Anda di halaman 1dari 7

TUGAS SEJARAH & KRITERIA PERKERASAN JALAN RAYA

KELOMPOK II
DOAN A. SIAHAAN (07 0404 071) REDOKSON S. (07 0404 072) SAMUEL S. PAKPAHAN (08 0404 068) KHADIR HAFIZ R (08 0404 078) BRAM P. S. (08 0404 079) DT. M. ADLI SYAHPUTRA (09 0404 083) FRENGKY A. NAINGGOLAN (09 0404 092) ELISA DJ PURBA (09 0404 155) MOHAMMAD FANDHU A. (09 0404 157)

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SEJARAH PERKERASAN JALAN RAYA


Dalam perkembangan perkerasan jalan raya saat ini banyak hal yang telah dilalui sebelum mencapai kemajuan pembangunan perkerasan jalan raya seperti sekarang. Hal tersebutlah yang disebut dengan Sejarah Perkerasan Jalan Raya. Sejarah perkembangan perkerasan jalan berawal serta berkembang seiring dengan sejarah perkembangan peradaban manusia sejak awal mulanya. Manusia yang selalu memiliki keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan berinteraksi dengan sesamanya. Sejarah perkembangan perkerasan jalan tersebut dimulai sejak manusia itu sendiri belum mengenal hewan sebagai alat angkut, manusia setelah mengenal hewan sebagai alat angkut, manusia setelah mengenal kendaraan beroda sebagai alat angkut, perkembangan konstruksi perkerasan jalan raya pada abad ke-18, perkembangan konstruksi perkerasan jalan raya pada abad ke-19 hingga perkembangannya pada abad ke-20.

a. Manusia sebelum mengenal hewan sebagai alat angkut


Jalan pada awalnya hanyalah berupa jejak atau bekas lewatnya orang-orang yang mencari kebutuhan hidup misalnya bahan makanan, pakaian, hewan buruan, maupun sumber air. Setelah manusia hidup berkelompok dan menetap di suatu tempat yang tetap mereka mulai mengenal artinya jarak jauh dan dekat. Oleh karena itu mereka berusaha membuat jalan mereka sendiri dengan mencari jejak yang paling pendek dengan mengatasi rintangan/penghalang yang ada. Apabila mereka melewati tanjakan yang curam, mereka membuat tangga-tangga dan bila melewati tempat-tempat yang berlumpur mereka menaruh batu-batu di sana sini agar bisa melompatlompat di atasnya. Jejak-jejak yang tersebutlah yang kemudian berubah menjadi jalan kasar/jalan setapak yang dipergunakan manusia sebelum mereka mengenal hewan sebagai alat angkut.

Gambar 1.1. Sejarah Perkerasan Jalan Sebelum Manusia Mengenal Hewan Sebagai Alat Angkut

b. Manusia setelah mengenal hewan sebagai alat angkut


Setelah manusia mengenal hewan sebagai alat angkut/alat transportasi, maka konstruksi jalan mulai berkembang dan jalan perlulah dibuat lebih bagus atau rata. Bentuk jalan yang semula bertangga-tangga kemudian mulai dibuat lebih mendatar. Selain itu batu-batu yang ditempatkan jarang-jarang ditempat yang jelek atau berlumpur sudah dibuat lebih rapi dan disusun secara rapat. Sehingga dengan demikian lahirlah konstruksi perkerasan. . Perkembangan teknik atau cara pembuatan jalan terjadi seiring dengan melesatnya teknologi yang dikembangkan oleh umat manusia. Menurut Herodotus pada abad ke-5 bangsa Yunani membuat jalan dari blok-blok batu di Mesir lewat padang pasir untuk mengangkut batu-batu besar guna membuat piramida-piramida. Pada abad ke-12 M bangsa Inca yang hidup di sepanjang pegunungan Andes di pantai Barat Amerika Selatan (Peru, Chili, Argentina) juga membuat perekerasan dari batubatu blok yang besar-besar. Selain itu, di benua Amerika suku Maya telah membangun kota mereka dengan memakai material bebatuan bersusun dengan berbagai ukuran. Bangunan dari batu ini terlihat kasar namun indah. Menyiratkan suatu bentuk peradaban yang sudah maju dengan sistem tata kota yang teratur, rinci dan detail. Bahkan teknologi pengerasan jalan sudah ditemukan suku ini. Buktinya banyak di situs suku Maya terdapat jalan raya yang lebar, lurus dan panjang yang terbuat dari struktur batu yang rapi. Satu peninggalan berteknologi modern yang tersisa dari mereka adalah jalan raya yang menghubungkan Coba dan Yaxuna sejauh seratusan km (62 mil). Semua terbuat dari batu yang dikeraskan dengan bahan kimia (semacam aspal siram). Strukturnya terdiri dari batu besar yang keras di kiri kanan badan jalan dan di tengahnya diisi bebatuan halus, baru disiram dengan bahan kimia tertentu sebagai pelapis atasnya. Semua struktur jalan karya suku Maya memiliki ukuran dengan standar sama yang dibuat dengan detail mengagumkan.

c. Manusia setelah mengenal kendaraan beroda sebagai alat angkut


Sejarah perkerasan jalan pertama kali dijumpai di Mesopotamia, bersamaan dengan penemuan roda sekitar 3500 Sebelum Masehi. Bangsa Romawi mulai abad ke-4 Sebelum Masehi sampai abad ke-4 Masehi telah membuat jalan dengan perekerasan ukuran tebal 3 feet - 5 feet (1,0 m - 1,7 m) dan lebarnya 35 feet (12 m). Perkerasan tersebut dibuat berlapis-lapis seperti gambar di bawah ini:

Gambar 1.2. Konstruksi Perkesarasan Romawi

d. Perkembangan konstruksi perkerasan jalan raya pada abad ke-18


Pada zaman keemasan Romawi, konstruksi perkerasan jalan berkembang dengan pesat. Pada saat itu telah mulai dibangun jalan-jalan yang terdiri dalam bentuk beberapa lapisan perkerasan. Tetapi perkembangan konstruksi perkerasan jalan terhenti sementara saat kekuasaan Romawi runtuh sampai awal abad ke 18. Beberapa bangsa seperti Perancis dan Skotlandia diketahui menemukan sistemsistem konstruksi perkerasan jalan yang sedikit lebih maju. Sebagian besar sampai saat ini masih sering digunakan di negara berkembang seperti Indonesia maupun dinegara-negara lain di dunia. Beberapa tokoh yang berperan dalam perkembangan konstruksi jalan raya pada saat itu adalah:
1. Thomas Telford- (1757-1834)

adalah seseorang berkebangsaan Inggris yang merupakan ahli jembatan lengkung dari batu, menciptakan konstruksi perkerasan jalan yang prinsipnya seperti jembatan lengkung. Prinsip ini menggunakan desakan-desakan dengan menggunakan batu-batu belah yang dipasang berdiri dengan tangan. Beliau membangun jalan mirip dengan apa yang dilaksanakan Tresaguet. Konstruksi perkerasannya terdiri dari batu pecah berukuran 15/20 sampai 25/30 yang disusun tegak. Batubatu kecil diletakkan di atasnya untuk menutup pori-pori yang ada dan memberikan permukaan yang rata. Konstruksi ini kemudian sangat berkembang dan dikenal dengan sebutan sistem Telford. Jalan-jalan di Indonesia yang dibuat pada jaman dahulu sebagian besar merupakan sistim jalan Telford, walaupun diatasnya telah diberikan lapisan atas dengan pengikat aspal.

Gambar 1.3. Konstruksi Perkesarasan Sistem Telford

2. John Louden Mac Adam (1756-1836), adalah seseorang berkebangsaan Skotlandia memperkenalkan konstruksi perekerasan jalan dengan prinsip tumpang tindih dengan menggunakan batu-batu pecah atau batu kali dengan ukuran terbesar 3, pori-pori diatasnya ditutup dengan batu yang lebih kecil/halus. Perkerasan sistem ini sangat berhasil dan merupakan prinsip pembuatan jalan secara masinal (dengan mesin). Selanjutnya sistem ini disebut sistem Macadam. Agar terbentuk lapisan yang kedap air, maka di atas lapisan Macadam diberi lapisan atas yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan ditaburi pasir kasar. Sampai sekarang kedua sistem tersebut masih lazim dipergunakan di daerahdaerah di Indonesia dengan menggabungkannya menjadi sistem Telford-Macadam. Dengan begitu perkerasan jalan untuk bagian bawah menggunakan sistem Telford kemudian untuk perkerasan atas dengan sistem Macadam.

Gambar 1.2. Konstruksi Perkesarasan Sistem Telford-Macadam

3. Pierre Marie Jerome Tresaguet (1716-1796) adalah seseorang berkebangsaan Perancis mengembangkan sistim lapisan batu pecah yang dilengkapi dengan drainase, kemiringan melintang serta mulai menggunakan pondasi dari batu.

e. Perkembangan konstruksi perkerasan jalan raya pada abad ke-19


Pada abad 19 Kereta Api ditemukan mulai pada Tahun 1930, jaring-jaring rel kereta api dibuat dimana-mana, maka angkutan yang melewati jalan raya mulai terdesak, dengan sendirinya teknik pembuatan jalan tidak berkembang. Tetapi pada akhir abad ke 19 jumlah kendaraan berangsurangsur mulai banyak, sehingga menuntut jalan darat yang baik dan lancar. Oleh karena itu pada akhir abad ke-19 teknik pembuatan jalan yang baik mulai tumbuh dan berkembang lagi.

f.

Perkembangan konstruksi perkerasan jalan raya pada abad ke-20

Sesudah perang dunia I kira-kira pada tahun 1920 banyak negara-negara mulai memperhatikan pembangunan jalan raya. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya angkutan yang beroperasi khususnya kendaraan bermotor. Persaingan antara kereta api dan kendaraan bermotor pun mulai ramai, karena masing-masing mempunyai keunggulannya sendiri-sendiri. Untuk angkutan secara massal jarak jauh kereta api bisa dikatakan lebih efektif. Sebaliknya untuk angkutan jarak dekat kendaraan bermotor lebih bisa melayani dari pintu ke pintu sehingga handling cost/pengeluaran lebih rendah daripada kereta api. Disamping itu, orang mulai membuat alat-alat besar yang khusus untuk membuat jalan (road building equipment), sehingga pembuatan jalan menjadi lebih cepat dan relatif murah dengan kualitas yang lebih baik. Selama perang dunia II untuk keperluan militer yang mendesak telah dibuat beriburibu kilometer jalan secara masinal dengan sistem modern di banyak negara. Hal itulah yang mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan mengenai konstruksi jalan raya.

KRITERIA KONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR

Konstruksi perkerasan jalan haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu untuk dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada si pemakai jalan, syarat tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu :

1. Syarat-syarat Berlalu Lintas Konstruksi perkerasan lentur dipandang dari keamanan dan kenyamanan berlalu lintas harus memnuhi syarat : a. Permukaan yang rata, tidak bergelombang, tidak melendut dan tidak berlubang.\ b. Permukaan cukup kaku, sehingga tidak mudah berubah bentuk akibat beban yang bekerja di atasnya. c. Permukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban dan permukaan jalan sehingga tidak mudah selip. d. Permukaan tidak mengkilap, tidak silau jika kena sinar matahari.

2. Syarat-syarat Kekuatan / Struktural Konstruksi perkeran jalan dipandang dari segi kemampuan memikul dan menyebarkan beban, haruslah memnuhi syarat-syarat : a. Ketebalan yang cukup sehingga mampu menyebarkan beban/ muatan lalu lintas ke tanah dasar. b. Kedap terhadap air, sehingga air tidak mudah meresap kelapisan dibawahbya. c. Permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh di atasnya dapat cepat dialirkan. d. Kekuatan untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan deformasi yang berarti. Untuk dapat memenuhi hal-hal tersebut di atas, perencanaan dan pelaksanaan konstruksi perkerasan lentur jalan haruslah mencakaup : 1. Perencanaan tebal masing-masing lapisan perkerasan. Dengan memperhatiakn daya dukung tanah dasar, beban lalu lintas yang akan dipikulnya, keadaan lingkungan, jenis lapisan yang dipilih, dapatlah ditentukan tebal masing-masing lapisan berdasarkan bebrapa metode yang ada. 2. Analisa campuran bahan. Dengan memperhatikan mutu dan jumlah bahan setempat yang tersedia, direncanakanlah suatu susunan campuran tertentu sehingga terpenuhi spesifikasi dari jenis lapisan yang dipilih. 3. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan. Perencanaan tebal perkerasan yang baik, susunan campuran yang memenuhi syarat, belumlah dapat menjamin dihasilkannya lapisan perkerasan yang memenuhi apa yang diinginkan jika tidak dilakukan pengawasan pelaksanaan yang cermat mulai dari tahap penyiapan lokasi dan material sampai tahap pemadatan dan pemeliharaan.

Disamping itu tidak dapat dilupakan sistem pemeliharaan yang terencana dan tepat selama umur pelayanan, termasuk di dalamnya sistem drainase jalan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai