PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR 2013
KARBOHIDRAT
Karbohidrat sangat akrab dengan kehidupan manusia. Karena ia adalah sumber energi utama manusia. Contoh makanan sehari-hari yang mengandung karbohidrat adalah pada tepung, gandum, jagung, beras, kentang, sayur-sayuran dan lain sebagainya. Karbohidrat adalah polihidroksildehida dan keton polihidroksil atau turunannya. selian itu, ia juga disusn oleh dua sampai delapan monosakarida yang dirujuk sebagai oligosakarida. Karbohidrat mempunyai rumus umum Cn(H2O)n. Rumus itu membuat para ahli kimia zaman dahulu menganggap karbohidrat adalah hidrat dari karbon. Penting bagi kita untuk lebih banyak mengetahui tentang karbohidrat beserta reaksireaksinya, karena ia sangat penting bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya. Oleh karena itu, tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui cara identifikasi karbohidrat secara kualitatif, membuktikan adanya poliusakarida dalam suatu bahan, membuktikan adanya gula pereduksi atau gula inversi, membedakan antara monosakaridan dan poliskarida, membuktikan adanya pentosa, membuktikan adanya gula ketosa (fruktosa), membedakan karbohidrat berdasarkan bentuk kristalnya, menguji amilum pada bahan makanan dan mengidetifikasi hasil hirolisis pati atau amilum.
Uji Molish
Uji molish merupakan uji umum untuk karbohidrat dan senyawa organik lain yang menghasilkan furfural bila direaksikan dengan asam sulfat pekat. Hasilnya merupakan reaksi yang spesifik untuk karbohiddrat, tetapi hasil yang negatif merupakan tidak ada karbohidrat. Pereaksi Molish merupakan campuran larutan - naftol dalam alkohol. Pereaksi ini sangat sensitif untuk uji senyawa yang dapat dihidrasi oleh asam sulfat pekat menjadi furfural dan turunanya ( furfural tersubstitusi ). Kondensasi furfural atau turunannya dengan - nafthol akan menghasilkan senyawa berwarna merah ungu. Bahan: 1. Pereaksi Molish ( 10 g - napthol dalam 100 ml etanol 95% ) 2. H2SO4 pekat 3. Glukosa 0.1 M 4. Maltosa 0.1 M 5. Arabinosa 0.1 M 6. Amilum 1 % 7. Sukrosa 0.1 M petunjuk yang jelas
Cara Kerja : 1. Ditambahkan 3 tetes pereaksi Molish ke dalam tabung reaksi yang berisi 1 ml larutan glukosa 0.1 M dan dikocok perlahan. 2. Ditambahkan dengan hati-hati 1 ml larutan H2SO4 pekat melalui dinding tabng yang dimiringkan. 3. Diamati dengan seksama setiap perubahan warna pada batas kedua cincin. Warna merah ungu yang terbentuk pada bidang batas menunjukan reaksi positif. 4. Dilakukan percobaan untuk larutan yang lain. Hasil : No 1 2 3 4 5 Larutan Uji Glukosa Maltosa Arabinosa Amilum Sukrosa Hasil Cincin ungu (+) Cincin ungu (+) Cincin ungu (+) Cincin ungu (+) Cincin ungu (+)
Pembahasan: Pada uji yang telah dilakukan didapatkan semua zat uji termasuk ke dalam jenis karbohidrat, hal rersebut dapat dilihat dengan terbentuknya cincin ungu. Glukosa merupakan jenis monosakarida aldoheksosa, maltosa termasuk disakarida yang terdiri 2 glukosa, arabinosa merupakan jenis aldopentosa, amilum merupakan polisakarida dari glukosa dan sukrosa termasuk disakarida dari glukosa dan fruktosa. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut
+ -naftol
+ heksosa
+ -naftol
OH
CH2 O
O4SH OH
SO3H
Senyawa kompleks cincin berwarna ungu Teori yang mendasari percobaan ini adalah penambahan asam pekat, misalanya H2SO4 menyebabakan karbohidrat terhidrolisis menjadi monosakarida. Selanjutnya monosakarida jenis pentosa akan mengalami dehidrasi dengan asam tersebut menjadi furfural, sementara golongan heksisosa menjadi hidroksi-multifurfural. Pereaksi molisch yang terdiri dari a-naftol dalam alkohol akan bereaksi dengan furfural tersebut membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Uji ini bukan uji spesifik untuk karbohidrat, walalupun hasil reaksi yang negatif menunjukkan bahwa larutan yang diperiksa tidak mengandung karbohidrat. Warna ungu kemerah-merahan menyatakan reaksi positif, sedangka warna hijau adalah negatif.
2. Dipanaskan ketiga tabung reaksi di penangas air mendidih dan perhatikan terjadi.
Hasil : Tabung A. CuSO4 B. CuSO4 C. CuSO4 Perlakuan + NaOH dipanaskan + NaOH dan glukosa dipanaskan + NaOH dan Na Sitrat + Glukosa Hasil Endapan biru Cu(OH)2 Endapan hitam Biru jernih endapan agak menghilang Endapan hitam dan merah bata CuO Larutan jernih Endapan merah Cu2O
Pembahasan : Gula yang dapat dioksidasi adalah senyawa pereduksi. Gula yang demikian disebut gula pereduksi. Salah satu gula pereduksi yaitu glukosa karena termasuk ke dalam golongan aldehida yang pada dasarnya memang memiliki sifat pereduksi. Semua monosakarida termasuk ke dalam gula pereduksi, termasuk juga golongan aldoketosa. Meskipun keton tidak memiliki sifat sebagai pereduksi tetapi untuk gula golongan ketosa, karena memiliki karbon -hidroksi keton maka sifatnya menjadi gula pereduksi. Sedangkan untuk golongan disakarida sifat pereduksi dapat dilihat dari C anomernya, apabila C anomer tidak tersubstitusi maka sifatnya adalah gula pereduksi, hal ini dikarenakan kemungkinan masih terbuka dan dapat dioksidasi. Reaksi yang terjadi adalah: CuSO4 + NaOH Cu(OH)2 + Na2SO4 2 Cu(OH)2 2 CuO + 2 H2O
Cara Kerja : 1. Dimasukkan ke dalam reaksi 1 ml AgNO3 0.05 N dan ditambahkan NH4OH 0.1 M tetes demi tetes sampai terbentuk endapan, kemudian dilanjutkan penambahan NH 4OH sampai endapan larut. 2. Ditambahkan 2 ml glukosa 0.1 M, dikocok dan dipanaskan perlahan-lahan beberapa menit. 3. Reaksi positif bila pada dinding tabung terbentuk cermin perak. 4. Bila tidak terjadi cermin perak selama 15 menit, teteskan larutan NaOH 0.1 M. Hasil : Perlakuan AgNO3 + NH4OH + NH4OH berlebih + glukosa dan dipanaskan Hasil Tebentuk endapan Endapan larut Terbentuk cermin perak
Pembahasan : Pada dasarnya percobaan yang dilakukan kali ini yaitu reaksi reduksi dengan logam, prinsipnya sama dengan uji menggunakan pereaksi Tollens yang menghasilkan cermin perak. Pereaksi Tollens merupakan suatu oksidator / pengoksidasi lemah yang dapat digunakan untuk mengoksidasi gugus aldehida pada glukosa menjadi asam karboksilat. Pereaksi tollens dapat dibuat dari larutan perak nitrat AgNO 3, mula-mula direaksikan dengan basa kuat, maka akan terbentuk endapan cokelat Ag2O. Endapan tersebut kemudian dilarutkan kembali dengan larutan amonia sehingga membentuk komppleks perak amoniakal Ag(NH3)2. 2AgNO3 + 2NaOH Ag2O + 2NaNO3 + H2O 2Ag(NH3)2NO3 + 2NaOH
