Anda di halaman 1dari 19

BAB I PENDAHULUAN 1.

Latar Belakang Batik dalam anggapan umum adalah sebentuk kain yang memiliki motif-motif tertentu, yang mana motif-motif tersebut telah digunakan beratus tahun (mentradisi) pada sebuah wastra (kain yang bermotif). Pengertian seperti di atas telah menjadi sema am aksioma bahwa batik atau wastra batik adalah motif itu sendiri. !ari aspek kultural, batik adalah seni tingkat tinggi. Batik tak sekadar kain yang ditulis dengan menggunakan malam ( airan lilin). Pola-pola yang ada di batik, lanjutnya memiliki filosofi yang sangat erat dengan budaya tiap masyarakat. Batik adalah kebanggaan bangsa "ndonesia, sebuah identitas yang telah diwarisi sejak ratusan tahun lalu. #ayang, identitas ini teran am karena batik-batik ini pun telah diupayakan bangsa lain untuk didaftarkan sebagai warisan nenek moyang mereka. #ebagai suatu kebudayaan tradisional yang telah berlangsung se ara turun temurun, maka $ak %ipta atas seni batik ini akan dipegang oleh negara sebagaimana diatur dalam Pasa& &' ayat ( )ndang-)ndang *o. &+ ,ahun (''( tentang $ak %ipta, yaitu - *egara memegang $ak %ipta atas folklore dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama, seperti erita, hikayat, dongeng, legenda, babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi, dan karya seni lainnya. !alam penjelasan Pasal &' ayat (() )ndang-)ndang *o. &+ ,ahun (''(, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan folklore adalah sekumpulan iptaan tradisional, baik yang dibuat oleh kelompok maupun perorangan dalam masyarakat, yang menunjukkan identitas sosial dan budayanya berdasarkan standar dan nilai-nilai yang diu apkan atau diikuti se ara turun temurun termasuk hasil seni antara lain berupa - lukisan, gambar, ukir-ukiran, pahatan, mosaik, perhiasan, kerajinan tangan, pakaian, instrumen musik dan tenun tradisional (termasuk batik di dalamnya). Perangkat hukum yang telah ditetapkan dalam

&

)ndang-)ndang *o. &+ ,ahun (''( tentang $ak %ipta belum men ukupi kebutuhan masyarakat akan perlunya perlindungan ekspresi budaya tradisional termasuk di dalamnya adalah motif batik tradisional. .etidakmampuan )) $ak %ipta dalam melindungi motif batik yang termasuk ke dalam ekspresi budaya tradisional (folklore), bukan berarti motif batik tradisional tidak dapat dilindungi. #ebab mengingat kedudukannya sebagai motif masyarakat atau folklore yang anonim, maka tidak dapat digolongkan sama seperti karya ipta kon/ensional yang dilindungi oleh )) $ak %ipta. 0otif batik tradisional adalah bagian dari budaya tradisional bangsa "ndonesia. 0aka motif batik tradisional lebih tepat digolongkan bukan sebagai karya ipta biasa, namun sebagai bentuk dari 1kspresi Budaya ,radisional ( Traditional Cultural Expressions2Expressions of Folklore). 0enurut 1dy #edyawati, se ara umum pengertian 1kspresi Budaya ,radisional atau apa yang disebut dengan istilah folklore adalah segala bentuk ungkapan budaya yang bersifat ekspresif yaitu khususnya ungkapan seni di mana yang pen iptanya anonim dan ditransmisikan se ara lisan. Pengaturan hak kekayaan intelektual dalam lingkup internasional sebagaimana terdapat dalam Trade-related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs), misalnya hingga saat ini belum mengakomodasi kekayaan intelektual masyarakat asli2tradisional. !engan adanya fenomena tersebut, maka dapat dikatakan bahwa perlindungan hukum terhadap kekayaan intelektual yang dihasilkan oleh masyarakat asli tradisional hingga saat ini masih lemah. #ayangnya, hal ini justru terjadi di saat masyarakat dunia saat ini tengah bergerak menuju suatu trend yang dikenal dengan gerakan kembali ke alam ( back to nature) yang ditandai dengan semakin besarnya kesadaran akan budaya tradisional sebagai bagian dari kekayaan intelektual dan warisan budaya yang layak dihargai dan wajib dijaga, terutama di negara-negara berkembang. 0endasarkan pada uraian tersebut di atas, kiranya dapat dipahami bahwa masalah dalam perlindungan karya ipta batik tradisional adalah belum adanya sistem perlindungan yang tepat untuk melindungi karya ipta batik tradisional dan pengrajin yang menghasilkan karya-karyanya yang dapat tergolong dalam ipta

pribadi. !i sinilah faktor hukum memainkan peran yang penting agar pemanfaatan warisan budaya ini tidak disalah gunakan oleh pihak-pihak asing yang tidak berwenang. $ukum memandang warisan budaya dari sisi hak, dalam arti siapa yang berhak. 3leh karena itu, hukum juga memandang warisan budaya dari aspek perlindungannya, bagaimana memberikan perlindungan hukum yang tepat dan benar, serta dapat dipahami oleh anggota masyarakat itu sendiri. 2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut &. Bagaimana eksistensi karya ipta seni batik tradisional khususnya motif batik .raton #urakarta sebagai warisan budaya bangsa 4 (. 5pakah )ndang-)ndang *o. &+ ,ahun (''( tentang $ak %ipta sudah memadai dalam memberikan perlindungan atas motif batik sebagai warisan budaya bangsa khususnya batik tradisional .raton #urakarta 4 3. Tujuan &. 0engetahui eksistensi karya ipta seni batik tradisional khususnya

motif batik .raton #urakarta sebagai warisan budaya bangsa. (. 0engetahui apakah )ndang-)ndang *o. &+ ,ahun (''( tentang $ak %ipta sudah memadai dalam memberikan perlindungan atas motif batik sebagai warisan budaya bangsa khususnya batik tradisional .raton #urakarta.

