Anda di halaman 1dari 0

12

BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Pengukuran Waktu Kerja
Pengukuran waktu kerja adalah kegiatan mengamati pekerjaan dan mencatat
waktu kerja baik setiap elemen maupun siklus dengan menggunakan alat-alat
pengukuran yang disiapkan. Kegiatan pengukuran waktu kerja ini berhubungan
dengan usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan.
Secara umum, teknik-teknik pengukuran waktu kerja dikelompokkan menjadi 2,
yaitu :
1. Pengukuran waktu kerja secara langsung
Pengukuran dilaksankan langsung ditempat dimana pekerjaan berlangsung.
Pengukuran kerja langsung dilakukan dengan cara :
a. pengukuran waktu dengan jam henti Stopwatch time study
Metode ini dikemukakan oleh Frederick W. Taylor pada abad ke-19, sesuai
digunakan untuk pengukuran pekerjaan yang berlangsung singkat serta
berulang repetitive. Langkah-langkah pengukuran waktu kerja dengan jam
henti ini adalah sebagai berikut :
Definisikan pekerjaan, maksud dan tujuan dari pengukuran ini kepada
pekerja yang dipilih

13
Lakukan pencatatan informasi yang berkaitan dengan penyelesaian elemen
kerja tersebut
Tetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur
Tetapkan rate of performans dari pekerja saat melaksanakan aktivitas
kerja
Tentukan waktu kerja normal berdasarkan penyesuaian waktu pengamatan
dengan performance kerja pekerja.
Tentukan waktu longgar allowance timebagi pekerja
Tentukan waktu kerja baku standad time
b. Pengukuran waktu kerja dengan metode sampling kerja work sampling
Metode ini dikemukakan oleh L.H.C. Tippett sorang sarjana inggris.
Metode sampling kerja ini berdasarkan hukum probabilitas, sehingga
pengamatan suatu objek cukup dengan mengambil beberapa contoh sample
yang diambil secara acak dari polpulasi yang ada. Metode ini sesuai
digunakan untuk pekerjaan yang sifatnya tidak berulang dan memiliki siklus
waktu panjang. Langkah-langkah pengukuran waktu kerja dengan metode
sampling kerja work sampling sebagai berikut :
Lakukan penentuan jumlah sample yang dibutuhkan
Lakukan uji keseragaman dan kecukupan data
Tentukan tingkat ketelitian yang dibutuhkan dalam pengamatan
Lakukan analisa hasil akhir yang berkaitan dengan presentase delay


14
Gunakan peta kontrol untuk mengetahui kondisi-kondisi kerja yang wajar
2. Pengukuran waktu kerja secara tidak langsung
Pengukuran waktu kerja secara tidak lansung dilakukan dengan cara :
a. Pengukuran waktu kerja secara tidak langsung dengan metode standart data
Metode ini biasanya digunakan untuk mengukur kerja mesin atau satu
operasi tertentu saja, dimana data yang diperoleh sama sekali tidak bisa
digunakan untuk jenis operasi lainnya. Oleh karena itu, metode ini khusus
diaplikasikan untuk elemen kegiatan konstan seperti set-up,
loading/unloading, handling machine, dan sebagainya. Keuntungan dari
metode ini yaitu akan mengurangi aktivitas pengukuran kerja tertentu,
mempercepat proses yang diperlukan untuk penetapan waktu baku yang
dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan. Perhitungan waktu baku dengan
metode ini tidak dilakukan dengan aktivitas time study secara langsung,
melainkan dengan cara perhitungan berdasarkan rumus-rumus yang ada atas
elemen pekerjaan tersebut.
b. Pengukuran waktu kerja secara tidak langsung dengan metode analisa regresi





15
Metode analisa regresi berguna untuk menyederhanakan pengukuran
waktu dengan metode standart data. Hal ini dibutuhkan apabila elemen kerja
yang diukur tidak berupa variabel tertentu.
c. Pengukuran waktu kerja secara tidak langsungdengan data waktu gerakan
Pengukuran waktu kerja secara tidak lansung dengan data waktu gerakan
yaitu pengukuran waktu yang tidak langsung berdasarkan elemem-elemen
pekerjaannya, melainkan berdasarkan elemen-elemen gerakannya. Elemen
gerakan timbul dari gagasan konsep Therbligs yang dikemukakan oleh Frank
dan Lilian Gilberth. Menetapkan waktu baku dengan pengukuran metode ini
menggunakan data waktu gerakan yang terdiri atas sekumpulan data waktu
dan prosedur sistematis yang dilakukan dengan menganalisa dan membagi
setiap operasi kerja yang dilakukan secara manual kedalam gerakan-gerakan
kerja, gerakan anggota tubuh/gerakan-gerakan manual lainnya. Pengukuran
waktu kerja secara tidak langsung dengan data waktu gerakan ini dibagi atas
beberapa metode, yaitu :
- Analisa waktu gerakan motion time analysis
- Waktu gerakan baku motion time standard
- Waktu gerakan dimensi dimention motion time
- Faktor-faktor kerja work factors
Pengukuran waktu gerakan motion time measurement



16
- Pengukuran waktu gerakan dasar basic motion time
Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebelum pengukuran agar didapat
hasil yang baik, yaitu :
- Tetapkan tujuan pengukuran
- Lakukan penelitian pendahuluan
- Lakukan pengamatan terhadap kondisi kerja
- Pilih operator yang baik
- Lakukan pelatihan operator
- Uraikan pekerjaan atas elemen elemen kerja
- Persiapkan alat-alat pengukuran yang akan digunakan.

2.2 Uji Validitas
Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki
tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku
yang dimaksud disini sudah termasuk waktu kelonggaran yang diperoleh dengan
memperhatikan situasi dan kondisi kerja yang diukur. Waktu baku berguna untuk :
- Perencanaan kebutuhan tenaga kerja
- Estimasi biaya untuk upah pekerja
- Penjadwalan produksi dan penganggaran
- Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi pekerja



17
- Indikasi output yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja
Pengukuran waktu baku dapat dilakukan setelah data yang terkumpul cukup dan
ditentukan tingkat keyakinan dan tingkat ketelitian yang diinginkan. Apabila data
yang terkunpul tidak memenuhi syarat uji kecukupan data, maka perlu dilakukan
pengumpulan data ulang agar dapat dihitung waktu bakunya. Langkah-langkah yang
perlu dilakukan untuk memperolah waktu baku, antara lain :
1. Uji keseragaman data
Langkah-langkah yang harus diperhatikan :
a. Data-data yang diperoleh dari observasi dikelompokkan dalam subgroup
kemudian dilakukan perhitungan rata-rata
n
x
x
i
= dimana : n = jumlah data setiap subgroup
b. Setiap rata-rata subgroup duhitung rata-rata populasinya
N
x
x

= dimana : n = jumlah subgroup
c. Hitung standart deviasi dari distribusi harga rata-rata subgroup
( ) ( ) ( )
( ) 1 *
*
1
2
2 2

=

N N
x x N
atau
N
x x
i i

dimana : N = jumlah semua data
d. Hitung standart deviasi populasi dari standart populasi subgroup
n
x

=


18
e. Menentukan BKA dan BKB sebagai batas kontrol tingkat penyimpangan data.
X Z X BKB
X Z X BKA

.
.
=
+ =

Z = besar tingkat ketelitian dan tingkat kepercayaan yang digunakan
Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran
dari waktu penyelesaian sebenarnya. Tingkat keyakinan menunjukkan
besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat
ketelitian tadi. Z adalah bilangan konversi pada distribusi normal sesuai
tingkat kepercayaan yang digunakan.
f. Gambar grafik

2. Uji kecukupan data
Untuk mengetahui apakah data yang digunakan sudah mencukupi atau
belum.
( )
2
2
'


i
i i
x
x x N
s
k
N
dimana : k = konstanta untuk tingkat kepercayaan
s = tingkat ketelitian
Bila hasil perhitungan N<N berarti data cukup. Jika tidak maka perlu dilakukan
pengukuran ulang.



