Anda di halaman 1dari 25

PENGETAHUAN DASAR BI1IH BAUKSIT

Compile by : tajj_nooryahoo.com
15
PENDAHULUAN
Bauxit (Al2O3.2H2O), bersistem oktahedral, terdiri dari 35 65 Al2O3, 2 10
SiO2, 2 20 Fe2O3, 1 3 TiO2 dan 10 30 air. Sebagai bijih alumina,
bauxit mengandung sedikitnya 35 Al2O3, 5 SiO2, 6 Fe2O3 dan 3 TiO2.
Sebagai mineral industri silika kurang penting, tetapi besi dan titanium oksida
tidak lebih dari 3 . Sebagai abrasiI diperlukan silika dan besi oksida lebih dari 6 .
Merupakan suatu campuran bahan-bahan yang kaya akan hidrat oksida aluminium,
dari bahan-bahan tersebut dapat diambil logam aluminium secara ekonomis. Istilah
bauksit dikaitkan dengan laterit. Laterit adalah suatu bahan yang berupa konkresi
berwarna kemerahan, bersiIat porous, menutupi hampir sebagian besar daerah tropis
dan subtropis, merupakan lapisan yang kaya akan aluminium dan besi. Jika kadar
aluminanya lebih besar dibandingkan dengan kadar besi, sehingga warnanya menjadi
agak muda, kekuning-kuningan sampai keputih-putihan, maka laterit semacam ini
dinamakan aluminous laterit atau laterit bauksit.
Bauksit terbentuk dari batuan yang mepunyai kadar aluminium tinggi, kadar Fe
rendah dan sedikit kadar kuarsa bebas. Mineral silikat yang terubah akibat
pelakukan, mengakibatkan unsur silika terlepas dari ikatan kristal, dan sebagian
unsur besi juga terlepas. Pada proses ini terjadi penambahan air (H2O), sedangkan
alumina, bersama dengan titanium dan Ierrik oksida (dan mungkin manganis oksida)
menjadi terkonstrasi sebagai endapan residu alumunium. Batuan yang memenuhi
persyaratan itu antara lain nepelin syenit dan sejenisnya yang berasal dari batuan
beku, batuan lempung/ serpih. Batuan itu akan mengalami proses laterisasi (proses
pertukaran suhu secara terus menerus sehingga batuan mengalami pelapukan).
Secara komersial bauxit terjadi dalam tiga bentuk :
1. Pissolitic atau oolitic disebut pula 'kernel yang berukuran diameter dari
sentimeter, sebagai amorIous trihydrate.
2. Sponge ore (Arkansas), porous, merupakan sisa dari batuan asal dan
komposisi utama gigsite
3. Amorphous atau bijih lempung.
16
PROSES PEMBENTUKAN DAN GENESA BAUKSIT
Genesa Bijih Bauksit
Alumina dapat bersumber dari batuan primer (magnetik dan hidrothermal)
maupun dari batuan sekunder (pelapukan dan metamorIosa). Namun secara luas yang
berada di permukaan bumi ini berasal dari batuan sekunder hasil proses pelapukan
dan pelindian.
1. Magnetik
Alumina yang bersumber dari proses magnetik dijumpai dalam bentuk batuan
yang kaya akan kandungan alumina yang disebut dengan alumina-rich rock. Sebagai
contoh adalah mineral anortosite |(Na,K)AlSi
3
O
8
| dan mineral neIelin
|(Na
3
KAl
4
Si
4
O
16
| pada batuan syenit yang mengandung lebih dari 20 Al
2
O
3
.
Sumber alumina di Rusia yang potensial dan telah dilakukan penambangan adalah
bersumber dari proses magnetik.
2. Hidrothermal
Alumina produk alterasi hidrothermal dari trasit (trachyte) dan riolit (rhyolite)
pada beberapa daerah vulkanik misalnya mineral alunit |KAl
3
(SO
4
)
2
(OH
6
)|
mengandung sampai 75 Al
2
O
3
dan dapat ditambang sebagai sumber alumina.
3. MetamorIosa
Alumina yang bersumber dari proses metamorIosa adalah sumber alumina
yang tidak ekonomis. Saat ini masih dalam penelitian ekstraksi yang lebih maju.
Diharapkan dimasa mendatang akan menjadi alumina yang potensial dan bernilai
ekonomis. Sebagai contoh adalah alumina silikat andalusit, silimanit dan kianit
(Al
2
SiO
5
).
4. Pelapukan
Alumina yang bersumber dari proses pelapukan, dijumpai sebagai cebakan
residual dan disebut sebagai bauksit. Terbentuk oleh pelapukan Ieldspatik atau
batuan yang mengandung neIelin.
17
KLASIFIKASI BI1IH BAUKSIT
A. Berdasarkan Genesanya
1. Bauksit pada batuan klastik yang kasar
Jenis ini berasal dari batuan beku yang telah berubah menjadi metamorI di daerah
yang beriklim tropis dan berumur Tersier Awal. Permukaan daerahnya telah
mengalami erosi dan dijumpai bauksit dalam bentuk boulder. Tekstur pisolitik dan
bentuknya menyudut dengan kadar bauksit tinggi dalam bohmit dengan posisi
letaknya sesuai dengan kemiringan lereng.
2. Bauksit pada terrarosa
Jenis terrarosa banyak terdapat di sekitar Mediterranian di Eropa Selatan yang
merupakan Iraksi-Iraksi kecil dari hasil pelapukan batukapur atau dolomite dan
sebagian diaspor (Al
2
O
3
H
2
O). Jenis ini mempunyai ikatan monohidrat, karena itulah
endapan jenis tera rosa mempunyai kadar alumina yang lebih besar dibandingkan
endapan jenis laterit.
