan Agustus itu, Jusuf kakaknya pernah menawarkan kepadanya salinan digital dari buku yang sedang dalam proses penerbitan. Namun dia tidak terlalu menanggapinya,

204

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dan hanya menjawab akan membaca versi cetaknya saja. Kini dia tahu, di dalam buku itu kunci jawaban bagi persoalan mereka saat ini. Persoalan yang sedang dihadapi oleh penulisnya. Kakaknya. Aku harus lapor polisi! Padma berkata sambil tangannya membuka tas jinjingnya dan meraih telepon genggamnya. Daud terlihat terkejut, dan segera memegang tangan Padma. Jangan! Kita tidak bisa mempercayai siapapun sekarang ini! Orang yang menjemput Jusuf semalam lebih terlihat seperti anggota kepolisian. Aku tidak mau keberadaanmu diketahui. Ada kesungguhan dalam ucapan Daud. Orang yang menjemput Jusuf semalam terekam dengan baik dalam ingatannya. Lalu, apa yang harus kita lakukan? Tanya Padma, skeptis.

205

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Daud sebenarnya ingin mengajaknya menuju Boyolali dan menjemput Mbok Ning. Namun saat ini, mungkin sudah terlambat. Paling tidak, biarkan aku menghubungi ibu di Tangerang. Padma. Tunggu dulu. Jangan mengganggu orang tuamu dengan kekhawatiran malam ini. Setidaknya, jangan sekarang. Oke? Daud masih menggenggam tangan Padma yang sudah memegang telepon genggamnya di dalam tas. Padma memandang Daud dengan tatapan yang kaget. Genggaman tanganmu terlalu keras! Daud sepertinya menya-darinya, dan dia pun melepaskan genggamannya.

206

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bagaimana dengan Mbok Ning? Apa orang-orang itu sudah mengetahui keberadaan rumah di Boyolali? Daud tidak menanggapi pertanyaan itu. Dia memerintahkan otaknya untuk berpikir keras dan mencoba mengingat-ingat isi dari salinan buku yang dikarang Jusuf. Dua bulan lalu, di penghujung bulan Agustus. Daud baru saja tiba di Boyolali setelah merayakan Lebaran bersama keluarga dari ayahnya di Magelang, saat Jusuf bercerita kepadanya mengenai bukunya yang akan terbit. Buku itu adalah buku perdananya. Dan dengan senang hati dia memberikan salinan digital dari bukunya itu kepada Daud agar dia dapat membacanya. Adi sepertinya teringat akan sesuatu. Dia beranjak menuju ke kamar tidurnya. Saat dia kembali, di tangannya

207

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

tergenggam notebook Dell Inspiron 1000 andalannya. Tua dan ketinggalan zaman memang, namun sepertinya Adi masih nyaman menggunakannya. Bagaimanapun, komputer portabel itu adalah hasil jerih payahnya sendiri saat menjadi pembina pramuka di sela-sela rutinitasnya sebagai mahasiswa matematika di Universitas Sarjana Wiyata Taman Siswa. Dia meletakkan notebook beserta cooling pad-nya di atas meja, setelah Daud selesai menggeser cangkir-cangkir teh ke bidang meja yang kosong di dekat tempatnya duduk. Aku masih memiliki salinannya. Ayo, kita lihat lagi. Saat layar perangkat komputer portabel itu menyala, Adi langsung menelusuri beberapa folder di dalam drive penyimpan data. Dia juga meminta tolong agar Daud menutup pintu

208

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

rumah. Adi tidak mau aktivitas di rumahnya saat ini terlihat dari luar. Dan tentu saja, untuk berjaga-jaga. Saat menemukan apa yang dicarinya, jarinya langsung menekan tombol di sebelah kiri bawah dari papan navigasi sentuhnya sebanyak dua kali. Buku tersebut lebih merupakan sebuah laporan penelitian ketimbang sebuah novel. Walaupun si penulis berniat untuk menjadikannya sebagai sebuah novel. Tidak ada adegan berbumbu asmara, pilunya kesedihan karena tidak adanya restu orang tua, atau perpisahan yang diakibatkan oleh jarak yang semakin merenggang di antara dua manusia berbeda jenis. Persentase dan angka-angka yang disajikan di dalamnya menegaskan validitas, keakuratan, dan keotentikan data yang diperoleh penyusunnya.

209

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Buku yang ditulisnya itu berisi penjabaran usaha pelestarian alam di Indonesia, dan perlawanan terhadap kerusakan sistematis yang dilakukan oleh oknum-oknum yang terlibat. Jusuf memulainya dengan sebuah artikel yang mengulas analisa kemajuan dari Surat Niat (Letter of Intent atau LOI) antara Indonesia dan Norwegia mengenai kerja sama untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dari deforestasi dan degradasi hutan, yang disetujui pada 26 Mei 2012 lalu. Analisa dari kinerja pelaksanaan LOI tersebut, diukur berdasarkan kinerja-kinerja kunci yang telah disepakati dalam konsep bersama Indonesia-Norwegia, yang ditandatangani pada 12 Maret 2010. Mereka menemukan halaman-halaman yang memuat grafik penilaian, dan juga penghambat dari kemajuan pelaksanaan butir-butir pemberlakuan Nota Kesepahaman ter-

210

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

sebut. Seperti, tata kelola pemerintahan yang lemah, data dan peta yang usang dan tidak valid, perlindungan sosial dan lingkungan yang lemah, juga mengenai definisi lahan terdegradasi yang masih bias. Selain itu, di dalam salinan buku Jusuf itu, mereka bertiga menemukan beberapa fakta yang membuat orang Indonesia sendiri bangga karena telah menjadi bagian dari bangsa ini. Ternyata, Indonesia adalah negara dengan luas area hutan peringkat kedelapan duniasetelah Rusia, Brazil, Kanada, Amerika Serikat, RRC, Repulik Demokratik Kongo, dan Australiadengan luas hutan yang mencapai 94,432,000 hektarmencakup 52% dari total luas wilayah daratannya yang seluas 181,157,000 hektarberdasarkan data tahun 2010.14 Data
14

FAO Forestry Paper (2010), Global Forest Resources Assessment 2010 (Main Report), Rome: FAO, hal 219-225.

211

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

ini juga mencantumkan angka 77,067,000 hektar atau 82% dari hutan Indonesia merupakan hutan permanen, dengan 40% hutan atau seluas 37,811,000 hektarnya merupakan hutan yang dilindungi. Selain itu, Indonesia juga merupakan sebuah wilayah dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, dengan ditemukannya beberapa jenis spesies baru yang hidup di dalamnya, di setiap tahunnya. Indonesia juga merupakan negara dengan luas hutan mangrove terbesar di duniabergabung bersama Brazil, Nigeria, Australia, dan Meksikodengan luas area hutan mangrove sebesar 47 persen dari total luas hutan mangrove dunia yang terdapat di 112 negara dengan luas 15,600,000 hektar.

212

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Namun, rasa bangga yang dirasakannya itu harus berbagi tempat dengan rasa malu dan kecewa. Karena, area hutan yang masih ada sekarang ternyata telah berkurang sebesar

24,113,000 hektar, atau 20.34% dari luas 118,545,000 hektar di tahun 1990. Belum lagi dengan laju deforestasi yang mencapai 610,375.92 hektar per tahun 2011 dan tercatat sebagai yang ketiga terbesar di dunia. Sebab utama dari deforestasi ini, antara lain penebangan liar dan juga pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit, selain kebakaran hutan gambut yang terjadi setiap musim kemarau di setiap tahunnya. Penebangan ini dilakukan, selain untuk memenuhi kebutuhan konstruksi bangunan dan furnitur, juga sebagai pemenuhan kebutuhan manusia akan kertas. Kertas merupakan salah satu faktor yang sangat dibutuhkan oleh manusiatidak

213

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

saja untuk keperluan tulis-menuliskarena hampir seluruh aktivitas manusia menggunakan kertas sehari-harinya. Entah itu untuk mencatat, menghitung, mencetak bukti pembayaran, atau sebagai pembungkus makanan. Untuk membuat kertas, manusia masih menggunakan bubur kertas dengan kayu sebagai bahan utamanya. Dari setiap satu pohon besar berdiameter 1 kaki dengan tinggi 60 kaki mampu menghasilkan 81,430 inci3 kayu, dengan bobot 1,601 pound. Gelondongan kayu itu nantinya diolah menjadi pulp (bubur kertas), yang kemudian menjadi 80,500 lembar kertas ukuran A4. Dengan asumsi bahwa setiap orang minimal menggunakan lima lembar kertas setiap harinya, berarti satu pohon baru mencukupi kebutuhan sekitar 16,100 orang.

214

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Berarti, untuk memenuhi kebutuhan kertas penduduk Kota Yogyakarta yang lebih dari 510,914 jiwadengan mengasumsikan penggunaan kertas sebanyak lima lembar per orang per harinyamaka dibutuhkan 32 batang pohon dengan tinggi dan diameter yang sama, demi mencukupi kebutuhan akan tersedianya kertas. Artinya, 32 pohon kayu ditebang untuk diolah menjadi bahan bubur kertas. Setiap harinya. Dengan asumsi tingkat kerapatan tegakan pohon pada hutan berjarak 3x4 meter, maka area hutan yang hilang setiap harinya adalah sebesar 384 m2. Dengan kata lain, 140,160 m2 atau lebih dari 14 hektar area hutan yang ditebang per tahunnya. Dan area hutan yang hilang tersebutmenurut kalkulasi Jusufbaru untuk pemenuhan kebutuhan kertas Kota Yogyakarta saja. Belum lagi untuk kebutuhan lainnya.

215

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Setelah menelusuri data tentang laju deforestasi, Jusuf juga memasukkan beberapa data yang menyangkut hubungan antara laju deforestasi dengan faktor-faktor yang menyebabkan pemanasan global. Yang dimaksud dengan pemanasan global ialah naiknya suhu permukaan bumi karena naiknya intensitas efek rumah kaca. Efek ini sendiri sebenarnya memiliki manfaat, yaitu meningkatkan suhu rata-rata permukaan bumiyang berada di level -18C tanpa adanya proses efek rumah kacamenjadi 15C. Efek rumah kaca terjadi karena sinar infra-merah yang dipancarkan kembali oleh bumi terserap oleh gas tertentu yang disebut gas rumah kaca. Di antaranya adalah CO2, CFC, Me-

216

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

tan, Ozon, dan N2O, yang masing-masing harus berjumlah kurang dari 10% agar stabilitas kehidupan di bumi tetap terjaga.15 Seperti yang sudah diketahui secara umum, karbon apalagi dalam bentuk molekul CO2 yang meyumbang pengaruh sebesar 72% dari total emisi gas rumah kacaturut berperan dan bertanggung jawab dalam pembentukan efek rumah kaca dan mengakibatkan pemanasan global. Penyebab utamanya, dikategorikan menjadi dua; 65.37% berasal dari buangan pembakaran bahan bakar fosil, sementara 34.63% diakibatkan oleh penebangan hutan dan pembakaran biomassanya.16 Karbon yang tersimpan dalam biomassa hutan akan terlepas ke atmosfer dan kemampuan bumi untuk menyerap CO2 melalui proses fotosintesisuntuk penyerapan CO2 dan
15

16

Mochtar Lubis (1992), Melestarikan Hutan Tropika: Permasalahan, Manfaat, dan Kebijakannya, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, hal.14. Ibid, hal.15.

217

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

mengendapkan karbon di dalam biomassa hutanpun menjadi berkurang. Setelah hutan ditebang, sinar matahari dapat langsung mencapai permukaan tanah dan membuat suhu di atas permukaan tanah meningkat. Dengan kenaikan suhu yang terjadi, mengakibatkan dekomposisi bahan organik di atas dan di dalam tanah dipercepat, sehingga terlepaslah karbon yang tersimpan dalam bahan organik itu.17 Hutan dunia, menyimpan lebih dari 650 miliar ton karbon, dengan 44% darinya tersimpan di dalam biomassa, 11% di dalam kayu mati dan kompos, sementara 45% sisanya tersimpan di dalam lapisan tanah. Dari jumlah 44% tersebut, Indonesia menyimpan 13.017 miliar ton karbon di dalam biomassanya. Dari jumlah yang besar ini, 256,000 ton karbon

17

Ibid.

218

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

terlepas ke udara setiap tahunnya selama periode 2005-2010, dengan 1.7 ton karbon per hektar per tahunnya. Dalam skala global, jumlah karbon yang tersimpan di dalam biomassa dunia berkurang sekitar 0.5 gigaton per tahunnya dan terlepas ke udara, selama periode 2005-2010. Hal ini disebabkan karena terjadinya reduksi besar-besaran dari area hutan global, lagi-lagi penebangan liar dan pembukaan area hutan menjadi lahan perkebunan yang menjadi faktor utama. Jusuf terlihat sangat mendalam saat membahas perusakan hutan. Dia memberikan sebuah kalkulasi jumlah karbon yang terlepas ke udara akibat pemenuhan kebutuhan kertas bagi penduduk Kota Yogyakarta. Dengan jumlah kandungan karbon sebesar 1.7 ton per hektarnya, maka didapat jumlah karbon sebesar 23.82 ton, yang terlepas ke udara. Setiap tahunnya.

219

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dari usahanya itu, jelas sekali terlihat bagaimana Jusuf mencoba untuk mengingatkan bahwa masing-masing manusia dengan jumlah mendekati 7 miliar secara globalmemiliki hubungan langsung dengan hutan. Hutanlah yang membantu menjaga keseimbangan antara oksigen, karbon dioksida, dan tingkat kelembaban udara. Hutan jugalah, yang menyediakan 40% dari oksigen dunia. Selain itu, sebatang pohon dapat melepaskan uap air ke atmosfer 8-10 kali lebih tinggi dibandingkan lautan dengan area yang sama, untuk menjaga tingkat kelembaban dan temperatur udara secara global. Hutan juga berperan melindungi cadangan air dalam tanah yang keluar lewat mata air dan mengalir menuju ke sungai, yang menjadi sumber penyimpanan air yang kita butuhkan sehari-hari.

220

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Hutan juga menaikkan laju resapan air ke dalam tanah sehingga memperbesar simpanan air tanah yang dapat memperbesar aliran air pada musim kemarau.18 Sebaliknya tanpa adanya hutan, debit air yang mengalir akan menjadi lebih besar dan deras. Aliran akan terpusat pada musim hujan, karena air hujan sebagian besar tidak meresap ke dalam tanah dan mengalir sebagai aliran permukaan. Dengan terpusatnya aliran, naiklah resiko terjadinya banjir. Sedangkan dalam musim kemarau aliran akan mengecilatau menghilang sama sekalikarena kurangnya persediaan air yang tersimpan di dalam tanah.19 Idealnya, gas karbon dan unsur-unsur lainnya yang termasuk gas rumah kaca, menjaga temperatur udara di Bumi agar
18 19

Ibid, hal.8. Ibid.

221

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

tidak terlalu panas, dan di saat yang bersamaan, juga tidak terlalu dingin. Mekanismenya, sinar matahari masuk menembus lapisan atmosfer dan terus menuju ke permukaan, sementara radiasi ultra violet dipantulkan kembali ke luar angkasa oleh lapisan ozon. Sinar Matahariatau energi panas dari Matahariini, ada yang terserap dan tersimpan di dalam bendabenda di permukaan Bumi, ada juga yang terpantul kembali. Energi panas yang dipantulkan ke luar itu, sebagiannya ada yang terpantul kembali untuk menuju ke permukaan dan terserap oleh permukaan Bumi, sedangkan sebagian sisanya terlepas ke luar angkasa. Dan peran gas rumah kaca itulah yang memantulkan sisa pantulan panas dari permukaan agar kembali ke permukaan.

222

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Apabila komposisi antara gas-gas dan molekul yang membentuk efek rumah kaca terganggu dan tidak seimbang lagi, maka yang terjadi adalah, energi panas yang terkurung akan lebih besar dibandingkan dengan yang terpantul keluar. Ini dapat menyebabkan temperatur udara meningkat, dan mengganggu rutinitas fundamental Bumi seperti tingkat pembentukan es di kutub, perputaran arus lautan, pergantian musim dan perputaran sirkulasi udaradan secara umumnyaiklim di Bumi. Lapisan es di kutub adalah salah satu faktor penting yang memantulkan sinar matahari kembali ke luar angkasa. Namun, kenaikan temperatur udara sebesar 0.5C setiap tahunnya, menyebabkan suhu di kutub menjadi dua kali lebih hangat sejak tahun 1975. Fenomena yang dikenal dengan sebutan Ampli-

223

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

fikasi Arktik ini, merupakan sebuah konsekuensi yang dipicu oleh pemanasan global, yang disebabkan oleh hilangnya pemantul alamiyaitu lapisan es kutubselama musim panas berlangsung.20 Kadar ozon yang terdapat di lapisan Stratosfer pun akan ikut terganggu. Lapisan ozon yang berlubang ini mengakibatkan radiasi ultra violet dapat menembus atmosfer dengan bebasnya dan mengganggu stabilitas pendukung kehidupan di Bumi. Lubang pada lapisan ozon iniyang berada di atas dataran Antartikajuga turut menyumbang dampak terhadap anomali-anomali alam, dan mendorong ekosistem di Bumi ke arah kehancuran yang lebih cepat dari sebelumnya.

20

Rob Huebert, Heather Exner-Pirot, Adam Lajeunesse, dan Jay Gulledge (2012), Climate Change & international Security: the Arctic as A Bellwether, Virginia: Center for Climate and Energy Solutions, hal.8.

224

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Politisasi hutan. Itulah permasalahan inti yang coba ditekankan oleh Jusuf dalam bukunya. Terlalu banyaknya persoalan sengketa lahan yang menjadi pekerjaan rumah pemerintah dan instansi terkait, namun hanya menumpuk begitu saja di atas meja-meja kayu jati yang diimpor dari Jerman dan dibiarkan terlupa. Selama Januari-Agustus 2012, untuk subsektor perkebunan saja, terdapat 59 peristiwa konflik antara warga/petani dengan perusahaan perkebunan. Banyak dari konflik ini yang mengambil bentuk bentrokan horizontal antara petani atau warga setempat dengan buruh-buruh perusahaan perkebunan atau pasukan keamanan perusahaan (Pamswakarsa)yang biasa dibeking oleh aparat kepolisian atau keamanan negara. Misalnya bentrokan antara buruh perkebunan PT Riau Agung

225

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Karya Abadi (RAKA) dengan warga atau petani setempat pada 7 Mei 2012. Saat itu, para buruh sedang melakukan pemanenan buah kelapa sawit. Lalu, muncul sekitar 60 orang yang melakukan penyerangan dengan membawa senjata tajam dan api. Akibatnya, 10 buruh perkebunan PT RAKA mengalami lukaluka tembak. Latar belakang dari bentrokan ini adalah kasus sengketa lahan antara PT RAKA dengan warga setempat di bawah pimpinan David Silalahi yang mengklaim memiliki hak atas tanah ulayat yang diambil oleh perusahaan.21 Ada juga bentrokan horizontal antar warga/petani sendiri, seperti yang terjadi pada kasus saling serang antara dua kelompok warga/petani yang berebut lahan bekas PT Perusahaan

21

Tim ELSAM (2013), Laporan Situasi Hak Asasi Manusia di Indonesia Tahun 2012, Tahun Peningkatan Kekerasan dan Pengabaian Hak Asasi Manusia, Jakarta: Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), hal.12.

226

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Nusantara (PTPN) II di Desa Seantis, Kecamatan Percut Sei Tua, Deli Serdang, Sumatera Utara, pada 2 Juni 2012. Akibat dari bentrokan ini, dua orang warga mengalami luka-luka. Bentrokan dan saling lempar batu berhenti ketika seorang petugas kepolisian dibantu TNI tiba di lokasi untuk menghalau kedua kubu.22 Sehubungan dengan korban kekerasan fisik, dari 59 kasus konflik yang teridentifikasi, terdapat seti-daknya 48 korban yang berasal dari petani atau warga; 14 korban yang berasal dari Kepolisian dan TNI; 29 korban dari Pamswakarsa; 11 orang dari pekerja perkebunan yang bukan merupakan keamanan perusahaan, dan 21 orang korban tak teridentifikasi atau tidak jelas identifikasinya. Ini belum meng-hitung orang

22

Ibid.

227

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

yang ditangkap, pengrusakan harta benda, dan korban kekerasan ekonomi seperti mereka yang tergusur dan

kehilangan akses atas penghidupannya. Jumlah kategori yang terakhir ini bisa ribuan. Dalam kasus di Desa Muara Tae, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, misalnya, 1.500 KK masyarakat adat menjadi korban perampasan tanah adat Dayak Benuaq seluas 638 hektar oleh PT Munte Wani Jaya Perkasa (MWJP). Perusahaan menebang pepohonan karena hendak menjadikan lahan tersebut sebagai perkebunan kelapa sawit. Akibatnya, masyarakat adat Desa Muara Tae yang menggantungkan hidupnya pada berkebun karet di tanah itu, kehilangan mata pencaharian mereka.23

23

Ibid.

228

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Begitu banyak nama perusahaan yang dicantumkan Jusuf di dalam bukunya itu. Mereka bertiga tidak bisa menuduh salah satu dari perusahaan-perusahaan itu sembarangan. Namun mereka membutuhkan bukti. Dan bukti yang mereka miliki hanyalah kesaksian Daud yang melihat orang-orang yang menjemput Jusuf semalam kemungkinan besar berasal dari institusi kepolisian, juga mobil jeep hitam berplat hitam asal Semarang. Baru membaca beberapa halaman, Padma terlihat menyerah. Cukup sudah! Tidak apa-apa di sini! Aku ingin pergi. Dia beranjak dari sofa yang didudukinya, dan akan berjalan menuju ke pintu ketika Daud mencegahnya. Padma. Aku mohon. Tenanglah.

229

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Tenang? Seperti siang tadi saat aku tidak tahu apa-apa, iya? Ada apa ini ribut-ribut? Siapa di dalam? Sebuah suara di balik pintu rumah yang tertutup mengagetkan Adi, Daud, dan juga Padma.

230

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 7

Sabtu siang di sebuah rumah model joglo yang berdiri di atas area seluas seribu meter persegi di sebuah desa di daerah Sawit, Boyolali. Dua pohon mangga yang sudah tua berdiri dengan kokohnya di pekarangan sebelah selatan rumah tersebut. Daun-daunnya yang kering berserakan begitu saja di bawahnya, yang akan dikumpulkan oleh para pemuda untuk dijadikan kompos yang menyuburkan pekarangan itu. Warnanya yang kecoklatan hampir sama seperti kulit seorang perempuan berusia empat puluh lima tahun yang sedang menghidangkan kue-kue kering buatannya sendiri di atas meja-meja yang berjejer rapi, merapat di tembok di sebuah panggung terbuka yang menempel di sisi timur rumah.

231

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Sanggar ini berbentuk pendopo beratap joglo, ditopang oleh empat soko guru yang masing-masingnya bergaris tengah 30 cm. Bangunan tersebut memang dibiarkan tanpa tembok, dan lantainya yang berkeramik putih itu berbatasan langsung dengan dua belas tiang yang berjejer dengan rapi di setiap sisi atapnya. Ada dua belas anakempat laki-laki dan delapan perempuanyang sedang berkumpul di panggung itu, seperti akhir pekan lainnya sebelum ini. Anak laki-laki sedang berlatih tari Bambangan Cakil, mengisahkan pertempuran Arjuna melawan raksasa. Sementara anak perempuanyang dibagi menjadi dua kelompoksedang berlatih tari Gambyong,24

24

Tradisi lisan mengatakan gambyong berawal pada masa pemerintahan Sri Sunan Paku Buwono IX (1881-1893) dari kesunanan Surakarta, namun catatan tertulis menunjukkan lebih awal, yaitu pada masa pemerintahan Sri Sunan Paku Buwono IV (1788-1820). Gambyong

232

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

sambil menunggu kawan-kawan mereka yang lain datang. Anak-anak itu berlatih di bawah pengawasan dua orang kakak beradik asal Klaten yang menjadi instruktur tari setelah lulus dari ISI dua tahun yang lalu. Masih ada satu setengah jam lagi, pikir instruktur yang mengajar tari Gambyong, sebelum dia pulang dan bersiap-siap. Karena dia sudah berjanji kepada teman-temannya di Jogja untuk ikut bersepeda berkeliling kota itu dalam rangka mem-

terdapat dalam Serat Centhini dan Serat Cabolang, dua sumber tertulis tentang seni panggung Indonesia yang ditulis abad ke-19. Tari gambyong ditarikan seorang penari atau lebih dalam acara seperti pesta pernikahan atau penyambutan tamu, atau sebagai pembukaan pergelaran wayang wong. Penari gambyong memakai kain dengan wiron di depan, kemben, selendang di bahu kanan, rambut panjang dikonde (ukel, gelung) dan dihias dengan sebuah sisir kecil bentuk setengah lingkaran (cundhuk jungkat), jepit rambut bentuk bunga dirakit pada pegas yang selalu bergoyang (cundhuk mentul), dan jepit rambut kecil (penetep), serta giwang bentuk lingkaran (suweng), kalung, dan gelang. Untaian panjang bunga melati seringkali dililitkan di leher dengan ujungnya diselipkan di belakang pinggang. Semuanya ini dipadukan dengan tata rias wajah yang alami.

233

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

peringati HUT Kota Yogyakarta. Namun murid-muridnya yang lain belum juga datang. Sambil memperhatikan gerak tarian dari anak-anak yang hadir, di dalam hatinya dia mengingat nama para muridnya yang mungkin membolos hari ini, dan akan memberi mereka teguran pada pelajaran tari besok siang. Mbok Ning, meletakkan toples terakhir di sebuah meja yang berada di ujung deretan. Dia tidak beranjak kembali menuju dapur. Tugasnya hari inibisa dibilangtelah selesai. Kedua orang penghuni rumah iniselain dirinyasedang sibuk dengan urusannya masing-masing, dan karena itu dia memutuskan untuk tidak memasak terlalu banyak. Hanya ikan tongkol asap dan sayur bayam yang dimasaknya sebagai menu hari ini.

234

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Sebelum berangkat, Daud mengatakan kepadanya bahwa dia akan pulang agak larut. Dia tidak bilang akan pergi ke mana. Dan karena tidak dapat menggunakan telepon genggam atau alat komunikasi lainnya, maka otomatis Mbok Ning tidak dapat menghubungi Daud maupun Jusuf untuk menanyakan apakah mereka benar-benar akan pulang atau tidak. Mbok Ning masih berdiri di tempatnya, memperhatikan anak-anak lelaki yang sedang berlatih. Adegan yang disaksikannya, ketika sang Buto beraksi dengan gerakan-gerakannya yang dinamis dan ritmenya yang cepat mengelilingi Arjuna yang berada dalam posisi diam. Kalau dirinya yang menjadi Arjuna, mungkin dia akan langsung menampar Buto Cakil itu tanpa menunggu gilirannya beraksi. Baginya, Buto Cakil terlihat sangat menyebalkan.

235

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Matanya yang berwarna coklat tua itu masih menatap dengan teduh ke arah anak-anak yang berlatih tari, saat sebuah mobil Jeep hitam memasuki pelataran parkir rumah yang diurusnya itu. Setelah mesinnya dimatikan, keluar seorang berambut cepak berjaket kulit hitam dengan tampilan seperti seorang petugas penjaga keamanan yang biasa dilihat Mbok Ning saat bersama-sama Daud dan Jusuf menonton film-film aksi. Orang itu berjalan menuju ke arahnya. Mbok Ning agak salah tingkah. Dia segera merapikan kebaya dan kain batik yang membalut tubuh tambunnya. Dan setelah melirik sebentar ke arah cermin selebar dinding di sebelahnya, Mbok Ning dengan langkah yang pelan menghampiri tamu yang tidak dikenalnya itu.

236

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Selamat siang. Betul ini kediaman saudara Jusuf? Iya, Pak. Betul sekali. Silahkan langsung menuju ke ruang tamu saja. Baik. Terima kasih, Bu. Bapak mau minum apa? Tidak usah repot. Terima kasih. Tidak boleh begitu. Saya sediakan teh, bagaimana? Boleh juga. Maaf, merepotkan. Temannya diajak saja sekalian, Pak. Kasihan menunggu di dalam mobil. Firman tidak langsung menjawab. Dia bingung, dari mana ibu ini mengetahui kalau dirinya datang berdua? Namun kebingungannya itu terlihat konyol, begitu menyadari kalau dugaan ibu itu memang beralasan. Mobil Jeep

237

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

tersebut menggunakan kemudi di sisi kanan, sedangkan dirinya turun dari pintu sebelah kiri. Baik, Bu. Tangannya kemudian menekan sebuah tombol yang terdapat pada kabel yang menghubungkan earpiece dengan handie-talkie yang masih tersembunyi dengan baik di balik jaketnya, dan menghubungi temannya yang masih berada di dalam mobil. Imam, kamu turun dari mobil. Temani saya. Laksanakan, Inspektur. Saat kedua orang berjaket kulit hitam itu berjalan menuju ke ruang tamu, instruktur tari yang mengajar tari Gambyong dengan sudut matanya. Memperhatikan gerak-gerik keduanya sampai menghilang di balik tembok yang menyekat rumah itu dengan panggung.

238

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Siapa mereka berdua itu? Agen intelijen? Lalu, apa hubungan mereka dengan Mas Jusuf? Atau mungkin, mereka hendak bertemu dengan Mas Daud? Ah, bagaimanapun itu bukan urusanku. Aku di sini hanya untuk mengajar tari, pikirnya. Dan sore ini aku akan bersepeda di Jogja. Dia pun kembali menyibukkan dirinya untuk mengoreksi anak-anak perempuan yang salah gerakannya. Silahkan diminum, Bapak-bapak. Terima kasih. Kalau boleh tahu, bapak-bapak ini siapa ya?

239

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 8

Jusuf mematikan ponselnya untuk mengirit baterai, tidak lama setelah dia mengirim pesan singkat balasan ke nomor temannyayang telah mengantar dirinya ke depan gedung Perpustakaan Kota Yogyakarta beberapa jam yang lalu. Dia tidak mau membuatnya khawatir. Situasi yang sedang dihadapinya ini memang mengkhawatirkan, dan dia berharap ini hanya sebuah mimpi yang singkat. Dia bertaruh kepada dirinya sendiri, tidak akan ada seorang pun yang mau menggantikannyasiapa pun ituuntuk berada dalam peran yang sedang dimainkannya ini. Daud memang ada benarnya, kadang. Namun untuk saat ini, pikiran Jusuf sedang tidak mau terganggu oleh keraguan dan kecemasan.

240

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Akulah orang yang tidak kalian inginkan, Jusuf membatin. Hanya aku. Namun kedua orang yang duduk di kabin bagian depan sepertinya tidak mau tahu akan apa yang ditakuti oleh hati kecilnya. Mereka hanya menjalankan tugas yang datang kepada mereka. Uang. Motivasi yang buruk untuk sebuah daya kehidupan yang mengisi jasmani yang sehat dan sempurna ini. Jusuf tidak dibelenggu. Mulutnya pun tidak disumpal. Dia bebas di dalam mobil itu. Tapi dia tahu, kenyamanan di dalam mobil Jeep ini membungkamnya sedemikian rupa dan lebih terasa seperti ruangan berjeruji dengan dua orang bersenjata berat di depan pintunya. Aku bukan seorang tawanan! Tapi teriakan Jusuf itu hanya merambat di tenggorokannya yang tercekat dan lebih

241

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

terdengar seperti suara orang yang berdeham sebelum naik ke podium untuk berpidato. Kenyataannya, Semarang bukanlah tujuan kepergiannya malam ini. Dia mengetahuinya dengan sadar. Sebuah rahasia kecil. Itu hanya pemberhentian sementara. Orang yang akan ditemuinya nanti bahkan tidak berdomisili di kota itu. Yang diketahuinya, orang-orang bayaran seperti mereka yang duduk di depannya itu tidak bisa dipercaya. Jadi, walaupun keduanya merasa mendapatkan kepercayaan penuh dari orang yang memberikannya tugas, mereka bahkan tidak tidak mengetahui identitas sebenarnya dari orang tersebut. Jusuf ingin tertawa, tapi dia diam saja. Biarkan ini menjadi rahasia kecilku yang lainnya, katanya dalam hati.

242

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Setelah melewati Jl.Simpang Lima yang lengang, mobil melaju ke Jl.Pandanaran sejauh 1.5 klimoter ke arah barat laut. Tiga menit kemudian, Jusuf dapat melihat Tugu Muda berdiri menjulang di depannya. Tapi bukan tugu itu yang akan dikunjungi olehnya saat ini. Karena mobil keluar dari ruas jalan dan memasuki sebuah gerbang masuk area gedung yang ada di selatan jalan. Kemudian mobil itu berhenti dan parkir di pelataran parkirnya. Gedung yang berdiri di seberang taman yang berbentuk lingkaran sempurna tersebutdiapit oleh Museum Mandala Bakti dan Lawang Sewuadalah Gereja Katedral Semarang, atau Katedral Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci Randusari. Dibuka sebagai gereja pada tahun 1927 dan diresmikan menjadi katedral mulai tahun 1937, saat ini gedung tersebut

243

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

merupakan pusat dari keuskupan agung Semarang. Sebuah proyek pembangunan Kantor dan Rumah Uskup Keuskupan Agung Semarang yang berlangsung selama tiga tahun pun telah selesai dan diresmikan penggunaannya oleh Bibit Waluyo selaku Gubernur Jawa Tengah, didampingi oleh Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr Antonio Guido Filipazzi, dan Uskup Agung Semarang Mgr Johanes Maria Pujasumarta Pr, pada hari Senin 25 Juni 2012 lalu. Firman telah melakukan perintah yang diterimanya, dari seseorang yang menyebut dirinya sebagai Darun Nadwa. Sudah satu minggu ini, dia berhubungan dengan orang tersebut. Beberapa instruksi yang dirasanya tidak transparan pun telah diterimanya sepanjang beberapa hari belakangan ini. Orang itu

244

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

memilih untuk menggunakan sebuah nama samara untuk menyembunyikan identitasnya dari Firman. Itu bukanlah sebuah masalah bagiku, batinnya. Yang terpenting adalah jumlah nominal yang akan diterimanya begitu urusan ini selesai. Setengahnya telah dibayar di muka, sebagai bukti keseriusan Darun Nadwa. Sisanya akan menyusul setelah paket terakhir terkirim. Firman duduk dengan nyaman dan ingin sekali merokok saat dia menurunkan kaca jendela yang gelap itu hingga setengahnya, di parkiran gereja yang telah sepi dari pengunjung di Jumat malam itu. Bripda Imam memperhatikan atasannya yang duduk di sampingnya itu. Sang Inspektur belum memberi perintah lagi kepadanya, setelah memintanya untuk memarkir mobil di area parkir ini. Dia pun tidak melihat

245

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

pimpinannya itu melakukan gerakan sama sekali, selain tangannya yang terulur ke pemantik elektrik di sebelah pemutar audio, menekannya untuk masuk lebih dalam ke lubang di dashboard sehingga lapisannya menjadi panas dan membara dalam satu menit ke depan. Imam tahu, inilah tempat tujuan bagi paket pertama mereka. Dia menunggu komando selanjutnya. Tapi sepertinya Firman terlihat seperti mengulur-ulur waktu. Atau itu karena mereka sampai terlalu cepat dari jadwal yang semestinya. Entahlah. Imam tidak mau ambil pusing. Duduk dibelakang mereka, Jusuf bertanya-tanya. Mengapa orang-orang ini belum juga memerintahkan dirinya untuk turun dari mobil? Dan, seperti seorang cenayang yang seakan-akan mampu mendengar dan mengetahui isi hati orang

246

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

lain, orang yang duduk di balik kemudi memutar setengah badannya hingga menghadap persis ke arah Jusuf. Saya harap anda mau menunggu sebentar sebelum ada perintah selanjutnya. Jusuf hanya menjawabnya dengan sebuah anggukan kepala yang lebih terlihat seperti goyangan kepala dari hiasan mobil berbentuk anjing di dashboard di seberangnya. Inspektur, bagaimana selanjutnya? Firman tidak segera menjawab pertanyaan Imam. Dirinya bahkan belum mengatakan sepatah kata pun sejak mereka berhenti di tempat parkir gereja ini. Dia hanya mengangkat bahunya dan mengeluarkan kotak rokok berbahan kaleng dari dalam saku jaketnya. Tangannya membuka bungkus itu, dan

247

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

mengeluarkan sebatang dari isinyasebatang rokok putih merk terkenal. Seperti yang kau katakan kepada orang yang duduk bersama kita itu. Tapi aku akan membuatnya lebih singkat lagi. Satu kata. Tunggu. Jelas? Jawab Firman, sambil tangannya menarik pemantik elektrik mobil dan menyulut rokoknya. Sangat jelas, Inspektur. Anda merokok? Firman menengok ke arah Jusuf yang duduk di belakangnya. Dia menyodorkan bungkus rokoknya itu. Tidak, terima kasih. Saya punya rokok sendiri, Jusuf mengeluarkan bungkusan rokok kretek berwarna coklat muda dan korek gas dari saku kemejanya. Oh. Selera yang unik untuk pemuda seperti anda.

248

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Kalau saja pemilik perusahaan rokok ini berani untuk mengekspor produksinya ini ke Verona sana, saya jamin, rokok ini akan lebih terkenal dibanding rokok yang anda hisap itu. Di sana lebih dingin daripada di sini. Tidak juga. buktinya di film-film luar negeri, rokok saya ini yang paling sering mucul. Propaganda. Dan film adalah salah satu cara terbaik untuk mengiklankan produk. Selamat, Inspektur! Anda telah menjadi salah satu korban iklan. Dia menahan diri untuk tidak menceritakan sebuah kisah unik tentang rokok yang dihisapnya itu sewaktu penobatan Ratu Elizabeth II, kepada orang yang duduk di depannya itu. Sebagai perwakilan dari Indonesia, the Grand Old Manjulukan Haji Agus Salimdatang ke Buckingham Palace untuk me-

249

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

menuhi undangan Kerajaan Inggris. Pangeran Philip yang merasa canggung dengan posisinya sebagai suami seorang ratu, didekatinya sambil membawa rokok kretek yang menyala di tangannya. Paduka, kata Haji Agus Salim, apa paduka kenal dengan aroma rokok ini? Pangeran Philip mencium aromanya dan menjawab kalau dia tidak mengenalnya. Inilah sebabnya, sambung Haji Agus Salim, 300 atau 400 tahun yang lalu bangsa Paduka mengarungi lautan mendatangi negeri kami. Setelah mendengar perkataan Haji Agus Salim, Pangeran Philip pun tersenyum dan menyambut tamu-tamu yang hadir dengan lebih luwes dibanding sebelumnya.

250

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Jusuf menyalakan rokoknya. Dia lebih dapat merasakan kenikmatan dari rokok kretek dibanding dengan rokok putih. Merk apapun itu. Walaupun banyak wanita yang tidak menyukai aroma dari asap yang menyebar dari rokok yang dihisapnya, namun dia tidak peduli. Bagaimanapun, selera adalah salah satu hal di samping kebebasan beragama yang tidak dapat dipaksakan oleh seseorang kepada orang lain. Idealis memang. Seidealis jawaban diplomatis Haji Agus Salim yang ditanya mengenai apa yang sedang dihisapnya itu saat jamuan makan malam di London. It is the reason which the West conquered the world.25 Apalagi saat ramai diberitakan di Indonesia bahwa MUI mengeluarkan fatwa keharaman rokok. Jusuf menanggapinya

25

Inilah alasan yang mendorong dunia Barat menguasai dunia.

251

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dengan acuh tak acuh. Karena, di dalam kalangan ulama pun terjadi perdebatan mengenai urgensi fatwa tersebut. Bahkan, ada seorang imam masjid di Jakarta yang berkata, rokok haram hukumnya, jika dimakan. Tinggal dan kuliah di negara yang menjadi anggota Uni Eropa ituwalaupun hanya dua tahun dan tidak diselesaikannyatidak lantas membuat dirinya kehilangan identitas selaku seorang keturunan Jawa dan kebanggaan akan tanah air yang menjadi tumpah darahnya ini. Dia masih menyukai Wedang Sereh yang sering dibuatkan Mbok Ning untuknya. Dia bahkan masih mengingat dengan baik upacara pengibaran bendera yang dialaminya setiap Senin pagi sewaktu sekolah, dan masih merindukannya sampai saat ini.

252

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bahkan, dengan segala kemegahan budaya kuno yang tercium oleh hidungnya sewaktu berkeliling kota Roma bersama Daud, dia selalu merasakan kebanggaan yang tidak terkira apabila matanya menatap bangunan Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat atau saat melintasi jalanan di sekeliling tembok benteng yang melindunginya. Seperti lirik lagu Jogja Hiphop Foundation yang didengarnya. Jogja, tetap istimewa. Jusuf menurunkan kaca jendela di pintu yang ada di sebelah kanannya. Kedua orang yang bersamanya di dalam mobil tidak melarang tindakannya itu. Setidaknya, hal ini dapat membuat sirkulasi udara di dalam kabin mobil menjadi lancar, dan membantu meringankan siksaan yang dirasakan oleh orang yang menyetir mobil yang ditumpanginya ini. Hanya dia yang tidak merokok, dan mulai merasa sesak nafas dan batuk-batuk

253

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

kecil akibat kepulan asap dari rokok kretek yang dihisap oleh Jusuf. Dari celah yang terbuka lebar itu, Jusuf memandangi taman berbentuk lingkaran di kejauhan, sambil

menghembuskan asap ke luar mobil. Tenang. Perjalanan masih panjang. Area parkir gereja ini hanya tempat singgah saja. Tapi perasaan takutnya mulai muncul. Ketakutan akan sesuatu yang dia sendiri tidak memahaminya. Jusuf ingin meredamnya, tapi tidak tahu harus berbuat apa di dalam mobil itu. dia meraih tas ranselnya, mengambil sebuah tabung plastik berisi obat yang dibawanya. Jusuf mengambilnya sebutir, dan menelannya tanpa air. Firman telah membuang puntung rokoknya. Satu batang pertama, dan dia mulai menghisap batang yang kedua. Matanya

254

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

yang awas melihat ada seseorang berpakaian hitam yang berjalan menuju ke arah mobil. Tidak ada mobil lain yang parkir di sini, dan dia tahu dengan pasti kalau tempat ini bukanlah area parkir untuk umum. Selamat malam, Pak. Di sini bukan area parkir umum. Anda dilarang parkir di sini. Orang itu ternyata petugas keamanan gereja, yang kelihatan tidak senang karena wilayah kerjanya kedatangan seorang pengganggu. Saya mengerti. Kami hanya akan parkir di sini sebentar saja. Setelah itu, kami bahkan tidak akan datang lagi ke sini. Tidak ada waktu sebentar lagi itu! Saya minta dengan tegas agar mobil Bapak segera keluar dari sini. Firman menghela nafas dengan enggan. Dia menimbangnimbang untuk menarik pistolnya dan menghabisi nyawa pe-

255

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

tugas sok berkuasa yang sedang menghardiknya itu. Tapi yang dijulurkan oleh tangannya hanyalah sebuah lencana, tepat di depan wajah petugas keamanan itu. Orang ini hanyalah seorang satpam, berani-beraninya! Jusuf kaget juga saat petugas keamanan gereja yang sedang menjalani tugas jaga malamnya itu menghardik orang yang menjemputnya itu. Tapi dia diam saja, dan tetap merokok dengan tenang. Dan tidak lama setelah petugas itu melihat lencana yang disodorkan tepat ke depan mukanya, orang itu pun beringsut pergi menjauh dari mobil. Jusuf ingin menertawainya saat itu juga. Pengalamannya berhadapan dengan petugas-petugas keamanan gedung atau perusahaan tertentu terkadang membuatnya muak. Mereka memang berusaha mengerjakan tugas

256

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

mereka dengan baik, namun otoritas yang mereka emban kadang kala membuat mereka besar kepala. Tidak jarang Jusuf mendapatkan penolakan halus maupun kasar dari mereka, saat dirinya dan Daud hendak bertemu dengan orang-orang penting yang membayar para petugas itu, untuk mempresentasikan Kandang Ndhoro dan kegiatan-kegiatan di dalamnya. Tapi para petugas itu bertindak seperti menghadapi seorang pengemis rapi yang membawa proposal pengajuan bantuan dana. Kami bukan pengemis! Kami hanya berusaha untuk mengajak orang yang membayar kalian agar mengeluarkan uang yang mereka timbun itu di jalan yang baik dan menjadi donator dari kegiatan yang membuat orang lain berpikiran maju dan menghargai budaya serta alam tanah airnya!

257

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Kandang Ndhoro adalah sebuah wadah yang telah lama digagas oleh Jusuf. Dia telah membuat cetak birunya dan menyimpannya dengan baik dalam memori ingatannya. Dan tahun 2012 ini adalah waktu yang tepat untuk memulainya. Dia memiliki sumber daya manusia yang memadai, orang-orang yang dikenalnya. Mereka adalah seniman-seniman dari segala disiplin ilmu; dokter kesehatan masyarakat, pembina pramuka, penulis, pelukis, pencetak sablon, desainer grafis, guru tari, bahkan pecinta alam dan koki. Dan salah satu dari mereka adalah Daud. Begitu mengetahui Daud lulus dari kuliahnya di Roma dan telah pulang kembali ke tanah air tahun lalu, Jusuf langsung berangkat menuju ke Jakarta saat itu. Dia tidak menggunakan mobilnya, dan lebih memilih menggunakan jasa ang-

258

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

kutan kereta api. Di saat yang sama, Daud menceritakan kepadanya mengenai undangan untuk mengisi seminar yang diterimanya. Seminar tersebut bertempat di sebuah gedung di kawasan Universitas Negeri Yogyakarta. Tema bahasannya adalah seputar sejarah perkembangan budaya di Italia pada abad keempat belas dan pengaruhnya terhadap karya seni di sana, yang diterima Daud dari panitia acara. Kebetulan, salah satu dari panitia seminar tersebut adalah temannya sewaktu kuliah di Romaberasal dari ISI yang berangkat ke Roma lewat program pertukaran mahasiswa selama satu tahun. Jusuf menawarkan diri untuk menemani temannya itu selama perjalanan menuju Yogyakarta. Dia hanya menunjuk ke arah motor vespa kesayangan Daud, saat ditanya mengenai alat trasportasi yang akan mereka gunakan untuk keberangkatan

259

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

mereka berdua. Akhirnya, setelah mendapatkan servis mesin secara total, Daud dan Jusuf pun berangkat menggunakan motor kelahiran Italia itu. Daud tidak membawa seluruh barang miliknya saat itu, karena tadinya dia memang belum memutuskan untuk menetap di mana pun setelah kelulusannya. Dan lagipula, dia masih terlihat bimbang saat itu. Sebuah lowongan pekerjaan di sebuah rumah lelang yang cukup terkenal di London memang menggoda bagi seorang fresh graduate seperti dirinya. Dari penuturan Daud, Jusuf mengetahui kalau temannya itu mendapatkan tawaran dari seorang temannya yang sudah lebih dulu bekerja di sana. Dia berasal dari Inggris dan tinggal di asrama yang sama dengan Daud. Kamarnya persis berada di seberang kamar Daud. Dia juga teman pertamanya sewaktu di asrama,

260

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dan pulang kembali ke negerinya setelah lulus kuliah tepat dua tahun setelah Daud mengenalnya. Orang itu memperkenalkan dirinya kepada Daud sebagai Jacob. Jacob meminta Daud untuk datang ke kantornya di London sebelum libur Natal tiba untuk sesi wawancara. Karena seminar di UNY berlangsung sehari penuh di akhir bulan Oktober, maka Daud menyempatkan diri untuk menghadirinya, sambil mempertimbangkan tentang keberangkatannya ke London. Di sisi lain, dia memang belum membuat keputusan untuk memulai karir di mana pada saat itu. Saat itu, Jusuf masih tinggal bersama Padma dan Mbok Ning di rumah pemberian ibunya di daerah Ngaglik, Sleman. Dan sepertinya, setiap hari sebelum dan sesudah seminar, Jusuf telah berhasil mempengaruhi temannya itu untuk membuat

261

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

keputusan. Dengan kemampuan persuasinya, Jusuf menjelaskan segala kelebihan yang akan diperoleh Daud bila memutuskan untuk tinggal bersamanya. Dan yang terpenting, segala kemampuan dan keahlian yang dimiliki Daud akan sangat berguna apabila dia memutuskan untuk menjadi bagian dari apa yang telah direncanakan Jusuf secara matang, jauhjauh hari sebelumnya. Akhirnya, ditandai dengan sebuah email yang dikirimkan Daud ke London untuk menolak dengan halus tawaran pekerjaan yang diterimanya, Senin pagi tanggal 7 November. Daud memutuskan kembali ke Jakarta dan mengambil barang-barangnyayang tidak lebih dari sepuluh kardus mie instanuntuk kemudian memboyongnya ke rumah Jusuf.

262

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bagi Jusuf, Daud adalah elemen penting yang membuatnya semakin mantap untuk menjalankan rencananya. Kandang Ndhoro. Tempat di mana para pemimpin akan terbit dari dalamnya, memberikan pencerahan kepada masyarakat dan lingkungannya masing-masing. Sasarannya pun jelas, anak-anak. Generasi penerus bangsa. Potensial dan murni. Selembar kertas kosong yang putih dan polos. Dan dia ingin mereka menjadi generasi pemikir yang mencintai alamnya, berbudaya, dan jugadi samping itu semuareligius. Begitu kalender masehi berganti dan memasuki tahun 2012, persiapan fisik mulai dilakukan Jusuf. Renovasi besarbesaran terhadap rumah peninggalan orang tua dari ayahnya itu memakan waktu hampir tiga bulan lebih. Selama itu, Daud untuk sementara waktu harus menempati kamar kost yang

263

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dibayarnya setiap akhir bulan. Untungnya, temannya itu telah memiliki penghasilan lewat penjualan novel triloginyayang dikirimkan lewat email dari Roma dan kemudian diterbitkan oleh sebuah penerbit di Indonesiadan pesanan logo secara online yang telah digelutinya sejak setahun terakhir. Dan setelah semua pekerjaan renovasi selesaidengan penambahan gapura di gerbang masuk pelataran yang menjadi tempat menempelnya sebuah plakat dari tembaga bertuliskan Kandang Ndhoro dan bangunan pendopo yang menempel di sebelah timur bangunan utamaJusuf menjemput Daud dan barang-barangnya, mengantarnya menuju Sawit, Boyolali. Peresmiannya pun bisa dibilang telah dihitung dengan sangat cermat, menggunakan almanak Jawa. Sebuah perhitungan yang membagi satu tahun dalam mongso-mongso

264

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

berdasarkan pergerakan revolusi sinodis bulan terhadap bumi. Pergantian harinya tidak sama dengan yang terdapat pada kalender matahari, yang menandai bergantinya hari setelah lewat pukul dua belas tengah malam. Kalender ini adalah kalender lunar, dan hari berganti setiap senja, setelah pukul empat sore. Momen peresmian rumah yang penting itu pun jatuh pada suatu sore di hari Kamis di bulan Maret, atau di permulaan Jumat Kliwon. Jusuf bukanlah anggota Mason yang meletakkan batu pertama dari ketiga bangunan yang menyusun Segitiga Federal Amerika SerikatGedung Capitol, Gedung Putih, dan Monumen Washingtonbertepatan dengan posisi Caput Draconis pembawa keberuntungan berada di konstelasi Virgo, atau komunitas apapun yang berlandaskan kepada

265

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

astrologi dan hal-hal semacamnya, namun dia percaya, bahwa ada hal-hal lain yang berada di luar jangkauan ilmu pengetahuan dan belum dimengerti oleh nalar manusia yang ikut mempengaruhi kehidupan manusia di luar sana. Setiap hari di setiap pekan, Jusuf dan Daud merancang berbagai macam kegiatan bagi anak-anak dari segala kelompok usia, dan juga pemuda di sana. Dari hari Senin sampai dengan Jumat, kegiatan dibagi menjadi dua. Waktu pagi dan malam. Jadwal pagi dimulai pukul sembilan sampai pukul dua belas siangkecuali hari Jumat yang berakhir pada pukul sebelas diisi kegiatan pelatihan keterampilan bagi anak-anak muda, lelaki maupun perempuan, yang masih menganggur di desa tersebut. Seperti teknik sablon, melukis, bahkan menjahit dan menyulam. Panduan dan materi pelajaran diberikan oleh orang-

266

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

orang yang memang berkompeten di bidangnya, dan mereka semua adalah teman-teman Jusuf. Sementara jadwal malam dimulai dari pukul tujuh sampai pukul sembilandiisi pendidikan tambahan bagi anak-anak sekolah. Di jadwal ini, anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan kelas mereka di sekolah, dan materi yang disampaikan pun menyesuaikan pengelompokan ini. Biasanya lebih kepada pendidikan untuk menanamkan kepedulian terhadap alam yang diaplikasikan dalam bentuk permainan agar anak-anak tidak jenuh mengikutinya. Di akhir pekanSabtu dan Minggujadwal pagi diperuntukkan bagi anak-anak muda. Dimulai pukul setengah sepuluh, Diisi pelatihan cara mendaur ulang kertas dan pemanfaatan sampah non-organik menjadi kerajinan, yang pelatihan-

267

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

nya diberikan oleh Adi, yang juga dibantu teman-teman Jusuf dari Komunitas Jendela. Jadwal siang sampai sore, diisi oleh pelatihan tari dan kesenian lainnya bagi anak-anak. Pelatihnya adalah kakak-beradik lulusan ISI yang tinggal di Klaten. Sudah tujuh bulan aktivitas tersebut menjadi rutinitas Jusuf dan Daud. Dan hanya beberapa kali saja Jusuf pergi meninggalkan Kandang Ndhoro. Seperti akhir pekan ini. Namun Jusuf tidak pernah tahu, dia tidak akan kembali lagi ke sana.

268

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 9

Mbok Ning masih tidak percaya atas apa yang didengarnya. Kedua orang yang bertamu ke rumah yang ditempatinya itu memberikan penjelasan dan keterangan yang lebih terasa seperti adegan sinetron yang biasa ditontonnya. Tapi yang pasti, ini lebih mengerikan dan membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Dia berusaha menguasai tubuhnya yang tiba-tiba menjadi lemas seperti kehilangan tenaga agar tidak pingsan seketika itu juga. Matanya menatap wajah salah seorang dari kedua tamunya, yang dari tadi berbicara kepadanya. Mbok Ning mencari dan meneliti kebohongan sekecil apapun di wajah orang tersebut. Namun dia gagal. Cerita itu pun mulai menyusup ke

269

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

nadinya, seperti adrenalin yang membuatnya semakin tegang saja. Firman telah menyelesaikan keterangannya, agar perempuan paruh baya yang sudah menjamunya dengan baik itu mengetahui persis keadaan yang sebenarnya. Dia meraih cangkir tehnya, meminumnya, dan meletakkannya kembali ke atas piring tatakan. Bapak-bapak ini siapa sebenarnya? Baik Firman maupun Imam sepertinya tidak menyukai pertanyaan yang diajukan Mbok Ning kepada mereka. Akhirnya, Firman memberikan jawaban, siapa kami tidak penting. Yang terpenting adalah, Ibu bersedia untuk ikut bersama kami. Orang yang menyuruh kami untuk menjemput Ibu menginginkan keselamatan Ibu tetap terjaga.

270

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Tapi kenapa? Bagaimana dengan Mas Jusuf juga Non Padma? Jusuf telah berada di dalam pengawasan kami. Sementara Padma, sampai sore ini kami masih mencarinya. Bagaimana dengan Mas Daud? Daud masih dalam pencarian. Apakah Ibu bisa membantu kami untuk menemukan Padma dan Daud? Orang-orang ini, pikir Mbok Ning. Aku sudah bilang, aku tidak memiliki telepon genggam! Saya tidak tahu lagi harus bagaimana membantu Bapakbapak. Dalam diam, Imam hanya mendengarkan percakapan di antara pimpinannya dengan narasumbernya itu. Secara tidak terduga, tiga paket yang ditugaskan kepada mereka untuk di-

271

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

jemputJusuf, Padma, dan juga Daudternyata bertambah menjadi empat sekarang. Ibu di hadapan mereka ini. Mereka harus membawanya juga. Meskipun ini bukanlah tugas yang mereka terima, melainkan hanya bagian dari improvisasi khas Firman yang menjadi pemimpinnya dalam tugas gelap ini. Imam memperhatikan tempat mereka berada saat ini. Sebuah kolase dari foto-foto yang dicetak dalam ukuran A3 dan A4 menutupi salah satu bidang tembok di ruang tamu ini dengan sempurna. Sebuah foto menarik perhatiannya, dan tampak seperti pengingat atas target yang harus mereka temukan dengan segera. Pada foto itu, seorang lelaki muda berambut hitam sebahu memakai kemeja batik lengan panjang dan seorang lelaki muda berkemeja berwarna merah marun lengan pendek dengan potongan rambut yang lebih rapi, sedang mengapit

272

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

sepasang pengantin di pelaminan. Di bagian bawah foto, tertera tanggal saat gambar diambil. Tujuh bulan yang lalu, gumam Imam. Ibu, boleh saya bertanya? Imam beranjak dari duduknya, langsung melangkah menuju kolase. Tangannya menunjuk ke sebuah foto yang menarik perhatiannya itu. Mbok Ning tidak langsung menyahut. Ia menoleh ke tamunya yang sedang berdiri di belakangnya sambil menunjuk ke sebuah foto. Siapa orang yang berada di foto ini, selain Jusuf dan Daud? Seorang teman keluarga ini. Dan itu bukan urusan kalian, Mbok Ning bahkan terkejut akan ketegasan dari katakata yang diucapkannya itu.

273

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Saya hanya ingin tahu. Semoga saja, pasangan pengantin baru ini tidak berada dalam bahaya yang sama seperti yang sedang dialami Jusuf dan orang-orang yang dikenalnya. Dia tidak ada hubungannya dengan ini semua! Imam kelihatannya tidak tertarik untuk memperpanjang perdebatan dengan tuan rumah. Dia menghampiri Firman dan berkata singkat, Inspektur, sebaiknya saya menunggu di mobil saja. Firman hanya menjawabnya dengan sebuah anggukan kepala. Tidak lama kemudian, bawahannya itu telah menghilang di balik pintu, keluar menuju ke mobil yang terparkir di pelataran di sebelah selatan pendopo. Dia mulai mencari

274

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

apapun yang berhubungan dengan tugas yang sedang dijalaninya itu. Berimprovisasilah, dia memaksa otaknya untuk berpikir. Matanya menelusuri benda-benda di ruangan ini. Sampai kemudian, sebuah vas bunga kecil dengan beberapa tangkai bunga seruni berkelopak kuning menarik perhatiannya. Vas itu berdiri dalam diam selama ini, dan berada persis di hadapannya. Firman baru menyadarinya, saat melihat sebuah teks berwarna putih tercetak di sisi luar permukaan vas itu, tepat menghadap ke arah dia duduk. Dia membacanya dalam hati. Sebuah nama. Petunjuk baru. Firman ingin menanyakan hal yang sama seperti yang belum lama tadi ditanyakan oleh bawahannya, namun dia telah

275

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

mendapatkan jawabannya. Dan yang dia butuhkan sekarang adalah sebuah alamat. Pasti ada di sekitar sini, pikirnya. Di suatu tempat. Ya. Itu dia. Pikiran Firman mulai terasa tercerahkan. Buku tamu pengunjung pendopo! Pasti ada di sana. Setelah itu, dia menghubungi bawahannya yang ada di luar, untuk mencari apa yang diinginkannya. Waktu terus berjalan. Firman mengetahui dengan pasti hal itu. Sambil mengusir kepenatan dari pikirannya, dia berdeham dan kemudian berkata selembut yang dia bisa. Ibu, kami hanya menjalankan tugas. Dan kami ingin Ibu ikut dengan kami. Aku pun mengerjakan tugas di sini, setiap hari, batin Mbok Ning. Kalian pikir aku sedang bersantai?

276

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Mbok Ning mulai kehabisan kesabaran. Walau dia tahu, guru mengajinya selalu mengatakan kepadanya sewaktu kecil, kesabaran itu tidak ada batasnya selain kematian. Tapi tamu yang sedang dihadapinya ini benar-benar menguji kesabarannya. Dia bahkan tidak mengenal mereka, dan anak-anak belum selesai berlatih tari di pendopo. Ada apa di balik ini semua? Inspektur? Suara Bripda Imam terdengar di earpiece Firman, diselingi bunyi gemerisik. Waktu kita tidak banyak. Saya tahu. Urus kesibukan di luar, jangan sampai mereka tahu apa yang kita lakukan. Firman melongok arloji chronograph di lengannya dan berkata, maafkan saya, Bu. Tapi saya harus melakukan ini.

277

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dengan kesigapan seorang yang terlatih, Firmandari posisi duduknyadengan tiba-tiba melompati meja dengan tiga cangkir teh yang melintang di antara dirinya dengan Mbok Ning, tanpa membuat keributan sedikit pun. Telapak tangan kanan pria itu langsung membekap mulut Mbok Ning begitu cepat, hingga membuat wajahnya mendongak ke atas. Mbok Ning berusaha untuk berteriak sebisa mungkin, di balik bekapan penuh tenaga itu. Dalam hatinya, Mbok Ning berharap, semoga masih ada waktu baginya untuk belajar menggunakan telepon genggam. Namun tangan kiri Firman memberikan sebuah kepastian. Sudah terlalu terlambat untuk berharap. Firman meletakkan tangan kirinya itu di leher Mbok Ning dan menemukan cekungan di bawah tengkoraknyatitik tekanan meridiandan mendorong ibu jari tangan kirinya

278

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

masuk ke dalam tulang rawan yang lembut. Dia pun menekannya. Mbok Ning langsung terkulai. Tenang, batin Firman. Ibu ini hanya akan pingsan selama dua puluh menit. Waktu yang singkat, namun berguna. Untuk membuatnya bersedia bekerja sama. Di luar, Imam memutuskan untuk memberi sedikit peringatan yang halus kepada kedua instruktur tari yang sedang mengajar anak-anak di pendopo, sebelum masuk ke mobil. Dia memberi waktu lima menit bagi keduanya, agar meninggalkan tempat yang sedang mereka pijak ini. Instruktur tari yang sedang melatih anak laki-lakiyang mulai kebingungan dan tidak menyadari situasi yang sesungguhnyatanpa banyak berpikir, segera mengajak adiknya untuk bergegas menuju sepeda motor mereka dan pulang ke rumah mereka di Klaten.

279

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Anak-anak pun berlarian, menghambur menuju ke rumah mereka masing-masing. Ternyata, Imam hanya membutuhkan waktu empat menit saja untuk mengosongkan area pendopo. Kemudian, dia melangkah menaiki undakan terakhir pendopo dan menuju ke sebuah buku bersampul corak batik yang tergeletak di atas sebuah meja. Dia memeriksa halamanhalamannya, dan dengan mudah menemukan apa yang diminta oleh atasannya. Setelah memeriksa keadaan di luar untuk terakhir kalinya dan memastikan bahwa tidak ada seorang pun yang melihat, dia menghubungi Firman yang masih berada di dalam. Inspektur, area aman. Saya sudah mendapatkan apa yang anda minta untuk dicarikan. Dan paket bisa langsung diangkut menuju ke mobil.

280

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Hanya suara gemerisik panjang sebelum akhirnya pimpinannya itu menjawab. Cepat masuk ke sini. Bantu saya menggotongnya.

281

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 10

Selesai mengaji dan menunaikan shalat Isya dengan berjamaah, Dini segera melangkah pulang menuju ke rumah yang ditempatinya bersama suaminya itu. Tidak terlalu besar memang, karena hanya memiliki sebidang tanah sebagai taman di depan dan samping rumah, dua kamar tidur, ruang tamu sederhana, dan satu kamar mandi yang bersebelahan dengan dapur. Bagaimanapun, rumah tersebut adalah tempat baginya untuk memulai perjalanan mengarungi sisa hidup dengan status baru pada kartu tanda penduduknya. Lagipula, keluarga kecilnya itu baru beranggotakan dua orang sajadia dan suaminya. Jadi, ruang yang sedikit di dalamnya tidak atau belum menjadi persoalan yang berarti.

