Anda di halaman 1dari 31

EVALUASI STIMULASI HIDRAULYC FRACTURING

PADA SUMUR X LAPANGAN Y




PROPOSAL SKRIPSI








OLEH :
DHUHRI KHOIRUL ANAM
113.090.128/TM






PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2013























I. JUDUL
Evaluasi Stimulasi Hydraulic Fracturing pada Sumur X Lapangan Y.

II. LATAR BELAKANG
Permeabilitas batuan sangat mempengaruhi besar kecilnya produktivitas
suatu sumur. Permeabilitas batuan yang kecil akan menyebabkan kecilnya harga
indeks produktivitas (PI) sumur sebagai indikasi rendahnya produktivitas sumur.
Kecilnya harga permeabilitas dapat terjadi karena permeabilitas alamiah reservoir
yang dari asalnya kecil dan juga dapat disebabkan oleh penurunan permeabilitas
reservoir dikarenakan kerusakan formasi (formation damage). Penurunan
permeabilitas ini akibat adanya material lain yang masuk kedalam porositas
batuan dan naiknya produksi air dan gas. Kerusakan formasi ini dapat terjadi pada
waktu pemboran, well completion dan operasi produksi.
Perekahan hidrolik (hydraulic fracturing) merupakan metode yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan permeabilitas batuan formasi sehingga diharapkan
produktivitas sumur juga akan meningkat. Metode ini dilakukan dengan
memompakan fluida perekah pada laju dengan tekanan injeksi yang tinggi
melebihi tekanan formasi, yang bertujuan membuat rekahan, kemudian diganjal
dengan menggunakan propant agar rekahan tidak menutup lagi. Keberhasilan
perekahan hidrolik dapat ditinjau berdasarkan perbandingan indeks produksivitas
(PI) dari sumur yang telah direkahkan dengan indeks produktivitas sumur sebelum
direkahkan.

III. PERUMUSAN MASALAH
Sejauh mana tingkat keberhasilan dari operasi stimulasi perekahan hidrolik
(hydraulic fracturing) yang telah dilakukan jika ditinjau berdasarkan kenaikan
indeks produktivitas yang terjadi setelah perekahan.




IV. MAKSUD DAN TUJUAN
4.1. Maksud
Mengevaluasi tingkat keberhasilan pelaksanaan suatu operasi
perekahan hidrolik (hydraulic fracturing) yang telah dilakukan dalam
usaha untuk meningkatkan produktivitas suatu sumur.
4.2. Tujuan
Melakukan evaluasi operasi stimulasi perekahan hidrolik (hydraulic
fracturing) dengan melakukan analisa terhadap indeks produktivitas
(PI).

V. LANDASAN TEORI
5.1. Pengertian Perekahan Hidrolik
Perekahan hidrolik ialah usaha membuat rekahan untuk jalan mengalirnya
fluida reservoir ke lubang sumur dengan cara menginjeksikan fluida perekah pada
tekanan diatas tekanan rekah formasi. Setelah formasi mengalami perekahan
fluida terus diinjeksikan untuk memperlebar rekahan yang terjadi. Untuk menjaga
agar rekahan tidak menutup kembali, maka rekahan yang terjadi diganjal dengan
pengganjal berupa pasir (proppant). Proppant yang digunakan harus mampu
mengalirkan fluida dan dapat menahan agar rekahan tidak menutup kembali, oleh
karena itu proppant tersebut harus memiliki permeabilitas yang besar dan
kekuatan yang cukup baik agar tidak mudah hancur terkena tekanan dan
temperatur yang tinggi.

5.2. Mekanika Batuan
Untuk dapat merekahkan batuan reservoir, maka pada batuan tersebut
harus diberikan tekanan sampai melebihi tekanan dari gaya-gaya yang
mempertahankan keutuhan batuan tersebut. Sehingga jika tensile stress terlewati,
maka batuan akan merekah pada bidang yang tegak lurus terhadap stress utama
terkecil. Dengan kata lain, jika arah stress utama terkecil horisontal, maka rekahan
yang terjadi adalah vertikal. Sebaliknya jika stress utama terkecil vertikal, maka
rekahan yang terjadi adalah horisontal. Hal ini dapat dilihat seperti Gambar (5.1).
Dari Gambar (5.1) tersebut akan kita dapatkan hubungan ketiga stress
tersebut adalah sebagai berikut :
Stress vertikal (overburden stress) dapat dinyatakan dengan persamaan :

0
............ (5.1)


Gambar 5.1 Besar Ketiga Stress Utama dan Arah Rekahan

Jika overburden adalah harga absolut, yang dialami oleh batuan maupun
fluida di pori-pori batuan, maka efektif stressnya (
v
) adalah :

=
v
P ... (5.2)

Stress efektif horizontal dapat dinyatakan dengan persamaan :

H

'
=

v

v
'
=
H min
'
..................................................................... (5.3)
1 v



sehingga stress horisontalnya dapat dinyatakan dengan persamaan :

H
=
H

'
+ P...................................................................................... (5.4)

dan stress minimum absolutnya adalah :

H min
=
H min
'
+ P .