3. Bauksit pada batuan sedimen klastik
Dijumpai pada lingkungan pengendapan sungai stadium tua atau pada delta. Karena
tertransportasi, material rombakan terbawa ke laut. Sedimen klastik berada di atas
ketinggian dasar melapuk mengandung perlapisan gravel pasir, lempung kaolinit dan
kadang lignit membentuk delta corong. Deposit bauksit jenis ini yang ekonomis
adalah berumur Paleosen.
4. Bauksit pada batuan karbonat
Deposit bauksit pada batugamping kadarnya tinggi dan berumur Paleosen.
Perkembangannya tidak berada di permukaan tetapi pada kubah-kubah gamping.
5. Bauksit pada batuan posfat
Al posIat berwarna abu-abu, putih kehijauan dan bersiIat porous yang terisi oleh
berbagai material. Lapisan bawahnya mengandung lempung antara montmorilonit
dengan atapulgit. Beberapa lapisan dalam bentuk Ca-posIat, berstruktur oolitik dan
dijumpai pula pseudo-oolitik Iluorapatit. Di bagian atas lapisan ini mengandung Al-
posIat dengan mineral krandalit |(Ca Al
3
H(OH
6
/ (PO
4
)| yang sangat dominan
dibandingkan dengan augilit |(Al
2
(OH
3
) / (PO
4
)|.
18
B. Berdasarkan Letak Depositnya
Selain kelima jenis deposit bauksit tersebut , maka berdasar letak depositnya,
deposit bauksit dapat dibedakan menjadi empat tipe, yaitu:
1. Deposit bauksit residual
Diasosiasikan dengan kemiringan lereng yang menengah sampai hampir datar
pada batuan neIelin syenit. Permukaan bauksit kemiringannya lebih dari 5 dan
batasan yang umum adalah 25. Pada batuan neIelin syenit bagian bawah bertekstur
granitik. Zona di atasnya menunjukkan vermikuler, pisolitik dan tekstur konkresi
lainnya. Di bawah zona konkresi adalah zona pelindian dengan dasar Iragmen
lempung kaolinit. Walaupun dasar zona pelindian ini melengkung, tidak dapat
menghilangkan tekstur granitis. Kaolinit nepelin syenit dipisahkan dengan bauksit
bertekstur granitis oleh kaolinit yang kompak dan kasar.
2. Deposit bauksit koluvial
Diselubungi oleh kaolinit, neIelin, syenit. Deposit ini terletak di bawah
lempung dan termasuk swamp bauxite dengan tekstur pisolitik dan oolitik yang
masih terlihat jelas serta berada di daerah lembah. Di bagian atas deposit, kaolinit
terus berkembang, dapat memotong secara mendatar atau menggantikan matriks
yang tebal dari tekstur pisolitik. Di beberapa tempat, lapisan lignit yang
mendatangkan lempung dapat pula memotong badan bijih bauksit sehingga bauksit
tersebut menjadi alas dari lapisan lignit ini.
3. Deposit bauksit alluvial pada perlapisan
Dapat berupa perlapisan silang siur, dipisahkan dengan gravel yang
bertekstur pisolitik. Bauksit tipe ini halus dan tertutup oleh alur runtuhan dari tipe
deposit bauksit koluvial.
4. Deposit bauksit alluvial pada konglomerat kasar
Deposit tipe ini umumnya menutupi bauksit boulder dengan konglomerat
kasar, terutama dari lempung karbonat dan pasir.
Bauksit yang terdapat di daerah penelitian termasuk jenis residual deposit
bauksit atau dikenal dengan laterit bauksit. Laterit bauksit banyak terdapat di daerah
tropis yang merupakan hasil pelapukan dari batuan yang berkomposisi alumina
tinggi. Bauksit di daerah penelitian mengandung komponen utama Al
2
O
3
, Fe
2
O
3
,
19
SiO
2
dan TiO
2
. disamping keempat komponen utama tersebut, terdapat komponen K,
Na, Ca, Mg, P, S dalam jumlah yang sangat kecil.
SYARAT TERBENTUKNYA BI1IH BAUKSIT
Beberapa Kondisi yang mempunyai peranan penting dalam proses pembentukan
bauxit adalah :
1. Iklim humid tropis datau subtropis
Pada temperatur di atas 20
o
C, maka SiO2 terlarut dan Fe2O3 dan Al2O3
menyertainya. pH ikut berperan penting dalam hal ini, dimana untuk kelarutan
alumina diperlukan pH antara 4 9, dan kelarutan SiO2 dengan pH di bawah 10.
Sebagai akibat rendahnya pH 3 dan Eh rendah menyebabkan terlepasnya unsur
besi dan terjadi pengkayaan alumina. Akumulasi CO2 bebas di permukaan terjadi
pada musim basah. Pada musim basah pada iklim tropis, maka larutan menjadi lebih
asam, sehingga terbentuk akumulasi Al2O3 dan Fe2O3. Pada iklim musim kering
unsur alkali dalam larutan terjadi subtitusi dengan silika.
2. Batuan sumber mengandung alumina tinggi
Batuan silikat alumina tinggi, rendah besi dan kuarsa bebas, seperti : nepheline
syenite, endapan batu lempung hasil pelapukan kristal batuan metamorIik.
3. Reagent yang sesuai pH dan Eh, sehingga mampu merubah silikat.
Asam sulIurik atau sodium carbonate merupakan reagent yang mampu merubah
batuan menjadi lempung. Pada daerah tropis, tumbuhan asam/ humus, hujan, karbon
dioksida merupakan reagent yang baik, sehingga batuan menjadi terubah. Karbon
dan asam organik sangat berkompeten melarutkan silikat dan menghasilkan alkali
karbonat yang mengandung silika. Karbon dioksika dalam air hujan mampu
melarukan batugamping. Bakteri dalam larutan juga membantu proses pelapukan,
yang mengakibatkan terjadinya redeposisi alumina. Hal ini dikarenakan aluminum
sulIat dalam larutan terhidrolisa menghasilkan sulIat. Prose tersebut juga dapat
berlangsung dalam larutan hidrotermal.
