Anda di halaman 1dari 13

PRESENTASI KASUS

HERPES ZOSTER

Disusun Oleh :
Handra Juanda

(092.0221.218)

FK UPN VETERAN

Ricky Fakhrazi

(081.0221.137)

FK UPN VETERAN

Moderator
Dipresentasikan tanggal 17 Februari 2011

KEPANITERAAN DEPARTEMEN KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT
GATOT SOEBROTO
JAKARTA

2011
STATUS PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
DEPARTEMEN PENYAKIT KULIT DAN
SOEBROTO
I.

RSPAD

GATOT

IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Alamat
Pekerjaan
Agama
Tanggal pemeriksaan

II.

KELAMIN

: Ny.R
: Wanita
: 62 tahun
: Rempoa, Tangerang
: Ibu rumah tangga
: Islam
: 14 Februari 2011

ANAMNESIS
Diambil dari Autoanamnesis tanggal 14 Februari 2011
Keluhan Utama: Lenting-lenting pada paha kiri
Keluhan Tmabahan: Nyeri pada paha sebelah kiri
Riwayat Penyakit Sekarang:
Satu bulan SMRS, pasien mengeluhkan nyeri pada paha sebelah kiri,
nyeri dirasakan semakin bertambah jika disentuh. Pasien juga mengeluhkan
demam, pusing dan badannya terasa lemas.
2 minggu SMRS, pasien mengeluhkan timbulnya lenting-lenting dalam
jumlah banyak pada paha bagian kiri, pasien merasa nyeri pada tempat
munculnya lenting-lenting tersebut, lenting berisi cairan dengan dasar
berwarna kemerahan dan terasa gatal. Pasien memeriksakan dirinya ke
puskesmas, dan mendapatkan pengobatan berupa acyclovir 5x400mg, asam
mefenamat 3x250mg dan CTM 3x4mg.
Setelah 2 minggu pengobatan pasien mengaku lenting-lenting di paha
sebelah kiri sudah berkurang, namun nyerinya tidak menghilang, sehingga
pasien memeriksakan dirinya ke RSPAD Gatot Soebroto. Pasien mengaku
belum pernah merasakan keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien menyangkal
adanya riwayat alergi obat maupun makanan
Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien menyangkal adanya keluhan serupa di keluarga.

III.

STATUS GENERALIS
Keadaaan umum
Kesadaran
Keadaan gizi
Vital Sign

: baik
: compos mentis
: baik
: Tekanan darah
Nadi
Pernafasan

: 130/90 mmHg
: 84 x/menit
: 18 x/menit
2

Suhu
: afebris
Kepala
: normochepal, rambut hitam, distribusi merata
Mata
: konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung
: simetris, deviasi septum (-), sekret (-)
Telinga
: bentuk daun telinga normal, sekret (-)
Mulut
: mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis (-)
Tenggorokan
: faring tidak hiperemis, T1-T1 tenang.
Thorax
: Jantung
: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-).
Paru
: vesikuler, ronki (-), wheezing (-)
Abdomen
: supel, nyeri tekan (-), pembesaran hepar dan lien tidak
teraba
Kelenjar Geah Bening: tidak teraba pembesaran.
Ekstremitas
: akral hangat, edema (
)
IV.

STATUS DERMATOLOGIKUS
Lokasi : Pada regio paha.
Efloresensi : tampak vesikel-vesikel berkelompok diatas dasar yang
eritematosa dan tampak pustul-pustul ukuran 0,5 cm dari lesi, disebagian lesi
terdapat krusta-krusta berwarna kecokelatan, dan erosi di sekitar lesi.

Paha kiri

Lokasi : Regio Maleolus sinistra.


Efloresensi : Tampak vesikel-vesikel berkelompok diatas dasar yang eritematosa dan
tampak pustul-pustul ukuran 0,5 cm dari lesi.

V.

Maleolus sinistra
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada.

VI.

RESUME
Pasien wanita, usia 62 tahun datang dengan keluhan nyeri pada paha sebelah
kiri disertai lenting-lenting yang timbul sejak 1 bulan SMRS. Pada status
generalis dalam batas normal. Pada status dermatologikus ditemukan vesikelvesikel dengan dasar eritematosa, krusta-krusta, dan sebuah erosi di paha kiri
bagian atas, dan eritema yang tersebar di seluruh bagian paha sebelah kiri.
Terdapat vesikel hemoragik di sisi dalam maleolus sebelah kiri.

VII.

DIAGNOSA KERJA
Herpes Zoster

VIII.

DIAGNOSIS BANDING
Tidak ada.

IX.

ANJURAN PEMERIKSAAN
Tzank Test.

X.

PENATALAKSANAAN
A. Non farmakologis
- Istirahat cukup
- Menghindari pecahnya vesikel dengan tidak menggaruk pada
daerah lesi.
B. Farmakologis
- Sistemik: Amitriptilin 2x12,5mg selama 5 hari
- Topikal:
1. Vesikel yang belum pecah : bedak salisil 2%
2. Bila lesi berkrusta dan agak basah: salep antibiotik
basitrasin 3x sehari

XI.

PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanationam

: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA
HERPES ZOSTER
Herpes Zoster adalah penyakit setempat yang terjadi terutama pada orang tua
yang khas ditandai oleh adanya nyeri radikuler yang unilateral serta adanya erupsi
vesikuler yang terbatas pada dermatom yang di inervasi oleh serabut saraf spinal
maupun ganglion serabut saraf sensoris dari nervus kranialis.1
Herpes Zoster rupanya menggambarkan reaktivasi dari refleksi endogen yang
telah menetap dalam bentuk laten mengikuti infeksi varicella yang telah ada
sebelumnya. Hubungan varicella dan Herpes Zoster pertama kali ditemukan oleh Von
Gokay pada tahun 1888. Ia menemukan penderita anak-anak yang dapat terkena
varicella setelah mengalami kontak dengan individu yang mengalami infeksi Herpes
Zoster.1
Implikasi neurologik dari distribusi lesi segmental herpes zoster diperkenalkan
oleh Richard Bright tahun 1931 dan adanya peradangan ganglion sensoris dan saraf
spinal pertama kali diuraikan oleh Von Bareusprung pada tahun 1862. Herpes Zoster
dapat mengenai kedua jenis kelamin dan semua ras dengan frekuensi yang sama.1

DEFINISI
Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varicella
zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktifasi virus yang
2

terjadi setelah infeksi primer. Artinya setiap orang yang pernah mengalami infeksi
varicella zoster atau yang lebih dikenal dengan penyakit cacar air, mempunyai
kemungkinan untuk mengalami herpes zoster.2,3
ETIOLOGI
Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella zoster. Virus varicella zoster
terdiri dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun
atas 162 subunit protein-virion yang lengkap dengan diameternya 150-200 nm, dan
hanya virion yang terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan
cepat dihacurkan dengan bahan organik, diterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana
Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 14-21 hari.1
PATOFISIOLOGI
Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes atau
penerima virus. Selanjutnya terjadilah penggabungan virus dengan DNA hospes,
mengadakan multiplikasi atau replikasi sehingga menimbulkan kelainan pada kulit.
Virus akan menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf dan berdiam
secara permanen dan bersifat laten. Infeksi hasil reaktifasi virus varicella yang
menetap di ganglion sensorik setelah infeksi chicken fox pada masa anak-anak.
Sekitar 20% orang yang menderita cacar akan menderita shingles (herpes zoster)
selama hidupnya dan biasanya hanya terjadi sekali. Ketika reaktifasi virus berjalan
dari ganglion ke kulit area dermatom.2,4