......................................................................... (5.5)

sedang stress absolut minimumnya adalah :

H max
=
H min
'

+
tect ................................................................. (5.6)



Dengan melihat adanya stress-stress tersebut, maka dimungkinkan arah
rekahan dapat terjadi secara vertikal, horisontal, maupun menyudut. Untuk
menentukan arah rekahan tersebut dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Jika gradien rekah (G
f
) < 0,95 psi/ft, maka arah rekahan terjadi secara
vertikal.
2. Jika gradien rekah (G
f
) > 1,1 psi/ft, maka arah rekahan terjadi secara
horisontal.
3. Jika gradien rekah (G
f
), harganya diantara 0,95 1,1 psi/ft, maka arah
rekahan yang terjadi menyudut.
Parameter-parameter lain yang termasuk daiam mekanika batuan antara lain :

1. Young modulus (E), merupakan kemiringan di daerah linier pada grafik
stress vs strain.

2. Plane strain Modulus (E' ) dinyatakan dengan persamaan :

E
'
=
E
(5.7)
1 v


3. Shear stress (G) dinyatakan dengan persamaan :

G =
E
(5.8) 2(1 + v)


5.3. Mekanika Fluida
Fluida perekah digunakan agar rekahan yang terjadi cukup besar sehingga
proppant dapat masuk ke dalam tanpa mengalami mampat (Bridging) atau
pengendapan (settling). Untuk itu, fluida perekah harus berviskositas besar dan
kehilangan fluida juga harus diperkecil, dengan jalan menambahkan polimer,
yang akan membentuk sifat wall building.
5.3.1. Rheology
Pengetahuan tentang theology fluida perekah diperlukan untuk
mendapatkan harga viskositas yang cukup berdasarkan besarnya harga
shear rate dan shear stressnya. Di dalam rheology, dikenal tiga jenis fluida
perekah, yaitu newtontan, bingham plastik dan power law.

Untuk fluida newtonian berlaku hubungan :
= (5.9)
Sedangkan untuk fluida bingham plastic berlaku :
= +
y
(5.10)
Dan untuk power law berlaku hubungan :
= K
n
(5.11)

Perbedaan ketiga jenis fluida tersebut dapat diperlihatkan pada Gambar
(5.2). Gambar (5.3) memperlihatkan hubungan antara shear rate dan shear stress
untuk fluida power law pada skala linear dan log-log. Untuk fluida perekah yang
berlaku adalah power law.

Gambar 5.2 Harga-harga Shear Rate vs Shear Stress


Gambar 5.3 Plot Fluida Power Law Pada Skala Linear dan Log-log
Berdasarkan pendekatan jenis fluida power law, maka besarnya apparent
viskosity atau viskositas sebenarnya dapat ditentukan dengan persamaan :

a
=
47800K
'

(5.12)

1n




dengan :

=
3

+ 1
4

;
untuk pipa (lb-sec
n
/ft
2
)

=
2

+ 1
3

;
untuk annulus (lb-sec
n
/ft
2
)

5.3.2. Fluid Loss (Leak-Off)
Kehilangan fluida adalah terjadinya aliran fluida perekah masuk
ke dalam batuan. Secara umum leak-off yang berlebihan dapat
disebabkan oleh ketidakseragaman (heterogenity) reservoirnya, seperti
adanya rekahan alamiah (natural fissures).

Cooper eet al. Memperkenalkan harga koefisien leak-off total (C
t
)
yang terdiri dari tiga mekanisme yang terpisah, yaitu :

- Viskosity controlled (C

), adalah suatu kehilangan fluida yang


dipengaruhi oleh viskositas. Penentuan besarnya harga C

dapat
dilakukan dengan persamaan :

C

= 0,0469 K P (5.13)

i

- Compressibility Controlled (Cc) adalah suatu kehilangan fluida
yang dipengaruhi oleh kompressibilitas. Penentuan besarnya
harga Cc dapat dilakukan dengan persamaan :
C
C
= 0,0374P
K C
f

(5.14)





Dalam banyak hal harga C

dan C
C
sering dikombinasikan
menjadi :


C
C =
2C

C
C

(5.15)
C

+ 4C
C


C

+
2


- Wall building mechanism (C
w
). Terbentuk dari residu polimer di
dinding formasi yang menghalangi aliran masuk ke dalam batuan.
Besarnya harga C
w
tidak dapat dihitung dan harus diukur di
laboratorium. Gambar (5.4) memperlihatkan hubungan antara
volume filtrat komulatif terhadap waktu hasil analisis
laboratorium. Di mana besarnya C
w
merupakan kemiringan pada
daerah linear.


Gambar 5.4
Plot Hasil Laboratorium untuk Menentukan Harga C
w
= C
m


Dari ketiga mekanisme tersebut, maka besarnya koefisien leak-off total
adalah :

=
2

2
+ 4

2
(

2
+

2
)
(5.16)
Jumlah kehilangan fluida yang masuk ke dalam batuan dapat ditentukan
dengan persamaan :
V =

+ 2

(5.17)
5.3.3. Fluida Perekah dan Additive
Fluida yang dipakai dalam operasi perekahan hidrolik dibedakan menjadi
tiga jenis yaitu :
1. Water base fluid (Fluida Perekah dengan bahan dasar air)
2. Oil base fluid (Fluida perekah dengan bahan dasar minyak)
3. Emulsion base Fluid (Fluida perekah dengan bahan dasar asam)

Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki oleh setiap fluida perekah adalah :
1. Stabil
2. Tidak menyebabkan kerusakan formasi
3. Mempunyai friction loss pemompaan yang rendah
4. Mampu membawa bahan pengganjal kedalam rekahan yang dibuat