20
4. InIiltrasi air meteorik permukaan secara lambat
5. Kondisi bawah permukaan (larutan bawah permukaan) yang mampu
melarutkan unsur batuan yang dilaluinya
6. Stabilitas tektonik yang berlangsung lama
7. Preservation
Batuan asal mengalami laterisasi karena pergantian temperatur secara terus menerus
sehingga mengalami pelapukan, dan pada permulaan pelapukan, alkali tanah serta
sebagian silikat dilitiIikasi, silikat pada tanah dengan pH 5 - 7 akan larut secara baik.
Demikian juga kaolin bebas akan larut dalam air yang bersiIat asam. Proses ini
meninggalkan basa-basa lemah (komponen Laterit) dari aluminium besi dan titan
yang kemudian membentuk endapan aluvial. Selanjutnya unsur-unsur yang mudah
larut seperti Na, K, Mg, dan Ca dihanyutkan oleh air, maka warna hidroksida besi
lambat laun berubah dari hitam menjadi coklat kemerahan dan akhirnya menjadi
merah. LitiIikasi akan membentuk laterit yang selanjutnya mengalami proses
pengkayaan hidroksida aluminium (Al (OH)
3
), dilanjutkan dengan proses dehidrasi
sehingga mengeras menjadi bauksit. Bauksit yang terdapat di Pulau Bintan dan
sekitarnya berasal dari hornIels, sejenis batuan yang berwarna hitam, aIanitik,
berbentuk breksi..
METODE EKSPLORASI BAUKSIT
Tahapan eksplorasi bauksit meliputi :
pengukuran dan pemetaan,
pembuatan sumur uji dan pengambilan conto laterit bauksit. Perhitungan
jumlah cadangan), ketebalan tanah penutup, swell factor dan fakctor konkresi
Metode Pengambilan Conto Pada 1est Pit (Sumur Uji)
Sumur uji merupakan suatu metode untuk mengambil conto bijih bauksit
yang berada di bawah permukaan. Adapun ukuran sumur uji ini adalah 0,8 x 1,2 m.
Untuk menentukan titik sumur uji ini berdasar dari hasil analisis laboratorium dari
conto indikasi bauksit dipermukaan. Secara garis besar pembuatan sumur uji ini
sangat sederhana, yaitu :
21
1. Penentuan titik, apakah secara acak, jarak 200m, 100m, 50 m ataupun
25 m.
2. Selanjutnya dilakukan penggalian oleh tenaga penduduk sekitar
3. Penggalian ini dihentikan bila telah mencapai lapisan lempung yang
biasa disebut dengan kata 'kong.
Setelah lubang sumur uji telah siap, maka langkah berikutnya yaitu melakukan
sampling (pengambilan conto bijih bauksit) dengan tenaga harian dari penduduk
sekitar, adapun metode pengambilannya sebagai berikut:
1. Menentukan kedalaman sumur uji dengan cara diukur dengan meteran.
2. Menentukan batas antara lapisan lempung (kong) dengan bijih bauksit.
3. Menentukan tebal lapisan bijh bauksit.
4. Menentukan batas antara over burden (lapisan penutup) dengan bijih
bauksit.
5. Melakukan pemerian bijih bauksit dilapangan.
6. Pengambilan sample beserta labeling pada pita dan plastik sample agar
memudahkan dalam administrasi data pada saat analisa laboratorium.
Tahap Preparasi
Setelah pengambilan conto selesai maka kemudian dibawa ke bagian
preparasi untuk dilakukan langakah-langkah selanjutnya yaitu :
1. Penimbangan berat conto awal.
2. Pencucian conto dengan air agar matriks (butiran yang lolos pada
mesh 100) dan pengotornya hilang.
3. Pengeringan. Bisa dilakukan dengan cara mengangin-anginkan atau
dengan menggunakan oven.
4. Crushing (penghancuran). conto yang telah dikeringkan dihancurkan
sampai pada ukuran kerikil.
5. Penimbangan berat conto setelah dicuci (dari perbandingan berat
setelah dicuci dan sebelum dicuci didapatkan Iaktor konkresi)
6. Quartering (pencampuran 4 bagian). Setelah itu diambil 3-3,5 kg dari
conto yang tersisa. (Gambar 3.3).
7. Dari 3-3,5 kg tersebut kemudian dilakukan quartering lagi agar
menjadi lebih homogen, dan kemudian diambil 0,15-0,2 kg.
22
8. Kemudian dilakukan penghalusan, kemudian conto tersebut diayak
dengan ukuran mess 200, sample yang lolos kemudian siap untuk
dianalisis di laboratorium.
CONTO 1. Eksplorasi
2. Produksi (Unwashed dan Washed)
3. Export (PershiIt dan KumulatiI Kadar (mixing)
DISUSUN DAN DITIMBANG
PENCUCIAN
(tehadap pengotor seperti clav /
pasir kuarsa pada permukaan bijih 2mm)
DRYIAC OJEA
( + 80 C)
DITIMBANG CF (Berat lapangan / berat bersih) x 100
(Untuk mendapatkan CF)
CRUSHIAC
(size 5 mm 10 mm)
REDUC1IOA (QUAR1ERIAC)
(150 300 gr)
Arsip Conto (Duplo) 3 3,5 kg
CRUSHIAC
(size : mesh 200)
PENGAYAKAN (SIEJE SHAKER)
TAILING
LOLOS 200 MESH
ANALISIS
(SiO2, Fe2O3, TiO2, Al2O3, Moisture Content (MC))
Gambar 3.3. Bagan alir tahap preparasi Conto
23
PERHITUNGAN CADANGAN
Cadangan bauksit dapat dihitung berdasarkan peta cadangan yang mencantumkan
nomor uji, tebal lapisan tanah penutup, tebal lapisan bijih, kadar SiO
2
, Kadar TiO
2
,
Fe
2
O
3
, Al
2
O
3
dan Iaktor konkresi. Berdasarkan analisa kadar masing-masing unsur
yang terdapat dalam bijih bauksit, Cadangan bauksit dapat dibagi menjadi tiga
golongan, yaitu golongan A,B dan C (Tabel 1).
