Anda di halaman 1dari 102

Gangguan Cemas

Disusun oleh :

Adrianus Antonius

Agnes Sarlotha

Alfred A.J.Ritonga

Regina Tiwery

Yoana

DEFINISI

Cemas : respons terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui, internal, samar-samar, atau konfliktual.

CEMAS
Cemas : ditandai oleh rasa ketakutan yang difus, tidak menyenangkan, dan samar-samar, seringkali disertai gejala otonomik (nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gangguan lambung ringan dan gelisah). Kumpulan gejala tertentu yang ditemukan selama kecemasan cenderung bervariasi dari orang ke orang.

PEMBAGIAN KECEMASAN MENURUT SUMBER SEBABNYA (Binder dan Kielholz dan Galderen)

Kecemasan Hati Nurani (concience-induced anxiety) Kecemasan neurotik Kecemasan psikotik Kecemasan sosial

EPIDEMIOLOGI

Cemas : gangguan psikiatri yang paling sering ditemukan. Satu di antara empat orang memenuhi kriteria untuk sedikitnya satu gangguan cemas : prevalensi 12 bulan sebesar 17,7% (National Comorbiloty Study) Perempuan 30,5%, laki-laki 19,2% (prevalensi seumur hidup 30,5%).

BENTUK GANGGUAN CEMAS

Gangguan Ansietas Menyeluruh. Gangguan Panik Gangguan Fobik Gangguan Obsesif-kompulsif Gangguan Stres Pasca Trauma Gangguan Stres Akut

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

DEFINISI

Gangguan cemas menyeluruh (Generalyzed Anxiety Disorder, GAD) merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan seharihari.

EPIDEMIOLOGI
Angka prevalensi untuk gangguan cemas menyeluruh 38 % dan rasio antara perempuan dan laki laki sekitar 2:1. Pasien gangguan cemas menyeluruh sering mengalami komorbiditas dengan gangguan mental lainnya seperti gangguan panik, gangguan obsesif kompulsif, gangguan stres pasca trauma dan gangguan depresi berat.

BATASAN
Kondisi ini dialami hampir sepanjang hari, berlangsung sekurangnya selama 6 bulan. Sulit untuk dikendalikan dan berhubungan dengan gejala-gejala somatik (ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur dan kegelisahan) gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan.

ETIOLOGI
Teori Biologi Teori Genetik Teori Psikoanalitik Teori kognitif-perilaku

TEORI BIOLOGI

Neurotransmitter yang berkaitan dengan GAD adalah GABA, serotonin, norepinefrin, glutamat, dan kolesistokinon. Pada pasien GAD ditemukan sistem serotonergik yang abnormal. Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya GAD adalah lobus oksipitalis, basal ganglia, sistem limbik dan korteks frontal. Pemeriksaan PET (Positron Emision Tomography) : penurunan metabolisme di ganglia basal dan massa putih otak.

TEORI GENETIK
Terdapat hubungan genetik pasien GAD dan gangguan Depresi Mayor pada pasien wanita. Pada pasangan kembar didapatkan angka 50% pada kembar monozigotik dan 15% pada kembar dizigotik.

TEORI PSIKOANALITIK

Teori psikoanalitik menghipotesiskan bahwa ansietas adalah gejala dari konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan.

Teori kognitif-perilaku

Penderita GAD berespons secara salah dan tidak tepat terhadap ancaman perhatian yang selektif terhadap hal-hal negatif pada lingkungan, adanya distorsi pada pemrosesan informasi dan pandangan yang sangat negatif terhadap kemampuan diri untuk menghadapi ancaman.

KRITERIA DIAGNOSTIK (DSM IV-TR)


1. Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir setiap hari, sepanjang hari, terjadi selama sekurangnya 6 bulan, tentang sejumlah aktivitas atau kejadian (seperti pekerjaan atau aktivitas sekolah). 2. Penderita merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.