Proses pemompaan pada operasi perekahan hidrolik dapat dijabarkan
sebagai berikut :
1. Prepad, yaitu fluida dengan viskositas rendah dan tanpa proppant, biasanya
minyak, air, dan atau foam dengan gel berkadar rendah atau friction reducer agent,
fluid loss additive dan surfactant atau KCl untuk mencegah damage, dan ini
dipompakan didepan untuk membantu memulai membuat rekahan. Viscositas
yang rendah dapat masuk ke matrix lebih mudah dan mendinginkan formasi untuk
mencegah degradasi gel..
2. Pad, yaitu fluida dengan viskositas lebih tinggi, juga tanpa proppant
dipompakan untuk membuka rekahan dan membuat persiapan agar lubang dapat
dimasuki slurry dengan proppant. Viskositas yang lebih tinggi mengurangi leak-
off (kebocoran fluida meresap masuk ke formasi). Pad diperlukan dalam jumlah
cukup agar tidak terjadi terjadi 100 % leak-off sebelum rekahan terjadi dan
proppant ditempatkan.
3. Slurry dengan proppant, yaitu proppant dicampur dengan fluida kental,
proppant ditambahkan sedikit demi sedikit selama pemompaan, dan penambahan
proppant ini dilakukan sampai harga tertentu pada alirannya (tergantung pada
karakteristik formasi, sistem fluida, dan gelling agent).
4. Flushing, yaitu fluida untuk mendesak slurry sampai dekat dengan perforasi,
viskositasnya tidak terlalu tinggi dengan friksi yang rendah.
Operasi perekahan hidrolik suatu fluida perekah harus menghasilkan
friction yang kecil tetapi mempunyai viskositas yang tinggi untuk dapat menahan
proppant, dan dapat diturunkan kembali setelah operasi dengan mudah. Dalam hal
ini additive atau zat tambahan diperlukan untuk mengkondisikan fluida perekah
sesuai dengan kebutuhan. Adapun additive yang perlu ditambahkan dalam fluida
dasar adalah sebagai berikut :
1. Thickener , berupa polimer yang ditambahkan sebagai pengental fluida dasar.
Contohnya adalah guar, HPG (Hydroxypropyl Guar Gum), CMHPG
(Carboxymethyl Hydroxypropyl Guar), HEC (Hydroxyethylcellulose) dan
Xantan gum.
2. Crosslinker , (pengikat molekul agar rantai menjadi panjang) diperlukan
untuk meningkatkan viskositas dengan jalan mengikat satu molekul atau lebih
sehingga proppant yang dibawa tidak mengalami settling (pengendapan) serta
memperkecil leak-off fluida ke formasi. Biasanya organometalic atau
transition metal compounds yang biasanya borate, titan dan zircon.
3. Buffer , (pengontrol pH) dimana pada pencampuran setempat, polimer dalam
bentuk powder ditambahkan dalam fluida dasar. Untuk dapat terpisah dengan
baik, pH harus berkisar 9, yang didapat dari pencampuran dengan basa seperti
NaOH, NH
4
OH, asam asetat dan asam sulfamic (HSO
3
NH
3
).
4. Bactericides/biocides , (anti bakteri) dimana bakteri penyerang polimer
merusak ikatan polimer dan mengurangi viskositasnya, sehingga perlu
ditambahkan anti bakteri seperti glutaraldehyde, chlorophenate
squaternaryamines dan isothiazoline. Zat ini perlu ditambah ditanki sebelum
air ditambahkan, karena enzim yang terlanjur dihasilkan bisa memecah
polimer. Bactericides tidak dipergunakan apabila fluida dasarnya minyak.
5. Gelling agent , (pencampur gel) untuk menghindari mengumpulnya gel,
seringkali gel dicampur terlebih dahulu dengan 5% methanol atau isopropanol.
Penggunaan zat ini bisa diperbesar kadarnya untuk formasi yang sensitive.
6. Fluid Loss additive , fluid loss harus diperkecil. Untuk formasi homogen,
biasanya sudah cukup dengan filter cake yang terbentuk di dinding
formasi.Material yang umum dipakai antara lain : pasir 100-mesh, silica fluor
(325-mesh), baik untuk rekahan kecil alamiah (silica flour 200 mesh untuk
rekahan kecil < 50 micron dan 100 mesh untuk yang lebih besar >50 micron),
Oil Soluble Resins, Adomite Regain (Con Starch), Diesel 2-5 %
(diemulsikan), Unrefined Guar dan Karaya gums.
7. Breakers , untuk memecahkan rantai polimer sehingga menjadi encer
(viskositasnya kecil) setelah penempatan proppant agar produksi aliran
minyak kembali mudah dilakukan. Breakers harus bekerja cepat,
konsentrasinya harus cukup untuk mengencerkan polimer yang ada.

Untuk pemilihan fluida perekah yang sesuai, harus dipenuhi kriteria sebagai
berikut :
1. Memiliki harga viskositas cukup besar, yaitu 100 1000 cp pada
temperature normal.
2. Filtrasi yang terjadi jangan sampai menutup pori-pori batuan.
3. Stabil pada tekanan tinggi.
4. Tidak bereaksi dengan fluida reservoir, karena dapat menimbulkan
endapan yang menyebabkan terjadinya kerusakan formasi.
5. Tidak membentuk emulsi di dalam lapisan reservoir.
6. Viskositas cairan dapat berubah menjadi kecil setelah terjadinya
perekahan, sehingga mudah disirkulasikan keluar dari sumur.
7. Dari segi ekonomi harus memiliki harga yang relative murah.

5.4. Material Pengganjal (Proppant)
Proppant merupakan material untuk mengganjal agar rekahan yang
terbentuk tidak menutup kembali akibat closure pressure ketika pemompaan
dihentikan dan diharapkan mampu berfungsi sebagai media alir yang lebih baik
bagi fluida yang diproduksikan pada kondisi tekanan dan temperatur reservoir
yang bersangkutan.