Tabel. 1 Pembagian Kelas Cadangan
Kelas
Cadangan
Al2O3 Kadar
SiO2
A _ 50,00 _ 6,00
B 48,00
50,00
6,00
13,00
C _ 48,00 _ 13,00
(Sumber dan Literatur PT.Aneka Tambang)
Terminologi sumber daya dan cadangan menurut Mc Kelvey (1973) vide Abdul RauI
(1998) bahwa yang dimaksud dengan sumber daya mineral adalah sebagai
konsentrasi bijih atau gugusan bijih yang mempunyai nilai ekonomis.
Pembagian Sumber Daya Mineral
Sumber daya mineral dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Sumber Daya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resource)
Sumber daya mineral tereka adalah sumber daya mineral yang merupakan
hasil eksplorasi awal dengan skala besar. Dengan menggunakan metode eksplorasi
endapan bauksit yaitu dengan menggunakan sumur uji, maka diharapkan mampu
mendeliniasi penyebaran endapan estimasi awal besarnya cadangan bauksit pada
suatu daerah. Adapun dalam penentuan titik sumur uji menggunakan metode random
sampling.
2. Sumber Daya Mineral Terindikasi (Indicated Mineral Resource)
Sumber daya mineral yang merupakan hasil eksplorasi tahap semi detil
dengan skala yang lebih kecil, dengan Iokus daerah eksplorasi yang lebih sempit.
Metode yang digunakan lebih rinci dari eksplorasi awal yaitu perencanaan
24
pemasangan titik sumur uji dengan jarak 100 x 100 m dan 50 x 50 m. Hasil dari
eksplorasi ini diharapkan mampu memberi gambaran awal dimensi penyebaran
endapan dan besarnya cadangan bauksit yang lebih rinci.
3. Sumber Daya Mineral Terukur (Measured Mineral Resource)
Sumber daya mineral dari hasil eksplorasi yang lebih detil dengan skala yang
lebih kecil. Pemasangan titik sumur uji dilakukan dengan lebih detil yaitu dengan
jarak 25 x 25 m. Pada tahap eksplorasi ini diharapkan akan mengetahui 3 dimensi
dari sebaran mineral sehingga dapat dikalkulasikan dengan tingkat akurasi yang lebih
tinggi dan lebih mendekati kebenaran dari kondisi bijih bauksit dibawah permukaan.
Cadangan Mineral (Ore Reserves)
Cadangan mineral merupakan bagian dari Sumber Daya Mineral, yaitu hubungan
antara identiIikasi sumber daya mineral dengan cadangan bijih yang terukur dan
telah lulus studi kelayakan, yang meliputi ekonomi, penambangan, metalurgi,
pemasaran, hukum, lingkungan, sosial dan pemerintah sehingga akan menghasilkan
suatu cadangan bijih, yaitu cadangan yang siap untuk ditambang.
Cadangan mineral dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Cadangan Terkira (Probable Ore Reserves)
Suatu cadangan hasil dari studi kelayakan dari sumber daya terindikasi
(Indicated Mineral Resource). Lokasi penyebaran sudah diketahui, tetapi tingkat
kekayaan serta ekonomisnya belum diteliti dengan baik.
2. Cadangan Terbukti (Proved Ore Reserves)
Cadangan yang merupakan hasil dari studi kelayakan dari sumber daya
mineral terukur (Measured Mineral Resource). Merupakan cadangan bijih yang
layak dan siap untuk ditambang serta telah memenuhi batas kadar minimum (Cut off
Grade).(gambar 3.4.).
25
Identifikasi Sumber Daya Mineral Cadangan Bijih
(Insitu) (Dapat ditambang)
Tereka Terindikasi Terkira
Berdasarkan nilai ekonomis, tambang,
Metalurgi, pemasaran, hukum dan
Sosial, lingkungan dan pemerintah
Terukur Terbukti
Gambar 3.4. Hubungan antara IdentiIikasi Sumber Daya Mineral dengan Cadangan Bijih.
(Mc Kelvey, 1973).
Metode Perhitungan Cadangan
Perhitungan cadangan pada tahap eksplorasi pendahuluan berbeda dengan tahap
eksplorasi detil dan eksplorasi lanjut. Berbeda metode eksplorasi dan tingkat
kepercayaan data. Untuk inventarisasi atau perancangan suatu prospek maka tidak
perlu prosedur yang rumit dan waktu yang lama. Untuk konstruksi atau perancangan
tambang diperlukan akurasi perhitungan cadangan yang tinggi, sehingga prosedurnya
lebih rumit dan memerlukan waktu yang lama.
Metode perhitungan cadangan dikategorikan menjadi:
1. Metode Konvensional
2. Metode Non Konvernsional
1. Metode Konvensional
Metode ini tertua dan paling umum digunakan, mudah diterapkan,
dikomunikasikan dan dipahami. Selain itu mudah diadaptasikan dengan semua
enadapan mineral, hanya saja kelemahannya sering menghasilkan perkiraan yang
salah karena cenderung menilai kadar tinggi saja. Kadar suatu luasan diasumsikan
konstan sehingga tidak eksak/optimal secara matematis.
Metode yang sering dipakai pada metode konvensional yaitu metode luas dan Iaktor
rata-rata. Metode ini memberikan asumsi bahwa segmen / blok didasarkan kesamaan
26
geologi endapan sehingga kesamaan geologi mencerminkan kesamaan ekonomi dan
kesamaan teknik penambangannya. Metode ini diterapkan pada endapan berbentuk
pipih, mendatar dan perlapisan, misalnya bijih bauksit, endapan bijih besi, endapan
batubara, endapan timah dan endapan IosIat. Parameter yang dipakai sebagai dasar
dari perhitungannya adalah ketebalan, luas dan kadar dimana perubahan tersebut
diatas dari satu titik ke titik lainnya relatiI kecil sehingga dengan perataan yang
sederhana akan diperoleh hasil perhitungan yang akurat.
2. Metode Non Konvensional
Merupakan metode pengembangan dari teori matematik dan statistik yang secara
teoritis akan lebih optimal, akan tetapi kelemahannya rumit dan hasil tidak akan
maksimal apabila data yang ada terbatas. Penggunaan ini sangat bergantung kepada
software yang ada dan biasanya hasil yang ada tidak mempunyai Ileksibilitas
terhadap keadaan nyata dilapangan.
Perhitungan Cadangan
Perhitungan cadangan bauksit berdasarkan kepada data penyebaran bauksit,
ketebalan, dan jarak antar test pit, kemudian dihitung dengan menggunakan rumus :
Volume luas area x tebal lapisan bauksit .............(1)
Raw ore Volume x Specific gravitv (SG) ..............(2)
Concretion Factor (CF) Berat sample seteleh dicuci x 100 ...(3)
Berat sample sebelum dicuci
Whased ore (raw ore x CF).....................................................................(4)
100
Keterangan :
- Grid Jarak antar test pit
- Luas area Luas jarak antar grid
- Tebal Tebal lapisan ore bauksit diukur pada test pit
- SG Berat jenis bauksit (1,6)
- Raw ore Berat sample per luasan daerah sumur uji sebelum dicuci
27
- Concretion factor(CF) Merupakan persen berat bauksit bersih tanpa
Pengotor.
- Whased ore berat sample per luasan daerah sumur uji setelah
dicuci
- Tebal lapisan bauksit diukur pada masing-masing test pit.
Kemudian dari hasil analisis laboratorium masing-masing unsur dikalikan dengan
whased ore, maka akan didapatkan volume masing-masing unsur.
METODE PENAMBANGAN
Tambang bauksit berupa surface mining. Endapan bauksit di setiap lokasi
mempunyai kadar yang berbeda-beda, sehingga penambangannya dilakukan secara
selektiI dan pencampuran merupakan salah satu cara untuk memenuhi persyaratan
ekspor.
Sistem Penambangan
Metode dan urutan penambangan bijih bauksit secara umum adalah :
a. Pembersihan lokal (land clearing) dari tumbuh tumbuhan yang terdapat
diatas endapan bijih bauksit.
b. Pengupasan lapisan penutup (Stripping of overburden) yang umumnya
memiliki ketebalan 0,2 meter. Untuk pengupasan lapisan penutup digunakan
bulldo:er.
c. Penggalian (Digging) endapan bauksit dengan excavator dan pemuatan
bijih dengan dump truck.
Penambangan dilakukan dengan sistem tambang terbuka dengan metode berjenjang
yang terbagi dalam beberapa blok prospek, sehingga untuk kemajuan penambangan
setiap blok disesuaikan dengan blok rencana penambangan pada peta tambang.
Dalam pembagian blok, penambangan direncanakan pada peta eksplorasi dengan
skala 1 : 1000. Hal tersebut bertujuan untuk memperkirakan jumlah tonase bauksit
tercuci yang akan diperoleh dan bijih bauksit kadar tinggi saja yang diambil,
sehingga dengan cara pencampuran (mixing) akan dapat memperpanjang umur
tambang dan diharapkan hasil yang diperoleh sesuai dengan persyaratan dari pembeli
yang telah ditentukan sebelumnya.
28
Pencucian
Proses pencucian yang dilakukan pada instalasi pencucian bertujuan untuk
meliberasi bijih bauksit dari unsur-unsur pengotornya yang umumnya berukuran 2
mm berupa tanah liat dan pasir kuarsa. Hasil pencucian tersebut mempertinggi
kualitas bijih bauksit, dimana akan didapatkan kadar alumina yang lebih tinggi
dengan mengurangi kadar silika, oksida besi, oksida titan dan mineral pengotor
lainnya.
Instalasi pencucian dipergunakan untuk mencuci bijih bauksit langsung dari front
yang diangkut dengan tongkang. Peralatan pencucian terdiri dari ayakan putar
(tromol rail atau rotarv gri::lv), ayakan getar (vibrating screen. Ayakan putar
berIungsi untuk mencuci bijih bauksit yang masuk melalui hopper (stationarv
gri::lv), sedangkan ayakan getar berIungsi untuk mencuci bijih bauksit yang keluar
dari ayakan putar. Ayakan getar mempunyai dua tingkat ayakan, dimana ayakan
tingkat pertama (bagian atas) mempunyai lebar lubang bukaan 12,5 mm dan ayakan
tingkat kedua (bagian bawah) mempunyai lebar bukaan 2mm sehingga alat ini sering
disebut system ayakan getar bertingkat (vibration horizontal double deck screen).
Dengan demikian selama proses pencucian, bijih mengalami tiga tahap proses
pencucian (Gambar 5), yaitu:
- Proses penghancuran untuk memper-kecil ukuran bijih bauksit yang berasal
dari front penambangan.
Bagan alur proses penambangan bauksit di Kijang mulai dari penambangan
sampai dengan pengapalan
29
- Proses pembebasan (liberasi) bijih bauksit dari unsur-unsur pengotor.
- Proses pemisahan (sorting) terhadap bijih bauksit yang berdasarkan perbedaan
ukuran dan pemisahan terhadap Iraksi yang tidak diinginkan (2 mm).
Pengangkutan bijih bauksit bersih
Bijih bauksit hasil pencucian diangkut dengan belt convevor untuk selanjutnya
dibawa menuju ke tempat penimbunan (stock pile) bauksit tercuci (Foto 2),
kemudian dengan excavator bauksit dimuat ke dump truck untuk dibawa dengan
tongkang menuju pelabuhan. Bijih bauksit tercuci diangkut dengan tongkang dengan
kapasitas untuk sekali pengangkutan sebesar +1200 ton sampai 4000 ton.