282

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Saat berbelok menuju jalanan kecil yang mengarahkannya ke rumah, dia melihat ada sebuah mobil berwarna merah yang terparkir di pinggir jalan di ujung sana. Dia mengenal dengan pasti, di ujung jalan inilah rumahnya terletak. Mobil siapa itu? Teman suaminya? Seingatnya, belum ada teman suaminya sesama guru yang mampu membeli mobil seperti yang sedang terparkir itu. Maka, dengan rasa penasaran yang semakin meningkat, Dini mempercepat langkahnya. Dan, semakin dekat dengan mobil itu, kecurigaan Dini semakin membesar. Mobil ini berplat nomor B? Hanya satu rumah lagi sebelum dia sampai di depan pintu pagar rumahnya, saat telinganya menangkap suara ribut-ribut yang berasal dari dalam rumahnya. Ada suara seorang perempuan? Tiba-tiba, rasa cemburunya meningkat tajam. Dengan

283

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

setengah berlari, Dini menuju pintu pagar yang terbuka itu, melewatinya, dan langsung berdiri di depan pintu rumah dengan kedua tangannya yang terkepal. Dia menggedor pintu rumahnya, dengan tinjunya. Daud merasa seperti Oishi Kuranosuke Yoshitaka pemimpin 47 ronin yang melakukan aksi balas dendam yang begitu terkenal di Jepangsaat ksatria itu dipergoki oleh Hara, temannya sendiri, ketika berada di sebuah kedai minuman murahan di Kyoto, dengan kepalanya yang pening karena mabuk berat sedang berada di atas pangkuan seorang gadis penghibur yang melantunkan sebuah lagu rakyat dari daerahnya dengan nada datar. Tapi Daud tahu, walau situasi dan kondisinya jauh berbeda, namun diasama seperti pahlawan rakyat

284

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Jepang itutidak bisa membuat perempuan yang telah membuka pintu rumah Adi itu tenang dari keterkejutannya. Mbak, ini tidak seperti yang Mbak pikir. Terus, kenapa perempuan ini teriak-teriak seperti itu? Jelaskan, Daud! Aduh. Ceritanya panjang. Bunda, ini adik perempuannya Jusuf. Padma. Kenapa ayah tahu namanya? Nada suara Dini masih terdengar tinggi. Daud, Adi, dan Padma, berusaha menenangkan Dini yang masih terbakar cemburu. Suaranya yang cukup terdengar sampai ke jalan di depan rumah membuat beberapa tetangga berkumpul di depan pagar, tertarik untuk melongok ke dalam. Hal ini membuat Adi terlihat sangat sibuk. Dia beberapa kali

285

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

harus meyakinkan kerumunan itu bahwa apa yang terjadi di rumahnya ini hanyalah kesalahpahaman saja. Kelihatannya, para tetangganya itu mulai percaya. Dan mereka mulai membubarkan diri satu persatu. Adi kembali ke ruang tamu. Dia menghela nafas panjang. Matanya menatap istrinya yang baru dinikahinya tujuh bulan lalu itu dengan sorot mata yang tenang. Sabar, bisiknya kepada dirinya sendiri. Bunda. Duduk dulu, ya? Mau aku buatkan teh juga? Dini tidak segera menjawab. Sambil membuang muka, dia mengangguk pelan untuk menanggapi tawaran dari suaminya itu. Adi kelihatannya tidak menunggu jawaban istrinya, karena dia telah menghilang ke arah dapur dan kembali dengan membawa satu mug besar teh manis panas saat kembali

286

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

bergabung bersama istri dan kedua orang yang dikenalnya di ruang tamu. Ini tehnya, Bunda, ujar Adi saat meletakkan mug besar dari besi itu di atas meja di depan tempat duduk istrinya, pelan-pelan minumnya. Tehnya masih panas. Melihat Dini mulai mengulurkan tangan kanannya untuk meraih mug berisi teh di depannya, Adi lalu memberikan kode kepada Daud untuk menceritakan alasan mengapa dirinya dan Padma berada di sini. Dari awal kedatangan mereka. Dini kelihatan menyadari kekhilafannya, dan beristighfar dengan suara yang hampir berbisik. Kepalanya menunduk sesaat, lalu terangkat dan matanya memandang Adi, suaminya. Ayah, maaf. Aku keterlaluan.

287

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Adi, dengan senyum jenaka yang mengembang di bibirnya, berkomentar, lain kali, kalau mengaji tapi tidak dapat makanan ringan, marahnya jangan dibawa pulang ya, Bunda. Dini tersenyum malu, sambil tangannya mencubit pelan pinggang Adi. Pemandangan ini membuat Daud dan Padma merasa lega. Meskipun hanya sebentar. Karena mereka kembali teringat akan alasan kenapa mereka berada di sini. Lalu, Mas Jusuf bagaimana kondisinya sekarang? Itulah, Mbak. Kami tidak tahu. Kami tidak bisa menghubungi ponselnya. Padma kembali teringat akan kakaknya itu, dan memutuskan untuk memberitahukan situasi ini kepada ibunya di Tangerang. Dia beranjak keluar, dengan ponsel di tangan.

288

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Daud melihat gelagat Padma, namun dia tidak lagi mencoba untuk memegangi tangan Padma untuk mencegahnya melakukan apa yang dia rencanakan. Daud hanya berdiri dari tempat dia duduk dan berjalan mengikuti di belakang Padma. Di teras, Daud mencoba untuk memberikan pengertian kepada Padma. Dengan bahasa yang sehalus mungkin, yang dia bisa. Padma. Maaf kalau tadi aku mencegahmu menghubungi Ibumu. Kamu boleh memberitahunya. Tapi aku mohon, jangan malam ini. Aku yakin, Jusuf baik-baik saja malam ini. Dan besok, dia pasti menghubungi salah satu dari kita. Mas Daud yakin?

289

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Entahlah, aku sendiri pun tidak begitu yakin, batin Daud. Tapi, aku hanya ingin kita menghadapi semua ini dengan langkah yang hati-hati. Sepertinya rasa takut Mas berlebihan. Coba, ponsel Mas Daud diaktifkan lagi. Siapa tahu ada kabar. Kelihatannya, walau orang-orang yang menjemput Mas Jusuf semalam punya wewenang untuk melakukan penyadapan telepon, tapi prosedur itu membutuhkan langkah-langkah yang rumit, bukan? Dan satu lagi. Mas Daud bukan salah satu dari mereka yang namanya tercantum dalam DPO Detasemen Khusus 88. Mas orang sipil biasa. Iya juga. Habis, aku terlalu khawatir tadi sore. Daud merasa ada kebenaran dalam kata-kata Padma. Dia lalu mengeluarkan ponselnya dari saku celana, dan kemudian

290

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

mematikan mode penerbangan yang tadi digunakannya. Benar saja. Beberapa saat kemudian, ponselnya berbunyi beberapa kali. Ada dua pesan singkat yang masuk. Dari instruktur tari yang melatih di pendopo Kandang Ndhoro, yang memberitahukan kedatangan dua orang berpenampilan militer dengan sebuah mobil Jeep ke rumah di Sawit, Boyolali. Sementara satu lagi, dari seorang tetangga yang tinggal tepat berhadapan dengan Kandang Ndhoro, memberitahukan informasi yang sama. Padma, ujar Daud, dengan suaranya yang terdengar lesu. Iya? Mereka mendapatkan Mbok Ning.

291

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 11

Dua puluh dua jam sebelumnya, di pelataran parkir dari sebuah gereja di seberang Tugu Muda, Semarang. Jusuf berdiri sendirian di sana, melihat lampu belakang dari mobil yang tadi membawanya ke tempat ini semakin menjauh dan kemudian menghilang. Jusuf tahu, dia tidak akan melihat mobil itu lagi. Dia mendesah tanpa semangat. Sudah lewat tengah malam sekarang, dan dia harus menunggu jemputannya sekali lagi. Kali ini seorang diri. Dia kemudian melangkah keluar dari pelataran itu, menuju ke trotoar yang melengkung mengikuti bentuk jalan yang mengitari taman berbentuk lingkaran itu. Tidak ada penanda apapun yang memberi tahu penjemputnya. Yang

292

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

diketahui Jusuf, hanya perintah untuk menunggu di tempat parkir yang tadi ditinggalkannya. Peduli setan, Jusuf membatin. Yang penting adalah, mereka sudah mengetahui titik penjemputanku. Aku cukup mengawasinya. Begitu mereka datang, aku baru akan kembali ke titik itu. Jusuf belum mencoba untuk menyalakan ponselnya lagi. Tapi dorongan itu timbul begitu saja, dan memaksa tangannya untuk menekan tombol yang membuat layar ponselnya menyala putih terang, dengan tulisan BlackBerry yang dicetak tebal di tengahnya. Lampu LED di pojok kanan atas ponsel berkedip-kedip merah, menandakan notifikasi. Tangannya kemudian sibuk berkutat pada tombol-tombol di perangkat komunikasi tersebut,

293

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

membuka pesan singkat dan pesan baru aplikasi BlackBerry Messenger. Salah satunya dari Padma, yang mengajak dirinya untuk ikut menghadiri seminar besok siang. Dia ingin mengirimkan pesan balasan, namun dibatalkannya. Matanya menangkap sorot lampu panjang dari sebuah mobil Toyota Camry XV40 bermesin 2.4L warna hitam yang meluncur masuk ke tempat mobil Jeep yang membawa dirinya terparkir beberapa saat sebelumnya. Jusuf melirik penunjuk daya baterai ponsel di tampilan muka. Masih ada seperempat. Dia pun kembali mematikan ponsel, melangkah mendekat ke arah mobil sedan yang kini terparkir di area yang ditujunya dalam keadaan mati, dan masih merasa bodoh karena tidak membawa charger sebelum pergi tadi.

294

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Di dalam mobil sedan itu, dua orang dengan penampilan yang tidak berbeda dengan orang yang berada di mobil Jeep sedang memperhatikan seorang anak muda berpakaian rapi yang berjalan ke arah mereka. Orang yang duduk di balik kemudi bertanya kepada orang yang duduk di sampingnya tanpa menoleh. Betul, itu orangnya? Orang yang ditanya pun menjawab tanpa mengalihkan pandangan kepada pemuda yang melangkah semakin dekat itu, sebentar lagi kita akan mengetahuinya. Jusuf hanya beberapa langkah saja dari kaca jendela pengemudi, saat jendela itu turun dengan halus hingga hampir habis seluruhnya. Bagus, orang berpenampilan sama lagi,

295

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

gumamnya. Ada apa dengan selera potongan rambut orangorang ini? Saudara Jusuf E Nagari Gustidwipa? Lagi-lagi, apa elemen kejutan dalam hidupku sudah habis kugunakan seluruhnya? Cobalah bertanya dengan gaya berbeda, membosankan! Tapi Jusuf hanya mengeluhkan ini kepada dirinya sendiri. Iya. Saya sendiri. Baik. Kalau begitu, singkat saja. Ikut kami. Jusuf pun membuka pintu yang berada tepat di belakang jendela yang membuka itu, duduk di jok di baliknya, dan menutupnya kembali. Anda perokok, Saudara Jusuf? Iya.

296

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Sayang sekali. Karena kami bukan perokok. Saya akan menutup semua jendela. Dan saya akan menggunakan pendingin, agar kaca depan tidak mengembun. Perjalanan kita hanya tiga jam dari sini. Saya harap, anda dapat sedikit menahan hasrat merokok anda selama itu. Akhirnya, satu kejutan yang berbeda! Tapi bukan itu yang diharapkan Jusuf. Mesin mobil menyala dan bersiap keluar dari pelataran parkir, tepat di saat petugas keamanan yang terlanjur merasa terusik melangkah mendekat ke arah mobil sedan berwarna hitam itu. Ada apa dengan malam ini? Petugas itu berbicara kepada dirinya sendiri, seperti sedang berbincang dengan orang lain.

297

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dua mobil yang parkir seenaknya dalam waktu tidak lebih dari satu jam? Dari malam-malam sebelumnya, malam inilah waktu tugas yang paling mengesankan bagi petugas jaga berupah rendah itu. Harusnya Romo bersedia menyediakan sebuah plang bertuliskan Ayub 38:11 dengan murah hati, petugas itu mengeluh, agar aku dapat memasangnya di samping gerbang masuk begitu jadwal kegiatan gereja telah selesai. Dan mungkin petugas itu akan merasa lebih terkesan lagi, bila sempat melongok ke dalam mobil sedan yang telah meluncur keluar dari area kekuasaannya dan melihat dua orang berpenampilan militer dengan satu orang pemuda di jok

298

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

belakang, yang hampir serupa dan identik dengan tiga orang yang ada di dalam mobil Jeep yang dia tegur sebelumnya. Satu jam lima belas menit kemudian. Sedan itu meluncur dengan kecepatan yang stabil dan meyakinkan, melewati jalur yang agak menanjak saat memasuki wilayah Ungaran. Dan kini, mobil sedan itu telah melintas melewati gerbang pabrik Nissin. Mobil itu terus berlari menuju ke selatan, berpacu dengan waktu dan truk-truk pengangkut yang berjalan pelan karena kelebihan beban muatan. Satu perjalanan lagi. Dari rangkaian perjalanan yang akan menggiring Jusuf ke arah yang tidak pernah terpikir sebelumnya olehnya. Tapi untuk saat ini, Jusuf belum menyadari apa yang sedang menggiringnya menuju ke arah itu. Tidak untuk saat ini.

299

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Jusuf melirik arlojinya. Dan sudah tiga jam tiga puluh menit berlalu sejak dia masuk ke dalam mobil yang menjemputnya di depan gedung Perpustakaan Kota Yogyakarta. Kini, dia masih berada di atas empat ban karet yang menggelinding dengan lancar membelah malam, walaupun dengan mobil dan teman perjalanan yang berbeda. Setelah naskah pertamanya mendapatkan konfirmasi perihal penerbitannya menjadi sebuah buku, sebelas bulan yang lalu, Jusuf mulai merasakan gairah yang tidak terkira dari aktivitas barunya ini. Apalagi setelah dia memberikan salinan digital dari naskahnya yang akan terbit ke beberapa teman dekatnya, seperti Daud dan Adi. Menulis menjadi semacam wadah baginya untuk menyebarluaskan pemikiran-pemikiran dan gagasan yang ada di

300

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dalam benaknya. Dan sambil menunggu bukunya itu terbit, dia pun mulai menyusun sebuah buku lainnya. Dan karena itulah, dia berada di dalam mobil ini. Ini demi sumber yang terpercaya. Jusuf mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri. Dan demi informasi tertentu, terkadang kita harus menempuh jalan yang berat untuk memperolehnya. Pekan lalu, di sebuah hari yang berawan di penghujung bulan September. Itulah yang mengawali proses perjalanan yang sedang dialaminya ini. Hari Jumat pukul satu siang, saat Jusuf sedang beristirahat di kamarnya sebelum mulai mengetik kelanjutan dari naskah buku yang sedang digarapnya. Dia sedang mengalami kebuntuan. Bahan pendukung yang dimilikinya tidak cukup. Naskah yang sedang digarapnya itu bisa

301

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

menimbulkan kontroversi, dan dia mengetahuinya dengan pasti. Oleh karena itu, dia membutuhkan beberapa referensi dari sumber yang memang benar-benar valid. Jusuf mengambil ponselnya, dan melihat ke dalam urutan nama dalam daftar kontaknya. Dia ingin menghubungi seseorang yang dirasanya mampu mengatasi kebuntuan yang dihadapinya itu. Jusuf memutuskan untuk menghubungi seseorang. Seseorang yang dikenalnya. Sangat dikenalnya, bahkan. Orang yang sudah beberapa tahun ini tidak dilihatnya lagi karena kesibukan orang itu sendiri. Orang yang berhenti membiayai Jusuf setelah dia memutuskan untuk tidak lagi melanjutkan kuliahnya di Verona. Jusuf merasa ragu untuk meminta pertolongan, walaupun orang itu adalah ayahnya sendiri. Walaupun pada Lebaran Idul

302

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Fitri dua bulan lalu Jusuf bertemu lagi dengan ayahnya seakan tidak terjadi apa-apa di antara mereka, Jusuf merasa kalau pertemuan keluarga itudengan perbincangan yang terjadi di antara keduanyasekedar untuk menghibur ibunya saja. Tapi kali ini, Jusuf memang membutuhkan pertolongan dari ayahnya. Apalagi, dengan akses sekelas pejabat eselon tinggi yang didapat ayahnya dari jabatannya di dalam Kementerian Kehutanan. Jusuf sedang mencoba menguak adanya hubungan antara pejabat penting negara dan pemilik perusahaan pengelolaan hutan yang bertanggung jawab atas kerusakan hutan dan lingkungan hidup. Dia jelas membutuhkan akses kepada arus-arus informasi yang tidak diperoleh masyarakat umum.

303

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Apalah informasi.

peduliku,

batin

Jusuf.

Aku

membutuhkan

Tangannya menekan track pad ponsel. Kemudian, terdengar suara bernada tunggal yang panjang dan berjeda menandakan nada sambungsaat Jusuf menempelkan telinganya ke speaker ponselnya. Ratusan kilometer jauhnya dari kamar Jusuf, di sebuah kantor di Jl.Gatoto Subroto, Jakarta. Sufyan Prakoso melihat layar ponselnya sendiri dengan tatapan asing. Jusuf meneleponku? Tumben. Mereka berdua sudah jarang berkomunikasi sejak Jusuf memutuskan berhenti kuliah. Hal ini membuatnya marah besar. Dan dia memutuskan untuk tidak lagi membantu anaknya itu,

304

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dalam urusan apapun. Tapi kali ini, kekerasan hatinya itu mendapatkan ujian. Anaknya meneleponnya. Ponselnya masih bergetar dalam genggamannya. Ringtone ponselnya masih terdengar dengan riang, menunggu reaksi. Waktunya untuk berbaikan, mungkin? Pikir Sufyan. Atau, anak ini butuh uang? Dia mencari earphone di laci meja kerjanya, dan menyolokkannya ke ponsel. Jarinya menekan tombol yang menyala hijau, setelah kedua speaker kecil berkabel itu terpasang di kedua telinganya. Assalaamu alaikum. Apa kabar, Pah? Memang benar, itu suara anaknya.

305

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Waalaikum salaam. Alhamdulillah, kabar Ayah baik. Tumben telepon? Bagaimana kamu di sana? Lancar kan, di Boyolali? Suara anaknya di seberang sana menjawab pertanyaan darinya dengan lengkap dan rinci. Rasa ragu terhadap anaknya itu perlahan terkikis, ketika mendengarkan cerita Jusuf mengenai naskah pertamanya yang akan terbit. Dalam hatinya, Sufyan senang dan bangga karena mengetahui anaknya dapat bergerak bahkan tanpa bantuannya sama sekali. Perbincangan pun langsung beralih, saat Jusuf mulai menceritakan kesulitan yang sedang dihadapinya dalam menyusun naskahnya yang kedua. Sufyan mendengarkan dengan perhatian penuh, dan mulai mengerti apa yang sedang dibutuhkan oleh anaknya itu. Sebuah pertolongan.

306

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Ayah tidak punya akses itu. Kamu bisa cari di media. Informasi seperti itu lebih tersedia dan lebih gamblang dibahas dibanding rahasia keamanan nasional. Tapi paling tidak, Ayah bisa bantu menghubungkan Jusuf ke orang yang berwenang. Jusuf butuh informasi ini. Masyarakat butuh informasi ini. Ayah tahu. Tapi apa kamu tidak mengkhawatirkan keadaanmu sendiri? Ada Allah, Pah, jawab anaknya dengan suara yang tenang dan yakin. Sebentar, Sufyan mulai mengetikkan perintah-perintah kepada komputernya, mencari data mengenai orang-orang yang mungkin bisa memberikan Jusuf apa yang dia cari. Ini, langsung dicatat.

307

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Sufyan menyebutkan nama beberapa orang yang memang mengurus masalah kebijakan pengelolaan hutan dan hal-hal yang berhubungan dengan apa yang dibutuhkan oleh anaknya. Ingat, pesan terakhir dari Sufyan kepada Jusuf sebelum panggilan telepon selesai, jangan bilang kamu mendapatkan nomor mereka dari Ayah. Jusuf dikagetkan oleh sentakan mendadak akibat si pengemudi yang menginjak rem tiba-tiba, membuat mobil yang ditumpanginya berhenti di belakang sebuah truk yang mogok. Dia mendengar pengemudi itu mengumpat, dan membelokkan mobilnya ke kanan, menghindar dari mobil yang kelebihan muatan itu. Setelah melewatinya, mobil sedan itu pun kembali dipacu dengan kecepatan yang sama seperti sebelumnya.

308

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 12

Mobil Jeep hitam yang dikendarai oleh Imam telah melesat cepat menjauhi Pabrik Gula Gondang Legi. Dan selain Firman, mobil ini mengangkut seorang penumpang lain. Mbok Ning. Dia siuman sejak mereka masih berada di jalan raya yang membelah Kota Klaten. Kini, penumpangnya itu sudah tidak lagi histeris seperti saat dia pertama tersadar dari pingsannya. Firman telah memberikan berbagai penjelasan yang sangat masuk akal, yang mampu dimengerti oleh Mbok Ning. Dan, penjelasannya itu berhasil membuat Mbok Ning memahami dengan baik situasi yang sesungguhnya.

309

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bukan kami yang harus anda takuti, Ibu Ning. Kami berada di pihak yang sama dengan Jusuf dan orang-orang di sekitarnya. Dan kami ingin memastikan keamanan kalian terjaga, ujar Firman kepada Mbok Ning yang duduk sendirian di jok belakang, mengakhiri penjelasan panjangnya. Kalian minta saya untuk percaya? Mbok Ning, walaupun sudah lebih tenang, masih kurang mempercayai kedua orang yang membawanya itu. Apalagi setelah perlakuan yang diterimanya sore tadi. Bukan kami yang harus anda percaya, Ibu Ning. Percayalah kepada Tuhan. Dan mintalah kepada-Nya, semoga situasi yang kita takutkan tidak pernah terjadi. Jawab Inspektur Firman. Dia bahkan tidak mengenali pikiran yang membuatnya bicara seperti itu.

310

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Aku, berbicara seperti seorang Kyai? Bapak pasti akan bangga kepadaku. Lalu, saya mau kalian bawa ke mana? Ke tempat yang aman di bawah perlindungan orang yang mengutus kami. Di mana itu? Firman menimbang-nimbang untuk menjawab. Dia takut, informasi yang akan diberikannya kepada Mbok Ning akan mengungkap identitas orang yang memberinya tugas itu. Walaupun dia sendiri tidak mengetahuinya sedikitpun, namun permintaan Darun Nadwa untuk mengangkut perempuan paruh baya ini, membuat Firman curiga kalau orang itu mengenal Mbok Ning secara personal.

311

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Saya diminta untuk mengantarkan Ibu menuju ke sebuah tempat, Firman memutar tubuhnya ke belakang sambil mengeluarkan sebuah amplop coklat dari saku dalam jaket kulit hitamnya, dan ini untuk Ibu. Firman kembali menghadap ke depan. Mbok Ning tidak mengucapkan sepatah kata pun saat menerima amplop berbentuk persegi panjang yang disodorkan orang yang menjemputnya itu kepadanya. Tangannya mulai membukanya dan mengeluarkan isinya. Dari cahaya-cahaya lampu di luar yang berkelebatan menerangi tulisan pada kertasyang ternyata adalah sebuah tiket kereta yang akan berangkat tidak lama lagi Mbok Ning mengenali tujuannya dari perjalanan yang akan ditempuhnya. Kenapa harus ke

312

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Ibu Ning, Firman memotong Mbok Ning tepat pada waktunya. Saya mohon, jangan berkata apapun lagi. Jaga informasi apapun yang terdapat di dalam amplop itu. Kami lebih senang untuk tidak mengetahuinya. Tapi bagaimana dengan Mas Jusuf, Non Padma, dan juga Mas Daud? Jusuf telah berhasil kami amankan. Dari nada bicara Firman saat menyebutkan keadaan Jusuf, Mbok Ning menangkap ada sesuatu yang dirahasiakan. Pada kenyataannya, memang tidak ada sesuatu yang dirahasiakan itu. Dengan jujur, Firman menyampaikan apa yang dia tahu. Dia memang tidak mengetahui apapun perihal peristiwa yang terjadi setelah dia dan Imam meninggalkan

313

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Jusuf sendirian di Katedral Semarang. Dia akan mengetahuinya sebentar lagi.

314

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 13

Begini saja. Aku akan membaca ulang salinan naskah Jusuf yang ada padaku sampai tuntas, ujar Adiyang telah berhasil menenangkan istrinyayang kini telah bergabung bersama Daud dan Padma di teras rumahnya, dan aku akan menghubungi kalian secepatnya. Kami bingung, Mas. Kami bingung mau ke mana setelah ini. Ke Boyolali sudah tidak memungkinkan bagi kami. Kata siapa? Ini, aku dapat info dari tetangga dan istruktur tari yang tadi sore mengajar anak-anak. Mereka bilang ada mobil datang, ciri-cirinya yang sama dengan mobil yang menjemput Jusuf.

315

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Ada kabar dari Mbok Ning? Aku tidak tahu. Mbok Ning tidak punya ponsel. Minta tetangga untuk menengok ke dalam rumah? Mereka masih takut, Mas. Tadi di SMS balasan, aku sudah minta tolong. Tapi mereka tidak berani untuk masuk ke rumah melihat kondisi terkini. Paling tidak, kesimpulan yang bisa kita tarik adalah, di pendopo tidak ada siapapun saat ini. Mereka membawa Mbok Ning, kan? Daud dan Padma mengangguk bersamaan. Dan mulai merasakan kekhawatiran begitu mengingat perempuan paruh baya yang tidak akrab sama sekali dengan perangkat elektronik apapun di luar saklar lampu, peralatan rumah tangga, dan televisi.

316

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Jadi cukup jelas. Mereka tidak punya alasan untuk kembali ke tempat yang sama, apalagi sudah tidak ada siapa-siapa lagi di rumah itu. Menurut Mas, kita ke Boyolali saja? Tanya Padma yang dari tadi hanya diam mendengarkan. Mau bagaimana lagi? Itu satu-satunya pilihan yang masuk akal untuk saat ini. Bersembunyi di titik pengamatan yang sudah dilewati, kadang menjadi sebuah pilihan yang paling masuk akal dan aman. Daud merasa tidak percaya, saran yang baru saja dia dengar terlontar dari pikiran logis seorang guru matematika seperti Adi. Dia menoleh ke arah Padma, dan perempuan itu pun menoleh ke arahnya di saat bersamaan. Mereka saling

317

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

berpandangan, dan mata mereka menyiratkan ketidakpahaman yang jelas. Apalagi ini? Kalian ragu? Bisa dibilang begitu, jawab Padma. Begini, Adi mencoba menerangkan sambil mengumpulkan kesabarannya. Anggap saja aku sedang berdiri di depan murid-murid di kelas, batinnya. Aku berikan tiga soal, dan kalian jawab langsung. Mas, kenapa jadi kuis begini? Sudah, ikuti saja. Pertanyaan pertama. Jarak antara titik A dan B adalah 80 km. Jika sebuah mobil menempuh perjalanan dengan kecepatan 40 km/jam yang stabil, berapa lama waktu yang ditempuh mobil tersebut, dari titik A menuju titik B?

318

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

2 jam? Yap. Sekarang, pertanyaan kedua. Jika A adalah emas murni berdimensi 2x4x1 cm dengan kepadatan 19.3 gr/cm3 diceburkan ke sebuah bejana berisi 2 liter air laut dengan konsentrasi garam sebesar 1.5%, berapa liter air yang tumpah dari bejana tersebut? Pas. Pertanyaan ketiga. Berapa luas sebuah balok dengan panjang 4 cm, lebar 2.5 cm, dan tinggi 1 cm? 10 cm3? Betul. Sekarang, kembali ke pertanyaan yang kedua. Jika A adalah Belum selesai Adi mengulangi soal kedua, Daud mulai menangkap maksud dari Adi. Mobil yang menjemput Jusuf

319

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

kemarin malam, dan yang dilihat tetangganya di Boyolali, pasti sedang mengerjakan sesuatu yang lebih dari sekedar pengintaian. Orang-orang itu sedang melakukan peringkusan, dan sebuah peringkusan tidak mungkinatau setidaknyatidak akan kembali ke titik yang telah mereka datangi. Walau merasa bahwa logika Adi ada benarnya dalam hal ini, Daud masih mempertanyakan teknik yang dipilih oleh guru matematika itu untuk menerangkannya. Bagaimanapun, tidak ada waktu untuk protes. Oke, Mas. Cukup dengan matematikanya. Padma, segera siapkan mobil. Ada sebuah perjalanan yang akan kita berempat lakukan malam ini.

320

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Hei, kenapa jadi berempat? Adi mencoba untuk mengoreksi. Tapi kelihatannya Daud telah membuat sebuah keputusan sepihak. Mas Adi dan Mbak Dini harus ikut. Kunci rumah, matikan lampu. Untuk berjaga-jaga. Adi mempertimbangkan kata-kata Daud. Mulutnya terbuka, seperti hendak mengatakan sesuatu. Tapi sepertinya diurungkannya, dan melangkah ke dalam rumahnya. Kita mau ke mana sih, Mas? Padma berbisik kepada Daud yang masih berdiri di sebelahnya. Kita akan melakukan perjalanan jauh, bisik Daud, ke Mars. Padma memandangi Daud dengan tatapan penuh tanda tanya, sementara yang dipandanginya itu tergelak dalam tawa.

321

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Sementara Adi sudah berada di ruang tamu rumahnya merapikan notebook dan memasukkannya ke dalam taslalu mengajak istrinya untuk ikut. Bukan tidak mungkin kalau orang-orang yang menggunakan mobil Jeep hitam itu akan menuju ke sini. Dan Daud ingin melakukan tindakan pencegahan agar orang-orang itu tidak mendapatkan apa yang mereka cari di sini. Ke Boyolali, Padma. Kamu sudah lama tidak ke sana, bukan? Kita bukannya sedang bermain kuis matematika, ya? Jawab Padma, dengan senyum jenakanya.

322

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 14

Tidak seperti malam-malam akhir pekan sebelumnya, Sufyan masih duduk di sebuah kursi kerja yang nyaman di balik meja kayu besar yang berada di ruang kerja pribadinya. Dia berada di rumah, tapi kenyataan bahwa dia masih duduk di tempatnya saat ini mengatakan bahwa benaknya tidak sedang berakhir pekan. Istirahat adalah sesuatu yang tidak dipikirkannya saat ini, setidaknya belum. Istrinya sudah pulang dari sebuah acara pertemuan sejak pukul tujuh malam, dan berbaring dengan matanya yang terpejam karena kelelahan. Aktivitas dan jadwal yang padat telah membuat dia dan istrinya jarang bercengkerama berdua akhir-

323

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

akhir ini. Apalagi dengan perginya anak bungsunya ke Yogyakarta, mengikuti jejak kakaknya. Ada waktu di mana rumah ini pernah terisi oleh kebahagiaan dan atmosfer kegembiraan yang riang. Dulu, batinnya mencoba mengingat-ingat. Matanya lekat menatap kepada empat figur setengah badan yang berada di dalam sebuah foto seukuran kartu pos berbingkai, yang berdiri menggunakan penyangga di atas meja kerjanya. Dulu sekali, sebelum tahuntahun ini. Sufyan muda adalah seorang yang tergila-gila dengan dunia akademis dan sedikit esoterisme Jawa, yang banyak menghabiskan masa mudanya di bangku kuliah dan perkumpulan-perkumpulan kebatinan. Tapi bukan berarti hal itu

324

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

menjadikannya melenceng dari jalur agama. Sebaliknya, dia adalah seorang muslim yang taat sepanjang hidupnya. Dengan titel sarjana di bidang sosiologi, ditambah gelar Doctor of Philosophy26 dalam bidang yang samayang diperolehnya di Massachusetts Institute of Technologydia kemudian tergoda untuk merasakan petualangan lain di luar dunia yang telah memikat hatinya itu. Sekembalinya ke tanah air, dia memilih berprofesi sebagai seorang pegawai di Departemen Kehutanan. Hal ini tidak lantas memberikannya keistimewaan, selain gaji bulanan dan tunjangan yang diterimanya setiap bulan. Dan setelah beberapa tahun bekerja, dia diserang oleh kesepian dan suatu kekosongan yang asing baginya.
26

Sebuah gelar yang diakui berdasarkan Kepmen No.36/U/1993, disingkat PhD, Ph.D, D.Phil, DPhil, atau Dr.Philos. gelar ini diberikan oleh perguruan tinggi kepada seseorang yang menempuh pendidikan lanjutan atau Post Doctoral dan telah memiliki thesis atau disertasi berdasarkan hasil riset mandirinya.

325

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Sufyan muda tidak mengerti apakah itu. Sampai dia bertemu dengan seorang wanita yang membuat hidupnya lengkap. Julaikha Megakarti, adalah seorang peneliti dan ahli botani muda keturunan Jawa yang saat itu berprofesi sebagai staf peneliti laboraturium mikrobiologi milik sebuah institut terkemuka di Bogor. Mereka pertama kali bertemu dalam sebuah forum silaturahmi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, berkenalan, menjalin hubungan yang dekat, dan kemudian memutuskan untuk menikah setahun kemudian. Setelah menikah, Sufyan muda memutuskan untuk membeli sebuah rumah yang cukup luas di kawasan Bumi Serpong Damai untuk menjadi tempat tinggal bagi dirinya dan istrinya. Berdua, di antara kesibukan-kesibukan kerja, mereka melewati hari dengan keharmonisan pengantin baru. Dan tidak

326

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

lama, tersiarlah kabar gembira itu. Istrinya mengandung anak pertama mereka! Sambil mempersiapkan kedatangan anggota baru ke tengah keluarga kecilnya, Sufyan muda mulai melakukan berbagai persiapan-persiapan. Salah satunya, sebuah nama. Namun persiapan ini terasa kurang matang, saat dia merasakan kebingungan seperti halnya seorang suami yang menantikan kelahiran anak pertama mereka. Dia lupa memperhatikan satu detail penting. Rumah sakit bersalin. Maka, hanya sepuluh hari sebelum istrinya melahirkan, setelah mereka mengadakan rapat keluarga untuk membahas masalah tersebutdan setelah proses pengajuan cuti hamil istrinya dan izin untuk menemani istrinya sampai melahirkan dikabulkan oleh atasanmereka melakukan

327

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

perjalanan menggunakan kendaraan pribadi menuju ke rumah seorang kakak kandung istrinya di daerah Patangpuluhan. Ketika fajar merah mulai merekah di ufuk timur tanggal 25 Desemberdiawali dengan suara tangis pertama sang jabang bayidia menyematkan nama yang telah dipersiapkannya itu kepadanya. Sebuah pengharapan. Sebuah keyakinan. Sebuah kaitan dengan budaya yang mengalir dalam darah anak pertamanya itu. Jusuf E Nagari Gustidwipa. Nama itu dia yang membuatnya sendiri. Di dalamnya terdapat sebuah makna sederhana dari cara penamaan Jawa. Sebuah tonggak yang menandakan lengkapnya kehidupan seorang manusia. Karena itulah, nama depan anaknya tersebut disusun dari nama depan dirinya dan istrinya, yang bersintesis menjadi sebuah akronim. Jusuf. Nama itu juga berasal dari

328

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

nama seorang nabi yang menyelamatkan negeri Mesir dari bencana kelaparan lewat kemampuan yang dianugerahkan Allah kepadanya untuk menafsirkan mimpi sang raja, yang kemudian mengangkatnya sebagai pembesar di kerajaan. Sang Zafnat Paaneah. Sufyan kemudian memberikan nama belakang kepada anaknya yang baru lahir itu. Nagari Gustidwipa. Sebuah frase dari bahasa Jawa Kuno yang berarti negerinya para pemimpin bangsa. Karena anaknya terlahir di tanah raja-raja yang berkuasa dengan kerajaan mereka yang gemilang dalam ranah sejarah, di kota yang juga pernah menjadi ibu kota Indonesia pada masa awal kemerdekaan. Yogyakarta. Dia memang belum mengungkap cerita di balik nama itu kepada Jusuf secara keseluruhan. Masih ada yang dia sem-

329

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

bunyikan. Makna dari huruf E yang ada di tengah nama tersebut. Sufyan memang sengaja melakukan itu, menunggu momen yang tepat bagi cerita itu untuk terungkap. Dia memutuskan untuk menceritakannya kepada anaknya nanti, di ulang tahunnya yang kedua puluh lima tahun. Kelahiran anak pertamanya juga membuat keluarga kecilnya berkembang menjadi lebih besar lagi. Seorang pembantu rumah tangga yang bekerja di rumah kakak iparnya itu ikut tinggal bersama mereka, untuk membantu istrinya mengurus rumah dan anak pertamanya itu. Dua tahun kemudian, lahirlah seorang malaikat cantik ke tengah-tengah mereka. Dan Sufyan memberinya nama Padma Citrapata. Bunga teratai. Lembaran Hidup.

330

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Hari-hari Sufyan pada tahun-tahun tersebut terasa seperti mimpi. Suasana yang ceria dan penuh kasih menggiring masamasa itu, seakan tidak ada kesempatan bagi keburukan untuk hadir ke dalam keluarganya itu. Jusuf tumbuh besar seperti anak-anak lainnya pada umumnya. Tubuhnya sehat dan perkembangan otaknya menuntutnya menjadi anak yang banyak tanya. Hampir setiap hal, dan dia akan mengganggu orang-orang di rumah itu dengan pertanyaan-pertanyaan seperti, mengapa hujan turun? Ke mana perginya matahari setelah terbenam? Kenapa awan bisa melayang dengan bebas sementara layang-layang yang diterbangkannya harus dikendalikan menggunakan benang? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini dihadapi olehnya, istrinya, dan Mbok Ning dengan sabar. Dan Mbok Ning yang meng-

331

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

habiskan hampir sepanjang harinya untuk merawat Jusuf, harus mengarang cerita untuk menjawabnya. Rasa ingin tahu yang tinggi itu menemukan pemecahan dan jalan keluarnya begitu Jusuf menginjak usia sekolah. Dengan tekun, dia mencari jawaban-jawaban atas pertanyaan yang begitu banyak yang mengisi rongga kepalanya itu. dan bagi setiap pertanyaan yang terjawab, mengantarkan Jusuf menemui pertanyaan-pertanyaan selanjutnya. Seperti efek domino, saling berkaitan dan bertautan menuju ke banyak hal di luar pemahamannya. Sepengetahuan Sufyan, itulah yang membuatnya memilih jurusan filsafat, begitu lulus dari Sekolah Menengah Akhir. Dan setelah mencari referensi universitas di internetdan berjam-jam waktu dalam diskusi dan rapat keluargaakhirnya

332

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dia berangkat ke Italia untuk menjalani harinya sebagai mahasiswa filsafat di Universit degli Studi di Verona. Namun, gairah anaknya akan filsafat dan pelajaranpelajaran akademik secara dramatis mengarahkannya kepada sebuah pengalaman dan membuka pikirannya. Dan terjadilah kekelaman itu. Tanpa sepengetahuan keluarganya, Jusuf memutuskan untuk berhenti begitu saja dari kuliahnya di Italia. Dia mengambil keputusan untuk tinggal di kota kelahirannya. Ini membuat Sufyan marah besar! Begitu marahnya, sampai dia mengambil keputusan, tidak akan lagi membiayai anak pertamanya itu. Dalam kemarahannya itu, diam-diam dia mengetahui dan membiarkan istrinya sewaktu membeli sebuah rumah di daerah Sleman dan meminta Mbok Ning untuk tinggal di sana, menemani Jusuf. Bagaimanapun, itu hak prerogatif

333

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

istrinya, untuk menggunakan uang hasil keringatnya sendiri untuk membeli apa yang istrinya inginkan. Rumahnya menjadi semakin sepi, dan kembali sepi, seperti saat pertama dia dan istrinya menempatinya. Padma yang memutuskan untuk meneruskan jenjang pendidikan formalnya di Yogyakartaditerima oleh Universitas Gajah Mada dengan nilai tes UMPTN27 di atas rata-rata. Suara ponsel yang berdering mengembalikan Sufyan ke dunianya sekarang. Dia memandangi layar ponsel. Sebuah panggilan masuk, sebuah nomor menghubunginya. Nomor

27

Singkatan dari Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri, adalah salah satu bentuk jalur penerimaan mahasiswa untuk perguruan tinggi negeri, selain melalui program mandiri (melalui Ujian Mandiri) dan penyaluran minat dan bakat melalui sekolah-sekolah (PMDK). Sebelumnya, di sebut dengan SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).

334

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

yang sama, yang telah dihubunginya sejak beberapa hari belakangan ini. Sufyan memastikan kalau panggilan tersebut telah bersih dan aman dari penyadapan dan telah melewati alat anti sadap portabel yang menginskripsi gelombang suara menjadi paketpaket data terlindung. Kemudian, dia menerima panggilan itu.

335

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 15

Rangkaian gerbong Kereta Api Gajah Wong telah beranjak pergi dengan kecepatan yang merambat naik, meninggalkan peron 2 Stasiun Tugu yang mulai ditinggalkan orang-orang yang sebelumnya berada di sana. Firman dapat mendengar suaranya dari jalanan di luar area parkir stasiun itu, saat mengakhiri panggilan yang dibuatnya untuk menghubungi orang yang menugasinya. Dan seperti biasa, telinganya mendengar nada kepuasan. Beberapa saat yang lalu, setelah memberikan satu dari tiga amplop coklat kepada Mbok Ning, Firman telah diberi tahu oleh orang yang menugasinya untuk mengantarnya ke stasiun ini. Untunglah mereka tiba di saat yang tepat, karena

336

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

alat transportasi yang sepertinya berhubungan dengan isi amplop tersebut masih menunggu kedatangan penumpangnya dan belum meneruskan perjalanan. Dia agak terkejut, sewaktu logikanya menyatukan potongan-potongan petunjuk yang mengantarkan pemahaman bahwa isi amplop itu ternyata adalah tiket kereta. Dan ke manapun tujuan dari perjalanan, hal itu bukanlah urusannya. Firman menatap lurus ke jalan yang ada di luar, dari kaca jendela berlapis film gelap di sebelah kirinya. Hari ini terasa lebih berat baginya dibanding semalam. Dia hanya mendapatkan tugas menjemput seseorang bernama Jusuf di depan gedung Perpustakaan Kota Yogyakarta dan mengantarnya ke Semarang. Tapi malam ini, seakan tugas mereka bertambah berkali lipat, dengan adanya penghambat kelancaran proses

337

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

penyelesaiannya. Siang tadi, mereka kehilangan target dan tidak mengetahui keberadaannya. Dan sore tadi, dia hanya berhasil mendapatkan satu dari empat targetnya, setelah kunjungannya ke sebuah tempat kost di Demangan. Keterangan dan informasi yang diperolehnya dari ibu pemilik kost tersebut sangat membantunya. Begitu juga dengan aplikasi pencarian pada mobile browser di ponselnya. Walau suara Darun Nadwa menyiratkan keterkejutan di saat dia memberitahukan keberhasilannya mendapatkan alamat terbaru dari targetnya, tapi tidak ada kecurigaan atau prasangka apapun yang muncul dalam hatinya. Dia hanya menganggapnya sebagai sebuah keterkejutan yang menyenangkan. Kejutan terkadang diperlukan, Firman membatin. Itulah gunanya aku.

338

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Di sisi lain, Firman agak bingung dengan tugas yang diembannya ini. Orang tersebut, siapapun dia, tidak menginginkan apapun di luar yang telah dimintanya. Keempat orang yang dijadikan target itu. Dalam keadaan hidup. Dia masih menimbang-nimbang untuk memberikan instruksi selanjutnya kepada Imam. Makan dulu mungkin lebih baik, pikirnya. Tapi dia tahu, waktunya semakin sempit. Dan bawahannya salah jalan. Bripda Imam mengemudikan mobil memasuki Jl.Pembela Tanah Air menuju ke barat. Firman mulai kembali dari lamunan saat memperhatikan daerah yang sedang dilaluinya ini lewat kaca jendela. Mau ke mana kita? Balik arah. Kita menuju ke Jl.Parangtritis!

339

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Imamyang menyadari kalau arah yang diambilnya itu tidak sesuai dengan tempat yang dimaksud oleh atasannya langsung menyalakan lampu tanda berbelok, dan memutar mobilnya untuk masuk ke jalur yang membawanya kembali ke perempatan Badran. Dari sana, mobil berbelok ke kanan dan masuk ke Jl.Letjen Suprapto. Belasan kilometer jauhnya dari mobil Jeep tersebut. Di sebuah rumah besar yang berdiri di atas sebuah tanah kavling di sebelah utara kampus Fakultas Pertanian UGM. Jusuf sedang menikmati Wedang Ronde hangatnya di sebuah pondok bambu yang berdiri di atas sebuah kolam. Matanya memandangi ikan-ikan koi yang berenang-renang di bawahnya. Sisiksisiknya berkilauan, diterpa oleh terangnya sinar lampu yang tertanam di sisi kolam. Dan seperti biasanya, ketakutan yang

340

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

biasa melandanya itu perlahan merayapi pikirannya. Jusuf berusaha untuk melawannya, dan melangkah ke kamar tidur yang ditempatinya. Pemilik rumah ini adalah seorang pengusaha pengelola perkebunan sawit yang tersebar di Sumatera dan Kalimantan. Perkebunannya itu termasuk salah satu pemasok CPO28 dan PKO29 terbesar di Indonesia. Dia juga memiliki hutan jati yang

28

29

Crude Palm Oilatau Minyak sawit kasaradalah minyak yang di hasilkan dari daging buah melalui proses pengolahan minyak sawit. Minyak sawit kasar ini memiliki bau yang enak dan sangat tahan terhadap proses oksidasi. Sifat ini disebabkan karena adanya zat tocoferol yang terkandung dalam minyak yang berfungsi sebagai anti oksidasi. Palm Kernel Oilatau minyak inti sawitdihasilkan oleh inti kelapa sawit, yang juga menghasilkan bungkil inti kelapa sawit (palm kernel meal atau pellet). Minyak inti sawit adalah minyak yang di hasilkan dari inti sawit yang telah mengalami proses pengolahan. Minyak inti sawit dapat digunakan sebagai bahan pembuatan minyak putih yang sering kita pergunakan untuk menggoreng. Sedangkan pellet (bungkil inti kelapa sawit) adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses ekstraksi dan pengeringan, bubuk yang telah dicetak kecil-kecil berbentuk bulat panjang dengan diameter

341

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

tersebar di Pulau Jawa. Dan menurut Jusuf, orang tersebut adalah tuan rumah yang tahu bagaimana cara menyenangkan hati para kolega dan tamunya. Kemarin malam, Jusuf dijemput di Semarang oleh para pesuruh pemilik rumah ini. Walaupun niat Jusuf hanya bertemu dan berbincang sebentar saja, kenyataannya dia telah dua malam berada di rumah ini. Pengusaha itu membujuknya untuk menginap lagi, sampai hari Minggu. Alasannya, masih banyak hal yang akan disampaikan olehnya kepada Jusuf, untuk membantu penyusunan naskah keduanya. Birokrasi adalah hal yang rumit. Apalagi jika menyangkut hal-hal yang sensitif seperti apa yang sedang dibahas Jusuf dalam naskah keduanya. Begitu mendapatkan beberapa nomor

ukuran kira-kira lebih dari 8 mm. Selain itu bungkil kelapa sawit dapat digunakan sebagai makanan ternak.

342

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

kontak orang-orang penting dari ayahnya, seminggu yang lalu, Jusuf langsung menghubungi salah satunya. Seorang Direktorat Jenderal yang mengurusi masalah Lingkungan Hidup. Namun pilihannya itu tidak cukup membantu. Kontaknya itu menolak untuk diwawancara dan mengalihkannya agar menghubungi seorang pengusaha perkebunan sawit yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang dihadapi Jusuf. Apsarasang pengusahabersedia bertemu Jusuf, di akhir pekan ini. Kebetulan dia dijadwalkan untuk melakukan kunjungan ke beberapa anak perusahaannya di Yogyakarta. Dan di sinilah aku, bisik Jusuf. Orang ini begitu baik kepada Jusuf. Bahkan dengan kemurahan hatinya, pengusaha itu menawarkan mobil jemputan kepada Jusuf. Karena diaatas saran dari ayahnyame-

343

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

ngaku tinggal Semarang. Alasannya, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Satu pesan Ayah, pesan ayahnya saat Jusuf menceritakan janji pertemuan dengan pengusaha itu lewat telepon, jangan ungkapkan identitasmu yang sebenarnya. Dan jangan lekas percaya begitu saja. Di balik segala kebaikan yang ditawarkan olehnya, kamu belum mengetahui pribadi seperti apa yang ada di dalam hati orang itu. Pertemuannya ini memang tidak lazim dan terkesan aneh. Ditambah dengan waktu penjemputan dan fasilitas yang ditawarkan kepada Jusuf. Jumat malam, begitu sampai di rumah sang pengusaha yang meminta untuk dipanggil dengan nama Apsara agar terdengar lebih akrabJusuf langsung diantar oleh pembantunya

344

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

menuju ke sebuah kamar tidur untuk tamu. Pemilik rumah kebetulan sudah beristirahat di kamar utama, satu jam sebelum Jusuf tiba. Dari keterangan pembantunyaseorang pria muda berpakaian rapi yang menawarkan diri untuk membawakan tas ransel yang dibawa Jusufsaat melangkah menaiki tangga melingkar menuju ke kamar tamu berbalkon di lantai atas, Apsara langsung masuk ke kamarnya setelah menghadiri sebuah acara ramah-tamah dengan investor perusahaannya, yang kebanyakan berasal dari luar negeri, di sebuah hotel berbintang di Jl.Magelang. Paginya, Jusuf pun belum dapat bertemu dengan pemilik rumah. Apsara telah berangkat untuk meninjau sebuah proyek yang dikelola oleh perusahaannya di daerah Kulonprogo. Dan pembantunya menyampaikan pesan kepada Jusuf, agar dia

345

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

tidak ke mana-mana hari ini. Karena Apsara meminta dengan sangat agar tamunya itu tinggal dan menikmati fasilitas yang tersedia di rumahnya, selama dia pergi. Jika Daud mengetahui hal ini, tawa Jusuf dalam hatinya. Mungkin temannya itu sedang kewalahan karena tidak dapat menghubungi dirinya. Ponselnyayang kini telah kehabisan energi bateraimasih dibiarkan mati dan tergeletak membisu di dalam saku ranselnya. Sesi wawancara untuk sementara dihentikan beberapa saat yang lalu, tepat sebelum makan malam. Dan Jusuf masih mengingatnya dengan cukup jelas. Di ruang kerja dengan fasilitas mewah di rumah ini, sang pengusaha memberikan sebuah presentasi dan kuliah singkat mengenai sejarah pengelolaan hutan di Indonesia kepada Jusuf.

346

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Jusuf meletakkan alat perekam digital dengan penyimpanan bervolume 2GB miliknya di atas meja, sebelum Apsara memulai penjabarannya. Lampu LED berwarna merahnya berkedip-kedip menandakan bahwa alat itu sudah siap merekam. Setelah meneguk teh dan meletakkan cangkirnya di atas meja, Apsara mulai memberikan keterangan tentang pengelolaan hutan dengan latar belakang sejarah. Di Indonesia, pada tahun 1899 telah muncul usaha untuk melakukan penyelamatan hutan secara sistematis, dengan didirikannya perusahaan kehutanan (Jati Bedrifjs) pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Sebelumnya, pernah dibentuk sejumlah Jawatan Kehutanan di Pulau Jawa. Namun kinerjanya tidak efektif dalam menanggulangi praktek illegal

347

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

logging karena perilaku oknum jawatan yang lebih bersifat sekadar memberi stempel sah penebangan pohon saja.30 Keputusan politis atas pembentukan Perusahaan Kehutanan Negara di pulau Jawa ini, sebagai kelanjutan atas pendirian Jawatan-jawatan Kehutanan setelah VOC (Vereneegde Oost-Indische Compagnie) dinyatakan bubar. Selain dirancang untuk penyelamatan ekonomi pemerintahan kolonial pada waktu itu, kebijakan pendirian badan pengelolaan kawasan hutan produksi ke dalam satu wadah Perusahaan Kehutanan Negara ini, secara langsung juga mengandung manfaat upaya penyelamatan hutan dari tindakan illegal logging berkelanjutan. Terjadinya degradasi kawasan hutan, awalnya dipicu oleh agresivitas bisnis kayu VOC dan Pemerintah Kolonial
30

Sugayo Jawarna Adam, Imam Fuji Raharjo (2007), Dialog Hutan Jawa: Mengurai Makna Filosofis PHBM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal.5-6.

348

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dengan cara memberi kesempatan kepada para Bupati dan pedagang-pedagang Cina untuk terlibat dalam usaha kayu. Sementara itu, posisi pihak Kerajaan Mataram semakin melemah dalam pelbagai meja perundingan yang akhirnya berhasil dipecah belah oleh VOC dan Pemerintah Kolonial pada tahun 1700-an. Kondisi kekuasaan yang labil ini mendorong praktek korupsi dan kolusi merebak di kalangan pegawai VOC, pejabat kerajaan, dan juga para Bupati yang semakin mempercepat kerusakan hutan. Kebijakan-kebijakan yang dimaksudkan untuk menjaga keberlangsungan bisnis kayu VOC di pulau Jawa akhirnya juga kandas, karena yang berkembang kemudian adalah penyalahgunaan wewenang di kalangan pejabat Pemerintah Kolonial. Di samping itu juga, berkembangnya bisnis pribadi para Bupati untuk memperkaya diri masing-masing

349

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dengan melibatkan rakyat sebagai tenaga upahan untuk penebangan yang tidak mampu dikendalikan.31 Tapi, Jusuf memotong pembicaraan, sebelum kolonialisme masuk ke Indonesia, pengelolaan hutan telah berlangsung secara adat oleh masyarakat lokal. Ya, tentu saja. Kamu benar, jawab pengusaha itu dengan sabar. Dia pun melanjutkan, jauh sebelum pemerintahan kolonial Belanda masuk ke Indonesia, di seluruh pelosok Nusantara termasuk di pulau Jawa telah hidup dan berkembang kesatuankesatuan sosial politik yang secara mandiri mengurus dirinya dan mengelola sumber daya alam di habitatnya masing-masing. Komunitas-komunitas ini seiring perjalanan waktu,

31

Ibid, hal.11-13.

350

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

mengembangkan aturan-aturan (hukum) dan juga sistem kelembagaan (sistem politik dan pemerintahan) untuk

mengelola hubungan dalam komunitas dan antarkomunitas dengan alam di sekitarnya. Pembentukan satuan-satuan komunitas ini bisa juga berdasarkan atas asas kewilayahan (habitat atau wilayah hidup bersama) atau keturunan

(genealogis), maupun perpaduan antara kewilayahan dan keturunan. Mereka yang hidup berdasarkan asal-usul (warisan) leluhur ini dikenal dengan berbagai penyebutan, seperti masyarakat adat, penduduk asli, bangsa pribumi (indigenous peoples), yang umumnya berbeda antarsatu komunitas dengan komunitas lain di sekitarnya. Komunitas-komunitas ini ber-

351

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

daulat penuh untuk mengurus dirinya beserta tanah dan hutan yang ada di wilayah adatnya.32 Hutan-hutan yang berada di wilayah kekuasaan komunitas-komunitas adat inilah yang kemudian dikenal sebagai hutan adat. Kawasan-kawasan hutan yang terdapat di luar wilayah kekuasaan adat pada saat itu belum dikuasai apalagi diurus dan dikelola oleh siapapun. Kedaulatan komunitaskomunitas ini kemudian mulai digerogoti dengan masuknya agama-agama baru yang disertai dengan dimulainya sistem politik negara kerajaan/kesultanan. Proses terbentuknya negara ini bisa terbangun sendiri dari dalam struktural, dengan terjadinya konsentrasi kepemilikan tanah di tangan segelintir keluarga. Tetapi, bisa juga terbentuk sebagai hasil per-

32

Ibid, hal.28.

352

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

sekongkolan antara kepentingan ekonomi-politik pihak asing (para pedagang dari negara luar yang jauh) dengan para elit lokal. Proses yang kedua inilah yang paling banyak terjadi di Indonesia. Kemudian, para elit kekuasaan secara sistematis mulai mengembangkan berbagai macam alat (saluran) politik untuk mengendalikan aspirasi massa-rakyat, temasuk dalam membangun mitos bahwa raja/sultan adalah wakil Tuhan di bumi, pewaris/penerima mandat Nabi/Rasul atau titisan, sebagai pemimpin pemerintahan (politik) bagi penganut agama asli atau baru.33 Jusuf mengacungkan tangannya, seperti seorang murid yang mengajukan pertanyaan. Apakah klaim tersebut berhasil?

33

Ibid, hal. 28-29.

353

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Oh, tentu saja. Jawab sang pengusaha. Apsara berdiri dari kursi berlapis kulitnya yang terlihat nyaman itu, kemudian melangkah ke sebuah rak buku yang besar di dinding. Dia menarik sebuah buku tebal darinya, dan membawanya ke meja kerjanya. Kemudian, tangannya sibuk membolak-balik halaman buku tersebut dan berhenti saat menemukan apa yang dicarinya. Sang pengusaha melanjutkan presentasinya. Sejarah membuktikan, mitos ini ternyata efektif menjadi sumber legitimasi kekuasaan bagi raja/sultan untuk menguasai tanah-tanah (termasuk kawasan hutan) yang tidak dibebani hak rakyat baik hak individual maupun hak adat (hak bersama). Dari sini kemudian berkembang berbagai hak istimewa bagi elit kerajaan (bangsawan), termasuk klaim bahwa seluruh

354

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

wilayah kerajaan adalah milik raja. Sejarah dari berbagai tempat di pelosok Nusantara mencatat bahwa para raja/sultan bersama elit mereka lainnya berhasil menghilangkan kontrol rakyat terhadap berbagai tindakan yang merampas hak-hak rakyat atas tanah dan hutan. Inilah bentuk tindakan penjarahan tanah dan hutan yang dilakukan oleh penguasa.34 Namun demikian, pada masa itu belum ada kegiatan kehutanan yang penting, berskala besar atau berdampak luas secara ekologis kecuali untuk memenuhi keperluan pangan dan obat-obatan, pengadaan kayu untuk bahan bangunan,

pembuatan kapal kerajaan, dan pembuatan arang untuk industri logam tempa. Memasuki masa kolonial, proses penjarahan hutan yang sis-tematis dan terorganisir mulai muncul.

34

Ibid, hal.29-30.

355

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Khususnya di pulau Jawa yang hutannya kaya dengan kayu jati.35 Apakah seluruh fase tersebut yang kemudian mengawali tercetusnya pengaturan pemodalan oleh swasta di Nusantara? Tanya Jusuf. Maksud kamu, UU Agraria? Iya, Pak. Bisa dijelaskan? Sebuah peraturan politik untuk menjarah bumi Nusantara dibuat oleh pemerintahan penjajah pada tahun 1870. UU Agraria. Tujuannya adalah untuk mengeliminasi hak-hak masyarakat adat, dengan menetapkan bahwa setiap tanah di Hindia Belanda yang tidak dibebani milik pihak lain adalah tanah negara. Dari sinilah kemudian berkembang berbagai

35

Ibid.

356

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

bentuk penjarahan hutan legal demi mencapai tujuan kelompok yang sedang berkuasa.36 Lalu, bagaimana pengelolaan hutan dan hasilnya setelah Indonesia merdeka? Setelah proklamasi kemerdekaan tahun 1945, dinamika politik di seluruh lapisan mulai menguat sejalan dengan antusiasme rakyat untuk mengisi kemerdekaan dengan demokratisasi. Antusiasme politik ini juga dibayangi dengan kegelisahan terhadap kondisi ekonomi yang sulit dan masih adanya ancaman kembali berkuasanya penjajah Belanda. UndangUndang Dasar tahun 1945yang dikerjakan secara cepat dan masih belum tuntas diperdebatkan (karena dinilai terlalu sen-

36

Ibid, hal.31.

357

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

tralistik)segera disahkan sebagai dokumen resmi penyelenggaraan negara sementara.37 Dengan segala kekurangannya, UUD 1945 secara umum diterima pemberlakuannya karena dianggap sudah memadai untuk melindungi hak-hak rakyat yang paling mendasar, termasuk hak kepemilikan atas tanah dan sumber daya alam. Namun dinamika politik yang terbuka pada masa itu menguras lebih banyak energi para politisi dan penyelenggara negara dalam membentuk identitas bangsa. Kebijakan-kebijakan negara yang dikeluarkan pada masa itu masih berciri populis, yang salah satu tujuannya adalah untuk mengembalikan hakhak rakyat atas tanah dan sumber daya alam yang sempat di-

37

Ibid.

358

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

kuasai pihak lain selama masa kolonial melalui UU Agraria 1870.38 Dan apa usaha pemerintah untuk menanggulangi masalah ini? Ada beberapa yang penting. Bahkan sangat penting. Bisa dijelaskan? Juga, seberapa besar tingkat kesuksesannya. Penjelasannya akan sangat panjang. Saya harap kamu sabar mendengarkannya. Mengingat kenapa saya berada di sini sekarang, saya akan sangat berterima kasih atas kesabaran Bapak Apsara dalam memberikan penjelasan lebih lanjut kepada saya.

38

Ibid, hal.32.

359

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Apsara tertawa mendengarnya. Setelah tawanya mereda dan beberapa teguk tehdia melanjutkan penjelasannya. Salah satu produk undang-undang yang dinilai populis di masa pemerintahan Orde Lama adalah UU Pokok Agraria 1960, yang pada kenyataan operasionalnya tidak berjalan efektif sehingga urusan kehutanan pun terbengkalai oleh pemerintah. Tidak efektifnya pemerintah mengurus ekonomi rakyat kemudian menimbulkan ketidakpuasan di kalangan rakyat, sehingga alasan-alasan ekonomi inilah yang selanjutnya dimanfaatkan pihak militer untuk mengambil alih kekuasaan. Pemerintah rezim Orde Baru sejak awal berkuasa telah menunjukkan wataknya yang merupakan perpaduan antara kapitalisme, militerisme, dan budaya politik kerajaan dataran rendah pedalaman Jawa yang kemudian dibungkus dalam politik pem-

360

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

bangunan untuk pertumbuhan ekonomi. Apabila penjarahan hutan sebagai kekayaan rakyat di Jawa yang dilakukan VOC hanya dilakukan atas dasar kekuasaan politik dan penaklukan, maka di masa berkuasanya rezim Orde Barudi bawah kepemimpinan militerperambahan hutan oleh perusahaan-perusahaan swasta dilandasi dengan produk hukum legal yang diterbitkan secara tidak demokratis. Produk hukum tersebut adalah UU Pokok Kehutanan No.5 Tahun 1967. Maka dimulailah era sistem konsesi HPH (Hak Penguasaan Hutan) di Indonesia kepada perusahaan swasta maupun asing yang dekat dengan penguasa. Di sebagian perusahaan HPH, keterlibatan para rimbawan tidak lebih dari sekedar pemenuhan syarat ad-

361

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

ministratif untuk mendapatkan izin atau pengesahan Rencana Karya Tahunan (RKT).39 Menurut Undang-Undang Dasar Indonesia, wewenang, dan tanggung jawab atas cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak, adalah milik negara. Pemerintah juga menguasai dan mengelola hutan negara menurut ketentuan-ketentuan tersebut dan menjalankan peraturan-peraturan Undang-Undang Pokok Kehutanan Tahun 1967, yang memberi wewenang kepada Menteri Kehutanan untuk menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara perorangan atau badan-badan usaha dengan hutan-hutan, dan mengurusi kegiatan perundangundangan yang berkaitan dengan hutan. Pertanyaan saya,

39

Ibid, hal.32-33.

