Anda di halaman 1dari 22

APENDISITIS

A.

Epidemiologi Apendisitis adalah peradangan yang relative sering dijumpai yang dapat timbul tanpa sebab

yang jelas. Acute appendicitis atau radang apendiks akut merupakan kasus infeksi intra abdominal yang sering dijumpai di negara-negara maju, sedangkan pada Negara berkembang jumlahnya lebih sedikit, hal ini mungkin terkait dengan diet serat yang

kurang pada masyarakat modern (perkotaan) bilang dibandingkan dengan masyarakat desa yang cukup banyak mengkonsumsi serat. Appendicitis dapat menyerang orang dalam berbagai umur, umumnya menyerang orang dengan usia dibawah 40 tahun, khususnya antara 8 sampai 14 tahun, dan sangat jarang terjadi pada usia dibawah 2 tahun. Kira-kira 7% dari populasi akan mengalami apendisitis pada waktu yang bersamaan dalam hidup mereka, pria lebih sering dipengaruhi dari pada wanita dan remaja lebih sering dari pada orang dewasa.

B.

Definisi Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10cm (4 inci), melekat

pada sakum tepat di bawah katup ileosekal. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur kedalam sekum. Karena pengosongan tidak efektif dan lumennya kecil, apendiks cendrung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi.

C.

Etiologi 1. 2. Penyebab belum pasti Faktor yang berpengaruh:

a.

Obstruksi: hiperplasi kelenjar getah bening (60%), fecalit (massa keras dari feses) 35%, corpus alienum (4%), striktur lumen (1%). Infeksi: E. Coli dan steptococcus. Tumor

b. c. D.

Patofisiologi Appendicitis dapat terjadi karena berbagai macam penyebab, antara lain obstruksi

oleh fecalith, a gallstone, tumor, atau bahkan oleh cacing (Oxyurus vermicularis), akan tetapi paling sering disebabkan obstruksi oleh fecalith. Hasil observasi epidemiologi juga menyebutkan bahwa obstruksi fecalith adalah penyebab terbesar. Pada fase awal appendicitis mukosa mengalami inflamasi terlebih dahulu.Kemudian inflamasi ini akan meluas ke lapisan submukosa, termasuk juga lapisan muskularis dan lapisan serosa. Terbentuk pula eksudat fibrinopurulen pada permukaan serosa dan menyebar ke dinding peritoneal terdekat, sehingga menyebabkan peritonitis. Pada fase ini glandula mukosa yang nekrosis masuk ke dalam lumen usus, sehingga menyebabkan terjadinya nanah atau pus di dalam lumen. Akhirnya, pembuluhpembuluh kapiler yang mensuplai darah ke appendiks mengalami trombose dan appendiks yang infark tersebut menjadi nekrosis atau gangrenous. Setelah mengalami nekrosis, appendiks dapat mengalami perforasi, sehingga kandungan yang terdapat dalam lumen appendiks,seperti pus dapat menyebar di cavitas peritoneal dan menimbulkan peritonitis. Apendiks terinflamsi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat. Kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor maupun benda asing. Proses inflamasi ini meningkatkan tekanan intraluminal dapat menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar bebas secara progresif dalam beberapa jam, terlokalisasi dikuadran kanan bawah dari abdomen, akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus. Akan lebih jelasnya dapat dilihat berdasarkan diagram berikut ini :

Obstruksi oleh fecalith (Sumbatan Feses Mengeras)

Apendiks

E.

Manifestasi Klinis a. Nyeri difus yang timbul mendadak di daerah apigastrium atau periumbilikus

b.

Dalam beberapa jam, nyeri lebih terlokasi dan dapat dijelaskan sebagai nyeri tekan di daerah kuadran kanan bawah

c.

Nyeri tekan lepas (nyeri yang timbul sewaktu tekanan dihilangkan dari bagian yang sakit)

d. e. f. g. h.

Demam Leukosit meningkat (10.000 18.000/mm3) Mual dan muntah dan rasa ngilu Kurang nafsu makan konstipasi

F.

Komplikasi Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks, yang dapat berkembang menjadi

peritonitis atau abses apabila apendiks yang membengkak tersebut pecah. Insiden perforasi adalah 10% sampai 32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awetan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,70C atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri aatau nyeri abdomen secara kontinyu.

G.

Pemeriksaan Penunjang Apabila setelah dipantau masih menimbulkan keraguan maka kita dapat melakukan

pemeriksaan yang dapat mendukung diagnosis, seperti memeriksa urine secara mikroskopis, Xray, full blood count, dan serum amylase, darah lengkap.

H.

Penatalaksanaan Pembedahan di indikasikan bila diagnosa apendisitis telah di tegakkan. Antibiotic dan

cairan IV diberikan sampai pembedaha dilakukan. Analgesic dapat diberikan setelah diagnosa ditegagkan. Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau sepinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif.

I. 1. 2. 3.

PENGKAJIAN Aktivitas/ istirahat: Malaise Sirkulasi : Tachikardi Eliminasi Konstipasi pada awitan awal Diare (kadang-kadang) Distensi abdomen Nyeri tekan/lepas abdomen Penurunan bising usus 4. 5. Cairan/makanan : anoreksia, mual, muntah Kenyamanan

Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau nafas dalam 6. 7. Keamanan : demam Pernapasan Tachipnea Pernapasan dangkal

J. 1. 2. 3. 4. 5.

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan menyeluruh Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif

APENDIKTOMI

A.

Definisi Appendiktomi adalah pengangkatan terhadap appendiks terimplamasi dengan prosedur atau pendekatan endoskopi.

B.

Tujuan Bertujuan untuk memotong/mengangkat appendiks terimplamasi.

C.

Indikasi Appendiktomi dilakukan pada pasien dengan appendisitis.

D.

Instrument Operasi Instrumen laparatomi kecil : Pinset anatomis [2] Pinset sirugis [2] Skapel No. 3 [1] Mess [1] Duk klem [4] Kocker [6] Pean / crile hemostatic forceps lurus [2] Pean / crile hemostatic forceps bengkok 5 inchi [8] Pean / crile hemostatic forceps bengkok 6 inchi [6]

Allis tissue forceps [4] Babbock tissue forceps short [4] Ochner hemostatic forceps short [4] Westphal hemostatic forceps [1] Hemostatic tonsil forceps [2] Foerster sponge forceps [1] Mayo-Hegar needle holder 6 inchi [1] Crile-Wood needle holder 6 inchi [1] Army navy retractors [2] Miller-senn retractors [2] Mayo dissecting scissors straight [1] Mayo dissecting scissors curved [1] Metzenbaum dissecting scissors 7 inchi [1] Metzenbaum dissecting scissors 5 inchi [1] Goelet rettactors [2] Richardson retractors [2] Metal medicine cup [1] Weitlaner retractor [1] Yankouer suction tube with tip [1] Poole abdominal suction tube with shield [1] Ochsner malleable retractor medium [1] Ochsner malleable retractor, narrow [1] Deaver retractor medium [1]

E.

Prosedur Tindakan Operasi Teknik appendiktomi Mc. Burney : Pasien berbaring terlentang dalam anatesi umum atau regional. Kemudian dilakukan asepsis dan antisepsis pada daerah perut bawah.

Dibuat sayatan menurut Mc Burney sepanjang kurang lebih 10 cm dan otot-otot dinding perut dibelah secara tumpul menurut arah serabutnya, berturut-turut m. oblikus abdominis eksternus, m. abdominis internus, m. transversus abdominis, sampai akhirnya tampak peritonium.

Peritoneum disayat sehingga cukup lebar untuk eksplorasi. Sekum beserta apendiks diluksasi keluar. Mesoapendiks dibebaskan dan dipotong dari apendiks secara biasa, dari puncak ke arah basis.

Semua perdarahan dirawat. Disiapkan tabac sac mengelilingi basis apendiks dengan sutra, basis apendiks kemudian dijahit dengan catgut.

Dilakukan pemotongan apendiks apikal dari jahitan tersebut. Puntung apendiks diolesi dengan betadhin. Jahitan tabac sac disimpulkan dan puntung dikuburkan dalam simpul tersebut. Mesoapendiks diikat dengan sutra.

Dilakukan pemeriksaan terhadap rongga peritoneum dan alat-alat didalamnya, semua perdarahan dirawat.

Sekum dikembalikan ke dalam abdomen. Sebelum ditutup, peritoneum dijepit dengan minimal 4 klem dan didekatkan untuk memudahkan penutupannya. Peritoneum ini dijahit jelujur dengan chromic catgut dan otot-otot dikembalikan.

Dinding perut ditutup/dijahit lapis demi lapis, fasia dengan sutera, subkutis dengan catgut dan akhirnya kulit dengan sutera.

Luka operasi dibersihkan dan ditutup dengan kasa steril.

F.

Asuhan Keperawatan 1. Pre Operasi Fase pra operatif dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi bedah dan diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi. a. persiapan di bangsal

o persiapan 1 malam sebelum operasi Puasa dan pembatasan makan dan minum. Pemberian enema jika perlu. Memasang tube intestine atau gaster jika perlu. Jika klien menerimaanastesi umum tidak boleh makan dan minum selama 8 10 jam sebelum operasi : mencegah aspirasi gaster. Selang gastro intestinal diberikan malam sebelum atau pagi sebelum operasi untuk mengeluarkan cairan intestinal atau gester. Persiapan untuk anastesi Ahli anastesi selalu berkunjung pada pasien pada malam sebelum operasi untuk melekukan pemeriksaan lengkap kardiovaskuler dan neurologis. Hal ini akan menunjukkan tipe anastesi yang akan digunakan selama operasi. Meningkatkan istirahat dan tidur

o Persiapan pagi hari sebelum operasi klien dibangunkan 1 (satu) jam sebelum obat-obatan pre operasi : Mencatat tanda-tanda vital Cek gelang identitas klien Cek persiapan kulit dilaksanakan dengan baik Cek kembali instruksi khusus seperti pemasangan infus Yakinkan bahwa klien tidak makan dalam 8 jam terakhir Anjurkan klien untuk buang air kecil

b. -

Perawatan mulut jika perlu Bantu klien menggunakan baju RS dan penutup kepala Hilangkan cat kuku agar mudah dalam mengecek tanda-tanda hipoksia

Persiapan penunjuang Laboratorium Nilai leukosit dan neutrofil akan meningkat, walaupun hal ini bukan hasil yang karakteristik. Penyakit infeksi pada pelvis terutama pada wanita akan memberikan gambaran laborotorium yang terkadang sulit dibedakan dengan apendisitis akut Pemeriksaan laboratorium merupakan alat bantu diagnosis. Pada dasarnya inflamasi merupakan reaksi lokal dari jaringan hidup terhadap suatu jejas. Reaksi tersebut meliputi reaksi vaskuler, neurologik, humoral dan seluler. Fungsi inflamasi di sini adalah memobilisasi semua bentuk pertahanan tubuh dan membawa mereka pada tempat yang terkena jejas dengan cara: mempersiapkan berbagai bentuk fagosit (lekosit polimorfonuklear, makrofag) pada tempat tersebut, pembentukan berbagai macam antibodi pada daerah inflamasi, menetralisir dan mencairkan iritan, membatasi perluasan inflamasi dengan pembentukan fibrin dan terbentuknya dinding jaringan granulasi. Pada anak dengan keluhan dan pemeriksaan fisik yang karakteristik apendisitis akut, akan ditemukan pada pemeriksaan darah adanya lekositosis 11.00014.000/mm3, dengan pemeriksaan hitung jenis menunjukkan pergeseran kekiri hampir 75%. Jika jumlah lekosit lebih dari 18.000/mm3 maka umumnya sudah terjadi perforasi dan peritonitis (Raffensperger, 1990). Menurut Ein (2000) pada penderita apendisitis akut ditemukan jumlah lekosit antara 12.00020.000/mm3 dan bila terjadi perforasi atau peritonitis jumlah lekosit antara 20.000-30.000/mm3. Sedang Doraiswamy (1979), mengemukakan bahwa komnbinasi antara kenaikan angka lekosit dan granulosit adalah yang dipakai untuk pedoman menentukan diagnosa appendicitis acut. Tes laboratorium untuk appendicitis bersifat kurang spesifik., sehingga hasilnya juga kurang