Bagan pencucian bauksit di Pulau Kelon Kijang dan Wacopek,
Kabupaten Riau Kepulauan
Penimbunan bauksit hasil pencucian dari pengotoran di Pulau
Kelong, Kijang, Kabupaten Riau Kepulauan, Provinsi Riau
30
Penimbunan dan Pengapalan
Bijih bauksit yang telah tiba di pelabuhan selanjutnya dibongkar dengan wheel
loader dan dipindahkan ke dump truck untuk selanjutnya di timbun di tempat
penimbunan (bunker). Setiap penimbunan pada bunker mempunyai data mengenai
tanggal penimbunan, kadar dan tonase sehingga mempermudah proses pencampuran
pada saat pengapalan. Mixing dilakukan untuk mendapatkan bijih bauksit yang sesuai
dengan standar ekspor yaitu dengan cara mengatur chute mana yang harus dibuka.
Untuk pengangkutan dan pengisian kapal bauksit dan bunker menggunakan dua
stacker loader.
Penanganan Tailing dan Air Limbah
Pencucian bauksit dengan air laut yang dilakukan bertujuan untuk meliberasi bijih
bauksit dari unsur-unsur pengotor. Air dan lumpur bercampur pasir sebagai limbah
pencucian bauksit tersebut dialirkan ke kolam-kolam pengendapan dimana setiap
bulan di lakukan pemantauan kualitas. Parit dibuat di sekitar daerah penambangan
untuk menghindari bijih bauksit terbawa pada musim hujan sehingga merusak
lingkungan perkampungan. Berdasarkan hasil peman-tauan terdapat kecenderungan
penurunan nilai konsentrasi dari berbagai parameter setiap tahunnya.
Reklamasi dan Revegetasi
Selama proses persiapan untuk open-cast mining kegiatan pengupasan dilakukan
untuk mendapatkan lapisan yang mengandung bijih bauksit potensial yang akan
menyebabkan terjadinya perubahan lahan bervegetasi menjadi lahan terbuka dan
menyebabkan terjadinya perubahan topograIi, tekstur dan penurunan kesuburan
tanah yang akhirnya dapat mengganggu kegiatan revegetasi. Untuk mengatasi
masalah tersebut telah dilakukan pengolahan tanah dengan cara penambahan pupuk
kandang dan selanjutnya ditanami jenis tanaman rerumputan sebagai tanaman
penutup dan cemara laut dan akasia sebagai tegakannya. Tanaman jenis legum
seperti akasia merupakan tanaman yang cocok ditanam pada kondisi tersebut karena
dapat mengikat nitrogen dari udara untuk pertumbuhannya. Disamping kedua jenis
tumbuhan tersebut, juga ditanam tanaman bernilai ekonomis dan lebih produktiI.
31
PEMBAHASAN KONSERVASI BAHAN GALIAN
Untuk meningkatkan keuntungan dapat dilakukan berbagai upaya eIisiensi mulai dari
cara penambangan, pencucian, dan rewashing sampai upaya menurunkan tingkat
Moisture Content (MC). Secara keseluruhan upaya-upaya yang dilakukan meliputi:
A. Optimalisasi Penambangan
Rencana penambangan harian, mingguan dan bulanan dibuat sedemikian rupa
berdasarkan data test pit yang ada sehingga proses mixing telah mulai disesuaikan
dengan kebutuhan. Selanjutnya penambangan dilakukan dengan Iaktor penambangan
sisa bersih dengan memanIaatkan cadangan secara optimal sampai lapisan yang
paling bawah. Cara ini telah berhasil menghemat cadangan bauksit.
B. Penataan Stockpile
Dengan tingkat produksi bulanan yang selalu lebih banyak dari ekspor dapat
dilakukan penataan stockpiling menurut kadar hasil dari masing-masing wilayah
produksi. Hal ini sangat memudahkan upaya mixing dan pemuatan kapal ekspor.
C. Proses Blending
Proses mixing telah dimulai dari penambangan, pencucian, dan stockpile dan
terakhir dilakukan dengan lebih cermat pada saat pemuatan. Hasil dari perlakuan ini
antara lain mempercepat proses pemuatan kapal ekspor sehingga tidak pernah
mengalami demurrage. Kualitas bijih yang diekspor selalu dapat dipertahankan
sesuai dengan yang telah ditentukan.
D. Penurunan Moisture Content (MC)
Penurunan MC merupakan rangkaian untuk meningkatkan kualitas ekspor bijih yang
pada akhirnya akan menambah pendapatan. Upaya yang dilakukan simultan dengan
perbaikan-perbaikan Iasilitas pemuatan, pengelolaan stockpile dan lainnya.
E. Re-Eksplorasi Cadangan Bauksit
Re-eksplorasi adalah kegiatan eksplorasi kembali suatu daerah yang telah pernah
dieksplorasi dan bahkan sudah pernah ditambang, sedangkan sisa cadangan yang
terdapat didaerah tersebut akan ditambang kembali. Kegiatan reeksplorasi bertujuan
untuk mengetahui letak penyebaran endapan bijih, besar cadangan, kadar cadangan
dan nilai ekonomis cadangan serta Iaktor-Iaktor lain yang berpengaruh pada
pekerjaan penambangan selanjutnya, misalnya pengangkutan dan pemasaran.
32
Kegiatan re-eksplorasi digunakan untuk menentukan lokasi bijih yang layak untuk
ditambang, cara penambangannya dan kemudahan dalam pengangkutannya.
F. Pengelolaan Cadangan Bauksit Kadar Rendah Untuk sektor lain
Cadangan low grade antara lain dikarenakan kadar Si0
2
tinggi. Cadangan bauksit low
grade ini dapat diolah seandainya ada permintaan sesuai dengan kualitas bauksit.
