Pendahuluan Fotolisis yaitu penguraian air (H2O) menjadi H2 dan O. Disebut fotolisis karena penguraian ini terjadi dengan bantuan energi cahaya (foton) sedangkan Hidrolisis adalah reaksi kimia yang memecah molekul air (H2O) menjadi kation hidrogen (H+) dan anion hidroksida (OH) melalui suatu proses kimia. Proses ini biasanya digunakan untuk memecah polimer tertentu, terutama yang dibuat melalui polimerisasi tumbuh bertahap (step-growth polimerization). Kata "hidrolisis" berasal dari bahasa Yunani hydro "air" + lysis "pemisahan". Hidrolisis tidak berbeda dengan hidrasi. Pada hidrasi, molekul tidak terpecah menjadi dua senyawa baru. Salah satu obat yang mengalami fotolisis adalah antibiotik. Antibiotik secara umum diberikan kepada hewan melalui makanan untuk mengobati infeksi penyakit, melindungi kesehatan hewan dan meningkatkan efefisiensi pakan. Berdasarkan data penjualan yang dirilis oleh Animal Health Institut untuk hewan di US pada tahun 2004 antibiotik yang sering digunakan adalah tetrasiklin sebanyak 30%. Pemberian antibiotik hewan dapat mencemari lingkungan dan menjadi kontaminan lingkungan. pada pertanian ikan, antibiotik diberikan sebagai zat tambahan pada pakan, terjadi pelepasan langsung antibiotik ke dalam lingkungan air. Dalam peternakan unggas, antibiotik diekskresikan dalam urin dan kotoran hewan beberapa saat setelah pengobatan. Biasa nya kotoran hewan di dalam pertanian dimanfaatkan sebagai pupuk, sehingga antibiotik dapat mencemari lingkungan tanah. Kontaminasi antibiotik hewan di dalam air lingkungan telah dilaporkan. Berdasarkan badan pemantauan air sungai yang dilakukan pada tahun 1999-2000 oleh US Geological Survey, setidaknya satu antibiotik terdeteksi sekitar 50% sampel dengan konsentrasi maksimal 1,9 mg L-1. Investigasi lainnya
mengungkapkan bahwa frekuensi deteksi tetrasiklin, oxytetracycline, dan sulfadimethoxine berkisar antara 1, 4, dan 12%. Selain air pada permukaan tanah, air dalam tanah juga terkontaminasi oleh antibiotik. Telah dilaporkan bahwa
konsentrasi sulfamethazine dalam sampel air tanah dari daerah pertanian di Jerman terdeteksi sekitar 0,08-0,16 mg L-1. Munculnya antibiotik dalam lingkungan dapat memicu resistensi gen terhadap antibiotik pada mikroorganisme, yang dapat beralih ke manusia dan hewan melalui rantai makanan dan melalui konsumsi air minum yang berasal dari lingkungan air tersebut. Hal ini mengakibatkan kegagalan terapi antibiotik untuk menangani infeksi. Selain itu, adanya antibiotik dalam lingkungan air menyebabkan manusia dan hewan terpapar antibiotik konsentrasi rendah secara konstan yang berasal dari kontaminasi air minum. Meskipun efek tersebut dapat muncul jangka yang panjang dan tidak jelas namun potensi bahaya akibat
kontaminasi antibiotik hewan terhadap kesehatan manusia tidak dapat diabaikan. Tetrasiklin adalah keluarga antibiotik utama untuk hewan yang berfungsi dalam terapi penyakit akut yang disebabkan oleh gram-positif dan bakteri gram negatif. Tetrasiklin biasa digunakan untuk ikan, babi, unggas dan hewan ternak. Lingkungan ternak tersebut telah di investigasi yang menunjukkan bahwa
oxytetracycline sangat terserap mudah diserap dalam tanah terlepas dari jenis tanah dan menunjukan pergerakan yang lemah. Hasil laporan lainnya menyatakan konsentrasi oxytetracycline pada pupuk tanah yang terdeteksi mempunyai konsentrasi 71,1 mg L-1. Waktu paruh dari oxytetracycline adalah 30 hari, yang menunjukan bahwa waktu paruh yang lebih lama daripada tylosin, antibiotik amacrolide. Mikroorganisme merupakan mahluk yang bertanggung jawab dalam proses degradasi oxytetracycline pada pupuk hewan. Pada lingkungan air , hidrolisis dan fotolisis merupakan rute degradasi utama untuk antibiotik . telah stabilitas oxytetracycline dan dilaporkan bahwa kondisi asam mendukung kondisi basa/alkali mendukung degradasi
oxytetracycline. Telah dilaprkan bahwa oxytetracycline rentan terhadap hidrolisis dan fotolisis daripada asam Oxolinic , flumequine , dan florfenicol Suhu dan pH yang terbukti secara signifikan mempengaruhi degradasi hidrolitik dari oxytetracycline.
Degradasi oxytetracycline yang hampir Komplit ditemukan dalam air laut dalam tabung kuarsa setelah 21 hari di bawah pencahayaan sinar matahari dengan dan tanpa 1 m penyegelan didalam air laut. Namun, efek dari berbagai faktor, terutama kation multi-kovalen, pada hidrosisis dan kinetika degradasi fotolisis dari oxytetracycline belum terdokumentasi dengan baik. Sehingga fotolisis dan degradasi oksitetrasikline belum bisa dibandingkan dengan yang lain. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat proses hidrolisis oksitetrasiklin pada larutan air dengan konsentrasi, larutan PH, temperatur dan konsentrasi ca2+ yang berbeda-beda serta membandingkan degradasi fotolisis kinetik dengan dan tanpa Ca2+ dan membahas jalur degradasi oksitetrasiklin pada lingkungan air.
II.
Tinjauan Pustaka A. Stabilitas Obat Stabilitas obat memberikan gambaran kecepatan terurainya obat atau
kecepatan degradasi kimiawinya. Panas, asam-asam, alkali-alkali, oksigen, cahaya, kelembaban dan faktor-faktor lain dapat menyebabkan rusaknya obat. Mekanisme degradasi dapat disebabkan oleh pecahnya suatu ikatan, pergantian spesies, atau perpindahan atom-atom dan ion-ion jika dua molekul bertabrakan dalam tabung reaksi (Moechtar, 1989). Ada dua hal yang menyebabkan ketidakstabilan obat, yang pertama adalah labilitas dari bahan obat dan bahan pembantu, termasuk struktur kimia masingmasing bahan dan sifat kimia fisika dari masing-masing bahan. Yang kedua adalah faktor-faktor luar, seperti suhu, cahaya, kelembaban, dan udara, yang mampu menginduksi atau mempercepat reaksi degradasi bahan. Skala kualitas yang penting untuk menilai kestabilan suatu bahan obat adalah kandungan bahan aktif, keadaan galenik, termasuk sifat yang terlihat secara sensorik, secara miktobiologis, toksikologis, dan aktivitas terapetis bahan itu sendiri. Skala perubahan yang diijinkan ditetapkan untuk obat yang terdaftar dalam farmakope. Kandungan bahan aktif yang bersangkutan secara internasional ditolerir suatu penurunan sebanyak 10% dari kandungan sebenarnya (Voight, R., 1994).
Sebagian besar penguraian bahan farmasi dapat digolongkan sebagai hidrolisi dan oksidasi. Kebanyakan obat banyak mengandung lebih dari satu gugus fungsional dan obat ini mungkin bisa terhidrolisis dan teroksidasi bersamasama. Reaksi lain seperti isomerasi, epimerasi, dan fotolisis juga dapat mempengaruhi kestabilan obat dalam berbagai produk cair, padatan dan semisolid. B. Fotolisis Sinar matahari dapat mengakibatkan degradasi molekul obat. Contoh molekul obat yang mengalami fotolisis adalah Na-Nitroprussid. Umumnya, fotolisis melalui proses oksidasi yang diawali oleh cahaya, tetapi tidak selamanya berlangsung melalui proses oksidasi, tetapi dapat juga melalui iradiasi atau penambahan molekul pelarut. Ada 2 Mekanisme fotolisis yaitu: a. Reaksi Fotokimia Primer Terjadi bila molekul obat itu sendiri menyerap energi dari sumber radiasi. Menyerap sinar atau tidaknya suatu molekul obat dapat dilihat dengan membandingkan spectrum UV/ sinar nampak. Energi yang diserap dapat menyebabkan penguraian melalui beberapa cara : 1. Sebagai energi termal yang menyebabkan peningkatan suhu di dalam medium sekeliling. 2. 3. 4. Sebagai fluoresensi atau phosphoresensi Fluoresensi adalah menyerap sinar, langsung dikeluarkan. Phosphoresensi adalah menyerap sinar sampai habis, baru dikeluarkan. Dimana energi yang diserap kembali, dipancarkan sebagai energi dengan panjang gelaombang yang lebih besar. Sebagai energi kimia untuk memulai reaksi penguaraian. b. Reaksi Fotokimia Sekunder (Fotosensitiser) Energi dari sumber radiasi diserap oleh molekul-molekul zat tambahan dalam formulasi yang kemudian membagi energi yang meningkat ini kepada molekul obat sehingga terjadi penguraian obat. Jadi molekul yang menyerap energi ini disebut fotosesitiser berperan sebagai katalis dalam penguraian obat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penguraian secara fotolisis: a. Faktor formulasi, yaitu: sifat-sifat molekul obat itu sendiri, pelarut yang digunakan, pH sediaan, jenis larutan buffer yang digunakan, zat tambahan. b. Faktor Penyimpanan: sumber radiasi, waktu, intensitas penyinaran, suhu, kemasan. Obat sebaiknya tidak diletakkan pada tempat yang terkena paparan sinar matahari ataupun lampu secara langsung. Setiap obat yang berasal dari bahan biologis harus terlindung dari sinar matahari. Vaksin yang berasal dari kuman yang hidup misalnya vaksin BCG dan campak, bila terkena sinar matahari langsung maka dalam beberapa detik, vaksin akan menjadi rusak. Untuk melindunginya dari cahaya maka digunakan kemasan berwarna, misalnya ampul yang berwarna coklat disamping menggunakan kemasan luar (box). Contoh lainnya adalah Na-nitroprussid yang bila terkena cahaya maka masa kadaluarsanya hanya empat jam. C. Oksitetrasiklin
Jenis tetrasiklin
Gugus R1 R2 -CH3, -OH -CH3, -OH -CH3, -OH -H, -OH R3 -H, -H -OH, -H -H, -H -H, -H
-Cl -H -H -Cl
Tetrasiklin adalah golongan antibiotik utama pada hewan yang terinfeksi terhadap bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Tetrasiklin telah banyak diberikan pada ikan, babi, hewan ungags dan ternak. Mikroorganisme ditemukan bertanggung jawab untuk degradasi utama oxytetracycline pada pupuk hewan. Dalam lingkungan air, hidrolisis dan fotolisis mungkin merupakan rute degradasi utama untuk antibiotik. Oksitetrasiklin adalah antibiotik berspektrum luas baik secara invitro maupun invivo. Antibiotik ini aktif melawan sejumlah besar organisme gram positif dan gram negatif. Antara lain sensitif terhadap Streptococctts, Staphylococctts (Micrococctts), AnthracoccLts, Pasteurella, Brttcella,
Corvnebacteria, Erysipelothrix, Coliforrm dan Salmonella termasuk Rickrettsiae. Aktif mengatasi organisne lain seperti Pseudomonas, Proteus dan Klebsiella walaupun rendah. Meskipun efektif mengatasi beberapa protozoa, oksitetrasiklin tidak mampu melawan yeast, mould dan fungi (Werdiningish dkk, 2009). Oksitetrasiklin dapat diberikan pada berbagai rute pemberian normal. Oksitetrasiklin terabsorbsi dengan baik di intestinum mamalia tetapi diabsorbsi secara terbatas di intestinum unggas. Level oksitetrasiklin pada darah secara efektif dicapai antara 2 - 4 jam. Level maksimum dicapai secara cepat pada aplikasi intravena, sedangkan aplikasi secara intramuskuler memberikan gambaran peak maksimum setelah aplikasi sekitar 2 jam. Level ini tidak terlalu tinggi, meskipun dipertahankan dalam waktu lama (2) oksitetrasiklin juga sesuai untuk digunakan secara topical (Werdiningish dkk, 2009).
III.
Pembahasan Telah dilaporkan bahwa kondisi asam mendukung stabilitas dari oksitetrasiklin dan kondisi alkali mendukung degradasi oksitetrasiklin (Doi, 2000). Oksitetrasiklin jauh lebih rentan mengalami hidrolisis dan fotolisis dibandingkan dengan tiga antibiotik lain yaitu, asam oxolinic, flumequine, dan florfenicol (Pouliquen, dkk. 2007). Suhu dan pH secara mempengaruhi degrasi hidrolitik dari oksitetrasiklin (Loftin, dkk. 2008). Penghilangan yang hampir
sempurna dari ocytetracycline ditemukan dalam air laut dalam tabung kuarsa setelah 21 hari di bawah pencahayaan sinar matahari dengan dan tanpa penyegelan pada air laut di kedalaman 1 meter (Lunestad, 1995). Oksitetrasiklin memiliki absorbansi yang kuat di 200-400 nm, sehingga rentan terhadap sinar matahari iradiasi. Fotolisis oksitetrasiklin terjadi cepat yang diamati di bawah iradiasi sinar matahari (Gambar 7 ).
Gambar.7 Kecepatan Degradasi Oksitetrasiklin Degradasi dengan dan tanpa Kehadiran Ca2
+
orde reaksi pertama. Diperoleh nilai koefisienregresi semua di atas 0.99 ( data tidak ditampilkan ). Tingkat fotolisis konstan dengan Ca2+ konsentrasi pada 0 dan 1 mM dalam 125 mL botol serum kaca, dihitungmenjadi 3,61 0,06 dan 5,58 0,05 hari - 1 , masing-masing. Sejalan dengan itu, waktu paruh adalah 0,19 dan 0,12 hari , masing - masing. Fotolisis yang diperoleh laju konstan dari oksitetrasiklin adalah sebanding dengan hidrolisispada 60 C. terlihat bahwa fotolisis oksitetrasiklin adalah nyata dipercepat dengan kehadiran Ca2+. Terbentuknya kelat antara oksitetrasiklin dan Ca2+ dapat meningkatkan absorbansi oksitetrasiklin , yang membuat oksitetrasiklin lebih rentan rentan terhadap iradiasi sinar matahari. Kelat adalah kompleks siklik yang terbentuk antara logam dengan senyawa yang mengandung dua atau lebih ligan (sisi pengikatan/binding sites).
Oksitetrasiklin dapat khelat dengan kation multivalen meskipun itu gugus fenolik hidroksil dan gugus karbonil (Anderson, dkk. 2005). Kelasi dari oxytetracyclin dengan meningkatkan absorbansi oksitetrasiklin, sehingga
membuat oxytetracyclin lebih rentan terhadap penyinaran sinar matahari (Day, dkk. 1978). Peningkatan intensitas fluoresensi tetrasiklin setelah pengkhelat dengan ion logam telah dilaporkan. Sementara itu, hanya sedikit penurunan
oksitetrasiklin yang terlihat pada kelompok kontrol di kegelapan , menunjukkan bahwa diamati degradasi cepat dari oksitetrasiklin di bawah radiaso sinarmatahari yang disebabkan fotolisis, bukan hidrolisis. Degradasi sangat cepat di bawah iradiasi sinar matahari menunjukkan bahwa fotolisis menjadi jalur degradasi utama untuk oksitetrasiklin dalam lingkungan air transparan dangkal. Namun, fotolisis oksitetrasiklin mungkin kehilangan dominasinya di air keruh , pupuk padat , dan tanah karena rendahnya penetrasi sinar matahari di media-media tersebut Selain itu , tingkat fotolisis mungkin sangat tergantung pada intensitas sinar matahari yang bervariasi, dibandingkan dengan fotolisis yang diamati dalam penelitian ini , fotolisis oksitetrasiklin dalam air laut iradiasi di bawah sinar matahari dalam studi Lunestad et al fotolisis muncul lebih lambat pada Oksitetrasiklin yang ditemukan menurun dari 50 sampai 2 mg L 1 dalam air laut setelah 9 hari setelah terpapar dalam wadah kuarsa di permukaan laut. Berdasarkan dalam penelitian ini diperoleh laju konstan orde pertama (yaitu , 5,58 0,05 hari - 1 ), penurunan dari 50-2 mg L-1 dalam kondisi penelitian ini hanya membutuhkan 0,58 hari. Perbedaan besar dalam degradasi fotolisis antara dua studi ini dapat diakibatkan oleh 2 faktor yaitu intensitas cahaya matahari yang berbeda dan media yang digunakan. Gambar 5 menunjukkan senyawa-senyawa hasil degradasi dari oksitetrasiklin.
4-Epi-, -apo, dan -apo-oksitetrasiklin tiga produk transformasi / degradasi antimikroba aktif oksitetrasiklin yang telah diidentifikasi dalam oksitetrasiklin.
DAFTAR PUSTAKA Anderson, C.R.; Rupp, H.S.; Wu, W.-H. Complexities in tetracycline analysis chemistry, matrix extraction, cleanup, and liquid chromatography. J. Chromatogr. A 2005, 1075, 2332. Day, S.T.; Crouthamel, W.G.;Martinelli, L.G.; Ma, J.K.H. Mechanism of fluorometric analysis of tetracycline involve metal complexation. J. Pharm. Sci. 1978, 67, 15181523. Doi, A.M.; Stoskopf, M.K. The kinetics of oxytetracycline degradation in deionized water under varying temperature, pH, light, substrate, and organic matter. J. Aquat Anim. Health 2000, 12, 246253. Kameyama. T. 2002. Robust Science & Tech nology for Safe and Secure Life Space-Photocatalyst, AIST's Photocatalys, p 3-7 Loftin, K.A.; Adams, C.D.; Meyer, M.T.; Surampalli, R. Effects of ionic strength, temperature, and pH on degradation of selected antibiotics. J. Environ. Qual. 2008, 37, 378386. Lunestad, B.T.; Samuelsen,O.B.; Fjelde, S.; Ervik,A. Photostability of eight antibacterial agents in seawater. Aquaculture 1995, 134, 217225. Moechtar, 1989, Farmasi Fisika : Bagian Larutan dan Sistem Dispersi, Gadjah Mada University Press, Jogjakarta.
Pouliquen, H.; Delepee, R.; Larhantec-Verdier, M.; Morvan, M.- L.; Bris, H.L. Comparative hydrolysis and photolysis of four antibacterial agents (oxytetracycline, oxolinic acid, flumequine and florfenicol) in deionised water, freshwater and seawater under abiotic conditions. Aquaculture 2007, 262, 2328. Voight, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah Mada University Press, Jogjakarta. Werdiningsih S., Ambarwati, Patriana U., Ariyani N., dan palupi M. F. 2009. Profil Farmakokinbtik Beberapa Sediaan Oxytetracyclin Pada Ayam Broiler. Buletin Pengujian Mutu Obat Hewan No. l4 Tahun 2009.