KRITERIA DIAGNOSTIK (2)


3. Kecemasan dan kekhawatiran disertai tiga atau lebih dari enam gejala berikut ini : kegelisahan merasa mudah lelah sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong iritabilitas ketegangan otot gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur gelisah dan tidak memuaskan)

KRITERIA DIAGNOSTIK (3)


4. Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis, atau gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain. 5. Gangguan yang terjadi adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat atau kondisi medis umum, dan tidak terjadi semata-mata selama suatu gangguan mood, gangguan psikotik, atau gangguan perkembangan pervasif.

GAMBARAN KLINIS

Kecemasan : bersifat berlebihan dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan pasien. Ketegangan motorik : bergetar, kelelahan, dan sakit kepala. Hiperaktivitas autonom : pernafasan yang pendek, berkeringat, palpitasi dan disertai gejala saluran pencernaan. Kewaspadaan kognitif : iritabilitas.

TERAPI
1)

Farmakoterapi

Benzodiazepine -Merupakan pilihan obat pertama -Dimulai dengan pemberian dosis terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respon terapi -Lama pengobatan rata-rata 2-6minggu dilanjutkan dengan masa tapering off selama 1-2 minggu.

FARMAKOTERAPI
Buspiron

- Lebih efektif dalam memperbaiki gejala kognitif dibanding gejala somatik pada GAD - Tidak menyebabkan withdrawal - Kekuranganefek klinik terasa setelah 2-3 minggu - Dapat dilakukan penggunaan bersama benzodiazepin dengan buspiron dilakukan tapering off benzodiazepin setelah 2-3minggu disaat efek buspiron mencapai maksimal

FARMAKOTERAPI (2)
SSRI(SELECTIVE

SEROTONIN REUPTAKE INHIBITOR) - Sertralin dan paroxetin > baik dari fluoksetin - SSRI efektif terutama pada pasien GAD dengan riwayat depresi

PSIKOTERAPI
Terapi

kognitif perilaku - Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung: mengenali distorsi kognitif dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatik secara langsung - teknik pada pendekatan behavioral : relaksasi dan biofeedback.

PSIKOTERAPI (2)
Terapi suportif - Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, - Digali potensi-potensi yang ada dan belum tampak, didukung egonya agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.

PSIKOTERAPI (3)

Psikoterapi berorientasi tilikan

- Mengajak pasien untuk mencapai penyingkapan konflik bawah sadar, menilik egostrength, relasi objek serta keutuhan self pasien - Untuk memperkirakan sejauh mana pasien dapat diubah menjadi lebih matur

- Bila tidak tercapai, minimal memfasilitasi agar pasien dapat beradaptasi dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.

PROGNOSIS
Gangguan cemas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis yang mungkin berlangsung seumur hidup. Sebanyak 25 % penderita GAD akhirnya mengalami gangguan panik, juga dapat mengalami gangguan depresi mayor.

FOBIA

DEFINISI
Fobia : suatu ketakutan yang tidak rasional yang menyebabkan penghindaran yang disadari terhadap objek, aktivitas, atau situasi yang ditakuti. Berasal dari bahasa Yunani : fobos, yang berarti ketakutan. Fobia : suatu gangguan jiwa merupakan salah satu tipe dari Gangguan Ansietas.

KLASIFIKASI
Agorafobia Fobia Spesifik Fobia Sosial

AGORAFOBIA
Agorafobia : ketakutan terhadap ruang terbuka, orang banyak serta adanya kesulitan untuk segera menyingkir ke tempat aman. DSM IV TR Agorafobia berhubungan erat dgn gangguan panik ICD 10 Tidak mengaitkan gangguan panik dgn agorafobia

Fobia Spesifik

Ketakutan irasional terhadap objek tertentu

Fobia Sosial

Ketakutan irasional pada situasi sosial tertentu

EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan prevalensi agorafobia adalah 2-6 %, sedangkan fobia spesifik sekitar 11 % dan fobia sosial adalah 3-13 %. Walaupun fobia sering dijumpai namun sebagian besar pasien tidak mencari bantuan untuk mengatasinya atau terdiagnosis secara medis.

TANDA & GEJALA


1.