362

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

bagaimana usaha pemerintah dalam mengemban wewenang dan tanggung jawab tersebut? Sebelum saya melanjutkan, jawab Apsara, ada baiknya jika kamu mengisi cangkir tehmu itu. Kelihatannya, isinya sudah jauh berkurang dibanding sebelumnya. Oh, Jusuf melirik cangkirnya dengan canggung, iya, Pak. Apsara menunggu dengan sabar saat Jusuf menuang teh ke dalam cangkirnya. Dia mengagumi pemuda yang sedang bersamanya itu. Gigih dan sabar. Juga pantang menyerah. Mengingatkannya pada saat pertama dia mempelajari riwayat kehutanan Indonesia sebelum memangku jabatan yang sekarang dipegangnya ini. Darah pengusaha telah mengalir dalam tubuhnya, diwariskan oleh generasi-generasi pendahulunya

363

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

yang telah memulai bisnis keluarga bahkan sebelum Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Menurut Undang-Undang Pokok Kehutanan, Apsara memberikan keterangan, wilayah-wilayah tertentu digolongkan oleh Keputusan Menteri sebagai Wilayah Hutan resmi, bergantung pada inventarisasi, survei, dan penentuan batas. Lahan-lahan gundul dapat dimasukkan ke dalam wilayah hutan apabila lahan tersebut ditentukan untuk dihutankan kembali. Kemudian, wilayah-wilayah hutan itu digolongkan lagi sebagai hutan produksi biasa atau terbatas, hutan lindung yang dikhususkan untuk melindungi daerah aliran sungai atau lerenglereng yang mudah terkena erosi; hutan-hutan konservasi, mencakup taman nasional dan cagar alam, serta hutan-hutan rekreasi, mencakup taman wisata dan perburuan. Selain itu,

364

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

sejumlah wilayah hutan digolongkan sebagai hutan yang disediakan untuk Konversi penggunaan bukan hutan, sementara sedikit sisanya merupakan hutan-hutan yang belum diklasifikasi. Menurut proses TGHK (Kesepakatan Rancangan Penggunaan Tanah dari Provinsi ke Provinsi) yang diadakan pada awal tahun 1980-an, wilayah hutan yang dikuasai negara di setiap provinsi dibagi menjadi berbagai macam kategori itu dan dicatat di peta-peta resmi.40 Pertanyaan lagi, Pak Apsara. Sebelum kamu meneruskan pertanyaanmu, saya menyesal untuk mengatakan ini. Tapi, waktu harus membuat kita berpisah sementara waktu. Saya ada janji untuk makan malam

40

Charles Victor Barber, Nels C. Johnson, Emmy Hafild (1999), Menyelamatkan Sisa Hutan di Indonesia dan Amerika Serikat (terj.), alih bahasa Yayasan Obor Indonesia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, hal.29.

365

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

bersama direksi dari anak perusahaan yang saya pimpin di Hotel Santika. Tidak apa-apa, Pak. Tinggal beberapa pertanyaan lagi. Saya juga akan pulang setelah ini. Kenapa terburu-buru? Santai saja di sini, saya hanya sebentar. Besok, saya berencana mengajak kamu mengunjungi kebun saya di daerah Wonosobo. Di sana, saya punya rumah peristirahatan, dan sebuah perpustakaan keluarga yang cukup besar. Kamu bisa mencari bahan-bahan pendukung yang mungkin kamu butuhkan di sana. Jusuf terkejut mendengarnya. Dia bahkan baru bertemu dan mengenal Apsara dua puluh empat jam terakhir, namun orang ini terus saja menawarkan kemudahan dan bantuannya bagi Jusuf untuk menyelesaikan naskah keduanya.

366

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Murah hati sekali orang ini, batinnya. Dan tentu saja, sebuah tawaran yang rasanya sangat sulit untuk ditolak. Oke. Beberapa pertanyaan terakhir. Oh, itu Jawab Jusuf kaget. Kamu kenapa? Grogi? Tidak, Pak. Saya kaget. Jangan terlalu banyak melamun. Tanyakan saja. Begini, Jusuf melihat catatan yang dia pegang, kita melihat begitu banyak konflik menyangkut hak masyarakat lokal dan hak pengusaha pengelola hasil hutan. Pertanyaan saya, kenapa bisa timbul permasalahan seperti ini? Di era pemerintahan yang memberikan peluang lebih kepada otonomi daerah, penjarahan hutan belum kunjung dapat dihentikan. Otonomi daerah tidak akan pernah jadi solusi.

367

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bahkan akan meningkatkan laju perusakan hutan karena bentuk-bentuk penjarahan hutan secara legal semakin beragam dibanding sebelumnya. Akar permasalahan bersumber dari tidak adanya ketegasan dan kejelasan perundangan yang mengatur hubungan antara rakyat dengan pemerintah. Dalam konteks memberi jalan bagi tumbuhnya demokrasi di Indonesia, hal-hal yang dikehendaki tersebut perlu dikaji dan dipertanyakan secara kritis mengingat bahwa UU No.22 Tahun 1999 dan UU No.25 Tahun 1999 yang hanya mengatur sistem pemerintahan (government system) bukan sistem pengurusan (governance system). Hal ini berarti bahwa kedua undang-undang ini baru mengatur hubungan antara pemerintah pusat dan daerah, namun belum menyentuh persoalan mendasar tentang hubungan rakyat dengan pemerintah yangselama Orde Baru

368

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

justru merupakan akar dari segala persoalan yang dihadapi oleh masyarakat adat maupun lokal.41 Satu pertanyaan penutup sebelum Bapak pergi. Menurut Bapak, apa ada kaitan antara oknum pemerintah dengan penebangan liar yang terjadi di Indonesia? Dan bagaimana cara yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan multi dimensional yang pelik ini? Dasar anak muda, Apsara tersenyum maklum, dan melayani pertanyaan Jusuf itu. Untuk menjawab pertanyaan ini, saya akan mengutip sebuah keterangan yang panjang dari seorang aktivis lingkungan bernama Novel Ali yang tercantum dalam sebuah buku. Dan saya harap waktunya cukup.

41

Sugayo Jawarna Adam, Imam Fuji Raharjo (2007), Dialog Hutan Jawa: Mengurai Makna Filosofis PHBM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal.33-34.

369

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Apsara kembali menuju ke rak bukunya, dan mengambil sebuah buku bersampul tebal. Setelah membetulkan posisi kacamata bacanya, lalu membacakan isi halaman yang dibukanya. Menurut penjelasan yang dikemukakan oleh Novel Ali, illegal logging mustahil berlangsung tanpa keterlibatan oknumoknum dari unsur aparat negara. Dalam hal ini nyaris semua unsur aparat ada oknumnya yang terlibat. Satu contoh kasus yang sangat memalukan misalnya, di daerah Mantingan, Sragen. Pernah terjadi sebuah mobil Ambulance Puskesmas yang tertangkap basah sedang membawa kayu curian, dengan oknum dokter dan aparat keamanan di dalamnya. Untuk dapat mencegah munculnya peristiwa serupa, harus ada tindakan tegas dari segenap jajaran institusi penegakan hukum. Dan supaya

370

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

tubuh Perhutani menegakkan sistem reward and punishment yang akurat terhadap segenap aparatnya. Di samping itu, untuk menimbulkan efek jera, diperlukan tindakan hukum yang tegas terhadap semua pelaku illegal logging. Karena hutan merupakan kekayaan negara, kalau jajaran Polri ataupun misalnya TNI membiarkan pencurian pohon berulang kali terjadi, maka berarti mereka tidak menjalankan tugasnya dengan baik.42 Dalam konteks tugas pengamatan hutan dan kawasannya, tidak masuk akal kalau ada jajaran instansi pemerintahan yang tidak memahami kewenangan tugasnya masingmasing. Novel Ali yakin semua tahu soal fungsi dan benedifitas keberadaan hutan bagi negara dan masyarakatnya. Hanya saja masalahnya masih ada saja yang tega bersikap ibarat

42

Ibid, hal.35-36.

371

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

menyelam minum air. Timbulnya kesenjangan antarpelaku birokrasi negara itu biasanya didorong oleh sikap arogansi sektoral masing-masing institusi. Tiap-tiap lembaga atau birokrat negara itu punya kecenderungan untuk merasa paling berkompeten atas peranannya, dibanding sesama pelaku birokrasi lainnya. Tentu saja mereka sebetulnya tidak boleh bercara pandang seperti itu. karena sesungguhnya mereka memiliki peran serta tanggung jawab yang sama dan setara terhadap negara dan masyarakat.43 Percakapan pun berakhir. Jam besar berbandul di sebelah rak buku besar di ruang kerja itu berdentang tujuh kali, dan Apsara beranjak dari duduknya. Sementara Jusuf meraih alat

43

Ibid, hal.36-37.

372

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

perekamnya dan mematikannya. Lalu, keduanya melangkah keluar dari sana. Jusuf tersenyum sendiri mengingat percakapannya dengan Pak Apsara yang dihentikan untuk sementara beberapa saat yang lalu itu. Sebuah pencapaian, begitu Jusuf menyebut setiap sesi wawancara yang dilakukannya sebagai bahan pendukung setiap naskah yang disusunnya. Dan tentu saja, keterangan dan informasi yang diperolehnya itu akan sangat berguna dan mempermudahnya dalam proses penulisan. Menjadi seorang penulis bukanlah minatnya. Jusuf melakukannya atas dorongan Daud, yang telah berkiprah di dunia penulisan lebih awal dari dirinya. Novel Daud yang diterbitkan di Indonesia sewaktu dirinya masih kuliah di Italia, yang kemudian menjadi sampel nyata bagi Jusuf, dan menimbulkan ke-

373

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

inginan di dalam dirinya untuk menuangkan pemikirannya dalam bentuk tulisan. Dan begitulah. Setelah terjun langsung ke lapangan sebagai relawan saat erupsi Merapi, dia kembali ke Verona. Pengalamannya itu ternyata menuntut sesuatu yang lebih dari sekedar menjadi kenangan pribadinya. Dan atas saran yang diterimanya dari Daud, dia pun menuliskannya. Dia juga menyertakan keprihatinannya atas kejadian dan fenomena kebakaran hutan dan kerusakan yang diakibatkan oleh tangan manusia, seperti banjir dan tanah longsor. Kuliah filsafatnya menjadi terbengkalai, karena Jusuf jarang berada di kelas, dan lebih sering berada di Yogyakarta. Bisa dibilang, dia pergi ke kota tersebut, sebulan sekali. Uang

374

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

tabungannya semakin menipis, karena digunakan untuk membiayai perjalanan-perjalanannya itu. Jusuf menemukan ketertarikan baru. Dia melihat filsafat yang lebih murni dari apa yang dipelajarinya di dalam kelas. Berhubungan langsung dengan mahaguru filsafat. Alam itu sendiri. Setelah kuliahnya di semester empat berakhir, dia memutuskan untuk berhenti dan kembali ke Indonesia. Satu demi satu undakan telah didakinya. Entah sudah setinggi apa pencapaian Jusuf saat ini. Dia tidak pernah memperhatikannya secermat itu. Yang diyakininya hanya satu hal, Sang Pencipta tidak akan menyia-nyiakan setiap hal sekecil apapun itu. Jusuf mengalihkan pandangannya ke kegelapan yang bertabur bintang di atas sana. Matanya seperti mencari keha-

375

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

diran Yang Maha Agung di antara keindahan yang menghiasi langit dunia malam ini. Dan sebuah senyuman menghiasi wajahnya. Jusuf tahu dan paham akan definisi serta deskripsi dari sifat Maha Mendengar dan Maha Melihat. Dan Jusuf dapat merasakan, Tuhan selalu mendampingi langkahnya. Dan hanya Dia yang mengetahui balasan yang pantas bagi dirinya.

376

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 16

Malam minggu itu, langit cerah tanpa mendung. Hanya kelompok-kelompok awan yang kadang melintas, menutupi gugusan bintang di langit sana. Daud memandanginya dari kaca jendela mobil yang tertutup rapat. Padma mengemudikannya dengan kecepatan tinggi, namun Daud tidak melarangnya saat ini. Begitu juga dengan kedua penumpang lainnya, Adi dan Dini. Tidak ada satu pun dari mereka yang buka suara untuk memprotes Padma dan memintanya untuk menurunkan kecepatan. Dibandingkan dengan arah yang menuju ke Yogyakarta, jalan yang membentang hingga ke Solo ini lengang dari ken-

377

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

daraan. Daud tidak begitu memikirkannya saat ini. Dia hanya ingin sampai di Kandang Ndhoro secepat mungkin. Merapi dan Merbabu terlihat di sebelah barat. Silhouette dari lekuk-lekuk lerengnya menjulang merayapi langit bertabur bintang, menggapai awan yang menutupi kedua puncaknya. Indah. Perjalanan masih satu jam lagi. Mereka bahkan belum melewati Kota Klaten. Padma mengetahui hal itu. Dia berharap, Mbok Ning baik-baik saja. Di manapun dia berada saat ini. Benaknya kemudian membuatnya teringat kepada satusatunya saudara kandung yang dimilikinya. Padma teringat akan Jusuf. Entah di mana dia saat ini. Padma telah mencoba untuk menghubunginya lewat jalur apapun yang dia bisapang-

378

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

gilan telepon, pesan singkat, email, bahkan twitter dan facebook. Dia juga mengirimkan pesan ke BlackBerry Messenger kakaknya, tapi setiap pesan yang dikirimnya hanya ditandai dengan gambar checklist tanpa huruf. Pesannya terkirim, tapi masih tertahan dan belum masuk ke aplikasi yang terdapat pada ponsel kakaknya itu. Mudah-mudahan keputusan ini adalah keputusan yang tepat, bisiknya sambil memusatkan konsentrasinya ke jalanan yang dilintasinya. Semoga ada petunjuk dan jawaban bagi pertanyaan-pertanyaannya seharian ini di Boyolali. Se-kecil apapun itu. Padma melirik lewat kaca yang menggantung di atasnya, melihat kedua penumpang lainnya di bangku belakang. Adi terlihat tenang dalam duduknya sambil memejamkan mata,

379

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

sementara Dini juga tertidur dengan kepalanya bersandar di bahu kiri suaminya itu. Kehadiran mereka cukup membantu Padma untuk merasakan kehangatan dan dukungan dalam menghadapi situasi yang tidak pernah diimpikannya ini. Satu lebih baik daripada dua, dan empat lebih baik daripada dua. Padma tergelitik mengingat kesamaan ini. Seperti kelipatan dalam pembelahan sel. Padma cukup memahami arti keuniversalan pikiran manusia. Seperti kolektivitas dari sel-sel tunggal yang kemudian membentuk jaringan-jaringan yang berbeda fungsi yang membentuk suatu sistem rumit dalam tubuh, dan menjadi bagian dari keteraturan yang kompleks dalam menjaga kondisi tubuh manusia tetap normal. Betapa kekuatan pikiran dan

380

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

harapan yang terpusat mampu mewujudkan sesuatu yang diharapkan itu menjadi riil dan nyata. Dia telah menyaksikannya dalam bentuk kehidupan yang terkecil, lewat lubang intip mikroskop dalam tugas pengamatan perkembangan sel tumbuhan. Dari hari ke hari, minggu ke minggu, satu sel tunggal membelah menjadi dua, lalu empat, delapan. Kelipatannya terus terjadi. Dan saat sel-sel ini berpisah dari kumpulan induk dan mulai membuat jaringan-jaringan dengan ciri khasnya masing-masing, terbentuklah bagian-bagian seperti pembuluh kapiler sampai stomata, yang kesemuanya terjalin menjadi satu organisme bernama tumbuhan. Padma membandingkan hal ini dengan kesadaran universal manusia, dan menemukan kesamaan di antara ke-

381

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

duanya. Hal yang selalu berhasil membuat Padma merasa takjub. Sebuah kesinambungan yang bekerja seperti sel-sel yang terjalin satu sama lain. Lynne McTaggart, dalam bukunya berjudul The Intention Experiment: Using Your Thoughts to Change Your Life and the World, mengatakan bahwa kesadaran manusia adalah substansi yang berada di luar kungkungan tubuh. Energi yang sangat teratur, yang mampu mengubah dunia fisik. Pikiran punya kekuatan untuk mendorong dunia fisik agar bergerak ke arah yang spesifik, yang entah mengapa, memiliki pengaruh yang mengubah kemungkinan mengenai adanya sesuatu menjadi sesuatu yang nyata. Dan pikiran-pikiran terfokus bahkan dapat mempengaruhi apa pun secara harfiah.

382

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Sebuah kesatuan universal yang mengaitkan semua kesadaran. Jiwa manusia itu sendiri. Peleburannya menjadi pikiran yang satu. Kesadaran yang satu. Nabi Muhammad SAW menyebut ikatan yang terjalin ini sebagai satu tubuh.44 Plato dalam karyanya berjudul The Republic, menyebutnya pikiran dunia. Paulo Coelho, dalam The Alchemist, memberinya is-tilah Jiwa Buana. Sementara WS Rendra menyebutnya se-bagai kesadaran akal sehat kolektif.45 Di era modern yang bertabur perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang progresif ini, pikiran-pikiran yang
44

45

Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim telah menceritakan kepada kami Zakariya` dari 'Amir dia berkata; saya mendengar An Nu'man bin Basyir berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, Kamu akan melihat orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya). (Shahih Bukhari 58/27 No.5552) Rendra (2001), Penyair dan Kritik Sosial, Yogyakarta: KEPEL Press, hal.24.

383

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

terpisah secara geografis dan terpusat kepada satu tema yang sama tersebut, lebih mudah terlihat dan diukur secara kuantitas. Kemajuan teknologi informasi sangat membantu manusia dalam melakukan hal-hal yang di masa sebelumnya dirasa mustahil. Lewat timeline sosial media, manusia melihat pikiran-pikiran yang berjauhan yang menggelembung menjadi satu dan membentuk topik-topik yang sedang tren dalam trending topic. Gelembung-gelembung ini bergerak begitu dinamis, bahkan dalam hitungan detik, tema-tema universal tersebut dapat bergeser kepada tema lainnya. Walaupun mengamati timeline sosial media bukanlah suatu bentuk riset yang ilmiah, tapi kenyataan ini mampu membuktikan, bahwa pikiran manusia sebenarnya saling berkaitan satu sama lainnya dan terhubung kepada sebuah jaringan ke-

384

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

sadaran tunggal. Benak ganda yang bekerja secara serempak dan memperbesar efek pikiran secara eksponensial. Entanglement. Padma, kamu punya nomor Oom Firdaus? Eh. Oom Firdaus suaminya Tante Itut? Iya. Ada? Coba lihat saja di kontak, Mas. Ponselku ada di dalam tas. Daud membuka ritsleting tas jinjing Padma. Setelah mendapatkan apa yang dicarinya, dia kemudian mencari kontak dengan nama Firdaus Budiyanto dan mengetiknya di ponselnya sendiri. Halo, Oom Firdaus? Lagi di mana? Oh, sudah di pendopo. Bagaimana kondisinya? Saya di jalan menuju ke sana.

385

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Tidak, saya tidak bersama Jusuf. Yang ada Padma, sedang menyetir mobil. Iya, Oom. Saya naik mobilnya Padma. Tidak tahu, Oom. Saya tidak tahu di mana Jusuf sekarang. Saya juga kesulitan menghubungi Jusuf seharian ini. Terakhir Jusuf SMS saya, dia bilang ponselnya memang sengaja dimatikan. Katanya, untuk menghemat energi baterai. Tapi ternyata sampai sekarang belum diaktifkan lagi. Ada kabar dari Mbok Ning, Oom? Saya juga tidak tahu siapa orang-orang yang membawa Mbok Ning. Sepertinya, orang-orang yang sama yang menjemput Jusuf kemarin malam. Oke, Oom. Baik. Sampai bertemu di sana. Daud mengakhiri panggilan dan memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku celana. Bagaimana, Mas? Padma bertanya tanpa menoleh. Matanya tekun memperhatikan jalan.

386

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Oom Firdaus sudah di Kandang Ndhoro dari tadi. Tetangga yang tinggal di seberang yang memberitahunya. Dia ditemani lima orang tetangga lainnya, dan sedang menunggu kedatangan petugas dari kepolisian. Oom Firdaus menghubungi polisi? Kelihatannya begitu. Baguslah, ujar Padma, memang itu yang aku harap. Tapi aku khawatir. Orang yang menjemput Jusuf kemarin malam terlihat seperti seorang polisi bagiku. Begitu juga dengan orang yang datang ke tempat kost yang pernah kutempati. Ciri-cirinya otentik. Tidak mungkin salah. Itu yang membuatku melarangmu untuk menghubungi kepolisian. Mas Daud, boleh saja kita merasa curiga. Tapi gaya rambut cepak seperti itu bukan secara eksklusif milik aparat

387

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

keamanan. Bisa jadi, orang itu hanya kebetulan menyukai model yang berbau kemiliteran saja. Apapun itu, yang berada di balik ini semua. Siapapun mereka, aku harap kakakmu baik-baik saja. Ya. aku juga berharap begitu. Pukul sebelas malam. Padma mengendarai mobilnya memasuki pelataran parkir di sebelah selatan pendopo, dan memarkirnya di sebelah mobil patroli dari kepolisian yang sudah lebih dulu terparkir di sana. Suasana hatinya terasa tidak menentu melihat keadaan rumah yang dihuni oleh kakaknya bersama Daud dan Mbok Ning itu. Dia bahkan tidak lagi mengenali dan menemukan suasana akrab yang penuh kehangatan, yang dirasakannya saat terakhir kali mengunjungi rumah peninggalan pendahulunya itubeberapa hari sebelum

388

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

bulan puasa lalu. Hanya kegelisahan dan mata-mata yang menyelidik penuh awas yang dilihatnya. Di teras rumah, dua orang polisi sedang berkumpul bersama Firdaus dan beberapa orang tetangga. Kedua orang instruktur tari yang melihat mobil dan orang-orang yang membawa Mbok Ning juga ada bersama mereka. Kakak beradik itu diminta untuk datang dan memberikan keterangan mengenai kejadian di sore hari beberapa jam yang lalu. Daud, Adi, dan Dini, turun dari mobil dan langsung bergabung bersama Firdaus dan yang lainnya. Di sana, kedua orang pengajar tari sepertinya telah selesai dimintai keterangan. Setelah bersalaman dengan orang-orang yang berkerumun, mereka undur diri, kembali ke Klaten.

389

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Padmayang lebih dulu turun dari mobiltidak ikut bergabung bersama Daud dan yang lainnya. Dia langsung menghilang, masuk ke dalam rumah. Padma ingin melihat keadaan di dalam. Aneh. Tidak seperti di sebuah tempat kejadian perkara pada umumnya. Tidak ada garis polisi. Tidak ada tanda-tanda kerusakan atau pun barang yang hilang. Padma masuk lebih ke dalam, untuk melihat keadaan di keempat kamar tidur. Semua pintunya terbuka. Sepertinya Firdaus dan petugas kepolisian yang membukanya. Dari keempat kamar, hanya satu yang agak berantakan. Itu kamar kakaknya. Sementara kamar yang lain masih rapi seperti biasa. Karena tidak menemukan keganjilan yang dicarinya, Padma memutuskan untuk menuju ke teras dan bergabung dengan orang-orang yang sedang berkumpul di sana. Saat me-

390

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

lewati ruang tamu, dia melihat ada tiga cangkir dan sebuah nampan di atas meja. Petunjuk pertama. Matanya mengedarkan pandangan ke sekeliling ruang tamu. Dia mencari petunjuk lainnya, apapun itu. Namun, selain tiga cangkir di atas meja, tidak ada sesuatu yang tampak aneh di sana. Dia mengurungkan niatnya untuk pergi keluar dan berbincang dengan Firdaus. Matanya memandang lekat-lekat kepada ketiga cangkir itu. Dalam keadaan normal, Mbok Ning tidak mungkin membiarkan meja di ruang tamu ini berantakan. Padma beranggapan, orang-orang yang datang ke sini tadi sore, mengajak perempuan yang telah bekerja kepada keluarganya itu dengan terburu-buru. Atau, bisa dibilang, memaksanya ikut bersama mereka.

391

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Benaknya mencoba untuk berpikir. Padma tidak tahu apa yang ingin dipikirkannya sekarang ini. Tapi dia tetap memaksakan diri untuk mencari hubungan antara cangkir di atas meja dengan seluruh kejadian di hari ini. Aku harus bertanya kepada Mas Daud, batinnya. Mungkin dia mengetahui apa yang tidak kuketahui. Mungkin ada sesuatu yang belum diceritakannya. Di luar, Daud mengedarkan pandangannya, mencari Padma. Sejak memarkir mobil, dia seperti menghilang entah ke mana. Firdaus masih sibuk berargumen bersama kedua polisi dan tetangga yang tinggal di seberang rumah, meminta mereka untuk berjaga di sini sampai besok pagi untuk mencegah terjadinya hal serupa, dan mengatakan sesuatu mengenai kemungkinan kembalinya orang-orang tersebut ke rumah ini. Semen-

392

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

tara beberapa tetangga yang tadi ikut berkumpul telah kembali ke rumah mereka masing-masing. Oom Firdaus, lihat Padma? Firdaus menoleh ke arah Daud. Dia heran dengan pertanyaan teman keponakannya itu. Coba cari di dalam rumah. Daud mengangguk, dan melangkah menuju ke pintu rumah. Baru beberapa langkah, salah satu dari kedua orang polisi itu memanggil namanya. Badiran Daud Sujana? Iya, Pak? Daud berhenti, dan menengok ke arah sumber suara. Sebentar. Saya ingin meminta beberapa keterangan. Daud berjalan mendekat ke arah polisi itu.

393

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Kenapa tidak dari tadi? Keluhnya. Saya ingin bertanya mengenati kronologis dari kejadian ini. Baik, Pak. Kapan terakhir kali saudara bertemu dengan Ibu Ning? Tadi pagi, sebelum saya berangkat ke Yogyakarta. Ada urusan apa? Saya diminta untuk menemani Padma menghadiri sebuah seminar. Siapa saudari Padma itu? Dia keponakan saya. Adik kandung Jusuf, sela Firdaus. Setelah itu? Tanya polisi itu lagi. Setelah itu? Saya pergi ke rumah teman saya ini, jawab Daud sambil menunjuk ke arah Adi.

394

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dalam rangka apa saudara pergi ke sana? Saya ingin bertanya kepada Adi tentang segala hal yang diketahuinya perihal kepergian Jusuf kemarin malam. Apa saudara mengetahui, ke mana perginya saudara Jusuf? Saya tidak tahu persis. Jusuf tidak memberi tahu saya. Kemarin malam Jusuf sempat membalas SMS saya dan mengatakan bahwa dia sedang berada di Semarang. Kapan SMS itu dikirimkan kepada saudara? Sebentar, Pak. Saya lihat ponsel saya dulu. Daud mengeluarkan ponselnya dan membuka pesan singkat yang dikirim Jusuf kepadanya. Setelah itu, dia menunjukkannya kepada petugas kepolisian tersebut.

395

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Apakah saudara mengetahui, kenapa saudara Jusuf pergi ke Semarang selarut itu? Saya tidak tahu. Jusuf hanya meminta saya untuk mengantarkannya ke Yogyakarta, karena dia sudah ada janji dengan penjemputnya di sana. Kejadian sore tadi, apakah saudara mengetahuinya? Ya. Saya tahu, Daud menunjuk ke tetangga seberang rumah dan Firdaus, bapak-bapak ini yang memberi tahu saya. Saudara kenal dengan kedua orang yang datang itu? Tidak, Pak. Tapi dari SMS yang saya terima dari bapakbapak ini, kelihatannya ciri-cirinya menunjuk kepada orang yang menjemput Jusuf. Mobil yang digunakan sama persis.

396

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Saya tidak tahu pasti apa mereka ini orang yang sama. Karena kemarin malam, saya hanya melihat satu orang saja. Bisa dijelaskan, ciri-ciri dan wajah orang yang saudara lihat? Raut wajah dan potongan rambutnya seperti seorang anggota institusi keamanan. Orang itu menggunakan jaket kulit hitam dan celana panjang berwarna seperti celana Bapak. Saya sempat berpikir, orang itu adalah polisi. Ada lagi yang saudara ingat? Mobilnya. Jeep Wrangler, beratap kanvas. Plat nomor Semarang. Berapa plat nomornya? Itu dia, Pak. Saya lupa. Bagaimana dengan pengemudinya?

397

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Saya tidak melihatnya, Pak. Kaca mobilnya gelap. Anda benar-benar tidak tahu mengapa saudara Jusuf dijemput oleh orang-orang itu? Jusuf pernah bercerita kepada saya beberapa hari yang lalu, dia akan bertemu dengan seorang pengusaha perkebunan dan melakukan sesi wawancara sebagai materi pendukung dari naskah yang sedang dikerjakannya. Jadi, seseorang yang bernama Apsara itu adalah seorang pengusaha? Bapak tahu dari mana? Saya menemukannya di kalender dinding di kamar saudara Jusuf. Di lembar bulan ini, di tanggal yang persis jatuh pada hari Jumat kemarin. Tanggal itu ditandai dengan bulatan yang dibuat dengan menggunakan spidol berwarna merah. Di

398

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

sisinya ada sebuah tulisan yang menyebutkan keberangkatan saudara Jusuf untuk mewawancarai seseorang bernama Apsara. Kenapa Bapak tidak menceritakannya saja kepada saya. Bapak kelihatannya telah mendapatkan jawaban dari apa yang Bapak tanyakan kepada saya. Saya hanya menjalankan tugas. Sekecil apapun, saya harus menanyakannya kepada saudara, agar detail dari kejadian sore ini dan kepergian saudara Jusuf kemarin malam bisa terungkap dengan jelas. Saya hanya ingin mencocokkan keterangan yang saya dapat dari saksi-saksi yang ada. Dan, ada lagi yang Bapak ingin tanyakan kepada saya? Sementara ini cukup. Terima kasih untuk keterangannya.

399

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Boleh saya masuk ke dalam? Tentu saja. Silahkan. Daud, ajak temanmu dan istrinya ke dalam, ujar Firdaus, biar istrinya beristirahat di kamar tamu. Iya, Oom. Daud menoleh ke arah Adi dan Dini, ayo, Mas? Daud melangkah memasuki rumah diikuti Adi yang menuntun Dini yang mengantuk. Setelah menunjukkan letak kamar tidur tamu kepada mereka, Daud menghampiri Padma yang masih duduk termenung di ruang tamu dan duduk di sebelahnya. Padma, ujarnya sambil merangkulkan tangannya ke leher perempuan yang tampak letih dan cemas itu, semua akan baik-baik saja. Di luar sudah ada polisi yang berjaga, bersama

400

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Oom Firdaus dan beberapa tetangga lainnya. Kita aman di sini. Padma hanya mengangguk lesu. Dia dapat merasakan ketulusan dan kesungguhan dari ucapan Daud. Lelaki ini, walau sudah berusaha untuk tidak jujur dengan menutup-nutupi apa yang sedang terjadi, selalu mendampinginya dalam masamasa sulit yang terjadi selama dua belas jam terakhir. Aku tidak mengerti mengapa orang-orang itu melakukan semua ini, jelas Daud kepadanya, yang aku mengerti adalah, mereka berusaha mengancam keberadaan orang-orang yang dekat dengan Jusuf. Mereka datang ke sini tanpa membuat Mbok Ning merasa curiga. Buktinya, tiga cangkir itu. Pasti Mbok Ning

401

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

menganggap mereka sebagai tamu yang ingin bertemu Mas Jusuf. Iya. Aku tahu itu. Ujar Daud, yang kini berdiri dan membelai rambut Padma. Tangannya kemudian mengenggam tangan Padma dan mengajaknya berdiri. Aku ingin menunjukkan sesuatu kepadamu. Mungkin ada beberapa petunjuk lain yang bisa kita dapatkan. Maksud Mas, di kamar? Aku sudah memeriksanya semua. Tidak ada yang aneh. Tidak ada? Kamu yakin? Daud sudah berjalan lebih dulu, dan Padma mengikutinya di belakang. Kita mau ke mana, Mas?

402

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Mengajakmu mengunjungi sebuah kamar sekali lagi, jawab Daud tanpa menoleh, kamar yang ditempati kakakmu.

403

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 17

Beberapa jam sebelumnya. Mobil Jeep hitam itu mengurangi kecepatannya saat mendekati sebuah gapura dari besi berongga yang terletak di sisi kiri jalan yang menuju ke Pantai Parangtritis ini. Dia dapat menemukan alamat rumah yang dicarinya ini dengan mudah, menggunakan layanan internet di ponselnya. Dan hasil pencarian memberikannya petunjuk ke sebuah sentra kerajinan gerabah. Alamat sentra kerajinan tersebut memiliki banyak kesamaan dengan kata kunci yang dimasukkannya. Juga informasi yang didapatkan Imam tadi sore di pendopo. Kita akan masuk ke dalam? Tanya Imam. Tentu saja. Persis seperti sore tadi.

404

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Imam membelokkan mobilnya melewati gapura tersebut, dan melintas di jalan kecil yang berbatasan langsung dengan pagar tembok setinggi pinggang orang dewasa di satu sisi, dan pagar bambu di sisi lainnya. Dia harus mengendarai mobilnya dengan hati-hati, agar tidak menyenggol dan merusaknya. Sementara di sebelahnya, Firman duduk dengan tenang. Di dalam hatinya, dia masih menyesali tindakannya yang membuat Mbok Ning pingsan sore tadi. Tentu saja itu bukanlah pilihan utamanya, tapi memang tidak ada pilihan lain baginya. Yang mana rumah yang kita tuju, Inspektur? Satu rumah, di sekitar sebuah sentra kerajinan. Sebuah jawaban yang problematis. Satu rumah yang disebutkannya itu, adalah salah satu dari belasan rumah yang

405

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

berdiri di sekeliling tempat tersebut di tengah kampung ini. Dan mereka tentu saja tidak bisa memeriksanya satu persatu. Berhenti di sini, pinta Firman saat mobil melewati sebuah pertigaan. Imam menghentikan mobil dengan patuh. Sang Inspektur langsung turun dan berjalan menuju ke sebuah warung kecil tidak jauh dari situ. Warung yang ditujunya itu sebenarnya terhalang oleh rumpun bambu lebat. Firman melihatnya sekilas, di sela-sela rimbunnya rumpun bambu tersebut. Dan itu sudah cukup baginya untuk mengetahui keberadaan warung itu. Firman berdiri di depan warung kecil itu, dan memanggil-manggil pemiliknya seperti orang yang ingin membeli

406

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

sesuatu. Seorang ibu berumur tiga puluh lima tahun keluar dari pintu di ujung warung dan menghampirinya. Tumbas nopo, Pak? Onten materai boten, Bu? Boten enten e, Pak. Rokok mawon, jawab Firman sambil tangannya menunjuk ke sebuah bungkus rokok berwarna merah dan putih di etalase kaca, setunggal bungkus. Ibu pemilik warung memberikannya kepada Firman. Setelah membayarnyadan merasa cukup dengan improvisasinyadia pun beralih kepada tujuannya. Nganu, Bu. Kulo bade nyuwun pirso. Griyone Bapak Adi pundi nggeh? Pak Adi sing guru nopo Pak Adi sing ndamel wajik?

407

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Guru, Bu. Guru Matematika. Oh, Pak Adi sing guru. Mriko, Pak. Kulone Sentra Kerajinan persis. Mata Firman mengikuti arah yang ditunjuk oleh pemilik warung, dan melihat sebuah rumah bercat biru langit. Matur suwun nggeh, Bu. Ujar Firman sambil tersenyum. Akhirnya. Sami-sami nggeh, Pak. Firman melangkah kembali ke mobil. Namun si pemilik warung memanggilnya lagi, memperingatkan bahwa mungkin pemilik rumah yang ditujunya sudah tidur. Dia hanya tersenyum dan kembali mengucapkan terima kasih, lalu kembali berjalan.

408

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Sampai di mobil, Firman mengetuk kaca jendela pengemudi. Imam membuka kaca, dan melihat atasannya yang sedang menghisap sebatang rokok. Iya, Inspektur? Matikan mesin. Target berada tepat di sebelah kanan. Imam mengikuti arah pandangan atasannya itu. Sebuah rumah! Sepi, Inspektur. Menurut pemilik warung di ujung sana, mungkin orang yang kita cari sudah tidur di jam-jam seperti ini. Kamu tunggu di sini saja, dan tolong ambilkan senter di laci itu. Imam membuka laci di dashboard, mengambil senter berlampu putih terang di dalamnya, dan menyerahkannya

409

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

kepada atasannya. Setelah menerimanya, atasannya itu langsung berjalan mendekati rumah yang mereka cari. Firman tidak berniat untuk menggedor pintu dan membuat seluruh penghuni kampung terbangun dan berkumpul di depan rumah ini. Dia tidak ingin kejadian di Boyolali sore tadi kembali terulang. Yang ingin dilakukannya adalah memeriksa keadaan di rumah itu, dan mendapatkan petunjuk sekecil apapun yang dapat memberinya informasi mengenai dua targetnya yang masih berkeliaran entah di mana. Dia menyalakan senternya dan mengamati permukaan jalan semen berwarna kelabu di depan rumah yang menjadi tujuannya itu. Tidak butuh waktu lama baginya, saat dia melihat guratan bekas ban mobil di atasnya. Mereka memang ke sini. Dan aku terlambat.

410

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Inspektur Firman mematikan senter dan mengeluarkan ponselnya. Menghubungi nomor dari orang yang menugaskannya. Halo? Lapor, Pak. Saya sudah berusaha untuk mencari kedua target yang Firman tidak meneruskan laporannya. Ada yang aneh. Dan dia dapat merasakannya. Mengapa tidak diteruskan? Walaupun Firman tidak mengenal siapa sebenarnya Darun Nadwa, tapi dia dapat mengenali gaya bicaranya. Dan jelas sekali, dia tidak sedang berbicara dengan orang yang sama! Siapa ini!

411

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Sama seperti anda. Yang jelas, saya bertanya-tanya, seberapa cepat seseorang seperti anda untuk datang ke sini dan mencegah kami. Apa yang anda lakukan? Apa yang saya lakukan? Saya yakin sekali, itu bukan urusan anda. Di mana pemilik nomor ini? Cepat segera Sstt.. Jangan berteriak-teriak seperti itu, suara di ujung sana berbisik mengerikan. dia dan istrinya sedang lelap tertidur. Dan saya tidak ingin mereka terbangun sebelum waktunya. Firman merasa kalau tangannya menggenggam ponsel terlalu keras. Dia tahu, apapun yang sedang terjadi di ujung

412

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

sana, itu pastilah mengancam keselamatan orang yang memberinya perintah selama beberapa hari ini. Dia memutuskan untuk berjalan cepat menuju ke mobil. Tangannya masih memegang ponsel yang menempel ketat ke telinganya. Apa yang anda inginkan? Tanya Firman dengan suara yang hampir bergetar karena kecemasan. Imamyang segera menyalakan mesin atas perintah Firmansampai menoleh ke arah atasannya itu. Dia bertanyatanya apa gerangan yang sedang terjadi sebenarnya. Belum pernah sekalipun dia mendengar nada bicara atasannya seperti malam ini. Dan ini membuatnya menyimpulkan satu hal. Ada yang tidak beres.

413

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dengar baik-baik, orang di ujung sana kembali bersuara, anda tidak mengetahui siapa orang yang selama ini menghubungi anda lewat jalur berpengaman ini. Jadi, jangan coba-coba lapor ke dinas anda. Dengan siapa anda sekarang? Sepertinya anda berada di dalam mobil. Ya. saya memang di dalam mobil. Saya berdua dengan asisten saya. Bagus. Dua orang polisi sudah cukup untuk saya. Jangan kalian tambah lagi. Firman masih berusaha mencari motif di balik kejadian yang dihadapinya ini. Namun benaknya seperti kehilangan ketajaman dan daya konsentrasinya. Jalur berpengaman yang menginskripsi suara menjadi paket data bersandi yang sulit

414

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dilacak itu menghalanginya untuk memikirkan metode yang tepat untuk menemukan posisi penelepon. Apa pun yang diminta oleh orang ini untuk kalian lakukan, selesaikan semuanya sampai tuntas. Dan setelah itu, jangan ikut campur atau orang ini akan mati. Mengerti? Firman biasa menggunakan kalimat-kalimat bernada ancaman saat melakukan tugas-tugas kotor yang diterimanya. Tapi kali ini, dia merasakan kebalikannya. Anda tidak bisa mengancam kami! Oh, nada suara itu menyiratkan keskeptisan, kalian pikir saya tidak bisa melakukannya? Kalian tahu dengan pasti, saya di sini berbicara sesuka hati menggunakan ponsel pribadi orang yang menugaskan anda. Jelas sekali, kalian tidak mengenalnya. Tapi saya di sini untuk menghabisinya beserta

415

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

semua anggota keluarganya. Dan tugas kalian adalah memastikan rencana saya berhasil. Bagaimana? Usul yang menarik, bukan? Apa yang anda inginkan? Tebusan? Berapa besar? Anda mulai menghina saya dengan menawarkan sejumlah uang? Percayalah, bukan uang yang memotivasi saya. Karena saya bukan prajurit tersumpah yang kotor seperti kalian! Kalian melanggar sumpah setia korps dan memakan uang pejabat-pejabat penghuni neraka seperti mereka ini! Dan kalian mengharapkan agar saya mau menerima tebusan? Suara itu tertawa begitu keras, hingga Imam yang sedang menyetir dapat mendengarnya. Sebelum saya menutup telepon ini, suara itu mulai memberikan arahan, saya ingin kalian berjanji. Pertama, ka-

416

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

lian selesaikan tugas kalian. Kedua, jangan laporkan keadaan ini kepada siapapun. Ketiga, dan yang terpenting. Hubungan telepon ini tidak pernah ada. Panggilan itu pun berakhir. Firman tidak tahu lagi apa yang harus dipikirkannya, dan apa yang harus dia lakukan setelah ini. Dia kehilangan jejak orang-orang yang dicarinya. Tinggal dua orang. Satu bernama Daud, dan satu lagi seorang perempuan bernama Padma. Satu hal yang jelas baginya, dia harus mencari kedua orang itu dengan usahanya sendiri. Karena orang yang memberinya instruksi dan petunjuk itu tidak bisa diandalkan, dan sedang terancam bahaya.

417

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dengan putus asa, dia meminta Birpda Imam untuk menyetir mobil kembali ke dalam kota. Dia hanya ingin mengulur waktu, sambil memikirkan strategi selanjutnya. Di dalam hatinya, dia mengucapkan apa yang selama ini tidak lagi dilakukannya. Matanya memejam, seiring dengan hatinya membisikkan sebuah nama. Allah.

418

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 18

Kamar Jusuf terlihat seperti biasanya ketika berada di rumah. Agak berantakan. Kasurnya tertata dengan rapiselimutnya terlipat dan diletakkan di atas bantal. Hanya meja tulisnya yang terlihat acak-acakan. Jusuf melarang Mbok Ning untuk membereskannya. Di sana, terlihat tumpukan beberapa buku, berlembar-lembar jurnal yang dicetak oleh Jusuf sendiri menggunakan printer rumahan miliknya, sebuah modem seluler, dan kertas-kertas berisi coretannya yang bertebaran. Di bidang kosong di tengah meja, cooling pad yang biasanya menyangga notebook milik Jusuf membisu tanpa aliran listrik. Daud menuntun Padma untuk berdiri di depan sebuah kalender besar yang menempel di dinding di atas meja. Dia

419

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

maju lebih ke depan. Kemudian menjulurkan tangannya untuk menunjuk ke sebuah tanggal di kalender tersebut. Kamu tidak melihat ini? Padma memang tidak memperhatikannya sebelumnya. Memberi tanda pada tanggal di kalender adalah hal yang biasa dilakukan oleh kakaknya. Dan hal itu luput dari perhatiannya. Dia melangkah lebih mendekat dan berdiri persis di samping Daud. Dia melihat apa yang dimaksud oleh teman kakaknya itu. Sebuah tanggal telah dilingkari, dan dia melihat sebuah catatan kecil di dekat lingkaran merah itu. Padma membacanya perlahan. Berangkat ke Semarang, dijemput di sana oleh orang-orang utusan Apsara. Dia mengernyitkan dahi, dan menoleh ke arah Daud.

420

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Mas Daud tahu, siapa orang yang dimaksud Mas Jusuf? Narasumber bagi naskah keduanya. Setahuku, dia seorang pengusaha. Jusuf tidak mau menyebutkan namanya padaku. Dia bilang akan mewawancarai pengusaha itu, meminta keterangan perihal hubungan antara perusahaan pengelola hutan negara dan konflik mereka dengan rakyat serta implikasinya terhadap kerusakan lingkungan. Kenapa Mas baru cerita? Aku mengetahuinya dari polisi di luar. Dia

menceritakan apa yang ditemukannya di sini, di kamar kakakmu. Makanya aku mengajakmu kemari. Siapa tahu, mungkin kita bisa memperoleh petunjuk lainnya?

421

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Memang ada, Padma mengingat satu kebiasaan kecil yang biasa dilakukan kakaknya. Seingatku, Mas Jusuf selalu menuliskan kegiatannya di sebuah buku. Jusuf menulis buku harian? Ada yang salah? Tidak juga. Itu Seperti perempuan, maksud Mas Daud? Teman kakaknya itu tidak berkata apa-apa untuk menanggapi pertanyaan spontan Padma. Laki-laki selalu saja memandang bahwa menulis buku harian itu tabu, dan menganggap hanya kaum wanita yang melakukannya. Padahal, seorang nahkoda kapal selalu mencatat apa yang dialaminya di dalam sebuah buku. Begitu juga dengan para petualang, peneliti, dan orang-orang dari bidang-bidang profesi lainnya.

422

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Mereka menuliskan apa yang mereka hadapi setiap harinya, mencatat perkembangan sekecil apapun dari penelitian yang sedang mereka lakukan, atau menceritakan daerah yang sedang mereka kunjungi. Kalau pun ada buku harian di kamar ini, pasti yang mengetahui di mana buku itu tersimpan hanya Jusuf sendiri. Sebenarnya, Padma mengedarkan pandangan, letak barang-barang di kamar ini persis sama dengan kamar tidur kakakku di rumah Tangerang. Begitu, ya? Mas memang belum pernah main ke asramanya? Atau kamar di rumah Tangerang? Belum pernah. Jusuf yang selalu berkunjung ke asramaku. Dia bilang, di Verona tidak seseru di Roma. Aku juga

423

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

belum sempat mengunjungi rumah orang tuamu, karena sebulan setelah lulus kuliah aku memuaskan diri untuk tinggal di rumah. Dan setelah itu, bersama Jusuf berangkat ke Yogyakarta. Daud terkejut begitu menyadari apa yang dimaksud oleh Padma. Jangan bilang kalau Ya. Aku tahu, Padma mengedipkan sebelah matanya, di mana buku itu disimpan. Padma mencoba untuk mengingat kembali waktu pertama kali dia menemukan buku catatan keseharian milik kakaknya itu. Waktu itu dia baru menginjak semester terakhir di tahun keduanya di sekolah lanjutan tingkat pertama. Di kelas, guru sejarahnya memberikan tugas untuk membuat kliping

424

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

tentang kebudayaan dunia kuno yang harus dikumpulkan keesokan harinya. Tanpa sepengetahuan Jusuf, dia masuk ke kamarnya yang tidak dikunci, untuk mengambil majalahmajalah bekas milik kakaknya itu, dan menggunakannya sebagai bahan kliping. Di dalam kamar, dia sibuk mencari majalah-majalah National Geographic bekas yang mungkin sudah tidak dibaca lagi oleh kakaknya. Setelah beberapa menit mencari, Padma berhasil menemukannya. Dan itu membuat dia kecewa. Kelihatannya, kakaknya menaruh majalah tersebut di tempat yang sama sekali tidak dibayangkan oleh Padma. Di atas lemari, yang tingginya hampir satu setengah kali badannya. Posisinya pun tepat di tengah, diapit oleh tumpukan kardus di kanan dan

425

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

kirinya. Dia bisa melihatnya dari tembok di seberang lemari itu, dengan kakinya yang dijinjitkan. Lalu, Padma berinisiatif untuk memindahkan kursi yang berdampingan dengan meja belajar kakaknya ke dekat lemari, dan berdiri di atasnya untuk menambah jangkauan tangannya. Tapi puncak lemari tersebut masih lebih tinggi dari lekukan sikunya. Tanpa dapat melihat apa yang dipegangnya di atas sana, dia meraba-raba dan menemukan apa yang dicarinya. Majalah-majalah bekas itu ditumpuk dan diikat oleh tali plastik. Pelan-pelan, Padma menarik talinya, dan tumpukan majalah itu bergerak menuju ke arahnya. Tapi gerakan yang dibuat oleh tarikan pada tali plastik memberikan pengaruh kepada ketiga buah kardus yang tertumpuk di sisi kirinya, dan

426

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dua di antaranya langsung terjun bebas menghantam lantai di bawahnya. Padma menurunkan tumpukan majalah dan bermaksud untuk menumpuk kardus-kardus itu kembali di tempatnya, saat dia menemukan ada sesuatu yang keluar dari salah satu kardus. Sebuah buku. Dia melirik ke arah jam dinding di kamar itu, dan menimbang-nimbang untuk melihat-lihat isi buku yang ditemukannya. Sebentar saja, bisiknya. Aku masih punya waktu satu jam sebelum Mas Jusuf pulang. Tangannya meraih buku dengan sampul tebal bertuliskan angka Romawi VIII dan angka 2007 itu. Dia mulai membuka lembar demi lembar. Tahulah dia, bahwa buku yang sedang

427

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dipegangnya itu adalah buku harian pribadi kakaknya. Di setiap paragrafnya, tercantum waktu penulisan. Padma tertawa-tawa sendiri saat membacanya, hampir lupa akan tujuannya masuk ke kamar kakaknya itu. Setelah merapikan kembali kekacauan yang disebabkan olehnya, Padma keluar dari kamar itu dan menutup kembali pintunya seperti tidak terjadi apa-apa. Tapi tampaknya, kakaknya mengetahui apa yang dilakukan Padma siang tadi di kamarnya. Mungkin, Padma mengembalikan buku pribadi kakaknya itu ke kardus yang salah, karena di malam harinya Jusuf mengomelinya habis-habisan karena masuk ke kamarnya tanpa izin. Dan mulai keesokan harinya, kamar itu dikunci oleh Jusuf.

428

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Padma masih mengingatnya dengan jelas. Malam ini, dia akan melakukan hal yang sama seperti yang diingatnya itu. Letak barang-barang di kamar ini hampir identik dengan kamar Jusuf di Tangerang; meja tempat menulis dan bangkunya yang menghadap ke timur, ranjang yang ada di sebelah barat, dan lemari pakaian di sebelah selatan. Padma menarik satu-satunya kursi di kamar itu, dan menaruhnya persis di sebelah lemari. Dia menaikinya, dan merasa tidak percaya akan apa yang dilihatnya. Bukan hanya letak ranjang, meja, dan lemari saja yang sama. Jusuf juga mengatur letak barang-barangnya di atas lemari ini dengan aturan yang sama. Dua kardus teratas di sebelah kiri, bisik Padma mengingatkan dirinya sendiri.

429

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Mas, Padma memanggil Daud yang dari tadi memperhatikan dirinya dengan tatapan tidak mengerti, tolong pegang ini. Daud mengulurkan tangannya menyambut sebuah kardus sepatu yang diambil Padma dari atas lemari. Kemudian Padma turun dengan membawa sebuah kardus lainnya. Coba dibuka, Mas. Daud memandangi kardus yang dipegangnya itu. Padma kelihatan tidak sabar, dan mengambil kardus tersebut setelah meletakkan kardus yang tadi dipegangnya ke atas kursi. Tidak ada apa-apa di dalamnya. Kardus itu kosong. Padma meletakkannya begitu saja di lantai, dan meraih kardus yang tadi ditaruhnya di atas kursi. Dan saat membuka penutupnya, dia tersenyum senang.

430

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Tepat seperti yang aku ingat.

431

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 19

Sudah hampir tengah malam, dan Firman bertanya-tanya di mana kedua targetnya sekarang berada. mobil yang dikendarai oleh bawahannya itu berjalan tanpa tujuan dan kini melintas di Jl.AM Sangaji menuju ke utara. Dia masih menimbang-nimbang untuk melakukan sesuatu yang tidak biasa dilakukannya. Menghubungi targetnya sendiri dan menjelaskan apa yang sebenarnya tengah terjadi. Namun memang tidak ada lagi kemungkinan yang tersisa untuknya saat ini. Pilihan itulah satu-satunya jalan. Melihat apa yang telah dilakukannya di Stasiun Tugu beberapa jam yang lalu, mungkin kedua targetnya dapat membantunya untuk

432

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

mengetahui apa yang sedang dialami oleh orang yang memberinya perintah itu. Ironis sekali, batinnya. Aku mengharapkan bantuan dari targetku sendiri. Informasi yang menyeretnya di depan sebuah rumah di Bantul, telah membuatnya terjebak dalam situasi yang dilematis. Firman dipaksa untuk memilih dan menghadapi konsekuensi dari pilihannya itu. Dalam kebimbangan yang mulai menguasainya, matanya memandangi ponsel yang tergenggam di tangannya. Kredibilitas yang dibangunnya selama bertahun-tahun sebagai agen bayaran dalam melakukan tugas-tugas terselubung yang rahasia itu, harus dilemparkan oleh tangannya sendiri ke dalam jurang yang selama ini dijauhinya. Mengung-

433

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

kapkan tugas yang diterimanya dan menceritakannya kepada orang lain adalah tabu. Hal itu akan sangat menghancurkan reputasinya sendiri, baik sebagai anggota pelindung dan pengayom masyarakat maupun sebagai agen intelijen bayaran. Bagaimanapun, batinnya, aku sudah bersumpah untuk menjadi bhayangkara negara lebih dulu dibanding operasioperasi intelijen murahan ini. Akhirnya, Firman mengakhiri kesunyian di dalam mobil itu. Dia telah membuat sebuah keputusan. Kemudian, dia menceritakan semua yang terjadi di depan rumah yang mereka amatidan pilihan yang dia ambilkepada bawahannya yang sedang menyetir. Mobil terasa oleng sedikit, saat bawahannya itu mendengar apa yang disampaikannya.

434

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Inspektur? Bripda Imam bertanya dengan penuh keraguan, anda yakin? Tidak ada pilihan lain. Atau kau punya alternatif yang bisa kita pilih untuk apa yang tengah terjadi malam ini? Tapi Bripda Imam tidak memberikan jawaban, dan lebih memilih untuk mengendalikan mobil dengan baik. Kalau begitu Firman berbicara sendiri. Jarinya kini memencet tombol navigasi ponselnya. Dia akan menghubungi sebuah nomor yang diperolehnya dari seorang pemilik kost di Demangan dan tersimpan di kontak ponselnya atas nama Daud. Sebuah nada sambung terdengar setelah jarinya menekan tombol berwarna hijau. Ponsel Daud berbunyi saat Padma menemukan buku catatan kakaknya, di dalam kardus sepatu di atas lemari pa-

435

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

kaian. Dia tidak mengenali nomor yang tertera di layar ponselnya. Dan memutuskan untuk membiarkannya saja. Tapi Padmayang sedang membolak-balikkan lembar demi lembar dari buku kakaknya untuk mencari halaman dengan tanggal terbarumenganggapnya sebagai sebuah kemungkinan. Mas Daud, coba saja dijawab, Padma mengurungkan niat untuk membaca buku milik kakaknya itu, siapa tahu itu Mbok Ning. Atau panggilan lain yang penting, mungkin? Tidak ada ruginya juga. Daud mendesah dengan ragu. Dia tidak terbiasa melakukannya. Pengalaman yang kurang mengenakkan karena menerima panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenalnya pernah dialaminya. Seperti tahun lalu, saat dia mencantumkan nomor pasca bayar yang digunakannyabegitu kembali ke

436

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

tanah airke dalam akun mikrobloggingnya di twitter. Sebuah kesalahan yang memberinya sebuah pelajaran berharga. Berkarya, bagi Daud, selain menjadi saluran bagi pemikiran pribadi, ternyata juga mendatangkan popularitas yang tidak didambakannya. Memang tidak banyak. Tapi ada saja orang-orang yang tiba-tiba menelepon dan ingin mengenalnya lebih dekat, atau mereka yang merasa tersentil oleh kritik-kritik halusnyaterhadap sikap feodalis yang masih bertahan dalam perkembangan budaya di Indonesiayang menemukan cara untuk menyampaikan keberatan mereka. Mereka semua memiliki kesalahan yang sama, tidak tahu waktu. Dan dia tidak ingin mengalaminya lagi. Tidak untuk malam ini. Aku tidak mengenal nomor ini, keluh Daud kepada Padma. Setelah dia menghapus nomor pribadinya dari akun

437

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

twitter dan memutuskan untuk berganti nomor, tidak ada lagi panggilan-panggilan telepon bernada protes. Dan ini pertama kalinya di tahun ini, Daud mendapatkan panggilan masuk aneh dari sebuah nomor asing. Untung saja, pikir Daud. Aku tidak terlalu gemar menggonta-ganti tampilan avatar dengan foto-foto terbaru. Ponsel Daud masih berbunyi. Suaranya seakan memberi tahu, si penelepon masih menunggu di ujung sana. Dengan perasaan enggan, dia pun akhirnya menerima panggilan itu. Halo. Dengan saudara Daud? Pertanyaan yang kurang tepat untuk memulai hubungan yang baik, batin Daud.

438

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Benar. Dan anda, siapa? Dan dari mana anda mendapatkan nomor saya? Dari mana saya mendapatkannya, itu tidak penting. Ada hal yang lebih penting, yang ingin saya sampaikan kepada anda. Apa yang didengar Daud dari peneleponnya itu membuatnya merasa, malam ini akan lebih panjang baginya. Dan membawanya kepada kebenaran soal krisis yang sedang dihadapinya saat ini. Setelah panggilan tersebut selesai, Daud menurunkan ponsel dari telinga dengan tangan yang bergetar. Ini tidak mungkin, Daud berbicara sendiri. Apa yang didengarnya lebih gila dari apa yang pernah ditulisnya.

439

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Padma menyadari perubahan yang dialami Daud. Dia telah menemukan halaman yang dimaksud, namun menahan diri untuk membacanya. Kenapa, Mas? Siapa yang menelepon? Daud tersadar dari lamunannya, dan menoleh ke arah Padma. Kamu tidak akan percaya, siapa yang meneleponku tadi.

440

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 20

Mobil yang memasuki pekarangan Kandang Ndhoro adalah mobil yang sama dengan yang dilihat oleh Daud saat mengantarkan Jusuf, dua puluh enam jam yang lalu. Dia berdiri di luar bersama Padma, Adi, Firdaus, dua anggota polisi, serta tiga orang tetangga yang memutuskan untuk ikut berjaga. Daud telah menyampaikan apa yang dia dengar dari peneleponnya, dan menyampaikan hal ini kepada yang lain. Dan mereka bersiap untuk menyambut segala kemungkinan yang akan terjadi setelahnya. Mobil itu diparkir di belakang mobil Padma. Setelah mesinnya dimatikan, dua orang itu turun dan berjalan mendekat ke arah berkumpulnya orang-orang di teras rumah. Dua orang

441

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

polisi yang berjaga sepertinya mengenali siapa yang datang, dan menghormat kepada salah satunya. Selamat malam, Inspektur Firman. Daud kebingungan melihat situasi yang tidak terduga ini. Bapak mengenalnya? Beliau adalah senior kami sewaktu di pelatihan, jawab salah satu dari polisi yang berdiri di dekat Daud. Dia yang menjemput Jusuf di Yogyakarta! Firman menyadari siapa yang dimaksud dalam pembicaraan Daud. Dia berpaling ke arahnya, dan memperkenalkan diri. Saya Inspektur Firman. Dan betul, saya yang menjemput teman anda kemarin malam.

442

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Sebaiknya, Firdaus memotong pembicaraan, kita teruskan perbincangan ini di dalam. Seperti sekawanan bebek yang digiring pulang menuju ke kandang, kumpulan manusia yang berdiri di teras pun melangkah memasuki rumah dan memenuhi ruang tamu. Ketiga tetangga dan satu orang polisi yang berjaga memutuskan untuk melanjutkan penjagaan di luar. Adi mengambil nampan yang berada di atas meja dan meletakkan ketiga cangkir di atasnya, lalu membawanya menuju dapur. Saat kembali ke ruang tamu, dia membawa satu teko yang penuh berisi teh panas yang diletakkan di atas nampan beserta tujuh gelas kaca yang kosong. Setelah meletakkannya di atas meja, dia kembali ke dapur untuk mengambil dua kursi plastik.

443

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Daud duduk di pojok kanan dari bangku panjang yang diisi oleh dua orang lainnyaFirman di pojok kiri dan seorang polisi muda yang duduk di tengahdan berada persis di sisi kiri Padma yang duduk di bangku tunggal, yang berhadapan dengan Firdaus. Bripda Imam menempati kursi plastik dan mendekatkan diri ke sisi kiri Firdaus, sementara Adi memutuskan untuk menggeser posisi duduknya ke sebelah kanan Padma. Baiklah, polisi yang masih muda itu memulai pembicaraan, mari kita bicarakan apa yang sedang terjadi sebenarnya. Daud berusaha untuk mengatur suaranya agar terdengar setenang mungkin, saat menceritakan kembali apa yang dialaminya di depan gedung Perpustakaan Kota Yogyakarta pada

444

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Jumat malam kemarin. Dia juga menceritakan telepon yang diterimanya dari Mbak Luki siang tadi. Setelah Daud selesai, Firman langsung menceritakan soal instruksi-instruksi yang diterimanya dari seorang yang tidak pernah mengungkapan identitasnya itu, sampai kepada teleponnya beberapa jam yang lalu saat memeriksa rumah Adi. Lalu, tanya Firdaus begitu Firman selesai memberikan keterangannya, ke mana Jusuf pergi setelah anda mengantarnya ke Semarang? Saya tidak mengetahuinya. Dari instruksi yang diberikan, saya hanya mendapat perintah mengantarnya ke Semarang untuk menemui penjemput lainnya. Dan apakah anda mengetahui siapa penjemput keponakan saya itu? Tanya Firdaus lebih lanjut.

445

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Saya tidak mengetahuinya. Bagaimana anda bisa-bisanya mengatakan tidak tahu? Tanya Padma. Suaranya menggambarkan luapan emosi yang tidak dapat dibendungnya. Nona, saya menjawab dengan sebenar-benarnya. Firman berusaha untuk tetap tenang, saya memang menunggunya selama beberapa saat, karena ingin mengetahui siapa orang-orang yang akan menjemput Jusuf selanjutnya. Tapi kelihatannya mereka terlambat dari jadwal. Dan anda tidak mengenali siapa yang memberi anda perintah? Firman juga memiliki pertanyaan yang sama, dan belum juga memperoleh jawaban yang dibutuhkannya.

446

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Saya tidak pernah mengetahui orang yang memberi saya perintah. Anda tidak pernah mempertanyakannya? Padma seperti ingin menjambak rambut cepak itu. Nona, dalam operasi intelijen, pemberi perintah biasanya menggunakan nama samaran untuk menutupi identitas mereka yang sesungguhnya. Polisi muda yang duduk di sebelah Firman terlihat tertarik, dan bertanya. Inspektur, bisa diungkapkan kepada kami semua, nama samaran orang tersebut? Firman sepertinya harus melanggar pakem-pakem yang selama ini dipegang teguhnya olehnya. Dan malam ini, pakempakem tersebut tidak lagi membantunya.

447

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Orang itu hanya menyebutkan nama samarannya itu satu kali saja, yaitu saat pertama dia meminta saya untuk bersedia melakukan instruksi-instruksi yang akan diberikannya. Dia menyebut dirinya, Darun Nadwa. Sebuah majelis tinggi di Mekkah, Daud menjelaskan arti dari nama samaran tersebut. Daud memberikan uraian singkat mengenai sebuah bangunan yang berdiri paling dekat dengan Kabah, tempat para pemimpin kabilah suku Quraisy untuk bermusyawarah mengenai masalah-masalah di dalam masyarakat. Pendirian bangunan ini dipelopori oleh Qushay bin Kilabkakek moyang Nabi Muhammad sawyang kala itu memegang seluruh jabatan penting yang ada di kota tersebut, yaitu hijaba, siqaya, rifada, nadwa, liwa, dan qiyada.