Bermacam cara dapat ditempuh untuk membuat pereaksi tollens; yang penting larutan ini harus mengandung perak amoniakal. Larutan kompleks perak beramoniak inilah yang dapat mengoksidasi gugus aldehid menjadi asam yang disertai dengan timbulnya cermin perak. Oleh sebab itu, larutan perak amoniakal ini sering ditulis secara sederhana sebagai larutan Ag2O. RCHO + Ag2O RCOOH + 2Ag
Persamaan reaksi redoks yang sebenarnya adalah : Ag(NH3)2+(aq) + e RCHO(aq) + 3OH-(aq) Ag(s) + 2NH3(aq)
RCOOH(aq) + 2H2O(l) + 2e
Uji Benedict
Pereaksi Benedict mengandung CuSO4, Na2CO3 dan Na sitrat. Larutan tembaga alkalis ini dapat direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehida bebas atau keton bebas atau pereduksi. Uji Benedict berdasarkan reaksi reduksi Cu2+ menjadi Cu+. Pada proses reduksi dalam suasana basa inin ditambahkan Na sitrat sebagai pengkompleks. Uji Benedict juga dapat digunakan untuk menaksir konsentrai karbohidrat bebas karena berbagai konsentrasi karbihidrat yang akan memberikan warna yang berlainan. Pereaksi Bebedict dibuat dengan melarutkan 173 g Na sitrat dan 100 g Na2CO3 anhidrat ke dalam kira-kira 800 ml air, diaduk kemudian disaring ke dalam gelas ukur 1 liter dan ditambahkan sampai volume 850 ml. Ditambahkan 17 g CuSO4 yang telah dilarutkan dalam 200 ml air. Dibuat volume total 1 liter dengan penambahan air. Bahan : 1. Pereaksi Benedict 2. Sukrosa 0.1 M 3. Maltosa 0.1 M 4. Galaktosa 0.1 M 5. Frutosa o.1 M Cara Kerja : 1. Ditambahkan 5 tetes larutan fruktosa ke dalam tabun reaksi yang berisi 2 ml pereaksi Benedict dan dikocok. 2. Ditempatkan tabung pada penangas air mendidih selama 5 menit. 3. Dibiarkan tabung mejadi dingin dan diamati perubahan warna yang terjadi. Pembentukan endapan hijau, kuning atau merah menunjukan reaksi positif. 4. Dilakukan percobaan di atas terhadap karbohidrat yang lain. Hasil : No 1 2 3 4 5 Sampel Fruktosa Maltosa Galaktosa Sukrosa Pati Hasil Endapan merah bata Cu2O (+) Endapan merah bata Cu2O (+) Endapan merah bata Cu2O (+) Tidak terbentuk endapan (-) Tidak terbentuk endapan (-)
Pembahasan : Modifikasi pada pereaksi fehling adalah benedict. Pada uji benedict, teori yang mendasarinya adalah gula yang mengandung gugus aldehida atau keton bebas akan mereduksi
ion Cu2+ dalam suasana alkalis, menjadi Cu+, yang mengendap sebagai Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata. Larutan Benedict mengandung ion-ion Cu2+ yang membentuk kompleks dengan ion-ion sitrat dalam larutan Na2CO3. Lagi-lagi, pengompleksan ion-ion Cu2+ dapat mencegah terbentuknya sebuah endapan kali ini endapan CuCO3. Gula pereduksi mereduksi ion Cu2+ menjadi Cu2O. Karena larutan bersifat basa, maka aldehid dengan sendirinya teroksidasi menjadi sebuah garam dari asam karboksilat yang sesuai. Persamaan untuk reaksi-reaksi ini selalu disederhanakan untuk menghindari keharusan menuliskan ion tartrat atau sitrat pada kompleks tembaga dalam rumus struktur. Persamaan setengah-reaksi untuk larutan Fehling dan larutan Benedict bisa dituliskan sebagai:
Menggabungkan persamaan di atas dengan persamaan setengah reaksi untuk oksidasi aldehid pada kondisi basa yakni
Dari sampel yang di ujikan berupa fruktosa, maltosa dan galaktosa memberikan hasil yang positif sedangkan untuk sukrosa dan pati memberikan hasil negatif. Fruktosa merupakan monosakarida golongan ketosa yang mempunyai C anomer, maltosa merupakan disakarida dari 2 glukosa yang mempunyai C anomer yang tidak tersubstitusi sehingga sifatnya dapat dioksidasi dan galaktosa merupakan monosakarida yang mempunyai gugus aldehida, sudah pasti bersifat pereduksi. Hasil negatif didapatkan dari sukrosa, karena sukrosa merupakan disakarida dari glukosa dan fruktosa dengan ikatan -1,2 sehingga tidak mempunyai C anomer bebas, hal inilah yang menyebabkan sifatnya tidak bisa dioksidasi. Sedangkan untuk pati, di karenakan rantainya yang panjang ( polisakarida dari glukosa ) maka tidak bersifat pereduksi. Untuk mengembalikan sifat pereduksinya, pati harus dihidrolisis menjadi monosakaridanya yaitu glukosa.
Uji BarFoed
Pereaksi Barfoed mengandung kupri asetat dalam asam asetat glasial. Pereaksi ini dapat digunakan untuk membedakan antara monosakarida dengan disakarida dengan cara mengontrol kondisi-kondisi seperti pH dan waktu pemanasan, pereaksi Barfoed hanya direduksi
oleh monosakarida. Pendidihan yang berlebihan dapat menghidrolisis disakarida sehingga memberikan reaksi positif yang palsu. Endapan kuprooksida kurang kompak oleh karena itu sangat baik untuk membiarkan tabung reaksi beberapa waktu untuk memberi endapan untuk mengendap. Cu 2+ tidak terbentuk Cu(OH)2 dalam suasana asam. Pereaksi Barfoed dibuat dengan melarutkan 13.3 g kupri asetat dalam 200 ml air, kemudian ditambahkan 1.9 ml asam asetat glasial. Pereaksi ini harus segar/baru setiap akan digunakan. Bahan : 1. Pereaksi Barfoed 2. Laktosa 0.1 M 3. Glukosa 0.1 M 4. Fruktosa 0.1 M 5. Maltosa 0.1 M 6. Sukrosa 0.1 M Cara Kerja : 1. Ditambahkan 0.5 ml glukosa 0.1 M ke dalam tabung reaksi yang berisi 5 ml pereaksi Barfoed. 2. Dipanaskan tabung di atas penangas air mendidih selama 5 menit. 3. Bila tidak terjadi reaksi selama 5 menit, dilakukan pemanasan selama 15 menit sampai terlihat terjadinya reduksi yaitu terbentuk endapan merah bata. 4. Dilakukan percobaan untuk sampel yang lain. Hasil : No 1 Sampel Glukosa Terbentuk endapan Hasil merah bata Cu2O Cu2O Cu2O setelah
pemanasan 14 menit 4 5 Sukrosa Laktosa Tidak terbentuk endapan setelah pemanasan 15 menit Terbentuk endapan merah bata Cu2O setelah
pemanasan 15 menit
Pembahasan : Ion Cu2+ dari pereaksi Barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida dari pada disakarida dan menghasilkan Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata. Hal inilah yang mendasari uji Barfoed.