Agorafobia : Menghindari situasi sulit untuk mendapatkan bantuan Lebih suka ditemani teman atau keluarga ditempat tertentu (jalan yg ramai, toko padat, ruang & kendaraan tertutup) Pada keadaan parah mereka menolak keluar rumah & mungkin ketakutan akan menjadi gila

TANDA & GEJALA (2)


2. Fobia spesifik
Terbatas pada objek atau situasi yang spesifik Masa kanak atau dwasa muda Terbagi dalam tipe hewan, lingkungan alam, darah, injeksi, luka atau situasional Ketakutan yang jelas dan menetap dan tak beralasan

TANDA & GEJALA (3)

Ketakutan terhadap situasi sosial atau tampil di depan orang-orang yang belum dikenal atau situasi yang memungkinkan ia dinilai oleh orang lain atau menjadi pusat perhatian, merasa takut bahwa ia akan berperilaku memalukan atau menampakkan gejala ansietas atau bersikap yang dpt merendahkan dirinya.

Kriteria Diagnostik Menurut DSM IV TR

Agorafobia

Kecemasan berada di dalam suatu tempat atau situasi darinya kemungkinan meloloskan diri adalah sulit (atau merasa malu) atau dimana mungkin tidak terdapat pertolongan jika mendapat serangan panik atau gejala mirip panik yang tidak diharapkan atau secara situasional.

Agorafobia (2)
Situasi dihindari (misalnya jarang bepergian) atau jika dilakukan dengan penderitaan yang jelas atau dengan kecemasan mendapat serangan panik atau gejala mirip panik atau perlu didampingi teman. Kecemasan atau penghindaran fobik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain seperti fobia sosial, fobia spesifik, gangguan obsesif kompulsif, gangguan stress pasca trauma atau gangguan cemas perpisahan.

Fobia Spesifik

Ketakutan yang jelas dan menetap yang berlebihan tanpa alasan, ditunjukkan dengan keberadaan suatu objek atau situasi tertentu : naik pesawat terbang, ketinggian, hewan, mendapat injeksi, melihat darah. Paparan terhadap stimulus fobik hampir selalu memprovokasi respons kecemasan yang segera ( serangan panik situasional )

Fobia Spesifik (2)


Individu menyadari ketakutannya berlebihan dan tidak beralasan Situasi fobik dihindari atau dijalani dengan kecemasan / distress yang kuat Penghindaran, antisipasi kecemasan atau distress pada situasi ditakuti secara bermakna mengganggu kegiatan rutin, fungsi pekerjaan atau aktivitas2 sosial atau terdapat distress nyata ketika fobia. Individu <18 tahun, durasi berlangusng sekurangnya 6 bulan.

Fobia Sosial
A. Ketakutan irasional yang jelas dan menetap terhadap satu atau lebih situasi sosial atau tampil di depan orang-orang yang belum dikenal atau dengan kemungkinan dinilai oleh orang lain yang tak dikenal. Individu merasa takut bahwa ia akan bertindak dengan cara (atau menunjukkan gejala-gejala kecemasan) yang akan memalukan atau merendahkan.

Fobia Sosial (2)


B. Pemaparan dengan situasi sosial yang ditakuti hampir selalu mencetuskan kecemasan, yang dapat berupa serangan panik yang berkaitan dengan situasi atau dipredisposisikan oleh situasi. Pada anak-anak, kecemasan dapat diekspresikan dengan menangis, tantrum, membeku atau menarik diri dari situasi sosial dengan orang yang tak dikenal.

Fobia Sosial (3)


C. Orang menyadari bahwa ketakutan adalah berlebihan atau tanpa alasan. D. Situasi sosial atau tampil di depan umum yang ditakuti dihindari, atau dihadapi dengan kecemasan atau distres yang berat. E. Penghindaran,antisipasi, kecemasan, atau distres dalam situasi sosial atau tampil di depan umum secara bermakna mengganggu rutinitas normal, fungsi pekerjaan (akademik), atau aktivitas sosial dan hubungan dengan orang lain atau ada distres yang jelas ketika mengalami fobia.