448

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Lalu apa hubungan antara kejadian ini dengan tempat rapat itu? Tanya Firdaus. Tentu ada, Oom. Jawab Daud, terkejut karena keterkaitan yang menyeruak dalam pikirannya itu. Bila kita mengetahui siapa saja yang tergabung dalam majelis tersebut. Dan, mengingat orang yang memberi instruksi kepada Bapak Firman tidak menyebut adanya keterlibatan orang lain, saya berasumsi orang ini sendirian dalam merancang strategi. Dan siapa orang itu? Tanya Adi yang belum mengerti ke mana arah semua pembicaraan ini. Di ruangan ini, cuma Padma dan Firdaus yang mengenalnya lebih dekat daripada kita semua, Daud memberi jeda, Oom Sufyan.

449

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Semua yang hadir di ruangan itu sama terkejut. Mereka menganggap itu hanyalah kelakar Daud saja. Tapi kemudian, Daud meneruskan lagi penjelasannya. Bapak-bapak, Daud memandang ke arah Padma, dan Nona. Kita semua tahu, ada beberapa orang di dalam Darun Nad-wa. Dan mereka berasal dari garis keturunan yang sama. Ber-generasi-generasi setelah Qushay pun, Darun Nadwa masih berdiri. Dan ketika seorang lelaki agung yang tinggal di te-ngah-tengah mereka mengaku mendapatkan wahyu dari langit, saat itu Darun Nadwa dipimpin oleh seorang saudagar besar bernama Abu Sufyan bin Harb. Kalian tidak melihat keter-kaitan dari dua hal itu? Masuk akal, polisi muda itu angkat bicara, tapi itu tidak membawa kita ke mana pun.

450

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Izinkan saya untuk bertanya, ujar Daud sambil mengacungkan tangan, apa kalian juga yang datang ke sini sore tadi dan membawa Mbok Ning? Ya. kami yang membawanya. Dan ke mana kalian membawa Mbok Ning? Kami mendapatkan instruksi untuk mengantarkan Ibu Ning sampai ke Stasiun Tugu. Stasiun? Padma ikut bertanya. Seperti yang anda dengar. Di stasiun, kami memberikan sebuah amplop kepada Ibu Ning, yang sebelumnya kami ambil di tempat yang diinstruksikan kepada kami. Kelihatannya berisi sebuah tiket kereta api. Di mana itu? Di sebuah rumah di Patangpuluhan.

451

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Firdaus dan Padma saling bertukar pandangan mendengar jawaban Firman. Dalam hati, Padma langsung mengerti kaitan yang terjadi di balik semua ini. Dan jika benar orang yang selama ini memberikan perintah kepada kedua polisi itu adalah orang yang mereka kenal, maka rumah di Patangpuluhan hanya berarti satu hal. Saya akan menelepon kakak saya, Firdaus berdiri dan mengeluarkan ponselnya, untuk menanyakan kebenaran dari keterangan yang anda katakan tadi. Firdaus melangkah ke teras dan menelepon kakaknya yang tinggal di rumah yang diceritakan Firman. Kira-kira, ke mana Mbok Ning pergi? Saya tidak tahu.

452

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Pukul berapa anda mengantarkan Mbok Ning ke stasiun? Sekitar pukul delapan. Daud mengingat-ingat kereta apa saja yang berangkat pada jam-jam itu. Dan karena Firman memperkirakan isi amplop tersebut adalah sebuah tiket, maka itu berarti kereta yang dinaiki Mbok Ning lebih dari sekedar rangkaian kereta di jalur commuter line. Sebenarnya, Firman merogoh saku di dalam lapisan jaketnya, ada tiga lembar amplop yang saya terima. Firman meletakkan dua amplop yang tersisa di atas meja. Amplop coklat yang masing-masingnya ditulisi nama yang berbeda di permukaan luarnya. Daud dan Padma.

453

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Padma meraihnya, dan membukanya satu persatu. Di dalam masing-masing amplop, ada tiket KA Gajah Wong untuk satu orang, tiga lembar uang pecahan seratus ribu, dan secarik kertas bertuliskan sebuah alamat. Jl.Ir.H.Juanda No.3, Margahayu, Bekasi Timur. Dia mengenali alamat itu dengan baik, dan bangunan apa yang berdiri di atasnya. Itu adalah sebuah rumah yang dihuni oleh seorang sahabat karib ayahnya. Hatinya mengagumi rencana ayahnya itu, yang meminta mereka untuk menempuh perjalanan menggunakan kereta api, turun di Stasiun Bekasi, setelah itu menuju ke rumah sahabat karibnya yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Karena di rumah itu, mereka akan mendapatkan perlindungan yang dibutuhkan sampai keadaan kembali normal.

454

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Firman dan Bripda Imam tentu saja tidak mengetahui isi amplop tersebut. Tapi malam ini, akhirnya mereka menyaksikannya dengan mata kepala mereka sendiri. Beberapa saat setelah meninggalkan daerah Demangan untuk menuju ke Boyolali, Firman melaporkan perkembangan yang tidak terduga yang dihadapinyadisertai improvisasi yang dilakukannyakepada orang yang menyebut dirinya sebagai Darun Nadwa itu. Orang itu sepertinya menyetujui begitu saja saat Firman mengusulkan tujuan selanjutnya, dan memberikan beberapa permintaan tambahan lainnya sebelum berangkat menuju Boyolali. Darun Nadwa, atau Sufyan, memberi perintah kepada Firman untuk mengunjungi sebuah rumah dengan alamat Jl.S

455

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Parman No.61, untuk mengambil tiga buah amplop coklat. Tidak ada nama. Hanya alamat dan petunjuk-petunjuk teknis. Dan Alamat yang mereka terima ternyata mengantarkan mereka ke sebuah tempat yang lebih mirip sebuah rumah makan dibandingkan rumah tinggal. Setelah masuk ke dalam untuk bertemu dengan seorang kasir berjilbab dan menerima amplop yang dimaksud, mereka pun meneruskan perjalanan. Firdaus telah selesai dengan teleponnya, dan kini melangkah kembali ke tempat yang tadi didudukinya. Padma, Pak Firman benar. Saya sudah menelepon Umi. Dia menceritakan permintaan ayahmu tentang pembelian tiket kereta api yang berangkat malam ini untuk tiga orang. Dan ketiga orang itu adalah kamu, Daud, dan Mbok Ning.

456

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Iya, Oom, ujar Padma sambil menyerahkan dua buah amplop coklat kepada pamannya itu, kami baru saja tahu. Ada sebuah kesunyian yang tiba-tiba menyeruak di dalam ruang tamu itu. Tidak ada satu pun dari mereka yang bicara. Semuanya sibuk dengan pikirannya masing-masing dan seakan tidak menyadari waktu yang terus merambat naik. Kalian semua sudah tahu kebenarannya, Suara Inspektur Firman menggema memecah kesunyian. Dia mendapatkan perhatian sepenuhnya dari seisi ruang tamu. Dan sekarang, suaranya berubah muram, izinkan saya untuk melakukan sesuatu bagi keselamatan Bapak Sufyan.

457

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 21

Tidak seperti yang lainnya, Padma masih duduk di tempatnya. Matanya menatap meja di hadapannya dengan tatapan kosong. Benaknya masih berusaha untuk mencerna rangkaian peristiwa yang sudah dan akan berlangsung. Dia menyadari, hanya dalam hitungan hari, apa yang selama ini telah dirasakannya menjadi kacau balau. Kehangatan keluarganya, dan keakraban dari orang-orang yang dia kenal, malam ini semua itu menyusut ke dalam sebuah titik putih di atas permadani hitam dari ketidakjelasan situasi. Buku milik kakaknya yang tadi diambilnya berdasarkan ingatan masa kecil, masih berada di atas pangkuannya. Dia belum membaca keseluruhan isi dari buku tebal itu. Namun dari

458

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

sampulnya, dia mengetahui kalau buku ini adalah jilid yang terbaru. Sepertinya, Jusuf selalu mengganti buku catatannya secara rutin setiap tahun berganti. Terdapat dua tulisan angka, yang satu menandakan tahun sementara satunya lagi menandakan jilid buku tersebut. Angka 2012 dan angka romawi XIII. Jilid ketigabelas, tahun 2012. Padma membuka sampul depan, memutuskan untuk mulai membacanya dari halaman bertanggal 28 September 2012. Hari Jumat seminggu yang lalu. Hari ini seperti hari-hari sebelumnya, Padma membaca tulisan tangan kakaknya dengan suara lirih, para pemuda mulai berdatangan ke pendopo pada pukul delapan, membawa alat tulis untuk mencatat materi yang akan diberikan kepada mereka. Ada dua orang yang tidak hadir hari ini. Sutikno dan

459

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Razak. Padahal materi yang akan disampaikan adalah lanjutan dari materi kemarin, yaitu proses daur ulang sampah kertas. Kemarin, penjabarannya baru sampai di tahap pembuatan bubur kertas. Dan hari ini, materinya adalah teknik mencetak bubur kertas tersebut menjadi barang-barang yang bernilai jual, disertai dengan prakteknya. Sayang sekali dua pemuda itu tidak bisa hadir. Semoga teman-temannya mau meminjamkan catatannya dan mengajarkan bagaimana mempraktekkannya kepada mereka. Padma menghentikan bacaannya. Tangannya meraih gelas yang belum terpakai di atas nampan dan menuangkan teh yang sudah dingin ke dalamnya. Setelah meminumnya, Padma kembali melanjutkan bacaannya yang belum selesai.

460

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Aku hampir tertidur saat berbaring di kamar sepulangnya dari Shalat Jumat. Untung saja, alarm handphone berhasil mengingatkanku. Aku menjadwalkan siang ini sebagai waktu mengetik. Sekarang pukul satu siang, dan masih ada waktu sekitar enam jam sampai jadwal mengajar anak-anak di pendopo. Tapi, baru beberapa lembar, aku merasa pikiranku menemui jalan buntu. Materi pendukung yang kumiliki ternyata masih kurang. Di bab ini, aku berniat untuk mengisinya dengan keterangan yang disampaikan sendiri oleh seorang atau lebih narasumber yang memang berkaitan langsung dengan tema bahasan. Aku punya beberapa kontak pecinta alam. Tapi mereka bukan pelaku perusakan hutan. Bukan mereka yang akan kuwawancarai. Dan setelah mempertimbangkannya masak-masak, aku mau tidak mau harus meminta bantuan kepada

461

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Ayah. Orang pemerintahan dengan jabatan seperti Ayah tentu mengetahui desas-desus yang menjadi rahasia umum itu. Mas Jusuf menghubungi Ayah? Harusnya peristiwa penting ini disampaikan oleh media-media cetak dan dijadikan berita utama di sampul terdepan mereka. Pukul 15.14. Ayah memberikanku beberapa kontak yang dimilikinya, dan aku mendapatkan apa yang kucari dari salah satunya. Kesempatan untuk melakukan wawancara empat mata dengan seorang pengusaha perkebunan bernama Bapak Apsara. Dia adalah pemilik perkebunan yang diliputi oleh pemberitaan miring oleh media seputar konflik perusahaannya dengan masyarakat lokal. Dan lewat sekretaris pribadinya, Bapak Apsara bersedia untuk melakukan wawancara denganku, akhir pekan depan.

462

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Pukul 17.15. Aku mengabarkan hal ini kepada Ayah. Dia sempat memperingatkanku soal orang yang akan kuwawancarai itu. Dan Ayah menyarankanku untuk berbohong, demi menjaga keamanan dan keberlangsungan rumah belajar sekaligus sanggar ini. Kelihatannya Ayah memberikan saran yang tepat. Karena Pak Apsara langsung menawarkan jemputan untukku, saat aku mengatakan aku berasal dari Semarang. Mungkin bagi orang lain ini seperti sebuah itikad baik. Namun bagi seorang pemain dalam dunia politik, Ayah memandangnya sebagai pancingan pertama. Dan biasanya, pancingan pertama selalu berhasil menimbulkan efek domino bagi sasarannya.

463

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Di akhir tulisannya, kakaknya itu menuliskan sebuah doa yang dikutipnya dari Surah Al Qashash ayat 21, ya Tuhanku, selamatkan aku dari orang-orang yang lalim itu. Padma membalik halaman yang telah selesai dibacanya itu, dan melanjutkan ke tanggal berikutnya. Hari Minggu tanggal 30 September. Pukul 14.10. Kurang lebih tiga puluh menit aku menghadapi anak-anak di pendopo, menjaga mereka agar tidak sibuk bermain. Instruktur tari terlambat datang. Tapi, saat motor yang biasa mereka berdua gunakan terlihat memasuki gerbang, aku baru bisa bernafas lega. Ternyata, sulit juga mengajar anak-anak. Apalagi mengajar mereka menari.

464

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Padma tersenyum, membayangkan raut muka kakaknya saat kerepotan mengurusi anak-anak yang berlarian di pendopo. Diam-diam, dia merindukan kehadiran Jusuf di sisinya. Pukul 16.33. Ayah meneleponku sore tadi. Dia menyampaikan rencananya untuk menyediakan pengawal. Aku tertawa mendengarnya. Dan aku rasa, kekhawatirannya itu berlebihan. Tapi dia tetap saja memaksakan tawarannya. Akhirnya, aku mengiyakan usul Bapak Sufyan yang terhormat, dengan catatan para pengawalku itu hanya akan menemaniku sampai Semarang saja. Di akhir catatan untuk hari itu, Padma membaca satu baris kalimat penutup. Dikutip dari Kitab Perjanjian Lama. Ayub 22:29. Orang yang sombong direndahkan Tuhan, tetapi yang rendah hati diselamatkan.

465

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dia melanjutkan bacaannya ke halaman berikut, yang diberi tanggal 1 Oktober. Pukul 23.25. Aku tidak bisa memejamkan mata. Tidak tahu kenapa. Padahal seharian ini sangat melelahkan. Anakanak semuanya antusias untuk bercerita di depan temantemannya, tentang arti dari pahlawan versi mereka sendiri. Memang tidak ada hubungannya, karena hari pahlawan masih satu bulan lagi. Tapi aku ingin mereka menjadi orang-orang berani tampil di depan umum dan berbagi cerita tentang orangorang yang mereka kagumi. Pukul 00.27. Gambaran-rambaran itu menghantuiku lagi. Oleh karena itulah, aku menulis di lembar ini, juga di lembaran-lembaran lainnya untuk menghilangkan efek dari apa yang kurasakan selama ini. Aku tidak percaya orang lain bisa

466

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

menerimaku apa adanya, jika mereka mengetahui kekurangankekuranganku yang kuceritakan kepada mereka. Bahkan kepada Mas Daud sekalipun. Walaupun dia adalah orang yang baik dan pasti mendengarkan keluhan atau apapun yang kukatakan, aku tetap tidak bisa menghilangkan rasa ketidakpercayaanku ini. Buku inilah tempat pelampiasanku. Tapi, rasa gelisah yang semakin menderaku ini semakin hebat saja. Apakah ini sebuah penyakit? Setelah bertahun-tahun. Mungkin besok, aku akan mengakhirinya. Aku akan pergi ke Dr.Taufik. Seperti halaman lainnya, tulisan kakaknya itu diakhiri dengan sebuah kutipan. Kali ini Al Baqarah 2:155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan

467

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orangorang yang sabar. Padma menutup buku tersebut. Dia mencoba mengingatingat sosok Dr.Taufik yang disebut kakaknya itu. Dan perlahan, tabir pun tersingkap. Tidak mungkin. Tidak mungkin Dr.Taufik yang itu. Seingat Padma, hanya ada satu Dr.Taufik yang dia kenal. Seorang psikiater yang membuka konsultasi di rumahnya di daerah Godean. Dokter itu adalah teman sekelas ibunya sewaktu bersekolah di SMU Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Mereka bertemu saat Padma dan Jusuf menemani ibunya berbelanja dan tidak sengaja bertemu dengannya di Amabarrukmo Plaza awal tahun lalu. Mereka sempat berbincang-bincang dengan Dr.Taufik yang sedang menemani istrinya, dan makan

468

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

siang bersama di sebuah restoran. Sebelum berpisah, dokter tersebut sempat memberikan kartu namanya kepada Padma dan Jusuf. Kakaknya mengungkapkan alasan yang selama ini membuatnya menulis buku harian. Tulisan-tulisannya itu sebagai ganti dari bercerita kepada orang lain mengenai apa yang dirasakannya. Gambaran-gambaran apa yang dilihat oleh Mas Jusuf? Delusikah? Di mata Padma, kakaknya itu adalah seorang yang normal. Kecuali rahasianya mengenai buku harian ini, tidak tampak adanya gejala yang menunjukkan bahwa kakaknya itu mengidap suatu gangguan jiwa.

469

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Padma memutuskan untuk mencari tahu, gangguan seperti apa yang menghinggapi jiwa kakaknya selama ini. Dia mengeluarkan ponselnya, dan mulai mengetikkan sejumlah kata kunci di kolom pencarian. Saat hasil pencarian mulai tampil di layar ponselnya, Padma tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Dia membuka sebuah link, dan membaca isinya. OCD, atau Obsessive Compulsive Disorder, adalah suatu gangguan kecemasan yang menyebabkan penderitanya mengalami obsesi atau pikiran yang berulang. Hal ini dapat mengganggu kehidupan penderitanya dalam segi hubungan, pekerjaan, maupun pendidikan. Beberapa contoh penderita OCD adalah kecenderungan seseorang untuk takut terhadap sesuatu secara berkepanjangan

470

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dan melakukan sesuatu untuk menghilangkan ketakutannya tersebut secara terus-menerus. Contohnya, seseorang yang takut akan kuman menyadari kalau setiap hal yang disentuhnya penuh dengan kuman. Hal ini akan mendorongnya untuk sebisa mungkin menyembunyikan kedua tangannya di dalam saku celana, dan selalu mencuci tangannya dengan intensitas yang tidak wajar. Bagi penderita OCD, obsesi ini bisa diartikan sebagai sebuah impuls, pikiran, atau gambaran, yang terus saja berulang dan berkelanjutan hingga ke tahap yang menyebabkan kecemasan berat. Impuls ini sangat tidak wajar bagi orang normal. Namun bagi penderita OCD sangat menarik, sehingga membuatnya terus mengulanginya sampai apa yang ditakutkannya hilang. Produk pikiran obsesional, impuls, atau gam-

471

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

baran yang dirasakan tersebut murni berasal dari pikiran penderita. Tanpa adanya paksaan dari luar dirinya, seperti hipnotis atau penyisipan pikiran. OCD? Kakakku? Padma melanjutkan membaca. Menurut Foa dan Wilson, ada enam jenis OCD. Dan apa yang dialami oleh kakaknya itu disebut dengan jenis repeater, atau merasakan kebutuhan untuk melakukan sesuatu dengan berulang-ulang setiap kali ketakutan yang melanda mereka itu datang. Dia bahkan belum pernah mendengarnya sebelum ini. Walau Padma selalu membawa-bawa akses menuju ke dunia luar setiap hari dalam genggamannyabahkan saat tidurtapi

472

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

sebuah gangguan kejiwaan bernama OCD adalah hal yang baru baginya. Padma beranjak dari duduknya, memutuskan untuk memberi tahu yang ditemukannya kepada Daud. Di luar, Daud sedang duduk di permukaan lantai pendopo. Kakinya mengayun tergantung di sisi kiri tanaman Wijayakusuma yang tumbuh di permukaan tanah di bawahnya. Bunganya yang putih itu sedang mekar-mekarnya malam ini, berdiameter 8 cm. Pohon ini sangat jarang berbunga, dan bunganya pun hanya mekar selama beberapa jam saja di waktu malam. Bunga Wijayakusuma mengandung nilai-nilai simbolis, seperti syarat penobatan raja di Kasunanan Surakarta atau kemampuannya untuk menghidupkan orang mati dalam cerita pewayangan. Daud sempat memperhatikannya sebelum

473

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

duduk tadi. Dan lucunya, baginya bunga tersebut tampak seperti bunga pohon buah naga. Pandangan matanya terpaku kepada dua pohon beringin setinggi dua meter yang sebagiannya terhalang oleh mobilmobil yang parkir di pelataran. Kedua pohon itu ditanam sendiri oleh Jusuf dan dirinya di sisi dalam area rumah di balik gapura. Jusuf mengikuti arti yang terkandung dalam tata letak Alun-alun Kidul, membuat Daud mengingat kembali, percakapannya dengan Jusuf di sana, beberapa bulan sebelum mereka menempati rumah ini. Mereka berdua sedang duduk di tepi jalan di depan Sasono Hinggil, Alun-alun Selatan. Jusuf bercerita kepadanya, tentang hal-hal yang berkaitan dengan alun-alun dengan dua

474

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

pohon beringin besar yang tumbuh di bagian tengahnya itu. Tentang makna filosofis dan sejarahnya. Alun-alun itubiasa dikenal dengan sebutan Alkid, singkatan dari Alun-alun Kiduldahulunya adalah tempat para pasukan Keraton berlatih ilmu bela diri dan keahlian berkuda. Kedua pohon beringin yang tumbuh di tengahnya sebagai simbol dari Kalpataruatau pohon kehidupansementara area alun-alun merupakan simbol dari lautan. Pepohonan di alun-alun ini menggambarkan suasana dua insan manusialelaki dan perempuanyang sedang dimabuk cinta, di mana segala hal menjadi indah dalam pandangan mereka. Permukaan tanah yang berpasir di area alun-alun, memiliki arti bahwa setiap hal yang diperoleh manusia bukanlah hasil yang sempurna, karena masih ada hasil yang akan mereka

475

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

terima di kehidupan yang selanjutnya. Sementara kelima ruas jalan menuju ke alun-alun melambangkan panca indera manusia. Alun-alun tersebut juga menggambarkan sebuah proses dari kehidupan. Yaitu pernikahan antara lelaki dan perempuan, yang ditunjukkan dengan simbol dua pohon beringin tersebut. Memang, sebagaimana juga pusat kebudayaan lainnya di dunia, Yogyakarta adalah sebuah kota dengan banyak simbologi yang bertebaran di dalamnya. Karena itulah, Daud mengerti bila Jusufsekembalinya dari Veronalebih memilih Yogyakarta dibandingkan berkumpul dengan kedua orang tuanya di Tangerang. Falsafah kehidupan yang terkandung di setiap bangunan dan tata letak daerahnya, melambangkan fasefase dalam kehidupan seorang manusia. Baik itu dalam hubungannya dengan sesama manusia dan dunia yang menjadi tem-

476

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

patnya selama hidup, maupun dalam konteksnya sebagai seorang pemimpin dan pertanggungjawabannya kepada Tuhan semesta alam. Aku sebenarnya anak Jawa tulen, Mas. Ayahku keturunan Solo dan besar di Boyolali, sementara ibu asli Yogyakarta, tinggal dari lahir sampai merantau. Aku pun dilahirkan di sini. Setelah melahirkanku, Ibu kembali ke Tangerang, ditemani Mbok Ning yang diminta Ibu untuk bantu-bantu mengurus rumah. Kami bertiga naik kereta api. Padahal, waktu itu umurku baru 21 hari. Jusuf melanjutkan ceritanya, Waktu aku berumur satu tahun, Ibu mendapat tugas menjadi anggota dalam tim penelitian populasi Banteng Kalimantan di belantara Belantikan, Kalimantan Tengah. Karena Ayahku terlalu sibuk dengan

477

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

pekerjaannya dan jarang berada di rumah, maka akupun dibawa ke Boyolali dan dititipkan ke orang tua Ayah. Setelah tugas Ibu berakhir enam bulan kemudian, aku masih tinggal bersama Kakek dan Nenekku sampai Kakekku meninggal, di waktu usiaku menginjak tahun ketiga. Kamu lahir di Jogja? Coba, tunjukkan KTP, Tanya Daud, setengah tidak percaya. Di KTP, tempat lahirku ditulis Tangerang. Ibuku bilang, akte kelahiranku baru dibuat sesampainya aku di rumah. Dan kenapa dibuatnya di Tangerang, katanya agar lebih udah dalam pengurusan dokumen untuk mendaftar sekolah, jawab Jusuf sambil tertawa. Dan hal yang membuatku memilih filsafat saat kuliah, salah satunya, adalah kota ini. Di Verona, aku semakin rindu

478

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dengan suasana Yogyakarta. Apalagi sewaktu membaca katakata Sir Isaac Newton tentang caranya memandang

keberadaannya di dunia ini. Jusuf terdiam sebentar, sambil menghisap rokoknya. Dia melanjutkan, dia ngomong begini, aku tidak tahu bagaimana aku tampak pada dunia; tetapi bagiku sendiri aku nampaknya hanyalah seperti seorang anak laki-laki yang bermain-main di pantai, dan mengalihkan diri sendiri sekarang dan menemukan koral yang lebih halus atau kerang yang lebih indah daripada yang biasa, sementara samudera besar dari kebenaran semuanya terbentang di hadapanku tidak terungkapkan.46 Bagus ya, Mas? Itulah pemikir sejati!

46

Edwin J.Purcell & Dale Valberg (1999), Kalkulus dan Geometri Analisis Jilid I (terj.), alih bahasa Drs.I Nyoman Susila, M.Sc; Bana Kartasasmita, Ph.D; Drs.Rawuh; Departemen Matematika Institut Teknologi Bandung (ITB), Jakarta: Penerbit Erlangga, hal.184.

479

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Kenapa kamu tidak kuliah di sini aja waktu itu, Suf? Aku pikir, setelah dari sana, kamu ingin menjadi penerus ayahmu, bekerja di pemerintahan. Mas sendiri, kenapa setelah lulus bukannya mencari kerja di Roma, atau di negara Eropa lainnya? Katanya, sudah ada tawaran dari rumah lelang di London itu. Jadi apa itu namanya, Staf Pemeriksa Keaslian Barang Lelangan? Tanya Jusuf, sambil tertawa. Entahlah. Tiba-tiba saja aku mendapat tawaran untuk mengisi seminar di kota ini, tentang Perkembangan Seni Di Abad Keempat Belas. Di sini, aku merasa lingkungannya kondusif untuk menjadi seorang yang idealis. Berkarya lebih enak di sini. Itu yang akhirnya mendorongku untuk memboyong barang-barang di kamar di Jakarta.

480

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Untungnya lagi, kamu memberi tahuku, Mas. Jadi aku bisa lebih gigih meracuni pikiranmu dengan pandangan-pandangan yang tidak kamu dapat di bangku kuliah. Daud menoleh ke arah Jusuf di sampingnya, yang duduk sambil menghisap rokoknya dalam-dalam. Matanya memandang ke arah kerumunan orang yang sedang berkumpul di sebelah utara kedua pohon beringin besar di tengah alun-alun. Mas, aku kadang tertawa menyaksikan orang-orang itu. Dulu, tes terakhir pasukan Keraton adalah berjalan dengan mata tertutup melewati ruang kosong di antara dua pohon beringin itu, dari selatan ke utara. Yang lolos, langsung masuk ke Sitihinggil lewat Sasono Hinggil ini. Bukan sebaliknya. Kadang, unsur komersial lebih menang daripada unsur sejarah yang sebenarnya. Soalnya, jika yang dilakukan itu sebaliknya,

481

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

bisa diartikan kita sedang berusaha untuk keluar dari wilayah Keraton. Lamunan Daud terpotong oleh sebuah tepukan di punggungnya. Ternyata Padma, yang masuk ke pendopo lewat pintu yang menembus ke dapur rumah. Mas, lapar tidak? Temani aku makan, ya? Eh, Daud tidak tahu apa yang akan dikatakannya. Dia berdiri dan melihat tangan Padma yang menggenggam buku yang mereka temukan di atas lemari Jusuf. Kamu sudah membacanya? Baru saja. Lalu, apa isinya? Itu dia. Aku akan menceritakannya sambil makan.

482

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 22

Jusuf termenung sendiri, berbaring di ranjang menatap ke langit-langit kamar tidur tamu di rumah Apsara. Dia telah selesai menyalin rekaman suara wawancaranya ke perangkat penyimpanan data portabelnya yang hanya seukuran kuku jari itu. Lempeng plastik dengan plat-plat tembaga di ujungnya itu dapat menyimpan data hingga sebesar 4GB. Dan Jusuf menggunakannya sebagai tindakan penyelamatan, kalaukalau nanti pengusaha yang suaranya dia rekam itu berubah pikiran dan memutuskan untuk menyunting master rekaman. Kartu penyimpan data itu pun diselipkannya di dalam keliman kemejanya. Hanya aku yang tahu kartu memori ini, batinnya.

483

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Layar laptop telah mati setengah jam lalu. Dia memutuskan untuk tidak menyentuhnya malam ini. Tapi, rasa takut itu kembali muncul. Semakin dia coba untuk melupakannya, semakin keras pula perasaan itu menggedor-gedor rongga dadanya. Jusuf merasakan kegelisahan mulai menderanya. Satu hal yang terlupa oleh Jusuf sewaktu berangkat dari rumah kemarin itu. Dia tidak membawa buku hariannya. Buku itu penting baginya. Penting untuk mengatasi rasa takut yang telah menyiksanya selama bertahun-tahun ini. Tapi, di samping itu, ada hal yang sama pentingnya dengan buku harian tersebut. Jusuf membawanya dalam tas. Wadah berupa tabung plastik berisi butiran-butiran kapsul Anafranil Klomipramin 50 mg. Dr.Taufik yang memberikannya, saat Jusuf berkonsultasi kepadanya hari Selasa lalu. Dan ber-

484

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dasarkan analisa dokter tersebut, Jusuf menderita suatu gangguan yang disebut OCD. Dia baru meminumnya beberapa butir, karena buku hariannya selalu bersamanya. Tapi saat ini, dia harus mengalihkan impuls yang mulai merongrongnya kembali. Jusuf pun menyalakan laptopnya, untuk menggantikan buku harian yang tidak dibawanya. Sementara itu, dia juga harus meminum kapsul itu lagi. Kebiasaannya menulis di buku harian bukan tanpa alasan. Jusuf telah melakukannya selama belasan tahun, sebagai pelampiasan dari ketakutannya yang tiba-tiba saja datang. Di saat orang lain memilih untuk menceritakan dan menyampaikan apa yang mereka rasakan kepada orang lain, Jusuf lebih memilih untuk menuliskannya.

485

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Saat itu Jusuf masih sangat muda. Sebelum mengenal buku harian, dia menghabiskan waktunya di pekarangan rumahnya untuk bermain. Sendirian. Di sekolah, dia bukan termasuk anak yang punya banyak teman. Selain Padma adiknyayang usianya hanya terpaut dua tahunJusuf tidak punya teman di sana. Anak-anak seusianya yang tinggal satu komplek dengannya masih sedikit, itu pun diasuh dengan peraturan yang tidak sefleksibel keluarganya. Sore itu, ayahnya yang kebetulan pulang cepat, memanggilnya dan mengajaknya berbincang. Jusuf, kamu tidak main ke luar? Sepi, Yah. Di sini tidak ada yang bermain di luar rumah, Jusuf berkilah, lebih enak di rumah nenek. Kamu mau punya teman?

486

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Mau, Yah. Hari Minggu keesokan harinya, ayahnya mengajak Jusuf kecil ke toko hewan. Begitu keluar dari toko tersebut, Jusuf kecil memiliki seekor teman. Kucing angora berkelamin jantan berumur enam minggu, yang diberinya nama Alpen. Setiap siang, sepulangnya dari sekolah, Jusuf selalu mengeluarkan Alpen dari kandang untuk mengajaknya bermain. Atau lebih tepatnya, untuk menemani Jusuf bermain. Tapi kesenangan itu terasa begitu cepat berlalu bagi Jusuf. Enam bulan setelah Alpen tinggal di rumahnya, ayahnya mengajak keluarga merekatermasuk Mbok Ninguntuk ikut serta dalam acara family gathering tahunan yang rutin dila-

487

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

kukan oleh kantornya. Kali ini, acara tersebut diadakan di Lembang, Bandung selama dua hari. Ketakutan itu mulai dirasakannya begitu pulang dari Lembang. Saat Jusuf menghampiri kandang Alpen, kucingnya itu sudah meringkuk tanpa nyawa. Dia menangisi kepergian sahabatnya itu. Di dalam hatinya, dia merasakan kehilangan yang amat sangat, sewaktu melihat Mbok Ning mengubur Alpen di kebun. Sebuah kehilangan, yang perlahan menjadi kecemasan. Sebuah kecemasan, yang kemudian menggiringnya kepada rasa takut tak beralasan. Rasa takut itu pun mulai mengganggunya sejak saat itu. Dia ingin menceritakannya kepada Padma, tapi adiknya itu masih kecil dan belum mengerti apa yang akan diceritakannya. Jusuf juga pernah mencoba

488

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

untuk bercerita kepada Mbok Ning, tapi pengasuhnya itu kelihatannya tidak mengerti juga apa yang disampaikannya. Ayahnya yang melihat dan merasakan perubahan pada Jusuf kecil, memanggilnya dan mengajaknya berbincang di teras rumah mereka pada suatu malam. Kamu kenapa jadi pemurung seperti itu? Tidak, Yah. Aku baik-baik saja. Coba, cerita ke Ayah. Aku tidak punya cerita. Menerima jawaban-jawaban yang singkat darinya,

ayahnya berhenti untuk bertanya lagi. Mereka duduk berdua dalam diam. Kamu tahu? Setiap orang pasti akan merasa kehilangan. Entah itu bolanya yang berlubang dan tidak bisa lagi dimain-

489

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

kan, atau layang-layangnya yang putus dan menghilang dibawa angin. Kita semua pasti merasakannya. Ayah juga kehilangan. Ayah kehilangan apa? Tanya Jusuf kecil yang mulai terpancing. Ayah kehilangan senyum kamu, keceriaan kamu. Jusuf kecil kembali diliputi kebisuan. Begini saja, ayahnya melanjutkan, orang-orang besar melakukan satu dari dua hal untuk mengusir kesendirian mereka. Menulis, membaca, atau kedua-duanya. Dan kalau kamu mau, kamu bisa mengikuti jejak mereka. Besoknya, ayahnya pulang dari kantor dan mengetuk pintu kamar Jusuf kecil. Dia memberikan sesuatu berbentuk persegi yang dibalut oleh kertas kado warna-warni. Jusuf kecil menutup pintu kamarnya, dan membawa bingkisan itu ke

490

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dalam. Saat membukanya, mata Jusuf kecil memandang sebuah sampul buku yang ditulisi dengan angka romawi I, dengan angka 2000 di bawahnya. Layar laptop dihadapannya menyala terang. Tampilan desktop di hadapannya berwarna putih, dengan ambigram bertuliskan bumi. Kemudian, Jusuf membuka aplikasi Word dan mulai mengetik. Pukul 01.00 tepat. Dan aku belum juga bisa tidur. Aku butuh istirahat, dan sebutir Klomipramin tampaknya kurang membantu. Mungkin dosisnya kurang tinggi. Lagipula aku baru meminumnya selama lima hari belakangan ini. Entahlah. Tadi aku sempat lupa dengan rasa takut yang kembali datang ini. Sesi wawancara dengan Pak Apsara menurutku menarik. Wawasannya mengenai kehutanan Indonesia dan

491

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

regulasi yang mengatur pengelolaannya sangat bagus. Aku merekamnya menggunakan alat perekam digital yang kubawa. Yang tidak kubawa, dan satu-satunya yang penting, adalah buku harianku. Sepertinya di edisi tahun ini, akan terdapat lompatan tanggal di lembarannya. Mungkin minggu depan aku akan membuat janji lagi dengan Dr.Taufik. Selasa lalu, janji yang kubuat dengannya terkesan mendadak. Untungnya jadwalnya saat itu sedang kosong, jadi aku bisa langsung datang. Aku ingin beristirahat. Mungkin, aku membutuhkan satu butir kapsul itu lagi. Kami memainkan lagu gembira untuk kalian, tetapi kalian tidak mau menari! Kami menyanyikan lagu

perkabungan, dan kalian tidak menangis! (Lukas 7:32)

492

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 23

Aku harus menghubungi Dr.Taufik, Padma mengambil keputusan, Sekarang juga. Tidak bisa begitu, Padma. Ini sudah terlalu malam, Daud mencegah Padma yang mulai mengeluarkan dompetnya untuk mengambil kartu nama dari psikiater itu. Mungkin akan lebih baik jika kamu beristirahat malam ini, dan baru menghubungi dokter itu besok pagi. Perbincangan mereka di meja makan di dapur terhenti sementara karena Bripda Imam yang muncul untuk membuat kopi. Saya pikir tidak ada orang. Kenapa belum tidur? Baru saja makan, Pak. Jawab Padma singkat.

493

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Coba, Pak. Bantu saya untuk memaksa anak ini untuk tidur. Pinta Daud. Atau kalian ingin bergabung bersama bapak-bapak di luar? Bripda Imam mencoba menawarkan pilihan lain. Daud ingin menceritakan perihal buku harian yang mereka temukan di kamar Jusuf kepada petugas kepolisian itu. Namun Padmayang menangkap gelagat mencurigakan Daud menggenggam tangannya dan memberi isyarat dengan matanya, agar Daud mengurungkan niatnya itu. Ketika Bripda Imam selesai membuat kopi dan kembali berkumpul bersama yang lain di teras, Padma mencubit pinggang Daud. Mas. Apa-apaan, sih! Bisiknya dengan nada kesal. Mereka harus tahu, memperlancar penyelidikan.

494

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Penyelidikan apanya? Mereka bahkan tidak melakukan apapun di teras. Inspektur Firman tadi sudah menghubungi seorang temannya di Jakarta. Dan temannya itu sepertinya bisa dipercaya. Seorang agen intelijen bayaran lagi? Aku kurang tahu. Yang jelas, dia polisi juga seperti dirinya. Tapi orang yang sekarang menyekap Ayah dan Ibu dengan jelas mengatakan, jangan sampai ada polisi lagi. Itu mau mereka. Sebisa mungkin kita melakukan tindakan tanpa diketahui mereka. Contohnya?

495

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Contohnya, jawab Daud seraya mendorong punggung Padma agar berjalan di depannya, kamu istirahat di kamar, dan aku bergabung bersama yang lain di teras. Pagi nanti, kita lanjutkan bincang-bincangnya. Atau, Padma menyodorkan buku harian kakaknya ke arah Daud, aku istirahat di kamar Mas Jusuf, dan Mas Daud membaca buku ini di kamar Mas. Memangnya boleh? Maksudnya? Aku tidak mau berada satu kamar dengan perempuan yang bukan istriku. Memang siapa yang bilang begitu? Kapan? Tadi. Ya, kamu itu.

496

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Padma mengulurkan tangannya, berniat untuk mencubit Daud, yang sudah berlari dari lebih dulu, masuk ke dalam kamarnya, dan sambil tertawa mengunci pintunya dari dalam. Bagi Daudseorang anak semata wayang di keluarganya Padma adalah seorang perempuan yang menyenangkan. Masih muda, dengan kemauan yang keras seperti Jusuf kakaknya. Semangatnya yang besar berimbang dengan sifat periangnya. Dengan cepatnya, dia telah menganggap Padma seperti adik kandung yang tidak pernah dimilikinya. Begitupun sebaliknya, Padma pun sudah menganggapnya seperti kakaknya. Di saat Daud sedang tidak bersama dengan Jusufdengan indoktrinasi Jusuf agar dirinya ikut berhijrah bersamanya Padma terkadang mengajaknya berjalan-jalan di akhir pekan atau di saat Padma sedang tidak ada jadwal kuliah. Padma yang

497

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

mengenalkan Daud kepada suasana Yogyakarta yang sebenarnya, di saat Jalan Malioboro sudah lengang dan toko-toko yang berjejer di sepanjang jalan tersebut tutup. Adik Jusuf satu-satunya ini juga yang memperkenalkan Daud dengan Perpustakaan Kota Yogyakarta. Saat itu Padma meminta Daud menemani dirinya, mencari buku referensi bagi tugas kuliahnya. Dan setelahnya, Daud menjadi rutin berkunjung ke sana, dengan atau tanpa Padma. Dan sekarang, Daud berbicara kepada dirinya sendiri. Waktunya membaca.

498

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 24

Daud telah menyelesaikan bacaannya. Buku harian pribadi Jusuf. Dia membayangkan, seperti apa raut muka temannya itu jika mengetahui kalau rahasia yang selama ini dijaganya dari orang lain itu akhirnya terungkap. Mungkin dia tidak akan mau berbicara denganku, batin Daud. Dan setelah hari ketiga, semua akan berjalan normal seperti biasanya. Seperti yang sudah-sudah. Buku tersebut diletakkannya di atas meja di sebelah ranjangnya, dan Daud berbaring untuk beristirahat. Dia belum mengantuk. Walaupun tubuhnya merasa lelah dan menuntutnya untuk tidur, tapi matanya yang tetap membuka dengan segarnya tidak menolongnya sama sekali.

499

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Insomnia seperti malam ini telah mendampingi Daud dari masa kuliah. Walaupun beberapa orang yang dimintai solusi untuk memecahkan masalahnya itu menyarankannya agar menggunakan jenis obat-obatan tertentu, tapi Daud menganggap hal itu hanya akan menggiringnya ke arah lain dari sindrom yang dideritanya itu. Obat-obatan bukan solusi. Itu yang selalu dipegang oleh Daud. Karena bingung memikirkan cara yang tepat untuk membuat dirinya mengantuk, dia memutuskan untuk membaca buku yang belum lama tadi diletakkannya. Daud hanya berniat membaca untuk membuat matanya kelelahan dan bersedia untuk terpejam.

500

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Daud mulai membuka halaman secara acak. Dari halaman penutup dari setiap tanggal yang dibukanya, dia melihat satu ciri yang khas yang berulang-ulang. Sebuah ciri yang ganjil. Di setiap akhir catatannya, Jusuf selalu menggunakan kutipan-kutipan dari sumber-sumber yang acak. Daud menyadari hal ini. Dan dia memakluminya. Jusuf memang biasa melakukannya tidak saja di buku hariannya ini. Temannya itu selalu menggunakan kutipankutipan seperti itu di tengah setiap perbincangan-perbincangan mereka. Kutipannya berasal dari Al Quran, Hadits Nabi SAW, bahkan Alkitab, lirik lagu, atau tulisan-tulisan dari buku yang pernah dibacanya. Daud pernah menyatakan keheranannya atas kebiasaan Jusuf yang tidak biasa itu. Satu kali. Jusuf pun memberikan

501

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

jawaban yang lebih terdengar seperti sebuah ceramah trans agama. Mas Daud. Ada beberapa alasan mengapa aku kadang mengutip ayat dari kitab-kitab agama samawi. Alasan pertama. Dulu sewaktu aku belajar Al Quran dengan guru mengajiku yang bernama Ibu Tuti, aku sampai pada sebuah ayat di permulaan Surah Al Baqarah. Ayat keempat. Dan mereka yang beriman kepada Kitab yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya akhirat, Daud membacanya di luar kepala. Pintar, Jusuf memuji Daud dengan nada bercanda, tapi apa kita yang hidup di zaman ini telah mengamalkannya?

502

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Maksudnya? Maksudku adalah ini. Lima ayat pembuka surah terpanjang di Al Quran itu, jelas membicarakan siapa orangorang yang bertakwa yang dimaksud oleh ayat kedua, dan apa yang diimani oleh mereka. Aku tidak bermaksud menggurui, karena tingkat pengetahuan agamaku mungkin tidak lebih baik dari Mas Daud. Tapi ayat keempat itu juga merujuk kepada mengimani kitab-kitab sebelum wahyu terakhir turun ke tanah Arab. Dan dalam hal ini, kitab yang juga diimani oleh kawankawan kita umat Nasrani dan Yahudi. Taurat dan Injil? Betul sekali. Dan Al Quran pun telah menyebutkan keduanya sekitar 35 kali dengan sebutan Ahli Kitab dengan beragam konotasinya. Jadi, kenapa tidak?

503

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Itu saja? Tenang, Mas. Masih panjang, jawab Jusuf setelah meminum tehnya. Lalu, bukankah yang disebut paling awal sebelum wamaa unzila minqablika adalah frase yang menunjuk kepada Al Quran? Jadi, kewajiban yang sifatnya urgen adalah mengimani Al Quran lebih dulu, bukan? Iya, Mas Daud benar, jawab Jusuf dengan wajah yang lesu. Tapi kemudian, dia mengedipkan sebelah matanya dan meneruskan penjabarannya. Mas Daud memang benar. Tapi, yang mendorongku untuk juga belajar dan membaca isi dari kitab-kitab Ahli Kitab adalah karena aku mengetahuinya dari penjelasan ayat di dalam

504

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Al Quran itu sendiri. Lagipula, aku penasaran, apa yang sebenarnya dikandung oleh kitab-kitab sebelum Al Quran itu. Maka dari itu, aku pun membacanya. Tentunya dengan filter quranik. Lalu, apa yang kamu lihat di dalamnya? Aku yang ganti bertanya, Jusuf menjawab dengan cepat, Mas Daud belum pernah membacanya? Seingatku belum. Benarkah? Daud mencoba untuk mengingat-ingat. Dan jelas sekali, dirinya memang belum pernah sekalipun membaca kitab agama lain di luar literatur Islam. Dia menggelengkan kepalanya. Coba Mas Daud ingat-ingat lagi. Ungkapan A mari usque ad mare yang Mas Daud pakai sewaktu menceritakan

505

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

kepadaku arti-arti simbolis yang terkandung di balik tugas kuliah Mas. Gambar astronot itu, ya? Memangnya, itu ungkapan dari mana? Bukannya itu hanya frase latin biasa? Asalnya dari Perjanjian Lama. Kitab Mazmur, Bab 72 ayat 8. Kitab yang ayat-ayatnya dilantunkan dalam kidungkidung dan nyanyian puji-pujian. Daud baru menyadarinya sekarang. Dan ternyata, kuliahnya selama di Roma telah membuatnya lebih sering bersentuhan dengan kitab-kitab sebelumnya, daripada yang pernah disadarinya. Karya seni yang bertebaran di Roma kebanyakan mengandung makna religius yang berakar dari riwayatriwayat alkitabiah.

506

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dan seharusnya, Mas Daud yang lebih mengetahuinya. Nama Mas sendiri merujuk langsung kepada orang yang didaulat sebagai penulis kitab tersebut. Nabi Daud yang menulis Mazmur? Tidak keseluruhannya, secara harfiah. Kitab Mazmur sama dengan kitab-kitab pada Perjanjian Lama lainnya. Sejarah singkatnya begini. Pada awalnya, mungkin ada kitab-kitab seperti yang kita kenal sekarang. Namun belum berbentuk seperti saat ini. Ajaran dan kisah-kisah para utusan itu masih terpisahpisah, dan disampaikan secara lisan dari generasi ke generasi. Sekitar abad ketiga SM, dilakukan sebuah usaha untuk menuliskan riwayat-riwayat lisan dan tradisi tersebut dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani daerah Koine. Usaha ini didalangi oleh tujuh puluh orang Rabi. Maka, setelah proses

507

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

yang panjang itu selesai, di tahun 132 SM, orang menyebut tulisan-tulisan tersebut sebagai Septuaginta, berakar dari kata Romawi untuk menyebut angka tujuh puluh. Setelah itu, seorang lelaki yang lahir di Betlehem mulai menyebarkan ajaran tentang Kemahapengasihan Sang Maha Pengasih melalui metafora-metafora yang menyimpan banyak makna, sampai di dekade keempat Masehi, dan ajaranajarannya itu kemudian menyebar menjadi tradisi di kalangan orang-orang Yahudi. Periwayatannya pun dilakukan secara progresif. Dan setelah melalui seleksi yang ketat, ditambah Septuaginta yang masuk ke dalam lima bagian Perjanjian Lama, maka selesailah proses kanonisasi dan pembukuan apa yang kemudian disebut dengan Alkitab. Proses tersebut dimulai

508

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dari sebuah konsili yang berlangsung pada tahun 325 M, di sebuah daerah di Bithynia bernama Nicaea. Aku anggap penjelasan tadi sebagai alasanmu yang pertama, ujar Daud, lalu alasan kedua? Alasan kedua, apalagi kalau bukan Pancasila. Kenapa begitu? Mas Daud, riwayat bangsa kita sarat dengan pluralitas, bukan? Walaupun dengan bentuknya yang masih sangat sederhana, tapi nenek moyang kita telah mengaplikasikan toleransi beragama di masa mereka. Jauh sebelum kebudayaan kita mengenal istilah ke-isme-an dari pluralitas itu sendiri. Itulah mengapa, sila pertama dari Pancasila berisi Ketuhanan Yang Maha Esa. Moralitas ini, yang bahkan di negara-negara berideologi demokrasi lainnya belum dapat teraplikasi dengan

509

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

baik. Konsepsi yang ditawarkan sila pertama kepada bangsa Indonesia yang begitu majemuk ini, tidak bertentangan dengan apa yang memang sudah berjalan begitu lama di dalam kehidupan masyarakatnya. Bhinneka Tunggal Ika, ujar Daud. Persis. Penekankanku terhadap sila pertama itu bukan cuma kepada Keesaan Tuhan itu sendiri, tapi bagaimana cara manusia untuk mengesakan Tuhan. Karena Maha Esa adalah sifat Tuhan yang paling inti, substansi yang paling kokoh yang selalu digaungkan oleh dogma-dogma agama. Sebelum tradisi kita mengenal kata tuhan, orang-orang zaman dulu telah menyebut Dzat Yang Maha Kuasa yang memberikan kehidupan kepada mereka sebagai Sang Hyang Widhi. Bukannya aku mencoba untuk menyamaratakan agama yang ada di

510

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

muka bumi. Tapi dengan agamalah manusia mengenal adanya Dia yang selalu memperhatikan kita, membuat kita belajar untuk mendekat kepada-Nya, dan mendorong kita untuk menjadi makhluk yang lebih berguna daripada sebelumnya. Karena pada dasarnya, kesadaran akan adanya Tuhan, terdapat dalam diri setiap manusia. Agak melenceng sedikit dari pembahasan ini. Apakah memang cuma agama yang bisa mendorong kita untuk mendekati Tuhan? Bagaimana dengan ilmu pengetahuan? Menurut Dr.Maurice Bucaille, Ilmu pengetahuan adalah saudara kembar daripada agama, dan akan tetap begitu. Bagaimana pandanganmu mengenai hal ini? Aku punya sebuah kisah, yang mungkin bisa menjawab pertanyaan Mas Daud. kisahnya begini. Seorang murid diperin-

511

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

tah gurunya untuk mengambil sebuah pohon. Dengan patuhnya, murid itu melakukannya. Setelah memberikan pohon tersebut kepada sang guru, dia kembali mendapat perintah untuk membedahnya. Kemudian gurunya bertanya, apa yang kamu dapat? Murid itu menjawab, sebuah biji kecil. Sang guru kemudian memerintahnya lagi untuk membelah biji tersebut, lalu bertanya kepada muridnya, apa yang kamu lihat di dalamnya? Sang murid menjawab, tidak ada apapun, Guru. Dengan bijak, sang guru berkata, kamu tidak dapat melihatnya karena itu adalah unsur hidup, yang halus dan tidak tertangkap mata. Dari yang halus itulah, semua hal menjadi ada. Itulah hakikat yang sejati. Itulah hidup. Itulah kamu. Daud merenungkan jawaban temannya itu.

512

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Agama dan ilmu pengetahuan bukanlah dua hal yang berseberangan. Keduanya satu belaka. Seperti dua keping biji tumbuhan. Seperti satu sel yang kemudian membelah diri menjadi dua. Keduanya adalah cara manusia untuk menggapai Ketuhanan itu sendiri. Banyak ilmuwan menganggap matematika adalah bahasa murni, yang digunakan Tuhan untuk menciptakan alam semesta. Dan seorang seniman menjelaskannya seperti ini, if there were only one truth, you couldnt paint a hundred canvases on the same theme.47 Mas Daud tentu saja mengenalnya, bukan? Pablo Diego Jose Fransisco de Paula Juan Nepomuseno Maria de los remedies Ciprano de la Santasima Trinidad Martyr Patricio Clito Ruiz y Picasso.
47

Jika memang hanya ada satu kebenaran, kau tidak akan dapat melukis ratusan kanvas dengan satu tema yang sama.

513

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Tepat sekali. Inti yang kutangkap dari kisah dan perkataan Picasso tadi adalah, manusia adalah makhluk berakal yang membutuhkan penjelasan terhadap apa yang dilihat dan dirasakannya. Kedua hal itu, agama dan ilmu pengetahuan, memberikan jawaban yang saling bersinergi. Memang benar, agama tidak menyediakan jawaban bagi gravitasi, fisika kuantum, metamorfosis, ekosistem mikro, atau proses terbentuknya batu bara sekali pun. Dan juga benar, ilmu pengetahuan tidak menyediakan jawaban atas masalah penyakit hati, surga, dan neraka. Tapi keduanya adalah instrumen yang saling melengkapi. Karena keduanya berasal dari Pencipta Yang Satu. Kenapa kamu yang lebih menguasai hal ini, ya? Ujar Daud, sambil berulang-ulang menyisir rambutnya dengan tangan.

514

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Jusuf tertawa mendengarnya, Filsafat telah menjerumuskanku kepada pendalaman hidup, Mas. Selain itu, menuntutku agar menyelami sejarah. Kemarin dan esok adalah hari ini,48 begitu kata WS Rendra. Budayawan dan seniman besar kita itu juga berkata, masa lampau itu bukan cuma sejauh sejarah, tetapi sejauh mitologi, sejauh tingkatan primordial dapat mengizinkan. Sedangkan ke depannya adalah sejauh bangsa ini bisa dikembangkan.49 Yang dengan sendirinya, menggiring rasa penasaranku untuk lebih mengetahui kandungan dari kitab-kitab sebelum Al Quran. Daud mengembalikan buku harian itu ke atas meja di samping ranjangnya. Seperti yang diharapkannya, matanya kini

48

49

Rendra (2001), Penyair dan Kritik Sosial, Yogyakarta: KEPEL Press, hal.25. Ibid.

515

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

mulai terasa berat. Dan kesempatan yang memang ditunggutunggunya itu dia gunakan untuk beristirahat.

516

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 25

Iqamat Subuh telah berkumandang lima belas menit yang lalu. Begitu juga alarm di ponsel Daud yang berdering membangunkan pemiliknya. Tidur yang singkat membuat kepalanya terasa pening. Tapi dia mensyukurinya. Setidaknya, masih ada kesempatan baginya untuk beristirahat. Setelah kesadarannya mulai pulih, Daud beranjak dari ranjangnya dan melangkah keluar, untuk mengambil wudhu. Rutinitas seperti ini termasuk hal yang baru bagi Daud. Walaupun selama bersekolah mendapatkan pelajaran agama, dan juga mengikuti pendidikan membaca Al Quran setiap sore di masjid dekat rumahnya, namun dia belum menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim dengan istiqamah.

517

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Anehnya, dia baru belajar memulai keistiqamahan itu sejak berada di Italia. Minggu malam itu adalah malam terdingin dalam malammalam di akhir musim dingin di Roma, sebelum Gunung Eyjafjallajkull kembali aktif dan menghembuskan awan vulkanik dan mengganggu rute penerbangan dari dan menuju ke Eropa. Daud terbangun dari tidurnya, dan mendapati dirinya berada di atas ranjangnya di kamar asramanya di JCU Gianicolo Residence. Tapi bukan hawa dingin yang membangunkannya. Mimpinya malam itu adalah mimpi yang aneh baginya. Itulah yang membuatnya terbangun. Di dalam mimpinya itu, dia mendapatkan sebuah surat berbahasa Arab yang yang ditulis tangan. Bahkan dalam mimpinya itu, Daud merasa heran. Dia tidak mungkin mengerti isi

518

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

surat tersebut, karena kemampuan bahasa Arabnya yang terbatas. Dan dari tulisan sebanyak setengah lembar itu, dia hanya mengenali satu baris saja. Terletak di bagian bawah surat, bersama dengan sebuah cap. Tulisan itu berbunyi Abu Bakar Ash Shiddiq. Tiba-tiba, Daud mendengar sebuah suara. Seorang lakilaki. Suara itu memperkenalkan dirinya sebagai Umar bin Al Khaththab. Kemudian, suara itu mulai membacakan isi surat yang diterimanya. Entah kenapa, dengan mendengarnya, Daud mengerti apa maksud yang terkandung dalam surat itu. isinya, izin baginya untuk menempuh pendidikan agama di institusi apapun yang dia inginkan, di Negeri Kinanah. Mesir. Setelah suara tersebut selesai membacakan isi surat dan menghilang, Daud sudah berada di dalam sebuah bus. Di dalam

519

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

kabin yang luas itu, bangku-bangku untuk dua orang berjejer rapi membentuk barisan ke belakang. Bus itu dipenuhi oleh penumpang yang semuanya berpakaian sama, baju gamis putih dan kopiah putih. Namun, tidak ada satupun dari mereka yang dikenal Daud. Bus pun berangkat, dan di saat yang sama, dia terbangun. Mimpi itu mempengaruhi jiwa Daud. tapi itu bukan mimpi aneh pertamanya. Malam berikutnya, dia kembali bermimpi aneh. Dalam mimpinya kali ini, Daud berdiri di sebuah jalan dari sebuah perkampungan. Rumah-rumah dan sawah berjajar di kedua sisi jalan. Anehnya, tidak ada seorang pun yang dilihat olehnya, kecuali satu orang yang berdiri di sebelahnya. Saudara sepupunya di Jakarta.

520

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Daud berjalan pelan bersama sepupunya, menyusuri jalan. Sambil berjalan, dia ditanya, di mana arah bulan. Di sebelah kanan, jawab Daud. tapi saat dia mendongakkan kepala dan melihat ke arah langit, bukan bulan yang berada di sisi kanan. Benda yang sangat terang itu bersembunyi di balik awan. Matahari. Sinarnya tidak menyilaukan bagi Daud, tapi langit di sisi kanan begitu terang seperti siang hari. Merasa memberikan jawabannya keliru, Daud mencarinya di langit yang membentang di sisi kirinya. Dia melihatnya. Bulan sabit. Bukan cuma satu. Ada tiga, yang menyusun bentuk segitiga. Di sekitar ketiga bulan sabit itu, bintang-bintang yang begitu banyak bertaburan memenuhi langit yang hitam gelap. Setelah itu, Daud terbangun.

521

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Daud mulai terpengaruh oleh kedua mimpinya itu. Dia merenungkan maksud yang terkandung dalam mimpi-mimpi tersebut. Dan malam ketiga, mimpi aneh dengan tema yang sama kembali muncul. Pada mimpinya itu, seseorang berkata kepada, apa yang kau cari adalah Jim, Nun, Sin, dan Mim. Akhirnya Daud memutuskan untuk mencari jawabannya dan mengakhiri renungan-renungan pribadinya. Dia mendatangi sebuah masjid yang paling dekat dari asramanya, di Rome Muslim Centre. Kebetulan saat itu sedang berlangsung kajian rutin mingguan, dipimpin seorang syaikh dari Madinah. Penjelasan dalam kajian disampaikan dalam bahasa Inggris, sehingga Daud tertarik untuk ikut duduk bersama jamaah yang lain dan mendengarkan pembahasan.

522

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Seusai kajian, dia memberanikan diri mendekati syaikh tersebut. Dia ingin bertanya mengenai arti mimpi-mimpinya itu. Setelah selesai mendengarkan ceritanya, syaikh tersebut tersenyum dan memberikan penjelasan menurut apa yang diketahuinya. Anakku, mimpi adalah rahasia Allah. Hanya sedikit orang yang diberi pencerahan oleh-Nya untuk menafsirkan mimpi. Sayangnya, aku bukan salah satu dari mereka. Tapi mendengar kisah-kisahmu tadi, aku hanya memikirkan satu hal. Allah mempunyai sebuah rencana untukmu. Mengenai mimpimu yang terakhir, aku akan berusaha menakwilkannya semampuku. Syaikh itu berdiam sebentar, seperti sedang mengingat sesuatu. Kemudian, dia kembali berbicara.

523

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Huruf hijaiyah, selain sebagai instrumen kebahasaan, juga memiliki arti tertentu. Dalam sebuah hadits panjang yang diriwayatkan Husein cucu Rasulullah, Ali karamallahu wajhah memberikan penjelasan tentang huruf-huruf hijaiyah kepada seorang Yahudi yang bertanya kepada Rasulullah soal faedah huruf-huruf tersebut. Ali berkata, tidak ada satu huruf pun kecuali semuanya bersumber kepada nama-nama Allah. Dan setelahnya, dia menerangkan semua huruf mulai dari Alif sampai Ya, yang membuat orang Yahudi itu bersyahadat di depan Rasulullah. Aku hanya akan menerangkan empat huruf yang kamu mimpikan itu. Huruf Jim maksudnya adalah, keluhuran sebutan dan pujian-Nya serta suci seluruh nama-nama-Nya. Sin, artinya Maha Mendengar dan melihat. Mim, artinya pemilik semua kerajaan. Dan Nun, bermakna cahaya bagi

524

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

langit yang bersumber pada cahaya Arasy-Nya. Kesemuanya itu adalah sifat Allah. Huruf-huruf tersebut, mungkin saja, dimaksudkan untuk menunjukkan kepadamu, bahwa sesuatu akan menjadi jelas dan kejelasan itu akan berharga hanya bila seorang hamba mengenal siapa yang disembahnya. Allah ingin dirimu mengenal-Nya. Dan mengenai rencana apa yang sedang dibuat-Nya untukmu, hanya kamu sendiri yang akan

menemukannya. Sejak itulah, Daud berusaha untuk menjaga shalat dan kewajibannya sebagai seorang muslim. Selain itu, dia juga rajin mengikuti kajian-kajian yang diselenggarakan oleh Rome Muslim centre. Perkenalannya dengan Jusuf juga membantunya dalam memahami arti kehidupan dan kemanusiaan. Dan dia banyak

525

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

belajar dari temannya itu. Itulah salah satu alasan yang membuatnya memutuskan untuk berkecimpung dalam kegiatan kemanusiaan dan lingkungan hidup yang menjadi tujuan Jusuf ke depan. Kandang Ndhoro, bagi Daud, adalah tempat berkarya, sekaligus tempat dia belajar menjadi manusia yang memanusiakan orang lain. Selesai berwudhu, Daud berjalan menuju ke ruang shalat yang terletak di antara kamarnya dan kamar Jusuf. Di sana, Firdaus sedang memimpin doa, yang diamini oleh Firman, Bripda Imam, Adi, dan Dini. Sementara kedua polisi muda yang tadi dipanggil Firdaus telah kembali ke kantor mereka begitu adzan Subuh berkumandang. Daud menunggu mereka selesai. Dan saat menunggu itulah, Padma muncul. Wajahnya masih menitikkan air wudhu.

526

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Mas Daud belum shalat? Jadi Imam, ya? Ah? Aku? Iya. Masa aku yang jadi Imam. Selesai berdoa, Firdaus, dan ketiga jamaah lainnya keluar dari ruang shalat dan menuju ke ruang tamu, sementara Dini beralih ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Daud melangkah ke sajadah yang tergelar paling depan dengan canggung. Dia tidak terbiasa menjadi imam, kecuali keadaan mendesaknya. Dan saat ini termasuk salah satunya. Daud mengucapkan niat dalam hati dan mengangkat tangan untuk bertakbir.