5.4.1. Jenis Proppant
Beberapa jenis proppant yang umum digunakan sampai saat ini adalah
pasir alami, pasir berlapis resin (Resin Coated Sand), dan proppant keramik
(Ceramic Proppant).
1. Pasir Alami
Berdasarkan sifat-sifat fisik yang terukur, pasir dapat dibagi ke dalam kondisi
baik sekali, baik, dan dibawah standat. Golongan yang paling baik menurut
standart API adalah premium sands yang berasal dari Illinois, Minnesota, dan
Wisconsin. Biasanya disebut Northern Sand, White Sand, Ottawa Sand,
atau jenis lainnya misalnya Jordan Sand.Golongan yang baik berasal dari
Hickory Sandstone di daerah Brady, Texas, yang memiliki warna lebih gelap
dari pada pasir Ottawa. Umumnya disebut Brown Sand, Braddy Sand,
atau Hickory Sand. Berat jenisnya mendekati 2,65. Salah satu kelebihan
pasir golongan ini dibanding pasir Ottawa adalah harganya yang lebih murah.
2. Pasir Berlapis Resin (Resin Coated Sand)
Lapisan resin akan membuat pasir memiliki permukaan yang lebih rata (tidak
tajam), sehingga beban yang diterima akan terdistribusi lebh merata di setiap
bagiannya. Ketika butiran proppant ini hancurkarena tidak mampu menahan
beban yang diterimanya, maka butiran yang hancur tersebut akan tetap
melekat dan tidak tersapu oleh aliran fluida karena adanya lapisan resin. Hal
ini tentu saja merupakan kondisi yang diharapkan, dimana migrasi pecahan
butiran (fine migration) penyebab penyumbatan pori batuan bias tereliminasi.
Proppant ini sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Pre-cured Resins
Berat jenisnya sebesar 2,55 dan jenis ini dibuat dengan cara pembakaran
alam proses pengkapsulan.
b. Curable Resins
Penggunaan jenis ini lebih diutamakan untuk menyempurnakan kestabilam
efek pengganjalan. Maksudnya adalah, proppant ini dinjeksikan dibagian
belakang (membuntuti slurry proppant) untuk mencegah proppant
mengalir balik ke sumur (proppant flow back). Setelah membeku,
proppant ini akan membentuk massa yang terkonsolidasi dengan daya
tahan yang lebih besar.
3. Proppant Keramik (Ceramic Proppant)
Proppant jenis ini dikelompokkan menjadi empat golongan sebai berikut :
a. Keramik berdensitas rendah (Low Density Ceramic)
Jenis ini memiliki berat jenis hampir sama dengan pasir (SG = 2,7),
memiliki kemampuan untuk menahan tekanan penutupan (Clossure
pressure) sampai 6000 psi, serta banyak digunakan di Alaska.
b. Keramik berdensitas sedang (Inter mediate Ceramic)
Jenis ini lebih ringan dan lebih murah dibandingkan Sintered Bauxite,
memiliki specific gravity 3,65. Karena harganya yang mahal maka
proppant ini hanya digunakan untuk mengatasi tekanan yang benar-benar
tinggi. Proppant jenis ini mampu menahan tekanan sebesar 12000 psi,
biasa digunakan untuk temperature tinggi dan sumur yang sour
(mengandung H
2
S).
c. Resin Coated Ceramic
Suatu jenis baru yang merupakan kombinasi perlapisan resin dan butiran
keramik. Jenis ini terbukti memberikan kinerja yang lebih baik. Khusus
untuk resin coated proppant, variasi yang dimunculkan semakin banyak.
Resin Coated Ceramic memiliki ketahanan terhadap closure pressure
sebesar 15000 psi dan temperature hingga 450
o
F.

5.4.2. Konduktivitas Rekahan
Sifat fisik proppant yang mempengaruhi besarnya konduktivitas rekahan
antara lain :
1. Kekuatan proppant, apabila rekahan telah terbentuk, maka tekanan formasi
akan cenderung untuk menutup kembali rekahan tersebut yang dinotasikan
sebagai closure stress (stress yang diteruskan formasi kepada proppant pada
waktu rekahan menutup). Sehingga proppant harus dapat menahan closure
stress tersebut.
2. Ukuran proppant, dimana semakin besar ukuran proppant, biasanya
memberikan permeabilitas yang semakin baik.
3. Kualitas proppant, dimana prosentase kandungan impurities yang besar dapat
memberikan pengaruh pada proppant pack.
4. Bentuk butiran proppant, Semakin bulat dan halus permukaannya, semakin
tahan tekanan.
5. Konsentrasi (densitas proppant), yang akan berpengaruh dalam transportasi
proppant dan penempatannya dalam rekahan, dimana proppant dengan
densitas yang tinggi akan membutuhkan fluida berviskositas tinggi untuk
mentransport ke dalam rekahan.