Fobia Sosial (4)


F. Pada individu dibawah usia 18 tahun, durasi sekurangnya adalah 6 bulan. G. Ketakutan atau penghindaran tidak karena efek fisiologik suatu zat (misalnya obat yang disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medik umum, dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain

Fobia Sosial (5)

H. Bila terdapat suatu kondisi medik umum atau gangguan mental lain, ketakutan pada kriteria A tidak berhubungan dengannya, misalnya, gagap, gemetar pada penyakit Parkinson, atau gangguan perilaku makan abnormal pada anoreksia nervosa atau bulimia nervosa.

TERAPI

PSIKOTERAPI

Terapi Psikologik:
Terapi perilaku merupakan terapi yang paling efektif dan sering diteliti. Seperti desensitisasi sistematik yang sering dilakukan : terapi pemaparan (exposure), imaginal

exposure, participant modeling, guided mastery, imaginal

flooding.
Psikoterapi berorientasi tilikan. Terapi lain : hypnotherapy, psikoterapi suportif, terapi keluarga bila diperlukan.

Farmakoterapi
Obat efektif : gol. SSRI (Serotonin Selective Reuptake Inhibitor) merupakan pilihan 1 fobia sosial. Benzodiazepine, Venlafaxine, Buspirone, MAOI, Antagonis b-adrenergik reseptor diberikan 1 jam sebelum terpapar stimulus fobia. Terapi Agorafobia adalah sama seperti pada Gangguan Panik, terdiri dari obat obat anti ansietas, anti depresan, dan psikoterapi khususnya terapi kognitif perilaku.

Farmakoterapi (2)

Fobia sosial terbatas : menggunakan obat beta blocker seperti propanolol, untuk mengatasi efek fisik dari ansietas.
Fobia sosial umum : menggunakan anti-ansietas dan anti-depresan.

PROGNOSIS
Menurut National Institute of Mental Health : 75 % orang dengan fobia spesifik dapat mengatasi ketakutannya dengan terapi kognitif perilaku, dan 80 % dengan fobia sosial membaik dengan farmakoterapi, terapi kognitif perilaku atau kombinasi. Agorafobia dengan gangguan panik yang mendapat terapi, 30 % hingga 40 % akan bebas dari gejala untuk waktu lama, dan 50 % masih ada gejala ringan yang secara bermakna tidak mengganggu kehidupan sehari hari.

Gangguan Panik

Pendahuluan

Adanya serangan ansietas berat yang berulang, yang tidak terbatas pada situasi tertentu atau pun suatu rangkaian kejadian sehingga tidak terduga. Gangguan panik pada perempuan 2/3 dari laki laki. Pada umumnya terjadi pada usia dewasa muda, sekitar 25 tahun.

Etiologi

panik
Faktor biologik Faktor genetik

Faktor psikososial

Faktor Biologik
Abnormalitas struktur dan fungsi otak Organ yang berperan : amidala, korteks prefrontal dan hipokampus Otak pasien dengan gangguan panik terjadi gangguan fungsi pada beberapa neurotransmitter, yaitu : - serotonin GABA (Gama Amino Butiric Acid) - norepinefrin

Faktor Genetik

Pada keturunan pertama penderita gangguan panik dengan agorafobia mempunyai risiko 4 sampai 8 kali mendapatkan serangan yang sama

Faktor Psikososial

Pola ansietas sosialisasi pada masa kanak-kanak, hubungan dengan orang tua yang tidak mendukung serta perasaan terperangkap atau terjebak Pada kebanyakan pasien, rasa marah dan agresivitas sulit dikendalikan

Perjalanan Penyakit

Dimulai pada akhir masa remaja, awal masa dewasa atau pada usia pertengahan

Gangguan panik biasanya berlangsung kronis, sangat bervariasi pada tiap pasien
Pada saat serangan pertama atau kedua, pasien sering mengabaikannya dan baru menyadari setelah frekuensi

Perjalanan Penyakit (2)

Depresi sering menyertai, pada 40 80 % kasus Sering terjadi perubahan perilaku, interaksi dalam keluarga dan hasil akademis serta pekerjaan mungkin memburuk

