Anda di halaman 1dari 2

PETUNJUK JALAN

Saat ini seluruh manusia berada dalam jurang kehancuran, bukan karena
penyakit ataupun materi. Akan tetapi mereka kehilangan taring dalam
melaksanakan sistem yang dianutnya, ketidakpercayaan masyarakat akan sistem
demokrasi maupun sosialisme. Hal ini dikarenakan banyak terlihatnya kekurangan
dari sistem yang telah diterapkannya, bahkan pada segi ekonomi yang
dibanggakan oleh mereka. Sehingga umat manusia sekarang mengalami sebuah
krisis kepercayaan.
Rasulullah Saw. ingin membentuk suatu generasi yang bersih jiwanya,
bersih otaknya, bersih kompensasinya, bersih pemikirannya, bersih kejadiannya
dari pengaruh lain selain metode Ilahi yang dikandung oleh Al-Qur’an. Hanya
kitab Allah saja, bersihkan jiwa mereka dengan sumber itu. Hal itulah yang
menjadi dasar mengapa Rasulullah Saw. Berdakwah mengalami berbagai
halangan dan rintangan, karena hal yang diperjuangkan adalah aqidah islamiyah
sehingga dapat terhujam kedalam diri setiap insan. Bisa saja Rasulullah Saw.
Berdakwah dengan kekusaannya sebagai golongan tertinggi pada golongan
Quraisy, ataukah dengan kebaikannya dalam menolong orang lain. Tetapi bukan
itu intinya, bahwa Allah menginginkan diriNyalah yang harus disembah, dipatuhi
dan diibadahi, bukan yang lain. Inilah yang menjadi dasar dakwah Rasulullah
Saw.
Dalam sejarahnya pernah ditemukan adanya sebuah generasi yang
membanggakan. Generasi yang makmur dan sejahtera oleh karena penerapan
sistem Allah secara menyeluruh. Generasi unik dengan jumlah demikian
banyaknya yang senantiasa menerapkan Al-Qur’an sebagai bukti penghambaan
mereka kepada Allah. Bukan dengan demokrasi ataupun sosialisme, melainkan
dengan sebuah ikatan aqidah islam. Generasi ini merupakan generasi sahabat
Rasulullah.
Adapun faktor-faktor yang menjadikan generasi sahabat menjadi generasi
yang unik:
1. Generasi sahabat Rasulullah Saw. mempelajari Al-Qur’an untuk menerima
perintah Allah tentang urusan pribadinya, tentang urusan golongan dimana
ia hidup, tentang persoalan kehidupan yang dihidupinya, ia dan
golongannya. Dengan kata lain Al Qur’an telah melebur bersama jasad
mereka dan mereka yakini bahwa Al Qur’an menjadi jalan hidupnya.
2. Metode menerima untuk dilaksanakan dan dikerjakan, bukan metode
menerima untuk dipelajari dan dinikmati.
3. Adanya pelepasan diri dari lingkungan jahili, adat istiadat, kebiasaan,
konsepsi, dan tradisi dan hubungannya.
Sehingga di zaman sekarangpun harusnya kita senantiasa menerapkan
prinsip-prinsip yang telah dilakukan para sahabat dalam menerima perintah,
adalah untuk dilaksanakan dan dikerjakan, bukan untuk dipelajari dan dinikmati.
Oleh karena itu dengan kondisi saat ini dibutuhkan kesiapan diri, dengan adanya
perubahan dan pembinaan diri, sehingga diri ini siap untuk bertempur di medan
perjuangan jahili. Hal ini dapat dilakukan dengan langkah awal meninggikan diri
ini atas masyarakat jahiliyah. Dan langkah berikutnya yang dapat kita tempuh
yaitu dengan mengetahui watak metode kita, bentuk pendirian kita, bentuk jalan
yang harus kita ditempuh.
Untuk mewujudkan hal itu semua diperlukan perwujudan dari metode
Qur’ani yang mana dari awal manusia diciptakan hingga sekarang persoalannya
hanyalah masalah aqidah yaitu kepercayaan yang terwujud dalam prinsipnya yang
pokok, ke Tuhanan dan kehambaan serta hubungan yang terdapat antara
keduanya. Dengan bendera la ilaha illa-llah seharusnya kita mampu
melaksanakan dakwah ini. Yang dalam pengertiannya yaitu hanyalah Allah yang
berkuasa, hukum hanyalah yang datang dari Allah, seseorang tidak mempunyai
kekuasaan terhadap orang lain karena kekuasaaan itu hanyalah milik Allah.
Sebelum aqidah ini diterapkan, dan kekuasaan yang seperti ini ditentukan
maka seluruh nilai-nilai akan tetap terombang-ambing dan kesusilaan yang berdiri
diatasnya akan tetap terombang-ambing juga, tanpa pengendalian, tanpa
kekuasaan dan tanpa sanksi.
Karena perjuangan ini bukanlah tanpa janji, Allah menjanjikan sorga atas
orang-orang yang senantiasa merasakan kepahitan dan penderitaan dalam
perjuangan ini. Kalau aqidah la ilaha illa-llah telah tertanam di kedalamannya
yang menghujam jauh, maka bersama-sama dengan itu tertanam pulalah sistem
dimana terlambang la ilaha illa-llah. Agama ini adalah suatu metode praktis,
dinamis, dan serius. Ia bukanlah teori yang hanya berhubungan dengan asumsi. Ia
adalah metode yang berhubungan dengan kenyataan.
Berikut merupakan langkah-langkah awal yang harus kita tempuh dalam
perjuangan ini:
1. Ikhlaskan diri kita pada Allah, yang mana menyatakan kehambaan kita
atas Allah.
2. Mengetahui tentang dakwah. Dasar dakwah adalah menerima peraturan
Allah walaupun bagaimana juga bentuknya, dan menolak setiap peraturan
lain walaupun bagaimana juga bentuknya.
3. Mengetahui tentang hakikat Al-Qur’an. Bahwa Al-Qur’an berbicara
kepada wujud (fitrah) manusia, mengenai adanya manusia itu sendiri,
tentang yang ada disekelilingnya yang terdiri dari petunjuk-petunjuk dan
inspirasi-inspirasi.
4. Mengetahui hakikat aqidah islamiyah. Yaitu merupakan sebuah metode
kehidupan realistik untuk dilaksanakan secara praktis, dan tidak hanya
bercokol dalam sudut pandang sempit dimana telah bercokol pembahasan-
pembahasan teoritis teologis.
Demikianlah seharusnya diri kita memahami konsep diri, sehingga jikalau
diri ini telah kuat maka akan terbentuk bangunan fondasi yang lebih kokoh untuk
akidah, masyarakat, gerakan dan wujud yang sungguh-sungguh sekaligus.

Anda mungkin juga menyukai