RCHO + (CH3COO)2Cu
Terlihat pada hasil pengamatan bahwa monosakarida berupa glukosa dan fruktosa, dapat mereduksi Cu2+ lebih cepat jika dibandingkan dengan disakarida berupa maltosa dan laktosa. Sedangkan
2+
sukrosa
bukan
merupakan
gula
pereduksi
dehinnga
tidak
akan
mereduksikan Cu . Yang perlu diperhatikan dalam uji ini adalah konsentrasi larutan uji haruslah sama, agar hasil yang didapatkan relevan. Selain itu saat pemanasan juga harus diperhatikan, jangan terlalu lama karena disakarida dapat terhidrolisis sehingga memberikan hasil yang positif.
Uji Seliwanof
Uji Seliwanof adalah reaksi spesifik untuk karbohidrat golongan ketosa. Pereaksi Seliwanof adalah larutan resorsinol ( m-dihidroksi benzena ) dalam HCl yang pada pendidihan dalam karbohidrat golongan ketosa memberikan warna merah dan endapan fruktosa dapat diubah oleh asam klorida panas menjadi levulenat dan hidroksi metil furfural yang selanjutnya berkondensasi dengan resorsinol membentuk senyawa kompleks berwarna merah.
HO O
CH2OH
Pereaksi Seliwanof dibuat dengan melarutkan 0.5 g resorsinol dalam 100 ml HCl encer 1:2. Bahan : 1. Pereaksi Seliwanof 2. Fruktosa 0.1 M 3. Glukosa 0.1 M 4. Sukrosa 0.1 M Cara Kerja : 1. Ditambahkan bebarapa tetes larutan fruktosa 0.1 M ke dalam tabung reaksi yang berisi 2 ml pereaksi Seliwanof. 2. Disimpan tabung reaksi ke dalam penangas air sampai terjadi perubahn warna. Bila terbentuk endapan, disaring endapan dan dilarutkan dalam alkohol. Warna merah nenunjukan hasil yang positif. 3. Dilakukan percobaan untuk sampel yang lain menggunakan volume karbohidrat yang lebih banyak yaitu 2 ml.
Hasil : No 1 Sampel Fruktosa beberapa tetes Hasil Setelah dipanaskan 2 menit, warna berubah dari orange ke merah ( + ) 2 Glukosa beberapa tetes Setelah dipanaskan, warna berubah dari
bening ke orange ( - ) 3 Sukrosa beberapa tetes Setelah dipanaskan 4 menit, warna berubah dari bening ke merah ( + ) 4 Glukosa 2 ml Setelah dipanaskan, warna berubah dari
bening ke merah ( + )
Pembahasan :
Pada hasil pengamatan didapatkan hasil, bahwa sampel uji yang mengandung gugus ketosa memberikan hasil positif berwarna merah, yaitu fruktosa ( monosakarida ) dan sukrosa ( disakarida dari glukosa dan fruktosa ). Sedangkan glukosa memberikan hail negatif ( mempunyai gugus aldehida ). Reaksinya adalah:
Uji Tauber
Uji ini merupakan uji yang spesifik untuk jenis pentosa. Pereaksi Tauber terdiri dari larutan benzidine 2% dalam asam asetat glasial. Bahan : 1. Pereaksi Tauber 2. Arabinosa 0.1 M 3. Gum arab 2% 4. Fruktosa 0.1 M Cara Kerja : 1. Dimasukkan 1 ml larutan arabinosa 0.1 M dan 2 ml pereaksi Tauber ke dalam tabung reaksi. 2. Dipanaskan tabung reaksi dalam penangas air.
3. Didinginkan denga air yang mengalir, pembentukan warna merah ceri menunjukan reaksi positif. 4. Dilakukan uji pada sampel yang lain. Hasil : No 1 2 3 Sampel Arabinosa Fruktosa Gum Arab Hasil Larutan merah cherry ( + ) Tidak ada perubahan ( - ) Larutan merah cuerry ( + )
Pembahasan :
Dari hasil pengamatan didapatkan hasil larutan berwarna erah cherry yang termasuk golongan pentosa adalah gum arab dan arabinosa, sedangkan fruktosa merupakan golongan heksosa.
Uji Osazon
Aldosa atau ketosa dapat membentuk kristal osazon denga fenilhidrazin. Kristal-kristal osazon mempunyai bentuk dan titik lebur yang khas yang dapat membantu identifikasi gula pereduksi. Fenilhidrazin bereaksi dengan gugus karbonil gula membentuk fenilhidrazon, yang selanjutnya bereaksi lebih lanjut dengan molekul fenilhidrazin membentuk osazon. Pembentukan osazon dari aldosa secara garis adalah sbb:
CHO
CH=N-NH-C6H5
CHOH
R
H2O
fenilhidrazin
Fenilhidrazon
CH=N-NH-C6H5
CH=N-NH-C6H5
CHOH + H2N-NH-C6H5
R
C=N-NH-C6H5
R
+ C6H5NH2 + NH3
osazon
Bahan : 1. Fenilhidrazin 2. Natrium asetat
3. Glukosa 0.1 M 4. Fruktosa 0.1 M 5. Laktosa 0.1 M 6. Maltosa 0.1 M 7. Arabinosa 0.1 M 8. Galaktosa 0.1 M Cara Kerja : 1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi campuran fenilhidrazin natrium asetat kering sebanyak kira-kira memenuhi bagian bundar dasar tabung. 2. Dimasukkan 1 ml larutan dan dikocok. 3. Dimasukkan ke dalam penangas air selama 30 menit, kemudian dilarutkan. 4. Diamati dan dicatat waktu pembentukan osazon, kemudian diperiksa kristal osazon yang terbentuk di bawah mikroskop. 5. Dilakukan terhadap larutan yang lain.
Fruktosa
Laktosa
Maltosa
Arabinosa
Galaktosa
Pembahasan : Pada uji Osazon, yang mendasarinya adalah pemanasan karbohidrat yang memiliki gugus aldehida atau keton bersama fenilhidrazin berlebihan akan membentuk hidrazon atau osazon. Osazon yang terbentuk mempunyai bentuk kristal dan titik lebur yang spesifik. Pada reaksi antara glukosa dengan fenilhirazina, mula-mula terbentuk D-
glukosafenilhidrazon, kemudian reaksi berlanjut hingga terbentuk D-glukosazon. Glukosa, fruktosa dan amanosa dengan fenilhidrazon menghasilkan osazon yang sama. Dari struktur ketiga monosakarida tersebut tampak bahwa posisi gugus OH dan atom H pada atom karbon nomor 3,4, dan 5 sama. Dengan demikian osazon yang terbentuk memiliki struktur yang sama. Osazon dari disakarida larut dalam air mendidih dan terbentuk kembali bila didinginkan, namun sukrosa tidak membentuk osazon karena gugus aldehida dan keton yang terikat pada monomernya sudah tidak bebas, sebaliknya osazon monosakarida tidak larut dalam air mendidih.