527

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 26

Walaupun rumah yang ditempatinya ini sangat luas dan memiliki banyak ruangan, ada satu yang tidak ditemukan Jusuf. Ruangan untuk shalat. Tadinya dia berniat untuk mencari masjid di sekitar rumah itu, namun pintu pagarnya masih terkunci. Kedua orang yang menjemputnya pun tidak kelihatan, selain mobil mereka yang diparkir di depan pintu garasi yang tertutup. Di mana orang-orang ini? Tanya Jusuf dalam hati. Maka dia pun memutuskan untuk menunaikan shalat sendirian di kamar yang ditempatinya. Seusai shalat, Jusuf meneruskan penulisan naskahnya. Sambil menulis, dia memutar album kedua yang dirilis oleh

528

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Payung Teduh berjudul Dunia Batas, dan mendengarkannya menggunakan headset. Walaupun naskah pertamanya dalam proses produksi dan sebentar lagi akan terbit, Jusuf merasa isu yang diangkatnya belum maksimal. Dan dia mengangkatnya kembali dalam naskah yang sedang dikerjakannya ini. Kerusakan bumi, bukan hanya disebabkan oleh pola hidup manusia modern. Uang dan kekayaan telah mendorong manusia untuk menjadi lebih rakus daripada yang pernah dikenal sejarah. Lima ratus perjanjian internasional telah dibuat untuk mencegah kerusakan semakin parah, namun itu pun masih belum mampu menyentuh hati dan moral setiap individu yang tinggal di bumi. Beberapa persen manusia berteriak-teriak mengingatkan manusia lainnya, dan melakukan berbagai usaha

529

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

untuk mencegah agar bumi tidak kehilangan kemampuannya menyokong kehidupan. Tapi itu pun belum cukup. Satu juta orang bukanlah lawan sebanding bagi tujuh miliar orang. Satu hektar lahan ditanami kembali atas nama penghijauan, namun jutaan hektar lahan ditebang atas nama industri. Konservasi dilakukan untuk melindungi spesies yang hampir punah. Tapi di saat yang sama, perburuan, penangkapan ikan secara membabi-buta dengan jumlah yang mencengangkan, penebangan liar, dan pembuangan limbah, membuat para penggiat lingkungan terlihat seperti golongan-golongan yang utopis. Jusuf juga menyertakan pengalamannya saat berkunjung ke Taman Nasional Wasur di Merauke, Papua, bulan April lalu. Dia berada di sana selama sepuluh hari, untuk menemani rombongan teman-teman Ibunya sesama penelititerdiri dari dua

530

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

orang lelaki dan tiga orang perempuan paruh bayayang berasal dari Perancis. Rombongan tersebut datang ke taman nasional di ujung timur Indonesia itu untuk mengamati keanekaragaman flora dan faunanya, serta meneliti struktur bangunan Musamus. Sebuah perjalanan yang panjang dan melelahkan, batin Jusuf sambil mengingat kembali pengalamannya itu. Melelahkan, tapi juga menyenangkan. Untuk sampai di Wasur, Jusuf beserta rombongan berangkat menggunakan pesawat dari Bandara Soekarno-Hatta, hari Senin pukul sembilan malam. Pesawat yang mereka tumpangi singgah di dua kota, Makassar dan Biak. Di Makassar, banyak penumpang yang turun dan digantikan oleh penumpang yang menuju ke Jayapura. Perjalanan

531

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

sempat tertunda selama hampir dua jam di Biak, karena hujan menyebabkan permukaan lintasan lepas landas menjadi licin. Akhirnya, pukul delapan pagi, pesawat kembali melanjutkan perjalanan dan mendarat di Bandara Sentani, Jayapura, satu jam kemudian. Karena perjalanan menuju Merauke tidak dapat ditempuh lewat jalur darat, kepala rombongan tersebutseorang lelaki berusia lima puluh dua tahun bernama Jacques Domican memutuskan untuk singgah sehari di Jayapura sebelum melanjutkan perjalanan di keesokan harinya. Monsieur Jacques menyewa sebuah pesawat kecil bermesin propeler ganda kapasitas delapan orang untuk menuju Merauke. Penuh resiko memang. Namun Jusufyang berulang kali membuka dan menulis di buku catatannyatidak melihat

532

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

ketakutan di mata orang-orang itu, baik pada saat pesawat kecil yang mereka tumpangi tersebut lepas landas maupun saat pesawat tersebut bergoyang akibat turbulensi yang terjadi beberapa kali. Hari Rabu pagi, mereka sampai dengan selamat di Bandara Mopah, Merauke, setelah menempuh penerbangan selama satu setengah jam dari Sentani. Mereka memutuskan untuk langsung mengunjungi Balai Taman Nasional Wasur, setelah mampir di sebuah hotel satu lantaiyang bagi Jusuf lebih tepat disebut wismayang telah dipesan sehari sebelumnya, untuk menaruh barang-barang bawaan. Mereka mengurus izin untuk melakukan penelitian, dan baru melanjutkan perjalanan menuju ke taman nasional siang harinya.

533

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dari kantor yang beralamat di Jl.Garuda Lepro Seri No.3, Merauke itu, Jusuf dan rombongan dipandu oleh seorang pegawai taman nasional selama kunjungan mereka. Kurang lebih dua jam perjalanan dari Merauke sampai ke taman nasional seluas 413,810 hektar yang ditetapkan oleh Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI No.282/KPTS-VI/1997 tertanggal 23 Mei 1997 tersebut. Mobil Range Rover milik dinas kehutanan yang mereka gunakan sempat berhenti beberapa kali, saat Monsieur Jacques dan teman-temannya melewati beberapa titik di dalam taman nasional. Para peneliti itu sibuk melakukan pengamatan-pengamatan, lalu mencatat hasilnya di buku jurnal mereka masingmasing. Monsieur Jacques meminta Jusuf ikut serta dalam

534

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

pengamatan, untuk menerjemahkan keterangan yang diberikan oleh pegawai balai taman nasional. Wasur sebenarnya merupakan sebuah nama salah satu desa yang berada di dalam area taman nasional. Berasal dari kata Waisol yang diambil dari bahasa Marori yang berarti kebun. Sebagian besar wilayah ini akan tergenang air selama empat sampai enam bulan pada musim hujan, menjadikannya sebagai lahan basah terluas di Papua. Kebun ini memegang peranan yang sangat penting bagi keseimbangan habitat flora dan fauna yang tinggal di dalamnya. Dan selama sepuluh hari, Jusuf dan para peneliti yang datang dari Perancis tersebut hanya menghabiskan waktu mereka di kebun ini.

535

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Sekitar 70% dari luas kawasan ini berupa savana, sedang sisanya merupakan campuran antara hutan rawa, hutan musim, hutan pantai, hutan bakau, padang rumput, dan hutan riparian. Varietas vegetasi yang tumbuh di dalamnyaseperti anggrek, Eucalyptus, waru, akasia, Hibiscus, maupun Aviceniamampu membuat para peneliti mancanegara tersebut terkagum-kagum. Tidak henti-hentinya Monsieur Jacques mengingatkan Jusuf untuk menjaga alam yang kaya ini. Kamu beruntung, Jusuf, ujar Monsieur Jacques, karena kamu tidak perlu mati lebih dulu untuk dapat melihat surga. Jusuf hanya bisa tersenyum menanggapinya, sambil berulang-ulang mensyukuri takdir Allah yang membuatnya terlahir sebagai orang Indonesia.

536

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Tidak hanya tumbuhan. Wasur juga memiliki kekayaan fauna yang membuat Monsieur Jacques dan teman-temannya itu takjub. Ada 80 spesies mamalia, dengan 32 di antaranya merupakan spesies endemik, seperti kanguru semak (Thylogale bruijnii), kanguru kaki merah (Thylogale stigmatica), kuskus berbintik (Spilocuscus maculatus), kucing berkantung, dan landak moncong pendek. Selain itu, juga terdapat 419 spesies unggasbaru 403 spesies yang teridentifikasidengan 200 spesies di antaranya merupakan spesies endemik. Dan dari 200 spesies endemik tersebut, 114 di antaranya merupakan spesies yang dilindungi. Di antaranya adalah cendrawasih (Paradisea apoda navaguineae), kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea), raja udang (Alcede pusilia), nuri kepala hitam (Lorius lory), kasuari

537

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

selatan (Casuarius casuarius), alap-alap coklat (Accipiter fasciatus), rajawali Irian (Harpyopsis novaeguineae), dan garuda Irian (Aquila gurneyei). Ekosistem rawa permanen di wilayah Ukra, Mar, dan Mblatur, serta Danau Biru merupakan daerah penting bagi jalur migrasi burung-burung dari Australia serta wilayah Pasifik, terutama Cina, untuk mencari makan dan transit, terutama di pertengahan musim kemarau. Beberapa jenis di antaranya adalah pelikan Australia (Pelicanus conspicillatus), Limosa limosa dari Cina, ibis, magpie geese, paruh sendok, dan juga 46 spesies burung air lainnya. Daftarnya terus berlanjut. Terdapat 21 jenis reptil dan amfibi yang sudah terdaftar, di antaranya berbagai jenis buaya, kura-kura, kadal panana, ular, bunglon, kadal terbang, dan

538

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

biawak. Selain itu, terdapat 75 spesies kupu-kupu dan 48 jenis serangga lainnya dari ordo Ornitopthera, Ortoptera, dan Lepidopthera. Juga ada 72 jenis ikan, 39 di antaranya yang telah teridentifikasi merupakan jenis endemik (32 jenis hidup di air tawar, 7 jenis hidup di air payau dan air asin). Di antaranya, arwana (Scleropages jardinii), kakap rawa (Lates calcarifer bloch), dan kakap loreng (Amniataba affinis). Sepertinya Wasur memang berniat membuat para peneliti berkebangsaan Perancis itu terus diselimuti ketakjuban. Dua hari terakhir sebelum kembali ke Jakarta, Monsieur Jacques dan teman-temannya melakukan penelitian terhadap struktur bangunan alami yang disebut Musamus.

539

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Orang lokal menyebut Musamus sebagai bomi, rai, atau rumah semut. Monumen alam ini dapat mencapai ketinggian hingga lima meter dengan diameter 1-2 meter. Dibangun oleh rayap jenis Macrotermes sptermasuk dalam family termitidae dalam ordo isopteran. Bahan yang digunakan pun sederhana; tanah liat, serasah kayu, daun, akar, ranting, dan rumput kering, yang direkatkan menggunakan air liur rayap itu sendiri. Diperkirakan, diperlukan waktu satu hingga dua tahun dalam proses pengerjaan bagian pondasi, yang dilakukan setelah musim hujan selesai, ketika tanah masih basah. Musamus akan semakin mengeras seiring musim kemarau. Bangunan ini memiliki teknologi anti gempa, dengan sistem sirkulasi udara yang mampu mempertahankan suhu dan kelembaban di dalamnya agar tetap stabil dan nyaman untuk

540

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

para rayap. Selain itu, bentuknya yang berlekuk-lekuk dan memiliki cerukan-cerukansehingga terlihat seperti bintang dengan sudut tak beraturansebenarnya merupakan sistem pengendali aliran udara yang memasuki lubang-lubang yang terdapat pada tembok Musamus. Konstruksinya pun sangat mengagumkan, karena mampu menahan bobot sampai 70 kg. Musamus bahkan mampu bertahan dari segala cuaca, bahkan kebakaran hutan sekalipun. Namun, kekayaan alam di Wasur tidak terbebas begitu saja dari ancaman eksploitasi alam yang jahat. Penambangan pasir ilegal kerap terjadi, dan kawasan dengan eksploitasi paling parah adalah di Kampung Ndalir. Perkembangan Kota Merauke yang pesat ikut mendorong kebutuhan penduduknya akan ruang ke arah yang lebih progresif.

541

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Pembangunan dilakukan, dan mereka membutuhkan bahan-bahan untuk melakukannya. Dan selain pasir, mereka juga membutuhkan kayu. Penebangan liar terjadi, bahkan di area Taman Nasional Wasur. Seperti yang terjadi di Kampung Bupul, Erambu, dan Toray. Hal ini berpengaruh besar terhadap debit air di Sungai Maro, yang juga mulai tercemar. Dalam hatinya, Jusuf merindukan suasana Taman Nasional Wasur. Indahnya pemandangan Merauke dan keramahan penduduk di kabupaten dengan wilayah terluas di Indonesia yang sangat khas itu, dan menunjukkan betapa Indonesia memiliki apa yang tidak dimiliki oleh bangsa lainnya. Perasaan kebersatuan dalam perbedaan. Jusuf membuat sebuah janji kepada dirinya sendiri, untuk mengunjungi Wasur lagi tahun depan, di saat puncak periode

542

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

migrasi burung-burung. Dia ingin mengajak Padma dan Daud untuk ikut bersamanya, dan membuat mereka merasa takjub dengan kekayaan alam di titik paling timur dari wilayah Indonesia itu. Kurang lebih dua jam Jusuf mengetik. Matanya terasa pedih, karena terlalu lama menghadap layar laptop. Dia memutuskan untuk beristirahat sejenak. Saat Jusuf melepaskan headset dari telinga, terdengar suara ketukan di pintu kamar. Dia bergegas membukanya, dan terlihat pembantu Apsara sedang berdiri di baliknya. Ada apa, Mas? Anu, Mas Jusuf, pria muda itu berkata dengan gelisah, saya pikir masih tidur. Ditunggu Bapak di bawah untuk sarapan. Dan setelah itu, mau diajak ke Wonosobo.

543

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Siap. Tunggu sebentar. Saya akan bersiap-siap.

544

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 27

Sabtu malam, di sebuah rumah berlantai dua di perumahan Bumi Serpong Damai, Tangerang. Sambungan interkom rumahnya berbunyi beberapa kali saat Sufyan menutup telepon. Firman telah memberikan laporan lengkap mengenai status Mbok Ning. Selain itu, petugas kepolisian yang juga menerima pekerjaan terselubung tersebut juga melaporkan mengenai perjalanannya menuju ke sebuah rumah di daerah Bantul. Inspektur itu menerangkan, ada indikasi bahwa Padma dan Daud sedang berada di sana. Baru kali ini Sufyan menggunakan intelijen bayaran. Kekhawatirannya terhadap apa yang sedang dilakukan oleh anak pertamanya membuatnya bertanya kepada seorang kolega

545

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dekat di kantornya. Dan dari informasi yang diperolehnya itulah, Sufyan berhubungan dengan orang-orang tersebut. Perangkat anti sadap yang ada di meja kerjanya bukanlah barang yang dia miliki sejak lama. Dia bahkan baru membelinya belum lama ini, sebelum menghubungi agen-agen itu. Mekanisme alat tersebut bekerja seperti halnya perangkat keras anti sadap KV1200, namun dengan sistem yang lebih canggih lagi. KV1200 hanya dapat digunakan pada sirkuit telepon kabel. Sedangkan alat yang digunakan olehnya itu adalah generasi terbaru, seperti gabungan antara KV1200 dengan perangkat enkripsi suara model VS-U2013, namun menggunakan koneksi port USB 2.0. Alat tersebut masih memiliki kemampuan sekuat generasi pertama, yaitu sistem gelombang analog terenkripsi dan sistem algoritma asimetrisme, dengan

546

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

tambahan sistem teknologi Proses Fase Multi Dinamis yang pertama kalinya ditanam ke dalam piranti komersial, membuat alat anti sadap miliknya menjanjikan keamanan dalam berkomunikasi. Sufyan tidak ingin dirinya terjebak dalam sebuah skandal jika suatu hari orang-orang itu buka suara dan menyeret dirinya. Bagaimanapun, dia harus menjaga reputasinya sebagai pejabat yang bersih dari hal-hal semacam itu. Dia menggeser posisi duduknya di ruang kerja, sampai menghadap ke tembok di sisi kanannya. Matanya sibuk mengamati layar LED yang tergantung di sana, yang menampilkan gambar rekaman langsung dari kamera CCTV tersembunyi yang digunakannya untuk memantau keadaan di depan pagar rumahnya.

547

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dia kedatangan tamu tidak diundang. Ingatannya mencoba untuk mengidentifikasi siapa tamunya itu. Dan hanya dalam lima detik, Sufyan berhasil mengetahui siapa orang yang sedang berdiri menekan tombol interkomnya itu. Orang yang sama yang pernah mendatangi kantornya dua kali selama satu bulan ini. Seorang suruhan. Sufyan bertanya-tanya, dari mana orang itu mengetahui alamatnya. Dan seingatnya, dia juga tidak membicarakan apapun yang berkaitan dengan alamat tinggalnya. Dari mana orang ini tahu rumahku? Ternyata, bukan dirinya sendiri yang memberitahukan hal itu. Tamunya itu mendapatkan alamat rumah Sufyan lewat kartu nama yang berada di atas meja kerja kantornya. Dan Sufyan mencantumkan informasi pribadi seperti nomor telepon

548

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dan alamat rumah yang tercetak dengan tinta warna emas di atas kertas tebal berwarna putih itu. Sebuah kesalahan, yang harus ditebusnya malam ini. Tamu itu masih berdiri di sana, menunggu Sufyan membukakan pintu. Tangannya menekan tombol remote kamera, dan gambar pada layar pun berubah. Sufyan menggeser arah hadap lensa dan menggerakkannya sembilan puluh derajat ke samping. Terlihat sebuah mobil BMW X3 berwarna silver, tidak jauh dari tempat tamunya berdiri. Dia tidak mampu melihat ke dalam mobil tersebut. Kacanya terlalu gelap, batinnya. Interkomnya berbunyi lagi. Sufyan belum juga mengangkatnya ataupun membiarkan tamunya itu masuk. Dia lalu mengambil ponselnya dan menekan tombol lima untuk memutar

549

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

panggilan cepat. Panggilannya itu langsung diangkat oleh si pemilik nomor pada dering kedua. Pak Har? Tolong bukakan pintu pagar. Baik, Pak. Suara orang di ujung sana menjawab singkat. Beberapa menit kemudian, terlihat sosok Pak Har dalam tayangan CCTV yang sedang membukakan pagar, bersamaan dengan tamunya yang kembali ke mobil itu. Setelah pagar terbuka penuh, mobil itu meluncur masuk di atas permukaan berlapis paving block dan berhenti tepat di depan pintu garasi. Setelah pintu pagar kembali ditutup, Pak Har me-langkah menuju ke ruang tamu untuk mendampingi tamu majikannya itu.

550

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Sufyan menekan tombol remote kamera pengintainya lagi. Kali ini dia mengakses kamera kedua, yang tersembunyi dengan baik di atas salah satu pilar penyangga atap di teras rumahnya. Dia melihat orang itu diantar Pak Har memasuki rumah. Saatnya beraksi, bisik Sufyan sambil menghembuskan nafas dengan gelisah. Lalu dia mematikan layar LED dan perangkat pengendali CCTV tersebut. Dia melangkah keluar dari ruang kerjanya, dan berpapasan dengan Pak Har yang sedang menuju ke dapur untuk membuatkan minum. Bapak mau minum apa? Tanya Pak Har. Teh saja. Jangan pakai gula.

551

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Pak Har mengangguk, sambil meneruskan langkahnya menuju dapur. Sufyan berdeham saat melangkah memasuki ruang tamu. Tamunyayang sedang sibuk membaca sesuatu di tangannya kemudian berdiri dan menjulurkan tangan untuk bersalaman. Orang itu berusia sekitar tiga puluh tiga tahun. Perawakannya sedang, dengan rambutnya yang disisir rapi ke belakang. Dasi dan kemeja hitam yang dikenakannya tidak menunjukkan indikasi apapun, kepada orang yang baru pertama kali bertemu dengannya. Aku tahu siapa orang ini, dan perusahaan yang menyuruhnya untuk menemuiku. Bapak Sufyan Prakoso. Apa kabar? Tamunya itu mencoba bersikap ramah.

552

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Kabar baik. Alhamdulillah. Silahkan duduk. Maafkan saya, ujar tamunya itu saat duduk kembali, karena saya tidak memberi kabar terlebih dulu perihal kedatangan saya malam ini. Saya harap, Bapak maklum. Tidak masalah. Saya kebetulan sedang tidak sibuk malam ini. Ini akhir pekan, dan orang ini berharap aku lembur di kantor? Begini, Bapak Sufyan. Tujuan saya masih sama. Saya ingin mendapatkan izin Bapak mengenai pembebasan hutan seluas tiga puluh ribu tiga ratus hektar di Jambi untuk dikelola oleh perusahaan kami menjadi perkebunan sawit.

553

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Sufyan tidak menyahut. Hanya ada satu jawaban yang sama seperti yang dia berikan dalam dua kunjungan sebelumnya. Tidak akan pernah. Itu hutan lindung. Hak rakyat. Pak Har muncul membawa nampan dengan dua cangkir teh, untuk Sufyan dan tamunya itu. Setelah meletakkan kedua cangkir tersebut di atas meja, Pak Har langsung berlalu ke dalam. Saya tahu. Ini keputusan yang sulit dan berat bagi pejabat seperti Bapak, tamu itu meneruskan penjelasannya, tapi ini demi kemajuan daerah itu juga dan masyarakat di sana nantinya. Saya hanya memfasilitasi mereka, dan memberikan peluang kerja yang lebih besar lagi bagi para pemuda dan masyarakat di sekitar perkebunan.

554

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Sebelum saya memberikan tanggapan, Sufyan akhirnya bersuara, boleh saya tahu nama anda? Orang itu menatap Sufyan dengan heran. Bapak lupa? Oke, kalau begitu. Saya akan memperkenalkan diri. Lagi. Nama saya Suseno, mewakili Wana Palm & Crop Association. Dan kedatangan saya ke sini adalah untuk meminta izin dari Bapak selaku pihak berwenang dalam pengelolaan kehutanan Indonesia. Oh. Iya. Jadi begini, Bapak Suseno. Mengenai pengajuan izin tersebut, saya sudah pelajari berkas yang Bapak ajukan kepada saya. Dan saya melihatnya sebagai ancaman terhadap usaha pemerintah untuk melakukan perbaikan dan konservasi wilayah hutan. Mengapa? Karena wilayah yang diajukan oleh perusahaan Bapak kepada saya itu berada di perba-

555

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

tasan Taman Nasional Berbak, dan ini mengancam ekosistem di sana. Sufyan teringat akan tuntutan-tuntutan yang pernah diterimanya dari perusahaan-perusahaan besar, yang diajukan atas nama rakyat ini. Mereka datang silih berganti, dengan Hak Penggunaa Hutan yang sama, tapi denga kebijakan masingmasing yang berbeda satu sama lain. Perusahaan pertama masuk, lalu perusahaan berikutnya, lalu berikutnya. Kewajiban yang harusnya mereka lakukan menjadi kacau, dan berbenturan dengan kebijakan lokal yang sudah lebih dulu ada. Penggusuran pemukiman suku pribumi dan lahan pertanian lokal semakin menjadi. Lalu potensi hutan mulai dirambah. Satwasatwa liar kehilangan habitatnya, dan keteraturan pun menjadi kekacauan.

556

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Tahun depan, batin Sufyan. Aku akan mengundurkan diri dari jabatan ini. Jadi? Seperti yang Bapak dengar, ujar Sufyan melanjutkan, saya tidak menyetujui dan menolak untuk memberikan izin pengelolaan kawasan tersebut. Sudah terlalu banyak kesalahan yang dibuat oleh instansi kami, dan saya tidak ingin ambil bagian di dalamnya. Begitu ya, Pak? Apa tidak mungkin dikompromikan? Semua hal bisa dibicarakan ulang. Saya jamin, kami bisa memberikan berapa pun jumlah yang Bapak inginkan. Maksudnya apa? Cukup jelas. Ini ketiga kalinya saya mendatangi Bapak, dan pertama kalinya saya datang ke rumah Bapak. Maksud

557

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

saya adalah, saya ingin Bapak mengabulkan pengajuan saya. Masalah penebusan izin tersebut, tinggal Bapak sebut saja. Berapa yang Bapak minta? Perkataan tamunya itu membuat Sufyan tertegun. Baginya, ini jelas keterlaluan. Suap adalah dusta. Dustanya kepada sumpah yang diucapkannya saat Serah Terima Jabatan lima tahun lalu untuk mengemban tanggung jawab posisinya sekarang ini. Dan selama itu, dia sudah berusaha untuk semaksimal mungkin menolak segala bentuk pelicin yang diberikan kepadanya. Memang kedengarannya mustahil untuk bertahan di tengah sistem yang sudah demikian parahnya menjual kepercayaan rakyat demi memperkaya diri. Namun, Sufyan selalu mengingatkan dirinya untuk dapat menahan diri

558

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

agar tidak ikut terjerumus ke dalam maksiat birokrasi semacam itu. Orang-orang berotak busuk ini. Tidak kapok-kapoknya mereka! Sejauh yang saya ingat, Sufyan akhirnya berbicara, saya belum dan tidak akan pernah menerima suap. Tidak untuk kemarin, tidak untuk besok. Apalagi hari ini. Jadi, jawaban Bapak? Maaf. Tidak. Anda boleh pergi. Oh. Begitu, ya? Tamunya yang bernama Suseno itu kemudian

mengeluarkan ponselnya. Kalian boleh masuk.

559

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Di luar, dua orang berbadan tinggi besar keluar dari mobil yang parkir di depan garasi rumah Sufyan. Mereka berjalan dengan langkah yang tegap dan panjang untuk segera sampai di ruang tamu. Tidak lebih dari lima belas detik setelah Suseno mengakhiri panggilan, keduanya sudah berdiri di depan Sufyan. Mereka berdua berdiri hanya setengah meter dari sofa yang didudukinya. Dan salah satunya mengacungkan sebuah Revolver S&W kaliber 9.1 mm ke arahnya. Mulut senapan laras pendek sepanjang empat inci itu menganga lebar, diarahkan tepat ke arah kepala Sufyan. Moncong itu disertai peredam. Tangan kekar yang menggenggamnya terlihat tidak segan-segan untuk memuntahkan salah satu dari tujuh peluru yang menghuni alur putarnya. Atau mungkin semuanya.

560

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bapak Sufyan, ujar Suseno sambil berdiri, anda yang membuat kondisi yang kita hadapi menjadi sulit. Tamunya itu menginstruksikan agar Sufyan memanggil Pak Harpembantu rumahnyaagar datang bergabung. Usahakan agar suara anda terdengar seperti biasa. Dan jangan coba-coba melawan. Sufyan tidak punya pilihan lain. Dia lalu mengeluarkan ponselnya dan memanggil pembantunya itu.

561

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 28

Pak Har terbangun dari tidurnya. Jadwal istirahatnya terusik oleh bunyi ponsel Sony Ericsson T100 pemberian anak bungsu majikannya yang berdering dengan tidak sabar, menunggu dirinya untuk segera menerima panggilan yang masuk. Dia segera meraihnya, dan melihat siapa orang yang menghubunginya itu. Dan di layar monokromnya yang menyala biru, tulisan nomor berwarna hitam itu terbaca Bapak Sufyan. Pak Har menekan tombol penerima panggilan. Iya, Pak. Ada yang bisa saya bantu? Majikannya itu tidak segera bersuara. Setelah beberapa detik, dia hanya mendengar sebuah perintah singkat.

562

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Segera ke ruang tamu. Bawa handphone jangan lupa, juga tambang di garasi. Pak Sufyan meminta tambang? Untuk apa? Tapi pertanyaan ini hanya berkelebat di dalam benaknya. Baik, Pak. Saya segera bawakan. Suara bernada tunggal dengan tempo yang cepat langsung terdengar. Majikannya telah mengakhiri panggilan. Dengan enggan, Pak Har melangkah keluar dari kamarnya, tanpa beralih ke kamar mandi untuk sekedar menyegarkan wajahnya yang kusut, dan menuju ke garasi untuk mengambilkan barang yang diminta majikannya itu. Di garasi, dia menemukan seutas tambang nilon berwarna kuning yang digulung melingkar. Cukup panjang. Dia juga menemukan sebuah gunting besar yang tergeletak di atas

563

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

rak kecil di pojok garasi. Pak Har pun membawa keduanya, tanpa berniat untuk mencari tambang lain yang lebih masuk akal. Untuk apapun itu nantinya, Pak Sufyan bisa memotongnya sendiri dan mengerjakan apa yang sedang dikerjakannya malam ini di ruang tamu tanpa bantuanku. Setelah itu, aku akan kembali ke kamar dan melanjutkan tidurku. Pak Har berhenti tepat di tepi partisi dari kayu yang membatasi pandangan dari ruang tamu dengan ruang keluarga. Dia berdiri di sana, begitu saja melupakan niat awalnya. Mata yang merah karena tidurnya yang terganggu itu belum sepenuhnya sadar dengan apa yang disaksikannya. Dua orang asing ikut hadir di sana, di samping majikannya dan sang tamu. Dan senjata.

564

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dia berdiri di tempatnya, mematung tanpa mengetahui apa yang harus dilakukan. Kemudian, senjata lainnya ikut hadir ke tengah-tengah mereka. Senjata itu berjenis sama dengan senjata yang lebih awal dilihatnya. Dan senjata itu mengarah kepadanya. Keluarkan ponsel, perintah seorang yang menodongkan senjatanya ke arah Pak Har, dan letakkan bersama dengan tambang dan gunting yang anda bawa itu di atas meja. Tangan tuanya gemetar saat meletakkan barang-barang itu seperti yang diperintahkan. Rasa kantuknya pun langsung menghilang entah ke mana. Salah saya apa, Pak?

565

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bapak jangan banyak bicara, ujar tamu majikannya itu, duduk saja dengan tenang, dan biarkan kami mengikat kalian berdua. Pak Har kehilangan tenaga dan merasa ingin pingsan, saat menghempaskan tubuhnya di atas sofa. Dan kedua orang yang berbadan besar itu langsung menggunakan tambang yang dibawa Pak Har untuk mengikat dirinya dan Sufyan. Saya lupa bertanya, ujar Suseno, saya dengar Bapak sudah berkeluarga. Tolong bantu kami untuk memanggil Nyonya Sufyan agar ikut bergabung. Ini tidak ada sangkut pautnya dengan istri saya! Memang tidak ada, jika Bapak tidak memilih untuk menyulitkan diri dan keluarga Bapak sendiri seperti ini. Kalian tidak bisa memaksa saya!

566

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Suseno kelihatannya terpengaruh oleh ucapan Sufyan. Dia berhenti tepat di hadapannya yang sudah terikat. Menurut Bapak begitu? Oh. Karena ini masalah pekerjaan, bagaimana kalau kita berbincang di ruang kerja saja? Kalian bawa kedua orang ini. Suseno berpaling ke arah kedua orang pengawalnya. Dia mulai berjalan menuju ke ruangan yang dimaksudnya itu. Dan ikuti saya. Tidak sulit bagi Suseno untuk mencari ruang kerja di rumah itu. dan tidak sampai satu menit kemudian, dia sudah memasukinya. Kedua pengawal yang membawa Sufyan dan Pak Har ikut melangkah ke dalam.

567

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Suseno menunjuk ke sebuah sofa panjang, mengisyaratkan agar kedua pengawalnya itu mendudukkan kedua orang tawanan mereka di sana. Berikutnya, ujar Suseno sambil duduk di bangku yang biasa digunakan Sufyan di balik meja kerjanya, cari nyonya rumah dan pastikan dia tidak macam-macam. Siap! Jawab kedua orang itu hampir bersamaan. Jangan lupa, suara Suseno kembali terdengar. jangan membuat kekacauan. Jangan membuat rumah ini berantakan. Bagaimanapun, kita bukan perampok. Kita harus bertindak dengan lebih bermartabat. Keduanya hanya mengangguk tanpa suara, lalu melangkah keluar untuk menggeledah isi rumah.

568

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Suseno memperhatikan barang-barang yang terdapat di ruang tersebut. Lukisan cat minyak besar tergantung di tembok yang berada di seberang ruangan. Sebuah lemari buku besar antik menutupi keseluruhan permukaan tembok di sisi kanannya, sementara di sisi kirinya, kedua tawanannya duduk di atas sebuah sofa panjang dengan posisi yang canggung karena ikatan tambang yang membelit tubuh mereka. Di atas meja kerja di hadapannya, Suseno melihat barang-barang yang cukup lazim berada di sebuah ruang kerja. Kertas-kertas berserakan, sebuah wadah penyimpanan alat tulis, dan cooling pad dengan sebuah laptop bertengger di atasnya. Tapi ada satu hal yang menarik perhatiannya. Sebuah perangkat yang dia sendiri baru melihatnya. Dan dalam posisi

569

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

menyala. LCD pada perangkat tersebut bertuliskan sebuah informasi yang mengejek Suseno. No device are connected. Bapak Sufyan, Suseno menoleh ke arah sang Tuan Rumah, kalau saya tidak salah ingat, bukankah ini alat anti sadap? Sufyan tidak memberikan jawaban. Dan aksi tutup mulutnya itu membuat tamunya itu kehilangan kesabaran. Suseno berdiri dari duduknya dan melangkah mendekati Sufyan. Ayolah, katakan saja. Karena baru kali ini saya melihatnya sendiri. Ternyata, pejabat seperti kalian khawatir juga soal isu penyadapan. Itu bukan urusan anda.

570

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Tidak boleh begitu. Mengingat siapa yang sekarang memegang kendali di sini. Saya tidak akan melakukan apapun untuk mengabulkan apa yang anda inginkan. Ssstt Suseno menempelkan telunjuknya di depan bibirnya, tidak boleh begitu. Sufyan kini dapat melihat kalau tamunya itu menjulurkan tangannya ke arah saku celananya. Apa yang kamu lakukan?! Tangan Suseno berhenti. Dia menatap Sufyan dengan pandangan heran. Lalu dia melongok ke arah pintu, mencoba mencari tahu perkembangan dari kedua pengawalnya. Lama sekali. Sudahlah, aku akan melakukannya sendiri.

571

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dia pergi keluar menuju ruang tamu, mengambil tambang dan gunting, kemudian kembali lagi ke dalam ruang kerja. Saya hanya ingin bersenang-senang sebentar. Tadinya, saya mengharapkan kerja sama anda. Tapi sepertinya anda lebih bersedia untuk dibungkam. Dia memotong tambang itu agak panjang, dan mengulurkannya di antara kedua bibir Sufyan. Belitan yang kuat di belakang kepala membuat Sufyan membuka mulutnya, dan gesekan yang disebabkan oleh tambang nilon yang melintang itu terasa seperti membakar tepian mulutnya. Selesai membungkam Sufyan, Suseno beralih ke Pak Har. Dia melakukan hal yang sama kepadanya.

572

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Sekarang, Suseno meneruskan niat awalnya, dan merogoh saku celana Sufyan, saatnya mencari tahu. Dia mendapatkan apa yang dicarinya. Ponsel. Namun ponsel itu diproteksi. Sebuah kotak untuk memasukkan kata kunci tampil di layarnya. Pak, apa yang harus kami lakukan dengan wanita ini? Suseno mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Di sana, kedua pengawalnya sedang menyeret seorang wanita yang pingsan. Aduh. Sudah saya katakan, jangan berlaku kasar. Tapi wanita ini menyulitkan kami. Ikat saja, sumpal juga mulutnya agar tidak membuat masalah. Dan kumpulkan dia bersama yang lain. Siap, jawab salah satu dari pengawal itu.

573

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Mereka kemudian mengikat tangan dan kaki istri Sufyan dengan tambang nilon, dan mendudukkannya di sebelah Sufyan. Sufyan menatap dengan matanya sendiri, bagaimana istrinya yang tidak berdaya itu bersandar di bahunya. Diikat dan pingsan. Ada baiknya jika anda memberi tahu saya kata kunci handphone ini. Atau Suseno melirik ke arah kedua pengawalnya yang duduk di bagian sofa yang masih kosong dan mengisyaratkan agar salah satu dari mereka maju ke hadapannya. Dia meminta pistol, dan pengawalnya itu memberikannya. Lumayan berat juga, batinnya. Baru pertama kali ini aku memegang benda keparat ini.

574

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dia lalu mengarahkan pistol dalam genggamannya itu ke arah satu-satunya wanita di ruangan tersebut. Pilih handphone, atau dia? Teriakan Sufyan teredam oleh belitan tambang yang semakin mengiris bibirnya. Dia tersedak oleh liurnya sendiri, dan merasa tidak berdaya menghadapi kekacauan yang sedang terjadi di rumahnya ini. Buka mulutnya, perintah Suseno kepada pengawalnya. Pengawalnya berdiri dan mengendurkan belitan tambang di mulut Sufyan. Ayo. Kata kuncinya? Anda sudah mengetahuinya. Bahkan sebelum

menanyakannya kepada saya. Sebutkan.

575

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Nama ibumu. Kenapa masih ada saja orang-orang keras kepala seperti anda di muka bumi! Suseno melangkah ke arah Sufyan, sambil mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Sufyan menatapnya dengan ngeri. Dia tahu apa yang ada di dalam genggaman orang itu. Sufyan mencium bau kulit terbakar. Lehernya merasakan sakit yang luar biasa. Dia menunduk kesakitan, suaranya terdengar menggeram menahan panas dan daya kejut yang tadi menyengatnya. Dia ingin berteriak. Namun, akal sehatnya menolak untuk melakukan itu, mengingat dalam waktu satu jam terakhir, dia sudah melihat dua pucuk senjata di dekatnya. Stun gun itu menempel di kulit leher Sufyan selama dua detik saja. Dan rasa sakit yang ditimbulkannya akibat

576

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

gangguan sistem elektromuskular membuat Sufyan mengejang sebentar. Kemudian, dia pun mengatakan kata kunci ponselnya huruf demi huruf. Seharusnya benda ini tidak akan keluar kalau anda langsung mengatakannya, ujar Suseno sambil meletakkan alat penyiksanya itu di atas meja kerja Sufyan. Lalu, tangannya mengetikkan kata kunci yang diberikan Sufyan kepadanya. Kini dia dapat mengakses seluruh isi dari ponsel tersebut. Hanya satu yang dicarinya. Sebuah nomor di urutan paling atas dari log panggilan di ponsel itu. Jarinya hendak menekan tombol ponsel dan membuat panggilan, saat ponsel tersebut berdering. Suseno melihat ada kabel untuk port USB 2.0 yang menjuntai dari perangkat anti

577

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

sadap itu. Dia pun mencolokkannya ke ponsel Sufyan dan keduanya langsung terhubung secara otomatis, karena Sufyan telah mengubah pengaturan default perangkat itu sebelumnya. Dan informasi pada layar pun berubah. Connecting device is success. Ponsel di tangan Suseno masih berdering. Dan dia pun mengangkatnya. Suara di ujung sana memberikan laporan teknis tentang apa yang sedang dilakukannya. Dia terkejut. Sufyan telah bertindak lebih jauh dari apa yang dapat dibayangkannya. Dia mendengarkan dengan seksama dan mulai berbicara. Mengapa tidak diteruskan?

578

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 29

Firman kehabisan ide untuk mengetahui di mana posisi orang yang memberi perintah kepadanya, yang memperkenalkan diri sebagai Darun Nadwa itu. Tapi itu perasaannya tadi malam. Sebelum dia memutuskan untuk bekerja sama dengan orang yang menjadi targetnya ini. Apa yang sedang terjadi sebenarnya? Masalah macam apa ini? Setelah mendengar keterangan yang diberikan oleh orang-orang bernama Daud dan Padma di ruang yang sama dengan tempatnya berada pagi ini, tabir-tabir mulai membuka. Tapi tabir-tabir itu telah menggiringnya kepada tabir-tabir lain

579

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

yang membuat dirinya harus memeras otak dan mencari jalan keluar yang efektif. Efisiensi ada di atas segalanya. Jangan membuangbuang waktu. Tapi dia tahu, kejadian demi kejadian yang dialaminya kemarin sangat tidak efisien. Firman telah menghubungi seorang temannya di Jakarta. Dia meminta bantuan dari temannya itu untuk menyelidiki sebuah rumah yang diketahuinya dari Padma, yang secara kebetulan adalah anak bungsu dari Darun Nadwaatau Sufyan Prakoso. Namun belum ada perkembangan yang pasti sejak semalam. Kontaknya di Jakarta itu sudah mengirim orang lapangannya untuk melakukan apa yang diminta olehnya. Berda-

580

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

sarkan laporan yang dia terima, rumah tersebut dalam keadaan sepi. Saat mereka mencoba untuk masuk, ternyata pagarnya terkunci. Di dalam, sebuah mobil BMW X3 berwarna silver terparkir di depan garasi yang tertutup. Indikasi pertama. Mobil sedan itu adalah tamu. Pertanyaannya, mengapa tidak terlihat adanya tanda-tanda kehidupan di dalam rumah? Firman tidak berani memikirkan indikasi-indikasi lainnya. Dia bahkan tidak mampu menjawab pertanyaannya sendiri atas indikasi pertama. Apa aku harus berangkat ke sana? Tangerang bisa ditempuh dalam waktu satu jam dengan pesawat, dan paling lambat siang nanti aku sudah sampai di rumah Sufyan Prakoso alias Darun Nadwa.

581

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bapak Firdaus, ujar Firman kepada Firdaus yang duduk bersamanya di ruang tamu, bagaimana kalau saya berangkat menuju ke rumah Bapak Sufyan untuk memastikan keamanan dirinya? Kalau anda ke sana, jawab Firdaus, apakah anda dapat menjamin keselamatan dan keamanan saudara saya? Inspektur Firman terdiam. Mengenai hal itu, saya memang tidak bisa memberikan jaminan, jawabnya kemudian, tapi saya bisa menjamin bahwa saya akan melakukan apapun yang saya bisa dengan seluruh kemampuan saya untuk memastikannya. Firdaus terlihat terpengaruh oleh jawaban tegas yang diberikan Firman. Lalu kapan anda bisa berangkat?

582

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Secepatnya. Kalau begitu, silahkan. Daud dan Padma baru bergabung di ruang tamu, saat Firman berdiri dari duduknya. Imam, kamu tunggu di sini selama saya berangkat. Siap, Inspektur! Pak Firman, mau ke mana? Tanya Padma. Tangerang. Saya ikut. Firman berhenti di depan pintu dan memutar penuh badannya, menghadap Padma. Tidak bisa. Ini tugas saya. Dan saya tidak ingin melibatkan orang sipil.

583

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Padma ingin mengajukan protes. Dia ingin ikut untuk memastikan keadaan orang-orang di rumahnya. Tapi jawaban dari Inspektur Firman membuat Padma membatalkannya. Firman melangkah menuju ke mobil Jeep yang diparkir di pelataran sejak semalam. Dia tinggal menggunakannya saja, karena Bripda Imam telah memanaskan mesinnya begitu selesai shalat Subuh. Inspektur Firman, panggil Firdaus. Iya, Pak? Sebaiknya anda terbang dari Solo saja. Lebih dekat. Baik, jawab Firman sambil tersen yum, terima kasih atas sarannya. Firman membuka pintu dan duduk di belakang kemudi. Setelah menyalakan mesin, dia memutar mobil di pelataran

584

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dan keluar dari area rumah itu menuju ke jalan perkampungan yang masih sepi dari aktivitas. Sambil menyetir, dia menggunakan earphone dan menyambungkannya ke ponselnya. Halo. Bagaimana perkembangannya? Ya, saya mengerti kesulitannya. Baik. Tunggu dulu, saya dalam perjalanan menuju ke sana. Apa? Ya, memang jauh. Tidak ada pilihan lain. Saya akan terbang dari Adi Sumarmo. Oke. Selamat pagi. Firman mengakhiri pembicaraan via teleponnya. Dalam benaknya, hanya ada satu tempat yang dia tuju sekarang. Bandara.

585

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 30

Jusuf kembali ke kamarnya. Seusai sarapan, Apsara memintanya untuk membereskan barang bawaannya. Sang Tuan Rumah ingin mengajak Jusuf mengunjungi rumah peristirahatan miliknya yang berada di area perkebunannya di Wonosobo. Pukul 08.14 pagi. Jusuf melihat arlojinya, dan bertanyatanya tentang kesibukan di Kandang Ndhoro tanpa dirinya selama dua hari belakangan ini. Sudah ada Mbok Ning dan Daud, di sana. Dan mereka adalah orang-orang yang bisa diandalkan. Dia mengeluarkan satu-satunya pakaian pengganti yang dibawanya dari dalam ransel Lowepro Rover Pro 45L AW

586

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

miliknya. Jersey ketiga AC Milan di musim 2011/2012. Setelah berganti baju, Jusuf memuat kembali laptop dan alat perekam digitalnya itu ke dalam tas. Saat Jusuf melongok ke dalam, terlihat seperangkat kamera DSLR yang belum sempat dia gunakan selama dua hari ini. Nikon D90 andalannya; Speedlight SB-900 sebagai piranti tambahan untuk berjaga-jaga jika dia membutuhkan pencahayaan tambahan; juga dua buah lensa, yaitu lensa AF-S DX NIKKOR 35mm f/1.8G dan AF DX Fisheye-NIKKOR 10.5mm f/2.8G ED. Kamera dan perlengkapannya itu pun belum dikeluarkannya sejak menghuni sekat-sekat dalam tas tersebut, Jumat malam lalu. Dan saat mendengar bahwa Apsara mengajak dirinya untuk mengunjungi rumah peristirahatannya di Wonosobo,

587

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Jusuf menyanggupinya. Mungkin saja, dia akan menemukan hal-hal menarik di sana, dan dapat mengabadikannya dengan kamera yang dia bawa. Jusuf baru saja memasukkan laptop dan alat perekam digitalnya dan menutup ritsleting tasnya, saat terdengar suara pintu kamarnya diketuk dari luar. Jusuf bergegas membukanya. Dan terlihat sosok pembantu muda itu berdiri dengan raut wajah gelisahnya. Mas Jusuf, sudah siap? Oh, sudah. Kenapa memangnya? Bapak Apsara sudah di mobil, menunggu Mas Jusuf. Oke. Tunggu sebentar. Jusuf kembali ke dalam, mengambil tas, lalu keluar dari kamar. Dia bersama pembantu rumah besar itu kemudian

588

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

berjalan menuju ke garasi. Di sana, sebuah Mitsubishi New Pajero Sport Dakar Series 4x4 warna hitam sudah menunggunya. Mesin DOHC 2.5L bertenaga 175 tenaga kuda itu menderum halus. Pembantu itu meminta Jusuf untuk membuka pintu dan masuk ke mobil. Saat Jusuf membuka pintu mobil, sudah ada Apsara yang duduk di bangku tengah. Sementara bangku di bagian depan diisi oleh dua orang yang menjemputnya dua malam yang lalu. Jusuf pun naik dan mengisi tempat di bangku tengah, di sebelah kiri Apsara. Tidak ada yang tertinggal? Apsara bertanya kepada Jusuf. Sudah saya cek, Pak. Dan kebetulan tidak ada, jawab Jusuf.

589

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Baik kalau begitu, ujar Apsara sambil tersenyum, kita berangkat. Mobil pun langsung meluncur keluar dari area rumah besar tersebut, dan menuju ke selatan. Setelah mengikuti jalanan kecil di sisi Selokan Mataram ke arah barat, si pengemudi membawanya melintas di Jl.Monumen Jogja Kembali. Kamu sudah pernah ke Wonosobo? Tanya Apsara kepada Jusuf, saat mobil berbelok ke kiri dan melintas di Ring Road Utara, menuju ke barat. Kebetulan sudah dua kali, Pak. Ke daerah mana? Dieng dan Alun-alun Kota Wonosobo. Berarti kamu belum ke Kertek?

590

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Saya belum sempat singgah di sana. Dan saya anggap itu sebagai kekurangan saya. Apsara tertawa mendengar pengakuan Jusuf. Tidak apa. Kamu akan mengunjunginya sebentar lagi. Perkebunan Bapak ada di sana? Bisa dibilang begitu, jawab Apsara, kamu akan mengetahuinya sebentar lagi. Mobil meluncur dengan kecepatan sedang, dan

menurunkan kecepatannya saat berputar di depan kampus Fakultas Teknik Universitas Teknologi Yogyakarta. Setelah itu, sang pengemudi kembali memacu mobil yang dikendarainya dan berbelok masuk ke Jl.Magelang menuju ke utara. Keberatan jika saya bertanya? Tentu tidak. Apa yang Bapak tanyakan?

591

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Mengenai bukumu. Kamu bilang, ini buku kedua? Iya, Pak. Dan ralat, ini baru naskahnya. Sementara naskah saya yang pertama sedang dalam proses penerbitan. Oh, begitu. Lalu, apa isi bukumu yang pertama? Tidak jauh berbeda dengan naskah yang sedang saya garap sekarang ini. Keduanya membahas inti masalah yang sama, usaha manusia untuk kembali menjalin hubungan yang harmonis dengan alam sekitarnya. Memang ada yang mencoba untuk merusaknya, tapi tidak sedikit juga yang berusaha untuk mempertahankannya. Wah, wah. Saya tidak menyangka. Jadi, wawancara semalam berkaitan dengan inti bahasan yang tadi kamu katakan itu? Saya penasaran mengenai isi buku kamu nanti. Jika sudah terbit nanti, saya akan dengan senang hati membacanya.

592

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Untuk Bapak, begitu saya menyelesaikan naskah ini, saya akan mengirimkan salinan pra-cetaknya. Boleh juga. Mobil kembali menurunkan kecepatannya saat mendekati lampu lalu lintas di barat Pasar Mlati yang menyala merah. Maafkan saya, kalau lupa bertanya. Dulu kamu ini kuliah di mana? Universit degli Studi di Verona, Pak. Oh, Verona. Italia? Ambil jurusan apa di sana? Saya kuliah filsafat. Angkatan? 2009. Berarti, belum lulus? Tidak lulus, lebih tepatnya. Saya mengundurkan diri.

593

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Oh. Merasa salah jurusan? Lebih tepatnya, menemukan tempat belajar yang lebih tepat, Pak. Saya akan sangat marah jika kamu adalah anak saya. Begitu pun dengan ayah saya, Pak. Beliau marah sewaktu mengetahui rencana saya untuk tidak meneruskan kuliah. Lalu? Beliau memutuskan untuk tidak lagi membiayai hidup saya ke depan. Pasti susah menghadapinya. Tidak juga. Saya sudah mempunyai penghasilan sejak kuliah di Verona, yang saya tabung sebagiannya. Begitu kem-

594

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

bali, saya membuka usaha penjualan perlengkapan pecinta alam. Apsara tertegun sejenak sewaktu mendengar jawaban Jusuf. Persis dengan apa yang dialaminya sewaktu kuliah di luar negeri. Walaupun berasal dari latar belakang keluarga yang serba mampuyang menguasai perusahaan-perusahaan besar di IndonesiaApsara dididik untuk mandiri dan menghargai waktu dengan bekerja keras. Kamu pasti punya koneksi yang begitu dalam di pemerintahan. Tidak juga. Hanya beberapa orang dekat. Memang kenapa, Pak? Kalau tidak begitu, ujar Apsara, kamu tidak akan bisa duduk satu mobil bersama dengan saya. Bukan bermaksud

595

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

untuk menyombongkan diri. Tapi, selain keluarga, hanya orang-orang pemerintahan yang bisa menghubungi saya. Dan karena kamu bukan orang pemerintahan, maka saya merasa agak heran juga sewaktu sekretaris saya memberi tahu ada sesi wawancara di dalam kunjungan saya ke Yogyakarta. Kalau boleh tahu, siapa orang pemerintahan yang membantu kamu? Untuk masalah itu, jawab Jusuf, biarlah menjadi rahasia pribadi saya. Tentu saja, Bapak Apsara tidak keberatan, bukan? Apsara bukanlah tipe orang yang suka dengan rahasia. Dia terbiasa mendapatkan apa yang ingin dia ketahui. Tapi, dia hanya tersenyum mendengar jawaban Jusuf. Oh, ya. itu hak kamu. Tentu saja. Tidak masalah.

596

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Tentu saja, tidak masalah. Karena aku sudah mengetahui latar belakangmu. Sebelum memberi jawaban atas permintaan wawancara Jusuf yang disampaikan lewat sekretaris pribadinya, Apsara telah meminta kepada wanita lajang berusia tiga puluh tahun itu untuk melakukan riset mengenai identitas Jusuf dan latar belakangnya. Sekretarisnya itu melakukannya dengan patuh. Baginya, bekerja untuk orang sekelas Apsara adalah sebuah kehormatan. Dan dia tidak akan mampu menolak permintaan bosnya itu. Dia mengenal beberapa orang yang mampu melakukannya, dan mulai menghubungi mereka satu-persatu. Tidak sampai beberapa jam kemudian, sebuah surat eletronik masuk ke email pribadi Apsara. Di dalamnya, ter-

597

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dapat beberapa tautan dan dokumen digital mengenai identitas orang yang ingin mewawancarainya. Setelah membacanya, Apsara merasakan kejutan yang belum pernah dirasakannya. Sebuah kebetulan. Menarik sekali. Dan wawancara itu akan menjadi satu tiket mahal bagi langkah penting perusahaannya. Apsara mengingat hari-harinya sebulan terakhir ini, bagaimana penolakan dari seorang Dirjen Kehutanan yang dua kali diterimanya telah menghambat perkembangan cabang perusahaannya di Jambi. Tapi tidak akan ada penolakan lagi. Aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan. Seperti sebelumnya.

598

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Mobil yang mereka tumpangi melewati Lapangan Alunalun Denggung dengan cepatnya. Apsara menatap anak muda yang sedang duduk bersamanya itu. Dan kini, batin Apsara, anak ini akan memastikan hal itu terjadi.

599

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 31

Apsara muda adalah seorang laki-laki dengan keuntungan yang tidak dimiliki setiap orang kebanyakan. Sokongan finansial dan imunitas hukum. Dengan semangat yang tinggi, dan juga latar belakang keluarga yang haus akan kemajuan intelektual, dia lulus dari Fakultas Kehutanan UGM dengan nilai sempurna. Dan dengan semangat yang sama, dia berangkat ke Jepang untuk meneruskan studinya, di Kyoto University. Tiga tahun kemudian, berbekal pendidikannya itu, dia langsung terjun ke dunia bisnis yang telah dilakukan keluarganya secara turun-temurun di sektor perkebunan. Dia pun bergabung di sebuah perusahaan swasta nasional di Wonosobo, yang mengelola perkebunan teh terbesar di daerah Tambi.

600

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Namun, gairahnya teralihkan ke sebuah bidang yang sedang berkembang dengan begitu pesatnya di daerah-daerah proyek transmigrasi. Kelapa sawit. Geliat perkebunan sawit dan potensinya yang terus meningkat membuat Apsara berpaling ke sektor yang menjanjikan ini, dan mengusulkan hal tersebut kepada keluarganya. Usulnya itu pun disambut baik. Makadengan modal yang dipercayakan kepadanyamulailah dia merintis bisnis perkebunan dan pemrosesan minyak kelapa sawit mentah, yang dikenal dengan sebutan CPO dan PKO. Pada tahun 1980-an, Apsara memulainya dengan membuka sebuah lahan seluas lima ribu hektar di daerah Pagar Alam, Sumatera Selatan. Pekerjanya kebanyakan adalah para transmigran dari Pulau Jawa. Dan tidak sulit bagi Apsara untuk mengembangkan perusahaan yang dikelolanya itu. tahun 1991,

601

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dia telah berhasil menguasai sepuluh persen dari total 60 juta hektar HPH (Hak Pengelolaan Hutan) yang dibagi menjadi 580 konsesi. Dengan rata-rata 105 ribu hektar per konsesinya, maka dapat dibayangkan kekuatan dan besarnya pengaruh Apsara terhadap perkembangan bisnis kelapa sawit dan regulasi yang mengaturnya, baik secara vertikal maupun horizontal. Oleh karena itulah, dia terbiasa mendapatkan apa yang dia inginkan. Tidak sampai bulan September lalu. Seorang pejabat Direktorat Jenderal Kehutanan telah membuat ekspansinya tersendat. Alasan yang diberikannya kepada utusan Apsara, lahan tersebut memiliki arti penting terhadap keberlangsungan ekosistem di Taman Nasional Berbak. Omong kosong. Yang dipedulikan oleh manusia masa kini adalah uang.

602

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Kunjungan pertama tidak berjalan mulus. Begitu pun kunjungan kedua. Bahkan, dalam kunjungan terakhir, Apsara memberikan kepada utusannya itu sebuah cek dengan angka yang fantastis untuk memuluskan niatnya itu. Tapi, orang yang dipercayakannya sebagai penghubung dirinya dengan pejabat tersebut tidak menemukan hasil yang memuaskan. Suseno, utusannya itu, kembali menemui Apsara dengan cek yang masih dibawanya. Orang ini lebih sulit dari pejabat sebelumnya. Dan itu yang membuatnya memilih untuk melakukan opsi lain. Opsi yang lebih progresif, tentu saja. Apsara tidak mengenal anak muda yang sedang duduk bersamanya itu. Tapi jelas sekali, pemuda ini memiliki sebuah keuntungan bagi dirinya. Hubungannya dengan pejabat yang

603

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

menghalanginya itu. Dan dia akan memanfaatkannya sebaik mungkin. Tidak akan ada lagi penolakan. Dan aku akan memastikannya sendiri. Tapi untuk saat ini, Apsara memilih untuk pura-pura tidak mengetahui asal-usul pemuda itu. Aku akan mengungkapkannya di waktu yang tepat. Di saat aku melihatnya sekarat. Dan rahasiaku akan dibawa bersamanya menuju gerbang kematian. Apsara tidak akan mengotori tangannya sendiri. Dua orang yang duduk di depannya yang akan melakukannya. Bapak Apsara, suara Jusuf memecah lamunan Apsara, bagaimana jika kita melanjutkan wawancara, sambil mengisi waktu?

604

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Apsara tidak segera menjawab. Dia melihat Jusuf sudah mulai mengeluarkan alat perekam digitalnya dari dalam tas, dan menyalakannya. Tahan dulu, jawab Apsara kemudian, nanti saja kita teruskan, sesampainya di rumah peristirahatan saya. Jusuf menyadari kekeliruannya. Dia mematikan alat perekamnya, dan memasukkannya kembali ke dalam tas. Seorang pengawalnya berbalik untuk melihat aba-aba dari Apsara. Tapi dia hanya menggelengkan kepalanya. Tahan dirimu, Apsara. Jangan dulu. Jangan terburuburu. Dia mengarahkan pandangannya ke arah luar, memandang deretan-deretan pepohonan yang diselingi bangunan rumah dan pertokoan di sisi jalan yang menghubungkan

605

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Yogyakarta dan Semarang itu. Walaupun Apsara tidak menemukan apapun yang menarik perhatiannya, dia tetap memalingkan wajahnya ke arah kaca jendela yang tertutup rapat di sisi kanannya itu. Oh, ya, ujar Apsara tanpa mengubah posisi duduknya, Apa ada yang tahu ke mana kamu pergi? Hanya beberapa orang dekat, jawab Jusuf, tapi mereka tidak mengetahui ke mana saya pergi. Sebaiknya begitu, jawab Apsara, saya tidak ingin ada kehebohan di luar sana. Maksud Bapak? Maksud saya, saya tidak ingin kepergian kamu bersama saya selama beberapa hari ini membuat kehebohan di luar sana. Apsara tidak dapat menyembunyikan kekhawatiran yang

606

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

tergambar di wajahnya. Kamu tentu tahu, bagaimana sosial media mempengaruhi kehidupan kita sampai ke tingkat pemerintahan, bukan? Oh. Mengenai hal itu, saya dapat memastikan apa yang Bapak khawatirkan tidak terjadi. Saya telah mematikan satusatunya alat komunikasi yang saya bawa sejak Jumat malam. Bagus. Bagus sekali. Jawaban Jusuf membuat Apsara senang. Karena peraturan mengenai alat komunikasi adalah salah satu syarat yang diberikan Apsara kepada Jusuf dalam perjanjian mereka selama proses wawancara berlangsung. Apsara menyetujui Jusuf menemuinya dan merekam segala keterangan yang diberikannya selama sesi wawancara, namun melarangnya untuk mengaktifkan alat komunikasi dalam

607

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

bentuk apapun selama Jusuf berada bersamanya. Apsara tentu saja mengetahui kebutuhan Jusuf akan keterangan dan informasi yang akan diberikan olehnya, dan syaratnya itu pun disetujuinya. Tidak ada pilihan lain. Tidak ada keringanan. Dia kembali memandangi deretan bentuk bangunan di luar, yang silih berganti dengan cepatnya seiring dengan kecepatan mobil yang meningkat. Apsara mengingat kembali laporan yang diberikan Suseno kepadanya semalam, dan tidak dapat menyembunyikan senyumnya. Kerja bagus, Suseno.

608

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 32

Waktu berjalan begitu cepat bagi orang-orang yang menyadarinya. Saat ini, Firman mengharapkan, seribu milidetik dalam satuan detik normal berlipat menjadi dua atau tiga puluh kali lipatnya. Agar apa yang ditakutkannya tidak terjadi. Atau setidaknya, dia dapat mencegahnya sebelum terjadi. Firman tidak mengetahui sudah sejauh apa pesawat yang dinaikinya itu terbang. Dia menghitung sambil melirik ke arah jam tangannya. Lima belas menit sudah perjalanannya. Dan dia bersyukur, penerbangannya menuju Soekarno-Hatta tidak mengalami delay yang terlalu lama. Hanya tujuh menit. Seharusnya, hari ini Firman sedang menanti proses pentransferan setengah dari jumlah uang yang dijanjikan Sufyan

609

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

kepadanya. Namun kini, dia tidak memikirkan soal uang. Peraturan ketatnya mengenai efisiensi waktu yang selama ini dipegangnya, satu demi satu mulai rontok berhamburan. Dia tidak peduli dengan apapun lagi, bahkan dengan mobil Jeep sewaan yang ditinggalkannya di area parkir Bandara Internasional Adi Sumarmo. Yang penting adalah keselamatan Sufyan. Aku sendiri yang akan memastikan hal itu. Pesawatnya berguncang sedikit akibat turbulensi. Guncangan yang wajar bagi jalur penerbangan yang sedang ditempuhnya. Firman membenahi posisi duduknya. Dia kembali memikirkan strategi yang tepat. Sejauh ini, kerja samanya dengan temannya di Jakarta, Inspektur Herman, belum memberinya hasil yang memuaskan. Rantai komando

610

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

memang panjang dan rumit. Firman mengambil jalan pintas untuk mempersingkatnya. Oleh karena itulah, dia memutuskan untuk berangkat ke Tangerang dan terlibat secara langsung dalam penyidikan lapangan. Firman tentu saja mengetahui, resiko yang akan dia terima jika kantornya mengetahui keterlibatannya dalam kasus ini. Sanksi yang paling ringan adalah penundaan kenaikan pangkat. Yang paling berat, tentu saja, pencopotan pangkat serta dipecat dengan tidak terhormat. Tidak masalah, batin Firman. Ini mungkin yang terakhir kalinya bagiku. Aku sudah terbiasa melakukan pekerjaan semacam ini. Dan orang-orang itu harus diarahkan dan oleh orang yang memang mengerti, dan dipimpin dengan strategi yang tepat juga.

611

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Terlalu banyak hal yang memaksanya untuk menimbangnimbang keputusannya mempertahankan pekerjaan gelapnya ini kembali. Setelah ini, dia akan menerima begitu saja jika ada tawaran dari atasannya untuk bekerja di balik meja. Satu yang diinginkannya saat ini. Tidur. Tapi di balik kacamata hitam yang dipakainya, matanya menolak dipejamkan. Firman sadar, dirinya kurang istirahat. Dan dia mengantuk. Namun kesempatan untuk beristirahat pun menjauhi Firman, seiring dengan semakin mendekatnya pesawat ke landasan bandara yang ditujunya. Tiga puluh menit lagi.

612

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Firman merasakan perutnya keroncongan. Tapi dia membutuhkan sesuatu yang lebih dari sekedar makanan. Dia mengantuk, dan juga lapar. Dia memilih untuk meredakan satu dari dua alarm tubuhnya itu. Tangannya memberi isyarat, memanggil seorang pramugari yang melintas di dekatnya, dan memesan satu cangkir espresso. Dan kemudian Kenapa tidak terpikir dari tadi! Firman teringat akan alamat yang terdapat pada secarik kertas yang tersimpan di dalam amplop yang dibawanya sepanjang malam tadi. Alamat seorang yang dipercaya oleh Sufyan sebagai tempat berlindung bagi Daud, Padma, dan Mbok Ning.

613

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Espresso pesanannya sudah datang. Pramugari muda berparas cantik yang tadi dipanggil oleh Firman yang memberikannya, beserta dengan secarik kertas yang bertuliskan harga yang harus dibayarnya. Firman memberikan sejumlah uang, dan pramugari itu berlalu setelah mengucapkan terima kasih. Dia menyeruput kopinya yang masih panas itu. benaknya mencoba untuk mengingat-ingat alamat itu lagi. Dia sempat membacanya, walaupun cuma sekilas. Firman hampir merogoh sakunya untuk mengeluarkan ponsel dan menghubungi nomor Daud. Tapi dia menyadari di mana dia berada sekarang ini. Sabar. Sebentar lagi pesawat akan mendarat.