Kendala dalam proses bauksit dengan kadar Si0
2
tinggi adalah biaya penghancuran
silika dengan zat kimia yang sangat mahal. Selain itu bijih bauksit yang mempunyai
kadar rendah dapat dimanIaatkan untuk bahan semen alumina. Salah satu pabrik
semen di Pulau Sumatera, telah mengajukan permintaan ke PT. Aneka Tambang Unit
Bisnis Penambangan Bauksit di Kijang sebanyak 6000 sampai 10.000 ton per tahun
untuk bahan semen alumina. Sampai saat ini permintaan tersebut belum dilaksanakan
karena terlalu kecil, sekitar 6000 ton per tahun.
Proses pengolahan / Pabrikasi Bauksit menjadi Aumunium
Aluminium merupakan unsur yang sangat umum dikandung lapisan kerak bumi dan
merupakan unsur ke tiga yang dominan penyusun kerak tersebut. Aluminium adalah
logam yang berwarna putih perak dan tergolong ringan yang mempunyai massa jenis
2,7 gr cm 3.SiIat-siIat yang dimilki aluminium antara lain :
1. Ringan, tahan korosi dan tidak beracun maka banyak digunakan untuk alat rumah
tangga seperti panci, wajan dan lain-lain.
2. ReIlektiI, dalam bentuk aluminium Ioil digunakan sebagai pembungkus makanan,
obat, dan rokok.
3. Daya hantar listrik dua kali lebih besar dari Cu maka Al digunakan sebagai kabel
tiang listrik.
4. Paduan Al dengan logam lainnya menghasilkan logam yang kuat seperti Duralium
(campuran Al, Cu, mg) untuk pembuatan badan peswat.
5. Al sebagai zat reduktor untuk oksida MnO2 dan Cr2O3.
33
Aluminium terdapat melimpah dalam kulit bumi, yaitu sekitar 7,6 . Dengan
kelimpahan sebesar itu, aluminium merupakan unsur ketiga terbanyak setelah
oksigen dan silikon, serta merupakan unsur logam yang paling melimpah.
Aluminium juga merupakan unsur yang sangat penting sebagai penyusun mineral
lempung dan tanah dan beberapa batuan silikat. Seperti mineral kriolit atau metallic
aluminum atau sekarang lebih dikenal sebagai bauxit. Dan mineral ini terbentuk
sebagai hasil pelapukan batuan beku aluminous atau lempung kaya alumina.
Namun, Aluminium tetap merupakan logam yang mahal karena pengolahannya
sukar. Mineral aluminium yang bernilai ekonomis adalah bauksit yang merupakan
satu-satunya sumber aluminium. Kriloit digunakan pada peleburan aluminium,
sedang tanah liat banyak digunakan untuk membuat batu bata, keramik. Di
Indonesia, bauksit banyak ditemukan di pulau Bintan dan di tayan (Kalimantan
Barat).
Pengolahan Alumininum
Aluminium oksida
Aluminium oksida adalah sebuah senyawa kimia dari aluminium dan oksigen,
dengan rumus kimia Al2O3. Nama mineralnya adalah alumina, dan dalam bidang
pertambangan, keramik dan teknik material senyawa ini lebih banyak disebut dengan
nama alumina.
Sifat-sifat
Aluminium oksida adalah insulator (penghambat) panas dan listrik yang baik.
Umumnya Al2O3 terdapat dalam bentuk kristalin yang disebut corundum atau a-
aluminum oksida. Al2O3 dipakai sebagai bahan abrasiI dan sebagai komponen
dalam alat pemotong, karena siIat kekerasannya. Aluminium oksida berperan penting
dalam ketahanan logam aluminium terhadap perkaratan dengan udara. Logam
aluminium sebenarnya amat mudah bereaksi dengan oksigen di udara. Aluminium
bereaksi dengan oksigen membentuk aluminium oksida, yang terbentuk sebagai
34
lapisan tipis yang dengan cepat me nutupi permukaan aluminium. Lapisan ini
melindungi logam aluminium dari oksidasi lebih lanjut. Ketebalan lapisan ini dapa t
ditingkatkan melalui proses anodisasi. Beberapa alloy (paduan logam), seperti
perunggu aluminium, memanIaatkan siIat ini dengan menambahkan aluminium pada
alloy untuk meningkatkan ketahanan terhadap korosi. Al2O3 yang dihasilkan melalui
anodisasi bersiIat amorI, namun beberapa proses oksidasi seperti plasma electrolytic
oxydation menghasilkan sebagian besar Al2O3 dalam bentuk kristalin, yang
meningkatkan kekerasannya .
Proses fabrikasi
Secara alami, aluminium oksida terdapat dalam bentuk kristal corundum. Batu mulia
rubi dan sapphire tersusun atas corundum dengan warna-warna khas yang
disebabkan kadar ketidakmurnian dalam struktur corundum. Aluminium oksida, atau
alumina, merupakan komponen utama dalam bauksit bijih aluminium yang utama.
Pabrik alumina terbesar di dunia adalah Alcoa, Alcan , dan Rusal. Perusahaan yang
memiliki spesialisasi dalam produksi dari aluminium oksida dan aluminium
hidroksida misalnya adalah Alcan dan Almatis. Bijih bauksit terdiri dari Al2O3,
Fe2O3, and SiO2 yang tidak murni. Campuran ini dimurnikan terlebih dahulu
melalui Proses Ba yer:
Al
2
O
3
+ 3H
2
O + 2NaOH + panas 2NaAl(OH)
4
Fe2O3 tidak larut dalam basa yang dihasilka n, sehingga bisa dipisahkan melalui
penya ringan. SiO
2
larut dalam bentuk silikat Si(OH)
6
2-.
Ketika cairan yang
dihasilkan didinginkan, terjadi endapan Al(OH)3, sedangkan silikat masih larut
dalam cairan tersebut. Al(OH)
3
yang dihasilkan kemudian dipanaskan
2Al(OH)3 panas Al2O3 3H2O
Al2O3 yang terbentuk adalah alumina .
Pada 1961, perusahaan General Electric mengembangkan Lucalox, alumina
transparan yang digunakan dalam lampu natrium. Pada Agustus 2006, ilmuwan
Amerika Serikat yang bekerja untuk 3M berhasil mengembangkan teknik untuk
35
membuat alloy dari aluminium oksida dan unsur-unsur lantanida, untuk
memproduksi kaca yang kuat, yang disebut alumina transparan.
Aluminium dapat pula dibuat menurut proses Hall-heroult yang ditemukan oleh
Charles M. Hall di Amerika Serikat dan Paul Heroult tahun 1886. Pengolahan
aluminium dan bauksit meliputi 2 tahap :
1. Pemurnian bauksit untuk meperoleh alumina murni.
2. Peleburan / reduksi alumina dangan elektrolisis
Pemurnian bauksit melalui cara :
a. Ba direaksikan dengan NaOH(q) . Aluminium oksida akan larut membentuk
NaCl(OH)4.
b. Larutan disaring lalu Iiltrat yang mengandung NaAl(OH)4 diasamkan dengan
mengalirkan gas CO2 Al mengendap sebagai Al(OH)3
c. Al(OH)3 disaring lalu dikeringkan dan dipanaskan sehingga diperoleh Al2O3 tak
berair.
Bijih bijih Aluminium yang utama antara lain: bauksit, mika dan tanah liat.
Peleburan Alumina
Peleburan ini menggunakan sel elektrolisis yang terdiri atas wadah dari besi berlapis
graIit yang sekaligus berIungsi sebagai katode (-) sedang anode () adalah graIit.
Campuran Al
2
O
3
dengan kriolit dan AlF3 dipanaskan hingga mencair dan pada suhu
95
0
C kemudian dielektrolisis . Al yang terbentuk berupa zat cair dan terkumpul di
dasar wadah lalu dikeluarkan secara periodik ke dalam cetakan untuk mendapat
aluminium batangan (ingot). Anode graIit terus menerus dihabiskan karena bereaksi
dengan O
2
sehingga harus diganti dari waktu ke waktu. Untuk mendapat 1 Kg Al
dihabiskan 0,44 anode graIit. 2Al
2
O
3
3C 4Al 3CO
2
Beberapa bijih Al yang utama :
36
1. Bauksit (Al2O3. 2H2O)
2. Mika (K-Mg-Al- Slilkat)
3. Tanah liat (Al2Si2O7.2H2O)
Aluminium ada di alam dalam bentuk silikat maupun oksida, yaitu antara lain :
- sebagai silikat misal Ieldspar, tanah liat, mika
- sebagai oksida anhidrat misal kurondum (untuk amril)
- sebagai hidrat misal bauksit
- sebagai Ilorida misal kriolit.
Penggunaan Aluminium
Penggunaan
Setiap tahunnya, 65 juta ton alumina digunakan, lebih dari 90-nya digunakan
dalam produksi logam aluminium. Aluminium hidroksida digunakan dalam
pembuatan bahan kimia pengelolaan air seperti aluminium sulIat, polialuminium
klorida, dan natrium aluminat. Berton-ton alumina juga digunakan dalam pembuatan
zeolit, pelapisan pigmen titania dan pemadam api. Aluminium oksida memiliki
kekerasan 9 dalam skala Mohr. Hal ini menyebabkannya banyak digunakan sebagai
abrasiI untuk menggantikan intan yang jauh lebih mahal. Beberapa jenis ampelas,
dan pembersih CD/DVD juga menggunakan aluminium oksida.
Beberapa penggunaan aluminium secara umum digunakan antara lain:
1. Sektor industri otomotiI, untuk membuat bak truk dan komponen kendaraan
bermotor.
2. untuk membuat badan pesawat terbang.
3. Sektor pembangunan perumahan;untuk kusen pintu dan jendela.
37
4. Sektor industri makanan ,untuk kemasan berbagai jenis produk.
5. Sektor lain, misal untuk kabel listrik, perabotan rumah tangga dan barang
kerajinan.
6. Membuat termit, yaitu campuran serbuk aluminium dengan serbuk besi (III)
oksida, digunakan untuk mengelas baja ditempat, misalnya untuk menyambung rel
kereta api.
Beberapa senyawa Aluminium juga banyak penggunaannya, antara lain:
1. Tawas (K
2
SO
4
.Al
2
(SO
4
)
3
.24H
2
O)
Tawas mempunyai rumus kimia KSO
4
.AL
2
.(SO
4
)
3
.24H
2
O. Tawas digunakan untuk
menjernihkan air pada pengolahan air minum.
2. Alumina (Al2O3)
Alumin dibedakan atas alIa0allumina dan gamma-allumina. Gamma-alumina
diperoleh dari pemanasan Al(OH)
3
di bawah 450
0
C. Gamma-alumina digunakan
untuk pembuatan aluminium, untuk pasta gigi, dan industri keramik serta industri
gelas. AlIa-allumina diperoleh dari pemanasan Al(OH)
3
pada suhu diatas 1000
0
C.
AlIa-allumina terdapat sebagai korundum di alam yang digunakan untuk amplas atau
grinda. Batu mulia, seperti rubi, saIir, ametis, dan topaz merupakan alIa-allumina
yang mengandung senyawa unsur logam transisi yang memberi warna pada batu
tersebut. Warna-warna rubi antara lain:
- Rubi berwarna merah karena mengandung senyawa kromium (III)
- SaIir berwarna biru karena mengandung senyawa besi(II), besi(III) dan titan(IV)
- Ametis berwarna violet karena mengandung senyawa kromium (III) dan titan (IV)
- Topaz berwarna kuning karena mengandung besi (III)
38

Anda mungkin juga menyukai