5.5. Model Geometri Rekahan
Untuk menghitung pengembangan rekahan, diperlukan prinsip hukum
konversi momentum, massa dan energi, serta kriteria berkembangnya rekahan,
yang berdasarkan interaksi batuan, fluida dan distribusi enersi.
Secara umum model geometri perekahan adalah:
1. Model perekahan dua dimensi (2-D)
Tinggi tetap, aliran fluida satu dimensi (1-D)
2. Model Perekahan pseudo tiga dimensi (P-3-D)
Perkembangan dengan ketinggian bertambah, aliran 1 atau 2D
3. Model 3 dimensi (3-D)
Perluasan rekahan planar 3D, aliran fluida 2D
Dalam penjelasan di sini hanya akan dibicarakan model perekahan 2D,
karena masih bisa dipecahkan secara manual dengan bantuan matematika atau
grafis. 3D memerlukan komputer canggih atau PC yang canggih tetapi makan
waktu agak lama (dan butuh data yang lengkap mengenai stiffness matrix, variasi
stress, dan lain-lain) sedangkan model software P3DH bisa untuk PC dan dijual
oleh beberapa perusahaan antara lain oleh SSI, Meyer & Assoc. Intercomp,
Holditch & Assoc., NSI Technologies Inc dan beberapa yang lain adalah yang
paling umum dipakai saat ini.
Di bawah ini akan dibicarakan tiga model dimensi perekahan, yakni :
1. Howard & Fast (Pan American) serta diolah secara metematika oleh Carter
2. PKN atau Perkins, Kern (ARCO) & Nordgren
3. KGD atau Kristianovich, Zheltov (Russian Model ) lalu diperbaharui oleh
Geertsma dan de Klerk (Shell).
1. PAN American Model
Howard dan Fast memperkenalkan metode ini yang kemudian dipecahkan
secara matematis oleh Carter dengan skema seperti yang terlihat pada Gambar
(5.5). Untuk menurunkan persamaannya maka dibuat beberapa asumsi :
a. Rekahannya tetap lebarnya
b. Aliran ke rekahan linier dan arahnya tegak lurus paa muka rekahan.
c. Kecepatan aliran leak-off ke formasi pada titik rekahan tergantung dari
panjang waktu pada mana titik permukaan tsb mulai mendapat aliran.
d. Fungsi kecepatan v = f(t) sama untuk setiap titik di formasi, tetapi nol pada
waktu pertama kali cairan mulai mencapai titik tersebut.
e. Tekanan di rekahan adalah sama dengan tekanan di titik injeksi di formasi,
dan dianggap konstan.

Dengan asumsi tersebut Carter menurunkan persamaan untuk luas bidang rekah
satu sayap :
( )
(
(

+
|
|
.
|

\
|
= 1
W
t 4C
W
t 2c
erfc e
4
W q
A(t)
2
W t 2c
2
i
......(5.18)
atau
( )
(

+ = 1

2x
x erfc e
4
W q
A(t)
2
x
2
i
..(5.19)
dimana:
w t C x . 2 t =
A(t) = luas, ft
2
untuk satu sisi pada waktu t
q = laju injeksi, cuft/menit
W = lebar rekahan, ft
t = waktu injeksi, menit
C = total leak off coeffisient, ft/menit
1/2


Gambar 5.5 Skematis Model Carter

2. PKN Model
Model PKN mempunyai irisan berbentuk elips di muka sumur dengan
lebar maksimumnya terletak di tengah-tengah elips tersebut. Gambar (5.6)
berikut mengilustrasikan bentuk dari model PKN.
Model tersebut berdasarkan anggapan bahwa :
1. Panjang rekahan / Penetrasi rekahan jauh lebih besar daripada tinggi
rekahannya (Xf >>Hf).
2. Tinggi rekahannya sama dengan tebal reservoir.
3. Tekanan dianggap konstan pada arah irisan vertikal, stiffness batuan
bereaksi vertikal.


Gambar 5.6 Model Skematis PKN
Berdasarkan anggapan diatas, metoda ini cocok diterapkan pada formasi dengan
permeabilitas kecil. Model ini memiliki bentuk eliptikal pada lubang bor, lebar
maksimum pada pusat elip, dengan lebar nol pada bagian puncak dan dasar.
Untuk fluida Newtonian, lebar maksimum ketika panjang rekahan setengahnya
adalah sama dengan Xf

( )
4 / 1
max
1
31 , 2
(


=
G
Xf v q
w
i

.............................................................(5.20)
dimana G adalah shear modulus elastik dan dihubungkan dengan modulus young,
E, dengan :

( ) V
E
G
+
=
1 2
.......................................................................................(5.21)
dimana :
q
i
= Laju injeksi, bbl/min
= Apparent viscosity, cp
v = Poison ratio
faktor adalah kira-kira sama dengan 0.75, sehingga bentuk t/4 = 0.59. Dalam
suatu lapangan, dimana w dihitung dalam satuan inch, qi dalam bbl/min, dalam
cp, Xf dalam satuan feet dan G dalam psi, maka :

( )
(


=
t

4
1
3 , 0
4 / 1
G
X v q
w
f i
........................................................(5.22)
untuk fluida perekah non-newtonian, perhitungan dipengaruhi oleh
rheology (power law) dari fluida. Dengan asumsi efek fluid loss diabaikan
maka Economides memberikan persamaan untuk lebar rekahan maksimum
dengan non-newtonian fluid (dalam satuan lapangan) adalah :
( )
( ) 2 ' 2 / 1
'
max
60
61 , 5
144
9775 , 0
'
1 ' 2
1 '
3
128
12
+
(
(

|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
| +
+
|
.
|

\
|
=
n
n
n
n
n w
t


( ) 2 ' 2 / 1
' 1 '
'
+

|
|
.
|

\
|
n
n
f f
n
i
E
h X K q
.........................................................(5.23)
dimana w
max
dalam satuan inch. Lebar rata-rata dapat ditentukan dengan
mengalikan w
max
dengan t/4, n dan K adalah sifat-sifat reologi fluida fracturing
power-law. Seluruh variabel dalam Persamaan (5.22) adalah untuk fluida
newtonian.

3. KGD Model
Model KGD seperti yang terlihat pada Gambar (5.7) merupakan hasil
rotasi sebesar 90
o
dari model PKN, dan pada umumnya lebih cocok dengan
sebagian besar geometri rekahan yang terbentuk. Model KGD mempunyai lebar
yang sama (seperti segi empat) di sepanjang rekahannya dan berbentuk setengah
elips di ujungnya. Model KGD rekahannya relatif lebih pendek, lebih lebar
dengan konduktivitas yang lebih besar dari model PKN.
Asumsi-asumsi yang digunakan pada model KGD yaitu :
1. Tinggi rekahan lebih panjang daripada panjang rekahan (h
f
>> x
f
)
2. Tinggi rekahan sama dengan tebal reservoir.
3. Stiffness batuan bekerja pada arah horizontal.


Gambar 5.7 Model Skematis KGD

Lebar rata-rata rekahan untuk KGD model dalam suatu koheren dan fluida
newtonian adalah :
w=
( )
(

(
(


4
1
27 , 2
4 / 1
2
t

f
f i
Gh
X v q
.................................................(5.24)
Dimana w adalah lebar rata-rata rekahan (inch), q
i
adalah laju injeksi (bbl/min),
adalah viskositas (cp), X
f
adalah panjang rekahan (feet), h
f
adalah tinggi rekahan
(feet) dan G adalah shear modulus elastik (psi).

5.5. Peralatan Perekahan Hidrolik (hydraulic fracturing)
Pada pekerjaan Perekahan Hidrolik, peralatan-peralatan yang digunakan
antara lain:
- Tempat penampungan fluida
Untuk menampung fluida dasar dipakai tanki 50, 150, atau 500 barrel
yang diangkut dengan truk atau hanya berupa kolam /diletakkan di atas
platform.
- Peralatan penampung material pengganjal (proppant)
Alat ini berupa bak-bak yang menggunakan sistim gravitasi/ hidrolik
untuk memindahkan proppant ke tempat pencampuran.
- Peralatan pencampur
Peralatan pencampur dipakai untuk menyampur fluida dasar, proppant,
dan berbagai additivenya.
- Peralatan pompa bertekanan tinggi
Pompa yang digunakan berprinsip pada triplex pump. Pompa ini dipasang
pada sebuah truk atau platform.
- Peralatan pengontrol utama
Pengontrol ini berupa indikator-indikator pressure, densitas fluida,
kecepatan alir fluida, dan peralatan kontrol lainnya.
- Peralatan pipa-pipa di permukaan dan manifold
- Peralatan untuk operasi coiled-tubing fracturing (CTF) menggunakan
beberapa jenis straddle packer. Peralatan packer dibawah permukaan
(BHPA) didesain khusus untuk operasi CTF.

5.6. Perencanaan Perekahan Hidrolik
Perencanaan perekahan (datafrac) dilakukan untuk memperoleh
parameter-parameter perekahan setempat secara tepat. Data yang diukur antara
lain tekanan menutup rekahan (clossure pressure), pengukuran leak-off dan
efisiensi fluida. Prosedur pada datafrac ini meliputi antara lain : formation
breakdown, data perekahan yang pernah dilakukan pada formasi tersebut, step rate
test (test laju bertingkat), shut-in decline test (test penutupan), back flow test (test
aliran balik), minifrac (rekahan mini), leak-off test (test kebocoran fluida).

5.7. Operasi Perekahan Hidrolik
Dalam operasi perekahan hidrolik, analisa tekanan perekahan yang
dihasilkan dari pump schedule memegang peranan amat penting. Analisis tekanan
lebih mudah di interpretasikan bila alirannya konstan, tanpa ada pengembangan
rekahan yang dipercepat, formasi homogen, tanpa ada proppant bridging, atau ada
rekahan alamiahnya, terbukanya perforasi yang tadinya yang tadinya ada sebagian
yang menutup atau bercabangnya rekahan dan seterusnya.
Tekanan akan bertambah sejalan dengan injeksi dan dilanjutkan dengan
penghentian pemompaan (ISIP = Instantenous Shut In Pressure) dimana dimulai
fase penurunan sampai rekahan mulai menutup bersamaan dengan fluid loss
sampai rekahan sudah tertutup. Pada fase ini fluid loss masih berlanjut dengan
pola yang berbeda sejalan dengan penurunan laju fluid loss dan menuju ke
tekanan reservoirnya. Baik kenaikan tekanan pada waktu injeksi maupun grafik
penurunan selama penutupan rekahan dan penurunan tekanan akan dapat dianalisa
secara kuantitatif maupun kualitatif. Kenaikan tekanan sesaat pada waktu rekahan
mulai pecah tidak terlihat karena waktunya sangat sigkat. Harga closure pressure
adalah sedikit dibawah titik defleksi (fracture close on proppant) karena proppant
masih mengalami pemampatan sampai berhenti dan harga ini sedikit lebih besar
dari tekanan tersebut.
Tekanan perekahan seringkali merupakan satu-satunya data yang dapat
diperoleh secara langsung pada saat treatment di lapangan. Suatu grafik plot log-
log dari tekanan dasar sumur versus waktu (Nolte and Smith) dapat digunakan
sebagai model untuk membuat interpretasi dari tekanan perekahan ini. Harga
stress horisontal maksimum (in-situ stress) dapat diperoleh dari analisa penurunan
tekanan yang dilakukan pada saat pemompaan dihentikan, yaitu setelah
serangkaian test injeksi selesai dilakukan. Rekahan akan tetap membuka jika
tekanan yang diberikan lebih besar dari harga closure pressure.


Gambar 5.8 Fracturing Pressure Performance

5.8. Evaluasi Hasil Perekahan Hidrolik
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah pelaksanaan perekahan
hidrolik berhasil atau tidak. Secara umum ukuran keberhasilan suatu proyek
stimulasi adalah berhubungan dengan indeks produktivitas sumur. Keberhasilan
suatu perekahan hidrolik dapat dilakukan dengan melakukan evaluasi kenaikan
productivity index, yaitu secara teoritis maupun secara operasional.
5.8.1. Evaluasi Keberhasilan Perekahan Hidrolik berdasarkan Productivity
Index secara Teoritis
Perekahan Hidrolik bisa dikatakan berhasil bila terdapat kenaikan
productivity index yang cukup berarti. Biasanya dengan membandingkan antara
harga productivity index open hole dengan productivity index setelah rekahan.
Untuk menganalisa suatu perekahan hidrolik dapat dipergunakan beberapa
metode. Metode yang umum digunakan adalah Prats, Tinsley et al, dan McGuire
& Sikora untuk sumur pada steady state dan pseudo steady state. Menurut Gilbert,
productivity index suatu sumur minyak dapat dituliskan sebagai berikut :
wf s
P P
q
J PI

= = ...............................................................................(5.25)
atau,
(

|
|
.
|

\
|
= =
w
e
o o
r
r
B
h k
J PI
ln .
. . 007082 , 0

....................................................................(5.26)
dimana :
PI = J = Productivity Index, stb/day/psi
q = laju produksi, bbl/day
P
s
= tekanan statik formasi, psia
P
wf
= tekanan alir dasar sumur, psia
k = permeabilitas efektif, md
h = ketebalan formasi produktif, ft

o
= viskositas minyak, cp

o
B = faktor volume formasi minyak, stb/bbl
r
e
= jari-jari pengurasan, ft
r
w
= jari-jari sumur, ft

Jika ada skin faktor maka Persamaan (5.26) menjadi :
J =
wf s
o
P P
q

=
(

+
|
|
.
|

\
|
S 0,75
r
r
ln
o Bo 141,2
h k
w
e
(5.27)

Metode yang akan dibahas pada proposal ini ada dua, yaitu Metode Prats dan
Metode McGuire Sikora.

1. Metode Prats
Anggapan dalam persamaan Prats adalah steady state, didaerah silinder,
inkompressible, konduktivitas rekahan tak terhingga dan tinggi rekahan sama
dengan tinggi formasi. Prats menunjukkan bahwa bila radius lubang sumur
kecil dan kapasitas rekahan besar maka radius sumur efektif bisa dianggap
dari total panjang rekahan. Persamaan Prats adalah sebagai berikut :

0
=
ln(

)
ln(

0,25

)
...................................................................................(5.28)
dimana :
J
f
= Productivity Index setelah perekahan, bbl/day/psi
J
o
= Productivity Index sebelum perekahan, bbl/day/psi
r
e
= jari-jari pengurasan, ft
r
w
= jari-jari sumur, ft
r
v
= vertical fracture penetration, ft

Prats menganalogikan perekahan dengan penambahan harga radius sumur.
Aliran fluida dari formasi ke area perekahan, dianggap seperti aliran radial
dari formasi ke lubang sumur, tanpa perekahan dengan radius efektif sumur
sebagai fungsi dari konduktifitas rekahan tanpa dimensi. Persamaannya adalah

f
f
FD
L K
W K
C = .............................................................................................(5.29)
dimana :
C
FD
= Dimensionless Fracture Conductivity
K
f
= Permeabilitas rekahan, md
K = Permeabilitas formasi, md
W = Tebal rekahan, inchi
L
f
= Setengah panjang rekahan, ft

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam persamaan Prats adalah :
- Fluida incompressible dan steady state
- Konduktifitas rekahan tidak terbatas
- Tinggi rekahan sama dengan tinggi formasi
Kelemahan metode ini adalah bahwa semua keadaan dianggap ideal.

2. Metode McGuire-Sikora
McGuire dan Sikora mempelajari tentang efek rekahan vertikal pada
produktifitas pada reservoir dengan tenaga pendorong solution gas. Asumsi
yang digunakan adalah:
- aliran adalah pseudo steady state
- laju aliran konstan tanpa ada aliran dari luar batas r
e

- fluida inkompressible
- daerah pengurasan berbentuk segiempat sama sisi
- lebar rekahan sama dengan lebar formasi
Prosedur metode ini dengan menggunakan grafik McGuire dan Sikora
(Gambar 5.9), yaitu :
1) Menghitung perbandingan panjang rekahan (x
f
) dengan jari-jari
pengurasan sumur (r
e
).
2) Menghitung harga konduktifitas relatif (absis pada grafik McGuire dan
Sikora).
A k
k w
f
40
. . 12
.......................................................................................(5.30)
3) Dari perpotongan kurva x
f
/r
e
pada grafik McGuire dan Sikora, maka akan
didapatkan harga pada sumbu y.
4) Menghitung rasio PI sesudah rekahan dengan PI sebelum rekahan (open
hole).

0
=

7,13 ln(0,472

)
................................................................(5.31)
dimana : J
f
= Productivity Index setelah perekahan, bbl/day/psi
J
o
= Productivity Index sebelum perekahan, bbl/day/psi

Metode McGuire dan Sikora ini adalah yang paling banyak digunakan
saat ini. Dari grafik McGuire dan Sikora kita bisa mengambil beberapa
kesimpulan:
1. Pada permeabilitas yang rendah (dengan perekahan yang konduktifitasnya
tinggi), maka hasil kenaikkan produktifitas akan makin besar terutama
karena panjang rekahan dan bukan dari konduktifitas relatif rekahan.
2. Untuk suatu panjang rekahan L
f
akan ada konduktifitas rekahan optimal.
Menaikkan konduktifitas rekahan tidak akan menguntungkan. Misalnya
untuk harga L
f
/ L
c
= 0,5 kenaikkan selanjutnya tak ada artinya untuk
harga konduktifitas relatif diatas 10
5
.
3. Maksimum kenaikan perbandingan produktifitas indeks teoritis untuk
sumur yang tidak rusak adalah 13,6.