614

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Firman tetap mengeluarkan ponselnya. Bukan untuk menghubungi siapapun, tapi untuk mencatat rencana-rencana yang akan dilakukannya setelah mendarat nanti. Dan dalam rencananya itu, menghubungi nomor Daud ada pada urutan pertama.

615

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 33

Jauh di Bekasi, Mbok Ning sedang duduk di atas ranjang di kamar tidur tamu sebuah rumah. Sebuah rumah yang dia datangi begitu sampai di Stasiun Bekasi. Dia tiba di rumah tersebut pukul tiga dini hari tadi. Tidak lama setelah melewati celah di pintu pagar yang terbuka sebagian, Mbok Ning mengetuk pintu. Seorang wanita paruh baya yang tersenyumdan mencoba menyembunyikan rasa kantuk di wajahnyaterlihat berdiri di balik pintu yang dibuka dari dalam. Tuan rumahnya itu begitu baik. Mbok Ning dengan mudah mengetahuinya, bahkan sejak pertama dia melihatnya.

616

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Setelah mempersilahkannya masuk, wanita itu menutup pintu, lalu menguncinya. Kemudian, dia membimbing Mbok Ning menuju ke ruang tamu. Silahkan duduk dulu. Ujar sang Tuan Rumah. Oh, iya. Ibu mau minum apa? Mbok Ning merasa canggung. Bagi seorang yang menghabiskan hampir separuh usianya untuk melayani, dia tidak terbiasa mendapat pertanyaan semacam itu. Apa saja boleh, Bu, jawab Mbok Ning pada akhirnya. Sang Tuan Rumah tersenyum, dan meminta Mbok Ning untuk menunggu sebentar. Selang beberapa menit kemudian, wanita paruh baya itu kembali dengan membawa dua gelas berisi teh hangat di atas nampan. Ayo, Bu. Silahkan diminum. Maaf hanya teh.

617

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Tidak apa-apa. Terima kasih banyak. Oh, iya, wanita paruh baya itu duduk di bangku yang tidak jauh dari Mbok Ning, kita belum berkenalan. Saya Herlin. Dan Ibu? Mbok Ning menyambut tangan Sang Tuan Rumah dan menjabatnya. Dengan suara yang agak tertahan, dia menyebutkan namanya. Keluarga kami sangat dekat dengan Bapak Sufyan dan istri. Saya adalah teman satu kantor Bapak Sufyan. Saya bekerja untuknya di bagian Penelitian dan Pengembangan. Mbok Ning mendengarkan cerita dari tuan rumahnya itu, sambil menikmati teh yang masih mengepulkan uap panas. Aromanya membuat Mbok Ning merasa lebih tenang. Dan

618

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

sambutan dari tuan rumah membuatnya merasakan bahwa dia diterima. Apa Ibu tahu, ujar Mbok Ning, kenapa Pak Sufyan mengirim saya ke sini? Mengenai hal itu, saya tidak tahu. Baru kemarin sore Pak Sufyan menghubungi saya. Dia hanya memberi tahu kedatangan tiga anggota keluarganya di Yogyakarta ke sini, dini hari ini. Saya tidak menanyakannya lebih detail, karena keluarga Bapak dan Ibu Sufyan adalah juga keluarga saya. Yang saya heran, dari tiga orang yang diceritakan oleh Pak Sufyan, kenapa yang datang hanya Ibu Ning? Tiga orang? Mbok Ning bertanya dengan penuh keheranan, maksud Ibu Herlin?

619

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Iya. Pak Sufyan memberi tahu saya, mereka yang datang dari Yogyakarta itu adalah Ibu Ning, seorang bernama Daud, dan anak perempuannya yang bernama Padma. Mbok Ning tidak dapat menyembunyikan keheranan yang dirasakannya begitu mendengar jawaban Herlin. Ada apa di balik semua ini? Pelan tapi pasti, mulai terdengar kumandang adzan Subuh di luar sana. Begini saja, sebaiknya Ibu Ning beristirahat dulu. Besok, saya akan menghubungi Pak Sufyan dan memberitahunya perihal kedatangan Ibu. Mbok Ning masih duduk di atas ranjang. Matanya yang masih digelayuti oleh sisa-sisa rasa kantuk memandang ke jam dinding di tembok kamar yang di tempatinya. Pukul 07.47.

620

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Sejak bekerja untuk keluarga Sufyan, ini adalah hari pertamanya bangun sesiang ini. Dan banyak pekerjaan rumah yang akan terbengkalai. Tapi hari ini, Mbok Ning bahkan tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia keluar dari kamar dan ingin menuju ke kamar mandi. Pemilik rumah sedang menonton televisi, sendirian. Ah. Ibu Ning sudah bangun. Ayo, Bu, kita sarapan. Kamar mandinya di mana ya, Bu? Oh. Ya, tentu saja. Mari, saya antar. Mbok Ning berjalan di belakang Herlin dan mengikutinya. Herlin mengantarnya ke kamar mandi, yang letaknya tidak jauh dari ruang makan dan dapur. Ibu bisa pakai handuk ini, ujar Herlin sebelum Mbok Ning melangkah menuju kamar mandi.

621

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Mbok Ning mengangguk canggung. Dia masih merasa aneh dilayani seperti ini. Setelah mandi, Mbok Ning melangkah menuju ke ruang makan. Di sana, Herlin sudah menyiapkan menu sarapan bagi mereka berdua. Sambil sarapan, Herlin pun bercerita panjang lebar mengenai dirinya, keluarganya, dan kedekatannya dengan majikan Mbok Ning. Saya sama saja dengan Bapak Sufyan dan istri. Samasama ditinggal anak. Ketiga anak saya tinggal di luar kota. Anak pertama saya dari kecil tinggal bersama neneknya di Kebumen, dan hanya pulang ke rumah setahun sekali. Anak saya yang kedua perempuan, tinggal bersama suaminya di

622

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Lombok. Sedangkan anak ketiga saya, kuliah di Bandung dan kost di sana. Suami Ibu? Tanya Mbok Ning, spontan. Itulah yang membedakan saya dengan keluarga Bapak Sufyan. Suami saya sering dinas di luar kota, bekerja sebagai seorang trainer bagi karyawan baru di bank swasta. Yah, seperti inilah kehidupan saya sehari-hari. Mbok Ning mendengarkan cerita tuan rumahnya sambil menikmati sarapannya. Untungnya, lanjut Herlin lagi, pengabdian saya di kantor masih sepuluh tahun lagi. Entahlah, saya mungkin akan merasakan kesepian jika sudah pensiun nanti.

623

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Mbok Ning menyelesaikan suapan terakhirnya. Dia belum beranjak untuk merapikan piring. Herlin masih sibuk bercerita kepada dirinya. Oh, ya. Mungkin Ibu Ning bertanya-tanya, mengapa Ibu bisa datang ke sini, bukan? Iya, Bu Herlin. Mohon maaf, tapi saya sama sekali tidak tahu harus melakukan apa. Mungkin karena Ibu Ning tidak tahu kenapa ke sini. Bukan begitu? Mbok Ning hanya mengangguk pelan. Bapak Sufyan meminta saya untuk menceritakannya begitu Ibu, Daud, Padma tiba. Dan sekarang, berhubung hanya Ibu yang sampai ke sini, saya akan memberi tahu apa yang sebenarnya terjadi.

624

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Herlin pun mulai menerangkan latar belakang yang membuat Mbok Ning tiba di rumahnya. Mulai dari pengajuan perizinan pembebasan lahan yang diterima Sufyan dan kekhawatiran yang dirasakannya berkaitan dengan korporasi yang mengajukan perizinan tersebut. Atas sarannya, Sufyan pun menghubungi beberapa orang agen intelijen sewaan. Pak Sufyan adalah orang bersih. Dan usahanya untuk tetap bersih sepertinya sedang diuji sekarang. Maka itulah, dia melakukan berbagai antisipasi untuk mencegah agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi. Jadi, orang-orang yang menjemput saya itu suruhan Bapak? Iya, Ibu Ning. Pak Sufyan yang membayar mereka untuk menjamin keselamatan Ibu dan orang-orang dekat Pak

625

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Sufyan. Dan karena kita sekarang tidak tahu ke mana Padma dan Daud pergi, kita hanya bisa berharap, mudah-mudahan mereka berdua baik-baik saja. Bagaimana dengan Mas Jusuf? Herlin mencoba untuk membuat Mbok Ning yakin kalau anak sulung temannya itu baik-baik saja. Namun, entah mengapa, dia mulai merasakan kekhawatiran yang sama. Suara telepon rumah yang berdering di ruang tamu terdengar sampai ke ruang makan. Herlin pun bergegas untuk mengangkatnya, meninggalkan Mbok Ning duduk sendirian. Tidak lama setelah itu, terdengar suara Herlin yang memanggil Mbok Ning sambil berlari kembali ke ruang makan. Ibu Ning, ini ada telepon buat Ibu. Dari Padma.

626

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 34

Suseno melangkah ringan dari dapur, kembali ke ruang tempat dia dan kedua pengawalnya mengumpulkan ketiga sandera mereka. Sarapan sederhananya sudah selesai dan cukup untuk membungkam perut laparnya yang belum diisi sejak semalam. Di tangannya, dia menggenggam gagang mug besar berisi coklat panas. Misi yang menyenangkan, batinnya. Seperti sedang berlibur saja. Sebelum ini, Suseno sering menerima tugas untuk mengantarkan pelicin dari bosnya, Apsara, ke beberapa pejabat berwenang untuk memuluskan ekspansi perusahaan yang dipimpinnya. Walaupun ada beberapa orang yang bersikukuh

627

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

untuk tidak menerimanya, dengan sedikit penambahan nominal yang tertera di cek, mereka pun akhirnya berubah pikiran. Ada banyak sebutan bagi pelicin yang menjadi tugas Suseno. Suap, sogokan, gratifikasi. Walaupun sudah ada peraturan yang memberikan batasan mengenai hal tersebut, tapi perilaku memberi bingkisan dan hadiah dengan maksud-maksud tertentu itu baru mendapat perhatian publik sejak periode awal terbentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi. Suseno tahu dengan pasti akan hal itu, karena dia adalah seorang sarjana hukum. Dan mereka yang terbukti terlibat dalam pemberian dan penerimaan gratifikasi dalam bentuk apapun akan ditindak dengan tegas sesuai hukum yang diatur dalam UU No.31 tahun 1999 dan pasal 12 UU No.20 tahun 2001.

628

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Tidak masalah bagiku. Aku bayangan. Aku tidak tersentuh. Aku tidak terlihat. Sejak bekerja untuk Apsara, Suseno selalu melakukan apapun yang diminta oleh bosnya itu. Dia seperti menghilang dari penglihatan orang-orang. Dia melakukan berbagai kamuflase dan penyamaran. Bahkan, seingatnya, dia telah mengganti identitasnya sebanyak lima kali, untuk menghindar dari penyelidikan yang mengarah kepada dirinya. Dan Apsara akan memberikannya perlindungan, dan menyembunyikannya

sampai keadaan kembali aman. Tapi tugasnya kali ini berbeda dengan tugas-tugasnya selama tiga tahun belakangan ini. Suseno ditugaskan untuk melakukan apapun untuk membuat perizinan yang dibutuhkan

629

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

bosnya terbit. Walaupun itu menyertakan penyanderaan. Dan senjata. Tentu saja hanya dia dan Apsara yang mengetahui apa tugasnya yang sebenarnya. Keluarganya di rumah hanya mengetahui kalau anak mereka sekarang sudah menjadi orang penting yang memegang posisi penting dalam sebuah korporasi besar. Apa peduli mereka. Mereka bahkan tidak melihatku tumbuh besar. Suseno duduk di bangku yang ditempatinya sejak semalam, di balik sebuah meja kerja berbahan kayu yang besar, dan menatap alat anti sadap yang membisu di atasnya. Dia telah mengetahui fungsinya semalam, dan tergelitik untuk menggunakannya lagi kali ini.

630

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dia menghidupkan alat itu, dan menekan beberapa tombol. Setelah itu, dia menunggu selama beberapa detik sebelum sistem perangkat tersebut benar-benar siap digunakan. Lalu, dia mengeluarkan ponsel milik Sufyan dari saku kemeja, dan menghubungi nomor yang sama yang berada di deret pertama log panggilan. Dahinya berkerut saat mendengar suara operator yang menjawab panggilannya itu. Maaf, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar servis area. Dia mencobanya lagi. Dan lagi. Tapi jawaban yang didengarnya tetap sama. Dia mulai bertanya-tanya, di mana pemilik nomor itu sekarang.

631

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dia tahu, orang suruhan Sufyan itu diberi tugas untuk mengamankan anggota keluarga dekatnya di Boyolali dan di Yogyakarta sana. Dia pun tahu, mereka akan disembunyikan di suatu tempat sampai kondisi memungkinkan mereka untuk kembali melanjutkan hidup mereka. Yang dia tidak tahu, ke mana Sufyan mengirim mereka? Suseno ingin mengetahui perkembangan dari misi yang sedang dikerjakan oleh orang suruhan itu. Tapi dia selalu gagal, setelah berulang-ulang kali mencoba. Tidak apa-apa. Nanti akan kucoba lagi. Suseno melihat ketiga sanderanya yang sudah mulai bangun dari tidur mereka, dan beranjak mendekati Sufyan. Selamat pagi, Pak Sufyan. Bagaimana istirahatnya?

632

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Mulut Sufyan tidak bersuara, di balik bekapan tambang nilon yang masih melilitnya. Ah. Ibu Sufyan juga sudah bangun. Bagaimana tidurnya, nyenyak? Suara-suara yang tertahan terdengar dari mulut Julaikha. Matanya menyala, menatap Suseno dengan tajam. Ibu tidak seharusnya marah kepada saya, Suseno berkata dengan pelan dan sehalus mungkin, marahlah kepada suami Ibu sendiri. Dan sekarang, dia beralih ke Sufyan, mau anda tanda tangani surat yang saya bawa ini, atau tidak? Sufyan tidak menjawab. Dia balas menatap Suseno dengan tatapan yang menyiratkan kebencian.

633

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Saya tidak ingin berbuat seperti ini. Bapak yang mem buat saya melakukannya. Jadi, Bapak tidak bisa membenci saya seperti itu. Suseno menyingkap lengan kemeja kanannya dan melihat ke arah arloji yang tadi tertutup. Dia tahu, waktunya semakin sempit. Lalu, dengan tangannya, dia memberi isyarat kepada seorang pengawalnya agar mendekat. Bawa pembantu ini, baringkan di atas meja besar itu. Pengawalnya berdiri dan mendekat, kemudian menarik tubuh kurus Pak Har untuk mendirikannya. Sufyan tidak bergeming, karena dia tidak tahu rencana apa yang tersimpan dalam benak Suseno. Suseno melihat hal itu, dan kemudian meminta pengawalnya untuk menaruh Pak Har kembali di tempatnya.

634

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Suseno memiliki sebuah gagasan yang menurutnya akan menimbulkan reaksi dengan lebih efektif. Bawa perempuan ini saja. Tepat dugaan Suseno. Karena di saat yang sama, Sufyan mulai meronta-ronta untuk melepaskan diri dan mencegah tindakan apapun yang direncanakannya. Julaikha tidak mampu menebak rencana apa yang sedang disiapkan oleh orang yang menyanderanya di rumahnya sendiri. Dia berusaha untuk mempersulit orang yang ingin membawanya dengan menggerak-gerakkan tubuhnya dengan liar. Tapi tenaga orang yang menariknya dan membawanya untuk dibaringkan di atas meja kerja suaminya lebih besar, dan membuat gerakan tubuhnya menjadi tidak berarti.

635

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Baringkan dia di sini, perintah Suseno sambil menyingkirkan barang-barang yang bertebaran di atas meja dan mengumpulkannya di sisi terjauh. Bapak Sufyan, Suseno berjalan di sekitar meja sambil menatap ke arah Sufyan, seberapa besar pengetahuan Bapak mengenai tradisi budaya dunia? Sufyan jelas tidak mengetahui ke mana arah tujuan pembicaraan orang asing itu. Baiklah. Kalau begitu, saya akan memberikan Bapak sedikit wawasan. Suseno merogoh saku celana pantalonnya, dan mengeluarkan sebuah benda dari logam berbentuk oval yang dibawabawanya sejak tadi.

636

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dia menatap benda yang berada dalam genggamannya itu sejenak. Jarinya menelusuri alur pola garis di permukaannya. Benda tersebut adalah pemberian Apsara sepulangnya dari Belanda tahun lalu. Sebuah pemotong cerutu Edelstahl berbahan stainless steel dengan pola garis yang dibuat menggunakan laser. Suseno belum pernah menggunakannya. Saat ini, dia tergoda untuk mulai mengetahui kegunaan lain dari benda tersebut. Sufyan masih belum menyadari benda apa yang sedang dipegang oleh pria yang berdiri di sebelah istrinya itu. Namun saat jari-jari Suseno mulai memainkan lubang pengait di kedua sisi benda itu, Sufyan mulai mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh orang tersebut. dia pun meronta-meronta, sebisa

637

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

mungkin mencoba untuk melepaskan diri dari jeratan tambang nilon yang mengikat tangan, kaki, dan mulutnya. Bapak Sufyan, Suseno berhenti melangkah dan menatap ke arah Sufyan, saya minta Bapak untuk tenang. Saya ingin menyampaikan materi pembelajaran. Suseno mengulurkan tangannya dan menelusuri ikatanikatan tambang pada pangkal lengan Julaikha yang ditekuk ke belakang. Julaikha meronta-ronta lagi, dan memaksa Suseno meraih senjata yang diletakkannya di atas meja dan membenturkannya ke kepala wanita itu. Rontaan itu pun berhenti. Bapak tahu, dari mana asal kata suami dalam bahasa kita? Ah. Percuma saya bertanya. Suami berakar dari bahasa Sansekerta, yaitu swami. Dan di India sana, swami berarti Guru, atau Tuhan.

638

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Suseno memegang jari-jari Julaikha yang mengepal dan meluruskannya satu persatu. Sambil melakukan ini, dia kembali melanjutkan uraiannya. Setiap istri adalah abdi dari suaminya. Seorang hamba. Apapun perintah seorang suami, wajib dilaksanakan olehnya, tanpa protes dan mengeluh. Bahkan apabila secara harfiah suaminya itu menyuruhnya untuk melompat ke dalam jurang sekalipun. Di India, hal-hal semacam ini diatur dalam sebuah kitab bernama Dharmashastra. Sufyan mulai meronta-ronta lagi. Pikirannya mulai berkelebatan dengan liar, bercampur dengan rasa takut dan amarah yang memompa darahnya mengalir lebih cepat. Tidak hanya di India, peraturan mengenai ketaatan seorang istri terhadap suaminya adalah hal penting yang juga

639

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

diajarkan di seluruh kebudayaan dunia, baik secara lisan maupun tulisan. Termasuk Indonesia. Ketaatan ini berlaku seumur hidup, bahkan saat suami meninggal. Dan beberapa budaya menerapkan aturan yang berbeda-beda dalam mengatur berkabungnya seorang istri yang ditinggal mati suaminya. Suseno berhenti berbicara. Melihat Sufyan yang terus meronta seperti itu membuatnya kehilangan kesabaran. Dia menyerahkan stun gun miliknya kepada seorang pengawalnya, yang kemudian menyetrum bahu kanan tawanannya itu. Sufyan pun tersungkur dan berbaring dalam posisi miring yang aneh. Matanya menatap Suseno yang terlihat berdiri menjulang di hadapannya. Nah, sekarang biarkan saya meneruskan. Seorang wanita yang ditinggal mati oleh suaminya, harus melakukan

640

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

ritual-ritual tertentu sebagai pertanda keberkabungannya. Tradisi. Di India kita mengenal Sati. Bakar diri. Sementara di suku Dani, wanita memotong jarinya, atau bahkan cuping telinganya sebagai wujud duka cita yang mendalam. Suseno memainkan pemotong cerutunya. Dia berdiri persis di sebelah Julaikha yang tidak sadarkan diri. Itu sedikit penuturan saya tentang kesetiaan seorang istri terhadap suaminya, dia menarik pengait jari pemotong cerutunya, dan bilah pisau yang belum pernah memotong apapun itu membuka lebar, membentuk celah bulat seukuran cerutu. Dan hari ini, mari kita lihat kebalikannya. Apakah seorang suami juga memiliki rasa ketaatan yang sama? Tubuh Sufyan mengejang hebat. Matanya membelalak lebar. Dia berusaha untuk mencegah Suseno. Tapi dia tidak

641

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

bergerak ke mana pun, bahkan untuk membenahi posisi duduknya saja dia tidak mampu. Baiklah. Saya akan memulai mempraktekkan prosesi Ikipalin di depan mata Bapak, Suseno meraih satu jari paling kecil di tangan kanan Julaikha, dan menyelipkannnya ke dalam celah bulat pemotong cerutunya. dimulai dari kelingking.

642

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 35

Padma duduk sendirian di ruang tamu, sibuk dengan pikirannya yang merantau ke sana kemari. Sementara Daud, Firdaus, dan Bripda Imamyang akhirnya mencoba untuk menjadi perokok untuk menghilangkan kekalutannyamerokok di teras sambil berbincang lepas. Adi yang tidak merokok ikut duduk dan berbincang juga bersama mereka, di Minggu pagi yang mendung itu. Setelah sarapan tadi, Padma memutuskan untuk menghubungi pemilik rumah yang alamatnya tertulis pada secarik kertas di dalam amplop yang dibawa oleh Inspektur Firman itu. Dia masih menyimpan nomor telepon rumah tersebut di ponselnya, dan ingin memastikan keberadaan Mbok Ning.

643

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Tidak lama setelah nada sambung berbunyi, Padma mendengar suara Herlin yang khas menjawab panggilannya. Sepertinya Herlin tahu maksud Padma menghubunginya, karena setelah itu dia memanggil nama Mbok Ning. Lewat perbincangannya via telepon itu, Padma bersyukur Mbok Ning baik-baik saja. Begitu juga dengan wanita itu. Dia menuturkan kerisauannya, juga cerita yang disampaikan Herlin kepadanya. Kenapa melamun begitu? Mbok Ning baik-baik saja, bukan? Suara Daud mengembalikan Padma dari lamunannya. Tangannya membelai lembut pundak Padma. Dia menoleh, dan tersenyum kepada teman kakaknya yang sudah berdiri di sisinya itu.

644

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Iya. Mbok Ning baik-baik saja. Ibu Herlin berjanji untuk menjaganya dengan baik, sampai masalah ini selesai. Dia juga telah menghubungi suaminya agar mengambil cuti beberapa hari. Lalu, yang membuatmu melamun tadi, apa? Padma mengangkat bahunya, entahlah. Aku khawatir dengan keadaan Ayah dan Ibu. Juga Mas Jusuf. Intuisi wanita, mungkin? Doakan saja agar mereka selalu dalam keadaan baik. Setiap detik, Mas. Setiap detik. Daud merasakan adanya kesungguhan dalam kata-kata Padma. Dia kemudian duduk di sisi bangku panjang yang persis berada di sebelah Padma. Mbak Dini ke mana?

645

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Masih di dapur, Mas. Aku ingin membantunya, tapi Mbak Dini menolak. Dia bilang, aku istirahat saja. Jika itu bisa membuatmu lebih tenang. Tapi aku tidak bisa, Mas. Aku belum dapat merasa tenang, jika belum mengetahui kabar dari Ayah, Ibu, dan Mas Jusuf. Daud melihat air mata mulai mengembang di kedua pelupuk mata Padma. Setetes air mata pun jatuh. Daud memeluknya. Padma pun menangis. Padma, bisik Daud sambil berusaha untuk menenangkan Padma, Pak Firman sedang menuju ke rumah kamu untuk memastikan keadaan dan mengamankan ayah juga ibumu.

646

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Padma tidak menjawab. Suara sesenggukannya tidak berarti apapun kecuali tangisnya yang semakin menjadi. Sudah, ya? Kamu harus tenang. Aku tahu, kamu kuat. Firdaus muncul di pintu masuk untuk melihat siapa yang menangis. Daud menoleh ke arahnya, dan memberi isyarat yang memastikan Padma baik-baik saja. Firdaus tersenyum, dan kembali ke teras. Mengenai Jusuf, Daud melanjutkan, aku tahu, dia pasti bisa melakukan sesuatu jika merasa dirinya terancam. Padma masih larut dalam kesedihan yang telah ditahannya sepanjang malam. dia memutuskan untuk tidak bicara, dan membiarkan dirinya menangis dalam pelukan Daud. Bripda Imam juga telah meminta bantuan kepada temannya di Markas Komando Brimob untuk melakukan

647

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

penyelidikan. Semoga apa yang diusahakannya itu membuahkan hasil seperti yang kita semua harapkan. Daud membelai rambut panjang Padma, berusaha untuk membuatnya merasa lebih tenang. Setelah beberapa menit, tangis Padma mulai mereda. Dia bangun dari pelukan Daud, dan mengelap air matanya menggunakan tangan. Daud memberikan sapu tangannya. Ini, pakai. Jangan seperti anak kecil, mengelap air mata dengan tangan. Padma berusaha untuk tersenyum, walau senyumnya masih terlihat kaku. Dia pun meraih sapu tangan Daud dan mengelap air mata yang membasahi wajahnya.

648

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Padma, Firdaus muncul di pintu rumah dan berjalan menghampiri keponakannya, Inspektur Firman sudah sampai di Soekarno-Hatta. Dia menelepon Bripda Imam barusan. Padma terlihat tertarik. Lalu? Dia sedang menuju ke rumahmu bersama temannya sekarang. Dia juga menanyakan alamat yang tertera di kertas yang berada dalam amplop bersama dengan tiket kereta. Bila dia menelepon lagi, ujar Padma kemudian, katakan saja, Mbok Ning dalam keadaan baik dan aman. Firdaus kelihatan ingin melanjutkan omongan, namun dia membatalkannya. Dia mengangkat bahunya dan memutuskan untuk kembali ke teras rumah. Melihat Padma yang sudah mulai tenang, Daud berkata, kamu pernah mendengarkan lagu Jnsi berjudul Go Do?

649

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Pernah. Memang kenapa, Mas? Tahu apa lirik terakhir bagian refrainnya? You should always know that we can do anything? Yap. Betul sekali. Karena itu, jangan menangis lagi, ya? Maunya juga begitu, Mas. Tapi bagaimanapun, aku itu perempuan. Daud tersenyum. Begitu juga dengan Padma. Kalau begitu, aku tinggal dulu, ya? ujar Daud yang sudah beranjak dari duduknya. Mas Daud mau ke mana? Sebentar lagi jadwalnya pemuda untuk latihan keterampilan. Aku ingin memberi tahu mereka, mulai hari ini pelatihan diliburkan sampai waktu yang belum ditentukan.

650

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Padma menganggukkan kepalanya, membiarkan Daud melangkah keluar menuju ke teras, dan menghilang dari tatapannya. Di luar, awan tidak sanggup lagi menahan kandungan air yang semakin berat. Dan jatuhlah air itu setetes demi setetes, kemudian menjadi gerimis. Dan gerimis pun menjadi hujan yang deras.

651

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 36 Mobil SUV yang membawa Jusuf, Apsara, dan kedua pengawalnya memasuki sebuah gerbang kayu sederhana dan berhenti di area pelataran yang kosong dari sebuah rumah peristirahatan bergaya Belanda. Di luar, terdengar sayup-sayup kumandang adzan Zuhur. Jusuf membuka pintu dan keluar dari mobil. Segera, semilir angin pegunungan yang bertiup dari lereng Gunung Sindoro dan Sumbing membuatnya menggigil. Dengan segala persiapannya, dia kembali melupakan satu hal. Jusuf tidak membawa jaketnya. Pengawal Apsara turun dan membukakan pintu di sisi kanan untuk bosnya. Setelah Apsara turun, pintu kembali ditutup, dan si pengawal itu kembali naik ke mobil. Kemudian,

652

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

mobil itu berjalan pelan menuju ke garasi terbuka yang ada tepat di sisi kanan rumah peristirahatan itu. Ayo, ujar Apsara sambil melambaikan tangannya ke arah Jusuf, sebaiknya kita masuk ke dalam. Awan mendung memang mulai bergulung-gulung di atas mereka, dan angin yang bertiup terasa lebih basah. Jusuf segera mengikuti langkah Apsara yang berjalan di depannya. Rumah peristirahatan tersebut adalah sebuah rumah bergaya Belanda yang dibeli oleh kakek buyut Apsara dari seorang saudagar tembakau asli Belanda. Tadinya, bangunan ini digunakan sebagai kantor administrasi perkebunan keluarga. Namun sejak ekspansi Apsara mulai berkembang dan mengalihkan minat keluarganya ke kelapa sawit di awal sembilan puluhan, keluarga besar Apsara menjadikan rumah ini

653

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

sebagai tempat berkumpul atau tempat mengasingkan diri dari kepenatan ibu kota. Berada pada ketinggian seribu meter di atas permukaan laut dan termasuk daerah lereng Gunung Sindoro, rumah peristirahatan ini menawarkan pemandangan yang memukau. Bila menghadap ke arah barat, lanskap Kabupaten Wonosobo jelas terlihat di sebelah kanan. Sementara Dataran Tinggi Dieng terlihat di kejauhan, diselingi kabut yang berarak lewat. Jusuf membayangkan suasana saat senja nanti, dan merasa beruntung karena telah membawa kameranya bersamanya hari ini. Apsara mengantarkannya sampai ke pintu dari sebuah kamar, membukakannya, dan mempersilahkan Jusuf untuk masuk ke dalam. Kemudian, dia menutup pintunya dan meninggalkan Jusuf sendirian di kamar itu.

654

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Jusuf memanfaatkan waktu yang senggang itu untuk meletakkan tasnya di atas sebuah meja, dan melangkah menuju ke kamar mandi yang ada di dalam kamar itu. Dia ingin mengambil wudhu dan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang Muslim. Menjadi seorang Muslim adalah keputusan Jusuf. Tidak ada paksaan dari pihak luar yang mengharuskannya untuk memeluk agama Islam. Dia telah memilih jalannya sejak orang tuanya mengkhitankan dirinya. Dan keputusannya semakin diperkuat dengan pengalamannya berkuliah di negeri yang kelompok Muslimnya adalah minoritas seperti Italia. Hidup di Verona, bagi Jusuf, adalah kesempatan yang langka dan belum tentu akan terulang kembali. Walaupun hanya menjalaninya selama dua tahun, dia mendapatkan begitu

655

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

banyak hal yang membuatnya semakin mensyukuri latar belakang yang membuatnya mengenal agama Islam. Sebagaimana manusia pada umumnya, agama adalah sesuatu yang diwariskan dari keluarga, terutama dari orang tua. Begitu pun Jusuf, yang pertama kali mengenal Tuhan dengan nama Allah. Dari Sekolah Dasar sampai SMA, ayahnya menyekolahkannya di Islamic Village, Karawaci. Didikan Islam yang kental diterima Jusuf sepanjang hari selama menuntut ilmu di sana. Tapi kemudian, sebuah langkah yang revolusioner membuatnya memutuskan untuk melewati garis batas dari zona nyaman keimanannya. Saat itu dia duduk di kelas tiga SMA, dan mendengarkan kisah guru Agama Islamnya tentang sejarah turunnya wahyu pertama dari Al Quran. Nalurinya kemudian

656

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

terusik oleh kenyataan bahwa orang pertama yang mengenali apa yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW di Gua Hira sebagai Namusdan mengenalinya sebagai seorang utusan Allah adalah seorang Nasrani bernama Waraqah bin Naufal. Mengapa harus seorang Nasrani yang mengenali kenabian Muhammad? Dia menanyakan hal ini kepada guru mengajinya. Namun jawabannya mengenai takdir yang sudah digariskan oleh Allah atas perjalanan hidup Rasulullah kurang memuaskan. Jusuf mengambil inisiatif untuk mempelajarinya langsung dari sumbernya. Kitab Nasrani itu sendiri. Tapi Jusuf tidak memulai pencarian jawabannya saat itu juga. Dia memilih untuk menunggu, sambil mempersiapkan dirinya.

657

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Di tahun terakhirnya bersekolahdi sela-sela jadwal pelajarannya yang padatJusuf mengambil kursus bahasa asing sesuai dengan kebutuhannya. Dia pun berubah menjadi anak yang rajin mengunjungi perpustakaan dan toko bukudua tempat yang asing baginyauntuk mencari bahan bacaan dan referensi yang tepat. Kedua orang tuanyadengan latar belakang akademis yang kentaltentu saja menyambut baik perubahannya itu. Sampai di suatu ketika, hanya beberapa hari setelah pengumuman kelulusan SMA, Jusuf meminta persetujuan kedua orang tuanya untuk melanjutkan pendidikannya di Italia. Dan saat orang tuanya bertanya mengenai jurusan apa yang akan diambilnya, Jusuf hanya menjawabnya dengan satu kata saja. Filsafat.

658

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Sebenarnya bukan ilmu itu yang ingin dipelajarinya. Jusuf ingin bersentuhan langsung dengan corak agama yang berbeda dari latar belakangnya sebelumnya. Dan dia melihat Italia sebagai tempat yang tepat untuk mendapatkan jawabannya itu. Di negeri yang mayoritas penduduknya beragama Katolik ini, Jusuf merasakan bagaimana hidup menjadi seorang kaum minoritas. Tapi hal itu justru membuatnya semakin taat beribadah. Dia semakin sering mengikuti kajian-kajian keagamaan yang anggotanya terdiri dari para imigran Timur Tengah dan Afrika Utara. Di samping itu, dia mendaftarkan dirinya ke dalam kelompok diskusi lintas agama di kampusnya. Dan karena pelajaran-pelajarannya di kampus sering kali mengutip ayat-ayat yang terdapat dalam Alkitab, maka Jusuf

659

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

pun menjadi semakin terbiasa membacanya. Di samping itu, karena memang inilah yang dia inginkan. Bukan berarti dengan apa yang dilakukannya itu menjadikan Jusuf seorang yang berpikiran bebas atau menyamaratakan agama-agama di dunia. Dia hanya ingin mencari tahu, apa jawaban atas pertanyaannya sewaktu di sekolah dulu itu. Dan agaknya, Jusuf memang menemukan jawabannya di atas lembaran-lembaran buku yang pernah dibacanya. Di balik penuturan para tokoh besar dari setiap zaman, Jusuf memandang satu benang merah yang menghubungkan mereka semua. Cara mengagungkan dan mengesakan Tuhan. Dari pertama manusia turun ke bumi, Allah selalu menurunkan hukum yang relevan dengan pola pikir dan kebudayaan manusia di setiap zamannya, agar manusia mengerti mengapa

660

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

mereka diciptakan dan tidak melenceng dari arah yang sudah ditetapkan. Dia Yang Maha Tinggi menurunkan peraturan dan hukum-Nya melalui utusan yang khusus dan dipilih-Nya sendiri. Dan setiap utusan menerima hukum yang harus disampaikannya kepada manusia itu melalui Malaikat Jibril. Apa yang dialami oleh Rasulullah dikatakan oleh Waraqah seperti apa yang dialami Musa. Dan selain pengalaman Jusuf dengan Surah Al Baqarah ayat keempat, penuturan saudara Khadijah itu juga yang mendorongnya untuk mempelajari apa yang disebut oleh Al Quran sebagai Kitabkitab sebelumnya. Di sana, Jusuf menemukan, walaupun terdapat perbedaan mengenai aqidah, juga ritual peribadahan, tetapi yang mereka tuju sama adanya. Dia melihatnya terangkum dalam satu ungkapan Latin. Laus Deo. Terpujilah Tuhan.

661

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Selain masalah Ketuhanan dan pola pikir manusia, Jusuf juga menemukan satu titik yang membuatnya memandang alam di sekitarnya dengan penuh penghormatan. Titik itu adalah sebuah buku seorang filosof Skotlandia bernama David Hume, yang berjudul The Natural History of Religion. Dia membaca, bagaimana manusia pada zaman dulu melihat alam sebagai lembaga representatif dari sesuatu yang melindungi dan mengawasi mereka, yang memberikan apa yang mereka minta dan yang mengabulkan harapan mereka. Dan mulai saat itulah, dia melibatkan dirinya ke dalam area yang lebih luas lagi. Dia memutuskan untuk mengabdikan dirinya kepada pelestarian alam dan kemanusiaan. Apa yang Jusuf lakukan di Kandang Ndhoro adalah salah satu usahanya untuk memberikan pengertian betapa pentingnya

662

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

menjaga alam dan bumi agar tetap lestari. Bersamaan dengan usahanya untuk memberikan pengertian tersebut kepada generasi penerus, membekali mereka dengan keterampilan-keterampilan untuk mendaur ulang sesuatu agar dapat mengurangi kerusakan yang telah terjadi. Sementara usaha Jusuf lainnya dalam memberikan pengertian tersebut kepada masyarakat, adalah dengan menulis. Daud yang menularinya untuk berkarya lewat tulisan. Walaupun Jusuf telah mulai menulis sejak dia masih kecil sebagai pelariannya dari rasa bersalah dan rasa takut yang menghantuinyadia menemukan adanya ketertarikan lain dari aktivitas tersebut. Dia dapat mempublikasikannya, dan menyampaikan pikiran-pikirannya kepada banyak orang tanpa harus menemui mereka secara langsung.

663

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dan harapan Jusuf adalah, dia ingin orang banyak memandang lingkungannya seperti Siahlfigur terkemuka dari suku Indian Duwamish yang kemudian dikenal dengan sebutan Chief Seattleyang menyadari posisinya, dan mengatakan bahwa kita tidak mewarisi bumi dari pendahulu kita; kita meminjamnya dari anak keturunan kita. Jusuf telah menyelesaikan shalatnya, tepat di saat pintu kamarnya diketuk dari luar. Dia melipat sarungnyayang dijadikannya sebagai alas shalatdan memasukkannya kembali ke dalam tas. Ketukan di pintu kembali terdengar. Jusuf bergegas menuju ke pintu kamar yang tertutup dan membukanya. Ternyata Apsara. Ada apa, Pak Apsara?

664

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Kamu lapar? Belum terlalu, Pak. Bagaimana kalau kita lanjutkan perbincangan kita di ruang tengah saja? Kebetulan, pengurus rumah ini sudah menyiapkan ubi madu kukus dan teh panas. Kedengarannya enak, ujar Jusuf sambil tersenyum, Bapak menunggu saya di sana saja. Saya ingin menyiapkan alat perekam saya dulu. Oke, kalau begitu. Jawab Apsara sambil berlalu menuju ke ruang tengah. Jusuf kembali ke dalam kamar dan membuka tasnya, lalu mengambil alat perekam digitalnya, juga buku catatan berisi data pendukung yang membantunya dalam menyusun pertanyaan. Setelah itu, dia melangkah menuju ke ruang tengah.

665

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Sesuai omongan Apsara, di atas meja sudah terhidang satu piring berisi ubi madu kukus yang merekah dan mengepulkan asap. Di sebelahnya, satu poci teh beserta satu cangkir yang tersisa menyambut kedatangan Jusuf. Apsara sudah duduk di sana, tangannya memegang gagang cangkir yang terbuat dari tanah liat itu. Dia mempersilahkan Jusuf untuk duduk. Silahkan. Tuang saja tehnya, jangan sungkan. Jusuf tersenyum, lalu meraih cangkir dan mengisinya dengan air teh yang masih panas itu. Setelah itu, dia menyalakan alat perekamnya. Bisa kita mulai, Pak Apsara? Oh, ya. Tentu. Tentu saja.

666

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Jusuf berdeham sebentar. Benaknya mulai menyusun pertanyaan yang terkait dengan data yang sedang dibacanya dalam hati. Dia ingin membuka bahasan mengenai komponen hukum dan kebijakan pemerintah dalam melindungi kawasan hutan negara, kaitannya dengan perusahaan pengelola, dan kerusakan yang ditimbulkannya. Pak Apsara, akhirnya Jusuf buka suara, berdasarkan data yang saya miliki, baru 11.8% dari luas kawasan hutan Indonesia yang dikukuhkan dan diterima oleh banyak pihak, sedangkan 88.2% masih menjadi sumber konflik perebutan lahan atau belum disetujui secara hukum mengenai batasbatasnya. Apa pendapat Bapak mengenai hal ini? Apa memang begitu? Apsara balik bertanya.

667

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Tentu, jawab Jusuf cepat, sambil memutar-mutar gelang karet berwarna merah dan hitam di lengan kanannya, data ini saya dapatkan dari sumber-sumber yang terpercaya. Kalau begitu, saya akan menjawabnya di luar kapasitas saya sebagai pemegang konsesi penggunaan hutan. Tidak masalah. Oke. Seperti yang kita ketahui, banyak dari wilayah hutan Indonesia yang merupakan hutan adat. Dan hutan-hutan adat ini secara hukum konstitusi sangat lemah kekuatannya. Mengapa? Karena tidak adanya dokumen yang diterbitkan pemerintah yang sah sebagai penguat kepemilikan areal tersebut. Maksud Bapak?

668

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Klaim berdasarkan riwayat turun-temurun itu nyatanya banyak yang tidak disertai sertifikat atau dokumen tanah. Inilah yang menjadi akar permasalahan antara pemerintah, masyarakat adat, dan perusahaan pemegang konsesi HPH dan HTI, maupun HGU. Bisa Bapak jelaskan? Begini, ujar Apsara setelah meletakkan cangkirnya di atas meja, sekali waktu saya pernah mengalaminya. Masyarakat adat yang mengklaim tanahnya termasuk dalam lahan yang akan saya gunakan untuk membuat perkebunan sawit. Di dalam dua puluh ribu hektar lahan di wilayah Kabupaten Batang Hari yang saya dapat melalui Hak Guna Usaha terbitan pemerintah yang dikuatkan oleh SK Gubernur Jambi tahun 1985 dan juga SK Mendagri tahun 1986, ada tuntutan klaim

669

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

lahan seluas 3,550 hektar di Desa Bungku, Kecamatan Bajubang, di wilayah kabupaten yang sama. Pengaju tuntutan tersebut menamakan diri mereka sebagai Masyarakat Suku Anak Dalam Kelompok 113. Kemudian, apa yang terjadi? Yah, mereka mengklaim bahwa tanah dan perkampungan mereka harus dibebaskan. Di dalam tuntutan mereka ada tiga wilayah dusun, yaitu Tanah Menang, Pinang Tinggi, dan Padang Salak. Apakah Bapak tidak melakukan semacam survey lapangan sebelum mulai mengelola dan memanfaatkan HGU? Itulah. Sebelumnya, saya sudah membaca dalam dokumen izin prinsip perusahaan, dan memang ada kewajiban hukum untuk melepaskan area pemukiman, perladangan, dan

670

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

semak belukar milik masyarakat, yang kemudian disebut tanah adat Suku Anak Dalam di tiga dusun tersebut. Dalam rapatrapat direksi, kewajiban-kewajiban itu pun dibacakan. Kami semua para stakeholder mengetahuinya dengan jelas. Dan kenapa bisa timbul permasalahan? Analisis saya perihal hukum tidak begitu bagus. SAD 113 mendasarkan klaim mereka kepada fakta sejarah. Di zaman Kolonial, kata mereka, pernah dibuat sebuah Surat Keputusan yang mengakui keberadaan wilayah adat mereka. Kedua surat itu bertanggal 20 November dan 20 Desember 1940. Di samping kedua surat tersebut, terdapat juga dua surat terbitan Resident Palembang No.233 tanggal 25 Oktober 1927 dan No.211 tanggal 4 September 1930. Selain itu, ada juga

671

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

surat-surat pendukung lainnya yang ditulis tangan di bawah kop berlambang Garuda bertahun 1977 dan 1978. Mereka bisa menyebutkannya karena memang buktibukti sejarah itu ada, bukan begitu Bapak Apsara? Saya tidak tahu. Tim pengacara saya yang mewakili untuk bertemu dengan mereka. Dan akhirnya, setelah pembahasan panjang yang dimediasi oleh Komnas-HAM antara kami, pemerintah Jambi, dengan SAD 113, akhirnya disepakati pengukuran wilayah enclaving dan pembuatan batas berupa parit gajah yang mengelilingi area tanah adat mereka. Dan masalah selesai? Saya pikir begitu. Para petugas lapangan tahu apa yang mereka kerjakan, dan saya serahkan semuanya kepada mereka.

672

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bagaimana jika belum ada perubahan? Bagaimana jika kesepakatan antara perusahaan Bapak dan masyarakat adat belum dipraktekkan oleh para pekerja Bapak? Apsara mengernyitkan dahinya, merasa bingung harus menjawab apa. Dia lalu berdiri dan berjalan menuju ke tungku perapian untuk menyalakannya. Saya belum berkunjung ke sana lagi sejak dua bulan lalu. Dan mungkin setelah ini, saya akan terbang ke sana dan meninjau ke lokasi. Oke. Saya menganggapnya sebagai sebuah janji, ujar Jusuf. Udara di sini membuat ubi kukus cepat dingin. Apsara mencoba mencairkan suasana. Dia menyulut cairan spritus yang disiramnya ke potongan kayu yang tertumpuk tak ber-

673

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

aturan itu dengan secarik kertas yang dibakarnya. Ayo, dimakan. Selagi masih hangat. Jusuf hanya mengiyakan tawaran Apsara dengan anggukan kepala. Tangannya sibuk membolak-balikkan lembarlembar buku catatannya. Boleh saya melanjutkan pertanyaan saya? Tentu saja, jawab Apsara yang sudah duduk kembali di sofanya, silahkan. Pada umumnya, hak adat atas hutan itu ada tiga jenis: Hak atas pohon-pohon tertentu, baik yang dipelihara maupun yang tumbuh liar dan hak atas sumber daya hutan lain (misalnya, binatang buruan dan ikan); hak untuk menggunakan tanah satu kali atau tanah yang sekarang digunakan untuk perladangan tebang dan bakar dan dibiarkan tidak ditanami untuk

674

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

jangka panjang; dan hak guna bersama-sama atas tanah yang dianggap sebagai tempat lahir dan milik suatu kelompok atau masyarakat tertentu.50 Menurut pengamatan Bapak selaku pemegang konsesi, bagaimana negara melindungi hak-hak adat ini? Dalam Undang-Undang Pokok Kehutanan, hak adat itu lemah dan tidak tetap di bawah perundang-undangan nasional. Undang-Undang Pokok Kehutanan hanya mengatur bahwa Berlakunya hak adat, entah secara perorangan atau bersamasama untuk menggunakan secara langsung atau tidak langsung sumber daya kehutanan... tidak boleh dibiarkan mengganggu pelaksanaan tujuan-tujuan Undang-Undang ini. Suatu petun-

50

Charles Victor Barber, Nels C. Johnson, Emmy Hafild (1999), Breaking the Logjam: Obstacles to Forest Policy Reform in Indonesia and the United States (terj.), alih bahasa Yayasan Obor Indonesia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, hal.33.

675

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

juk pelaksanaan pada tahun 1970 lebih jauh merinci hak adat di kawasan konsesi HPH, yaitu dengan mengatur hak masyarakat adat untuk memanen produk-produk hutan, agar tidak menganggu produksi hutan. Kemudian, pelaksanaan ketentuan di atas itu harus berada di bawah pengawasan Dinas Kehutanan. Lalu, demi kepentingan keamanan umum, hak adat untuk memanen produk hutan di suatu wilayah tertentu harus dibekukan sementara kegiatan-kegiatan produksi hutan sedang berlangsung.51 Namun, di dalam UU Pokok Agraria tahun 1960, terdapat pengakuan atas hak hukum adat sebagai landasan undang-undang tanah nasional.

51

Ibid, hal.34.

676

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Ya. Tetapi, terdapat setidaknya tiga faktor yang membuat undang-undang ini pada umumnya tidak relevan untuk lahan-lahan yang diklasifikasi sebagai kawasan hutan menurut Undang-Undang Pokok Kehutanan 1967. Bisa dijelaskan? Pertama, sedikit masyarakat pedesaan yang memahami perundang-undangan nasional serta prosedur hukum. Studi Moniaga yang dilakukan pada tahun 1991, di sebuah desa Kalimantan Tengah misalnya, menemukan bahwa 87% penduduk belum pernah mendengar tentang Undang-Undang Pokok Agraria, dan hak adat jarang dicatatkan menurut ketentuan-ketentuan perundang-undangan tadi di wilayah-wilayah hutan pedesaan. Kedua, tepat seperti Undang-Undang Pokok Kehutanan tahun 1967, Hukum Agraria mencatat bahwa hu-

677

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

kum adat berlaku pada tanah, air dan udara sepanjang hukum tersebut tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan kepentingan negara.52 Inilah yang memicu kontradiksi dan polemik. Seperti yang Bapak Apsara ketahui, ada berbagai subdivisi dari budaya korupsi di tanah air. Salah satunya adalah korupsi dalam sektor kehutanan. Bisa Bapak jelaskan? Sebelum saya menjawab, mungkin kamu mau berbagi dengan membacakan catatanmu itu? Kalau itu keinginan Bapak. Bacakan saja, sementara saya memanggil pengawal saya.

52

Ibid, hal.34-35.

678

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Jusuf membacakan catatannya, hasil penilaian resiko korupsi dalam sektor kehutanan yang dilakukan oleh KPK tahun 2010 menemukan sejumlah celah mengapa kebijakan hukum pada tingkat nasional maupun lokal yang sangat rentan disalahgunakan. Pertama, definisi hutan dan batas kawasan hutan yang terdapat di dalam beberapa peraturan sangat lemah dan mengandung unsur ketidakpastian. Terutama yang diatur di dalam UU No 41/1999 tentang Kehutanan, Peraturan Pemerintah No 44/2004 tentang Perencanaan Kehutanan, Peraturan Menteri Kehutanan tentang Standar dan Kriteria Satu Daerah Disebut Kawasan Hutan, dan Peraturan Menteri Kehutanan No 50/2009 tentang Status dan fungsi Kawasan Hutan. Kedua, belum satu-kesatuan peta kawasan hutan yang disepakati bersama oleh lembaga-lembaga pemerintah yang memegang otoritas

679

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup maupun pemangku kepentingan lainnya termasuk masyarakat adat dan lokal. Hal ini mengakibatkan tidak adanya rujukan yang sama bagi semua pihak ketika memberikan izin maupun dalam menyelesaian sengketa.53 Dan celah ketiga yang ditemukan KPK? tanya Apsara memotong bacaan Jusuf. Celah ketiga, ada ketidakharmonisan atau tumpang tindih satu aturan dengan aturan lain, disamping timbulnya ketidakpastian antara hak-hak masyarakat dan investasi. Sedangkan celah selanjutnya adalah terbatasnya kapasitas dan integritas unit pengelola hutan di tingkat tapak. Kapasitas dalam melakukan perencanaan kehutanan dan penguatan unit penge53

Abdul Wahib situmorang, Hariadi Kartodihardjo (2013), Indeks Tata Kelola Hutan, Lahan, dan REDD+ 2012 di Indonesia, Jakarta: UNDP Indonesia, hal.22-23.

680

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

lola hutan pada tingkat lokal, juga dinilai lemah. Selain itu, pemerintah dinilai belum memiliki mekanisme pengawasan dan evaluasi terhadap kinerja pemerintah lokal dalam mengelola, melindungi dan mengawasi kawasan hutan.54 Saya rasa, pertanyaan kamu itu sudah terjawab dengan sendirinya. Jadi, Bapak sependapat dengan catatan saya? Tentu saja. Memang begitulah kenyataan yang sebenarnya. Bapak mengenali siapa oknum-oknum pemerintah yang melakukannya? Mengenai hal itu, saya tidak dapat menyebutkan siapa. Tapi saya akan menjawabnya. Ya, saya tahu.

54

Ibid.

681

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Apakah orang-orang yang Bapak kenal itu adalah pejabat-pejabat teras negeri kita? Bisa iya, bisa tidak. Mereka memegang wewenang di ruang lingkupnya masing-masing. Tapi memang tidak semua pejabat seperti itu, karena ada juga beberapa yang masih bersikukuh untuk mempertahankan moralitas dan dedikasinya kepada sumpah jabatan. Jadi, masih ada orang-orang seperti itu meskipun sistem yang ada dan berkembang biak di dalam pemerintahan sudah sedemikian buruknya? Kesempatan untuk membuka kedok dan memberikan anak ini sebuah kejutan, mungkin? Ya. Mereka ada, jawab Apsara, dan kamu mengenal salah satunya.

682

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Oh, ya? Menurut Bapak, siapa? Menurutmu, siapa? Jusuf heran mendapatkan pertanyaan balik semacam itu. Aku ke sini untuk bertanya, bukan untuk ditanya. Bapak Apsara, Jusuf mencoba untuk bersabar,

mengingat tujuan kedatangan saya ke sini, Bapak tentu tahu apa artinya sesi wawancara. Apsara tertawa mendengarnya. Seorang pengawalnya muncul di ambang pintu ruangan, dan berjalan mendekati Jusuf. Ya. Saya tahu dengan jelas. Amat sangat jelas. Jusuf memperhatikan tuan rumahnya itu berdiri kembali, dan berjalan menghampirinya. Sekilas, dia seperti menangkap suatu isyarat dari mata Apsara.

683

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dan seiring dengan isyarat Apsara itu, terjadilah sesuatu yang tidak dapat diantisipasi oleh Jusuf. Jusuf hanya merasakan dinginnya besi yang berada di ujung benda yang menempel di belakang lehernya selama beberapa detik saja. Hujaman benda itu pun berganti menjadi sengatan yang membakar yang mengaliri tubuhnya selama sepuluh detik. Dia pun terkulai tanpa daya dari tempat duduknya, jatuh ke sisi kanan dan terjerembab di lantai beralaskan karpet di bawahnya dengan posisi miring. Sudut mata Jusuf melihat sosok Apsara yang berjongkok tepat di sisi kepalanya. Dia ingin bergerak, namun tubuhnya menolak. Daya kejut listrik berkekuatan tinggi membuatnya kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri. Jusuf menghela napas sambil melawan rasa sakit yang dirasakannya akibat

684

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

rusuk kanannya menumbuk lantai. Dia mencoba menggerakkan kepalanya agar dapat memandang tuan rumahnya itu dengan jelas. Me mengapa? Ujar Jusuf terbata-bata. Apsara memperhatikan tubuh lemas Jusuf. Matanya tidak beralih dari mata Jusuf, memandangnya begitu tajam. Tanpa berpaling, dia mengulurkan tangan dan meminta stun gun yang dipegang pengawalnya. Simpan tenagamu, jangan banyak bicara. Tapi Jusuf belum menyelesaikan perkataannya, ketika Apsara menusukkan kuat-kuat stun gun yang digenggamnya ke dada Jusuf. Sudah saya bilang, jangan banyak bicara!

685

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Jusuf benar-benar terdiam sekarang, tapi dia masih dalam keadaan sadar. Apsara mengetahui hal itu. Lalu, dia memerintahkan pengawalnya untuk membangunkan Jusuf dan mengikatnya. Apsara telah merencanakan ini semua. Dia sengaja memancing Jusuf untuk berada di luar Yogyakarta, dengan mengajaknya mengunjungi rumah peristirahatannya ini. Dan semua rencananya berhasil, kecuali satu hal. Ubi madu kukus di meja adalah salah satu triknya yang gagal memperdaya Jusuf. Dia telah mencampurnya dengan obat bius serbuk murahan yang dibelinya dari sebuah blog penjual obat-obat bius. Cara yang lebih keraslah yang selalu berhasil. Sepanjang sesi wawancaranya yang singkat itu, Apsara menahan kekesalannya karena Jusuf tidak juga menyentuh ubi

686

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

kukus yang terhidang di meja. Penunggu rumah iniyang tinggal di pondok sederhana di sebelah garasi bersama keluarganyayang menyiapkan semuanya. Dan dia tinggal menambahkan obat yang dibawanya itu. Sekarang, waktunya memulai pertunjukan.

687

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 37

Hujan yang turun dengan derasnya telah membantu meringankan tugas Daud hari ini. Para pemuda desa tidak ada yang datang. Dan dia tinggal memberi tahu mereka via SMS. Jadi, dia hanya duduk di teras sambil menikmati sejuknya udara setelah hujan berhenti turun setengah jam yang lalu. Dia duduk sendiri. Firdaus memutuskan untuk sejenak beristirahat di kamar saat hujan turun. Sementara Bripda Imam sedang berbincang di ruang tamu bersama Adi, Dini, dan Padma. Daud menghisap rokoknya dalam-dalam. Dia mencoba untuk berpikir dengan tenang, mencerna kejadian demi keja-

688

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dian yang dialaminya sejak kemarin. Benaknya menyimpulkan satu hal. Jusuf yang mengetahui jawabannya. Di mana dia? Dia telah mencoba untuk menghubungi Jusuf berulang kali. Namun hasilnya tetap sama. Dia juga mencoba ponsel Padma untuk menghubungi temannya itu lewat aplikasi BlackBerry Messenger. Tetapi, tidak ada satupun yang ditanggapi Jusuf. Mas, aku temani ya? Daud menoleh ke arah suara. Ternyata Padma. Dan tanpa menunggu jawabannya, Padma telah menempati bangku di sebelah Daud.

689

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dia menghisap rokoknya kembali, dan memandang ke arah langit di kejauhan. Matanya melihat pucuk lengkungan pelangi yang menyembul di antara cabang-cabang pohon. Padma, kamu lihat pelangi? Mana? Itu, tangannya. Padma mengikuti arah yang ditunjuk Daud, dan melihat apa yang dilihat oleh Daud. Iya. Sekarang aku dapat melihatnya. Bagus, ya. Jusuf pernah bilang, pelangi adalah simbol perjanjian antara Tuhan dengan umat manusia. Oh, ya? bagaimana ceritanya? Daud menunjuk pelangi tersebut dengan

690

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Jusuf menolak untuk bercerita. Dia memberikanku sumbernya agar aku membacanya sendiri. Dan dari mana sumbernya? Daud tersenyum, Kitab Kejadian. Kenapa kakakku tergila-gila dengan kitab itu, ya? Sebenarnya bukan tergila-gila. Lebih tepat dikatakan sebagai tertarik. Apalah itu. Lalu, bagaimana ceritanya? Tidak lama setelah Banjir Besar surut dan bumi kembali seperti sedia kala, Nabi Nuh dan keturunannya beserta dengan seluruh isi bahteranya keluar dan kembali menghuni daratan. Nabi Nuh kemudian mendirikan sebuah tempat persembahan dan menyembelih kurban. Tuhan berfirman kepadanya, Inilah perjanjian-Ku denganmu: Aku berjanji bahwa segala makhluk

691

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

yang hidup tidak akan lagi dibinasakan oleh banjir. Tidak akan lagi ada banjir yang membinasakan bumi ini. Sebagai tanda perjanjian kekal, yang Kubuat dengan kamu dan dengan segala makhluk yang hidup, maka Kutaruh pelangi-Ku di awan sebagai tanda perjanjian-Ku dengan dunia. Setiap kali, jika Aku menutupi langit dengan awan, lalu pelangi itu tampak, Aku akan mengingat janji-Ku kepadamu dan kepada segala makhluk hidup, yaitu bahwa banjir tidak akan lagi membinasakan segala yang hidup. Bilamana pelangi tampak di awan, Aku akan melihatnya dan mengingat perjanjian yang kekal itu antara Aku dengan segala makhluk yang hidup di bumi. Itulah tanda janji-Ku yang Kuberikan kepada segala makhluk yang hidup di bumi.55

55

Kitab Kejadian 9:11-17.

692

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Wah. Kelihatannya aku juga harus mulai membaca Alkitab. Tidak harus begitu. Kenali dulu Al Quran, karena Al Quran satu-satunya kitab di muka bumi yang masih terjaga seperti masa turunnya. Dan akan selalu begitu, sampai Hari Akhir. Tapi kisah-kisahnya menarik, Mas. Pada dasarnya, Al Quran juga memuat kisah-kisah yang menarik. Taurat, Injil, dan juga Al Quran adalah kitab yang saling melengkapi dalam urusan kisah-kisah kaum terdahulu. Apa yang ada dalam keduanya, terdapat juga di dalam Al Quran. Ada juga kisah yang tidak ada di kedua kitab tersebut, namun Al Quran menerangkannya secara detail.

693

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Begitu juga sebaliknya. Tapi, cobalah untuk mempelajari Al Quran lebih dulu. Contohnya? Kisah bayi Nabi Isa berbicara dengan pendeta Sanhedrin dalam Surah Maryam. Lalu dalam Surah Al Kahfi, yang menguraikan pertemuan Nabi Musa dengan seorang bernama Khidir. Selanjutnya Ajari aku, Padma menyela omongan Daud. Aku? Sebaiknya kamu didampingi guru yang memang ahli di bidang itu. Oke. Oke. Sudah dapat kabar dari Inspektur Firman? Belum, Mas. Ditunggu saja. Mungkin dia masih mengurus sesuatu.

694

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Kemudian, mereka duduk dalam diam. Daud mematikan rokoknya, lalu mengambil batang berikutnya. Apa rencana Mas Daud ke depan, setelah ini? Tidak banyak. Menjaga keberlangsungan Kandang Ndhoro bersama kakakmu, kembali menulis, dan mungkin menikah tahun depan. Mas berniat menikah? Cepat sekali? Sebenarnya tidak cepat, malah lewat dari target. Usiaku 23, bulan depan. Jadi, wajar menurutku kalau aku menikah di tahun berikutnya. Semoga sampai tahun depan ya, Mas. Maksudnya? Itu. Merokok terus seperti itu, mengharapkan umur panjang?

695

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Umur tidak ada hubungannya dengan rokok. Itu hikayat yang dipropagandakan Amerika saja, untuk memerangi industri rokok kretek Indonesia. Terserah. Aku hanya mengingatkan. Padma memandang Daud yang mulai menyulut rokoknya dengan acuh tak acuh. Aku berpikir, ujar Padma lagi, mudah-mudahan tidak terjadi. Seandainya Mas Daud harus berjalan sendiri setelah ini semua, apa yang akan Mas lakukan? Daud memandang Padma dengan heran. Bahkan di saat seperti ini, dia bisa-bisanya berpikiran seperti itu? Wah. Ya Aku bingung bagaimana harus menjawabnya.

696

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Jawab saja. Mungkin aku akan menghubungi Jacob temanku dan menanyakan apakah tawarannya yang kutolah tahun lalu masih berlaku. Mas ingin ke London? Bisa jadi. Tergantung, jika ada sesuatu yang membuatku bertahan di Indonesia. Seperti kakakmu, yang pelan tapi pasti membuatku membatalkan niat untuk berangkat ke London. Bagaimana kalau aku yang meminta Mas untuk tinggal? Bagaimana kalau aku bertanya mengapa? Daud balik bertanya. Bagaimana kalau aku mengatakan cuma Mas yang bisa membantuku meneruskan Kandang Ndhoro?

697

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Kamu selesaikan kuliahmu dulu. Kenapa tidak? Aku bisa saja tinggal di sini, berangkat kuliah dari sini, dan pulang ke sini. Tidak jadi masalah, bukan? Bagaimana kalau kedua orang tuamu tidak menyetujuinya? Mereka pasti setuju. Aku akan membahasnya dengan Ayah dan Ibu setelah semua ini berakhir. Bagaimana kalau Mas, cukup dengan pertanyaan-pertanyaan bagaimana kalau-nya. Aku lapar. Kamu mau makan lagi? Iya. Ayo? Bagaimana kalau

698

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Padma memotong pertanyaan Daud dengan cubitan yang ditujukan ke pinggang teman kakaknya itu. Daud hanya tertawa dan mengikuti langkah Padma yang menuju ke dapur. Dalam hatinya dia bersyukur, walau masih agak terguncang, Padma sudah kembali seperti adanya. Begitu pun dirinya. Rasa was-wasnya kemarin telah berangsur-angsur memudar. Dia merasa lebih aman sekarang, dengan adanya orang-orang iniPadma, Adi, Dini, Firdaus, dan Bripda Imambersamanya.

699

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 38

Gerimis mengguyur kawasan ibu kota dan sekitarnya, begitu mobil Mitsubishi Strada yang mengangkut Inspektur Firman meluncur keluar dari jalur tol di Gerbang Tol KM 18.5 menuju ke Serpong. Firman mengakhiri panggilan keluarnya dan menyimpan ponselnya kembali di saku jaket. Dia telah memberi tahu bawahannya di Boyolali perihal kemajuan dari perjalanannya ini. Kemudian dia membetulkan posisinya, kembali duduk dengan nyaman di bangku belakang kabin penumpang, di sebelah seorang lelaki berpakaian sama dengannyayang dia mintai bantuan sebelum memutuskan untuk meninggalkan Boyolali.

700

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Orang itu adalah seorang anggota Korps Brimob bernama Herman. Dia sama seperti Firman, seorang perwira yang merangkap sebagai agen intelijen bayaran. Firman belum lama mengenalnya. Saat itu tahun 2010, dua tahun yang lalu. Firman sedang mengerjakan sebuah tugas terselubungnya yang kemudian mengantarnya ke Jakarta. Di tugasnya itulah, Firman pertama kali bertemu dengan Herman. Sementara pengemudi mobil dan petugas yang duduk di sebelahnya, memakai pakaian yang tidak jauh berbeda dengan Firman dan Herman. Dia tidak mengenal mereka. Herman memperkenalkan mereka kepada Firman sebagai ajudannya. Mobil terus meluncur menuju ke alamat yang ditunjukkan Firman. Dia mempercayakan perjalanan ini sepenuhnya kepada si pengemudi.

701

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Mereka menyusuri jalan yang dipayungi oleh pohonpohon palem yang tumbuh berjejer di sisi jalan, sampai ke sebuah gerbang cluster yang dijaga oleh dua orang petugas keamanan. Aneh. Tampaknya petugas keamanan tidak mengerti apa yang sedang terjadi di dalam rumah yang ada di komplek yang dijaganya. Firman memperhatikan keadaan lingkungan di pemukiman itu, sebelum dia sampai ke rumah yang dia tuju. Sepi. Hanya ada beberapa orang yang terlihat sedang mencuci mobil di depan rumah masing-masing. Situasi kembali sepi sampai mobil yang ditumpanginya itu berhenti di seberang pagar sebuah rumah. Di pagar rumah tersebut, tercetak dalam tulisan tebal yang berbunyi D3 No.1.

702

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Ini dia rumah Sufyan! Dia melihat keadaan di samping kiri dan kanan rumah. Tidak ada siapapun yang keluar. Sepertinya, tidak ada seorang tetangga pun yang mengetahui apa yang sedang dialami oleh pemilik rumah yang sedang diintai oleh Firman ini. Firman meraih kenop pembuka pintu dan ingin segera keluar untuk memastikan keselamatan Sufyan yang masih berada di dalam rumah tersebut. Tapi Apa ini? Dia menoleh ke belakang, ke arah Herman yang dipunggunginya. Sebuah benda dengan moncongnya yang membisu menempel tepat di balik jantungnya. Apa-apaan ini! Jangan macam-macam!

703

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Lalu seorang ajudan Herman menghadap ke belakang dan mengeluarkan pistolnya, mengarahkannya tepat ke kepala Firman. Dia mengenali pistol itu. Glock 17 kaliber 9 mm. Dia membayangkan pucuk senapan yang sama sedang mengarah ke jantungnya. Dua buah Glock. Dia menyerah. Pak Firman, Herman membuka suara, anda ingin menengok keadaan orang yang memberi anda perintah, bukan? Ya, tapi tidak dalam keadaan ditodong seperti ini! Herman menunggu jawaban Firman. Namun karena yang ditunggu tidak kunjung terdengar, dia segera melanjutkan omongannya. Ayo, kita lihat keadaan di dalam.

704

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Herman memberi isyarat kepada si pengemudi untuk menghubungi orang yang ada di dalam rumah. Sementara Herman mengeluarkan borgolnya untuk mengunci kedua tangan Firman. Dia juga mengambil pistol milik Firman. Cepat buka gerbang. Kami di depan, Strada merah. Beberapa menit kemudian, pintu gerbang pun terbuka. Dan terlihat seorang lelaki bertubuh tegap melambai ke arah mereka. Si pengemudi membawa mobil meluncur di permukaan paving block dan diparkir bersebelahan dengan mobil SUV berwarna silver yang sudah parkir di sana sejak semalam. Pagar pun ditutup kembali, dan dengan gerakan yang hampir serempak, mereka turun dari dalam mobil dan membawa

705

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Firman masuk ke dalam rumah, di bawah todongan dua senjata. Ini kesempatan langka bagi anda, Pak Firman. Pertama kali bertemu dengan pemberi order, bukan begitu? Firman tidak menjawab. Baginya, ini bukan hanya kesempatan langka. Dia telah mengalami banyak kejadian yang tabu bagi dunia intelijen ilegal sepanjang dua hari ini. Dan kejadian yang dialaminya ini hanyalah bagian dari rangkaian kejadian tersebut. Sang pengawal berbadan tegap menuntun mereka melintasi ruang tamu, melalui sebuah lorong, berbelok ke kanan, dan masuk ke sebuah pintu. Dan di dalam ruangan yang kini dimasukinya, Firman melihat pemandangan yang belum pernah dia lihat sebelumnya.

706

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Seorang lelaki berdiri memunggunginya. Lelaki itu sedang berbicara dengan nada lembut yang mengerikan kepada seorang lelaki paruh baya yang terbaring miring dengan tangan, kaki, dan mulutnya terikat tambang. Ada juga seorang lelaki tua yang duduk di sebelah lelaki yang terbaring miring itu, juga dalam kondisi terikat. Di dekat mereka berdua, berdiri seorang lelaki bertubuh besar memegang senjatanya. Firman didorong masuk dan jatuh terduduk di atas karpet di bawah sebuah lukisan besar. Di sebelah lelaki itu, seorang perempuan terbaring tengkurap di atas sebuah meja besar yang berantakan. Lapor, Pak Suseno. Kami membawakan seorang tawanan baru.

707

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Lelaki itu membalikkan tubuhnya dan menghadap sepenuhnya ke arah muka ruangan. Dia tersenyum tipis saat matanya menatap Firman. Firman belum menyadari sepenuhnya akan apa yang sedang disaksikannya itu. Dia membuka matanya lebar-lebar, dan melihat kengerian yang telah dilakukan oleh lelaki itu. Kemejanya dikotori oleh bercak-bercak darah, sementara tangannya memegang sebuah pemotong cerutu yang juga telah bersimbah darah. Dan saat Firman menelusuri kaki Suseno hingga ke lantai, dia melihat sebuah ruas jari berkuku tergeletak di dekat sepatu lelaki itu. Bagus, ada penonton baru. Tolong, jangan ditaruh di sana. Kumpulkan bersama kedua penonton setia kita ini. Biar

708

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dia ikut menyaksikan dengan jelas pelajaran tradisi yang sedang saya sampaikan. Herman membangunkan Firman dan menggeretnya ke bangku panjang yang sudah diisi oleh Pak Har dan Sufyan. Ajudannya membangunkan Sufyan agar duduk tegak, dan Herman mendudukkan Firman di sebelahnya. Firman dapat merasakan kengerian, kesedihan, dan rasa marah yang terpancar dari mata Sufyan. Mata itu menatap lekat ke arah Suseno tanpa berpaling ke manapun. Saya akan kembali menjelaskan peraturan kita kepada penonton baru ini. Sebelum itu, coba kalian ikat dulu mulutnya. Saya tidak mau orang ini membuat keributan dan merusak suasana.

709

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Ajudan Herman meraih sisa tambang di atas meja, dan mengikatnya melintang tepat di depan rongga mulut Firman. Bagus, Suseno kembali tersenyum, seperti yang anda saksikan, Bapak Firman, sela Herman. Seperti yang anda saksikan, Bapak Firman. Ini adalah suatu bentuk demonstrasi dari sebuah ritual kuno tentang penghambaan seorang istri terhadap suaminya. Saya tidak sedang menekankan teladan apapun, karena saya memanfaatkannya dengan maksud berbeda. Saya ingin melihat, apakah seorang suami bisa meneladani kesetiaan yang sama jika posisinya dibalik?

710

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Suseno menggeser posisi berdirinya, seakan memberikan Firman kesempatan untuk dapat melihat apa yang sudah dilakukannya sebelum dia sampai di rumah itu. Sudah satu jam empat puluh lima menit, Suseno mengangkat pemotong cerutunya, Satu ruas jari setiap tiga puluh menit. Suseno dapat melihat emosi yang sama dari mata Firman. Dia mengerti. Tapi ini bukan kesalahannya. Dia hanya melakukan apa yang dia nilai perlu dilakukan. Dia kembali membayangkan saat dia memotong jari Julaikha seruas demi seruas. Dimulai dari kelingking. Saat dia memotong ruas pertama, ruas jari berkuku itu langsung menggelinding dengan lancar dan jatuh ke permu-

711

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

kaan karpet di bawah meja. Pemilik jari tersadar dari pingsannya dan menjerit sekuat tenaga. Suaranya yang meraungraung kesakitan itu teredam di balik tambang yang membelit mulutnya. Mengetahui hal ini, Suseno menyuruh pengawalnya untuk menuju ke mobil dan mengambil tas kopernya. Setelah menerima kopernya itu, Suseno membukanya dan mengeluarkan sebotol chloroform bersama dengan selembar sapu tangan. Dia membuka botol kaca itu, dan membasahi sapu tangan dengan cairan di dalamnya, kemudian membekap mulut dan hidung Julaikha keras-keras. Perempuan itu kembali tidak sadarkan diri. Diikuti dengan ruas kedua setengah jam berikutnya, dan dalam tempo sembilan puluh menit, ruas terakhir dari kelingking itu pun telah meninggalkan tempatnya semula.

712

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dia juga melihat adanya masalah pada bekas yang tadinya ditempati oleh ruas tersebut. Darah mengalir dengan cepatnya dan merembes ke pakaian Julaikha. Dan Suseno pun mengantisipasinya dengan mengikat jari tersebut dengan karet, untuk memperlambat aliran darah yang keluar. Kasihan, wanita tanpa kelingking di tangan kanan. Bapak Sufyan. Karena kita kedatangan penonton baru, ada baiknya kita membuat sedikit perubahan peraturan. Bagaimana? Suara Sufyan terdengar lagi, kali ini lebih lemah dari sebelumnya. Dia kelelahan. Dan pasrah, batin Suseno. Aku akan mempercepat penderitaannya. Saya anggap itu jawaban setuju, ujar Suseno kemudian.

713

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dia mengelap darah yang menempel di pemotong cerutunya menggunakan sapu tangan yang telah berlumuran cairan chloroform itu sambil melirik arlojinya. Pukul 10:45. Peraturannya begini, Bapak Sufyan. Karena dua jam sudah kita melakukan permainan ini, dan Bapak tidak juga menyerah, maka saya tambahkan poin baru. Lima belas menit lagi waktunya saya memotong ruas pertama dari jari manis istri Bapak, dan setelah itu saya akan menembak salah satu dari dua orang yang duduk bersama Bapak. Jadi, dua jam berikutnya, saya akan mulai menembak seorang demi seorang. Tapi saya bingung memilih siapa yang lebih dulu. Polisi ini, atau pembantu itu?

714

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Suseno kelihatan menimbang-nimbang. Matanya menatap Firman dan Pak Har secara bergantian. Lalu dia pun memutuskan. Oke. Kalau begitu, saya akan menembak yang lebih muda lebih dulu. Bapak Firman yang pertama. Dia seorang polisi, dan dia mengetahui terlalu banyak. Mata Herman menangkap ketenangan yang mengerikan saat Suseno berbicara. Seperti juga Firman, Herman adalah seorang anggota korps yang menerima tugas gelap sebagai agen bayaran. Dia biasa menerima perintah dari orang-orang yang menghubunginya, dan sebagai imbalannya, dia mendapatkan bayaran yang tidak sedikit dari mereka. Dan salah satu pelanggan tetapnya adalah Suseno.

715

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Tidak seperti pelanggannya yang lain, Suseno memiliki watak yang berbeda. Dia tidak menyembunyikan jati dirinya. Dia bersedia untuk bertemu, bahkan melakukan pembayaran langsung. Selain itu, bagi Herman, Suseno adalah seorang yang royal. Dia bukan saja menjalin hubungan kemitraan, Suseno membuatnya merasa layaknya seorang teman. Dan dengan mudahnya, Suseno mendapatkan loyalitasnya. Walau sering menerima pekerjaan dari Susenodengan bayaran yang lebih besarHerman hanya mengetahui sedikit saja dari jati diri Suseno yang sebenarnya. Yang dia tahu, Suseno adalah tangan kanan seorang pengusaha besar yang menguasai industri minyak sawit dengan perkebunan yang tersebar di wilayah Sumatera dan Kalimantan.

716

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Semalam, saat Firman menghubungi Herman untuk meminta bantuan penyelidikan atas sebuah rumah di kawasan Serpongdengan cerita panjangnya mengenai hubungannya dengan orang yang memberinya perintah dan keselamatannya yang terancamHerman langsung teringat kepada Suseno. Karena Suseno telah lebih dulu mengabarinya soal kunjungannya ke rumah seorang pejabat kehutanan di sana. Dia langsung memberi tahu Suseno seputar permintaan Firman tersebut. Tapi Suseno belum memberikan keputusan apa-apa saat itu. Dia masih memusatkan perhatiannya untuk menekan Sufyan. Suseno hanya memintanya untuk menunggu. Dan ketika Firman mengabari Herman tentang keberangkatannya ke Jakarta, dia juga memberitahukan hal itu kepada

717

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Suseno. Dan Suseno pun memutuskan untuk melibatkan Herman dan membawakan Firman kepadanya. Jadi Bapak Firman, ujar Suseno, bagaimana tugas anda di Tanah Jawa? Suseno menunggu jawaban Firman. Tapi yang dia dengar hanya suara-suara gumaman di balik belitan tambang. Ya ampun. Apa kalian harus selalu diperintah walau untuk tugas remeh seperti membukakan tambang? Aku sedang mengajaknya bicara! Pengawalnya menyadari apa yang dimaksud Suseno. Dia mendekati Firman untuk membuka belitan tambang yang menghalangi mulutnya, saat ponsel milik Suseno berbunyi. Oh. Sebentar. Dan jangan membuat keributan. Oke? Dia pun menerima panggilan yang masuk.

718

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Iya, Pak? Oh, ya. cukup baik sementara ini. Saya yang mengendalikan situasi. Bagaimana? Benarkah? Baik, mengenai hal itu, Bapak saja yang mengaturnya. Baik. Terima kasih. Suseno mengantongi ponselnya kembali, dan melanjutkan pembicaraan. Bapak Firman, jawab pertanyaan saya. Tugas saya berjalan dengan baik, dan anda tidak akan berhasil mendapatkan mereka! Begitu, ya? masalah di Tanah Jawa biar kita kesampingkan dulu. Dan sebaiknya, anda mulai mempersiapkan katakata terakhir anda. Karena tujuh menit lagi, anda akan kehilangan hidup anda yang berharga itu.

719

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Suseno menyuruh pengawalnya menutup kembali mulut Firman dengan tambang. Suseno memandang kejadian ini sambil tertawa. Polisi melawan polisi, di bawah perintah seorang sipil. Bapak Herman? panggil Suseno. Saya rasa Bapak Firman ini punya senjata. Boleh saya minta? Tentu. Tentu saja, jawab Herman seraya mengeluarkan pistol Firman dari balik jaket kulit hitamnya. Dia lalu menyerahkannya kepada Suseno. Suseno menerimanya, lalu melihat isi pelurunya. Masih penuh. Bagus. Bapak Firman, ujarnya sambil memainkan pistol revolver itu di tangannya, saya meminta dua peluru dari pistol ini, boleh? Dua peluru saja, dan anda masih punya empat lainnya.

720

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Suseno menyadari kekeliruan dalam ucapannya. Dia pun mengoreksinya sendiri. Oh, ya. Percuma juga. Anda tidak akan bisa menggunakannya lagi. Dia kembali beralih ke Sufyan, dan berbicara dengan penuh ketenangan. Bapak Sufyan. Saya ada berita baru. Nanti siang, anda bisa berbincang dengan anak pertama anda melalui telepon.

721

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 39

Bripda Imam terbangun dari tidurnya dan berharap dia sedang berada di asramanya seperti biasa. Namun, kamar yang ditempatinya sekarang adalah sebuah kamar tamu yang terdapat di sebuah rumah yang sedang dijaganya. Ternyata yang terjadi bukan mimpi. Dia duduk di ranjang, dan meregangkan kedua tangannya sambil menguap. Dia melihat jam di dinding, pukul 11.16. Lumayan, batinnya. Masih bisa istirahat walau sebentar. Dia bangun dan meraih ponsel, lalu memeriksanya. Tidak ada notifikasi apapun. Dia menggerakkan bahunya, dan melangkah keluar menuju kamar mandi. Saat dia melintasi ruang

722

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

makan, orang-orang di rumah itu sedang melakukan santap siang. Pak Imam, ayo makan siang, ajak Firdaus, tadi saya mau membangunkan Bapak, tapi kelihatannya Bapak butuh istirahat. Iya, Pak. Terima kasih. Saya ingin ke kamar mandi dulu. Kalau ingin mandi, Bapak bisa gunakan handuk yang digantung di hanger. Handuk baru, saya yang siapkan, tambah Daud. Imam mengangguk, kemudian meneruskan langkahnya. Selesai mandi, dia bergabung bersama yang lain di meja makan.

723

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Ada kabar mengenai Inspektur Firman? Tanya Daud kepadanya. Belum. Pak Firman belum memberi kabar lagi. Mungkin masih sibuk? Firdaus ikut berbicara. Bisa jadi. Tapi menurut saya, giliran Padma yang ikut bicara, hanya butuh beberapa menit saja untuk menelepon dan memberi tahu soal perkembangan di sana. Sebaiknya ditunggu saja, ujar Adi, mungkin Inspektur Firman benar-benar sibuk di sana. Komentar Adi itu diamini oleh yang lain. Padma menyelesaikan makan siangnya lebih dulu dari yang lain, dan beranjak menuju ke wastafel untuk mencuci piringnya namun suara Dini terdengar mencegahnya, memintanya untuk meletakkan piring dan meninggalkannya.

724

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Sudah, Mbak. Biar aku saja. Tidak, sanggah Dini, taruh saja piringnya, dan tinggalkan. Aku akan mencucinya nanti. Padma menyerah, lalu mengangkat bahunya. Setelah mencuci tangan, dia pun berjalan menuju ke kamar Daud untuk mengambil buku harian kakaknya. Hingga siang ini, Padma masih berusaha meredam kecemasan dan rasa khawatirnya. Sejak menangis di ruang tamu pagi tadi, dia sudah lebih tenang. Dan ketenangan itu berkat orang-orang dekatnya yang saat ini bersamanya. Juga Mas Daud. Walaupun Daud telah berusaha menutup-nutupi kejadian sebenarnya, dia memandang wajar sikap tersebut dan memaafkannya. Padma membutuhkan dukungan dan perhatian untuk

725

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

menghadapi masa-masa seperti ini. Kehadiran dan dukungan Daud sejak kemarin telah memberinya kekuatan lebih agar tetap tenang dan tabah, apapun hasil akhirnya nanti. Padma sadar, Daud bisa saja pergi meninggalkannya dan mencari perlindungan bagi dirinya sendiri. Bagaimana pun, dia tidak punya kaitan langsung dengan masalah yang sedang mendera Padma dan keluarganya. Tapi dia tidak melakukannya, dan memutuskan untuk mendampingi dirinya sampai detik ini. Dia masuk ke kamar yang tidak terkunci itu, dan menemukan buku itu tergeletak di atas meja kecil di sisi ranjang Daud. Padma mengambilnya, dan melangkah menuju ke kamar kakaknya untuk mengembalikan buku itu ke tempatnya semula.

726

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Benak Padma kembali memikirkan nasib anggota keluarganya. Dia tidak dapat menghubungi Jusuf. Semua usahanya seakan menemui jalan buntu. Jusuf seperti menghilang ditelan bumi. sementara belum ada kejelasan soal usaha yang dilakukan oleh Inspektur Firman untuk memastikan keselamatan kedua orang tuanya. Padma turun dari kursiyang dipakainya untuk menaruh buku kakaknya kembali ke dalam kardus sepatu di atas lemari dan mengembalikannya ke tempatnya. Setelah itu, dia keluar, menutup pintu kamar tidur kakaknya, dan melangkah menuju ke ruang tamu. Ibu, Ayah, Mas Jusuf, bisik Padma. Semoga kalian baikbaik saja.

727

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Di ruang tamu, Padma duduk di bangku yang berada di sebelah Daud. Teman kakaknya itu sedang sibuk dengan ponselnya, dan hanya melirik sebentar saat Padma datang. Dari raut wajah Padma, Daud menangkap kesan bahwa adik temannya itu kembali dilanda kecemasan. Kenapa murung seperti itu? Ujar Daud tanpa menoleh dari layar ponselnya. Aku teringat Mas Jusuf. Juga Ibu dan Ayah di rumah. Iya. Aku mengerti, Daud meletakkan ponselnya di meja dan menghadap Padma, tapi tidak ada lagi pilihan yang tersisa untuk kita lakukan, Padma. Inspektur Firman mungkin sudah berada di Tangerang sekarang, dan kita tinggal menunggu laporan darinya. Iya. Aku hanya

728

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Sudah, Daud membelai rambut Padma dengan lembut, kamu jangan khawatir. Aku yakin, semua pasti akan beres. Adi dan Dini muncul dari belakang, dan bergabung bersama mereka. Aku pamit pulang. Ada jadwal mengajar les sebentar lagi. Mas Adi yakin? Cukup yakin. Setidaknya, sekarang sudah jauh lebih aman dan kondusif. Kalian sudah ditemani Oom Firdaus dan Bripda Imam. Jadi kami sudah tidak berguna lagi di sini. Ayolah, jangan begitu, Padma merajuk, kalian sudah kami anggap seperti keluarga sendiri. Tinggallah di sini sampai besok. Biar Mbak Dini di sini menemaniku. Ya?

729

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Aku harap juga begitu, Padma. Ujar Dini. Tapi aku juga ada jadwal pertemuan rutin dengan pengurus Posyandu nanti sore. Mas benar-benar akan pulang ke rumah? Situasinya belum menentu seperti ini. Daud ikut berusaha untuk mencegah kepergian pasangan pengantin baru itu. Mereka tidak punya kepentingan apa-apa, baik

denganku ataupun Dini. Jadi, kurasa aman-aman saja. Kalian jadi pulang? Tanya Oom Firdaus yang baru saja muncul dari ruang makan bersama Bripda Imam. Iya, Oom. Kami takut merepotkan Oom jika terusmenerus di sini. Oh, tidak. Tidak ada yang merasa direpotkan. Kita semua sama di sini.

730

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Firdaus memandang Adi dan Dini, dan menilai mereka benar-benar ingin pulang karena alasan yang mendesak. Akhirnya, dia berkata, Padma, pinjam mobilmu. Biar Oom yang mengantar mereka pulang. Padma tidak punya pilihan lain. Dia berjalan menuju ke kamar kakaknya, dan mengambil kunci kontak mobilnya yang dia letakkan di atas meja kerja kakaknya. Ini, Oom. Bensinnya masih penuh, tenang saja. Beres, jawab Firdaus sambil melangkah keluar. Kalau begitu, aku pamit dulu, ujar Adi. Adi dan Dini pun bersalaman dengan Daud, Padma, dan Bripda Imam. Setelah itu, mereka melangkah keluar dan masuk ke dalam mobil yang dikendarai oleh Firdaus.

731

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Kini, hanya tinggal mereka bertiga di rumah itu. Daud dan Padma kembali duduk di ruang tamu, sementara Bripda Imam memilih untuk duduk sendirian di teras. Sepi, Mas. Iya. Tapi jangan murung begitu. Ya? Tadinya aku pikir, Mbak Dini menginap lagi di sini. Menemani aku. Kamu sudah tahu dia punya urusan di rumah. Iya. Begini saja, Daud meraih tangan Padma dan

menggenggamnya lembut, kamu tahu Mattie Stepanek?56

56

Matthew Joseph Thaddeus Stepaneklahir pada 17 Juli 1990adalah seorang anak lelaki yang berasal dari Maryland, Amerika Serikat. Dia mengidap penyakit muscular dystrophy dan dysautonomic mitochondrial myopathy, yang membuatnya tidak dapat bertahan dan meninggal sebelum ulang tahun keempat belasnya, pada tanggal 22 Juni 2004. Dunia mengenalnya sebagai seorang penggiat perdamaian

732

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Belum pernah dengar. Cobalah menonton Oprah Winfreys Show sekali-kali. Memang ada apa? Bukan acara itu yang menjadi inti pembicaraanku. Lupakan. Aku ingin menyampaikan sebuah pesan dari Mattie, mungkin dapat membantumu untuk lebih tenang. Apa pesannya? Sad things happen. They do. But we dont need to live sad forever.

dan pembela hak orang-orang yang memiliki kekurangan fisik dan mental, juga anak-anak yang hidup di lingkungan yang penuh dengan ancaman kekerasan. Lima buku puisi dan satu buku esai karya Mattie berisi hal-hal mengenai pesan-pesan kehidupan dan pandangannya atas perdamaian dunia, yang tidak terlihat sebagai hasil penilaian dari mata seorang anak. Namanya kemudian menjadi nama sebuah yayasan yang dikelola oleh ibunya, Jeni Stepanek, Ph.D., yang juga menderita penyakit yang sama. Yayasan yang menyuarakan pesan-pesan Mattie JT Stepanek ke seluruh dunia tersebut, mendapatkan berbagai dukungan baik di Amerika maupun di dunia internasional.

733

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Padma mendengarkan saat Daud menyampaikan katakata itu dengan perlahan. Dan itu berhasil membuatnya tersenyum. Sekali lagi, Mas benar. Jangan cuma bilang benar saja. Tapi diamalkan. Tentu keluargamu tidak ingin melihatmu murung seperti itu. Iya, bawel. Daud tertawa mendengar komentar Padma itu.

734

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 40

Jusuf mulai sadar dari pingsannya. Namun dia tidak mengetahui di mana dia berada sekarang. Tempatnya sekarang begitu gelap. Dan dia tidak dapat menggerakkan tangannya sekedar untuk melihat arloji yang dikenakannya. Tangannya terikat di belakang tubuhnya. Dan dia merasakan hawa dingin mulai menjalari kulit tubuhnya. Tanganku diikat! Dan mereka melepas pakaianku! Dia berusaha untuk melepaskan diri. Tapi ikatan itu begitu kencang. Semakin Jusuf berusaha, tambang yang mengikat pergelangannya menggesek kulitnya dan meninggalkan luka yang semakin terasa perih apabila Jusuf menggerakkan tangannya.

735

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Audi, vide, tace. Si vis vivere in pace.57 Siapa di sana? Jusuf berusaha untuk mencari arah sumber suara. Tapi matanya bahkan tidak menangkap seberkas sinar sedikit pun. Tempat itu sangat, sangat gelap. Kamu tahu arti kalimat tadi, bukan? Suara tanpa wujud itu bertanya lagi. Jusuf tidak menanggapinya. Dia hanya ingin lepas dari tambang-tambang yang mengikat tubuhnya itu. Lepaskan aku! Jusuf mendengar suara langkah kaki, mendekat ke arahnya. Semakin dekat, dan dia dapat merasakan hembusan napas orang itu di telinganya.

57

Dengar, saksikan, dan diamlah, jika kamu menginginkan kedamaian dalam hidupmu.

736

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Kamu sudah lepas dan bebas terlalu lama, suara itu berbisik di telinganya, aku membiarkanmu selama ini! Bapak Apsara, apa salah saya? Salahmu? Suara itu menjauh dari telinganya, dan kini terdengar tepat di hadapannya. Tiba-tiba, air disiramkan ke tubuh Jusuf yang diikat dalam posisi duduk di sebuah kursi kayu. Hawa dingin pegunungan yang membekukan semakin menyiksanya, dengan kondisi tubuh yang basah. Pelan-pelan, dengan tubuhnya yang menggigil itu, mata Jusuf mulai beradaptasi. Pupilnya membuka lebar-lebar. Di antara keremangan yang ditangkap oleh matanya, Jusuf melihat sosok Apsara dengan kedua pengawalnya yang berdiri tidak jauh darinya.

737

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dengarkan baik-baik, Apsara maju hingga ke depan wajah Jusuf, kesalahanmu tidak banyak. Tidak lebih dari lima. Tapi semuanya menjadi penghalang bagiku. Mengerti? Apa maksud Bapak? Guyuran air itu menghujam tubuh Jusuf untuk kedua kalinya. Hawa dingin yang menggigilkan itu menyiksanya sedemikian rupa. Maksudku adalah, kelima kesalahanmu itu telah menyebabkan kerugian yang teramat besar dan itu harus kutanggung sendiri! Tusukan stun gun itu menyengat dada Jusuf dan membuatnya mengejang hebat. Napasnya tersengal-sengal, di tengah usahanya untuk tetap siuman.

738

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Kesalahan pertama, Apsara melanjutkan, kamu telah meruntuhkan reputasi dari perusahaan yang aku kuasai. Jusuf berusaha berbicara, dari mana Bapak mengetahui nya? Oh, Tuhan! Buku pertamamu itu! Bukuku bahkan belum terbit. Apsara mendekat ke arah Jusuf, Bagaimana dengan versi digitalnya? Jusuf mendongak, dan dia menatap dengan tatapan tidak mengerti saat matanya bertemu dengan mata Apsara. Kau pura-pura tidak tahu? Jusuf mencoba untuk mengingat-ingat kembali. Dan sekeras apapun usahanya untuk mengingat, dia merasa tidak pernah mengunggah salinan digital dari naskahnya sama sekali.

739

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Jangan-jangan, Mas Daud yang melakukannya? Atau Mas Adi? Bukan aku yang mengunggahnya! Siapapun yang melakukannya tidak penting bagiku. Yang terpenting adalah, kamu telah melakukan kesalahanmu yang pertama! Tapi Bapak tidak bisa menyalahkan saya seperti ini! Hei, ingat! Itu baru kesalahanmu yang pertama. Masih ada empat lagi, paham? Kini, bukan lagi guyuran yang diterima Jusuf. Siraman air yang meluncur dari selang yang dipegang seorang pengawal Apsara mengalir tepat ke kepala Jusuf dan membuatnya kesulitan untuk bernapas, di tengah hawa dingin dan aliran air yang membanjiri wajahnya.

740

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Satu menit penuh, aliran air dari selang itu menyiram Jusuf. Tubuhnya berusaha untuk menghasilkan panas untuk melindungi organ-organ dalamnya dengan sia-sia. Tubuhnya menggigil, giginya bergemeretakan. Kemudian siraman itu pun berhenti. Kini muncul cahaya yang sorotannya membentuk tabung, mengarah ke mata Jusuf yang tidak siap menerima asupan cahaya dalam jumlah sebanyak itu secara tiba-tiba. Jusuf, dengarkan saya! Jusuf mengangkat kepalanya dan berusaha membuka matanya untuk menatap Apsara. Kesalahanmu yang kedua, ujar Apsara lagi, bukumu itu akan terbit tidak lama lagi. Ditambah lagi dengan naskah yang sedang kamu kerjakan sekarang. Saya harus menyiapkan

741

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

beberapa hal untuk melindungi korporasi yang menaungi perusahaan yang saya pimpin. Dan kesemuanya itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit! Apsara mengepalkan tinju dan memukul Jusuf tepat di pelipis kirinya, membuat Jusuf terjatuh bersama kursinya ke sebelah kanan dan menghantam lantai tanah di bawahnya. Kesalahan ketiga, kamu tidak hanya menulisnya di buku pertamamu itu. Kamu pernah mengkritisi kebijakan perusahaan saya yang kamu tuduh sebagai penyebab kebakaran hutan di Jambi tahun lalu. Di sebuah media massa besar! Dan tahu apa akibatnya? Sentimen negatif menjatuhkan nilai saham perusahaan saya dan anjlok puluhan poin dari level sebelumnya. Itu kesalahanmu!

742

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Stun gun itu kembali menyetrum dada Jusuf, dan hampir membuatnya tidak sadarkan diri. Hidungnya mencium bau gosong kulitnya di tengah lembabnya udara di dalam ruangan yang minim pencahayaan itu. Senter itu masih tersorot ke wajah Jusuf yang terbaring bersama dengan kursinya. Kesalahan keempat, kamu tidak henti-hentinya menjelek-jelekkan perkebunan sawit yang aku miliki di Tanjung Jabung Timur dan mengait-ngaitkannya dengan isu pembalakan liar di Berbak! Jusuf kini mengerti apa yang membuatnya mengalami kekerasan ini. Dia berusaha untuk meredam rasa sakit di tubuhnya, dan mengembangkan senyum mengejek.

743

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Saya menimbulkan kerugian untuk Bapak? Bagaimana dengan perlakuan Bapak yang merusak warisan bangsa? Oh, anak ini! Naifnya! Napas Jusuf seakan berhenti saat Apsara menendang dadanya. Dia bahkan tidak dapat merintih untuk menggambarkan sakit yang diterimanya itu. Kesalahanmu yang kelima, dengarkan ini baik-baik, ujar Apsara sambil menjambak rambut Jusuf dan menampar pipinya. Dia lalu menyiramkan air selang ke wajah Jusuf agar dia tetap sadar. Kamu berasal dari orang tua yang tidak tahu diuntung! Bukan hanya kamu, tapi bapakmu juga menyulitkan pergerakan perusahaan saya!

744

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Apsara berdiri, dan menendang perut Jusuf. Terdengar suara tertahan yang memilukan dari mulut Jusuf. Tapi Apsara tidak berhenti sampai di situ. Dia terus menendang perut Jusuf, membuatnya memuntahkan isi perutnya. Mana handphone saya? Tanya Apsara kepada seorang pengawalnya. Pengawalnya itu merogoh tas jinjing yang dibawanya, dan mengeluarkan sebuah ponsel. Kemudian dia menyerahkannya kepada bosnya. Saya masih berbaik hati, ujarnya kepada Jusuf sambil tangannya sibuk menekan-nekan tombol angka di ponsel yang dipegangnya. Karena saya akan menghubungi orang tuamu agar kamu bisa mengucapkan salam perpisahan. Mereka juga mendatangi rumahku?

745

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Apsara menempelkan ponselnya ke telinga, dan orang yang dihubunginya di seberang sana menerima panggilan. Halo, Bos. Suseno di sini. Bapak dan Ibu Sufyan pingsan atau siuman? Keduanya sudah siuman, jawab Suseno berbohong. Aktifkan pengeras suara di ponselmu. Dekatkan ke mereka. Ada yang ingin berbicara dengan mereka di sini. Baik, Bos. Kejernihan suara sambungan telepon berubah menjadi agak kasar dan keras. Kemudian terdengar suara di ujung sana memerintah supaya Sufyan bersuara. Apsara menikmati suara-suara serak dan gemetar yang didengarnya. Dia kemudian mengaktifkan pengeras suaranya dan mendekatkannya ke Jusuf.

746

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Ayo, bicara. Ibu? Ayah? Jusuf, ini Ayah. Ayah, maafkan Jusuf, Yah Tidak, bukan kamu yang salah. Ayah yang salah. Tidak banyak kejadian yang membuat Jusuf menitikkan air mata. Tapi kini, di tengah kondisi yang dialaminya, suara tulus ayahnya mampu melelehkan hatinya dan membuatnya mengeluarkan air mata. Jusuf menangis. Tersedu-sedu. Dia tidak mampu membayangkan bagaimana kondisi orang tuanya di rumah. Dia juga teringat keadaan adiknya, Padma. Entah bagaimana dia sekarang, karena Jusuf tidak boleh menggunakan alat komunikasi apapun sebelum ini.

747

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dengarkan Ayah, suara Sufyan kembali terdengar, kamu ingat janji Ayah untuk ulang tahunmu yang kedua puluh lima? Iya, Ayah, Jusuf menjawab dengan tersendat-sendat, aku ingat. Kelihatannya Ayah tidak punya cukup waktu untuk menjaganya selama itu. Jadi, Ayah akan memberitahumu sekarang. Jusuf menyeret tubuhnya yang terbaring miring dan terikat ke kursi kayu itu, untuk lebih mendekat ke ponsel yang disodorkan Apsara. Ayah masih berhutang kepadamu, akan arti E dalam namamu. Yang perlu kamu tahu adalah, itu adalah singkatan. Eos. Yang membukakan gerbang surga di waktu fajar agar

748

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

matahari dapat keluar menuju langit dunia dan menyinarinya. E juga berarti abjad kelima dalam susunan alfabet. Karena kamu adalah wujud dari lima doa Ayah. Beriman. Cerdas. Kuat. Mandiri. Sehat. Dan kamu adalah harapan Ayah, agar menjadi generasi yang mencerminkan kelima sila tanah air kita. Jusuf mendengarkan suara ayahnya dengan sangat menderita. Dia menangis dengan begitu pilu, seakan akhir perpisahan sudah begitu dekat. Dan karena memang begitu adanya. Sepertinya cukup, Apsara menarik tangannya, dan menjauhkan ponsel tersebut dari Jusuf. Sekarang, berdoalah yang banyak, ujar Apsara sambil mematikan sorot senternya.

749

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Jusuf mendengar Apsara berbicara dengan kedua pengawalnya, namun dia tidak mengerti apa yang dibicarakannya kecuali suara gumaman yang tidak jelas. Dan setelah itu, Jusuf mendengar satu langkah yang semakin menjauh dan menghilang, sementara dua langkah yang berat mendekat ke arahnya. Apsara keluar dari ruangan itu dan membuka pintunya yang berat karena sudah lama tidak dipergunakan. Setelah menutupnya kembali, dia melangkah menjauhi ruangan besar yang dulunya digunakan sebagai tempat untuk merajang dan menyimpan tembakau itu, menuju ke rumah peristirahatannya. Ada yang harus kulakukan.

750

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Apsara teringat akan sambungan telepon yang belum dimatikannya. Dia mempercepat langkahnya di bawah guyuran gerimis, sambil menekan ponselnya ke telinga. Suseno, bagaimana perkembangan di sana? Cukup baik, jawab Suseno yang sudah mematikan pengeras suaranya, ada beberapa kejadian yang tidak diduga. Saya sudah mengatasi satu masalah belum lama ini. Dan beberapa masalah kecil belum bisa saya selesaikan. Maksud kamu apa? Begini, Bos. Mengenai anak Bapak Sufyan yang perempuan. Dia tahu keberadaan kita. Seorang polisi tadi ke sini, tapi anak buah saya mampu mengatasinya. Yang jadi soal adalah, saya harus mengamankan anak itu juga. Lalu, apa kendalanya?

751

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Mereka tidak tinggal di sini. Saya tidak tahu di mana, tapi akan saya perintahkan anak buah saya untuk mencari tahu. Bagus. Pastikan semua berjalan lancar, dan jangan sampai tercium oleh siapapun. Saya ingin semuanya beres. Dan jangan lupa tanda tangannya. Itu penting. Apsara mengakhiri perbincangan. Dia memasuki rumah tua itu, menuju ke kamar Jusuf, dan mengambil semua barangbarang yang dibawanya. Lalu, Apsara melanjutkan langkahnya menuju ke ruang di mana sesi wawancaranya yang terakhir bersama Jusuf berlangsung. Di sana, perapiannya sudah mulai kehilangan kemampuannya melalap kayu. Apsara menambahkan batu bara dan beberapa bongkah kayu lagi. Setelah apinya kembali mem-

752

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

besar, dia melemparkan tas ransel Jusuf ke dalamnya. Dia juga mengambil tumpukan pakaian Jusuf yang tergeletak di bangku, dan melemparkannya ke dalam perapian. Api langsung membesar dan melahap semua barang pribadi Jusuf, termasuk laptop, kamera, juga alat perekamnya. Apsara menatapnya dengan puas, menikmati tontonannya yang terkadang mengeluarkan letupan-letupan kecil. Sebentar lagi, bukti-bukti akan hilang. Aku aman. Dan tidak akan ada seorang pun yang mengetahui ke mana Jusuf pergi.

753

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 41

Di dalam rumah Sufyan di Bumi Serpong Damai, Suseno mondar-mandir memandang dua sosok mayat yang terbujur kaku di dekatnya. Mayat Inspektur Firman dan pembantu Sufyan. Dia masih mencari cara yang tepat untuk mengangkut kedua mayat itu dan membuangnya di suatu tempat. Herman yang mengeksekusi mereka berdua, menggunakan pistol Inspektur Firman. Dia tinggal memasangkan peredam suara miliknya ke pistol tersebut, menembakkannya, dan kedua butir peluru tersebut kini telah bersarang di kepala kedua mayat itu. Suseno melihat potongan-potongan ruas jari tangan yang tercecer di atas karpet. Pukul dua lewat lima belas menit di

754

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Minggu siang itu. Dia telah memotong tiga jari Julaikha kelingking, jari manis, dan jari tengahnyadan satu ruas telunjuknya. Wanita itu pun masih belum sadarkan diri. Dan kekurangan darah. Karet yang telah terlepas dia ganti dengan sapu tangan yang basah oleh cairan chloroform. Dia tidak punya pilihan, dan menutupi luka itu sedemikian rupa agar tidak membuat korbannya itu mati kehabisan darah. Jangan mati dulu. Setidaknya sampai keinginanku tercapai. Di juga telah mengambil ponsel milik Firman dan memeriksa isinya. Dia mencari petunjuk lainnya yang mengantarkannya ke tempat anak perempuan Sufyan bersembunyi. Setelah menghubungi Apsara dan melaporkan apa yang

755

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

ditemukannya, Suseno kembali kepada tugasnya di rumah tersebut. Di Wonosobo, Apsara menerima laporan lanjutan yang diberikan Suseno. Dia menceritakan hal tersebut kepada pengawalnya, dan memberikan perintah kepada mereka untuk melakukan sesuatu. Lalu seorang dari mereka menghubungi bawahannya yang berjaga di rumah Apsara di Yogyakarta. Tidak lama setelah itu, pukul 14:25. Sebuah Toyota Camry XV40 warna hitamyang sebelumnya digunakan untuk menjemput Jusuf di Semarangkeluar meninggalkan rumah besar tersebut dan meluncur menuju ke sebuah alamat di Boyolali. Tinggal Bapak Sufyan dan istrinya, batin Suseno.

756

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dia memperhatikan raut wajah Sufyan. Kebencian yang terpancar dari matanya cukup membuat Suseno mengerti, dia harus menyudahi semua ini. Belum. Sampai aku mendapatkan apa yang aku inginkan darinya. Pak Herman, katanya kemudian, buka ikatan Bapak Sufyan. Herman memandang Suseno dengan heran. Dia mengira, setelah apa yang terjadi, Suseno ingin membebaskan tawanannya itu sekarang. Tunggu apa lagi? Ayo cepat! Herman masih diliputi oleh pertanyaan soal alasan yang membuat Suseno memintanya untuk membebaskan Sufyan.

757

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Tampaknya, Suseno mengerti akan hal itu. Dia kembali berkata. Saya membutuhkan tanda tangannya. Dan tentu saja, tidak ada seorang pun yang bisa melakukannya dengan tangan terikat ke belakang seperti itu. Ayo, buka ikatannya. Herman mendekati Sufyan, dan membuka ikatan tambang di tangannya. Setelah membukanya, dengan sigap dia mengarahkan pistolnya ke arah Sufyan. Pengawal Suseno yang dari tadi duduk tidak jauh darinya pun ikut mengarahkan senjatanya ke arah dada pemilik rumah. Bapak Sufyan, mengingat apa yang telah terjadi sepanjang hari ini, saya harap Bapak bersedia untuk bekerja sama.

758

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Lalu

Suseno

menyodorkan

berkas

yang

harus

ditandatangani, beserta penanya ke arah Sufyan. Dia meletakkannya di atas meja di hadapannya. Saya heran. Kekeraskepalaan Bapak telah mengakibatkan dua orang tewas, dan istri Bapak kehilangan tiga buah jarinya. Apalagi yang Bapak tunggu? Sufyan ingin bicara. Dia bergumam di balik belitan tambang yang menghalangi mulutnya. Suseno kemudian memberi perintah agar tambang itu dikendurkan. Ada yang ingin disampaikan, Bapak Sufyan? Sufyan merasa lega saat tambang di mulutnya terlepas. Dia menarik napas dan mengatur suaranya. Setelah berdeham, dia mulai bersuara. Mengapa harus seperti ini?

759

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Ya ampun. Saya tidak ingin mengobrol. Tanda tangani saja. Cepat! Tapi mengapa harus timbul korban seperti ini? Itu karena Bapak sendiri. Jangan salahkan saya! Cepat tanda tangan! Tinggal anda sendiri yang belum menandatanganinya. Di bawah todongan dua pucuk senjata api, Sufyan tidak punya pilihan lain. Dia telah mencoba untuk bertahan. Dan usahanya itu telah menimbulkan banyak korban. Tidak ada pilihan lain. Sufyan meraih pena dan hanya menyentuhkan ujungnya di bidang kertas kosong di atas tulisan namanya yang sudah tercetak lebih dulu.

760

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Apa jaminannya kalau saya menandatangani dokumen ini? Waktu negosiasi sudah habis. Hampir delapan belas jam yang lalu. Saya kira, Bapak sudah mengetahui hal itu. Sufyan terbayang bagaimana keluarganya dihancurkan dalam waktu sekejap sepanjang hari ini. Bebaskan dulu istri saya! Dan saya ingin kepastian perihal keselamatan anak-anak saya! Saya yang memegang kendali di sini! Suseno menatapnya dengan berang, anda tinggal menuruti perintah saya. Mengerti?! Kini pistol ketiga mengarah ke kepala Sufyan, membuat pena yang dipegangnya bergetar.

761

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Tanda tangani. Dan saya akan membebaskan istri anda setelahnya. Akhirnya, Sufyan menyerah. Suseno telah menjanjikan apa yang dia minta. Dia mulai menggoreskan pena yang dia pegang dan menandatangani dokumen tersebut. Bagus, Suseno tersenyum saat meraih dokumen yang sudah ditandatangi Sufyan dari atas meja. Jantung Sufyan terasa seperti berhenti berdetak. Dia menatap Suseno dengan tatapan tidak percaya. Dan dari tiga pistol yang ditodongkan ke arahnya, hanya satu yang dipegang Suseno yang beralih haluan. Suseno mengarahkan pistol itu ke kepala Julaikha yang belum juga siuman. Ayo, segera bebaskan mereka dari tubuh fananya ini. Dan kita sudahi urusan kita di sini.

762

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 42

Sudah setengah jam lebih Bripda Imam duduk di teras sambil menahan kantuk yang kembali merasukinya. Dia berjaga sendiri. Karena tidak lama setelah shalat Asar berjamaah, Daud dan Padma tidur di kamar yang terpisah. Untuk melawan rasa kantuknya itu, dia meraih batang rokok berikutnya, membakarnya, dan menghisapnya dalamdalam. Lama sekali Bapak Firdaus. Entah sudah berapa batang rokok yang telah dihisapnya sepanjang siang hari ini. Kopi yang baru dibuatnya pun masih mengepulkan uap panas. Dia meraihnya, meniup permukaan air kopinya untuk menyingkirkan ampas kopi yang masih

763

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

mengambang, lalu menyeruputnya sedikit. Dia kembali memandang halaman depan rumah itu, yang kini dipenuhi oleh daun-daun mangga yang rontok akibat hujan. Lingkungan rumah yang dijaganya terasa sepi setelah hujan tadi. Tidak ada anak-anak yang bermain di jalanan, maupun orang yang sekedar lewat. Mendung pun kembali menggelayut di atas langit, dan bersiap mengguyur Boyolali dengan hujan untuk kedua kalinya di hari ini. Imam memeriksa ponselnya. Diam tanpa dering yang biasanya menjadi pengganggu istirahatnya. Dia teringat akan atasannya, dan menatap tampilan muka di layar ponselnya yang menyala itu dengan heran. Karena tidak biasanya Inspektur menghilang tanpa kabar di tengah tugasnya seperti ini.

764

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Di tengah kesepian itu, Imam merenungi hidupnya sendiri. Selama berjaga di rumah ini, dia merasa lebih dekat dengan Allah dibanding sebelumnya. Tradisi shalat berjamaah para penghuninya seakan menyindir kealpaannya atas kewajiban sebagai seorang Muslim, yang jarang diamalkan olehnya. Dalam hatinya, dia berjanji untuk mulai belajar menjaga kewajibannya secara rutin. Dia kembali menghisap rokoknya. Telinganya seperti menangkap suara mobil yang mendekat. Imam berharap itu adalah Firdaus, walaupun dia merasa kurang yakin karena Bantul sangat jauh. Menurut perhitungan Imam, paling tidak Firdaus baru akan kembali pukul lima sore nanti. Imam memperhatikan mobil tersebut, yang melambat dan berbelok di perempatan kecil di depan rumah, lalu memasuki

765

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

pelataran parkir di depan pendopo. Setelah mesinnya dimatikan, dua orang berbadan tegap dan memakai setelan yang sama seperti dirinya turun dari mobil itu, dan berjalan tepat menuju ke arahnya. Dia ingin berdiri dan menyambut kedatangan dua orang asing itu, namun Imam tidak sempat berdiri dari duduknya. Seorang dari mereka mengeluarkan pistol berperedamnya dengan ketangkasan seorang petugas yang biasa memegang senjata, dan menembaknya dua kali ke dada dan kepalanya. Imam tidak pernah beranjak lagi dari duduknya semenjak itu. Mereka berdua langsung mendekati tubuh tak bernyawa Bripda Imam dan menggeretnya masuk, lalu menggeletakkannya di atas bangku panjang di ruang tamu.

766

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Daud mendengar ada suara gaduh dari kamarnya. Dia menghentikan bacaan Al Qurannya, dan memasukkan kitab kecil itu ke saku kemejanya, lalu beranjak dari ranjang untuk melongok keadaan di ruang tamu. Baru saja membuka pintu, dia melihat dua orang berjaket kulit hitam sedang mengatur posisi Bripda Imam yang tidak bergerak di ruang tamu, dan membaringkannya di atas bangku panjang. Kedua orang itu dengan leluasa memegang tangan dan kaki Imam. Mereka memakai sarung tangan sebelum turun dari mobil beberapa saat lalu, mencegah ditemukannya sidik jari mereka oleh petugas forensik. Daud membeku di tempatnya berdiri. Rasa takut kembali menjalarinya, keringat dingin mulai bercucuran dari dahinya. Ada apa ini? Siapa mereka?

767

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dia memperhatikan kedua orang itu sekarang berjalan menuju ke arahnya. Padma! Aku harus memperingatkannya! Daud kembali ke dalam kamar untuk mengambil ponselnya. Tapi percuma, ponselnya mati. Dia mendesah lesu, memperkirakan seberapa besar peluangnya untuk pergi ke kamar tidur Jusuf dan memperingatkan Padma yang berada di dalamnya. Sekarang, atau tidak sama sekali. Sambil melawan ketakutannya sendiri, Daud membuka pintu kamar lebar-lebar dan melangkah keluar mendekati kedua orang asing tersebut. Dia berjalan ke depan kamar Jusuf dan berbicara dengan keras, bermaksud untuk memperingatkan Padma.

768

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bapak-bapak ini siapa, dan dari mana? Suara Daud berhasil membuat kedua orang itu kaget dan menghentikan langkahnya. Salah satu dari mereka mengangkat pistolnya dan mengarahkannya ke dada Daud. Jangan banyak bicara! Angkat tangan dan letakkan di belakang kepala. Melihat ujung peredam suara dari pistol yang mengacung ke arahnya membuar Daud menuruti perintah orang asing itu. Seorang dari mereka kemudian mendekati Daud dan ingin memborgol tangannya di balik punggung. Apa-apaan ini? Di dalam kamar Jusuf, Padma yang tidak bisa memejamkan matanya dan hanya berbaring di ranjang kakaknya terusik oleh keributan yang terjadi tepat di depan pintu

769

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

kamarnya. Dia mendekati pintu kamar yang tertutup dengan mengendap-endap, dan mendengarkan dengan lebih seksama. Apa yang sedang terjadi di luar? Ke mana Bripda Imam? Paling tidak, turunkan pistol anda. saya bukan penjahat. Padma mampu mendengar suara Daud dengan jelas. Dan itu adalah sebuah peringatan baginya. Tamu mereka bersenjata! Dengan gerakan yang cepat dan hati-hati, Padma menggunakan kursi kayu di kamar tersebut untuk mengganjal gagang pintu. Kemudian, dia melihat ke sekeliling kamar untuk mencari jalan keluar. Jendela! Dia berjalan menuju ke satu-satunya jendela di kamar itu. Jendela tersebut berada di dekat ranjang, menempel di dinding

770

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

sebelah barat. Telinganya masih menangkap suara-suara percakapan antara Daud dan orang asing yang ditahannya. Atau dalam hal ini, yang menahannya. Tidak ada orang lain lagi di sini. Dan jika kalian anggap ada surga di sini, kalian salah alamat. Padma mengerti maksud perkataan Daud dengan baik. Daud memang tidak bermaksud untuk mengalihkan perhatian. Dia bermaksud meminta Padma agar melarikan diri dan bersembunyi di sebuah rumah yang tidak jauh dari Kandang Ndhoro. Dan sebelum membuka daun jendela lebar-lebar, dia masih sempat meraih ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku celana jeans panjangnya. Saat Padma melangkahi bingkai jendela dan hendak melompat keluar, terdengar suara benda yang jatuh membentur

771

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

lantai. Dia menoleh ke arah pintu, khawatir dengan keadaan Daud. Namun gagang pintu yang bergerak-gerak memaksanya untuk segera melompat. Padma pun melompat dan mendarat di atas permukaan tanah berumput yang berada satu meter di bawahnya. Kemudian dia berlari tanpa menoleh ke belakang, sambil menangis dalam kebisuan. Pistol milik orang suruhan Apsara itu merobohkan Daud hanya dengan satu peluru saja. Dia menembaknya di dada, tepat setelah Daud meneriakkan kata-kata yang tidak dimengertinya sama sekali. Tidak lama kemudian, dia jatuh terjengkang ke belakang dan menghantam lantai. Ponselnya yang mati terpental dari genggamannya.

772

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Pemuda ini tahu dia akan mati, dan dia lebih memilih meneriakkan kata surga sebagai kata terakhirnya? Prima, buka pintu ini. Apa Bapak mendengar ada suara berdebum di luar? Benarkah? Kalau begitu, cepat periksa keadaan di luar, perintah orang yang memegang pistol kepada temannya, saya akan menggeledah tempat ini. Kita harus cepat, jangan sampai menarik perhatian. Orang yang dipanggil Prima itu berlari keluar dan mencari sumber suara yang didengarnya. Saat menelusuri sisi sebelah barat rumah, dia melihat ada jendela yang terbuka. Dia mendekatinya sambil mengendap-endap dan mengintip ke dalam. Tapi dia tidak menemukan apapun. Akhirnya, dia memu-

773

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

tuskan untuk memanjat jendela tersebut dan masuk ke dalam kamar itu. Di dalam, Prima melihat pintunya terkunci dan diganjal menggunakan kursi kayu. Dia segera menyingkirkan kursi tersebut dan membuka kunci pintu. Kemudian, Prima keluar dari kamar itu dan mencari atasannya untuk memberikan penjelasan mengenai pemeriksaannya di sisi rumah. Kamu periksa kamar itu, sementara saya memeriksa sisi lainnya. Siap. Atasannya kembali melanjutkan pemeriksaannya,

meninggalkan Prima yang kembali menuju kamar yang tadi dimasukinya lewat jendela.

774

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 43

Padma berlari secepat yang dia bisa. Dia merasa, jarak yang ditempuhnya untuk sampai ke rumah yang dimaksud Daud dalam teriakannya itu seperti tidak ada habisnya. Napasnya terengah-engah, penglihatannya kabur karena air mata yang menggenangi pelupuk matanya. Rumahku diserang, dan mereka mendapatkan Mas Daud! Kata-kata terakhir Daud yang didengarnya sebelum melarikan diri adalah sebuah petunjuk sederhana yang berasal dari kelakar di antara mereka bertigadirinya, kakaknya, juga Daudsaat masih tinggal bersama di Yogyakarta. Jusuf menyebut bahwa keputusannya untuk menempati rumah peninggalan

775

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

kakek dan neneknya di Boyolali sebagai pilihan yang tepat dan selaras dengan tuntunan agama. Saat ditanya alasannya, Jusuf menjawab, karena rumah itu hanya berjarak 100 meter dari surga yang tertinggi. Aku sedang menuju ke surga itu. Di sebuah pertigaan, Padma berbelok ke kiri dan memasuki pekarangan tanpa pagar dari sebuah rumah. Dia terus berlari melintasi garasi berkanopi yang tanpa pintu dan berhenti tepat di pintu utama rumah tersebut. Tante Itut, panggil Padma sambil menggedor pintu, buka pintunya. Ini Padma. Sementara di rumah yang berjarak 100 meter dari Padma, kedua orang suruhan Apsara sudah selesai menggeledah seisi

776

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

rumah dan tidak menemukan seorang pun yang dimaksud oleh pimpinan mereka. Kedua lelaki bertubuh tegap itu melangkah melewati tubuh Daud begitu saja dan meninggalkannya. Mereka kelihatan tidak tertarik untuk menggeledahnya, karena bukan dia yang membuat mereka datang ke rumah ini. Maaf, Pak. Apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Tanya pria yang bernama Prima kepada atasannya. Atasannya kelihatan berpikir. Dan akhirnya, dia membuat keputusan. Kita tinggalkan tempat ini. Sebisa mungkin jangan sampai ada informasi tentang keberadaan kita.

777

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Siap. Tapi, kita tidak berhasil mendapatkan orang yang diminta Bos. Mungkin saja orang yang Bapak tembak tadi mengetahui ke mana target kita melarikan diri. Kamu ingin bertanya kepada mayat? Prima menggelengkan kepalanya. Ayo. Kita pergi dari sini. Lalu kedua orang itu pun melangkah secepat mereka datang tadi, masuk ke mobil sedan yang mereka gunakan, lalu meninggalkan tempat itu. Mobil tersebut meluncur di atas jalanan beraspal kasar yang membelah lapangan di luar perkampungan yang baru saja mereka kunjungi, lalu berbelok ke kiri dan menyusuri jalan kecil yang melewati gerbang gedung SMP Negeri 1 Sawit. Tidak jauh dari situ, mobil kemudian keluar menuju ke Jl.Sawit

778

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

jalan besar yang sama yang telah mereka lewati sebelumnya saat berangkat dari Yogyakarta. Sampai di perempatan Sanggung, mobil mereka berhenti karena lampu lalu lintas yang menyala merah. Giliran jalur yang mengarah dari Klaten menuju Solo yang mendapatkan jatah lampu hijau. Kebanyakan mobil mengarah lurus menuju ke Solo dan daerah yang lebih ke utara, dan hanya beberapa yang berbelok ke kiri di perempatan Sanggung itu. Salah satunya, adalah sebuah mobil All New Jazz tipe RS warna merah yang melaju dengan kecepatan tinggi setelah berbelok di perempatan itu. Prima melihatnya, dan dengan kesalnya menyumpah karena perilaku pengemudi mobil tersebut. Tidak lebih dari lima belas detik kemudian, lampu berganti menjadi hijau, memberi kesempatan bagi Prima untuk

779

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

berjalan. Dia pun berbelok ke kanan dan langsung memacu mobilnya agar sampai di Yogyakarta sesegera mungkin. Firdaus belum pernah berkendara dengan kecepatan seperti ini sebelumnya. Dia paham betul mengenai resiko yang dihasilkan oleh kecepatan tinggi di atas jalan raya yang kecil dan licin karena hujan. Namun telepon dari Padma yang diterimanya sepuluh menit yang lalu tidak memberikannya pilihan selain tiba di rumah sesegera mungkin. Mobil bercat merah itu menurunkan kecepatannya saat mendekati sebuah gang. Setelah berbelok, mobil itu meluncur melewati jalanan yang sama dengan yang tadi dilaluinya saat pergi mengantarkan Adi dan Dinisampai di sebuah perempatan, lalu berbelok ke kanan menuju ke sebuah rumah dengan garasinya yang sudah terbuka.

780

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Setelah memarkir mobilnya, Firdaus langsung menuju ke pintu rumah dan mengetuknya. Istrinya yang membukakan pintu. Di mana Padma, Bu? Di dalam, Pak. Menunggu Bapak pulang. Kasihan dia, wajahnya terlihat sangat tertekan. Firdaus masuk dan meminta istrinya mengunci pintu. Di dalam, dia menemukan Padma yang sedang meringkuk di atas permukaan karpet yang terhampar di ruang tengah rumahnya, menutupi wajahnya dengan bantal besar sambil menangis. Dia menyentuh bahunya sambil memanggil nama Padma. Padma membuka bantal besar yang menutupi wajahnya itu, dan langsung menghambur ke dalam pelukan Firdaus sambil melanjutkan tangisannya.

781

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Oom, Mas Daud dan Pak Imam ujar Padma di sela tangisnya. Iya. Kamu harus kuat. Sebentar, Oom akan periksa rumah kamu. Mereka bawa senjata, Oom. Sudah minta bantuan Pak Zaenal yang tinggal di seberang pendopo untuk melongok dari rumahnya? Padma melepaskan pelukannya dan menggeleng. Oom hubungi Pak Zaenal dulu, kalau begitu. Firdaus mengeluarkan ponselnya dan menghubungi tetangga keponakannya itu. Setelah mendengarkan keterangan yang diberikan kepadanya, Firdaus menyudahi panggilan dan menoleh ke arah Padma.

782

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Sudah aman. Sepertinya. Pak Zaenal tidak melihat seorang pun di sana. Pelataran pun sepi. Dia juga bilang, tadi ada sebuah mobil sedan warna hitam yang datang. Namun kemudian, mobil itu pergi lagi entah ke mana. Oom mau ke sana? Aku ikut. Firdaus menggeleng, kamu di sini saja. Tapi Padma tetap bersikeras. Dan akhirnya Firdaus mengiyakan kemauan keponakannya itu. Mereka berdua bergegas menuju ke pintu diiringi oleh Tante Itut. Ibu, Bapak lihat kondisi di sana dulu. Istrinya mengangguk dan hanya berpesan singkat, hatihati ya, Pak. Jangan lupa berdoa.

783

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Firdaus mengangguk, lalu keluar menyusul Padma. Itut memperhatikan mereka berdua sampai menghilang tertutupi tembok rumah tetangga.

784

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 44

Bangun! Sayup-sayup, Jusuf mendengar teriakan-teriakan dan makian yang dialamatkan kepadanya. Juga tendangan kakikaki bersepatu lars di tubuhnya yang menggigil, juga siraman air yang membekukan yang membuatnya siuman. Dia tidak tahu berapa lama sudah dia pingsan. Dan entah pingsan yang ke-berapa kalinya. Jusuf tidak dapat melihat dengan jelas. Sejak matanya hanya mampu menangkap kegelapan dalam keremangan ruangan berlantai semen itu, Jusuf sadar, peluangnya untuk menyelamatkan diri sangat tipis. Yang dia tidak mengerti, mengapa ada orang yang begitu dendam terhadap dirinya.

