KELOMPOK II
DOAN A. SIAHAAN (07 0404 071) REDOKSON S. (07 0404 072) SAMUEL S. PAKPAHAN (08 0404 068) KHADIR HAFIZ R (08 0404 078) BRAM P. S. (08 0404 079) DT. M. ADLI SYAHPUTRA (09 0404 083) FRENGKY A. NAINGGOLAN (09 0404 092) ELISA DJ PURBA (09 0404 155) MOHAMMAD FANDHU A. (09 0404 157)
Gambar 1.1. Sejarah Perkerasan Jalan Sebelum Manusia Mengenal Hewan Sebagai Alat Angkut
adalah seseorang berkebangsaan Inggris yang merupakan ahli jembatan lengkung dari batu, menciptakan konstruksi perkerasan jalan yang prinsipnya seperti jembatan lengkung. Prinsip ini menggunakan desakan-desakan dengan menggunakan batu-batu belah yang dipasang berdiri dengan tangan. Beliau membangun jalan mirip dengan apa yang dilaksanakan Tresaguet. Konstruksi perkerasannya terdiri dari batu pecah berukuran 15/20 sampai 25/30 yang disusun tegak. Batubatu kecil diletakkan di atasnya untuk menutup pori-pori yang ada dan memberikan permukaan yang rata. Konstruksi ini kemudian sangat berkembang dan dikenal dengan sebutan sistem Telford. Jalan-jalan di Indonesia yang dibuat pada jaman dahulu sebagian besar merupakan sistim jalan Telford, walaupun diatasnya telah diberikan lapisan atas dengan pengikat aspal.
2. John Louden Mac Adam (1756-1836), adalah seseorang berkebangsaan Skotlandia memperkenalkan konstruksi perekerasan jalan dengan prinsip tumpang tindih dengan menggunakan batu-batu pecah atau batu kali dengan ukuran terbesar 3, pori-pori diatasnya ditutup dengan batu yang lebih kecil/halus. Perkerasan sistem ini sangat berhasil dan merupakan prinsip pembuatan jalan secara masinal (dengan mesin). Selanjutnya sistem ini disebut sistem Macadam. Agar terbentuk lapisan yang kedap air, maka di atas lapisan Macadam diberi lapisan atas yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan ditaburi pasir kasar. Sampai sekarang kedua sistem tersebut masih lazim dipergunakan di daerahdaerah di Indonesia dengan menggabungkannya menjadi sistem Telford-Macadam. Dengan begitu perkerasan jalan untuk bagian bawah menggunakan sistem Telford kemudian untuk perkerasan atas dengan sistem Macadam.
3. Pierre Marie Jerome Tresaguet (1716-1796) adalah seseorang berkebangsaan Perancis mengembangkan sistim lapisan batu pecah yang dilengkapi dengan drainase, kemiringan melintang serta mulai menggunakan pondasi dari batu.
f.
Sesudah perang dunia I kira-kira pada tahun 1920 banyak negara-negara mulai memperhatikan pembangunan jalan raya. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya angkutan yang beroperasi khususnya kendaraan bermotor. Persaingan antara kereta api dan kendaraan bermotor pun mulai ramai, karena masing-masing mempunyai keunggulannya sendiri-sendiri. Untuk angkutan secara massal jarak jauh kereta api bisa dikatakan lebih efektif. Sebaliknya untuk angkutan jarak dekat kendaraan bermotor lebih bisa melayani dari pintu ke pintu sehingga handling cost/pengeluaran lebih rendah daripada kereta api. Disamping itu, orang mulai membuat alat-alat besar yang khusus untuk membuat jalan (road building equipment), sehingga pembuatan jalan menjadi lebih cepat dan relatif murah dengan kualitas yang lebih baik. Selama perang dunia II untuk keperluan militer yang mendesak telah dibuat beriburibu kilometer jalan secara masinal dengan sistem modern di banyak negara. Hal itulah yang mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan mengenai konstruksi jalan raya.
Konstruksi perkerasan jalan haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu untuk dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada si pemakai jalan, syarat tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu :
1. Syarat-syarat Berlalu Lintas Konstruksi perkerasan lentur dipandang dari keamanan dan kenyamanan berlalu lintas harus memnuhi syarat : a. Permukaan yang rata, tidak bergelombang, tidak melendut dan tidak berlubang.\ b. Permukaan cukup kaku, sehingga tidak mudah berubah bentuk akibat beban yang bekerja di atasnya. c. Permukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban dan permukaan jalan sehingga tidak mudah selip. d. Permukaan tidak mengkilap, tidak silau jika kena sinar matahari.
2. Syarat-syarat Kekuatan / Struktural Konstruksi perkeran jalan dipandang dari segi kemampuan memikul dan menyebarkan beban, haruslah memnuhi syarat-syarat : a. Ketebalan yang cukup sehingga mampu menyebarkan beban/ muatan lalu lintas ke tanah dasar. b. Kedap terhadap air, sehingga air tidak mudah meresap kelapisan dibawahbya. c. Permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh di atasnya dapat cepat dialirkan. d. Kekuatan untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan deformasi yang berarti. Untuk dapat memenuhi hal-hal tersebut di atas, perencanaan dan pelaksanaan konstruksi perkerasan lentur jalan haruslah mencakaup : 1. Perencanaan tebal masing-masing lapisan perkerasan. Dengan memperhatiakn daya dukung tanah dasar, beban lalu lintas yang akan dipikulnya, keadaan lingkungan, jenis lapisan yang dipilih, dapatlah ditentukan tebal masing-masing lapisan berdasarkan bebrapa metode yang ada. 2. Analisa campuran bahan. Dengan memperhatikan mutu dan jumlah bahan setempat yang tersedia, direncanakanlah suatu susunan campuran tertentu sehingga terpenuhi spesifikasi dari jenis lapisan yang dipilih. 3. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan. Perencanaan tebal perkerasan yang baik, susunan campuran yang memenuhi syarat, belumlah dapat menjamin dihasilkannya lapisan perkerasan yang memenuhi apa yang diinginkan jika tidak dilakukan pengawasan pelaksanaan yang cermat mulai dari tahap penyiapan lokasi dan material sampai tahap pemadatan dan pemeliharaan.
Disamping itu tidak dapat dilupakan sistem pemeliharaan yang terencana dan tepat selama umur pelayanan, termasuk di dalamnya sistem drainase jalan tersebut.