Gambar 5.9 Grafik McGuire Sikora

5.8.2. Evaluasi Keberhasilan Perekahan Hidrolik berdasarkan Productivity
Index secara Operasional
Evaluasi keberhasilan perekahan hidrolik berdasarkan productivity index
secara operasional, maksudnya adalah membandingkan harga productivity index
sebelum rekahan dengan harga productivity index setelah rekahan sesuai dengan
data-data aktual di lapangan (operasional). Data operasional tersebut meliputi data
sumur, data reservoir, dan data test produksi.
VI. METODOLOGI
Evaluasi stimulasi perekahan hidrolik (hydraulic fracturing) yang
dilakukan meliputi evaluasi terhadap program stimulasi serta evaluasi terhadap
keberhasilannya. Evaluasi terhadap program stimulasi dimaksudkan dengan
evaluasi terhadap pemilihan fluida perekah, pemilihan material pengganjal
(proppant) dan pemodelan geometri perekahan. Evaluasi terhadap tingkat
keberhasilan perekahan hidrolik dilakukan berdasarkan parameter productivity
index (PI). Analisa terhadap PI ini dilakukan dengan membandingkan antara nilai
PI setelah dilakukan perekahan hidrolik dengan PI sebelumnya dengan
menggunakan metode perhitungan secara teoritis yang dianggap sesuai dengan
kondisi di lapangan.
Jika dari evaluasi yang telah dilakukan didapatkan bahwa perekahan
hidrolik meningkatkan harga PI, maka operasi stimulasi perekahan hidrolik
dinyatakan berhasil. Sebaliknya jika dari evaluasi yang dilakukan didapatkan
bahwa perekahan hidrolik tidak menaikkan harga PI, maka operasi stimulasi
perekahan hidrolik dinyatakan tidak berhasil dan perlu untuk dievaluasi kembali.















FLOW CHART EVALUASI STIMULASI HYDRAULIC FRACTURING






























Operasi Stimulasi Perekahan
Hidrolik
START
Input Data
Data Resevoir, Data Komplesi, Data
Produksi
Pemilihan Fluida Perekah,
Pemilihan Proppant dan Pemodelan
Geometri Perekahan
Analisa Kenaikan PI
Metode Prats/Metode McGuire-
Sikora/Metode Cinco-Ley& Samaniego
Peningkatan
Harga PI
STOP
Ya
Tidak
VII. RENCANA KERJA


NO

KEGIATAN
WAKTU (BULAN)
1 2 3 4 5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan
Proposal

2
Studi
Lapangan dan
Pengambilan
Data

3 Penyusunan
Tugas Akhir

4 Bimbingan
Tugas Akhir

5 Sidang















VIII. RENCANA DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
HALAMAN PERSEMBAHAN
RINGKASAN
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN Y
2.1. Sejarah Lapangan Y
2.2. Struktur Geologi dan Stratigrafi Lapangan Y
2.3. Karakteristik Reservoir Lapangan Y

BAB III. DASAR TEORI STIMULASI HYDRAULIC FRACTURING
3.1. Mekanika Batuan
3.2. Mekanika Fluida Hydraulic Fracturing
3.2.1. Rheology
3.2.2. Leak-off Fluida (Kebocoran Fluida)
3.2.3. Fluida Perekah dan Additive
3.3. Material Pengganjal (Proppant)
3.3.1. Jenis Proppant
3.3.2. Spesifikasi Ukuran Proppant
3.3.3. Konduktivitas Proppant
3.3.4. Transportasi Proppant
3.4. Model Geometri Perekahan
3.4.1. PAN American Model
3.4.2. PKN Model
3.4.3. KGD Model
3.5. Prosedur Perencanaan Perekahan
3.5.1. Formation Breakdown
3.5.2. Data Perekahan pada Lapangan yang lalu
3.5.3..Step Rate Test
3.5.4. Shut-in Decline Test
3.5.5. Back Flow Test
3.5.6. Minifrac
3.5.7. Leak-off Test
3.6. Operasi Stimulasi Hydraulic Fracturing
3.6.1. Tekanan Injeksi
3.6.2. Analisis Penurunan Tekanan
3.7. Tip Screen Out (TSO)

BAB IV. EVALUASI STIMULASI HYDRAULIC FRACTURING
4.1. Alasan Dilakukan Stimulasi Hydraulic Fracturing
4.2. Preparasi Data Awal
4.3. Pemilihan Fluida Perekah dan Proppant
4.4. Pelaksanaan Operasi Stimulasi Hydraulic Fracturing
4.4.1. Fill Up
4.4.2. Step Rate Test
4.4.3. Minifrac
4.4.4. Evaluasi Minifrac (Minifrac Matching)
4.4.5. Main Fracturing
4.5. Evaluasi Keberhasilan Stimulasi Hydraulic Fracturing
4.5.1. Evaluasi Desain
4.5.2. Perhitungan Geometri Rekahan
4.5.3. Evaluasi Perbandingan Indeks Produktivitas
4.5.3.1. Metode Prats
4.5.3.2. Metode McGuire-Sikora
4.5.3.3. Metode Cin-coley & Samaniego

BAB V. PEMBAHASAN
BAB VI. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai