Anda di halaman 1dari 5

LUTHFIYAH A1H010019 Teknologi Bioenergi KANDUNGAN ASAP CAIR HASIL PEMBAKARAN BIOMASSA

Asap cair (wood vinegar, liquid smoke) merupakan suatu hasil kondensasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran secara langsung maupun tidak langsung dari bahan-bahan yang banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa serta senyawa karbon lainnya. Bahan baku yang banyak digunakan antara lain berbagai macam jenis kayu, bonggol kelapa sawit, tempurung kelapa, sekam, ampas, atau serbuk gergaji dan bahan biomassa lainnya. Selama pembakaran, komponen dari kayu akan mengalami pirolisa menghasilkan berbagai macam senyawa antara lain fenol, karbonil, asam, furan, alkohol, lakton, hidrokarbon, polisiklik aromatik, dan lain sebagainya. Asap cair mempunyai berbagai sifat fungsional, seperti untuk memberi aroma, rasa, dan warna karena adanya senyawa fenol dan karbonil; sebagai bahan pengawet alami karena mengandung senyawa fenol dan asam yang berperan sebagai antibakteri dan antioksidan; sebagai bahan koagulan lateks pengganti asam format serta membantu pembentukan warna coklat pada produk.

Gambar 1. Asap Cair Berdasarkan penelitian Novita Lucia pada tahun 2006, asap cair dari limbah tempurung kelapa mempunyai kandungan senyawa terbesar dari 37 senyawa adalah

asam asetat (51,99%), fenol (19,90%), metil asetat (5,37%), furfural (4,56%), hidroksi aseton (2,90%), guaiakol (2,62%), siringol (1,85%). pH dari asap cair tempurung kelapa ini adalah 3,21. Komposisi asap yang dihasilkan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kadar air dan suhu pembakaran yang digunakan. Tempurung kelapa memiliki kandungan selulosa dan hemiselulosa yang tinggi. Dengan kandungan senyawanya yang tinggi tersebut tempurung baik digunakan sebagai bahan pembuatan asap cair karena dapat menghasilkan aroma yang lebih baik serta lebih kaya kandungan senyawa aromatik dan senyawa asamnya. Proses Pembentukan Asap Cair Asap merupakan sistem komplek yang terdiri dari fase cairan terdispersi dan medium gas sebagai pendispersi. Asap diproduksi dengan cara pembakaran tidak sempurna yang melibatkan reaksi dekomposisi konstituen polimer menjadi senyawa organik dengan berat molekul rendah karena pengaruh panas yang meliputi reaksi oksidasi, polimerisasi dan kondensasi. Jumlah partikel padatan dan cairan dalam medium gas menentukan kepadatan asap. Selain itu asap juga memberikan pengaruh warna rasa dan aroma pada medium pendispersi gas. Sifat dari asap cair dipengaruhi oleh komponen utama yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin yang proporsinya bervariasi tergantung pada jenis bahan yang akan di pirolisis. Proses pirolisis sendiri melibatkan berbagai proses reaksi diantaranya dekomposisi, oksidasi, polimerisasi dan kondensasi. Hemiselulosa adalah komponen kayu yang mengalami pirolisa paling awal menghasilkan fural, furan, asam asetat dan homolognya. Hemiselulosa tersusun dari pentosan dan heksosan dan rata-rata proporsi ini tergantung pada jenis kayu. Pirolisis dari pentosan membentuk furfural, fural dan turunannya beserta suatu seri yang panjang dari asam karboksilat. Bersama-sama dengan selulosa, pirolisis heksosan membentuk asam asetat dan homolognya. Dekomposisi hemiselulosa terjadi pada suhu 200-250 oC. Fenol dihasilkan dari dekomposisi lignin yang terjadi pada suhu 300 oC dan berakhir pada suhu 400 oC. Proses selanjutnya yaitu pirolisa selulosa menghasilkan senyawa asam asetat dan senyawa karbonil seperti asetaldehid, glikosal

dan akreolin. Pirolisa lignin akan menghasilkan senyawa fenol, guaikol, siringol bersama dengan homolog dan derivatnya. Komposisi Kimia Asap Cair Analisis kimia yag dilkaukan terhadap asap cair meliputi penentuan fenol, karbonil, keasaman dan indeks pencoklatan. Tabel 1. Kandungan Asap Cair dari Berbagai Bahan Baku Jenis Bahan Kayu Jati Kayu Lamtoro Tempurung Kelapa Kayu Mahoni Kayu Kamper Kayu Bangkirai Kayu Kruing Glugu Fenol (%) 2.70 2.10 5.13 2.16 2.20 2.93 2.41 3.16 Karbonil (%) 13.58 10.32 13.28 15.23 8.56 12.31 8.72 12.94 Keasaman (%) 7.21 6.21 11.39 6.26 4.27 5.55 5.21 6.61 Indeks Pencoklatan (%) 2.16 0.96 1.18 2.11 0.55 0.84 0.64 1.16

Asap cair juga mengandung senyawa yang merugikan yaitu tar dan senyawa benzopiren yang bersifat toksik dan karsinogenik serta menyebabkan kerusakan asam amino esensial dari protein dan vitamin. Pengaruh ini disebabkan adanya sejumlah senyawa kimia di dalam asap cair yang dapat bereaksi dengan komponen bahan makanan. Upaya untuk memisahkan komponen berbahaya di dalam asap cair dapat dilakukan dengan cara redistilasi, yaitu proses pemisahan kembali suatu larutan berdasarkan titik didihnya. Redistilasi dilakukan untuk menghilangkan senyawasenyawa yang tidak diinginkan dan berbahaya sehingga diperoleh asap cair yang jernih, bebas tar, poliaromatik hidrokarbon (PAH) dan benzopiren pendispersi.

Referensi Darmadji, P. 2002. Optimasi Pemurnian Asap Cair dengan Metoda Redistilasi. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan 13 (3), 267-271. Lucia, Novita. 2006. Pemanfaatan Limbah Tempurung Kelapa (Cocos nucifera Linn) Sebagai Bahan Pembuat Asap Cair dan Karakterisasinya Menggunakan GC-MS. Padang, Universitas Andalas. Solichin, M. 2007. Penggunaan Asap Cair Doerub dalam Pengolahan RSS. Jurnal Penelitian Karet, vol. 25 (1): 1-12. Tranggono, dkk. 1996. Identifikasi Asap Cair dari Berbagai Jenis Kayu dan Tempurung Kelapa. Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan. Vol. 1 (2): 1524.

Anda mungkin juga menyukai