785

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Hantaman kaki itu mendarat di perut lebamnya, lagi dan lagi. Membuat tubuhnya berayun ke depan dan ke belakang seperti pendulum. Jusuf sudah terlalu lelah meminta mereka berhenti. Jusuf kehilangan orientasi antara siang dan malam, juga atas dan bawah. Yang dia tahu, tubuhnya kini sudah tidak lagi terbaring miring di atas permukaan semen yang lembab. Dan dia merasakan aliran darah di tubuhnya menekan ke kepalanya. Penglihatannya kabur dan berbayang. Lingkar matanya membiru. Kelaparan dan kedinginan, di bawah siksaan yang entah kapan berakhirnya. Dan dia merasa, telah tiba waktunya untuk menyerah. Tapi siraman air itu datang lagi membasahi tubuhnya, mengalir memasuki lubang hidungnya. Jusuf tersedak, dan

786

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

mencoba untuk membuka matanya kembali kali ini. Dan dia mendengar suara pintu yang dibuka. Tinggalkan dia. Biarkan dia menikmati istirahatnya. Besok pagi-pagi benar baru kita lepaskan. Tendangan dan siraman itu berhenti. Di kejauhan sana, ada seberkas cahaya yang tersorot dari sebuah bidang persegi. Jusuf juga mendengar perbincangan yang tidak jelas setelahnya. Lalu, dia mendengar suara benda yang diayunkan mendekat ke arahnya. Benda itu menghantam pelipis kanannya dan membuat telinganya berdenging. Kemudian cahaya itu memudar. Dan tidak ada yang tersisa selain kegelapan. Kedua pengawal Apsara meninggalkan Jusuf sendirian di ruangan itu. tergantung dengan posisi terbalik dan tidak sadar-

787

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

kan diri. Apsara memanggil mereka untuk melakukan pekerjaan lain. Sebelum benar-benar pergi, seorang dari mereka menendang Jusuf. Tendangan yang mengenai pelipisnya itu membuatnya kembali tidak sadarkan diri. Di rumah peristirahatan, perapian di ruang tengah menyala terang. Apinya berkobar, melalap sisa-sisa plastik dan remah-remah karbon dari perangkat elektronik bawaan Jusuf yang teronggok di dalamnya. Apsara menatapnya dalam diam, sambil menikmati tehnya yang mulai mendingin. Kedua pengawalnya turut duduk bersamanya di ruangan itu. Namun mereka tidak sedang membicarakan apa-apa. Mereka bertiga hanya sedang menunggu, sampai ada laporan mengenai perkembangan situasi di rumah Sufyan.

788

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Salah seorang pengawalnya kelihatan resah. Dia lapar, dan matanya melihat ubi madu kukus yang terhidang di atas meja. Dia melirik ke arah temannya yang duduk di sebelahnya, melihat kalau saja temannya itu merasakan hal yang sama. Tapi sepertinya, hanya dia sendiri yang ingin melahap ubi-ubi itu. Sambil mengangkat bahunya, dia mengulurkan tangannya ke arah meja untuk meraih satu potong ubi kukus yang sudah dingin karena terlalu lama dibiarkan tanpa dihangatkan lagi. Makan saja, ujar Apsara yang melihat gelagat pengawalnya itu dari sudut matanya, kalau kamu ingin pingsan dan siuman besok siang. Pengawalnya itu menghentikan niatnya seketika itu juga.

789

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Kalau lapar, pergi ke dapur. Ujar Apsara lagi tanpa mengalihkan matanya dari perapian. Bawa juga ubi itu, buang di tempat sampah. Ba baik, Bos. Pengawalnya beranjak dari duduknya menuju ke dapur, sambil membawa piring yang penuh dengan ubi yang telah dibubuhi bius serbuk. Jam berapa sekarang? Pengawalnya itu melirik arloji yang dikenakannya, tepat pukul lima sore, Bos. Apsara bangkit dari sofa dan berjalan menuju ke pintu. Dia berhenti sejenak untuk menoleh ke arah pengawalnya itu.

790

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Saya ingin istirahat. Besok jam lima pagi, kalian bawa anak itu. Terserah mau dibuang ke mana. Tapi saya sarankan, kalian membuangnya ke hutan saja. Lalu, bagaimana dengan Suseno, Bos? Apsara mengela napas panjang, saya percaya dia sepenuhnya. Dan saya yakin, dia mampu mengerjakan tugasnya dengan baik. Jangan ketuk pintu saya sebelum jam tujuh pagi. Kemudian antar saya ke Semarang. Saya ingin terbang dari sana menuju Jakarta, dan melihat hasil kerja Suseno di kantor besok siang. Pengawalnya tidak menyahut dan hanya mendengarkan perkataan Apsara.

791

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Satu hal lagi, tambahnya, sebaiknya kamu makan. Setelah itu, mungkin kalian ingin menengok tamu kita yang kalian tinggalkan?

792

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 45

Jusuf terbangun dan mendapati dirinya sedang berdiri di atas kedua kakinya. Dan berpakaian lengkap. Kegelapan yang menyelimutinya sudah hilang, berganti dengan putih yang begitu terang. Hawa dingin yang menggigilkan itu pun telah lenyap, diganti oleh kehangatan yang tidak biasa. Di mana aku? Dia mencari-cari jawabannya sendiri. Tapi kekosongan pikirannya membuatnya kehabisan akal untuk mengetahui di mana dia sekarang berada. tidak ada lagi variabel

ketidakpastian Heisenberg, Idealisme George Berkeley, maupun pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai ilusi dan per-

793

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

sepsi. Rasa takut dirasakannya.

yang biasa menghantuinya itu pun tidak

Engkau adalah lima yang pertama. Tidak! Akulah lima yang pertama. Harapan yang mewujud dan bergerak. Jusuf merasa kosong. Dan luar biasa tenang. Dia berjalan menyusuri dunia putihnya yang cemerlang itu, dan tidak menemukan siapapun selain dirinya. Jusuf sendirian. Menapaki sebuah dunia tak berbatas. Menembus ilusi. Menerjang batas persepsi. Merengkuh kepastian yang hakiki. Atau kehakikian yang pasti.

794

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Entah sudah berapa lama Jusuf berjalan. Sampai kemudian, dia melihat sebuah pohon yang menjulang begitu tingginya menyundul langit di kejauhan. Dia pun mempercepat langkahnya menuju ke pohon itu. Langkahnya yang cepat berubah menjadi ayunan yang panjang dan cepat. Jusuf berlari secepat yang dia bisa. Dan anehnya, dia tidak merasa kelelahan. Napasnya begitu teratur sehingga dia tidak merasa sedang berlari. Tapi secepat apapun dia berusaha, pohon itu tidak juga berhasil dijangkaunya. Jusuf seperti berlari di tempat. Putus asa. Akhirnya Jusuf menghentikan usahanya dan berdiri dalam diam. Hanya matanya yang sibuk mengamati lingkungan asing tempatnya sekarang berada. Visi dalam mimpi adalah ilusi.

795

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Visi dalam hidup adalah persepsi. Visi yang nyata adalah keabadian yang hakiki. Keabadian yang pasti. Jusuf duduk bersila di tempatnya sambil memejamkan mata, merenungi keberadaannya dalam ruang tanpa batas itu. Hanya sejarah yang tertinggal, sebentar lagi. Hanya sejarah, ketika waktu berhenti mendampingi. Ketika waktu berhenti. Dia sadar akan hal itu. Seakan sebuah semangat baru mengaliri tubuhnya. Otaknya mulai aktif kembali, semua yang pernah diingatnya berkelebatan di depan matanya dengan begitu cepatnya. Paras Ibunya, tawa renyah Ayahnya, dan candaan Padma. Ibu, Ayah Padma!

796

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Jusuf berusaha untuk membuka mata saat merasakan tangan-tangan kasar menyentuh tubuhnya dan menurunkannya dari gantungan. Tangan-tangan itu membaringkannya begitu saja. Kulit Jusuf kembali merasakan permukaan semen dan genangan air yang dikenalnya. Pandangannya masih kabur. Pencahayaan ruangan yang remang-remang itu sama sekali tidak membantunya. Dia kembali merasa hawa dingin yang menerpa tubuh tanpa pakaiannya itu. Lalu siraman air selang itu mengguyur wajah Jusuf, membuatnya sadar sepenuhnya. Di mana saya? Jusuf berusaha untuk bertanya dengan susah payah, saat siraman itu berhenti.

797

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Di neraka! Jawab pengawal Apsara ketus, sambil menendang perut Jusuf yang kosong. Neraka tidak ada air, bodoh! Pengawal yang satu lagi mengoreksi kata-kata temannya. Memangnya kamu pernah ke sana? Balas pengawal pertama itu dengan pandangan mengejek. Belum. Tapi nanti, berdua denganmu! Ya, ya. Paling tidak, buat neraka ini terang. Sepertinya ada lampu di sini. Pengawal kedua menyalakan senternya dan berjalan menuju ke tembok di sekitar satu-satunya pintu di ruangan itu. Dia mengarahkan sinar dari lampu senternya ke permukaan cat yang sudah banyak mengelupas itu dan menemukan saklar

798

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

yang dicarinya. Ketika dia menekannya, bola lampu di tengah ruangan memancarkan sinarnya yang kuning suram. Pengawal kedua itu mematikan senternya dan berjalan ke arah temannya. Di dekat mereka, ada sebuah meja besar dan empat buah kursi, yang salah satunya telah digunakan mereka untuk mengikat Jusuf sebelum mereka menggantung tubuhnya secara terbalik di besi tebal berongga yang melintang di tengah ruangan, yang tadinya berfungi sebagai tempat untuk menggantungkan tumpukan daun-daun tembakau. Di hadapan mereka, Jusuf masih meringkuk menahan sakit akibat lesakan kaki yang diterima perutnya. Dia merasa sangat pusing, kelaparan, dan dingin yang menggigilkan. Tubuhnya bergetar di atas genangan air yang mengembang di permukaan semen ruangan itu.

799

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Biasakan dirimu, kata seorang pengawal Apsara kepada Jusuf, paling tidak, di sini lebih baik keadaannya dibandingkan dengan tempatmu besok pagi. Sejak dua hari belakangan, Jusuf baru dua kali mendapat tekanan dan ancaman berupa kata-kata semacam itu. Tapi, mengingat tekanan-tekanan fisik yang telah diterimanya sepanjang berada di dalam ruangan ini, dia merasa tidak harus menanggapi perkataan orang itu kepadanya. Dalam benak Jusuf, yang dia pikirkan sekarang hanyalah kondisi kedua orang tuanya, juga orang-orang terdekatnya, yang belum diketahuinya dengan jelas.

800

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 46

Come away, come away, death, And in sad cypress let me be laid, Fly away, fly away, breath; I am slain by a fair cruel maid.58 Daud terbujur di atas lantai. Dia ingin merasakan detak jantungnya sendiri, namun dia kurang yakin apakah masih memilikinya atau tidak. Yang didengarnya hanyalah gumaman dari bait-bait syair yang digubah oleh William Shakespeare yang berputar-putar dalam benaknya. Bahkan dia tidak lagi menguasai tubuhnya sendiri untuk bergerak dan bangun. Dada kirinya terasa nyeri yang amat sangat, dan Daud merasakan

58

William Shakespeare, Twelfth Night (1602), Act II, Scene iv.

801

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

paru-parunya terbakar setiap kali berusaha untuk menarik napas. Not a flower, not a flower sweet, On my black coffin let there be strown. Not a friend, not a friend greet My poor corpse, where my bones shall be thrown.59 Kelopak matanya terasa berkarat dan begitu susah dibuka. Daud berusaha untuk melawan perasaan yang membuatnya ingin tidur dalam lelap. Setidaknya, telinganya masih bekerja dengan baik. Dia masih mendengar suara langkahlangkah kaki yang mendekat. Juga suara seseorang yang berada di dekatnya, memanggil-manggilnya agar segera bangun.

59

Ibid.

802

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Daud berusaha lebih keras lagi untuk membuka matanya. Dan sekarang dia dapat melihat siapa yang memanggil-manggil namanya itu. Dalam bayang-bayang kabur, dia melihat wajah seorang perempuan. Seorang bidadari yang turun untuk menjemputku? Kemudian, Daud merasakan sentuhan tangan-tangan yang mengangkatnya dan membaringkannya di atas sebuah ranjang empuk. Ranjang itu membawanya melayang, masuk ke dalam mulut makhluk besar yang meraung-raung dan mengeluarkan cahaya-cahaya berwarna biru dan merah. Makhluk apa ini? Makhluk itu menutup mulutnya, lalu membawa Daud pergi. Di dalam perut makhluk yang tidak pernah dilihat olehnya sebelum ini, sesuatu menyentuh dadanya, mengambil

803

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

sesuatu yang menghuni saku kemejanya, dan menekan tepat di atas rasa sakit yang membakarnya. Lalu, sesuatu yang dingin dan berongga menjulur ke arah wajahnya, menutupi mulut dan hidungnya. Daud ingin memberontak dan melepaskan diri dari benda aneh itu. Namun aliran udara yang keluar dari benda itu membantu dan memperingan usahanya untuk tetap bernapas. Tangan-tangan lain terjulur ke tubuhnya, memegangi tangannya. Kemudian, sesuatu yang tajam menusuk lengannya. Daud merasakan sesuatu mengalir masuk dari benda yang menusuknya itu. Dia memalingkan wajahnya ke arah lain, dan menemukan wajah cantik yang sama, yang memintanya untuk melawan rasa kantuk yang menguasainya.

804

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Setelah beberapa saat, Daud merasakan makhluk besar yang menelannya itu berhenti. Kemudian, mulutnya kembali terbuka, dan sesuatu menariknya keluar dan menyelamatkannya dari perut makhluk aneh itu. Tubuhnya terasa seringan kapas, bergerak tanpa menyentuh bumi di atas ranjang tempatnya berbaring. Dia melayang. Pandangannya mengabur, seperti waktu dia menonton INNI60 yang menyajikan gambar hitam putih terdistorsi. Daud melihat sosok-sosok berpakaian putih mengelilinginya. Lingkungannya kini begitu terang. Menyilaukan. Dan berbau steril. Lalu dia berhenti. Tangan-tangan yang tidak dikenalnya kembali terjulur meraih tubuhnya dan memindahkannya ke

60

Sebuah album dan film yang menyajikan Sigur Rs dengan nuansa live in concert yang difilmkan di Alexandra Palace, London, pada tahun 2008. Dirilis dalam beragam formatseperti vinyl, DVD, BlurRay, dan CDpada hari Senin tanggal 7 November 2011.

805

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

ranjang yang lain. Kemudian beberapa tusukan yang menyakitkan menyusup ke dalam kulit tangannya. Membuat matanya menjadi lebih berat dari sebelumnya. Daud ingin menyerah kepada perasaan itu, dan kali ini tidak ada yang mencegahnya agar tetap siuman. Apa yang terakhir dilihatnya sebelum memejamkan mata adalah kilau yang lebih menyilaukan lagi muncul tepat di atas wajahnya. Padma dan Firdaus menunggu dengan gelisah di luar ruang unit gawat darurat. Di dalam, tim dokter dan perawat sedang berusaha untuk menyelamatkan Daud. Dua puluh lima menit yang lalu, mereka berdua masuk ke rumah joglo di areal Kandang Dhoro dan menemukan dua tubuh manusia yang membujur diam. Bripda Imam dan Daud. Firdaus ingin memeriksa detak jantung Imam yang, tapi dia

806

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

membatalkan niatnya saat melihat sebuah lubang di dahi petugas itu. Padma menemukan Daud yang tergeletak di atas lantai di depan kamar Jusuf. Cover dan baterai ponselnya berhamburan di atas lantai. Dia melihat dada kiri Daud lebih dekat, dan menemukan sebuah lubang yang mengeluarkan darah yang membasahi kemejanya. Mereka menembak Daud! Padma memanggil-manggil Daud sambil menangis, sementara Firdaus menghubungi nomor darurat untuk segera mengirim pertolongan. Saat ambulance datang, suasana di luar telah ramai oleh tetangga yang mendengar suara raugan sirene mobil tersebut dan berkumpul untuk melihat apa yang sedang terjadi di dalam

807

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

rumah yang mereka kenali sebagai tempat anak-anak mereka belajar itu. Petugas medis datang dan membawa Daud masuk ke dalam ambulance. Padma dan Firdaus ikut serta. Sementara Itut yang akhirnya memutuskan untuk menengok keadaan di rumah yang ditinggali keponakannyatetap di sana bersama warga sambil menunggu kedatangan polisi. Padma memegang kantung transparan yang berisi Al Quran saku milik Daud yang basah oleh darah. Benda itu yang menyelamatkan Daud dari kematian. Ketebalan halaman dan sampul kulitnya telah meredam laju peluru yang mengarah ke jantung, mengalihkannya hanya satu inci ke sebelah kanan. Peluru yang membenam di paru-paru Daud itulah yang saat ini sedang dicoba untuk dikeluarkan oleh tim dokter rumah sakit.

808

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dia masih ingat bagaimana petugas medis yang mengeluarkan kitab kecil itu dari saku kemeja Daud memberikan keterangannya saat di dalam ambulance. Setelah mengucap syukur dan memuji Allah, petugas itu mengatakan, jika kitab itu tidak ada di sana, peluru dapat menembus jantung Daud dan itu dapat mengakibatkan kematian seketika itu juga. Petugas itu juga menambahkan, begitu juga dengan pertolongan pertama yang anda berikan kepadanya. Karena jika tidak, dia pasti sudah tiada karena kekurangan begitu banyak darah. Padma pernah belajar hal-hal mengenai pertolongan pertama saat dia masih bersekolah. Dia bergabung menjadi anggota PMR di SMP dan meneruskan ekstra kulikulernya itu di SMA. Di suatu hari, dia mendapatkan pelajaran mengenai

809

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

penanganan luka akibat tembakan. Walaupun dia mengikuti setiap instruksi saat itu, tidak pernah terpikirkan olehnya kalau pendidikan itu akan menyelematkan nyawa seseorang sore ini. Begitu dia menemukan Daud yang tergeletak, dia meminta pamannya untuk mengambilkan kantung plastik kiloan dan kain. Firdaus menemukannya di dapur dan memberikannya kepadanya. Lalu Padma membelah plastik itu menjadi lembaran dan menggunakan bagian dalamnya untuk menutupi luka tembak Daud. Lalu, dia meletakkan kain itu di atas lembaran plastik agar plastik tersebut tidak goyah. Lima menit terasa sangat lama bagi Padma, yang menunggu dengan gelisah. Dia meletakkan kitab saku itu di samping tempatnya duduk. Kadang dia duduk sambil menopang dagunya menggunakan kedua telapak tangannyaatau berjalan

810

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

mondar-mandir di luar ruangan tempat Daud sekarang berada menunggu kepastian. Perhatiannya saat ini seakan tertuju hanya kepada Daud. Sebelumnya, Padma meminta kepada tantenya di Kandang Ndhoro agar mencarikan nomor orang tua Daud di daftar kontak ponselnya. Dan Padma harus menunggu, karena tantenya harus menyusun kembali ponsel tersebut dan mengisi baterainya. Rumah sakit yang sedang menangani Daud adalah Rumah Sakit Dr.Oen Surakarta, di Jl.Brigjen Katamso No.55, Surakarta. Dalam perjalanan normal, biasanya menghabiskan waktu 40 menit untuk sampai ke sini. Tapi, dengan kombinasi antara kecepatan tinggi dan raungan sirene ambulance, waktu bisa disingkat menjadi 15 menit saja.

811

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Lalu, tirai yang menutupi ranjang yang ditempati Daud dibuka. Seorang dokter spesialis melangkah keluar dari ruangan UGD dan menghampiri Padma dan Firdaus. Keluarga Bapak Daud? Ya, benar. bagaimana keadaannya, Dokter? Tanya Firdaus tanpa bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Begini. Proyektil peluru menembus otot di antara rusuk di sebelah kanan jantung Bapak Daud. Kami tidak sempat melakukan rontgen. Tapi melihat lukanya, kami berasumsi kalau proyektil tersebut berada di titik di mana vena pulmonalis dari paru kiri Bapak Daud berada. Diagnosa kami, luka tersebut mengakibatkan trauma hypovolemia,61 pneumo-

61

Kondisi yang disebabkan oleh berkurangnya volume darahatau dalam hal ini plasma darahlebih dari 15%, biasanya disebabkan adanya pendarahan atau dehidrasi. Trauma ini terbagi menjadi empat tahap

812

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

toraks,62 dan hypoxia63 pada bagian dadanya, yang tentu saja membahayakan keselamatan Bapak Daud. Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk mengatasi kerusakan yang terjadi, tapi kami tidak bisa melakukannya kecuali dengan jalan operasi. Dan sebelum kami bisa melakukan itu, saya harus meminta persetujuan dari pihak keluarga. Lakukan apa yang menurut Dokter terbaik.

62

63

dengan ciri yang berbeda, bergantung pada volume darah yang bekurang dan gejala klinis lainnya. Terjadinya pengumpulan udara atau gas dalam rongga pleura, yang terdapat antara paru-paru dan toraks. Selain disebabkan oleh penyakit, kondisi ini bisa juga disebabkan oleh adanya trauma fisik pada dada, cedera akibat ledakan, atau komplikasi dari berbagai pengobatan. Pneumotoraks bisa juga terjadi setelah luka pada dinding dada seperti tulang rusuk yang patah, luka akibat tembakan senapan atau tusukan, invasi operasi dari dada, atau yang diinduksi dengan bebas dalam rangka untuk mengempiskan paru. Sebuah kondisi di mana jaringan tubuh mengalami kekurangan asupan oksigen akibat adanya gangguan pada tingkat kesetimbangan pengikatan oksigen oleh hemoglobin dalam darah.

813

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Baiklah. Doakan agar apa yang kami lakukan memberikan hasil yang kita semua harapkan. Dokter itu melangkah lagi ke dalam. Tidak lama kemudian, terlihat iring-iringan dua orang dokter dan tiga orang perawat yang mendorong tiang tempat menggantungkan kantung infus, kantung darah, tabung oksigen, alat pengukur detak jantung, dan ranjang yang membawa Daud di atasnya, melintasi Padma dan Firdaus. Mereka berdua langsung bergabung ke dalam rombongan itu sampai di depan sebuah pintu. Seorang dokter lagi muncul dan langsung masuk ke dalam rombongan. Padma tidak dapat menahan gejolak kesedihan demi melihat kondisi Daud; kabel-kabel yang menjulur dan menempel

814

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

di dadanya, selang udara di mulut Daud, selang transfusi, dan semua peralatan itu. Maaf, ujar seorang perawat sambil mencegah langkah Padma dan Firdaus, anda hanya boleh mengantar sampai di sini. Mereka berhenti, dan kemudian duduk di deretan kursi yang dekat dengan pintu ruang operasi. Baru saja duduk, Ponsel Padma bergetar dua kali. Sebuah SMS. Dia mengeluarkannya dari saku, dan membaca pesan singkat yang ternyata dikirim oleh tantenya. Isi pesan itu sangat singkat, karena hanya berisi satu deret nomor sebelas digit dengan kode area Jakarta pada tiga digit awal. Padma langsung menyalin nomor tersebut, dan menghubunginya.

815

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 47

Mors certa hora incerta.64 Jusuf memandangi kedua orang penjaganya dengan tatapan kosong. Mereka telah berbaik hati untuk memindahkannya dari lantai semen ke kursi kayu yang sebelumnya didudukinya, dan mengencangkan ikatannya. Dia meratap dalam kebisuan. Ratapan yang memenuhi benaknya yang putus asa setelah memikirkan jalan keluar bagi masalah yang sedang dihadapinya saat ini. Aku tidak siap untuk menghadapi situasi seperti ini. Apakah ada orang yang siap menghadapi semua ini?

64

Kematian adalah hal yang pasti, jamnya yang tidak pasti.

816

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Jusuf mengerahkan tenaga yang masih tersisa untuk mengendurkan simpul yang mengikat lengannya. Tapi luka yang terdapat di pergelangannya semakin terbuka seiring usahanya itu. Jusuf kehabisan akal. Kedua orang yang bersamanya terusik oleh usahanya itu, namun mereka tidak melakukan apapun. Mereka tahu, Jusuf tidak akan bisa lolos dari ikatannya. Seandainya dia berhasil lolos pun, mereka akan mengakhiri usahanya itu dengan pistol mereka. Jangan macam-macam. Duduk, dan diamlah! Jusuf menurut, dan mencoba mengalihkan dirinya dengan memikirkan hal-hal lain. Dia mengingat-ingat kehidupan yang pernah dia jalani, semuanya. Tapi, seiring dengan usahanya itu,

817

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

tidak ada satupun yang menyeruak dari ingatannya selain kejadian kecil yang terjadi di pendopo rumahnya. Malam itu, seorang anak kecil berkulit sawo matang yang sedang belajar kelompok memintanya untuk menceritakan kisah seorang bernama Sinbad. Dia pernah membacanya di dalam buku pelajarannya. Namun anak itu ingin lebih, dan bertanya apakah ada kisah dari Sinbad selain yang terdapat dalam buku pelajarannya. Teman-temannya yang lain mendengar anak itu, dan seketika itu juga mereka semua teralihkan dari tugas yang sedang mereka kerjakan. Jusuf kebingungan menjawabnya. Anak kecil itu berhasil membuatnya kebingungan. Karena tidak menemukan jalan keluar, Jusuf berjanji kepada mereka akan melunasinya tiga hari lagi. Setelah anakanak itu pulang, Jusuf menceritakan hal ini kepada Daud.

818

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Seorang Jusuf tidak tahu cerita Sinbad Si Pelaut? Benarkah yang kudengar ini? Temannya itu tertawa, masuk ke kamarnya, dan menyerahkan kepadanya sebuah buku tebal sebanyak dua jilid berjudul Kisah Seribu Satu Malam. Mulai malam itu, Jusuf mulai membacanya, kisah demi kisah. Dan buku itu menarik baginya. Bukan saja karena kisah di dalam kisah yang disajikan oleh buku tersebut, namun juga karena keindahan syair-syair yang tercantum di dalamnya. Jusuf mencoba untuk mengingat syair bernada gembira untuk menghibur dirinya. Namun yang bisa diingatnya hanya satu. Satu syair yang sangat tepat menggambarkan kedukaan dan permasalahannya saat ini. Nasibku melawanku bagaikan seorang musuh.

819

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dan mengejarku yang tak berdaya tanpa henti. Jika sekali ia mau memperlakukanku dengan baik, Seketika ia berbalik, siap menghukumku.65 Jusuf merasakan kesendirian yang amat sangat. Dan sama seperti kisah darwis bermata satu66, dia merasa nasib sedang memusuhinya sekarang ini. Setidaknya, darwis itu beruntung. Jauh lebih beruntung. Khalifah Harun Al Rasyid menikahkannya dengan seorang perempuan cantik dan mengangkatnya sebagai bendahara dan menjadi kalangan dalam istana. Sedangkan aku? Terikat, kedinginan, dihajar habis-habisan, dan aku tidak mengetahui bagaimana nasib keluargaku sekarang.
65

66

Husain Haddawy (1993), Kisah Seribu Satu Malam: Buku Pertama (terj.), alih bahasa Rahmani Astuti, Bandung: Penerbit Mizan, hal.150. Kisah ini terdapat dalam legenda Seribu Satu Malam, salah satu cerita yang disampaikan oleh Putri Syahrazad kepada Raja Syahrayar di malam ketiga puluh sembilan sampai malam kelima puluh satu.

820

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Jusuf ingin berbicara. Dia memberanikan dirinya, dan berdeham. Tapi tenggorokannya begitu kering dan terasa perih. Dia melawan rasa sakit itu, dan membuka mulutnya. Kalian boleh membunuhku, atau apapun yang kalian suka. Asal kalian melepaskan keluargaku. Pengawal pertama terkejut mendengar suara Jusuf yang serak itu. Merasa berhalusinasi, dia mendekati Jusuf dan membungkukkan tubuhnya. Apa? Coba katakan sekali lagi? Lakukan apa yang kalian suka terhadapku, tapi kalian harus melepaskan keluargaku. Pengawal itu menoleh ke temannya, dan tertawa. Kamu dengar dia bicara apa? Tidak. Suaranya begitu pelan dan tidak jelas.

821

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Dia bilang, lakukan apa saja kepadaku, asal kalian lepaskan keluargaku. lanjut pengawal itu menirukan suara Jusuf. Keduanya lalu tertawa terbahak-bahak. Pengawal itu masih membungkuk di depan Jusuf, lalu berdiri dan meludahinya. Bagaimana kalau kami lakukan apapun yang kami mau, dan kalian semua mati? Dia melambaikan tangan memanggil temannya dan meminta stun gun yang tergeletak di atas meja. Setelah temannya menyerahkan benda itu, dia meludahi Jusuf lagi dan menusukkan stun gun itu dalam-dalam ke perut Jusuf.

822

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 48

Pukul 22.41. Sebuah mobil BMW X3 berwarna silver meluncur keluar dari Gerbang Tol Bekasi Barat dan berbelok ke kiri. Di dalamnya, Suseno duduk dengan tenang dan memeriksa penampilannya. Setelah hari yang panjang dan melelahkan, dia memutuskan untuk singgah di rumah orang tuanya dan menginap di sana malam ini. Dia sudah mengunjungi orang tuanya dan berkumpul bersama anggota keluarganya yang lain beberapa bulan lalu saat merayakan Lebaran Idul Fitri. Tapi setelah apa yang dialaminya dua hari belakangan ini, Suseno membutuhkan ketenangan untuk menghilangkan kepenatan dan kelelahannya.

823

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Mobil tersebut terus melaju ke ujung Jl.Jendral Ahmad Yani yang bermuara ke Jl.Jendral Sudirman. Di pertigaan tersebut, sedang ada pembangunan sebuah fly over sebagai akses ke sebuah area perumahan baru. Suseno ingat betul, bentangan sawah yang sekarang menjadi tempat berdirinya tiang pancang beton dan rumah-rumah yang dilabel dengan harga miliaran rupiah itu. Kenangan masa kecil yang singkat. Namun dia tidak akan melihat hamparan itu lagi mulai saat ini. Mereka bekerja sepertiku. Melakukan perubahan,

memberikan kemajuan. Tapi Suseno sendiri bingung dengan definisi kemajuan yang dimaksudnya. Sebagian orang menginginkan kemajuan dan pembangunan yang merata, melawan tradisi sentralisasi yang sudah berdiri sejak lama mengangkangi negerinya ini.

824

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Sejak bekerja untuk Apsara, dia mencoba untuk belajar menghargai kemajuan. Dia menjadi tangan kanan bosnya itu untuk mewakilinya dalam soal pembebasan area tanah dan lahan. Entah sudah berapa luas kawasan hutan, perladangan, dan pertanian yang dikonversi menjadi perkebunan sawit lewat kepiawaiannya dalam bernegosiasi. Dia memandang dokumen yang dipangkunya. Dan menatapnya dengan puas. Satu tanda tangan terakhir telah didapatkannya. Selanjutnya tinggal menunggu eksekusi lahan, dan urusannya pun beres untuk sementara ini. Kalau pun nantinya kecurigaan mengarah kepada perusahaannya, dia dan Apsara telah menyiapkan alibi sehingga proses pembukaan perkebunan sawit yang sudah direncanakan tidak mengalami dampaknya. Karena, lampiran doku-

825

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

men yang ditandatangani Sufyan bertanggal 6 September, atau sebulan yang lalu. SUV buatan Jerman itu melintas tepat di kolong struktur bangunan fly over yang belum rampung itu. lalu mengarah ke timur, terus sampai sebuah jembatan yang menyeberangi Kali Bekasi di Jl.Ir.H.Juanda. Kamu lihat tukang nasi goreng di sebelah kanan jalan ini? Berhenti di seberangnya, Suseno memberikan instruksi kepada pengemudi mobil. Orang itu mengangguk, mengurangi kecepatan mobil, lalu menyalakan lampu penanda berwarna kuning yang berkedap-kedip di sisi kiri mobil. Mobil berhenti tepat di depan sebuah toko dengan bas relief berwujud Semar. Suseno membuka pintu, dan keluar dari

826

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

sana. Sebelum menutupnya, dia berpesan kepada pengemudi mobil untuk kembali lagi ke sini menjemputnya besok pagi. Setelah Suseno menutup pintunya, mobil itu meluncur ke timur, meningkatkan kecepatannya di jalan yang sepi di tengah malam itu, dan kemudian menghilang dari pandangannya. Dia menengok ke kanan dan ke kiri, lalu menyeberangi jalan itu. Mas Seno, apa kabar? Rapi sekali, pakai bawa map pula, sapa tukang nasi goreng disela kesibukannya membuatkan pesanan pelanggan. Suseno menoleh ke arahnya, dan tukang nasi goreng berkumis tebal itu tersenyum. Sudah lama tidak kelihatan. Sudah makan, Mas? Mau dibuatkan apa? Nasi goreng? Kwetiau?

827

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Saya sudah makan, Pram, jawab Suseno, berbohong. Dia hanya ingin tidur malam ini. Oh. Ya sudah. Istirahat, Mas. Suseno menanggapinya dengan tersenyum, lalu melanjutkan langkahnya menuju ke rumah orang tuanya. Sampai di pagar rumah, dia segera membukanya. Suseno selalu tahu, pagar itu tidak pernah dikunci. Dia meletakkan map yang dibawanya di atas pagar tembok dan mengerahkan kekuatannya untuk membuka pagar itu. Agak berat memang, yang jika dibuka akan menimbulkan suara sebagai pemberi tahu orang di dalam rumah akan kedatangan seseorang. Dan itulah mengapa, pagar ini tidak pernah dikunci. Suseno masuk, dan menutup pagar itu kembali. setelah meraih map berisi dokumen yang diurusnya sepanjang dua hari

828

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

ini, di melangkah ke pintu masuk yang tertutup dan mengetuknya. Bu. Ini Suseno.

829

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 49

Herman berdiri di samping mobil, melawan angin malam yang dingin di Tanjung Kait, Tangerang. Dia membuang puntung rokoknya, lalu berbalik ke kedua bawahannya. Ayo, kita pulang. Tugas kita sudah berakhir di sini. Mereka paham betul dengan arti kalimat atasannya itu. Dan memang itulah perintah yang mereka tunggu-tunggu. Herman masuk ke mobil, dan mencium bau amis darah. Dia menepuk pundak bawahannya yang duduk di balik kemudi. Selesai mengantar saya nanti, cuci mobil ini. Dan sebisa mungkin kalian harus mencucinya sendiri, jangan di tempat pencucian mobil.

830

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Siap. Herman membuka kaca jendela, dan menyalakan rokok untuk mengusir bau anyir itu. Sambil menyenderkan kepalanya, dia memejamkan matanya dan mengurutnya. Hari yang melelahkan, batinnya. Minggu ini, Herman sebenarnya libur dari tugas. Dalam hal ini, tugas resminya di korps. Tapi berhubung Suseno yang menghubunginya, dia pun merelakan waktu istirahatnya itu. Dan sore tadi, setelah Suseno mendapatkan apa yang diinginkannya dari Sufyan, dia memerintahkan Herman menggunakan senjatanya untuk menembak tuan rumah. Sementara pistol milik Inspektur Firman yang dipegang Suseno, digunakan untuk menembak istri sang pejabat.

831

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Suara kematian yang sunyi ditandai dengan bunga api yang memercik dari ujung peredam terasa terlalu memekakkan telinga. Dan tubuh kedua penghuni rumah besar itu pun tergeletak tanpa pernah bangun lagi. Lalu Herman melihat Suseno menyerahkan senjata milik Firman kepadanya, membuka kembali dokumen yang digenggamnya, dan tersenyum puas. Kita sudah selesai di sini. Ayo, kita pergi. Tapi, mayat-mayat ini, bagaimana? Tanya Herman. Kenapa kamu yang bertanya? Aku mengharapkan inisiatifmu sebenarnya. Tapi tidak apa. Aku punya dua pilihan. Pilihan pertama, mayat-mayat ini kita tinggalkan di sini, lalu penyidik dan petugas forensik datang, kemudian mereka menemukan sidik jari kita semua. Atau, kamu bawa mayat-mayat

832

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

ini, buang di mana saja kalian suka, dan hanya kita dan Tuhan yang tahu. Bagaimana? Herman terlihat menimbang-nimbang, dan kemudian menjawab singkat, oke. Pilihan kedua. Suseno tersenyum puas. Dia menghampiri Herman dan menepuk-nepuk pundaknya. Bagus. Memang seperti itulah yang aku harapkan. Ingat, masalah pembayaran Suseno yang baru saja ingin melangkah keluar dari ruang kerja itu berhenti dan menoleh ke arah Herman. Tenang saja. Aku akan membayarmu dua kali lipat untuk hari ini. Urus mayat-mayat itu, hilangkan jejak kalian, makan yang enak, dan istirahatlah.

833

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Herman belum melakukan apapun, sampai dia mendengar suara mobil yang BMW X3 yang keluar dari area rumah itu. Ayo, perintahnya kepada kedua anak buahnya, kita harus menyelesaikan urusan kita di sini. Kalian cari selimut, atau sesuatu yang dapat menutupi mayat-mayat ini agar tidak menarik perhatian apabila kita menggotongnya ke luar. Kedua anak buah Herman bergegas melaksanakan perintahnya. Tidak lama kemudian, mereka kembali dengan tiga helai kain sprei lebar. Sementara Herman memeriksa jenasah-jenasah itu dan mengambil apapun yang dapat menunjukkan keterlibatan mereka. Selagi kedua anak buahnya membungkus keempat jenasah itu, Herman memperhatikan detail sekecil apapun yang

834

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

dapat menimbulkan kecurigaan sehingga mengarahkan tuduhan kepada dirinya. Setelah merasa aman, dia memunguti ruas-ruas jari Julaikha yang berserakan, dan mengumpulkannya di dalam plastik, lalu menggabungkannya ke sprei yang membungkus Julaikha. Satu demi satu, mereka memindahkan keempat jenasah itu ke dalam bak belakang mobil yang bertutup itu. Mereka masih sempat mengikat keempatnya di dalam bak sebelum menutup penutup baknya, agar tidak goyah dan membenturbentur sisi bak dan menimbulkan suara mencurigakan. Kemudian Herman memerintahkan anak buahnya naik ke dalam mobil dan mengemudikannya keluar. Sementara dia yang membukakan pagar, dan menutupnya kembali.

835

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Inspektur, ujar anak buahnya setelah melewati pos keamanan di satu-satunya gerbang cluster yang mereka lewati hari ini, mau ke mana kita akan membuang mayat-mayat ini? Herman mendesah, dan memikirkan beberapa pilihan. Ke utara. Arah menuju ke pantai Laut Jawa. Nanti kalian bisa memilih tempat yang tepat di sana. Setelah melewati jalan-jalan tanpa penerangan dan sepi di kawasan paling utara Mauk, Tangerang, mereka menemukan sebuah rawa. Mobil pun berhenti. Kemudian, mereka menurunkan keempat jenasah itu dari bak mobil dan membuangnya satu per satu. Setiap membuang satu jenasah, Herman dan anak buahnya memberikan pemberat dari batu atau apapun yang dapat mereka temukan di sekitar situ.

836

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Tugas mereka selesai setelah setengah jam. Mereka masuk kembali ke dalam mobil dan bersiap untuk kembali ke Jakarta, saat Herman meminta anak buahnya untuk pergi ke Tanjung Kait. Tapi, Pak Sudah, lakukan saja. Saya ingin menenangkan diri sebelum pulang. Anak buahnya mengangkat bahunya, lalu mengemudikan mobil sampai ke pantai yang sepi itu. Herman terkejut dan mengumpat saat bara dari rokok yang telah memendek itu menyentuh kulit jari telunjuk dan jari tengahnya. Dia segera membuang puntung itu keluar jendela dan meniup-niup jari-jarinya. Kedua anak buahnya ikut terusik karena suara atasannya yang tiba-tiba itu.

837

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Di mana kita? Tanyanya kepada kedua anak buahnya. Tol, Pak. Sedikit lagi kita melewati Gerbang Tol Karang Tengah. Oh. Kalian punya salep?

838

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bab 50

Sebuah sentuhan lembut di pundak Padma membangunkannya dari tidur. Dia terbangun dan mendapati dirinya masih berada di lorong rumah sakit di dekat ruang operasi. Di depannya, berdiri tiga orang yang memandang ke arahnya. Dia hanya mengenali satu orang dari mereka. Itu Itut, istri pamannya. Padma, ujar Itut, perkenalkan. Ini Ibu dan Bapak Hendarto. Mereka berdua adalah orang tua Daud. Padma mengusap wajahnya dan berdiri, lalu bersalaman dengan kedua orang yang berdiri di samping Itut. Bagaimana keadaan Daud, Tante? Oom ke mana? Tanya Padma.

839

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Operasinya baru saja selesai. Dia sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Tapi, kita belum bisa menemuinya. Dokter menyarankan, Daud butuh istirahat total sepanjang malam ini. Besok pagi, kita baru bisa menjenguknya. Sedangkan pamanmu, dia meminta Tante untuk ke sini dan menggantikannya, sementara dia pergi ke rumah kakakmu untuk menemani petugas dari kepolisian yang melakukan penyelidikan. Padma, Oom dan Tante prihatin sekali dengan keadaan keluargamu, ujar Bapak Hendarto. Padma menanggapinya dengan senyum, dan meminta mereka mendoakan keselamatan untuk mereka. Kamu pasti lapar? Ayo, temani Tante makan? Tapi Tante

840

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Sudah. Tidak apa. Oom Hendarto akan mengurus semua urusan administrasi rumah sakit. Kamu temani Tante, ya? Padma menoleh ragu ke arah Tantenya. Itut tersenyum, memberi isyarat agar keponakannya itu mengiyakan ajakan ibu kandung Daud itu. Padma, Itut, dan Ibu Hendarto berjalan menuju ke kafetaria tidak jauh dari pintu keluar rumah sakit. Mereka duduk di sana, dan memesan makanan serta minuman. Tante sangat kaget sewaktu menerima telepon kamu sore tadi. Dan setelah memberi tahu Oom Hendarto, kami berdua langsung terbang menuju ke sini. Tantemu cerita cukup banyak. Dia juga telah meyakinkan kami, penyelidikan sedang dilakukan di tempat Daud tinggal selama ini.

841

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Tante, maaf kalau pertemuan pertama kita harus terjadi seperti ini, ujar Padma yang hanya memegangi sendoknya tanpa menyentuh makanan yang terhidang sedikitpun. Dia lapar. Namun dia kehilangan seleranya untuk makan. Tidak apa. Justru Tante ingin mengucapkan terima kasih. Kalau Daud terlambat mendapatkan pertolongan, entah bagaimana kondisinya sekarang. Padma melihat senyum yang tulus di bibir wanita yang telah melahirkan dan membesarkan Daud itu. Ayo, dimakan. Mumpung masih hangat. Ibu Itut juga, jangan sungkan. Iya, Tante. Terima kasih. Padma menyendok nasi gorengnya sedikit, lalu mengunyahnya perlahan.

842

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Bagaimana kondisi Daud, Tante? Dokternya bilang, peluru yang bersarang di dada Daud berhasil diambil. Dan mereka juga sudah menutup lukanya dan menjahitnya. Ada kerusakan di selaput pleuranya, juga lubang di vena pulmonalis paru kirinya. Daud sangat beruntung, karena lubang itu kecil saja dan tertambal oleh peluru itu, yang terjebak di selaput pleuranya. Di samping itu, pertolonganmu juga membuat Daud tidak kehilangan begitu banyak darah. Aku cuma berusaha menolongnya dengan apa yang aku bisa, Tante. Selebihnya adalah kuasa Allah. Iya, Tante tahu. Tapi, Tante tetap harus berterima kasih kepadamu dan juga pamanmu.

843

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Mengenai Al Quran saku milik Daud Padma baru teringat akan kitab yang telah menyelamatkan nyawa Daud yang tadi bersamanya. Tante juga sudah mengetahuinya dari cerita pamanmu. Kitabnya Tante simpan di dalam tas ini, sambil menunjukkan tas jinjing Prada yang dibawanya. Padma menyendok nasi gorengnya lagi. Dan benaknya kembali memikirkan nasib anggota keluarganya yang tidak diketahui keberadaannya sekarang. Selama menunggu proses pengangkatan proyektil yang bersarang di dada Daud, dia telah mencoba untuk menghubungi ponsel ayahnya, juga telepon rumahnya. Tapi tidak ada satupun yang diangkat. Dia ingin menghubungi Firdaus agar pamannya melaporkan hal ini kepada petugas kepolisian yang masih memeriksa keadaan di

844

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Kandang Ndhoro. Tapi dia mengurungkannya setelah Itut memberi tahu kalau Firdaus telah memberikan semua keterangan yang dapat membantu proses penyidikan. Ada kabar dari Mbok Ning? Tante sudah membicarakannya dengan pamanmu. Dan kami memutuskan, untuk menjemputnya besok. Lalu bagaimana dengan kabar Ibu dan Ayah? Belum ada, Sayang. Petugas kepolisian sudah melaporkan ke kepolisian di sana dan meminta personelnya untuk memeriksa keadaan rumahmu. Tapi tidak ditemukan satu orang pun di dalam, baik itu kedua orang tuamu maupun Pak Har. Menurut keterangan yang diberikan petugas keamanan dan tetangga rumahmu, terakhir ada dua mobil yang keluar dari sana. Tapi mereka tidak tahu siapa mereka.

845

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Padma tidak lagi menikmati makanan di hadapannya. Perasaan duka dan kehilangan menggelayuti hatinya dan membuatnya ingin menangis. Itut mengetahui hal itu. Dia lalu merapatkan duduknya ke sisi keponakannya itu, dan meletakkan kepala Padma di bahunya. Padma. Yang sabar ya, Sayang. Ujar Itut sambil membelai-belai rambut Padma dengan lembut. Ibu Ayah Mas Jusuf

846

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Epilog

Hari Sabtu tanggal 6 Juli baru berumur 27 menit, di Pos 5 jalur pendakian Gunung Purba Nglanggeran di wilayah Patuk, Gunung Kidul. Daud sedang membaringkan tubuhnya dengan beralaskan kantung tidur yang tergelar di atas batuan miring, memandang ke langit dan menghitung bintang jatuh yang dapat dilihatnya. Dia tidak sendirian. Ada Rio dan Slamet di sisinya, melakukan hal yang sama. Dua temannya yang lain, Reza dan Iman, berada di base camp yang mereka dirikan di dekat pos paling tinggi dari jalur pendakian tersebut. Sementara Padma sedang duduk-duduk di dekat api unggun dan berbincang dengan sepuluh pelajar tahun pertama SMK 1 Piri, Yogyakarta.

847

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Luka tembak di dada kirinya telah membaik. Dan kini, di tempat yang dulu pernah dihuni oleh sebuah peluru, bekas jahitannya masih tersisa. Yang selalu menjadi pengingatnya atas usaha seseorang yang menyerukan perbaikan, dan juga orang-orang yang mencegahnya agar hal itu tidak terjadi. Waktu terasa begitu cepat berlalu, dan kini telah lewat sembilan bulan sejak kejadian itu. Setelah dibiarkan vakum selama dua bulan, akhirnya Kandang Ndhoro pun kembali berfungsi sebagaimana mestinya. Banyak orang yang hadir dan memberi apresiasi saat upacara seremonial untuk merayakan dibukanya kembali Kandang Ndhoro, bersamaan dengan masuknya tahun baru. Dalam acara itu, dilakukan juga peluncuran perdana dari buku karya temannya, Jusuf E Nagari Gustidwipa, yang tertunda selama dua bulan. Buku pertama dan ter-

848

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

akhirnya. Selain itu, mereka yang hadir mengadakan doa bersama bagi sang penulis buku yang dimakamkan di sebelah utara bangunan joglo, bersebelahan dengan makam kedua orang tuanya. Penyelidikan sementara telah berhasildengan bantuan laporan yang diberikan masyarakatmengungkapkan lokasi jenasah kedua orang tua Jusuf, Inspektur Firman, dan Pak Har. Begitu juga dengan jenasah Jusuf yang ditemukan di kawasan hutan rakyat di lereng Gunung Sindoro, empat hari setelah dia diantar Daud ke Yogyakarta. Dan sementara ini, bukti-bukti yang ada mengarah kepada seorang pegawai eksekutif Wana Palm & Crop Association sebagai saksi kunci, Suseno, yang tidak diketahui keberadaannya. Begitu juga dengan eksekutor yang melakukan pembunuhan Insepktur Firman dan Bripda

849

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Imam. Terkesan ada kekuatan-kekuatan di balik layar yang berusaha melindungi mereka. Sementara penyelidikan atas kejadian di Oktober minggu pertama itu berlangsung, Firdaus meminta kepada Dandim 02724 Boyolali untuk mengirimkan dua orang anggota kesatuannya ke Kandang Ndhoro dan memastikan keamanannya setiap hari. Dia masih khawatir kalau-kalau orang-orang suruhan pengusaha itu datang lagi dan membahayakan keselamatan keponakannya, Padma, yang memutuskan untuk tinggal di sana dan meneruskan jejak kakaknya, Jusuf. Sejak acara itu, Kandang Ndhoro juga memiliki agenda baru. Yaitu pemberian materi tentang kecintaan terhadap alam yang dilakukan langsung di alam terbuka, setiap akhir pekan selama dua hari dua malam. Seperti yang sedang dilakukan

850

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

oleh Daud dan teman-temannya sekarang. Sementara kegiatan di pendopo masih tetap berlangsung, karena Adi dan Dini selalu datang pada waktu pagi untuk membantu Mbok Ning sampai sesi pelajaran kesenian. Daud melihat bintang jatuh kelimanya, lalu beranjak dari sana karena Padma memanggil mereka semua untuk bergabung dan duduk melingkari api unggun. Angin bertiup cukup kencang, tapi tampaknya api berkobar menjadi lebih besar lagi, tanpa ingin dikalahkan dan menjadi padam. Lingkaran itu bergeser agak menjauh untuk menjaga jarak. Lalu Daud dan keempat temannya yang lain mulai bergabung ke dalamnya. Ayo, siapa yang punya pertanyaan? Padma membuka pembicaraan, tenang saja, ini sesi bebas. Pertanyaannya boleh apa saja.

851

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Daud dan teman-temannya mengedarkan pandangan. Kesepuluh pelajar yang terdiri dari lima orang laki-laki dan lima orang perempuan itu saling bertukar pandang dan menebak-nebak, siapa kira-kira salah satu dari mereka yang pertama bertanya. Akhirnya, seorang anak laki-laki gemuk yang duduk di seberang deretan Daud dan kelima orang temannya mengangkat tangan. Nah, ini dia. Contoh kita. Ujar Padma. Sebelum bertanya, sebutkan nama dan kelas, ya. Sambung Rio. Anak itu berdeham, yang disambut dengan suara tawa teman-temannya. Iman memberi isyarat agar yang lain tidak bersuara, dan memberi kesempatan bagi anak tersebut untuk

852

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

berbicara. Setelah keadaan kembali hening, anak itu pun memulai dengan memperkenalkan diri. Nama saya Alden Pamungkas, ujar anak itu, dari kelas 1 Sistem Informatika. Apa yang mau ditanyakan? Begini, Oom Jangan panggil Oom. Kakak saja, biar tampak lebih muda, potong Reza. Semua tertawa lagi. Tapi seperti dikomando, tawa itu berhenti secepat datangnya. Dan anak yang bernama Alden itu pun melanjutkan maksudnya. Begini, Kak. Aku mau tanya. Kita sekolah, bertahuntahun, dan akhirnya kuliah. Lalu setelah lulus kuliah, kami bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup. Lalu kapan kami

853

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

bisa meneruskan usaha untuk pelestarian alam, sementara kami sibuk setiap harinya? Kamu benar anak kelas 1? Tanya Daud, bercanda. Tapi sepertinya, dia menyadari kesalahannya itu dan menahan tawanya agar tidak menular ke peserta mudanya. Pertanyaan bagus, Alden. Nah, siapa dari kakak-kakak yang mau menjawab? Aku mencoba menjawab, boleh? Daud mengajukan diri. Kakak-kakak yang lain bisa melengkapi atau mengoreksi setelahnya. Padma, Rio, Slamet, Reza, dan Iman, menganggukkan kepala mereka dan menyetujui usul Daud tersebut. Lalu, Daud kembali berbicara.

854

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Sebenarnya, alur seperti itu adalah sebuah alur atau siklus yang lazim dalam kehidupan seorang manusia. Tapi, bukan karena kelazimannya lantas menjadikannya suatu hal yang pasti dan harus terjadi. Karena semua orang diciptakan dengan kepala dan otak yang terpisah satu sama lain, walaupun dalam bentuk dan ukuran bisa dikatakan sama. Dan lebih dari itu, jiwa kita semua menghuni tubuh yang juga berbeda dan terpisah satu sama lain. Memang ada, orang-orang yang sukses dalam hidupnya setelah menjalani siklus tadi. Tapi, ada lebih banyak lagi yang sukses tanpa harus menempuh jalur atau siklus yang kamu sebutkan. Jadi, sesuatu yang menjadi lazim tidak bisa dikatakan sesuatu yang pasti. Maksud Kak Daud? Tanya Alden yang terpancing rasa penasarannya.

855

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Maksud Kakak adalah, setelah lulus atau wisuda nanti, kita tidak selalu harus memilih untuk menjadi seorang karyawan berdasi yang duduk di belakang meja dan duduk dengan tenang karena setiap bulan menerima gaji. Bukan itu. Karena, kalau siklus yang kamu sebutkan tadi adalah sesuatu yang pasti, maka di mana arti Kemahapengaturan Allah di muka bumi? Di segi apa kita dapat mengatakan Allah itu Maha Adil? Aku bingung, jawab Alden kemudian, antara hubungannya siklus tadi sama waktu senggang itu, apa? Aku cuma berusaha untuk menunjukkan kepada kalian semua, bahwa di atas bumi di bawah langit, tidak ada yang pasti kecuali kematian. Dan jika seseorang mengatakan kepada kalian kalau tidak bekerja maka kalian tidak bisa makan, itu

856

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

adalah perkataan yang menyalahi aturan. Maksudnya, apakah cuma bekerja yang mendatangkan rezeki? Bagaimana dengan berlayar, bercocok tanam, atau berdagang? Konteks belajar untuk menjadi pintar dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup di zaman sekarang telah bergeser jauh dari yang semestinya. Dan kemudian, kita semua terjerat oleh tuntutan-tuntutan di dalamnya, yang membuat kita terlupa akan kewajiban kita selain memenuhi hak dan kewajiban terhadap diri kita sendiri. Kita dituntut untuk lulus atau wisuda dengan nilai yang terbaik, agar nantinya dapat diterima bekerja di perusahaan besar. Sebenarnya tidak masalah, kalian nantinya memilih untuk bekerja atau berwira swasta. Tapi, kita juga harus mawas diri dengan posisi kita sebagai tamu di atas bumi ini. Meluangkan waktu untuk melakukan kewajiban kita yang lain. Merawat

857

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

rumah yang kita tumpangi ini, beserta para penghuninya yang lain. Aku bukan tamu. Aku pulang ke rumah setiap hari. Lalu di mana rumah itu berdiri? Di atas tanah, Kak. Sudah benar. Tapi untuk lebih tepatnya, sebutlah bumi lain kali. Aku selalu melakukan kewajibanku di rumah. Lalu kewajiban apalagi, Kak? Wah, Daud mengangkat bahunya, kalau begitu, mulai hari Senin nanti kalian harus meminta kepada Kepala Sekolah kalian agar menambah jam pelajaran agama di kelas. Kenapa bisa begitu?

858

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Agar kalian mengerti dan memahami arti Surah Al Ikhlas ayat per ayatnya, baik secara tekstual maupun kontekstual. Alden merenungkan jawaban Daud sambil menatap tanah yang berada di depan kakinya yang bersila.

859

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Daftar Pustaka

Buku 1. Abdul Wahib situmorang, Hariadi Kartodihardjo, Indeks Tata Kelola Hutan, Lahan, dan REDD+ 2012 di Indonesia, Jakarta: UNDP Indonesia, 2013. 2. Agus Dermawan T, Bukit-bukit Perhatian: Dari Seniman Politik, Lukisan Palsu sampai Kosmologi Seni Bung Karno, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004. 3. Ahmad Wahib, Pergolakan Pemikiran Islam, Catatan Harian Ahmad Wahib, Jakarta: LP3ES, 1981.

860

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

4.

Arthur C.Guyton, Human Physiology and Mechanisms of Disease (terj.), alih bahasa dr.Petrus Andrianto, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1990.

5.

Arysio Santos, Atlantis, the Lost Continental Finally Found (terj.), alih bahasa Hikmah Ubaidillah, Jakarta: PT Ufuk Publishing House, 2010.

6. 7.

Buletin Sungai Puar 15 Juni 1986. Charles Victor Barber, Nels C. Johnson, Emmy Hafild, Menyelamatkan Sisa Hutan di Indonesia dan Amerika Serikat (terj.), alih bahasa Yayasan Obor Indonesia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999.

8.

Cindy Adams, Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat (terj.), alih bahasa Syamsu Hadi, Yogyakarta:

MediaPressindo, 2007.

861

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

9.

Dan Brown, The Lost Symbol (terj.), alih bahasa Ingrid Dwijani Nimpoeno, Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2010.

10.

Didier Millet, Indonesian Heritage: Seni Pertunjukan (terj.), alih bahasa Budi Suryadi dan Caesar Rasyad, Jakarta: Buku Antar Bangsa, 2002.

11.

Edna B. Foa, Robert Reid Wilson, Stop Obsessing!: How to Overcome Your Obsessions and Compulsions, New York: Bantam Books, 2001.

12.

Edwin J.Purcell & Dale Valberg, Kalkulus dan Geometri Analisis Jilid I (terj.), alih bahasa Drs.I Nyoman Susila, M.Sc., Bana Kartasasmita, Ph.D, Drs.Rawuh, Departemen Matematika Institut Teknologi Bandung (ITB), Jakarta: Penerbit Erlangga, 1999.

862

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

13.

tienne Gilson, Tuhan Di Mata Para Filosof (terj.), alih bahasa Silvester Goridus Sukur, Bandung: Penerbit Mizan, 2004.

14.

Harun Yahya, Hakekat di Balik Materi, Surabaya: Risalah Gusti, 2005.

15.

Harun Yahya, Rahasia DNA (terj.), alih bahasa Halfino Berry, Bandung: Dzkira, 2003.

16.

Husain Haddawy, Kisah Seribu Satu Malam: Buku Pertama (terj.), alih bahasa Rahmani Astuti, Bandung: Penerbit Mizan, 1993.

17.

Ibnu Khaldun, Mukadimah (terj.), alih bahasa Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2002.

863

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

18.

Imam Jalaluddin As Suyuthi & Imam Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al Mahally, Tafsir Jalalain, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001.

19.

John Allyn, Kisah 47 Ronin (terj.), alih bahasa Teresa Dewi, Jakarta: Penerbit Matahari, 2007.

20.

Kahlil Gibran, Jesus the Son of Man (terj.), Yogyakarta: Quills Book Publisher, 2008.

21.

L van Rijckevorsel & RDS Hadiwidjana, Babad Tanah Djawi, Groningen-Den Haag-Weltervreden: JB

Wolters UM, 1929. 22. Lynne McTaggart, The Intention Experiment: Using Your Thoughts to Change Your Life and the World, New York: Free Press, 2007.

864

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

23.

Maurice Bucaille, La Bible Le Coran Et La Science (terj.), alih bahasa Prof. Dr. H.M. Rasyidi, Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1979.

24.

Mochtar

Lubis,

Melestarikan

Hutan

Tropika:

Permasalahan, Manfaat, dan Kebijakannya, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1992. 25. Paulo Coelho, Sang Alkemis (terj.), Alih bahasa Tanti Lesmana, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005. 26. Rendra, Penyair dan Kritik Sosial, Yogyakarta: KEPEL Press, 2001. 27. Sjuman Djaya, Aku: Berdasarkan Perjalanan Hidup dan Karya Chairil Anwar, Jakarta: Metafor, 2003.

865

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

28.

Sugayo Jawarna Adam, Imam Fuji Raharjo, Dialog Hutan Jawa: Mengurai Makna Filosofis PHBM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

29.

The Communings with Himself of Marcus Aurelius (terj.), alih bahasa Inggris C.R.Haines, London: Loeb Classical Library, 1916.

30.

Tetsuko Kuronayagi, Totto-Chan, Gadis Cilik di Jendela (terj.), alih bahasa Widya Kirana, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009.

31.

Tim ELSAM, Laporan Situasi Hak Asasi Manusia di Indonesia Tahun 2012, Tahun Peningkatan Kekerasan dan Pengabaian Hak Asasi Manusia, Jakarta: Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), 2013.

866

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

32.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.

33.

Tim

Penyusun

(Drs.Gunawan

Haji;

Muri

Kurniawati,SIP; Haris Budiharto, SS; Winarni, SS), Bunga Rampai Penelitian Pengkajian Koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Yogyakarta: Bagian Proyek Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, 2004. 34. Virginia N Sherry, PERSONA NON GRATA: The Expulsion of Lebanese Civilians from Israeli-occupied Lebanon, Human Rights Watch, 1999. 35. William D. Sunderlin & Ida Aju Pradnja Resosudarmo, Laju dan Penyebab Deforestasi di Indonesia:

Penelaahan Kerancuan dan Penyelesaiannya, Bogor: Centre for International Forestry Research, 1997.

867

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Online 1. Bambang Karsono & Julaihi Wahid, Imaginary Axis as A Basic Morphology in the City of YogyakartaIndonesia, 2nd International Conference on Built Environment in Developing Countries (ICBEDC), 2008. 2. David W.Brown & Fred Stolle, Bridging the

Information Gap, Combating Illegal Logging in Indonesia, Washington: World Resources Institute, Oktober 2009. 3. FAO Forestry Paper, Global Forest Resources

Assessment 2010 (Main Report), Rome: FAO, 2010. 4. Greenpeace Asia Tenggara, Surat Niat Indonesia Norwegia untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dari

868

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

deforestasi dan degradasi hutan: Kajian Kemajuan dari Greenpeace, November 2012. 5. IGBP, IOC, SCOR, Ocean Acidification Summary for Policymakers Third Symposium on the Ocean in a High-CO2 World.International Geosphere-Biosphere Programme, Stockholm, Sweden, 2013. 6. Laksmi Kusuma Wardani, The Power of Symbol at Keraton Yogyakarta, Fine Arts in Egypt, 100 Years of Creativity, 19-22 Oktober 2008. 7. 8. Max Planck Research Magazine edisi Maret 2005. NOAA, Arctic Report Card: Update for 2012, Desember 2012. 9. Pemerintah Provinsi Papua, Keajaiban Musamus

Rumah Semut Raksasa, 19 Juni 2012.

869

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

10.

Rob Huebert, Heather Exner-Pirot, Adam Lajeunesse, & Jay Gulledge, Climate Change & international Security: the Arctic as A Bellwether, Virginia: Center for Climate and Energy Solutions, Mei 2012.

11.

Sierra Hylla Reshy Laksniky, Belajar Membuat Rumah Eco dari Rayap (Lomba Artikel Populer All About Insect 2012), Perhimpunan Entomologi Indonesia, 13 Desember 2012.

12.

Susan Osborne & Rebecca Lindsey, 2012 State of the Climate: Earth's Surface Temperature, Friday, NOAA Climate.gov, 2 Agustus 2013.

13.

The Holy Bible: Indonesian Translation (Bahasa Indonesia Sehari-hari), Grand Rapids, Michigan:

Christian Classics Ethereal Library, 2002.

870

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

14.

United Nations, International Year of Forests, Forests for People, Fact Sheet, 2011.

Website 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. affandi.org antarajendeladunia.blogspot.com antaranews.com briodharmawan.wordpress.com dephut.go.id dwpkbri-rome-event.blogspot.com johncabot.edu komunitaskretek.or.id liceonomentano.net maps.google.com

871

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.

mattieonline.com nationalgeographic.co.id ppiitalia.org radarjogja.co.id suaramerdeka.com suaraperempuanpapua.org tokohindonesia.com walhi.or.id wikipedia.com wwf.or.id

872

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

Tentang Penulis

Tomy Purnomo Sidi adalah frase dari tiga buah kata. Yang berarti, anak dari RG Santoso dan Umy Rochmah, yang lahir di sebuah malam purnama bertanggal 7 November 1987. Tomy Purnomo Sidi, adalah tiga buah kalimat. Pengarang yang mengarang. Penulis yang menulis. Manusia yang belajar menjadi manusia.

Buku sebelumnya Facebook Soundcloud Twitter

: White Light In Gaza (Diva Press), 2013. : www.facebook.com/tomypurnomo : Tomy Purnomo Sidi : @tomypurnomo

873

Tomy Purnomo Sidi | Fiat Lux

874

Anda mungkin juga menyukai