Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Frandes Reynaldo Futty Dewi N. F. Sania Nur Azizah Elda Yulia M.S. Fibya Indah Sari Utari Oemardy (0806398215) (1006659470) (1006659565) (1006683772) (1006756572) (1006775041) (1006775142)
Pendahuluan
Elda Yulia Mamora
Pengertian Mukoadhesif
Mukoadhesif adalah sistem pelepasan obat dimana terjadi ikatan antara polimer alam atau sintetik dengan substrat biologi yaitu permukaan mukus. Sistem mukoadhesif dapat menghantarkan obat menuju site-spesific melalui ikatan antara polimer hidrofilik dengan bahan dalam formulasi suatu obat, dimana polimer tersebut dapat melekat pada permukaan biologis dalam waktu yang lama. contohnya ikatan antara polimer dengan membran biologi, ikatan antara polimer dengan lapisan musin pada membrane mukosa.
Rute dari dari sistem penghantaran obat mukoadhesif adalah oral, oromukosal (bukal dan sublingual), vaginal, rektal, nasal, dan ocular
c. Teori Pembasahan Terjadi karena adanya kemampuan polimer mukoadhesif untuk menyebar secara spontan pada permukaan mukosa. Kontak antara polimer mukoadhesif dengan cairan tubuh menyebabkan polimer terbasahi sehingga dapat melekat pada membran mukosa yang lembab. d. Teori Interpenetrasi (Difusi) Terjadi interdifusi rantai polimer dengan musin yang dikendalikan oleh gradien konsentrasi dan dipengaruhi oleh panjang serta mobilitas rantai molekul. Seberapa jauh rantai polimer berpenetrasi tergantung pada koefisien difusi dan waktu kontak.
e. Teori Fraktur Teori ini menganalisi kekuatan yang diperlukan untuk memisahkan dua permukaan setelah terbentuk adhesi. Teori ini terfokus pada kekuatan yang diperlukan untuk memisahkan suatu bagian, tidak mempertimbangkan penetrasi atau difusi dari rantai polimer. f. Teori Mekanik Teori Mekanik, menjelaskan bahwa adhesi timbul dari perlekatan polimer mukoadhesif pada permukaan mukosa yang kasar dan tidak beraturan.
Terdiri dari : Lapisan epitel. satu lapis sel (lambung, usus kecil, usus besar dan bronkus) maupun berlapis-lapis sel/bertingkat (esofagus, vagina dan kornea) Lapisan jaringan ikat (lamina propria). Lapisan mukosa muskularis.
Oral Mucosa
Rongga mulut terdiri dari bibir, pipi, lidah, langit-langit keras, langit-langit lunak, dan dasar mulut.
Mukosa oral terdiri dari sel-sel epitel yang rapat. Di bawah epitel terdapat membran basement, lamina propia, dan submukosa. Ada tiga jenis mukosa oral di rongga mulut: Lining mucosa terdiri dari mukosa bukal, daerah sublingual dan dasar mulut. Mukosa khusus yang ditemukan pada permukaan dorsal lidah Mukosa pengunyahan (masticatory mucosa) ditemukan pada palatum durum (permukaan atas mulut) dan gingiva (gusi). Sel-sel superfisial mukosa pengunyahan memiliki epitel keratin. Lapisan mukosa di sisi lain memiliki epitel non-keratin.
Fungsi utama saliva adalah untuk melumasi rongga mulut, memudahkan menelan dan memfasilitasi untuk mencegah demineralisasi gigi. Saliva adalah buffer lemah dengan pH sekitar 5,5-7,0 Saliva lingkungan yang kaya air yang dapat menguntungkan bagi pelepasan obat dari sistem penghantaran terutama yang berbasis polimer hidrofilik. Permeabilitas membran dipengaruhi ada/tidaknya keratin dan ketebalan
MUKUS
Mukus merupakan sekresi kental jernih yang terutama terdiri dari air, elektrolit dan campuran beberapa glikoprotein yang terdiri dari sejumlah besar polisakarida yang berikatan dengan protein dalam jumlah sedikit. Komposisi mukus yaitu air (95%), glikoprotein musin dan lipid (0,5-5%), garam mineral (1%), dan protein bebas (0,5-1%). Mukus disekresikan ke permukaan epitel oleh sel-sel goblet. Fungsi mukus yaitu untuk proteksi, barrier, pelumasan (lubrication) dan perlekatan (adhesion).
Pada pH fisiologis, jaringan mukus membawa muatan negatif akibat asam sialat dan residu sulfat dan membentuk struktur gel sangat kohesif yang akan mengikat ke permukaan sel epitel sebagai lapisan gel. Lapisan gel berperan dalam mucoadhesi untuk sistem penghantaran obat yang bekerja pada prinsip adhesi pada membran mukosa dan dengan demikian memperlama waktu retensi bentuk sediaan di tempat penghantaran.
Prinsip penghantaran obat dengan sistem mukoadesif adalah memperpanjang waktu tinggal obat pada organ tubuh yang mempunyai lapisan mukosa. Sistem mukoadhesif akan dapat meningkatkan kontak yang lebih baik antara sediaan dengan jaringan tempat terjadinya absorpsi sehingga konsentrasi obat terabsorpsi lebih banyak dan diharapkan akan terjadi aliran obat yang tinggi melalui jaringan tersebut.
Sistem penghantaran obat mukoadhesif dimaksudkan untuk memperpanjang waktu tinggal sediaan di lokasi aplikasi atau memperpanjang waktu absorbsi dan memfasilitasi kontak yang rapat antara sediaan dengan permukaan absorpsi sehingga dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan kinerja terapi obat. Prinsipnya adalah sediaan disatukan dengan suatu polimer yang akan tertahan di membran mukosa, kemudian zat aktif dapat berpindah masuk ke jaringan melalui pembuluh darah.
Mekanisme mukoadesi
Teori dehidrasi
bahan yang dapat mudah membentuk gel dalam lingkungan berair, bila kontak dengan mukus dapat menyebabkan dehidrasi, karena adanya perbedaan tekanan osmotik.
Ada dua jalur permeasi untuk transportasi obat (pasif) melalui mukosa oral: rute paraseluler rute transseluler. Permeasi dapat menggunakan dua rute secara bersamaan, tetapi umumnya digunakan satu rute yang bergantung pada sifat fisikokimia dari diffusant tersebut.
Ruang Intraseluler dan sitoplasma memiliki sifat hidrofilik, senyawa lipofilik akan sulit menyerap melalui media ini. Ruang interselular merupakan penghalang utama permeasi senyawa lipofilik . Membran sel memiliki sifat agak lipofilik dan zat terlarut hidrofilik akan memiliki kesulitan menyerap melalui membran sel karena koefisien partisi yang rendah. Membran sel bertindak sebagai penghalang utama bagi transportasi senyawa hidrofilik.
Faktor Lingkungan : Air liur, kelenjar saliva, gerakan jaringan mulut : daerah bukal dari rongga mulut menunjukkan gerakan yang kurang aktif. Polimer mukoadhesif harus dimasukkan untuk menjaga dosis di daerah bukal dalam jangka waktu yang lama sementara menahan gerakan jaringan selama berbicara dan jika mungkinkan saat makan makanan atau menelan.
Utari Oemardy
Muatan dan derajat ionisasi. Berdasarkan muatannya, polimer (terkait mukoadhesif) dibagi menjadi: Anionik Dalam banyak penelitian, polimer anionik banyak digunakan dalam sediaan mukoadhesif, contohnya poli asam akrilat (PAA) dan Na CMC. Kedua polimer ini memiliki daya mukoadhesif yang tinggi karena dapat membentuk ikatan hidrogen yang kuat dengan lapisan musin. Polikarbofil dan carbomer biasa digunakan untuk formulasi sediaan mukoadhesif saluran gastrointestinal.
O Kationik Polimer kationik yang paling banyak diteliti untuk sediaan mukoadhesif adalah Kitosan (selain selulosa). O Non-ionik Polimer non-ionik yang paling banyak diteliti untuk sediaan mukoadhesif adalah HPMC.
Sania
Sedangkan berdasarkan asal pembuatannya, terdapat dua jenis polimer yang digunakan sebagai bioadhesif, yaitu polimer alami (asam hyaluronat dan chitosan) dan polimer sintetik (asam poliakrilat dan derivatnya, HPMC, dan derivat polymethacrylate).
Polimer
Karboksimetilselulosa
Karbopol Polikarbofil Tragacanth Natrium alginat HPMC Gelatin Pektin Gom arab Povidon
193
185 154 126 125 116 100 98 98
Bagus sekali
Bagus sekali Bagus sekali Bagus sekali Bagus sekali Bagus sekali Sedang Buruk Buruk Buruk
Utari Oemardy
Tahap kedua adalah interpenetrasi atau interdifusi Tahap ketiga merupakan pembentukan ikatan (polimer dan lapisan mukosa). Interaksi antara polimer dan mukosa menghasilkan ikatan fisika atau mekanik sedangkan ikatan kimia terbentuk dari interaksi elektrostatik, interaksi hidrofobik, gaya dispersi dan ikatan hidrogen.
Contoh formulasi
Formulasi Tablet Mukoadhesif Amoksisilin Tujuan : Memformulasi tablet mukoadhesif dari Amoksisilin Trihidrat dengan menggunakan moringa gum sebagai polimer mukoadhesif alami. Alasan Pembuatan tablet mukoadhesif : Amoksisilin Trihidrat memiliki waktu paruh biologis yang rendah (2-3 jam) dan frekuensi dosis yang diberikan sangat tinggi (250 mg 750 mg tds selama 7 hari).