dapat dipakai sebagai konfirmasi penegakkkan diagnosa. Jumlah lekosit untuk appendisitis akut adalah >10.000/mmk dengan pergeseran kekiri pada hemogramnya (>70% netrofil). Sehingga gambaran lekositosis dengan peningkatan granulosit dipakai sebagai pedoman untuk appendicitis acute (Bolton et al, 1975). Kontroversinya adalah beberapa penderita dengan appendicitis acut, memiliki jumlah lekosit dan granulosit tetap normal (Nauts et al, 1986). C-rective protein (CRP). Pemeriksaan urinalisa dapat digunakan sebagai konfirmasi dan menyingkirkan kelainan urologi yang menyebabkan nyeri abdomen. Foto Polos abdomen Mungkin terlihat adanya fekalit pada abdomen sebelah kanan bawah yang sesuai dengan lokasi apendiks, gambaran ini ditemukan pada 20% kasus (Cloud, 1993). Kalau peradangan lebih luas dan membentuk infiltrat maka usus pada bagian kanan bawah akan kolaps. Dinding usus edematosa, keadaan seperti ini akan tampak pada daerah kanan bawah abdomen kosong dari udara. Gambaran udara seakan-akan terdorong ke pihak lain. Proses peradangan pada fossa iliaka kanan akan menyebabkan kontraksi otot sehingga timbul skoliosis ke kanan. Gambaran ini tampak pada penderita apendisitis akut (Mantu, 1994). Bila sudah terjadi perforasi, maka pada foto abdomen tegak akan tampak udara bebas di bawah diafragma. Kadang-kadang udara begitu sedikit sehingga perlu foto khusus untuk melihatnya. Kalau sudah terjadi peritonitis yang biasanya disertai dengan kantong-kantong pus, maka akan tampak udara yang tersebar tidak merata dan usus-usus yang sebagian distensi dan mungkin tampak cairan bebas, gambaran lemak preperitoneal menghilang, pengkaburan psoas shadow. Walaupun terjadi ileus paralitik tetapi mungkin terlihat pada beberapa tempat adanya permukaan cairan udara (air-fluid level) yang menunjukkan adanya obstruksi

(Raffensperger, 1990; Mantu, 1994). Foto x-ray abdomen dapat mendeteksi

adanya fecalith (kotoran yang mengeras dan terkalsifikasi, berukuran sebesar kacang polong yang menyumbat pembukaan appendik) yang dapat menyebabkan appendisitis. Ini biasanya terjadi pada anak-anak. Foto polos abdomen supine pada abses appendik kadang-kadang memberi pola bercak udara dan air fluid level pada posisi berdiri/LLD ( decubitus ), kalsifikasi bercak rim-like( melingkar ) sekitar perifer mukokel yang asalnya dari appendik. Pada appendisitis akut, kuadran kanan bawah perlu diperiksa untuk mencari appendikolit : kalsifikasi bulat lonjong, sering berlapis. c. Inform Consent Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Inform Consent (surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis pembedahan dan anastesi). Diagnosa Keperawatan yang sering muncul : Cemas berhubungan dengan krisis situasional Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, imunitas tubuh menurun Rencana Keperawatan pre operatif:
Diagnosa Kep. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan pasien kooperatif Mampu mengidentifikasikan cemas dengan bahasa Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan NOC Setelah dilakukan asuhan Anxiety reduction : keperawatan pasien selama..... menunjukan Tenangkan pasien Jelaskan seluruh prosedurt tindakan kepada pasien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan Berusaha memahami keadaan pasien NIC

anxiety control dengan kriteria hasil:

tubuh yang tenang Vital sign dbn

tindakan Mendampingi pasien untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan kenyamanan Dorong pasien untuk menyampaikan tentang isi perasaannya Kaji tingkat kecemasan Dengarkan dengan penuh perhatian Ciptakan hubungan saling percaya Bantu pasien menjelaskan keadaan yang bisa menimbulkan kecemasan Bantu pasien untuk mengungkapkan hal hal yang membuat cemas Ajarkan pasien teknik relaksasi Berikan obat obat yang mengurangi cemas

Kurang

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama......, pengetahuan pengetahuan klien tentang meningkat dengan kriteria hasil penyakit, Klien mampu perawatan,peng menjelaskan kembali apa yang dijelaskan obatan Klien kooperative saat dilakukan tindakan kurang paparan terhadap informasi

Teaching : Dissease Process Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang proses penyakit Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda dan gejala serta penyebabnya Sediakan informasi tentang kondisi klien Berikan informasi tentang perkembangan klien Diskusikan perubahan gaya hidup yang

mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di

masa yang akan datang dan atau kontrol proses penyakit Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan atau terapi Gambarkan komplikasi yang mungkin terjadi Anjurkan klien untuk mencegah efek samping dari penyakit Gali sumber-sumber atau dukungan yang ada Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan gejala yang muncul pada petugas kesehatan Konrol infeksi : Gunakan baju khusus Batasi pengunjung bila perlu. Kondisi pasien bersih Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah Sudah dimandikan dan memakai pakaian operasi tindakan keperawatan. Gunakan sabun anti microba untuk mencuci tangan. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain. Berikan antibiotik sesuai program. Jelaskan pentingnya pasien memakai pakaian khusus operasi.

Risiko infeksi b/d personal higiene dan prosedur pre operasi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama......

menunjukkan host control dengan kriteria hasil :

2.

Intra Operasi Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan.

Aktivitas keperawatan yang dilakukan selama tahap intra operatif meliputi 4 hal, yaitu : a. Safety Management (Pengaturan posisi pasien) Faktor penting yang harus diperhatikan ketika mengatur posisi di ruang operasi adalah: daerah operasi, usia, berat badan pasien, tipe anastesidan nyeri. Posisi yang diberikan tidak boleh mengganggu sirkulasi, respirasi, tidak melakukan penekanan yang berlebihan pada kulit dan tidak menutupi daerah atau medan operasi. Kesejajaran fungsional maksudnya adalah memberikan posisi yang tepat selama operasi. Operasi yang berbeda akan membutuhkan posisi yang berbeda pula supine Pemajanan area pembedahan maksudnya adalah daerah mana yang akan dilakukan tindakan pembedahan. Dengan pengetahuan tentang hal ini perawat dapat mempersiapkan daerah operasi dengan teknik drapping titik Mc. Burney Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi

dengan tujuan untuk mempermudah proses pembedahan juga sebagai bentuk jaminan keselamatan pasien dengan memberikan posisi fisiologis dan mencegah terjadinya injury. Memasang alat grounding ke pasien Memberikan dukungan fisik dan psikologis pada klien untuk menenagkan pasien selama operasi sehingga pasien kooperatif. Memastikan bahwa semua peralatan yang dibutuhkan telah siap seperti : cairan infus, oksigen, jumlah spongs, jarum dan instrumen tepat. b. Monitoring Fisiologis Melakukan balance cairan Memantau kondisi cardiopulmonal meliputi fungsi pernafasan, nadi, tekanan darah, saturasi oksigen, perdarahan dll. c. Pemantauan terhadap perubahan vital sign Monitoring Psikologis

Memberikan dukungan emosional pada pasien Berdiri di dekat klien dan memberikan sentuhan selama prosedur induksi Mengkaji status emosional klien Mengkomunikasikan status emosional klien kepada tim kesehatan (jika ada perubahan)

d. -

Pengaturan dan koordinasi Nursing Care Memanage keamanan fisik pasien Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis

Diagnosa Keperawatan yang sering muncul : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan tekanan inspirasi dan ekspirasi karena pemberian agent anastesi. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan, prosedur invasif dan truma jaringan. Resiko cidera berhubungan dengan anastesi dan pembedahan.

Rencana Keperawatan intra operatif :


Diagnosa Kep. Pola nafas tidak efektif NOC NIC Setelah dilakukan asuhan Airway and breathing management : keperawatan pasien selama..... menunjukan Monitor ventilasi (jalan dan suara nafas) Lakukan management ventilasi dengan head tilt chin leaf / jaw trust positioning dan Jalan nafas adequat Pasang alat bantu nafas : mouth airway/orofaringeal Suara vesikuler Monitor keakuratan fungsi ET, LMA Saturasi O2 dbn Lakukan assisted respiration Monitor vital sign dan saturasi O2 secara periodik Infection control management Kendalikan prosedur masuk kamar operasi nafas tube, ET, LMA

berhubungan dengan penurunan tekanan inspirasi ekspirasi karena pemberian agent anastesi.

respiration control dengan kriteria hasil:

Resiko infeksi berhubungan dengan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama......, menunjukkan infection protection, enviroment,

pembedahan,

host and agent control dengan kriteria hasil prosedur Terkendalinya invasif dan nfection control Luka dan keadaan truma jaringan. sekitar bersih

untuk pasien maupun petugas Batasi jumlah personil di kamar operasi Kendalikan sterilitas ruangan dan peralatan yang dipakai Lakukan cuci tangan bedah, pemakaian jas operasi, pemakaian sarung tangan dan duk operasi sesuai prosedur. Terapkan prosedur septik aseptik. Lakukan penutupan luka sesuai prosedur Kolaborasi pemberian antibiotik Environment kontrol Injury control management Anatomis dan imobil position Pasang groundit kouter dengan benar Melakukan tindakan prosedur Memasang alat bantu pernafasan sesuai dengan prosedur Hindari manipulasi jaringan berlebihan Penggunaan instrument yang tepat dan benar Perhitungan jumlah instrument sebelum dan sesudah operasi yang sama. anastesi sesuai dengan

Resiko

cidera

Setelah dilakukan asuhan keperawatan menunjukkan selama...... injury

berhubungan dengan anastesi dan pembedahan.

neuromuscular protection dengan kriteria hasil : Tidak terjadi luka

baru diluar organ target Instrument terhitung lengkap sebelum dan sesudah operasi.

3.

Post Operasi

Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Selama itu pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal. Kemudian berikan minum mulai 15 ml/jam selam 4-5 jam lalu naikkan menjasi 30 ml/jam. Keesokan harinya diberikan diberikan makanan saring, dan hari berikutnya diberikan makanan lunak. Satu hari pascaoperasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selam 2x30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar. Instruksi untuk menemui ahli bedah untuk mengangkat jahitan pada hari ke 5-7. Hari ketujuh jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang. aktifitas normal dapat dilakukan dalam 2-4 minggu. Diagnosa keperawatan post operasi yang sering muncul : Resiko aspirasi berhubungan dengan status kesadaran, reflek menelan belum optimal karena pemakaian obat anastesi Resiko cidera berhubungan dengan tingkat kesadaran pasien

Rencana intervensi keperawatan post operasi :


Diagnosa Kep. NOC Resiko aspirasi Setelah dilakukan asuhan berhubungan keperawatan selama......, dengan status menunjukkan control kesadaran, dengan kriteria hasil reflek menelan Airway terkontrol belum optimal dan adequat karena Reflek menelan pemakaian obat efektif anastesi NIC Aspiration Precaution : Monitor tingkat kesadaran dan reflek menelan Monitor status airway dan bebaskan airway Lakukan suctioning jika perlu Posisikan head up (30-45 derajat) atau posisi SIM pada operasi jalan nafas

Resiko cidera Setelah dilakukan asuhan berhubungan keperawatan selama......, dengan tingkat menunjukkan risk control kesadaran dengan kriteria hasil pasien Pasien terbebas dari cidera Pasien komunikatif dan kooperatif

Environment Management : Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman Posisikan tidur sesuai instruksi medis / anastesi Memasang side trail tempat tidur Hindari dari perabot yang berbahaya

Kaji tingkat kesadaran Dampingi selama pasien belum sadar penuh Lindungi arah gerakan dan jangan lawan gerakan pasien Rangsang kesadaran pasien ke Compos Mentis Alat invasif terkontrol dan terkendali

Daftar Pustaka

_______ . (2005) . NANDA Nursing Diagnosis and Clasification 2005-2006 . USA : NANDA.

_______ . (2008) . Asuhan Keperawatan . didapat dari www.ns-nining.blogspot.com [Diakses 23 Desember 2009]. _______ . (2009) . Laporan Pendahuluan Periappendic infiltrat . didapat dari www.lantz23.wordpress.com [Diakses 26 Desember 2009] Doenges, M E dkk . (2000) . Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien . Jakarta : EGC. Elizabeth J. Corwin . (2001) . Buku Saku Patofisiologi . Jakarta : EGC. Johnson, M et all . (2000) . Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby: Philadelphia. Manjoer, Arif . (2000) . Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculspius. McCloskey, J dan G, Bulechek . (2000) . Nursing Interventions Classification (NIC). Mosby: Philadelphia Smeltzer, S.C . (2002) . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2 . Jakarta : EGC. Tighe, Shirley M . (2007) . Instrumentation for thr Operating Room Seventh Edition . Misoury : Mosby Inc.

Anda mungkin juga menyukai