2007 PR Sejarah
2007 PR Sejarah
TUGAS MANUSIA
A. TUGAS MANUSIA UNTUK DUNIA
Tugas Manusia dalam sejarah intinya adalah untuk melanjutkan sejarah tersebut, jadi
mausia harus membuat sejarah baru untuk diceritakan, diceritakan, dan diceritakan lagi
hingga anak cucu kita.
Simak sebuah karangan buku berjudul The Decisive Role of the Individual in History
yang telah di terjemahkan kedalam bahasa Indonesia yang artinya Peran individu dalam
sejarah.
Alan Woods, di dalam bukunya tentang Revolusi Venezuela, teringat akan
percakapannya dengan Hugo Chavez, pemimpin Revolusi Bolivarian. "Saya membaca
sebuah buku oleh Plekhanov dahulu kala", Presiden Chavez berkomentar, "dan buku
tersebut memberikan kesan yang kuat kepada saya. Buku tersebut berjudul The Decisive
Role of the Individual in History." Presiden Chavez merenungkan judul tersebut dan
berkata: "Ya, saya tahu bahwa tidak ada seorangpun yang benar-benar tak tergantikan."
Akan tetapi, Alan memotong dan mengoreksi Presiden Chavez pada poin tersebut: "Ada
waktunya di dalam sejarah dimana seorang individu dapat membuat perbedaan yang
fundamental." Contohnya adalah Hugo Chavez sendiri.
Hugo Chavez telah menjadi identitas Revolusi Bolivarian yang berkembang di
Venezuela. Dia terkait dengan kekuatan-kekuatan yang dilepaskan oleh revolusi tersebut,
yaitu kekuatan massa yang tertindas. Chavez mewakili harapan dan aspirasi mereka. Dia
mempengaruhi mereka dan mereka mempengaruhi dia. Dia benar-benar terikat dengan
mereka. Di mata masyarakat, dia memiliki otoritas yang diperlukan untuk membawa
revolusi ini ke garis akhir. Ini adalah contoh yang jelas mengenai peran pemimpin
revolusioner di dalam sejarah, seperti yang dijelaskan oleh Plekhanov.
Pada masa lalu, peran individu di dalam sejarah ("faktor subjektif" di dalam
terminologi Marxis) sudah menjadi bahan perdebatan yang panas. Banyak sejarahwan
borjuis, bahkan sampai hari ini, yang percaya bahwa sejarah dibuat oleh "Pria dan Wanita
yang Hebat", raja dan ratu, negarawan dan politisi. Menurut dugaan para sejarahwan ini,
orang-orang hebat tersebut sudah membentuk sejarah melalui kekuatan karakter mereka,
sementara massa memainkan peran yang kecil atau tidak sama sekali. Maka dari itu,
Hitlerlah yang memulai Perang Dunia Kedua dan pembunuhan Arch Duke Ferdinandlah
yang memulai Perang Dunia Pertama. Tidak banyak perhatian diberikan pada kekuatan
ekonomi, politik atau sosial yang kebanyakan beroperasi di belakang layar.
Ada juga mereka yang berargumen bahwa individu-individu tidak menentukan apapun,
tetapi mereka terhempas oleh kekuatan objektif sejarah yang lebih kuat. Metode berpikir
macam ini merepresentasikan fatalisme, dimana individu-individu berperan semata-mata
sebagai wayang golek, tali mereka dikendalikan oleh tangan yang tak kelihatan. Ide seperti
ini berasal dari doktrin Calvinisme [1] dimana aksi manusia sudah ditakdirkan, seperti
halnya gerhana bulan. Ini adalah kerangka pikiran yang diekspresikan oleh kata-kata
Luther [2] , "Disini saya berdiri, saya tidak dapat melakukan hal yang lain." Dominasi takdir
menyangkal semua ide tentang kebebasan individu dan aktivitas massa yang independen.
Kita semua tereduksi ke peran pion-pion catur.
Akan tetapi, ini tidaklah benar. Sejarah dibuat oleh manusia-manusia. Kaum Marxis,
tidak seperti kaum fatalis yang dangkal, tidak menyangkal peran individu, inisiatifnya atau
keberaniannya (atau kekurangannya), di dalam perjuangan sosial. Adalah tugas Marxisme
untuk menemukan hubungan dialektik antara individu (subjektif) dan kekuatan besar
(objektif) yang mengatur pergerakan masyarakat. Materialisme sejarah tidak menyangkal
peran individu, peran karakter, di dalam sejarah, tetapi melihat peran tersebut di dalam
konteks sejarah. Marxisme menjelaskan bahwa tidak ada seorangpun, walaupun dia
berbakat, mampu, atau bijak, yang dapat menentukan arah utama dari perkembangan
sejarah, yang dibentuk oleh kekuatan objektif. Akan tetapi, di bawah kondisi yang kritikal,
peran yang dimainkan individu dapat menjadi penentu, dapat menjadi mata rantai penentu
akhir di dalam rantai hubungan sebab akibat. Dalam kondisi tertentu, "faktor subjektif"
dapat menjadi faktor yang paling penting di dalam sejarah. Peran Lenin di dalam Revolusi
Rusia adalah salah satu contoh tersebut, yang akan kita telusuri nantinya.
Tulisan Plekhanov yang cermelang tentang peran individu di dalam sejarah merupakan
polemik terhadap kaum Narodnik Rusia [3] , yang menggambarkan pahlawan individu, yang
biasanya dipersenjatai dengan bom, sebagai pembuat sejarah. Massa Rusia dilihat hanya
sebagai penonton. Plekhanov menulis bahwa subjektivis ini "yang bertujuan untuk
memberkati individu' dengan peran terbesar di dalam sejarah telah menolak untuk
mengakui sejarah perkembangan umat manusia sebagai proses yang ditentukan oleh
hukum sosial."
Walaupun individu di dalam sejarah dapat dilihat telah memainkan peran yang penting,
peran tersebut hanya dapat dimainkan di dalam kondisi sosial tertentu. Contohnya adalah
Revolusi Prancis tahun 1789, jelas Plekhanov. "Di dalam analisa terakhir, susunan
kekuatan-kekuatan tersebutlah yang merupakan faktor yang menentukan sifat raja Louis
XV dan perubahan mendadak kekasih simpanannya, yang memberikan pengaruh yang
sangat buruk terhadap nasib negara Prancis...Jelas-jelas, sebab utama dari masalah ini
bukan karena kelemahan tertentu dari seseorang, tetapi karena posisi sosialnya." Dalam
kata lain, sebab dari Revolusi Prancis terletak di dalam sifat hubungan sosial. Kualitas
pribadi dari individu-individu pemimpin memainkan peran mereka, tetapi hanya di dalam
konteks yang umum, dan berada di bawah kendali arus sejarah yang lebih luas.
"Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa individu dapat mempengaruhi nasib
masyarakat melalui ciri-ciri tertentu dari sifat mereka", lanjut Plekhanov. "Pengaruh
mereka kadang-kadang sangat besar, akan tetapi kemungkinan pengaruh tersebut dapat
dilaksanakan dan besarnya pengaruh tersebut ditentukan oleh susunan masyarakat dan
susunan kekuatan-kekuatan di dalam masyarakat. Karakter individu merupakan faktor' di
dalam perkembangan sosial hanya bila hubungan-hubungan sosial mengijinkannya."
Dalam kata lain, ada batasan tertentu di dalam peran individu. "Tidak ada manusia
hebat yang bisa memaksakan ke masyarakat sebuah hubungan sosial yang sudah tidak
sesuai dengan kondisi kekuatan-kekuatan sosial atau yang belum sesuai dengan kondisi
kekuatan-kekuatan sosial. Di dalam pengertian ini, dia tidak dapat membuat sejarah, dan di
dalam pengertian ini, dalam kesia-siaan dia akan mencoba menggeser jarum jamnya; dia
tidak akan mempercepat arus waktu atau memutar balik waktu."
Mendekati akhir hidupnya, Friedrich Engels memberikan kepada kita sebuah ringkasan
materialisme sejarah, dimana dia membahas individu di dalam sejarah. "Manusia membuat
sejarahnya sendiri," tulis Engels pada bulan Januari 1894, "tetapi bukan dengan kehendak
kolektif yang berdasarkan rencana kolektif atau bahkan masyarakat dengan batasan
tertentu. Aspirasi-aspirasi mereka berbenturan, dan oleh karena itu semua masyarakat
diatur oleh suatu keharusan, pelengkap dan bentuk penampilannya adalah kebetulan.
Keharusan tersebut, yang menegaskan dirinya di seberang semua kebetulan, pada akhirnya
adalah keharusan ekonomi. Disinilah yang kerap disebut orang hebat tersebut memainkan
perannya. Kalau orang seperti ini atau itu menampakkan dirinya pada waktu tertentu dan di
negara tertentu adalah, tentu saja, kebetulan. Tetapi hilangkan dia dan maka akan ada
permintaan untuk penggantinya, dan pengganti ini akan ditemukan, baik atau buruk, tetapi
pada akhirnya dia akan ditemukan." Engels lalu memberikan kita contoh-contoh fenomena
ini. "Adalah sebuah kebetulan kalau Napoleon, seorang Corsican [4] , menjadi diktatur
militer yang diperlukan oleh Prancis yang sudah kecapaian oleh perperangannya; tetapi,
bila Napoleon tidak ada, orang lain akan menggantikannya, ini dibuktikan oleh fakta
bahwa orang tersebut selalu ditemukan segera setelah dia diperlukan: Caesar, Augustus,
Cromwell, dll." (Koresponden Marx dan Engels, hlm 467-68)
yang praktikal; tidak pernah ada pidato yang mencapai level sebuah konstruksi yang logis.
Kelemahan ini merupakan kekuatannya. Ada tugas-tugas sejarah yang hanya bisa
dilaksanakan bila seseorang menolak generalisasi; ada periode-periode dimana generalisasi
dan kemampuan melihat ke depan merupakan halangan untuk keberhasilan yang segera;
periode-periode tersebut adalah periode kemunduran dan kegagalan, dan reaksi."
(Kumpulan Tulisan Trotsky, 1936-7, hlm. 69)
Mengenai pentingnya kepemimpinan yang menentukan di dalam revolusi sosialis,
peran Lenin pada tahun 1917 menonjol sebagai peran yang menentukan. Adakah pemimpin
Bolshevik lainnya, termasuk Trotsky, yang bisa menggantikan peran Lenin? Trotsky
percaya bahwa tidak ada pemimpin Bolshevik lainnya yang bisa menggantikan Lenin.
Mengingat kondisi konkrit saat itu, dimana Partai Bolshevik harus dipersenjatai kembali
(dengan ide dan perspektif - catatan penerjemah) pada bulan April 1917 untuk revolusi
sosialis, hanya Lenin yang mempunyai otoritas yang diperlukan di dalam partai. Tanpa
Lenin, tekanan-tekanan konservatif dari pemimpin-pemimpin yang lain akan menjadi
terlalu besar pengaruhnya. Dalam kata lain, pentingnya faktor subjektif yang sadar
menonjol dengan kekuatan yang lebih besar dari pada sebelumnya. Peran Lenin tidaklah
bisa diduplikasi. Ini bukan semata-mata karena kualitas pribadinya, akan tetapi karena
kedudukannya yang luar biasa di dalam Partai Bolshevik. Sementara Bolshevik memimpin
buruh dan tani, Lenin memimpin Partai Bolshevik. Dia adalah pemimpin dari pemimpin.
Salah satu alasan fundamental dari peran kepemimpinan yang kritikal ini atau faktor
subjektif di era kita, datang dari kenyataan bahwa semua kondisi objektif utama untuk
menggulingkan kapitalisme sudahlah sangat matang (integrasi ekonomi dunia,
ketidakmampuan kapitalisme untuk memajukan masyarakat, ketidakstabilan yang kronis
dan kebuntuan sistem ini, elemen barbarisme yang bermunculan, keberadaan
pengangguran massa, dll). Kekalahan dari banyak revolusi semenjak Revolusi Oktober
1917 adalah karena kegagalan dari kepemimipinan organisasi-organisasi massa, yang
berhaluan sosial demokrat ataupun Stalinis. Untuk kesuksesan revolusi sosialis, diperlukan
sebuah partai massa dengan kepemimpinan revolusioner yang disekolahi dengan ide
Marxisme ("memori kelas buruh"). Bolshevik di bawah kepemimpinan Lenin dan Trotsky
mampu menyediakan hal tersebut. Mereka menyediakan kesatuan dialektik antara faktor-
faktor objektif dan subjektif.
Seperti yang dijelaskan oleh Hugo Chavez: pilihan yang dihadapi oleh umat manusia
adalah Sosialisme atau Barbarisme. Tugas hari ini adalah untuk mengembangkan kader-
kader, individu-individu dengan pengetahuan dan pengalaman Marxisme yang dibutuhkan,
yang, dalam basis peristiwa, dapat menyediakan faktor subjektif yang diperlukan untuk
mengantar tugas sejarah ini ke garis akhir. Dalam kata-kata Trotsky, untuk membuat sadar
perjuangan yang tidak sadar, tendensi-tendensi organik, dari kelas buruh untuk
menggulingkan kapitalisme. Dalam proses ini, peran individu dapat menjadi penentu.
Sumber: "The Decisive Role of the Individual in History", Rob Sewell, 9 Desember 2005. In Defense of Marxism,
www.marxist.com
[1] Calvinisme adalah sebuah teologi Kristen yang dikembangkan oleh John Calvin (1509-1564) dimana dipercaya bahwa umat manusia
tidak bisa mencapai keselamatan dengan usahanya sendiri, kecuali bila sudah ditakdirkan atau dikehendaki oleh Tuhan.
[2] Martin Luther (1483-1546) adalah salah satu pendeta yang mempelopori Reformasi Protestan, sebuah gerakan pada abad ke-16 yang
bertujuan untuk mereformasi gereja Katolik. Dalam pembelaannya dari exkomunikasi di Worm, dia mengutarakan "Disini saya berdiri,
saya tidak dapat melakukan hal yang lain."
[3] Narodnik adalah nama yang ditujukan kepada kaum revolusioner Rusia pada tahun 1860an dan 1870an. Mereka terbentuk sebagai
respon dari konflik-konflik antara kaum tani dan kulak (petani kaya). Mereka percaya bahwa kaum tani adalah kelas revolusioner yang
akan menumbangkan monarki, akan tetapi mereka tidak percaya bahwa kaum tani bisa mencapai revolusi dengan usahanya sendiri.
Sebaliknya, mereka percaya bahwa sejarah hanya dapat dibuat oleh pahlawan-pahlawan yang akan memimpin kaum tani yang pasif
menuju revolusi.
[4] Napoleon Bonaparte lahir di Corsica.
[5] Claude Adrien Helvetius (1715-1771) adalah seorang filsuf dari Prancis.
[6] Arthur Wellesley (1769-1852), atau lebih dikenal sebagai Duke of Wellington Pertama, adalah seorang figur militer dan politik besar
di Inggris. Terkenal karena kemenangannya melawan pasukan Napoleon di perang Waterloo, dia menjabat sebagai Perdana Menteri
Inggris dari tahun 1928-1930.
Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan
wahyu kepadanya diantara penduduk negeri. Maka tidakkah mereka bepergian di
muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang
mendustakan Rasul) dan Sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi
orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memikirkannya?
[482] Azab yang datang dari atas seperti hujan batu, petir dan lain lain. yang datang dari bawah seperti gempa bumi, banjir dan sebagainya.
[483] Maksudnya: Allah s.w.t. mendatangkan tanda-tanda kebesaranNya dalam berbagai rupa dengan cara yang berganti-ganti. Adapula Para
mufassirin yang mengartikan ayat di sini dengan ayat-ayat Al-Quran yang berarti bahwa ayat Al-Quran itu diturunkan ada yang berupa berita
gembira, ada yang berupa peringatan, cerita-cerita, hukum-hukum dan lain-lain.
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi
mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan
menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman
sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu
apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka
mereka Itulah orang-orang yang fasik.”
8. Q.S Adz-Dzaariyat ayat 56 :
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.”
KESIMPULAN
Dari ayat-ayat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan diciptakannya manusia adalah untuk
menjadi Khalifah di bumi, Menyembah Alloh SWT untuk mencapai Keridhoannya,
memegang amanah yang telah diberikan Alloh, menyuruh orang lain kepada ma’ruf dan
mencegah dari yang mungkar, menuntut ilmu, dan mempersiapkan diri untuk mati. Di
dalam sebuah hadits : Dari Ibnu Umar r.a berkata: ”Rasulullah SAW. memegang
pundakku dan bersabda: ”Jadilah engkau didunia ini seperti orang asing atau
penyeberang jalan.”
Ibnu Umar r.a berkata: ”Jika kamu berada di sore hari, jangan engkau menunggu pagi
hari, dan jika engkau di pagi hari, janganlah menunggu sore hari, ambillah persiapan
saat engkau sehat, untuk menghadapi masa sakitmu dan saat hidupmu untuk sesudah
kematianmu.” (HR. Bukhari)
~~~SELESAI~~~