Bahan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Amoksisilin trihidrat Tragacanth Gum Akasia Magnesium stearate Talk Moringa gum CMC Na Moringa gum berasal dari tanaman Moringa oleifera . Moringa gum dipilih sebagai polimer mukoadhesif karena jumlahnya berlimpah di alam, aman , dan lebih ekonomis. Sebanyak 10 formulasi sebelumnya menggunakan moringa gum sebagai polimer mukoadhesif dan terbukti menjukkan hasil yang baik. Terbukti setelah formulasi ini dibuat menjukkan hasil yang baik pada evaluasi sediaan tablet secara uji pelepasan obat in vitro , uji mukoadhesif in vitro dan uji wash off.
Metode
Mukoadhesif tablet yang mengandung 250 mg Amoksisilin Trihidrat dan eksipien seperti moringa gum, tragacanth, gum akasia, dan CMC NA disiapkan dengan metode granulasi basah konvensional menggunakan pelarut air dan etil alcohol (1:1).
Amoksisilin Trihidrat, moringa gum, tragacanth, gum akasia, dan CMC NA ditempatkan pada mesin triturasi lalu campuran pelarut air dan etilen alcohol (1:1) ditambahkan tetes demi tetes dengan pengadukan sampai terbentuk massa basah. Selanjutnya massa basah diayak dengan ayakan 12 mesh dan terbentuk granul basah yang dikeringkan pada suhu 60 C selama 4 jam. Setelah kering ayak dengan ayakan 20 mesh Lalu tambahkan dengan talk dan Mg Stearat pada laboratory cube blender selama 5 menit Kempa granul dengan mesin kompresi menjadi tablet dengan bobot 500 mg.
Fipamezole, carbomer 934P, HPMC, perisa, aspartam, dan Mg Stearat dicampur hingga homogen. Massa kemudian dikempa hingga membentuk tablet.
Keuntungan
Memperpanjang waktu tinggal sediaan pada tempat absorpsi, hingga memperbolehkan dosis sekali atau dua kali sehari. Sistem mukoadesif mudah ditempatkan dan diterapkan untuk meningkatkan dan memperbaiki biovailibilitas obat Sangat baik aksesibilitasnya dan onset yang cepat. Cepat absorpsinya karena pasokan darah yang besar dan aliran darah yang baik. Obat terlindungi dari terdegradasi di suasana asam pada GIT (oromukosal). Meningkatkan kenyamanan dan kepatuhan pasien.
Kerugian
Dapat terjadi ulcer karena kontak yang berkepanjangan. Salah satu keterbatasan utama dalam perkembangan penghantaran oralmucosal adalah kurangnya model yang baik untuk skrining in vitro untuk mengidentifikasi obat yang cocok dalam penghantaran tersebut. Penerimaan pasien dalam hal merasakan, uji iritasi, dan kenyamanan mulut harus diperiksa. Dilarang makan dan minum.
Daftar Pustaka
Dhruba Sankar Goswami, Manoj Sharma.2013.Amoxicillin Mucoadhesive Tablet: Formulation and Characterization. Volume 2, Issue 2, 629-635, India Hooda, R., Tripathi, M., Kapoor, Kiran. 2012. A Review on Oral Mucosal Drug Delivery System. The Pharma Innovation, Vol. 1 No. 1 2012 Khurana, Khaffi, Madhav, N.V. Satheesh. 2011. Mucoadhesive Drug Delivery: Mechanism And Methods Of Evaluation. International Journal Of Pharma And Bio Sciences. Volume 1: Jan-Mar 2011 KR, Vinod. Et all. 2012. Critical Review on Mucoadhesive Drug Delivery Systems. Hygeia.J.D.Med.vol.4 (1), April2012 September2012, Hal 7-28
Li, Xiaoling, Jasti, R. Bashkara. Design of Controlled Release Drug Delivery System. Mahajan, Priya, Kaur, Amanpreet, Aggarwal, Geeta, Harikumar, S.L.. 2013. Mucoadhesive Drug Delivery System: A Review. International Journal of Drug Development & Research, JanuaryMarch 2013, 5(1): 11-20. MP Wagh, Ou Jossie.2009.Thiomer: A New Generation of Mucoadhesive Polymer.Research J Pharm and Tech 2.Department of Pharmaceutic, NDMVPS University, Maharashtra, India Patel, Viralkumar F, et al. 2011. Review Advances in oral transmucosal drug delivery. Journal of Controlled Release. Elsevier S. Roy, K. Pal, A. Anis, K. Pramanik, dan B. Prabhakar. 2009.Polimer in Mucoadhesive Drug Delivery System.483495.School of Pharmacy and Technology Management NMIMS University, India http://www.thiomatrix.com/Technology/Mucoadhesion.html