Agorafobia yang terjadi pada gangguan panik akan reda bila gangguan paniknya mendapat terapi

Tanda dan Gejala

serangan panik yang berulang spontan dan tidak terduga disertai gejala otonomik yang kuat terutama sistem KVS dan sistem pernafasan serangan sering dimulai selama 10 menit, gejala meningkat secara cepat. Kondisi cemas pada gangguan panik tiba - tiba rasa nyeri di dada, berdebar debar, keringat dingin, hingga merasa seperti tercekik

Tanda dan Gejala (2)

Penting diketahui bahwa peningkatan denyut nadi dan pernafasan yang tidak stabil bisa timbul tanpa terjadi serangan panik Sebaliknya, serangan panik tidak selalu disertai pengukuran obyektif dari hiperventilasi atau disfungsi kardiovaskuler

Tanda dan Gejala (3)

Pada pemeriksaan status mental saat serangan dijumpai kesulitan bicara seperti gagap dan gangguan memori

Diagnosis dan Kriteria Diagnostik (PPDGJ III)


Terjadinya beberapa serangan berat ansietas otonomik, yang terjadi dalam periode kira kira satu bulan : a. pada keadaan keadaan yang sebenarnya secara obyektif tidak ada bahaya b. tidak terbatas hanya pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya c. adanya keadaan relatif bebas gejala ansietas dalam periode antara serangan

Diagnosis Banding
Serangan panik yang terjadi sebagai bagian dari gangguan fobik, serangan panik sekunder dari gangguan depresi, terutama pada laki laki Bila pada saat yang sama kriteria depresi terpenuhi, maka gangguan panik bukan merupakan diagnosis utama

Penatalaksanaan
Farmakoterapi Terdiri atas : a. SSRI serotonin selective reuptake inhibitors, terdiri atas beberapa macam, dapat dipilih salah satu dari sertralin, fluoksetin, fluvoksamin, escitalopram, dll. Obat diberikan dalam 3-6 bulan atau lebih, tergantung kondisi individu, agar kadarnya stabil dalam darah sehingga dapat mencegah kekambuhan b. Alprazolam ; awitan kerjanya cepat, dikonsumsi biasanya antara 4-6 minggu, setelah itu secara perlahan lahan diturunkan dosisnya sampai akhirnya dihentikan

Psikoterapi
Terapi relaksasi Terapi kognitif perilaku Psikoterapi dinamik

Prognosis
Walaupun gangguan panik merupakan penyakit kronis, namun penderita dengan fungsi premorbid yang baik serta durasi serangan yang singkat prognosis yang lebih baik

Prevalensi dan Rehabilitasi

Pencegahan Primer

Pencegahan Sekunder

Gangguan Obsesif-Kompulsif

Pendahuluan
Obsesi adalah: aktivitas mental seperti pikiran, perasaan, idea, impuls yang berulang dan intrusif. Kompulsif: pola perilaku tertentu yang berulang dan disadari seperti menghitung, memeriksa dan menghindar. Obsesif Kompulsif: Gangguan yang digambarkan sebagai pikiran dan tindakan yang berulang yang menghabiskan waktu atau menyebabkan distress dan hendaya yang bermakna.

Epidemiologi

Prevalensi gangguan obsesi kompulsi sebesar 2-2,4 %. Sebagian besar gangguan dialami pada saat remaja atau dewasa muda (umur 18-24 tahun), tetapi bisa terjadi pada masa kanak-kanak. Perbandingan laki-laki dan perempuan sama.

Etiologi
Penyebab gangguan obsesi kompulsi bersifat multifaktorial, yaitu interaksi antara faktor biologik, genetik dan psikososial.

Gambaran Klinis
Pada umumnya obsesi kompulsi mempunyai gambaran tertentu, seperti: Adanya ide atau impuls yang terus menerus menekan ke dalam kesadaran individu. Perasaan cemas / takut akan ide atau impuls yang aneh. Individu yang menderita obsesi kompulsi merasa adanya keinginan kuat untuk melawan.