BAB II PEMBAHASAN 1. Perl n!ungan "ar#a Sen Bat k Tra! s $nal Menurut Un!ang%Un!ang N$. 1& Tahun 2''2 Tentang Hak ( )ta .arya ipta seni batik sebagai iptaan yang dilindungi, maka pemegang $ak %ipta seni batik memperoleh perlindungan selama hidupnya dan terus berlangsung hingga 7' (lima puluh) tahun setelah meninggal dunia (Pasal (+ ayat & )) *o.&+ ,ahun (''( tentang $ak %ipta). #elama jangka waktu perlindungan tersebut, pemegang $ak %ipta seni batik memiliki hak eksklusif untuk melarang pihak lain mengumumkan dan memperbanyak iptaannya atau memeberi i8in kepada orang lain untuk melakukan pengumuman dan perbanyakan iptaan yang dipunyai tanpa mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal & ayat & ))$% (''(). 9angka waktu perlindungan tersebut diberikan bagi seni batik yang bukan tradisional, sedangkan bagi seni batik tradisional, misalnya motif parang rusak tidak memiliki jangka waktu perlindungan. $al ini didasarkan pertimbangan bahwa batik-batik tradisional seperti itu di iptakan dan dihasilkan se ara turun temurun oleh masyarakat "ndonesia sehingga diperkirakan perhitungan jangka waktu perlindungan $ak %iptanya telah melewati jangka waktu perlindungan yang ditetapkan dalam undang-undang (telah berakhir). .arena itu batik-batik tradisional yang ada menjadi milik bersama masyarakat "ndonesia ( public do ein). #elain itu $ak %ipta batik tradisional yang ada dipegang oleh negara (Pasal &' ayat ( ))$% ,ahun (''(). $al ini berarti bahwa negara menjadi wakil bagi seluruh masyarakat "ndonesia dalam menguasai kekayaan tradisional yang ada. Perwakilan oleh negara dimaksudkan untuk menghindari sengketa penguasaan atau pemilikan yang mungkin timbul di antara indi/idu atau kelompok masyarakat tertentu. #elain itu penguasaan oleh negara menjadi penting khususnya apabila terjadi pelanggaran $ak %ipta atas batik tradisional "ndonesia yang dilakukan oleh warga negara asing dari negara lain karena akan menyangkut sistem penyelesaian sengketanya.

)ndang-)ndang $ak %ipta ,ahun (''( telah mengatur mengenai pendaftaran karya ipta yang dilindungi dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. ,ermasuk di dalam lingkup yang dilindungi adalah karya ipta seni batik. )ntuk itu, )ndang-)ndang $ak %ipta mensyaratkan adanya pendaftaran atas suatu karya ipta yang dilaksanakan oleh !itjen $." 9akarta. *amun demikian, minimnya wawasan para pen ipta mengenai pentingnya pendaftaran $ak %ipta bagi karya seni batik membuat kebiasaan meniru atau menjiplak motif di antara sesama pengrajin menjadi hal yang biasa bahkan sulit untuk dihilangkan. 2. Eks stens "ar#a ( )ta Sen Bat k Tra! s $nal "hususn#a M$t * Bat k "rat$n Surakarta Se+aga ,ar san Bu!a#a Bangsa Batik, pada mulanya tidak seperti yang kita kenal sekarang. #ebentuk wastra batik memiliki kesejarahan dan tradisi yang ukup lama. !alam masa keemasan kesejarahannya, wastra batik sempat menjadi kain yang sangat eksklusif karena wastra tersebut hanya diperuntukkan bagi kalangan keluarga kerajaan atau hanya dipergunakan pada upa ara-upa ara tertentu. Bahkan, konon wastra batik memiliki erita- erita mistis dan menakjubkan yang mengikuti motif-motif sakral yang ter ipta. ;ambat laun wastra batik menjadi pakaian resmi kalangan elit kerajaan. .emudian menjadi pakaian resmi perangkat kerajaan dan akhirnya wastra batik menjadi ikon kelas sosial tertentu pada masa itu. <astra batik beserta motifnya telah menorehkan jejak semiotika yang panjang, rumit sekaligus mengagumkan. #etiap motif batik memiliki kandungan semiotika sendiri-sendiri. !an konon, setiap motif harus dibuat dan digunakan se ara benar bahkan hingga menyentuh sisi holistik pemakainya. #edemikian rumitnya tatanan busana yang terkait erat dengan adat dan tata sopan santun kalangan kraton, maka pemakaian kain batik sebagai busana kebesaran harus mentaati segala peraturaan yang berlaku. Batik kraton sejak dahulu hingga sekarang tidak ada perubahan, baik warna maupun tampilannya bahkan polanya pun tidak mengalami perubahan. 3leh karena itu dapat dikatakan bahwa batik kraton hampir tidak dipengaruhi oleh 8aman.

#urakarta atau #urakarta $adiningrat juga dikenal dengan nama #olo merupakan ibukota kerajaan dari .raton #urakarta $adiningrat. #urakarta merupakan pusat pemerintahan, agama dan kebudayaan. #ebagai pusat kebudayaan #urakarta tidak dapat dilepaskan sebagai sumber seni dan ragam hias batiknya. Pen iptaan ragam hias batik tidak hanya memburu keindahannya saja tetapi juga memperhitungkan nilai filsafat hidup yang terkandung dalam motifnya. =ang dalam filsafat hidup tersebut terkandung harapan yang luhur dari pen iptanya yang tulus agar dapat membawa kebaikan dan kebahagiaaan pemakainya. Beberapa ontoh a. >agam hias #lobog, yang berarti agak besar atau longgar atau lan ar yang dipakai untuk melayat dengan harapan agar arwah yang meninggal dunia tidak mendapat kesukaran dan dapat diterima di sisi ,uhan =ang 0aha 1sa. b. >agam hias #idomukti, yang berarti jadi bahagia dipakai oleh pengantin pria dan wanita dengan harapan agar pengantin terus-menerus hidup dalam kebahagiaan. #eni batik bagi .raton #urakarta merupakan suatu hal yang penting dalam pelaksanaan tata adat busana tradisional 9awa, dan dalam busana tradisional ini kain batik memegang peranan yang pengembangan seni budaya jawa. !ari uraian di atas dapat diketahui bahwa eksistensi motif batik tradisional khususnya Batik .raton #urakarta yang merupakan bagian dari ekspresi budaya (folklore) dapat dilihat dari makna simbolis yang terkandung dalam setiap motifnya, di mana motif-motif tersebut masih diper aya mempunyai nilai filosofis, teologis dan nilai keabadian yang tidak mudah luntur meskipun telah terjadi banyak perubahan dan perkembangan. #elain itu juga batik mempunyai makna khusus sebagai sesuatu yang diagungkan karena merupakan pen erminan pandangan hidup yang spesifik dan kompleks. .eberadaan batik sendiri se ara keseluruhan terdapat berbagai aspek diantaranya - desain, media (bahan), teknik, fungsi dan filsafat. #ejak dahulu hingga sekarang, batik mempunyai kedudukan yang penting di ukup penting bagi pelestarian dan

dalam masyarakat 9awa, baik yang bertempat tinggal di daerah pantai utara, maupun yang berada di daerah pedalaman Pulau 9awa. !igunakan untuk pakaian sehari-hari dan dipakai sebagai busana dalam upa ara-upa ara tertentu. !alam upa ara-upa ara yang dilakukan untuk menandai siklus kehidupan manusia sejak bayi dalam kandungan tujuh bulan hingga menjelang kematian, fungsi batik senantiasa menyertainya. !i lingkungan kraton, khususnya .raton #urakarta batik merupakan salah satu jenis pakaian kebesaran atau biasa disebut busana keprabon. !alam berbagai upa ara yang diadakan di kraton, misalnya @rebek 0ulud, #yawal ("dul Aitri), dan Besar ("dul 5dha) biasanya #ri #unan mengenakan dodot yang bermotifkan Parang >usak Barong. 5danya eksistensi perlindungan motif batik tradisional khususnya Batik .raton #urakarta juga dilakukan oleh pengusaha Batik !anar $adi. )saha yang dilakukan !anar $adi sangat nyata, di mana perusahaan ini sangat eksis dalam melindungi Batik #olo. #alah satu usaha yang dilakukan !anar $adi adalah mendirikan museum Batik yang terletak di 9alan #lamet >iyadi. 0enurut 5ryo Prakoso Bidyarto, #.# sebagai salah seorang pemandu 0useum Batik !anar $adi bahwa museum ini didirikan oleh pemilik perusahaan !anar $adi ($. #antoso !oellah) sebagai ke intaannya kepada batik. 0useum ini memiliki manfaat terutama bagi usaha pelestarian batik karena di dalam museum ini setiap pengunjung akan mengetahui sejarah batik dan berbagai ma am motif batik. !i samping itu juga, .ota #olo tengah berupaya keras mengembangkan perkampungan yang dulu terkenal sebagai sentra industri batik, di antaranya .ampung ;aweyan dan .ampung .auman. Pengembangan bukan saja sebatas pada industri batik itu sendiri yang pada umumnya berupa industri rumah tangga, tetapi juga menata kawasan menjadi objek wisata budaya baru. #elain itu eksistensi motif batik .raton #urakarta masih dipertahankan oleh pengusahapengusaha batik di #urakarta. 1ksistensi batik .raton #urakarta juga masih bisa dilihat pada motif Batik #udagaran yang dihasilkan oleh kalangan saudagar batik, motif batik #udagaran polanya bersumber pada pola-pola batik kraton baik pola larangan maupun pola

batik kraton lainnya yang ragam hias utama serta isen polanya digubah sedemikian rupa (dimodifikasi) sesuai dengan selera kaum saudagar sehingga pola-pola tersebut dapat dipakai oleh masyarakat umum. 3leh karena itu, batik .raton #urakarta tergolong salah satu seni kriya yang berhasil mere/italisasi diri dalam motif, teknik, dan penggunaannya sehingga eksistensinya terjaga. 3. Perl n!ungan Hak ( )ta Atas M$t * Bat k Se+aga ,ar san Bu!a#a Bangsa "hususn#a Bat k Tra! s $nal "rat$n Surakarta Berdasarkan ))! *egara .esatuan >epublik "ndonesia ,ahun &+:7 sebenarnya terdapat pedoman yang sangat konkrit tentang sistem perlindungan yang tepat. !alam Pembukaan ))! *.>" ,ahun &+:7 dengan tegas dinyatakan bahwa tujuan pembentukan *egara "ndonesia adalah melindungi segenap bangsa "ndonesia dan seluruh tumpah darah "ndonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum. ,ujuan melindungi segenap tumpah darah "ndonesia itu kemudian dibebankan kepada Executi!e "ody #Pemerintah) untuk dilaksanakan. !ari bunyi ))! tersebut, jelas bahwa tugas *egara bukan menjadi Pemilik atau Pemegang $ak sebagaimana klaim di dalam Pasal &' )) $ak %ipta ,ahun (''(, tetapi justru harus menjadi pelindung bagi warga masyarakat atas harta benda milik mereka, termasuk warisan budaya yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan sosial dan spiritual warga bangsanya. )ndang-)ndang *o. &+ ,ahun (''( tentang $ak %ipta selain mengatur perlindungan kekayaan intelektual juga menjelaskan posisi negara dalam kepemilikian budaya ekspresi budaya tradisional melalui Pasal &' ayat (, yaitu *egara memegang $ak %ipta atas folklore dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama, seperti erita, hikayat, dongeng, legenda, babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian kaligrafi, dan karya seni lainnya. *amun dalam pasal tersebut, pada kenyataannya belum memuat batasan-batasan yang dapat dikategorikan sebagai ekspresi budaya tradisional yang perlu dilindungi, bentuk perlindungan yang dilakukan, serta kewenangan regulator dalam mengatur penggunaan ekspresi budaya tradisional se ara komersil, baik oleh warga negara

"ndonesia maupun warga asing. !engan kata lain ketentuan dalam Pasal &' ))$% ,ahun (''( masih sulit diimplementasikan, salah satu alasannya adalah bahwa pasal ini memerlukan peraturan pelaksanaan yang sampai saat ini belum diterbitkan. Perlindungan yang diberikan terhadap ekspresi budaya tradisional lebih bersifat untuk melestarikan warisan budaya dan untuk men egah terjadinya kepunahan warisan budaya itu. <alaupun tujuan Pasal &' diajukan se ara khusus untuk melindungi budaya penduduk asli, akan sulit (barangkali mustahil) bagi masyarakat tradisional atau Pemerintah !aerah untuk menggunakannya demi melindungi karya-karya mereka berdasarkan beberapa alasan. Pertama, kedudukan Pasal &' ))$% ,ahun (''( belum jelas penerapannya jika dikaitkan dengan berlakunya pasal-pasal lain dalam ))$% ,ahun (''(. 0isalnya, bagaimana kalau suatu folklore yang dilindungi berdasar Pasal &' (() tidak bersifat asli sebagaimana diisyaratkan Pasal & (6) ))$% ,ahun (''( yang menyatakan - %iptaan adalah hasil karya Pen ipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra. )ndang-undang tidak menjelaskan apakah folklore sema am ini mendapatkan perlindungan $ak %ipta, meskipun merupakan iptaan tergolong folklore yang keasliannya sulit di ari atau dibuktikan. .edua, suku-suku etnis atau suatu masyarakat tradisioanl hanya berhak melakukan gugatan terhadap orang-orang asing yang mengeksploitasi karya-karya tradisional tanpa sei8in pen ipta karya tradisional, melalui *egara atau "nstansi terkait. !engan kata lain penerapan Pasal &' ))$% ,ahun (''( dalam praktek ternyata tidak mudah untuk dilakukan. 5da tiga alasan yang menjadi penyebabnya. Pertama, definisinya mengandung rumusan yang kurang jelas. .edua, belum diaturnya prosedur untuk membedakan antara %iptaan yang terkategori folklore dengan %iptaan yang bukan folklore. .etiga, tidak diaturnya lembaga pelaksana yang berwenang untuk menetapkan suatu %iptaan sebagai folklore. #eandainya ketentuan Pasal &' ))$% ,ahun (''( dimaksudkan untuk memberi kewenangan bagi *egara dalam menetapkan suatu %iptaan sebagai folklore, permasalahan mengenai kejelasan lembaga pelaksana tetap saja ada. $al

tersebut terjadi, karena lembaga yang disebut hanya *egara. *egara adalah entitas yang abstrak. )ntuk melaksanakan kewenangannya dalam arti yang kongkrit, maka *egara harus dijabarkan lebih lanjut dengan menyebut instansi pemerintah yang mengemban tanggung jawab tersebut. !engan kondisi yang ada saat ini, maka menjadi tidak jelas, apakah hanya !itjen $." yang berwenang mengadministrasikan folklore, atau lembaga-lembaga lain juga berwenang. $al ini sangat penting untuk diatasi mengingat perlindungan folklore dapat berkaitan dengan instansi pemerintah seperti !epartemen $ukum dan $50, !epartemen .ebudayaan dan Pariwisata, !epartemen Perindustrian, dan Pemerintah !aerah. #esungguhnya $ak %ipta juga mempunyai beberapa kelemahan bila hendak diterapkan dengan konsekuen guna melindungi folklore. .elemahan pertama, $ak %ipta mempersyaratkan adanya indi/idu pen ipta, sementara itu dalam suatu masyarakat lokal, folklore biasanya tidak memiliki pen ipta indi/idual. .edua, re8im $ak %ipta menyangkut perlindungan aspek komersial dari hak yang bersangkutan dalam hitungan waktu yang terbatas (dapat dilihat dalam Pasal (+ sampai dengan Pasal 6: ))$% ,ahun (''(), sedangkan isu perlindungan pengetahuan tradisional merupakan isu perlindungan atas warisan budaya suatu masyarakat tertentu. 1kspresi folklore biasanya terkait dengan cultural identity. !engan demikian perlindungannya harus bersifat permanen. .etiga, $ak %ipta mempersyaratkan bentuk formal atau fixation, sementara itu folklore biasanya tidak dalam bentuk tertentu tetapi biasanya diekspresikan se ara lisan dan diwariskan dari generasi ke generasi dalam masyarakat yang bersangkutan. .ondisi itulah yang membuat re8im $ak %ipta sulit untuk diterapkan melindungi folklore. #elain itu juga kelemahan lain dari pengaturan folklore tersebut belum diaturnya prosedur yang membedakan antara %iptaan yang termasuk folklore dengan %iptaan yang tidak termasuk folklore. #ebagaimana telah dipaparkan di atas, folklore memiliki iri- iri yang khusus. Bahkan ahli folklore "ndonesia, Prof. 9ames !anandjaja, mengingatkan bahwa apabila tidak ermat, seorang peneliti bukannya berhasil mengin/entarisir folklore, tetapi malah melakukan studi etnografi. 3leh karena itu, )ndang-undang sebagai pedoman atau kaidah sosial sangat perlu untuk mengatur tentang prosedur pengin/entarisasian folklore.

&'

!alam melindungi iptaan- iptaan yang tidak diketahui Pen iptanya dan dapat dikategorikan sebagai Folklore, $%E&C' dan (IP' telah melaksanakan berbagai usaha untuk pengaturannya. 5tas prakarsa kedua organisasi internasional ini, pada tahun &+C? pengaturan Folklore telah dimuat dalam Tunis )odel *a+ on Copyright for ,e!eloping Countries. Tunis )odel *a+ disusun oleh $%E&C' bekerja sama (IP' sebagai panduan pembentukan hukum nasional yang mengatur perlindungan $ak %ipta di dalam sistem hukum negara-negara berkembang. <alaupun bertujuan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan akan re8im $ak %ipta, namun Tunis )odel *a+ juga turut membentuk mekanisme perlindungan budaya dalam kerangka $ak %ipta dengan berbagai penge ualian khusus yang bersifat sui generis khususnya pengaturan tentang folklore. !iterbitkannya Tunis )odel *a+ ini, mendorong pengajuan *askah 5kademik *%$#; (%usantara Cultural -eritage &tate *icense) >an angan *askah 5kademik >)) Perlindungan .ekayaan *egara 5tas Budaya merupakan sebuah konsep perlindungan hukum terhadap ekspresi budaya tradisional di "ndonesia. .onsep tersebut diajukan oleh "5%" (Indonesian Archipelago Culture Initiati!es) sebagai sebuah upaya untuk melindungi ekspresi budaya tradisional dari eksploitasi komersil dan pen urian oleh pihak-pihak asing. 0enurut >an angan *askah 5kademik >)) Perlindungan .ekayaan *egara 5tas Budaya, yang disebut dengan ekspresi budaya tradisional adalah sebuah ekspresi yang dihasilkan dari manifestasi budaya yang telah dikembangkan se ara turun temurun baik berbentuk maupun tidak, dapat berupa tarian, musik, simbol, motif pakaian, dan lain sebagainya. !i sisi lain, di bawah )) $ak %ipta sedang diran ang suatu Peraturan Pemerintah (PP) tentang E$ak %ipta atas Folklore yang dipegang oleh *egaraE. !alam hal itu yang dimaksud dengan EfolkloreE adalah segala ungkapan budaya yang dimiliki se ara bersama oleh suatu komuniti atau masyarakat tradisional. ,ermasuk ke dalamnya adalah karya-karya kerajinan tangan. 5kan tetapi sampai sejauh ini, peraturan ini masih dalam tahap penyusunan yang diharapkan masih ada masukan dari pandangan pelaku usaha, baik pada sisi pen ipta, pedagang,

&&

maupun konsumen kepada pihak !epartemen .ehakiman dan $ak 5sasi 0anusia >epublik "ndonesia. >an angan Peraturan Pemerintah (>PP) mengenai E$ak %ipta atas Folklore yang dipegang oleh *egaraE, adalah jabaran lebih khusus mengenai pengaturan folklore dalam )ndang-)ndang $ak %ipta *o. &+ ,ahun (''(. !alam !raft Peraturan Pemerintah tersebut yang disebut sebagai folklore dipilah ke dalam a. ekspresi /erbal dan non-/erbal dalam bentuk erita rakyat, puisi rakyat, teka-teki, pepatah, peribahasa, pidato adat, ekspresi /erbal dan non/erbal lainnyaF b. ekspresi lagu atau musik dengan atau tanpa lirikF . ekspresi dalam bentuk gerak seperti tarian tradisional, permainan, dan upa ara adatF d. karya kesenian dalam bentuk gambar, lukisan, ukiran, patung, keramik, terakota, mosaik, kerajinan kayu, kerajinan perak, kerajinan perhiasan, kerajinan anyam-anyaman, kerajinan sulam-sulaman, kerajinan tekstil, karpet, kostum adat, instrumen musik, dan karya arsitektur, kolose dan karya-karya lainnya yang berkaitan dengan folklore. 3leh karena itu, maka disadari akan perlunya dibentuk suatu kerangka pengaturan tersendiri mengenai pengetahuan tradisional2folklore (sui generis). "stilah sui generis berasal dari bahasa latin yang berarti khusus atau unik. )nik di sini dalam artian bahwa kerangka perlindungan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dari .ekayaan "ntelektual pada umumnya, namun masih berada dalam ranah $.". !ari sinilah konsep atau lebih tepatnya istilah $." sui generis dapat kita gunakan yang sesuai dengan karakteristik .ekayaan "ntelektual ,radisional. "ndonesia juga dapat merujuk pada rumusan (IP' Intergo!ern ental Co ite on Intellectual Property and .enetic Resources ,

Traditional /no+ledge and Folklore ("@%-"P@>,.A). #elain disusun pengaturan sui generis mengenai folklore, ara lain untuk melakukan perlindungan terhadap ekspresi budaya tradisional ( folklore) dapat dilakukan melalui sistem dokumentasi. !okumentasi yang memadai atas karya seni tradisional "ndonesia berfungsi sebagai mekanisme perlindungan defensif

&(

untuk menanggulangi penyalahgunaan ( isappropriation) instrumen $." terhadap pengetahuan tradisional "ndonesia di luar negeri. 5rtinya perlindungan hanya akan diberikan bagi pengetahuan tradisional yang telah terdokumentasi. Proses dokumentasi ini menjadi sebuah alternatif yang ukup signifikan. 5pabila "ndonesia hendak menerapkan sistem ini, maka pelaksanaannya akan sangat bergantung kepada efekti/itas dari dokumentasi yang bersangkutan. 0ekanisme yang dapat ditetapkan antara lain melalui proses registrasi dari dokumentasi yang telah dilakukan ke .antor $." (!irektorat 9enderal $ak .ekayaan "ntelektual). *amun yang perlu diketahui adalah bahwa dokumentasi itu bukanlah ara untuk memperoleh hak atas pengetahuan tradisional melainkan sebuah upaya untuk mempermudah pembuktian bahwa pengetahuan tradisional tertentu adalah milik masyarakat tertentu. !okumentasi yang dimaksud di atas adalah dalam rangka pelestarian warisan budaya (preser!ation of cultural heritage) masyarakat lokal yang hidup dan berkembang se ara alamiah, yang bisa membuktikan bahwa suatu warisan budaya tertentu memang berasal dan menjadi bagian dari kehidupan sosial bangsa "ndonesia. !okumentasi ini dilakukan berdasarkan pemahaman bahwa ekspresi budaya (folklore) dan pengetahuan tradisional tidak memerlukan pendaftaran karena hal tersebut adalah sudah menjadi milik umum di "ndonesia, oleh karena itu *egara yang memegang hak atas karya folklore tersebut. =ang dilakukan pemerintah mengenai hal tersebut yaitu dengan ara melakukan identifikasi tentang folklore dan pengetahuan tradisional yang terdapat di seluruh wilayah "ndonesia dan kemudian dimasukan dalam data base negara. #ampai sejauh ini terdapatnya pihak-pihak dari instansi pemerintah yang akan mendaftarkan karya folklore sebagai $ak %ipta, hal tersebut ditolak oleh !itjen $." mengingat folklore tidak perlu didaftarkan namun se ara otomatis dilindungi oleh negara. !i samping itu juga bisa dijadikan inspirasi untuk meran ang kegiatan dokumentasi dalam rangka pelestarian warisan budaya. >intisannya dapat dilakukan oleh .elompok .erja (Pokja) yaitu .elompok .erja $." di bidang Pendayagunaan #umber !aya @enetik, Pengetahuan ,radisional dan 1kspresi Folklore yang dibentuk oleh 0enteri .ehakiman >" dengan #urat .eputusan

&6

0enteri .ehakiman dan $ak 5sasi 0anusia >" *o - 0.7:.P>.'+.'6 ,ahun (''( tanggal C 5gustus (''(. 5nggota Pokja ini terdiri dari unsur Pemerintahan, Perguruan ,inggi, dan ;embaga #wadaya 0asyarakat, tugas utama kelompok ini adalah i. 0engin/entarisasi berbagai dokumentasi mengenai sumber daya genetik dan pemanfaatannya, pengetahuan tradisional dan ekspresi folklore yang telah merupakan wilayah publik (public do ain). ii. 0engupayakan penyebarluasan dan pertukaran informasi untuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas mengenai sumber daya genetik, pengetahuan tradisional dan ekspresi folklore yang berada di wilayah publik. iii. 0emberi masukan untuk penyusunan ran angan peraturan perundangundangan dan masukan tentang posisi serta sikap "ndonesia dalam berbagai forum mengenai $.", khususnya yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya genetik, pengetahuan tradisional dan ekspresi folklore. i/. 0endukung kegiatan penyelesaian permasalahan yang terkait dengan $." mengenai pemanfaatan sumber daya genetik dan pembagian keuntungan atas pemanfaatan tersebut se ara adil. #e ara singkat tugas tersebut men akup persoalan dokumentasi, publikasi, legal drafting, dan benefit sharing. "mplementasinya di lapangan, bahwa Pokja ini ikut membantu memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang folklore dan pengetahuan tradisional dan kemudian membantu pemerintah untuk mengidentifikasi karya-karya folklore dan pengetahuan tradisional dari seluruh wilayah "ndonesia.

&:

BAB III PENUTUP 1. "es m)ulan &. Batik .raton #urakarta merupakan warisan budaya yang masih eksis sampai sekarang, batik kraton sejak dahulu hingga sekarang tidak ada perubahan, baik warna maupun tampilannya bahkan polanya pun tidak mengalami perubahan. 3leh karena itu dapat dikatakan bahwa batik kraton hampir tidak dipengaruhi oleh 8aman. Batik mempunyai kedudukan yang penting di dalam masyarakat 9awa, batik digunakan untuk pakaian sehari-hari dan dipakai sebagai busana dalam upa araupa ara tertentu. !alam upa ara-upa ara yang dilakukan untuk menandai siklus kehidupan manusia sejak bayi dalam kandungan tujuh bulan hingga menjelang kematian, fungsi batik senantiasa menyertainya. #ehingga dapat diketahui bahwa eksistensi motif batik tradisional khususnya Batik .raton #urakarta yang merupakan bagian dari ekspresi budaya (folklore) dapat dilihat dari makna simbolis yang terkandung dalam setiap motifnya, di mana motif-motif tersebut masih diper aya mempunyai nilai filosofis, teologis dan nilai keabadian yang tidak mudah luntur meskipun telah terjadi banyak perubahan dan perkembangan. #elain itu juga batik mempunyai makna khusus sebagai sesuatu yang diagungkan karena merupakan pen erminan pandangan hidup yang spesifik dan kompleks. .eberadaan batik sendiri se ara keseluruhan terdapat berbagai aspek diantaranya - desain, media (bahan), teknik, fungsi dan filsafat. 5danya eksistensi perlindungan motif batik tradisional khususnya Batik .raton #urakarta juga dilakukan oleh pengusaha Batik !anar $adi. )saha yang dilakukan !anar $adi sangat nyata, di mana perusahaan ini sangat eksis dalam melindungi Batik #olo. 1ksistensi batik .raton #urakarta juga masih bisa dilihat pada motif Batik #udagaran yang dihasilkan oleh kalangan saudagar batik, motif

&7

batik #udagaran polanya bersumber pada pola-pola batik kraton baik pola larangan maupun pola batik kraton lainnya yang ragam hias utama serta isen polanya digubah sedemikian rupa (dimodifikasi) sesuai dengan selera kaum saudagar sehingga pola-pola tersebut dapat dipakai oleh masyarakat umum. 3leh karena itu, batik .raton #urakarta tergolong salah satu seni kriya yang berhasil mere/italisasi diri dalam motif, teknik, dan penggunaannya sehingga eksistensinya terjaga. (. Batik .raton #urakarta sebagai ekspresi budaya tradisional (folklore) yang tidak diketahui siapa pen iptanya, dalam Pasal &' 5yat (() )) $ak %ipta ,ahun (''( dijelaskan bahwa atas folklore dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama di mana tidak diketahui siapa pen iptanya, maka $ak %iptanya dipegang oleh negara. *amun dalam implementasi di lapangan, )) $ak %ipta belum bisa mengakomodir perlindungan $ak %ipta atas motif batik tradisional sebagai bagian dari folklore, hal ini dikarenakan )) $ak %ipta masih mempunyai beberapa kelemahan bila hendak diterapkan dengan konsekuen guna melindungi folklore. .elemahan pertama, $ak %ipta mempersyaratkan adanya indi/idu pen ipta, sementara itu dalam suatu masyarakat lokal, folklore biasanya tidak memiliki pen ipta indi/idual. .edua, re8im $ak %ipta menyangkut perlindungan aspek komersial dari hak yang bersangkutan dalam hitungan waktu yang terbatas (dapat dilihat dalam Pasal (+ sampai dengan Pasal 6: ))$% ,ahun (''(), sedangkan isu perlindungan pengetahuan tradisional merupakan isu perlindungan atas warisan budaya suatu masyarakat tertentu. 1kspresi folklore biasanya terkait dengan cultural identity. !engan demikian perlindungannya harus bersifat permanen. .etiga, $ak %ipta mempersyaratkan bentuk formal atau fixation, sementara itu folklore biasanya tidak dalam bentuk tertentu tetapi biasanya diekspresikan se ara lisan dan diwariskan dari generasi ke generasi dalam masyarakat yang bersangkutan. .ondisi itulah yang membuat re8im $ak %ipta sulit

&?

untuk diterapkan melindungi folklore. 3leh karena itu diperlukan pengaturan se ara khusus terhadap folklore, yaitu dengan dibentuknya suatu kerangka pengaturan tersendiri mengenai pengetahuan tradisional2folklore (sui generis). !ari sinilah konsep atau lebih tepatnya istilah $." sui generis dapat kita gunakan yang sesuai dengan karakteristik .ekayaan "ntelektual ,radisional. #elain disusun pengaturan sui generis mengenai folklore, ara lain untuk melakukan perlindungan terhadap ekspresi budaya tradisional (folklore) dapat dilakukan melalui sistem dokumentasi. !okumentasi yang memadai atas karya seni tradisional "ndonesia berfungsi sebagai mekanisme perlindungan defensif untuk menanggulangi penyalahgunaan ( isappropriation) instrumen $." terhadap pengetahuan tradisional "ndonesia di luar negeri. 5rtinya perlindungan hanya akan diberikan bagi pengetahuan tradisional yang telah terdokumentasi. 6. >e8im $ak .ekayaan "ntelektual &ui .eneris memberikan perlindungan terhadap folklore lewat kerangka yang lebih bersifat utuh dan khusus. !iharapkan melalui perlindungan $." sui generis, folklore tetap dapat dilindungi dengan memperhatikan nilai filosofis, simbolis, theologis dan kesakralannya. .arena itulah perlindungan $." sui generis yang memperhatikan karakteristik tradisi dari 1kspresi Budaya ,radisional pada khususnya diperlukan.

&C

DA-TA. PUSTA"A 5.*. #uyatno, (''(, &e0arah "atik 1ogyakarta, (=ogyakarta - 0erapi) Budi 5gus >iswandi dan 0. #yamsudin, (''7, -ak /ekayaan Intelektual dan "udaya -uku , (9akarta - P,. >aja @rafindo Persada) GGGGGGGGGGGGGGGG, (arisan Tradisi, Penciptaan dan Perlindungan, (9akarta - &6 5gustus (''6) $am8uri, &+D&, "atik /lasik, (9akarta - Penerbit !jambatan) $elianti $ilman, dalam 1mmy =uhassarie, ('':, -ak /ekayaan Intelektual dan Perke bangannya, (9akarta - Pusat Pengkajian $ukum) .holis >oisah, Perlindungan -uku Terhadap /ekayaan Intelektual Tradisional, 0asalah-0asalah $ukum - 0ajalah "lmiah Aakultas $ukum )ni/ersitas !iponegoro, Bol.67 *o. 6 9uli-#eptember (''? 0ooryati #oedibyo, (''6, Busana .eraton #urakarta $adiningrat, (9akarta - P,. @ramedia <idiasarana "ndonesia) 0uhammad 5bdulkadir, (''&, /a0ian -uku Ekono i -ak /ekayaan Intelektual, (Bandung - P,.%itra 5ditya Bhakti) 0uhammad !jumhana dan !jubaedillah, &++C, -ak )ilik Intelektual &e0arah2 Teori ,an Prakteknya ,i Indonesia, (Bandung - P,. %itra 5ditya Bakti) GGGGGGGGGGG, (''', Antropologi dan -uku , (9akarta - =ayasan 3bor "ndonesia) #anusi Bintang, &++D, -uku -ak Cipta, (Bandung - %itra 5ditya Bakti) #ophar 0aru $utagalung, &++:, -ak Cipta /edudukan dan Peranannya di ,ala Pe bangunan, (9akarta - 5kademika Pressindo) #udargo @autama, &++', &egi-&egi -uku 1ras o) -ak )ilik Intelektual, (Bandung - P,. &uatu Pengantar, (=ogyakarta -

#udikno 0ertokusumo, (''C, )engenal -uku ;iberty) Un!ang%Un!ang

)ndang-)ndang !asar *egara .esatuan >epublik "ndonesia ,ahun &+:7

&D

)ndang-)ndang *o. ? ,ahun &+D( tentang $ak %ipta )ndang-)ndang *o. C ,ahun &+DC tentang $ak %ipta )ndang-)ndang *o. &( ,ahun &++C tentang $ak %ipta )ndang-)ndang *o. &+ ,ahun (''( tentang $ak %ipta )ndang-)ndang *o. 6( ,ahun ('': tentang Pemerintah !aerah )ndang-)ndang *o. 6+ ,ahun &+++ tentang $ak 5sasi 0anusia

Internet Brian $enry, 5. Prastyo, (arisan www.legalitas.org. om, "udaya ,ala Perspektif -/I,

Indonesia ,esak Perlindungan Pengetahuan Tradisional, http-22www.kompas. om2kompas etak2'?&(2&62humaniora26&?+6&'.htm dari buku "atik di (' ,ahun @.B"), &urakarta ,

9oomla, &e0arah "atik, (!ikutip www.rumahbatik. om, *oe8a, Tatakra a Penggunaan www.rumahbatik. om,

)otif

/raton

&+

Anda mungkin juga menyukai