FAKTOR RESIKO1
1. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini, akibat daya
tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi
pula resiko terserang nyeri.
2. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti
HIV dan leukemia. Adanya lesi pada ODHA merupakan menifestasi pertama
dari immunocompromised.
3. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
4. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang

FAKTOR PENCETUS KAMBUHNYA HERPES1


1. Trauma atau luka
2. Demam
3. Gangguan pencernaan
4. Sinar Ultraviolet
5. Stress
6. Kelelahan
7. Alkohol
8. Obat-obatan
9. Haid
TANDA DAN GEJALA5
1. Gejala prodormal
a. Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodormal yang berlangsung
selama 1-4 hari.
b. Gejala yang mempengaruhi tubuh: demam, sakit kepala, fatigue,
malaise, nausea, rash, kemerahan, sensitif, sore skin (penekanan kulit),
nyeri (rasa terbakar atau tertusuk) gatal dan kesemutan.
c. Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus menerus atau
hilang timbul. Nyeri juga bisa terjadi selama erupsi kulit.
2. Gejala yang mempengaruhi mata
Berupa kemerahan, sensitif terhadap cahaya, pembengkakan kelopak mata,
kekeringan mata, pandangan kabur, penurunan sensasi penglihatan dan lain
lain.
3. Timbul erupsi kulit
a. Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah
yang dipersarafi oleh satu ganglion sensorik.
b. Erupsi dapat terjadi diseluruh bagian tubuh, yang tersering didaerah
ganglion thorakalis.
c. Lesi dimulai dengan makula eritroskuamosa, kemudian terbentuk
papul-papul dan dalam waktu 12-24 jam lesi berkembang menjadi
vesikel. Pada hari ketiga berubah menjadi pustul yang akan mengering
menjadi krusta dalam 7 10 hari. Krusta dapat bertahan selama 2-3

minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini nyeri segmental juga


menghilang.
d. Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke 4 dan kadang-kadang
sampai hari ke 7.
e. Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan makula hiperpigmentasi
dan jaringan parut (pitted scar).
4. Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih
sensitif terhadap nyeri yang dialami
5. Kadang-kadang terjadi limfadenopati regional.
KOMPLIKASI1,4
1. Neuralgia Pasca Herpes zoster (PHN) merupakan nyeri yang tajam dan
spasmodik (singkat dan tidak terus menerus) sepanjang nervus yang terlibat.
Nyeri menetap di dermatom yang terkena setelah erupsi. Herpes zoster
menghilang, batasan waktunya adalah nyeri yang masih timbul satu bulan
setelah timbulnya erupsi kulit. Kebanyakan nyeri akan berkurang dan
menghilang spontan setelah 1-6 bulan.
2. Gangren superfisialis, menunjukkan herpes zoster yang berat, mengakibatkan
hambatan penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.
3. Komplikasi mata antara lain: keratitis akut, skleritis, uveitis, glaukoma
sekunder, ptosis, korioretinitis, neuritis optika, dan paresis otot penggerak bola
mata.
4. Herpes zoster diseminata/generalisata.
5. Komplikasi sistemik, antara lain: endokarditis, meningosefalitis, paralisis saraf
motorik, progresif multifokal, leukoenchelopathy dan angitis serebral
granulomatosa disertai hemiplegi (dua terakhir ini merupakan komplikasi
herpes zoter optalmik).
PEMERIKSAAN PENUNJANG1
1. Tes diagnostik untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herpes
simpleks:
a. Tzanck smear: mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat
membedakan herpes zoster dan herpes simpleks.

b. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibodi: untuk membedakan


diagnosis herpes virus.
2. Immunofluorescent mengidentifikasi varicella di sel kulit.
3. Pemeriksaan histopatologik.
4. Pemeriksaan mikroskop elektron.
5. Kultur virus.
6. Identifikasi antigen/asam nukleat VVZ.
7. Deteksi antibodi terhadap infeksi virus.
PENATALAKSANAAN1,2,6
1. Pengobatan topikal
a. Pada stadium vesikular diberi bedak salisil 2% atau bedak kocok
kalamin untuk mencegah vesikel pecah.
b. Bila vesikel pecah dan basah diberikan kompres terbuka dengan
larutan antiseptik atau kompres dingin dengan larutan Burrow 3x
sehari selama 20 menit.
c. Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik
(basitrasin/polisporin) utuk mencegah infeksi sekunder selama 3x
sehari.
2. Pengobatan Sistemik
a. Drug of choice adalah acyclovir merupakan DNA Polymerase
Inhibitor yang dapat mengintervensi infeksi virus dan replikasinya.
Meski tidak menyembuhkan infeksi herpes namun dapat menurunkan
keparahan penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara oral, topikal,
atau parenteral. Pemberian per oral mempunyai kelemahan, yaitu
bioavaibilitas yang rendah dan dosis diberikan lima kali sehari.7
Pemberian lebih efektif pada hari pertama dan kedua pasca
kemunculan vesikel. Namun hanya memiliki efek yang kecil terhadap
post terapeutik neuralgia. Pemberian secara intravena hanya pada
penderita dengan immunocompromised yang berat atau tidak dapat
diobati secara per oral. Dosis yang digunakan untuk pemberian oral
adalah 5x800 mg sehari dan biasanya diberikan selama 7 hari. Bisa
digunakan valasiklovir 3x1000 mg sehari karena konsentrasi dalam
plasma yang tinggi.
2

b. Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara-A, Vira-A) dapat


diberikan lewat infus intravena atau salep mata.
3. Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan
efektif namun penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan
penyembuhan dan menekan respon imun.
4. Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan
antihistamin diberikan untuk menyembuhkan pruritus.
5. Penderita dengan keluhan mata
Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukkan hubungan
dengan cabang nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani dengan
konsultasi optalmologis. Dapat diobati dengan salep mata steroid topikal dan
midriatik, antivirus dapat diberikan.
6. Neuralgia Paska Herpes zoster
Bila nyeri masih terasa meskipun telah diberikan asyclovir pada fase akut,
sebagai gold standart maka dapat diberikan golongan trisiklik, yaitu
amitriptilin. Dosis yang dipakai sebagai anti nyeri adalah lebih rendah
daripada dosis sebagai antidepresan. Penggunaan amitriptilin dosis rendah (1050 mg) pada malam hari dapat mengurangi onset PHN pada pasien herpes
zoster. Menghambat reuptake serotonin dan norepinefrin di presinaps
membran sel sehingga terjadi peningkatan konsentrasi serotonin dan atau
norepinefrin di susunan saraf pusat. Menghambat reuptake serotonin dan
norepinefrin di presinaps membran sel sehingga terjadi peningkatan
konsentrasi serotonin dan atau norepinefrin di susunan saraf pusat.8
PROGNOSIS4
1. Umumnya baik, tergantung berat ringannya faktor predisposisi.
2. Pada orang muda dan anak umumnya baik.

DAFTAR PUSTAKA
1. Wuriyantoro. Herpes Zoster. www.medicastore.com Diakses pada 14 Februari

2011.
2.

Djuanda A, Hamzah M, Aisyah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke lima.
Fakultas Kedokteran Indonesia. Jakarta. 2007.

3. Herpes Zoster. www.mer-c.org.com diakses pada 14 Februari 2011.


4. Herpes Zoster. www.conectique.com diakses pada 14 Februari 2011.
5. Shingles. www.medlineplus.com diakses pada 14 Februari 2011.

6.

AHFS. American Hospital Formulary Service: Drug Infomation ed.88. 1987

7.

Kabulrachman. HERPES. RSUP Dr.KARIADI. Grasia Offset. Semarang. 2007

8.

Amitriptilin. www.medicatherapy.com. Diakses pada 14 Februari 2011

Anda mungkin juga menyukai