Ada 4 pola gejala utama gangguan obsesi kompulsi, yaitu :


1.

Kontaminasi Pola yang paling sering Obsesi akan kontaminasi biasanya diikuti oleh perilaku mencuci/membersihkan atau kompulsi menghindar dari objek yang dirasa terkontaminasi. Objek yang ditakuti biasanya sulit untuk dihindari, misalnya feces, urine, debu, atau kuman.

2.

Keraguan Patologis obsesi tentang ragu-ragu yang diikuti dengan perilaku mengecek / memeriksa. Tema obsesi tentang situasi berbahaya atau kekerasan (seperti lupa mematikan kompor atau tidak mengunci pintu rumah).

3. Pikiran yang intrusif Pola yang jarang adalah pikiran yang intrusif tidak disertai kompulsi, biasanya berulang tentang seksual atau tindakan agresif.

4.

Simetri Obsesi yang temanya kebutuhan untuk simetri, ketepatan sehingga bertindak lamban, misalnya makan bisa memerlukan waktu berjam jam, atau mencukur kumis dan janggut. Pola yang lain : obsesi bertemakan keagamaan, trichotilmania, dan menggigit-gigit jari.

Pedoman Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesional atau tindakan kompulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua minggu berturut-turut, dan merupakan sumber distres atau gangguan aktivitas.

Harus dikenali/ disadari sebagai pikiran atau impuls dari diri individu sendiri Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang masih tidak berhasil dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita Pikiran untuk melaksanakan tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekadar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud diatas) Pikiran, bayangan, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan

Diagnosis Banding
Gangguan Tourette

Tata laksana
Mengingat faktor utama penyebab gangguan obsesif-kompulsif adalah faktor biologik, maka pengobatan yang disarankan adalah pemberian farmakoterapi dan terapi perilaku. Banyak pasien yang resisten terhadap usaha pengobatan yang diberikan baik dengan obat maupun terapi perilaku. Walaupun dasar gangguan obsesif-kompulsif adalah biologik, namun gejala obsesifkompulsifnya mungkin mempunyai makna psikologis penting yang membuat pasien menolak akan pengobatan.

Beberapa penelitian mendapatkan bahwa kombinasi farmakoterapi dan terapi perilaku lebih efektif menurunkan gejala obsesif-kompulsif.

Farmakologi
Obat medis yang digunakan dalam pengobatannya; Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) yang dapat mengubah level serotonin dalam otak, jenis obat SSRIs ini adalah Fluoxetine (Prozac), sertralin e (Zoloft), escitalopram (Lexapro), paroxetine (Paxil), dan citalopram (Celexa)

Prognosis
Bahwa suatu gangguan Obsesif Kompulsif dapat ditatalaksana dengan baik bila didapati diagnosis dini.

Gangguan stres pasca -trauma

Gangguan stres pasca trauma


Seseorang dapat dikatakan menderita gangguan stres pascatrauma, bila mengalami stres yang akan bersifat traumatik bagi hampir semua orang. Trauma bisa berupa : trauma peperangan, bencana alama, penyerangan, pemerkosaan, kecelakaan.

Etiologi

Di dahului oleh adanya suatu stresor berat yang melampaui kapasitas hidup seseorang, serta menimbulkan penderitaan bagi setiap orang.

Etiologi (2)

Faktor predisposisi :
gangguan psikiatrik trauma masa kanak-kanak mudah menjadi khawatir paranoid, antisosial karakter : introvert / isolasi sosial Kebutuhan emosional tidak terpenuhi

Etiologi (3)
Penyiksaan Ditahan dalam penjara Bencana Alam Kecelakaan mobil yg berat Didiagnosis mengalami penyakit berat.

Kekerasan personal Penculikan Penyanderaan Serangan militer Serangan teroris

DSM IV

Aspek Biologik
Peristiwa traumatik respon takut otak akan menilai peristiwa yang dialami & mengorganisasi respons perilaku. aktivasi Amigdala neurotransmiter + neurokimiawi (otak), jika seseorang mengalami peristiwa traumatik.

Aspek Biologik (2)


Amigdala ( milidetik) stimulus ; tanda darurat sistem saraf simpati, parasimpatis , aksis HPA.

Akibat perangsangan pada Sistem saraf simpatis : peningkatan denyut jantung & tekanan darah ( fight or flight reaction)

Aspek Biologik (3)


Reaksi Sistem saraf parasimpatis: membatasi reaksi sistem saraf simpatis pada beberapa jaringan tubuh, berespons bebas dan tidak berkaitan respon sistem saraf simpatis.
terstimulasi

Aksi HPA beberapa neoropeptida otak pada traumatik.

The HPA aksis


Hipotalamus CRF
Pituitary

ACTH
Adrenal

cortisol
CNS, SNS

Aspek Biologik (4)


Pengeluaran

Jika ada tekanan katekolamin & hormon kortisol. Katekolamin menyediakan energi yang cukup dari beberapa organ vital. hormon kortisol menghentikan aktivasi sistem saraf simpatik dan beberapa sistem tubuh yang bersifat defensif.

Gambaran klinis dan Diagnosis


Gambaran klinis : adanya ingataningatan kembali akan peristiwa traumatik yang pernah dialami. Keluhan berupa gejala-gejala depresi, ide bunuh diri, penarikan diri ari lingkungan sosial, kesulitan tidur, keluhan fisik; nyeri kronis

Gambaran klinis dan Diagnosis (2)

Diagnosis menanyakan riwayat traumatik tertentu ; apakah pernah mengalami kekerasan, emosional atau seksual, kecelakaan hebat, bencana alam, kekerasan militer atau peperangan.

PEDOMAN DIAGNOSTIK STRES PASCA-TRAUMA


A.

Telah terpapar dengan peristiwa traumatik. Mengalami, menyaksikan, dihadapkan dengan peristiwa yang berupa ancaman kematian, atau kematian yang sesungguhanya atau cedera yang serius, atau ancaman integritas fisik diri sendiri atau orang lain Respon berupa rasa takut yang kuat, rasa tidak berdaya

PEDOMAN DIAGNOSTIK STRES PASCA-TRAUMA (2)


B.

Keadan traumatik secara menetap dialami kembali dalam satu atau lebih cara berikut:
Rekoleksi yang menderitakan, rekuren dan mengganggu tentang kejadian. Mimpi menakutkan yang berulang tentang kejadian. Berkelakuan atau merasa seakan-akan kejadian traumatik terjadi kembali. Penderitaan psikologis yang kuat saat terpapar dengan tanda internal atau eksternal yang menyimbolkan atau menyerupai suatu aspek kejadian traumatik. Reaktivitas psikologis saat terpapar dengan tanda internal atau eksternal yang menyimbolkan atau menyerupai aspek kejadian traumatik.

PEDOMAN DIAGNOSTIK STRES PASCA-TRAUMA (3)


C. D.

E. F.

Penghindaran stimulus yang persisten yang berhubungan dengan trauma Gejala menetap, adanya peningkatan kesadaran , seperti dua atau lebih berikut: kesulitan tidur, irritabilitas, sulit konsentrasi, kewaspadaan berlebihan, respon kejutyang berlebihan. Lama gangguan gejala B,C,D adalah lebih dari satu bulan. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

Tatalaksana
Medikasi dan psikoterapi serta edukasi

Dukungan psikososial

Bentuk komprehen sif

Modifikasi pola hidup

Teknik untuk meredakan kecemasan

Tatalaksana (2)
Edukasi bentuk pendekatan untuk membantu pasien mengerti akan perubahan perubahan dalam fs diri ; fisik maupun psikis. Dukungan psikososial mengurangi berbagai stigma negatif. Teknik meredakan kecemasan relaksasi, teknik mengatur pernapasan.

Tatalaksana (3)
Modifikasi pola hidup diet yang sehat, olahraga yang teratur. Medikasi anti-depresan golongan SSRI ;

Fluoxetin 10-60 mg/hr Sertarlin 50-200 mg/hr atau Fluvoxamine 50-300 mg

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai