Anda di halaman 1dari 24

KAPITA SELEKTA KODE ETIK & DEWAN KEHORMATAN GURU INDONESIA

OLEH

DKGI PUSAT
Bahan Sosialisasi KEGI & DKGI bagi Peng.PGRI/LKBH/DKGI PGRI Prop SUMSEL Palembang , 28-29 Sep.Tahun 2012

DASAR HUKUM
1. UNDANG-UNDANG GURU & DOSEN (UU.14/2005) 2. PERATURAN PEMERINTAH TT GURU (PP.74/2007) 3. KEPUTUSAN KONGRES XX PGRI a. NO.06/2008 TT KODE ETIK & IKRAR GURU 4. b. NO 07/2008 TT DKGI & POS KEGI 5. KEPUTUSAN PENG.DKGI PUSAT NO.01/2012 TT. TAKER & JUKLAK KEGI

KODE ETIK GURU


Adalah norma & etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan (Pasal 43 ayat 2 UUG & D). Kode Etik dibentuk dengan tujuan untuk menjaga & meningkatkan kehormatan & martabat guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan guru (Pasal 43 ayat 1 UUG & D).

Kode Etik Guru Indonnesia adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh guru-guru PGRI sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyrakat dan warganegara. Pedoman sikap dan perilaku tersebut mengandung nilai-nilai moral yang membedakan perilaku guru yang baik dan yang buruk, yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan selama menunaikan tugas-tugas profesionalnya Kode Etik Guru Indonesia bersumber dari nilai-nilai agama,Pancasila, nilai-nilai 4 kompetensi guru dan nilai-nilai jatidiri,harkat dan martabat manusia.

Cakupan Kode Etik Guru (7): - Hubungan guru dg peserta didik (16) . - Hubungan guru dg orangtua/ wali siswa (8). - Hubungan guru dengan masyarakat (8) . - Hubungan guru dengan sekolah & rekan sejawat.(17) - Hubungan guru dengan profesi (8). - Hubungan guru dengan organisasi profesinya (8). - Hubungan guru dengan pemerintah.(5) : 70

CONTOH KODE ETIK

Hubungan G dengan PD (16): a. G berperilaku profesional dalam mendidik, mengajar, membimbing, melatih, menilai, dan mengevaluasi hasil pembelajaran. b. G membimbing PD untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan hak-hak & kewajiban PD. c. G mengakui karakteristik PD & layanannya. d. G menjalin hubungan dengan PD berdasarkan kasih sayang & tidak melakukan kekerasan di luar batas kaidah pendidikan. e. G menjunjung tinggi harga diri PD. f. G tidak memanfaatkan hubungan dengan PD untuk memperoleh keuntungan pribadi.

Hubungan G dengan Ortu/ WM (8): a. G berusaha membina hubungan dengan Ortu/ WM dalam proses pendidikan. b. G memberikan informasi secara jujur pada Ortu/ WM tentang perkembangan PD. c. G berkomunikasi secara baik dengan Ortu/ WM. d. G tidak memanfaatkan hubungan dengan Ortu/ WM untuk keuntungan pribadi. Hubungan G dengan Masyarakat (M) (8): a. G menjalin komunikasi/ kerjasama dengan masyarakat untuk kemajuan pendidikan. b. G mengakomodasi aspirasi masyarakat. c. G tidak tampil secara eksklusif . d. G tidak membocorkan rahasia teman sejawat & PD.

Hubungan G dengan Sekolah dan Rekan Sejawat (17): a. G menciptakan suasana sekolah yang kondusif. b. G meningkatkan kinerja & prestasi sekolah. c. G menghormati rekan sejawat . d. G saling membimbing antar rekan sejawat. e. G mengoreksi tindakan rekan sejawat yang menyimpang. Hubungan G dengan Profesi (8): a. G menjunjung tinggi jabatan guru. b. G terus menerus meningkatkan kompetensi. c. G tidak melakukan tindakan/ pendapat yang akan merendahkan martabat profesi.

Hubungan G dengan Organisasi Profesi (8): a. G menjadi anggota OP dan berperan aktif. b. G memantapkan & memajukan OP. c. G tidak bertindak & berpendapat yang dapat merendahkan martabat OP. d. G tidak keluar dari OP tanpa alasan yang jelas. Hubungan G dengan Pemerintah (5): a. G berkomitmen kuat melaksanakan program pembangunan kuat di bidang pendidikan. b. G berusaha meningkatkan rasa persatuan & kesatuan. c. G tidak melakkan tindakan yang berakibat kepada kerugian negara.

OTONOMI GURU
1. Guru memiliki kebebasan memberikkan sanksi kpd PD yg melanggar norma agama,kesusila an,kesopanan,peraturan ttl/ tdk ttl yd ditetapkan oleh guru/sekolah dan peraturan per-uu dl proses pembelajaran di bawah kewenangannya (PP 74 ps.38 (1)).

OTONOMI GURU (LANJUTAN)


2. Sanksi dapat berupa teguran dan/ atau peringatan ttl/ tidak ttl serta hukuman bersifat mendidik menurut kaidah pendidikan, Kode Etik Guru dan per-UU (PP 74 ps.39 (2)). 3. Pelanggaran terhadap peraturan sekolah oleh PD yang sanksinya berada di luar kewenangan guru di laporakan kepada KS untuk ditindaklanjuti (PP 74 ps.39 (3)).

OTONOMI GURU (LANJUTN)


3.Pelanggaran thd per.uu yg dilkukan oleh peserta didik,dilaporkan kpd KS untuk ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan per.uu.

STATUS , TUGAS & WEWENANG DKGI


Merupakan perangkat kelengkapan org.: Sebagai badan otonom Tugas a.l. : * memberikan saran, pendapat, dan pertimbangan tt pelaksanaan, penegakan dan pelanggaran disiplin org. dan KEGI * memberikan pertmbangan tt pelaks.kode etik & pembinaan hub.dg mitra org. Saran/rekomendasi tt sanksi pelanggaran kode etik wajib dilaksanakan oleh org.

lanjutan
Wewenang (implisit):
1.Menerima pengaduan pelnggaran 2.Menetapkan sah/tidaknya pengaduan 3.Memberitahukan sah/tidaknya pengaduan 4.Menyampaikan surat penolakan 5.Menetapkan jadual persidangan 6.Memanggil para pihak 7.Menyelenggarakan persidangan 8.Mengambil keputusan

lanjutan
9.Menyampaikan keputusan sbg rekomendasi kpd organisasi untuk ditindaklanjuti. 10.Menerima,mempelajari dan memutuskan diterima /tidaknya pengajuan banding oleh teradu 11.Mengirimkan pengajuan banding

TATA KERJA & PETUNJUK PENEGAKAN/ PELAKSANAAN KODE ETIK GURU INDONESIA

Meliputi: A. Prosedur & teknik pengaduan B. Prosedur & teknik pendaftaran pengaduan C. Prosedur & teknik pengkajian D. Prosedur & teknik persidangan E. Prosedur & teknik pengambilan keputusan F. Prosedur & teknik penyusunan rekomendasi G. Prosedur & teknik banding H. Prosedur & teknik pemulihan nama baik

I. Standarisasi surat-surat/ dokumen dalam penegakan kode etik. Meliputi: 1. Surat pengaduan 2. Surat pemberitahuan berkas memenuhi syarat. 3. Surat pemberitahuan untuk melengkapi berkas pengaduan. 4. Surat pemberitahuan pengembalian berkas perkara. 5. Surat undangan persidangan 6. Surat undangan untuk sidang bagi teradu/ pengadu, saksi/ ahli dan pihak terkait.

7.

8.

9.

10.

11. 12.

Surat undangan untuk sidang bagi teradu/ pengadu, saksi/ ahli dan pihak terkait untuk pihak kedua. Surat undangan untuk sidang bagi teradu/ pengadu, saksi/ ahli dan pihak terkait untuk pihak ketiga. Surat pernyataan menerima keputusan DKGI Kabupaten/ Kota. Surat pernyataan menolak keputusan DKGI Kabupaten/ Kota serta pernyataan mengajukan banding. Surat perbaikan/ pemulihan nama baik Surat pengantar pengajuan nama baik dari DKGI Kabupaten/ Kota

STRUKTUR ORGANISASI DKGI KAB/ KOTA


KETUA

WAKIL KETUA

BENDAHARA

SEKRETARIS

ANGGOTA TETAP

ANGGOTA TDK TETAP

PENANGANAN PELANGGARAN KODE ETIK


MS
PGRI

PKE

LAPO RAN

DKGI PERSIDANGAN

NON PGRI TMS

PKE: PELANGGARAN KODE ETIK MS : MEMENUHI SYARAT TMS: TIDAK MEMENUHI SYARAT

TARGET RAPAT
1.MEMPEROLEH PEMAHAMAN YG UTUH TT KEGI & DKGI DAN MENGUPAYAKAN KESIAPAN PENGURUS UTK MELAKSANAKAN TUPOKSINYA. 2. MENGINVENTARISASI MASALAH YANG TIMBUL BAIK YG BERSUMBER DRI KETENTUAN MAUPUN DRI LAPANGAN UNTUK DISEPAKATI SOLUSINYA 3.

TARGET RAPAT (LANJUTAN) 3. CONTOH MASALAH:


A.

INDIKATOR PELANGGARAN KODE ETIK DARI SETIAP BUTIR HUBUNGAN : ADA YG JELAS,ADA YG TDK JELAS. B. BANYAKNYA LEMBAGA YG MEMILIKI KEWENANGAN PENINDAKAN THD GURU: POLISI, PEMDA, LSM, DKGI C.ISI BUTIR2 KEGI SERING DUPLIKASI D.KRITERIA SANKSI

TARGET SOSIALISASI (LANJUTAN)


F. KETENTUAN DKGI MENGIKAT ANGGOTA PGRI DAN JAJARAN PGRI TETAPI TIDAK BISA MENGIKAT LEMBAGA/ORGANISASI LAIN. UTK ITU PERLU KOORDINASI. G.

T E R I M a

k a s i h

SEMOGA TIDAK KETEMU DI SIDANG-SIDANG DKGI

Anda mungkin juga menyukai