Pembahasan : Pada uji iodine, kondensasi iodine dengan karbohidrat, selain monosakarida dapat menghasilkan warna yang khas. Pati dengan iodine dapat membentuk kompleks biru, sedangkan dektrin menghasilkan warna biru kemerahan karena merupakan hasil pemecahan dari pati. Warna yang dihasilkan oleh pati dan iodin bukan karena reaksi kimia melainkan karena srtuktur spiral pati, Pati mempunyai ikatan -1,4 dan memiliki titik cabang yaitu ikatan -1,6. Percabangan menghasilkan struktur yang kompak dan menguntungkan sehingga I2 akan terjebak di dalamnya. Dengan pemanasan, warna biru akan hilang dan muncul lagi saat larutan dingin. Berikut ini struktur dari pati:
Cara Kerja : Karakteristik pati 1. Dibasahi sedikit tepung denga sedikit air, dipisahkan airnya lalu di uji cairannya dan granulanya dengan larutan iod. 2. Diperiksa dan dilukis bentuk dari beberapa granula pati jika dilihat di bawah mikroskop. Diperhatikan bentuk granula setelah ditambahn setetes larutan encer. 3. Dimasukkan 5 ml pati masing-masing ke dalam dua tabung reaksi dan perhatikan hilangnya warna, kemudian dinginkan dan perhatikan timbulnya warna biru seperti semula. 4. Ditambahkan tabung yang kedua dengan tio 1% tetes demi tetes sehingga warna biru hilang.
Hidrolisis Pati oleh Asam Kuat 1. Dicampur 1 g pati dengan 10 ml air, kemudian tuangkan sambil di aduk ke dalam 90 ml air panas. Pemanasan dilanjutkan sampai larutan menjadi putih opal. 2. Diambil 10 ml larutan pati tersebut, dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 6 tetes HCl pekat dan dipanaskan di atas penangas air. 3. Setiap selang 3 menit pindahkan setetes larutan ke dalam plat tetes yang sudah diberi larutan iod. Dilakukan pengujian sampai tidak menberikan warna biru lagi dengan iod, perhatikan waktu yang dibutuhkan untuk hal ini. 4. Didinginkan dan dinetralkan dengan NaOH. 5. Di uji sebagian larutan dengan uji Benedict, Barfoed, Seliwanof dan Osazon. Hasil : Karakteristik Pati
Larutan pati 1% + iod Larutan dipanaskan Larutan didinginkan Larutan pati 1% + iod Larutan ditambahkan tio 1%
Berwarna biru 10 menit warna hilang Berwarna biru kembali Berwarna biru Warna biru hilang
Hidrolisis pati oleh asam kuat Perlakuan Pemanasan 3 menit dengan HCl + iod Pemanasan 6 menit dengan HCl + iod Pemanasan 9 menit dengan HCl + iod Pemanasan 12 menit dengan HCl + iod Diuji benedict Hasil Berwarna biru Berwarna biru Berwarna biru Berwarna iod Berwarna merah cherry
Pembahasan : Sedangkan teori yang mendasari hidrolisis pati dan sukrosa adalah, pati ( starch) tau amilum merupakan polisakarida yang terdapat pada sebagian besar tanaman, terbagi menjadi dua fraksi yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa (20 %) memilki strusktur linier dan dengan iodium memberikan warna biru serta larut dalam air. Fraksi yang tidak larut disebut amilopektin ( 80 %) dengan struktur bercabang. Dengan penambahan iodium fraksi memberikan warna ungu sampai merah. Patai dalam suasana asam bila dipanaskan akan terhidrolisis menjdi senyawa-senyawa uji Benedict. Pati oleh HCl dalam keadaan panas akan terhirolisis, lalu menghasilkan glukosa. Hal ini menyebabkan uji Benedict dan uji Seliwanoff yang sebelum hidrolisis memberikan hasil negatif menjadi positif. Uji Barfoed menjadi positif pula dan menunjukkan bahwa hidrolisis sukrosa menghasilkan monosakarida. yang lebih sederhana. Hasil hidrolisis dapat dengan iodium dan menghaislkan warna biru samapi tidak berwarna. Hasil akhir hidrolisis dapat ditegaskan dengan
PROTEIN
Protein merupakan salah satu unsur terpenting penyusun makhluk hidup. Seperti halnya unsur lainnya seperti karbohidrat, protein juga memiliki sifat dan fungsi. Sifat-sifat dan fungsi protein ditentukan oleh jenis dan urutan asam amino. Beberapa fungsi utama protein dalam organisme kehidupan antara lain; sebagai bahan penyusun selaput sel dan dinding sel, jaringan pengikat, pembentuk membran sel, mengangkut molekul-molekul lain (hemoglobin) dan sebagai zat antibodi. Di dalam kehidupan, protein memegang peranan yang penting pula. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator. Kita dapat memperoleh protein dari bahan makanan yang banyak mengandung protein, misalnya pada hewan terkandung protein hewani, sedangkan pada tumbuhan terkandung protein nabati. Protein merupakan polipeptida berbobot molekul tinggi yang terdapat secara alami. Polipeptida yang memiliki hanya asam amino saja digolongkan sebagai protein sederhana. Protein terkonjugasi mengandung komponen bukan asam amino yang dikenal sebagai gugus prostetik di samping kerangka utama asam amino. Asam amino merupakan unit pembangun protein yang dihubungkan melalui ikatan peptida pada setiap ujungnya. Protein tersusun dari atom C, H, O, dan N, serta kadang-kadang P dan S. Dari keseluruhan asam amino yang terdapat di alam hanya 20 asam amino yang yang biasa dijumpai pada protein.
Struktur molekul asam amino Dari struktur umumnya, asam amino mempunyai dua gugus pada tiap molekulnya, yaitu gugus amino dan gugus karboksil, yang digambarkan sebagai struktur ion dipolar. Gugus amino dan gugus karboksil pada asam amino menunjukkan sifat-sifat spesifiknya. Karena asam amino mengandung kedua gugus tersebut, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia yang yang mencirikan gugus-gugusnya. Sebagai contoh adalah reaksi asetilasi dan esterifikasi. Asam amino juga bersifat amfoter, yaitu dapat bersifat sebagai asam dan memberikan proton kepada basa kuat, atau dapat bersifat sebagai basa dan menerima proton dari basa kuat. Semua asam amino yang ditemukan pada protein mempunyai ciri yang sama, gugus karboksil dan amino diikat pada atom karbon yang sama. Masing-masing berbeda satu dengan
yang lain pada gugus R-nya, yang bervariasi dalam struktur, ukuran, muatan listrik, dan kelarutan dalam air. Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik yang melibatkan gugus R-nya. Melalui reaksi hidrolisis protein telah didapatkan 20 macam asam amino yang dibagi berdasarkan gugus R-nya, berikut dijabarkan penggolongan tersebut : asam amino non-polar dengan gugus R yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin, Prolin, Fenilalanin, Triptofan dan Metionin. Golongan kedua yaitu asam amino polar tanpa muatan pada gugus R yang beranggotakan Lisin, Serin, Treonin, Sistein, Tirosin, Asparagin dan Glutamin. Golongan ketiga yaitu asam amino yang bermuatan positif pada gugus R dan golongan keempat yaitu asam amino yang bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam amino yang ada, dijumpai delapan macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin, metionin, Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini tidak bisa disintesis sendiri oleh tubuh manusia sehingga harus didapatkan dari luar seperti makanan dan zat nutrisi lainnya. Dalam ilmu Kimia, pencampuran atau penambahan suatu senyawa dengan senyawa yang lain dikatakan bereaksi bila menunjukkan adanya tanda terjadinya reaksi, yaitu: adanya perubahan warna, timbul gas, bau, perubahan suhu, dan adanya endapan. Pencampuran yang tidak disertai dengan tanda demikian, dikatakan tidak terjadi reaksi kimia. Ada beberapa reaksi khas dari protein yang menunjukkan efek/tanda terjadinya reaksi kimia, yang berbedabeda antara pereaksi yang satu dengan pereaksi yang lainnya. Semisal reaksi uji protein (albumin) dengan Biuret test yang menunjukkan perubahan warna, belum tentu sama dengan pereaksi uji lainnya. Untuk membuktikan kebenaran teori tersebut maka dianggap penting melakukan percobaan ini.
Bahan : 1. HCl 0.1 M 2. NaOH 0.1 M 3. Etanol 4. CHCl3 5. Asam amino Cara Kerja : 1. Periksa kelarutan asam-asam amino di atas dalam air, asam, basa, etanol dan kloroform. Hasil : No 1 2 Sampel Glisin Alanin Air Larut Larut Asam Larut Larut Basa Larut Larut Etanol Tidak larut Tidak larut Kloroform Larut Endapan putih melayang 3 Metionin Endapan Larut Larut Endapan putih Endapan putih
Pembahasan :
Glisin
Alanin
Metionin
Dapat dilihat pada gambar di atas struktur glisin sangat sederhana, mempunyai gugus R yang polar polar dan tidak bermuatan , sehingga karna sifatnya itulah glisin dapat larut dalam pelarut air. Alanin mempunyai gugus R non polar yaitu metil, tapi sifatnya masih tidak sepenuhnya non polar dikarenakan rantai C yang sangat pendek sehinnga masih dapat larut dalam pelarut air pada perbandingan tertentu. Metionin mempunyai gugus R yang non polar dan cukup panjang sehingga kelarutan dengan air sangat sedikit sekali.
Reaksi Ninhidrin
Ninhidrin ( triketohidrinden hidrat ), suatu oksidator kuat bereaksi dengan semua asam amino pada pH 4 8 dan membentuk senyawa aldehide yang lebih rendah disertai senyawa berwarna biru- ungu ( kuning untuk prolin dan hidroksi prolin ). Reaksi ini juga terjadi pembebasan CO2. Penentuan asam amino secara kuantitatif dapat dilakukan dengan membandingkan intensitas warnanya dengan larutan standar. Bahan : 1. Larutan ninhidrin 0.2 g dalam 100 ml aseton ( disiapkan tepat sebelum digunakan ). 2. Albumin 2 % 3. Asam amino 0.1% 4. Bufer asetat pH 5 ( 59 ml asam asetat 0.1 N + 141 ml Na asetat 0.1 N ) Cara Kerja : 1. Dimasukkan 1 ml larutan asam amino ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan bufer asetat pH 5 sampai netral. 2. Ditambahkan 20 tetes larutan ninhidrin dalam asetat. 3. Dipanaskan tabung dalam penangas air selama beberapa menit, diperhatikan warna yang terbentuk. 4. Di ualngi percobaan dengan sampel yang lain. Hasil : NO 1 2 3 Sampel D Alanin L Metionin Albumin Sebelum dipanaskan Tidak berwarna Sedikit keruh Sedikit Keruh Sesudah dipanaskan Biru ungu Biru ungu Biru ungu pekat
Pembahasan : Uji Ninhydrin berfungsi untuk menguji adanya gugus asam amino bebas. Uji ini dilakukan hijau. dengan cara menambahkan reagen ninhydrin pada sampel, kemudian dipanaskan. Reaksi positif dari uji ini adalah adanya perubahan warna sampel menjadi biru atau
Ninhidrin adalah suatu reagen berguna untuk mendeteksi asam amino dan menetapkan konsentrasinya dalam larutan. Senyawa ini merupakan hidrat dari triketon siklik, dan bila bereaksi dengan asam amino menghasilkan zat berwarna ungu (Hart dkk, 2003). Ninhidrin merupakan suatu oksidator sangat kuat yang dapat menyebabkan terjadinya dekarboksilasi oksidatif asam -amino untuk menghasilkan CO2.NH3 dan suatu aldehid dengan satu atom karbon kurang daripada asam amino induknya. Pada percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil positif untuk semua sampel, hal ini menandakan sampel tersebut benar protein yang tersusun dari asam amino.
Reaksi Milon
Senyawa yang mengandung radikal hidroksibenzene bereaksi dengan pereaksi Millon membentuk senyawa kompleks berwarna cerah. Hanya asam-asam amino fenolik seperti tirosin dan turunannya yang memberikan reaksi positif. Reaksi ini akan terganggu bila terdapat Cl atau NH4+, uji ini tidak dapat digunakan untuk analisis urin. Bahan : 1. Tepung albumin, gelatin, kasein, fenol 2. Asam amino (0,1 g/liter gli,tir,phe) 3. Albumin 2% 4. Pereaksi Millon (Larutkan 10 g merkuri dalam 20 ml HNO3 pekat setelah larut dan uap coklat tidak kelihatan lagi, encerkan dengan 60 ml air. 5. Tabung reaksi 6. Penangas air Cara Kerja 1. Ditempatkan serbuk albumin di atas keeping tetes, ditambahkan beberapa tetes pereaksi Millon, aduk hati-hati, biarkan beberapa lama dan perhatikan warna merah yang terjadi, kemudian dilakukan percobaan terhadap gelatin dan kasein. 2. Dimasukkan 2 ml larutan 2% albumin ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan beberapa tetes pereaksi Millon kemudian kocok, lalu hati-hati hingga diperoleh endapan putih. Dipanaskan hati-hati sampai timbul warna merah yang menandakan hasil positif. Dilakukan percobaan terhadap larutan gelatin dan kasein. 3. Dimasukkan 2 ml fenol 2% ke dalam tabung reaksi dan tambahkan beberapa tetes pereaksi Millon. Panaskan tabung dan amati hasilnya. Hasil Percobaan No 1 2 3 4 Sampel Albumin Gelatin Kasein Fenol Pengamatan Merah ( positif ) Merah ( positif ) Merah ( positif ) Merah ( positif )
Pembahasan Prinsip dari uji millon adalah pembentukan garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi. Tirosin merupakan asam amino yang mempunyai molekul fenol pada gugus R-nya, yang akan membentuk garam merkuri dengan pereaksi millon. Dari hasil percobaan, diketahui bahwa protein albumin, gelatin dan kasein mengandung tirosin. Fenol dalam hal ini digunakan sebagai bahan percobaan karena Tirosin memiliki molekul fenol pada gugus R-nya. Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna (Jalip, 2008). Uji millon, Uji millon dapat digunakan untuk menguji atau mengidentifikasi adanya senyawa protein yang memiliki gugus fenol seperti tiroksin. Pereaksi millon terdiri dari larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat.adanya protein dalam sempel dapat diketauhi apabila dalam sampel terdapat endapan putih dan apabila endapan putih itu dipanaskan akan menjadi warna merah.
Reaksi Ksantoprotein
Reaksi ini berdasarkan nitrasi inti benzene yang terdapat di dalam molekul protein. A sam-asam amino yang mengandung inti aromatic membentuk turunan nitro yang berwarna kuning pada pemanasan dengan asam nitrat pekat. Garam dari turunan ini berwarna jingga. Uji ini positif untuk semua asam amino yang mempunyai gugus benzene yaitu tirosin, triptofan, dan fenilalanin dan semua protein yang mengandung asam amino tersebut. Alat dan Bahan 1. Albumin 2% 2. HNO3 pekat 3. NaOH 1M 4. Asam Amino (1g/liter tir,trp,phe) 5. Gelatin 2% 6. Kasein 2% 7. Fenol 2% 8. Tabung reaksi 9. Penangas air Cara Kerja 1. Dimasukkan 2 ml larutan albumin 2% ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 1 ml HNO3 pekat, kocok hati-hati dan perhatikan endapan putih yang terbentuk. Panaskan tabung reaksi dan larutan akan berubah menjadi kuning.
2. Larutan di atas tersebut digunakan kemudian ditambahkan NaOH atau NH4OH secara hati-hati. Warna kuning dalam larutan asam yang berubah menjadi orange diuji dalam alkali menunjukkan hasil positif. 3. Dilakukan percobaan terhadap larutan kasein dan gelatin. 4. Percobaan diulangi dengan menggunakan fenol 2%. Hasil Percobaan No 1 2 3 4 Sampel Albumin Gelatin Kasein Fenol + HNO3 dipanaskan Kuning Kuning Orange kuning + NaOH Orange Orange Orange orange Hasil + + + +
Pembahasan Reaksi Ksantoprotein di gunakan untuk memperlihatkan bahwa protein tertentu mengandung asam amino dan inti benzene. Nitrasi inti benzen dari asam amino dalam molekul protein (tirosin, fenilalanin, triptofan) menjadi senyawa nitro yang berwarna kuning. Dalam lingkungan alkalis terionisasi dan warnanya berubah menjadi tua atau jingga. Albumin. Kasein, dan gelatin mengandung asam amino dan inti benzene karena menunjukkan hasil positif pada percobaan.
Inti molekulnya
benzena juga
dapat
ternitrasi reaksi
oleh
asam HNO3
nitrat pekat.
pekat Untuk
menghasilkan
turunan dapat
nitrobenzena. Fenilalanin, Tirosin, dan Triptofan yang mengandung inti benzena pada mengalami dengan perbandingan, ditunjukkan oleh fenol yang bereaksi membentuk nitrobenzena Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam larutan protein. Setelah dicampur terjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Reaksi yang terjadi ialah nitrasi pada inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Reaksi ini positif untuk protein yang mengandung tirosin, fenilalanin dan triptofan (Trevor, 1995). Uji xantoprotein dapat digunakan untuk menguji atau mengidentifikasi adanya senyawa protein karena uji xantoprotein dapat menunjukan adanya senyawa asam amino yang memiliki cincin benzene seperti fenilalanin, tirosin, dan tripofan. Langkah pengujianya adalah larutan yang diduga mengandung senyawa protein ditambahkan larutan asam nitrat pekat sehingga terbentuk endapan berwarna putih. Apabila larutan tersebut mengandung protein maka endapat putih tersebut apabila di[anaskan akan berubah menjadi warna kuning.
karakteristik. Biuret dapat dihasilkan dari pemanasan urea. Uji biuret tidak mutlak spesifik untuk ikatan peptide, oleh karena setiap senyawa yang mengandung dua gugus karbonil yang berikatan melalui atom N atau C akan memberikan hasil positif.
Alat dan Bahan 1. Albumin 2% 2. NaOH 10% 3. Putih telur, kuning telur, dan susu bubuk 4. CuSO4 0,1% 5. Kasein 2% dan gelatin 2% 6. Urea 7. Tabung reaksi 8. Penangas air
Cara Kerja
1. Dimasukkan 2 ml Albumin 2% ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 2 ml NaOH 10% dan 1 tetes CuSO4, tabung reaksi diputar dengan hati-hati sehingga larutan tercampur, ditambahkan kembali apabila warna ungu belum terbentuk. 2. Percobaan di atas dilakukan terhadap kasein 2%, urea, putih telur, kuning telur. 3. Dipanaskan sedikit urea di dalam tabung reaksi di atas api kecil sampai melebur. Hatihati jangan sampai mengarang dan diperhatikan bau gas yang keluar. Dilarutkan isi tabung dengan air dan lakukan uji Biuret seperti pada percobaan 1.
Hasil Percobaan NO 1 2 3 4 Sampel Albumin Kasein Kuning telur Urea Hasil Ungu ( + ) Ungu ( + ) Ungu ( + ) Ungu ( + )
1. Albumin + NaOH + CuSO4 terbentuk warna ungu 2. Kasein + NaOH + CuSO4 terbentuk warna ungu 3. Gelatin + NaOH + CuSO4 terbentuk warna ungu 4. Urea (dilarutkan, dipanaskan) + NaOH + CuSO4 terbentuk warna ungu
Pembahasan Uji biuret berfungsi untuk memperlihatkan bahwa protein mengandung ikatan peptida. Gugus CO dan NH dari ikatan peptida dalam molekul protein membentuk warna lembayung bila direaksikan dengan ion Cu2+ dalam suasana alkali. Albumin, kasein, dan kuning telur mengandung ikatan peptide, hal tersebut ditunjukkan dengan reaksi positif pada uji biuret.
Buiret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan dua mulekul urea. Ion Cu2+ dari preaksi Biuret dalam suasana basa akan berekasi dengan polipeptida atau ikatan-ikatn peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet. Reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau dipeptida. Semua asam amino, atau peptida yang
mengandung asam- amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa kompleks berwarna biru-ungu. Namun, prolin dan hidroksiprolin menghasilkan senyawa berwarna kuning
(Sudarmaji, 1989).
Biuret bereaksi dengan membentuk senyawa kompleks Cu dengan gugus -CO dan -NH pada asam amino dalam protein. Fenol tidak bereaksi dengan biuret karena tidak mempunyai gugus -CO dan -NH pada molekulnya.
LEMAK
Salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam turnbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia ialah lipid. Lipid didefinisikan sebagai senyawa organic yang terdapat dalam alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut non-polar seperti suatu hidrokarbon atau dietil eter. Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingdengan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak atau lemak dapat menghasilkan 9 Kkal sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 Kkal/ gram. Minyak atau lemak, khususnya minyak nabati, mengandung asam-asam lemak esensial seperti asam linoleat, lenoleat, dan arakidonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol. Minyak dan lemak juga berfungsi sebagai sumber dan pelarut bagi vitamin-vitamin A, D, E, dan K. Lemak dan minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda. Tetapi lemak dan minyak sering kali ditambahkan dengan sengaja ke bahan makanan dengan berbagai tujuan. Dalam pengolahan bahan pangan, minyak dan lemak berfungsi sebagai media penghantar panas, seperti minyak goreng, lemak (gajih), metega, margarine.Selain itu penambahan lemak dimaksudkan juga untuk menambah kalori serta memperbaiki tesktur dan cita rasa bahan pangan. Berbagai kelas lipid dihubungkan satu sama lain berdasarkan kemiripan sifat
fisisnya,tetapi bukan sifat kimia, fungsional dan struktur mereka, maupun fungsi-fungsi biologis mereka.Kelas-kelas yang biasa dianggap sebagai lipid yaitu: lemak dan minyak, terpen, dan steroid. Sifat kimia dan fungsi biologinya juga berbeda-beda. Walaupun demikian para ahli biokimia sepakat bahwa lemak dan senyawa organik mempunyai sifat fisika seperti lemak, dimasukkan dalam atu kelompok yang disebut lipid. Adapun sifat fisika yang dirnaksud ialah: (1) tidak larut dalam air, tetapi larut dalam satu atau lebih dan satu pelarut organik (2) ada hubungan dengan asam-asam lemak. Yang dimaksud dengan lemak disini ialah suatu ester asam lemak dengan gliserol. Gliserol adalah suatu trihidoksi alcohol yang terdiri atas tiga atom karbon. Jadi tiap atom karbon mempunyai gugus OH. Satu molekul gliserol dapat mengikat satu, dua, atau tiga molekul asam lemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliserida, digliserida atau trigliserida. Pada lemak, satu molekul gliserol mengikat tiga molekul asam lemak, oleh karena itu lemak adalah:
Minyak / lemak merupakan lipida yang banyak terdapat di alam. Minyak merupakan senyawa turunan ester dari gliserol dan asam lemak. Struktur umumnya adalah R1,R2, R3 adalah gugus alkil mungkin saja sama atau juga beda. Gugus alkil tersebut dibedakan sebagai gugus alkil jenuh (tidak terdapat ikanatanrangkap) dan tidak jenuh (terdapat ikan rangkap) (Hart, 2003). Bilangan Penyabunan Bilangan penyabunan adalah jumlah mg KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 g lemak. Sedangkan angka penyabunan adalah angka yang dihasilkan dar proses penyabunan yang menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara kasar .minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek berarti mempunyai berat molekul ytang relatif kecil, akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya bila minya mempunyai berat molekul yang besar ,mka angka penyabunan relatif kecil . angka penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya (mg) NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Lemak atau minyak ialah triester dari gliserol dan disebut trigliserida. Bila minyak atau lemak dididihkan dengan alkali, kemudian mengasamkan larutan yang dihasilakan, maka akan didapatkan gliserol dan campuran asam lemak. Reaksi ini juga disebut penyabunan (Hart, 2003) Angka penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek berarti mempunyai berat molekul yang relatif kecil, akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya bila minyak mempunyai penyabunan berat ini molekul dinyatakan yang besar, maka angka penyabunan relatif kecil. Angka banyaknya (mg) NaOH yang dibutuhkan untuk sebagai
menyabunkan satu gram lemak atau minyak. (Winarno,1991) Rumus bilangan penyabunan :
Bilangan asam
Angka asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang terdapat dalam suatu lemak atau minyak. Angka asam dinyatakan sebagai jumlah miligram NaOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terrdapat dalam satu gram lemak atau minyak. (Winarno.1991)
Bilangan asam didefinisikan sebagai jumlah KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak. Dimana angka asam ini menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang terdapat dalam suatu lemak atau minyak . angka asam dinyatakan sebagai jumlah miligram NaOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terrdapat dalam satu gram lemak atau minyak. Asam lemak adalah senyawa hidrokarbon yang berantai panjang dan lurus, dimana bagian ujungnya mengikat gugus karbiksilat, asam lemak mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap dan memiliki jumlah atom karbon genap. Asam lemak tak jarang terdapat dialam, tetapi terdapat sebagai ester dalam gabungan dengan fungsi alkohol. Asam lemak dapat bersala dari hewan maupun tumbuhan dan mempunyai rumus umum (Page,1989)
b. c. d. e.
Tabung B : 2 ml alkohol dingin Tabung C : 2ml alkohol panas Tabung D : 2 ml Kloroform Tabung E : 2 ml Eter
2. Dimasukkan ke dalam tiap tabung 0,2 ml minyak goreng, lalu kocok hati-hati. 3. Diambil 2-3 tetes dari masing-masing tabung di atas dan diteteskan pada kertas saring, adanya noda yang tertinggal pada kertas saring setelah dikeringkan . 4. Percobaan di atas diulangi terhadap lemak (margarin / mentega).
Hasil Percobaan Uji kelarutan minyak / margarine / mentega No 1 2 3 4 5 Penambahan Air Alkohol dingin Alkohol panas Kloroform Eter Pengamatan Kelarutan Tidak larut, lapisan minyak di atas dan air di bawah Tidak larut, lapisan minyak di bawah dan alkohol di atas Tidak larut, terbentuk emulsi Larut dengan cepat Larut agak lama
Uji Noda No 1 2 3 4 5 Penambahan Air Alkohol dingin Alkohol panas Kloroform Eter Pengamatan pada Kertas Saring Tidak ada noda minyak Tidak ada noda minyak Tidak ada noda minyak Ada noda minyak Ada noda minyak
Pembahasan
Uji kelarutan minyak / lemak bertujuan untuk memperlihatkan bahwa lemak tidak larut dalam air dan hanya larut dalam pelarut organik. Molekul lemak berinteraksi dengan molekul pelarut organik dalam bentuk interaksi hidrofobik, sehingga lemak tersebar merata diantara pelarut organik dan dikelilingi oleh senyawa tersebut. Interaksi ini tidak terjadi dengan molekul air. Umumnya zat yang polar dapat larut dalam pelarut yang bersifat polar, namun tidak dapat larut dalam pelarut nonpolar. Begitu juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan adanya momen dipol pada zat atau pelarut sehingga dapat berikatan dan berinteraksi dengan sesamanya. Sedangkan pada pelarut nonpolar tidak memiliki momen dipol, sehingga tidak bisa berinteraksi dengan zat yang polar, jadi tidak dapat larut. Pada tes bercak lemak, adanya bercak transparan pada kertas saring menandakan adanya lemak pada zat tersebut. Pada zat dalam pelarut eter dan kloroform terdapat bercak karena bahan uji telah larut sehingga terbawa pada saat penetesan dan dapat membuat bercak pada kertas.
Cara Kerja 1. 2. Oleskan sedikit mentega diatas kertas saring Tunggu sekitar 5 menit, kemudian pegang dan arahkan ke sumber cahaya. Amatilah daerah kertas yang diolesi margarine tersebut. Lemak akan menyebabkan kertas menjadi semi transparan. 3. Ulangi percobaan diatas dengan menggunakaan minyak goreng, kacang, kemiri yang dihaluskan. Hasil Percobaan No 1 2 3 Sampel Minyak goreng Margarine Kacang tanah Pengamatan Kertas menjadi transparan ( + ) Kertas menjadi transparan ( + ) Kertas menjadi transparan ( + )
Kemiri
Pembahasan Pada tes bercak lemak, adanya bercak transparan pada kertas saring menandakan adanya lemak pada zat tersebut.
Dimasukkan ke dalam tiap tabung 0,2 ml Asam Palmitat, lalu kocok hati-hati. Diambil 2-3 tetes dari masing-masing tabung di atas dan diteteskan pada kertas saring, adanya noda yang tertinggal pada kertas saring setelah dikeringkan . Dilarutkan sedikit asam palmitat dalam campuran alcohol : Eter = 2 : 1. Diambil satu tetes ke kaca objek dan pelarutnya dibiarkan menguap. Diamati bentuk kristalnya di bawah mikroskop.
Hasil Percobaan a. Uji kelarutan Asam Palmitat No 1 2 3 Penambahan Air Alkohol dingin Alkohol panas Pengamatan Kelarutan Tidak larut, lapisan minyak di atas dan air di bawah Tidak larut, lapisan minyak di bawah dan alkohol di atas Tidak larut, lapisan minyak di bawah dan alkohol di atas
4 5
Kloroform Eter
b.
Noda Uji No 1 2 3 4 5 Penambahan Air Alkohol dingin Alkohol panas Kloroform Eter Pengamatan pada Kertas Saring Tidak ada noda minyak Tidak ada noda minyak Tidak ada noda minyak Ada noda minyak Ada noda minyak
c.
Bentuk Kristal
Pembahasan
Asam palmitat, merupakan asam lemak jenuh yang tersusun dari 16 atom karbon (CH3(CH2)14COOH), pada suhu kamar berupa padatan putih menyerupai lilin ( wax ) dengan titik lebur 63.1OC. Asam palmitat banyak terdapat dalam kelapa sawit. Mempunyai peran sebagai sumber kalori namun memiliki daya antioksidan yang rendah. Asam palmitat tidak dapat dalam larut dalam air, hanya larut dalam pelarut organic. Larut atau tidak larutnya suatu minyak, dilakukan uji noda dengan melihat ada atau tidaknya sisa residu. Bentuk kristal asam palmitat adalah berbentuk batang.
b.
Uji Noda No 1 Penambahan Air Pengamatan pada Kertas Saring Ada noda gliserol
2 3 4 5
Ada noda gliserol Ada noda gliserol Tidak ada noda gliserol Tidak ada noda gliserol
a.
Pembahasan
Gliserol merupakan senyawa alkohol yang memiliki 3 gugus hidroksil. Gliserol memiliki nama baku 1,2,3-propanatriol. Senyawa ini berwujud cair, tidak berwarna dengan titik didih 290oC. Titik didih tinggi yang dimiliki oleh senyawa dengan bobot molekul 92,09 g/mol ini disebabkan adanya ikatan hidrogen yang sangat kuat antar molekul gliserol. Gliserol merupakan bahan baku pembentuk trigliserida, yang dapat membentuk ikatan ester dengan asam lemak. Pada uji kelarutan gliserol, hasilnya menunjukkan kebalikan dari lemak / minyak. Pada minyak tidak larut dalam air, tetapi pada gliserol larut dalam air. Larut atau tidak larutnya gliserol, dilakukan uji noda dengan melihat ada atau tidaknya sisa residu.
UJI AKROLEIN
Apabila Gliserol dipanaskan dengan kalium bisulfat, maka akan terjadi dehidrasi dan terbentuknya aldehid akrolein yang mempunyai bau yang karakteristik. Uji ini diperuntukkan bagi Gliserol dalam keadaan bebas atau dalam bentuk ester. Alat dan Bahan 1. Minyak kelapa 2. Gliserol 3. Asam Palmitat 4. Tabung reaksi 5. Penangas air Cara Kerja
1. 2. 3.
Masukkan kedalam tiga tabung reaksi masing-masing 10 tetes minyak kelapa, 10 tetes gliserol, dan asam palmitat (sampai memenuhi isi bawah tabung ). Tambahkan kira-kira sejumlah isi yang sama padatkan KHSO4 pada tiap tabung. Panaskan hati-hati dan perhatikan bau tajam yang karakteristik dari akreolein.
Hasil Percobaan No 1 2 3 Sampel Minyak Gliserol Asam palmitat Pengamatan Negatif Positif Positif
Pembahasan Akrolein atau 2-propenal (bahasa Inggris: Acrolein, Acraldehyde, Acrylic Aldehyde, Allyl Aldehyde, Ethylene Aldehyde) merupakan senyawa aldehid tak jenuh yang paling sederhana. Akrolein banyak terdapat di nabati, dalam masakan sebagai lemak dan asam produk amino dengan dari reaksi dehidrasi dari karbohidrat, minyak gliserol. Reaksinya adalah sebagai berikut :
pemanasan. Pada percobaan ini yang digunakan adalah sifat KHSO4 yang mengikat air dari
KHSO4
CH2 CH CH = O + H2O
Merupakan hasil pemecahan lemak pada suhu tinggi. Gliserol merupakan komponen pokok pembentukan akrolein. Akrolein mempunyai bau spesifik yang merangsang. 2. Minyak Sebagai kontrol negatif, karena minyak tidak membentuk akrolein dengan penambahan KHSO4. 3. Kristal KHSO4 KHSO4 dalam sebuah reaksi dapat berfungsi : Mengikat air Sebagai katalisator Sebagai oksidator
PENYABUNAN
Hidrolisis lipida sederhana biasanya dilakukan dengan alkali panas (penyabunan). Hidrolisis berlangsung karena lambat umumnya lipida tidak larut di dalam air. Hidrolisis dipercepat dengan menggunakan pelarut seperti etanol, etilen glikol. Alat dan Bahan 1. Mentega / Lemak hewan 2. NaOH 20% 3. Etanol 40% 4. CaCl2 5. H2SO4 2N 6. NaCl Cara Kerja 1. Dimasukkan 5 g mentega ke dalam gelas piala kecil dan ditambahkan NaOH alkoholis (20% NaOH dalam 40% etanol), ditutup dengan kaca arloji dan dipanaskan di atas penangas air mendidih sampai penyabunan sempurna. 2. (Tes penyabunan sempurna: diambil beberapa tetes hasil penyabunan dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi air, penyabunan sempurna bila larutan jernih tanpa tetes minyak pada permukaan). 3. Ditambahkan 10 ml dan dipindahkan ke dalam gelas piala 250 ml. Dipanaskan di atas penangas air mendidih sampai semua alcohol menguap. 4. Diambil 1 ml larutan sabun (tahap 2) dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Dikocok dan diamati pembentukan busa. Ditambahkan 1 ml air dan 0,5 ml 0,1N CaCl 2. Diamati terbentuknya atau tidak. 5. Diambil 1 ml larutan sabun (tahap 2) dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 1 ml air dan NaCl padat sampai jernih. 6. Dimasukkan 5 ml larutan sabun (tahap 2) ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2N H2SO4 sampai asam (diperiksa dengan lakmus). Diamati pembentukan bau asam-asam lemak yang mudah menguap. Hasil Percobaan Perlakuan Sampel + NaOH alkoholik Lar sabun dikocok + CaCl2 Lar sabun + NaCl Pengamatan Larut, penyabunan sempurna Menimbulkan busa Busa hilang, larutan menjadi jernih Larutan menjadi jenih : 20 g NaOH dalam 100 ml air : 40 ml Etanol dalam 100 ml air : 22,2 g CaCl2 dalam 100 ml air : 3,6 ml H2SO4 pekat dalam 100 ml air
Lar
sabun
H2SO4
dipanaskan
Pembahasan
Uji penyabunan bertujuan untuk memperlihatkan bahwa lemak padat dapat dibuat larut setelah dihidrolisis dalam asam. Penambahan basa akan menyebabkan terbentuknya sabun. Lemak dipecah menjadi gliserol dan asam lemak rantai panjang oleh asam, sehingga lemak padat tersebut akan menjadi lemak cair yang dibentuk oleh asam lemak. Penambahan basa akan menyebabkan terbentuknya sabun, yang ditandai oleh hilangnya bidang batas.