19
3. Uji kenormalan data
Untuk menguji ketepatan suatu fungsi dengan menggunakan khi-kuadrat dan
dengan membandingkan hasil observasi dengan frekuensi harapan.
Langkah-langkah yang harus dilakukan :
a. Tentukan panjang kelas
K = 1+ 3,3 log N
b. Tentukan lebar kelas
K
R
i = dimana R range = data max data min
c. Tentukan luas wilayahN dibawah kurva normal dengan menggunakan tabel
Z berdasarkan hasil perhitungan Zn

x atas kelas batas


Z
n

=
d. Tentukan perbandingan X
2
hitung
dan X
2
tabel
, untuk mengetahui kenormalan data
( )
( ) V X
e
e o
X
tabel
i
i i
hitung
,
2
2
=

=


dimana : o
i
= frekwensi hasil observasi
e
i
= frekwensi harapan
= tingkat kepercayaan
V = derajat kebebasan



20
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan jika
X
2
hitung
<X
2
tabel
, maka data normal.

2.3 Tingkat Ketelitian dan Tingkat kepercayaan
Pengukuran dilakukan hanya dengan mengambil beberapa sample dari populasi
yang ada berdasarkan uji kecukupan data. Hal ini menyebabkan pengukur kehilangan
sebagian kepastian akan rata-rata waktu sebenarnya yang digunakan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan. Oleh karena itu, diperlukan adanya tingkat ketelitian
dan tingkat keyakinan yang mencerminkan tingkat ketidakpastian yang diinginkan.
Penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu sebenarnya ditentukan
oleh tingkat ketelitian. Besarnya keyakinan pengukuran bahwa hasil yang diperoleh
memenuhi syarat ketelitian dan tingkat keyakinan biasanya dinyatakan dalam persen.
Didalam aktivitas pengukuran kerja biasanya digunakan tingkat ketelitian 5% dan
tingkat keyakinan 95%. Artinya, dari 100% harga rata-rata waktu yang diukur untuk
suatu elemen kerja sebesar 95% adalah hasil yang ingin diperoleh atau data
menyimpang sebesar 5%.

2.4 Faktor Penyesuaian dan Kelonggaran
2.4.1 Faktor Penyesuaian
Setelah melakukan pengukuran, pengukur harus mengamati kewajaran kerja
yang ditujukan operator. Ketidakwajaran dapat saja terjadi misalnya


21
bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena
mengalami kesulitan-kesulitan seperti karena kondisi ruangan yang buruk. Sebab-
sebab seperti ini mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat
atau terlalu panjangnya waktu penyelesaian. Hal ini jelas tidak diinginkan karena
waktu baku yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja
yang baku yang diselesaikan secara wajar. Andaikata ketidakwajaran ada maka
pengukur harus mengetahui dan menilai seberapa jauh hal itu terjadi. Penilaian
perlu diadakan karena berdasarkan inilah penyesuaian dilakukan.
Biasanya penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata
atau waktu elemen rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor
penyesuaian. Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja diatas normal
(terlalu cepat), maka harga p nya akan lebih besar dari atu (p1); sebaliknya jika
operator dipandang bekerja dibawah normal maka harga p akan lebih kecil dari
satu (p). Seandainya pengukur berpendapat bahwa opeator bekerja dengan wajar
maka harga p nya sama dengan satu (p = 1).
Beberapa cara menetukan faktor penyesuaian :
1. Cara Persentase
Cara persentase merupakan cara yang paling awal digunakan dalam
melakukan penysuaian. Disini besarnya faktor penyesuaian sepenuhnya
ditentukan oleh pengukur melalui pengamatannya selama melakukan
pengukuran. Jadi sesuai dengan pengukuran dia menentukan harga p yang


22
menurut pendapatnya akan menghasilkan waktu normal bila harga ini
dikalikan dengan waktu siklus. Terlihat bahwa penyesuaiannya diselesaikan
dengan cara yang sangat sederhana. Memang cara ini merupakan cara yang
paling mudah dan sederhana, namun segera pula terlihat adanya kekurangan
ketelitian sebagai akibat dari kasarnya cara penilaian. Dari kelemahan inilah
kemudian dikembangkan cara-cara lain yang dipandang sebagai cara yang
lebih objektif. Cara-cara ini umumnya memberikan patokan yang
dimaksudkan untuk mengarahkan penilaian pengukur terhadap kerja operator.
2. Cara Shumard
Cara Shumard memberikan patokan-patokan penilaian melalui kelas-kelas
performance kerja dimana setiap kelas mempunyai nilai sendiri-sendiri.
Tabel 2.1 Penyesuaian menurut cara Shumard
Kelas Penyesuaian Kelas Penyesuaian
Superlast 100 Good - 65
Fast + 95 Normal 60
Fast 90 Fair + 55
Fast - 85 Fair 50
Excellent 80 Fair - 45
Good + 75 Poor 40
Good - 70

Disini pengukur diberi patokan untuk menilai performance kerja operator
menurut kelas-kelas. Seorang yang dipandang bekerja normal diberi nilai 60,
dengan nama performance kerja yang lain dibandingkan


23
untuk menghitung faktor penyesuaian. Bila performance seorang operator
dinilai Excellent, maka dia mendapat nilai 80, dan karena faktor penyesuainya
adalah :
P = 80/60 = 1,33
Jika waktu siklus rata-rata sama dengan 276,4 detik, maka waktu
normalnya :
W
n
= 276,4 * 1,33 = 367,6 detik

3. Cara Westinghouse
Berbeda dengan cara Shumard, cara westinghouse mengarahkan penilaian
pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran
dalam bekerja yaitu Ketrampilan, Usaha, Kondisi kerja, dan Konsistensi.
Setiap faktor terbagi kedalam kelas-kelas dengan nilainya masing-masing.
Ketrampilan atau Skill didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara
kerja yang ditetapkan. Latihan dapat meningkatkan ketrampilan, tetapi hanya
sampai ketingkat tertentu saja. Untuk keperluan penyesuaian ketrampilan
dibagi menjadi enam kelas dengan ciri-ciri dari setiap kelas seperti yang
dikemukakan berikut ini :
SUPER SKILL : 1. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya
2. Bekerja dengan sempurna
3. Tampak seperti telah terlatih dengan sangat baik


24

4. Gerakan-gerakannya halus tetapi sangat cepat sehingga
sulit untuk diikuti.
5. Kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan
gerakan-gerakan mesin
6. Perpindahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen
lainnya tidak terlampau terlihat lancarnya
7. Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berpikir dan
merencana tentang apa yang dikerjakan
8. Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang
bersangkutan adalah pekerja yang baik.
EXCELLENT SKILL : 1. Percaya pada diri sendiri
2. Tampak cocok cocok dengan pekerjannya
3. Terlihat telah terlatih baik
4. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan
pengukuran-pengukuran atau pemeriksaan-
pemeriksaan
5. Gerakan-gerakan kerjanya beserta urutan-
urutannya dijalankan tanpa kesalahan
6. Menggunakan peralatan dengan baik
7. Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu
8. Bekerjanya cpat tetapi halus
9. Bekerja berirama dan terkoordinasi
25
GOOD SKILL : 1. Kwalitas hasil baik
2. Bekerjanya tanpa lebih baik dari pada kebanyakan
pekerjaan pada umumnya
3. Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerja lain
yang ketrampilannya lebih rendah
4. Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap
5. Tidak memerlukan banyak pengawasan
6. Tiada keragu-raguan
7. Bekerjanya stabil
8. Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik
9. Gerakan-gerakannya cepat
AVERAGE SKILL : 1. Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri
2. Gerakannya cepat tapi tidak lambat
3. Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan yang
perencanaan
4. Tampak sebagai pekerja yang cakap
5. Gerakan-gerakannya cukup menunjukkan tiadanya
keragu-raguan
6. Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan cukup
baik
7. Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui
seluk beluk pekerjaannya

26
8. Bekerjanya cukup teliti
9. Secara keseluruhan cukup memuaskan
FAIR SKILL : 1. Tampak terlatih tetapi belum cukup baik
2. Mengenal peralatan dan lingkungan secukupnya
3. Terlihat adanya perencanaan-perencanaan sebelum
melakukan gerakan
4. Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup
5. Tampaknya tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah
ditempatkan dipekerjaan itu sejak lama
6. Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan
tetapi tidak tampak selalu yakin
7. Sebagian waktu terbuang karena kesalahan-kesalahan
sendiri
8. Jika tidak bekerja sungguh-sungguh outputnya akan
sangat rendah
9. Biasanya tidak ragu-ragu menjalankan gerakan-
gerakannya
POOR SKILL : 1. Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan pikirannya
2. Gerakan-gerakannya kaku
3. Kelihatan ketidakyakinannya pada urutan gerakannya
4. Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang
bersangkutan

27
5. Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaannya
6. Ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakan kerja
7. Sering melakukan kesalahan-kesalahan
8. Tidak adanya kesalahan-kesalahan
9. Tidak bisa mengambil inisiatif sendiri
untuk usaha atau Effort cara Westinghouse membagi juga atas kelas-kelas
dengan ciri masing-masing. Yang dimaksud dengan usaha disini adalah
kesungguhan yang ditujukan atau diberikan operator ketika melakukan
pekerjaanya. Berikut ini ada enam kelas usaha dengan ciri-cirinya.
EXCESSIVE EFFORT : 1. Kecepatan sangat berlebihan
2. Usahanya sangat bersungguh-sungguh tetapi
dapat membahayakan kesehatannya.
3. Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat
dipertahankan sepanjang hari kerja
EXCELLENT EFFORT : 1. Jelas terlihat kecepatan kerjanya yang tinggi
2. Gerakan-gerakan lebih ekonomis daripada
operator-operator biasa
3. Penuh perhatian pada pekerjannya
4. Banyak memberi saran-saran



28
5. Menerima saran-saran dan petunjuk swngan
senang
6. Percaya kepada kebaikan maksud pengukuran
waktu
7. Tidak apat bertahan lebih dari beberapa hari
8. Bangga atas kelbihannya
9. Gerakan-gerakan yang salah terjaadi sangat
jarang sekali
10. Bekerjanya sistematis
11. Karena lancarnya, perpindahan dari suatu
elemen ke elemen lain tidak terlihat
GOOD EFFORT : 1. Bekerja berirama
2. Saat-saat mengganggur sangat sedikit, bahkan kadang-
kadang tidak ada
3. Penuh perhatian pada pekerjaannya
4. Senang pada pekerjaannya
5. Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan
sepanjang hari
6. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu
7. Menerima saran-saran dan petunjuk swngan senang
8. Dapat memberi saran-saran untuk perbaikan kerja


29
9. Tempat kerjanya diatur baik dan rapi
10. Menggunakan alat-alat yang tepat dengan baik
11. Memelihara dengan baik kondisi peralatan
AVERAGE EFFORT : 1. Tidak sebaik good, tatapi lebih baik dari pada
poor
2. Bekerja dengan stabil
3. Menerima saran-saran tetapi tidak
melaksanakannya
4. Set up dilaksanakan dengan baik
5. Melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan
FAIR EFFORT : 1. Saran-saran perbaikan diterima dengan kesal
2. Kadang-kadang perhatian tidak ditujukan pada
pekerjaannya
3. Kurang sungguh-sungguh
4. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya
5. Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja balu
6. Alat-alat yang dipakainya tidak selalu yang terbaik
7. Terlihat adanya kecenderungan kurang perhatian pada
pekerjaannya
8. Terlampau hati-hati
9. Sistematika kerjanya sedang-sedang saja
10. Gerakan-gerakannya tidak terencana

30
POOR EFFORT : 1. Banyak membuang-buang waktu
2. Tidak memperhatikan adanya minat bekerja
3. Tidak mau menerima saran-saran
4. Tampak mala dan lambat bekerja
5. Melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu untuk
mengambil alatalat dan bahan-bahan
6. Tempat kerjanya tidak diatur rapi
7. Tidak pduli pada cocok/baik tidaknya peralatan yang
dipakai
8. Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang telah
diatur
9. Set up kerjanya tidak baik

Yang dimaksud dengan kondisi kerja atau Condition pada cara
Westinghouse adalah kondisi fisik lingkungannya seperti keadaan
pencahayaan, temperatur dan kebisingan ruangan. Faktor kondisi kerja juga
sering disebut sebagai faktor manajemen , karena pihak inilah yang dapat dan
berwenang merubah atau memperbaiki apa yang dicerminkan oleh operator.
Kondisi kerja dibagi menjadi enam kelas yaitu ideal, excellent, good, fair
dan poor. Kondisi Ideal tidak selalu sama bagi setiap pekerjaan karena
berdasarkan karakteristiknya masing-masing pekerja membutuhkan

31
kondisi ideal sendiri-sendiri. Suatu kondisi yang dianggap good untuk sautu
pekerjaan dapat saja dirasakan sebagai fair atau bahkan poor bagi pekerjaan
yang lain. Pada dasarnya kondisi ideal adalah kondisi yang paling cocok
untuk pekerjaan yang bersangkutan, yaitu yang memungkinkan performance
maksimal dari pekerja.. sebaiknya kondisi poor adalah kondisi lingkungan
yang tidak membantu jalannya pekerjaan bahkan sangat menghambat
pencapaian performance yang baik. Sudah tentu suatu pengetahuan tentang
keadaan bagaimana yang disebut ideal, dan bagaiomana pula yang disebut
poor perlu memiliki agar penilaian terhadap kondisi kerja dalam rangka
melakukan penyesuaian dapat dilakukan dengan seteliti mungkin.
Faktor yang harus diperhatikan adalah konsistensi atau Consistency. Faktor
ini perlu diperhatikan karena kenyataannya bahwa setiap pengukuran waktu
angka-angka yang dicatat tidak pernah semuanya sama, waktu penyelesaian
yang ditunjukkan pekerja selalu beubah-ubah dari satu sikluske siklus lainnya,
dari jam ke jam lainnya, bahkan dari hari ke hari lainnya.selama masih dalam
batas-batas kewajaran masalah tidak timbul, tetapi jika variabilitasnya tinggi
maka hal tersebut harus diperhatikan. Sebagaimana halnya dengan faktor-
faktor lainnya, konsistensi juga dibagi menjadi enam kelas yaitu : Perfect,
Excellent, Good, Average, fair, dan Poor. Tabel penyesuai menurut
Westinghouse dapat dilihat pada lampiran.



32
4. Cara Objektif
Cara objektif memperhatikan 2 faktor yaitu kecepatan kerja dan tingkat
kesulitan pekerjaan. Kedua faktor inilah yang dipandang secara bersama-sama
menentukan berapa harga p untuk mendapatkan waktu normal.
Kecepatan kerja adalah kecepatan dalam melakukan pekerjaan dalam
pengertian biasa. Jika operator bekerja dengan kecepatan wajar maka diberi
nilai satu. Cara menentukan besarnya p tidak berbeda dengan cara
menentukan faktor penyesuaian dengan cara persentase. Perbedannya terletak
pada yang dinilai.
Untuk kesulitan kerja disediakan sebuah tabel yang menunjukkan berbagai
keadaan kesulitan kerja seperti apakah pekerjaan tersebut memerlukan banyak
anggota badan, apakah ada pedal kaki dan sebagainya. Angka yang
ditunjukkan dalam tabel adalah dalam perseratus dan jika nilai dari setiap
kondisi kesulitan kerja yang bersangkutan dengan pekerjaan yang sedang
diukur dijumlahkan akan menghasilkan P
2
yaitu notasi bagi bagian
penyesuaian objektif untuk tingkat keseulitan pekerjaan.
Tabel 2.2 penyesuaian menurut tingkat kesulitan, cara obyektif
Keadaan Lambang Penyesuaian
Anggota terpakai
Jari A 0
Pergelangan tangan dari jari B 1
Lengan bawah, pergelangan tangan dan jari C 2
Lengan atas, lengan bawah, dst D 5
Badan E 8
Mengangkat beban dan lantai dengan kaki E2 10





33
Pedal kaki
Tanpa pedal, atau satu pedal dengan sumbu dibawah
kaki F 0
Satu atau dua pedal dengan sumbu tidak dibawah kaki G 5

Penggunaan tangan
Keadaan tangan saling bantu atau bergantian H 0
Kdua tangan mengerjakan gerakan yang sama pada saat
yang sama H2 18

Koordinasi mata dengan tangan
Sangat sedikit I 0
Cukup dekat J 2
Konstan dan dekat K 4
Sangat dekat L 7
Lebih kecil dari 0.04 cm M 10

Peralatan
Dapat ditangani dengan mudah N 0
Dengan sedikit kontrol O 1
Perlu kontrol dan penekanan P 2
Perlu penanganan dan hati-hati Q 3
Mudah pecah dan patah R 5

Berat beban kg Tangan Kaki
0.45 B-1 2 1
0.9 B-2 5 1
1.35 B-3 6 1
1.8 B-4 10 1
2.25 B-5 13 1
2.7 B-6 15 3
3.15 B-7 17 4
3.6 B-8 19 5
4.05 B-9 20 6
4.5 B-10 22 7
4.95 B-11 24 8
5.4 B-12 25 9
5.85 B-13 27 10
6.3 B-14 28 10

5. Cara Bedaux dan Sintesa
Dua cara lain yang dikembangkan untuk lebih mengobjektifkan
penyesuaian adalah cara Bedaux dab cara Sintesa. Pada dasarnya cara
34
Bedaux tidak banyak berbeda dengan cara Shumard, hanya saja nilai-nilai
pada cara Bedaux dinyatakan dalam B
Sedangkan cara Sintesa agar berbeda debgan cara-cara lain, dimana dalam
cara ini waktu penyelesaian setiap elemen gerakan dibandingkan dengan
harga-harga yang diperoleh dari tabel-tabel data waktu gerakan untuk dihitung
harga rata-ratanya.harga rata-rata yang dinilai sebagai penyesuaian bagi satu
siklus yang bersangkutan.

2.4.2 Faktor Kelonggaran
Selain data yang seragam, jumlah pengukuran yang cukup dan penysuaian satu
hal lain yang kerapkali terlupakan adalah menembah kelonggaran atas waktu
normal yang telah didapatkan. Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu :
1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
Yang termasuk kedalam kebutuhan pribadi disini adalah hal-hal seperti
minum sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, kekamar kecil, bercakap-
cakap dengan teman sekerja sekedar untuk menghilangkan ketegangan
ataupun kejemuan dalam kerja. Besarnya kelonggaran yang diberikan untuk
kebutuhan pribadi seperti itu, berbeda-beda dari satu pekerjaan ke pekerjaan
lainnya karena setiap pekerjaan mempunyai karakteristik sendiri-sendiri
dengan tuntutan yang berbeda-beda.


35
Berdasarkan penelitian, ternyata besarnya kelonggaran ini bagi pekerja
pria berbeda dengan pekerja wanita; misalnya untuk pekerjaan-pekerjaan
ringan pada kondisi-kondisi normal pria memerlukan 2 -2.5 dan wanita 5%
(persentase ini adalah dari waktu normal).
2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa Fatique
rasa fatique tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik
jumlah maupun kwalitas. Jika rasa fatique telah datang dan pekerja harus
bekerja untuk menghasilkan performance normalnya, maka usaha yang
dikeluarkan pekerja lebih besar dari normal dan ini akan menambah rasa
fatique. Bila ini berlangsung terus pada akhirnya akan terjadi fatique total
yaitu jika anggota badan yang bersangkutan sudah tidak dapat melakukan
gerakan kerja sama sekali walaupun sangat dikehendaki. Hal demikian jarang
terjadi karena berdasarkan pengalamannya pekerja dapat mengatur kecepatan
kerjanya sedemikian rupa, sehingga lambatnya gerakan-gerakan kerja
ditujukan untuk menghilangkan rasa fatique ini.
3. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan
Dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja tidak akan lepas dari berbagai
hambata. Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol yang
berlebihan dan menganggur dengan sengaja. Ada pula hambatan yang tidak
dapat dihindarkan karena berada diluar kekuasaan pekerja untuk
mengendalikannya. Beberapa contoh yang termasuk kedalam hambatan tak
terhindarkan adalah

36
- Menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas
- Melakukan penyesuaian
- Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti mengganti alat potong
yang patah, memasang kembali ban yang lepas dan sebagainya
- Mengasah alat potong
- Mengambil alat-alat khusus atau bahan-bahan khusus dari gudang

2.5 Perhitungan Waktu Baku
Setelah dilakukan pengukuran data yang digunakan untuk memperoleh waktu
baku, maka langkah selanjutnya adalah menghitung waktu baku dari data yang
terkumpul tersebut. Waktu baku diperoleh dari perhitungan berikut :
1. Perhitungan Waktu Siklus
Waktu siklus adalah waktu penyelesaian satuan-satuan produk sejak bahan baku
mulai diproses ditempat kerja yang bersangkutan
N
x
Ws
i
=
2. Perhitungan Waktu Normal
Waktu normal adalah waktu penyelesaian suatu produk yang dilakukan oleh
seorang operator dengan mempertimbangkan faktor kecepatan kerja operator
tersebut, apakah bekerja terlalu cepat, normal atau lambat
Wn = Ws * P
Dimana : P = faktor penyesuaian


37
3. Perhitungan Waktu Baku
Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja
normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja
terbaik.Waktu baku diperoleh dari perhitungan waktu normal dengan tingkat
kelonggaran/allowance yang diberikan.
( ) allowance W W W atau
allowance
W W
n n b n b
*
% 100
% 100
* + =

=

2.6 Peramalan
Peramalan adalah proses untuk memperkirakan beberapa kebutuhan dimas datang
yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang
dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang maupun jasa. Peramalan
tidak terlalu dibutuhkan dalam kondisi pasar yang stabil, karena perubahan
permintaan relative kecil. Tetapi peramalan akan sangat dibituhkan bila kondisi
permintaan pasar bersifat komplek dan dinamis.

2.6.1 Peramalan dan horizon waktu
Dalam hubungannya dengan horizon waktu peramalan, maka kita bisa
mengklasifikasikan peramalan tersebut kedalam 3 kelompok, yaitu :
1. Peramalan jangka panjang, umumnya 2 sampai 10 tahun. Peramalan ini
digunakan untuk perencanaan sumber daya.


38
2. Peramalan jangka menengah, umumnya 1 sampai 24 bulan. Peramalan ini
lebih mengkhusus dibandingkan peramlan jangka panjang, biasanya
digunakan untuk menentukan aliran kas, perencanaan produksi, dan penentuan
anggaran
3. Peramalan jangka pendek, umumnya 1 sampai 5 minggu. Peramlan ini
digunakan untuk mengambil keputusan dalam hal perlu tidaknya lembur,
penjadwalan kerja, dan lain-lain keputusan kontrol jangka pendek.

2.6.2 Peramalan permintaan
Pada bidang Perencanaan dan Pengendalian Produksi, bidang peramalan yang
difokuskan adalah peramalan permintaan.peramlan permintaan ini akan menjadi
masukan yang sangat penting dalam keputusan perencanaan dan pengendalian
perusahaan. Karena bagian operasional produksi bertanggung jawab terhadap
pembuatan produk yang dibutuhkan konsumen, maka keputusan-keputusan
operasional produksi sangat dipengaruhi hasil dari permintaan. Peramalan
permintaan ini digunakan untuk peramalan dari produk yang bersifat bebas seperti
peramalan produk jadi.

2.6.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi peramalan
Permintaan akan suatu produk pada suatu perusahaan merupakan resultan dari
berbagai faktor yang saling berinteraksi dalam pasar. Faktor-faktor ini

39
hampir selalu merupakan yang berada diluar kendali perusahaan. Berbagai faktor
tersebut antara lain :
- Siklus Bisnis. Penjualan akan dipengaruhi oleh permintaan akan produk tersebut,
dan permintaan akan suatu produk akan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang
membentuk siklus bisnis dengan fasefase inflasi, resesi, depresi dan masa
pemulihan.
- Siklus Hidup Produk. Siklus hidup suatu produk biasanya mengikuti suatu pola
yang biasa disebut kurva S. Kurva S menggambarkan besarnya permintaan
terhadap waktu , dimana siklus hidup suatu produk akan dibagi menjadi fase
pengenalan, fase pertumbuhan, fase kemantangan, dan fase penurunan. Untuk
menjaga kelangsungan hidup usaha, maka perlu dilakukan inovasi produk pada
saat yang tepat
- Faktor-Faktor Lain. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi permintaan
adalah reaksi balik dari pesaing, perilaku konsumen yang berubah, dan usaha-
usaha yang dilakukan sendiri oleh perusahaan seperti peningkatan kualitas,
pelayanan, anggaran periklanan, dan kebijakan pembayaran secara kredit.

2.6.4 Beberapa sifat hasil peramalan
Dalam membuat peramalan atau menerapkan hasil suatu peramalan, maka ada
beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu :


40
1. Peramalan pasti mengandung kesalahan, artinya peramal hanya bisa
mengurangi ketidakpastian yang akan terjadi, tetapi tidak dapat
menghilangkan ketidakpastian tersebut.
2. Peramalan seharusnya memberikan informasi tentang berapa ukuran
kesalahan, artinya karena peramalan pasti mengandung kesalahan, maka
adalah penting bagi peramal untuk menginformasikan seberapa besar
kesalahan yang mungkin terjadi.
3. Peramalan jangka pendek lebih akurat dibandingkan peramalan jangka
panjang. Hal ini disebabkan karena pada peramalan jangka pendek, faktor-
faktor yang mempengaruhi permintaan relatif masih konstan, sedangkan
semakin panjang periode peramalan, maka semakin besar pula kemungkinana
terjadinya perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan.

2.6.5 Ukuran akurasi hasil peramalan
Ukuran akurasi hasil peramalan yang merupakan ukuran kesalahan peramalan
tentang tingkat perbedaan antara hasil peramalan dengan permintaan yang
sebenarnya terjadi. Ada 4 ukuran yang biasa digunakan :
1. rata-rata deviasi mutlak (Mean Absolute Deviation = MAD)
MAD merupakan rata-rata kesalahan mutlak selama periode tertentu tanpa
memperhatikan hasil peramalan lebih besar atau lebih kecil dibandingkan
kenyataannya. Secara matematis, MAD dirumuskan sebagai berikut :


41


=
n
F A
MAD
t t

dimana :
A
t
= permintaan aktual pada periode-t
F
t
= peramalan permintaan (forecast) pada periode-t
n = jumlah periode peramalan yang terlibat
2. rata-rata kuadrat kesalahan (Mean Square Error = MSE)
MSE dihitung dengan menjumlahkan kuadrat semua kesalahan peramalan
pada setiap periode dan membaginya dengan jumlah periode peramalan.
Secara matematis, MSE dirumuskan sebagai berikut :
( )


=
n
F A
MSE
t t
2

3. rata-rata kesalahan peramalan (Mean Forecast Error =MFE )
MFE sangat efektif untuk mengetahui apakah suatu hasil peramalan selama
periode tertentu terlalu tinggi atau terlalu rendah. Bila hasil peramalan tidak
biasa, maka nilai MFE akan mendekati nol. MFE dihitung dengan
menjumlahkan semua kesalahan peramalan selama periode peramalan dan
membaginya dengan jumlah periode peramalan. Secara matematis, MFE
dinyatakan sebagai berikut :
( )


=
n
F A
MSE
t t



42
4. rata-rata persentase kesalahan absolut (Mean Absolute Percentage Error =
MAPE)
MAPE merupakan ukuran kesalahan relatif. MAPE biasanya lebih berarti
dibandingkan MAD karena MAPE menyatakan persentase kesalahan hasil
peramalan terhadap permintaan aktual selama periode tertentu yang akan
memberikan informasi persentase terlalu tingi atau terlalu rendah. Secara
matematis MAPE dinyatakan sebagai berikut :

=
t
t
t
A
F
A
n
MAPE
100

2.6.6 Metode-metode dalam Peramalan
Secara umum, peramalan diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Peramalan yang bersifat subyektif
Peramalan subyektif lebih menekankan pada keputusan-keputusan hasil
diskusi, pendapat probadi seseorang, dan intuisi yang meskipun kelihatannya
kurang ilmiah tetapi dapat memberikan hasil yang baik. Peramalan subyektif
diwakili oleh metode Delphi dan metode penelitian pasar.
a. Metode Delphi
Metode ini merupakan cara sistematis untuk mendapatkan keputusan-
keputusan bersama dari suatu grup yang berbeda. Grup ini diminta
pendapatnya secara terpisah dan tidak boleh saling berunding. Metode
delphi ini dipakai dalam peramalan teknologi yang sudah


43
digunakan pada pengoperasian jangka panjang. Selain itu, metode ini juga
bermanfaat dalam pengembangan produk baru, pengembangan kapasitas
produksi, penerobosan ke segmen pasar baru dan strategi keputusan bisnis
lainnya.
b. Metode penelitian penelitian pasar
Metode ini mengumpulkan dan menganalisa fakta secara sistematis
pada bidang yang berhubungan dengan pemasaran. Salah satu teknik
utama ini adalah survei konsumen. Penelitian pasar sering digunakan
untuk merencanakan produk baru, sistem periklanan dab promosi yang
tepat. Hasil dari penelitian pasar ini kadang-kadang juga dipakai sebagai
dasar peramalan permintaan produk baru.

2. Peramalan yang bersifat obyektif
Merupakan prosedur baru peramalan yang mengikuti aturan-aturan matematis
dan statistik dalam menunjukkan hubungan antara permintaan dengan satu
atau lebih variabel yang mempengaruhinya. Peramalan obyektif terudur atas
dua metode yaitu :
a. Metode intrinsik
Metode ini membuat peramalan hanya berdasarkan pada proyeksi
permintaan historis tanpa mempertimbangakan faktor-faktor eksternal
yang mungkin mempengaruhi besarnya permintaan. Metode hanya cocok
untuk peramalan jangka pendek pada kegiatan produksi, dimana
44
dalam rangka pengendalian produksi dan pengendalian bahan baku
seringkali perusahaan melibatkan banyak item yang berbeda. Metode
intrinsik akan diwakili oleh analisis deret waktu.
b. Metode ekstrensik
Metode ini mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang mungkin
dapat mempengaruhi besarnya permintaan dimasa yang akan datang dalam
model peramalannya. Metode ini cocok untuk peramalan jangka panjang
karena dapat menunjukkan hubungan sebab akibat yang jelas dalam hasil
peramalannya sehingga disebut metode kausal dan dapat memprediksi
titik-titik perubahan. Metode ekstrinsik banyak dipakai untuk peramalan
pada tingkat agregat. Metode ini akan diwakili oleh metode regresi.

2.6.7 Analisa Deret Waktu (Time Series)
Analisis deret waktu didasarkan pada asumsi bahwa deret waktu tersebut terdiri
dari komponen-komponen :
1. Trend (T)
Trend merupakan sifat dari permintaan dimasa lalu terhadap waktu
terjadinya, apakah permintaan tersebut cenderung naik, turun, atau konstan.






45

Gambar 2.1 gambar grafik pola Trend


2. Cycle (C)
Permintaan suatu produk dapat memiliki siklus yang berulang secara
periodik, biasany lebih dari satu tahun sehingga pola ini tidak perlu
dimasukkan dalam peramalan jangka pendek.

Gambar 2.2 gambar grafik pola cycle

3. Season (S)
Fluktuasi permintaan suatu produk dapat naik turun disekitar garis trend
dan biasanya berulang setiap tahun. Oleh karena itu maka disebut sebagai pola
musiman.

Gambar 2.3 gambar grafik pola season



46
4. Random (R)
Permintaan suatu produk dapat mengikuti suatu pola bervariasi secara acak
karena faktor faktor adanya bencana alam, bangkrutnya perusahaan pesaing,
promosi khusus, dan kejadian kejadian lainnya yang tidak mempunyai pola
tertentu.

Gambar 2.4 gambar grafik pola random

2.6.7.1 Rata-rata Bergerak (Moving Average = MA)
Moving average dapat diperoleh dengan cara merata-ratakan permintaan
berdasarkan beberapa data masa lalu yang terbaru. Tujuan utama dari penggunaan
teknik MA ini adalah untuk mengurangi variasi acak permintaan dalam
hubungannya dengan waktu. Tujuan ini dicapai dengan merata-ratakan beberapa
nilai data secara bersama-sama. Secara matematis, maka Ma akan dinyatakan
dalam persamaan sebagai berikut :
( )
N
A A A
MA
N t t t 1 1
...

+ + +
=
dimana :
A
t
= permintaan aktual pada periode-t
N = jumlah data permintaan yang dilibatkan dalam perhitungan MA

47
Pemilihan tentang berapa nilai N yang tepat adalah hal yang penting dalam
periode ini. Semakin besar nilai N, maka semakin halus perubahan nilai MA dari
periode ke periode. Kebalikannya, semakin kecil nilai N, maka hasil peramalan
akan lebih agresif dalam mengantisipasi perubahan data terbaru yang
diperhitungkan. Bila permintaan berubah secara signifikasi dari waktu ke waktu,
maka ramalan harus cukup agresif dalam mengantisipasi perubahan tersebut,
sehingga nilai N yang kecil akan lebih cocok dipakai. Kbalikannya, bila
permintaan cenderung stabil selama jangka waktu yang panjang, maka sebaiknya
dipakai nilai N yang besar.
Jika perhitungan MA menggunakan program WinQSB, maka langkah-langkah
yang digunakan adalah :
1. Buka program winqsb dan pilih forecasting and Linear Regression
2. Setelah itu pilih New problem
3. Kemudian pada problem type pilih time series forecasting. Lalu beri
judul yang diinginkan pada problem title, dan masukkan jenis waktu
yang digunakan pada time unit, dan berapa banyak data yang dimiliki
pada number of time units (periods). Setelah selesai klik ok.
4. Setelah itu, masukkan data pada historical data.
5. Setelah selesai masukkan data, langkah selanjutnya adalah klik solve and
analyse,


48
6. Selanjutnya akan keluar kotak pilihan forecasting setup. Kemudian
pilih metode moving Average (MA) pada forecasting method.
Selanjutnya masukkan berapa periode yang akan diramalkan pada
number of periods to forecast dan pada number of periods in average
masukkan berapa bulanan yang ingin dipakai untuk peramalan. Kemudian
klik ok.
7. Peramalan selesai.

Kelemahan dari Moving Average adalah :
1. Peramalan selalu berdasarkan pada N data terakhir dan tanpa
mempertimbangkan data-data sebelumnya.
2. Setiap data dianggap memiliki bobot yang sama padahal lebih masuk akal bila
data yang lebih baru akan mempunyai bobot yang lebih tinggi karena data
tersebut mempresentasikan kondisi terakhir yang terjadi.
3. Diperlukan biaya yang besar dalam penyimpanan dan pemrosesan datanya,
karena bila N cukup besar, maka akan membutuhkan memori yang cukup
besar dan proses komputasinya menjadi lama.

2.6.7.2 Rata-rata bergerak dengan bobot (Weighted Moving Average = WMA)
Secara matematis WMA dapat dinyatakan sebagai berikut :
A W WMA
t
.

=
dimana : W
t
= Bobot permintaan aktual pada periode-t
A
t
= permintaan aktual pada periode-t


49
Dengan keterbatasan bahwa :

= 1
t
W

2.6.7.3 Pemulusan Eksponensial (Exponential Smoothing = ES)
Kelemahan teknik MA dalam kebutuhan akan data-data masa lalu yang cukup
banyak dapat diatasi dengan teknik ES. Model matematis ES dapat dikembangkan
dari persamaan berikut :
N
A A
F F
N t t
t t


+ =
1

Dimana bila data permintaan actual yang lama A
t-N
tidak tersedia, maka dapat
digantikan dengan pendekatan yang berupa nilai ramalan sebelumnya (F
t-1
),
sehingga dapat ditulis menjadi :
1 1
1
1
1

+ =
t t t
t t
t t
F
N
A
N
F atau
N
F A
F F

2.6.7.4 Pemulusan Eksponensial dengan unsure stasioner, trend, dan musiman
(metode winter)
Teknik MA dan ES sederhana hanya tepat bila datanya stasioner. Bila data
permintaan besifat musiman dan mempunyai trend, maka dapat diselesaikan
dengan salah satu teknik ES yang biasa disebut metode winter (WM). Metode
winter didasarkan atas tiga persamaan pemulusan yaitu satu persamaan untuk
unsur penyesuaian stasioner, satu persamaan untuk unsur penyesuaian trend, dan
satu persamaan untuk unsur penyesuaian musiman. Salah satu masalah

50
dalam penggunaan metode winter ini adalah penentuan nilai-nilai , , dan yang
akan meminimumkan MSE dan MAPE. Pendekatan untuk penentuan nilai-nilai
parameter tersebut biasanya dilakukan dengan trial error. Bila data yang
ditangani sangat banyak, maka bisa digunakan algoritma optimasi non-linear,
dimana cara ini jarang digunakan karena memakan biaya dan waktu.

2.6.8 Metode Peramalan Kausal
Metode peramalan kausal mengembangkan suatu model sebab-akibat antara
permintaan yang diramalkan dengan variabel-variabel lain yang dianggap
berpengaruh. Salah satu metode kausal yang paling dikenal adalah regresi
sederhana.
Dalam metode regresi, suatu model perlu dispesifikasikan sebelum dilakukan
pengumpulan data dan anlisisnya. Secara matematis, model ini dinyatakan
sebagai berikut :
bx a y + =
dimana :
y = perkiraan permintaan
x = variabel bebas yang mempengaruhi y
a = nilai tetap y bila x = 0 (merupakan perpotongan dengan sumbu y)
b = derajat kemiringan persamaan garis regresi



51
2.7 Kapasitas Produksi
Kapasitas adalah kemampuan pembatas dari unit produksi untuk berproduksi
dalam waktu tertentu, dan biasanya dinyatakan dalam bentuk keluaran (output) per
satuan waktu. Kapasitas produksi dapat diartikan sebagai jumlah maksimum output
yang dapat diproduksi dalam satuan waktu tertentu. Kapasitas produksi ditentukan
oleh kapasitas sumber daya yang dimiliki seperti : kapasitas mesin, kapasitas tenaga
kerja, kapasitas bahan baku dan kapasitas modal. Untuk menghitung kapasitas
produksi digunakan rumus :
ggu ja jam
baku waktu
produksi kapasitas min / ker *
3600

=
setelah diketahui kapasitas produksi yang bisa diperoleh, maka dapat diketahui
unit yang dapat dihasilkan tenaga kerja dengan rumus :
baku waktu
hari ja jam ja tenaga jumlah
dihasilkan yang unit
3600 * / ker * ker
=

2.7.1 Perencanaan Produksi Jangka Pendek
Perencanaan kapasitas jangka pendek digunakan untuk menangani secara
ekonomis hal-hal yang sifatnya mendadak dimasa yang akan datang, misalnya
untuk memenuhi permintaan yang bersifat mendadak atau seketika dalam jangka
waktu pendek. Kebanyakan perusahaan tidak beroperasi penuh selama 24 jam per
hari dan tidak beroperasi penuh tujuh hari per mingu. Jika perusahaan beroperasi
selama delapan jam per hari (satu shift) dan lima hari

52
per minggu, maka kapasitas normal jam kerja perusahaan adalah 40 jam per
minggu. Namun demikian 40 jam per minggu bukanlah kapasitas maksimum
yang dimiliki. Dalam banyak kasus perusahaan dimungkinkan untuk bekerja
melebihi kapasitas normal, sehingga kapasitas output maksimumnya lebih dari 40
jam kerja.
Menghadapi kondisi seperti ini, untuk menambah atau menurunkan kapasitas
mungkin perusahaan melakukan penambahan atau pengurangan jam kerja,
melakukan subkontrak dengan perusahaan lain apabila terjadi perubahan
permintaan. Untuk meningkatkan kualitas jangka pendek terdapat lima cara yang
dapat digunakan perusahaan (Krajewzki dan Ritzman, 1989)
1. meningkatkan jumlah sumber daya, yaitu :
a. penggunaan jam lembur
b. penembahan regu kerja
c. memberikan kesempatan kerja secara part time
d. sub-kontrak
e. kontrak kerja
2. memperbaiki penggunaan sumber daya, yaitu :
a. mengatur regu kerja
b. menetapkan skedul
3. Memodifikasi produk, yaitu:
a. Menentukan standar produk
b. Melakukan perubahan jasa operasi

53

c. Melakukan pengawasan kualitas
4. memperbaiki permintaan, yaitu:
a. melakukan perubahan harga
b. melakukan perubahan promosi
5. tidak memenuhi permintaan, yaitu:
tidak mensuplai semua permintaan

2.7.2 Perencanaan Produksi Jangka Panjang
Perencanaan kapasitas jangka panjang merupakan strategi operasi dalam
menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi dan sudah dapat diperkirakan
sebelumnya. Misalnya, rencana untuk menurunkan biaya produksi per-unit, dalam
jangka pendek sangat sulit untuk dicapai karena unit produk yang dihasilkan
masih berskala kecil, tetapi dalam jangka panjang rencana tersebut masih dapat
dicapai dengan meningkatkan kapasitas produksi.
Penentuan jumlah produksi yang dapat menghasilkan biaya minimum perlu
diperhatikan berbagai faktor seperti : pola permintaan jangka panjang, siklus
kehidupan produk yang dihasilkan
Dalam kaitannya dengan kapasitas jangka panjang, terdapat dua strategi yang
dapat ditempuh perusahaan, yaitu :
1. Strategi melihat dan menunggu yaitu :
Strategi seperti ini dikatakan pula sebagai strategi hati-hati, karena kapasitas
produksi akan dinaikkan apabila yakin permintaan konsumen
54
sudah naik. Strategi seperti ini dipilih dengan pertimbangan bahwa setiap
terjadi kelebihan kapasitas produksi perusahaan menanggung resiko karena
investasi yang dilakukan hanya ditanggung dalam jumlah unit yang sedikit,
akibatnya biaya produksi menjadi tinggi.
2. Strategi ekspansionis yaitu :
Kapasitas selalu melebihi atau diatas permintaan. Dengan strategi ini
perusahaan berharap tidak terjadi kekurangan produk dipasaran yang
memyebabkan adanya peluang masuknya produsen lain. Selain itu,
perusahaan berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik dengan cara
menjamin tersedianya produk dipasaran.

2.7.3 Macam-macam pola produksi
Untuk mengantisipasi rencana penjualan yang akan datang, terdapat tiga
alternatif pola produksi yang dapat dilakukan oleh perusahaan, yaitu :
a. Pola produksi konstan, yaitu jumlah produksi yang dihasilkan selalu sama
dalam setiap satuan waktu. Setiap terjadi produksi dibawah permintaan, maka
kekurangan tersebut ditutup dari persediaan diatas permintaan atau dengan
melakukan subkontrak. Demikian pula sebaliknya setiap terjadi kelebihan
produksi diatas permintaan, perusahaan harus menanggung biaya simpan dan
persediaan tersebut akan dikeluarkan kembali pada saat permintaan naik.
55

Gambar 2.5 pola produksi konstan

b. Pola produksi bergelombang, yaitu jumlah produksi setiap satuan waktu
mengikuti fluktuasi permintaan. Apabila permintaan berada di atas kapasitas
produksi normal, perusahaan dapat memenuhi kekurangan dengan cara kerja
lembur atau dengan sub-kontrak. Dengan demikian perusahaan tidak mungkin
mengalami kelebihan produksi sehingga biaya simpan dapat dihindari. Tetapi
perusahaan mengalami fluktuasi yang tinggi dalam pemenuhan bahan baku
dan penggunaaan tenaga kerja, perputaran tenaga kerja dalam perusahaan
sangat tinggi yang membutuhkan biaya tidak sedikit.

Gambar 2.6 pola produksi bergelombang



56
c. Pola produksi moderat, yaitu jumlah produksi dalam beberapa periode tertentu
konstan dan dalam periode tertentu mengalami kenaikan untuk kemudian
konstan kembali. Penggunaan pola produksi ini untuk menutupi kelemahan
yang ditimbulakn dalam pola produksi konstan dan bergelombang. Oleh
karena itu pola produksi moderat juga sering dikatakan sebagai gabungan pola
produksi konstan dan bergelombang.

Gambar 2.7 pola produksi moderat

Penilaian terhadap ketiga pola produksi didasarkan pada analisis biaya yang
terkait dengan pemilihan pola produksi dengan memperhatikan pola penjualan
dan kapasitas produksi. Pola produksi yang memiliki total biaya minimum adalah
yang terbaik untuk dipilih.

2.7.4 Faktor-faktor yang mempertimbangkan
Untuk menentukan pola produksi yang terbaik, perlu dilakukan analisis dengan
memperhatikan beberapa factor sebagai berikut:
57
1. Pola penjualan
2. Kapasitas produksi normal dan kapasitas produksi maksimum
3. Pola biaya
a. Biaya simpan yaitu biaya yang harus dikeluarkan apabila terjadi
kelebihan produksi diatas permintaan
b. Biaya lembur yaitu biaya yang harus dikeluarkan apabila perusahaan
melakukan kerja lembur untuk memenuhi permintaan.
c. Biaya subkontrak yaitu biaya yang harus dikeluarkan perusahaan
apabila permintaan diatas kapasitas produksi yang tersedia atau untuk
menutupi kekurangan
d. Biaya perputaran tenaga kerja yaitu biaya yang harus dikeluarkan
perusahaan untuk merekrut tenaga kerja karena produksi mengalami
kenaikan.

2.8 Upah
Beberapa teori mengenai upah sebagai berikut :
1. Teori menurut hukum alam
Upah adalah imbalan yang diberikan berdasarkan pertimbangan bagaimana
memelihara tenaga buruh yang telah disepakati
2. Teori upah menurut hukum besi
Upah adalah imbalan yang diberikan sebatas keharusan hidup buruh
58
3. Teori upah menurut Dana
Upah adalah imbalan yang diberikan tergantung besarnya dana yang tersedia
untuk buruh an jumlah buruh
4. Teori upah menurut etika
Upah adalah imbalan yang layak bagi buruh
5. Teori upah menurut sosial
Upah adalah imbalan yang diberikan sesuai dengan produktivitas kerja
6. Menurut UU kecelakaan tahun1947 no. 33, pasal 7 ayat a dan b:
- Upah adalah tiap-tiap pembayaran berupa uang yang diterima oleh buruh
sebagai ganti pekerjaan
- Perumahan, makanan, bahan makanan, dan pakaian dengan percuma, yang
nilainya ditaksir menurut harga umum di tempat itu.
7. Menurut Edwin B. Flippo
Upah adalah harga untuk jasa yang telah diberikan seseorang kepada orang lain.
8. Menurut Hadi Poernomo
Upah adalah jumlah keseluruhan yang dibayarkan sebagai pengganti jasa yang
telah dikeluarkan oleh tenaga kerja meliputi masa atau syarat tertentu
9. Prof. Dr. FJHM Van Der VAN, mengartikan upah sebagai objective kerja
ekonomis.
10. Menurut Dewan Penelitian Pengupahan Nasional, upah didefinisikan sebagai
berikut : upah adalah suatu penerimaan sebagai suatu imbalan dari

59
pemberian kerja kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang
telah dan atau akan dilakukan, berfungsi sebagai kelangsungan kehidupan layak
bagi kemanusiaan dan produksi, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang
yang ditetapkan menurut suatu persetujuan undang-undang dan peraturan-
peraturan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja.

Dalam pemakaian yang umum istilah wages sering dipergunakan untuk
menunjukkan pembayaran-pembayaran terhadap pekerja-pekerja jasa, baik
pembayaran-pembayaran terhadap pekerja kasar maupun kepada pegawai-pegawai
kantor, baik pembayaran itu didasarkan atas lamanya jam kerja maupun atas hasil
kerja atau ukuran-ukuran lainnya.
Kompensasi tidak sama dengan upah meskipun upah merupakan bagian
komponen yang paling besar. Kompensasi selain terdiri dari upah, dapat juga
berupa tunjangan innatura, fasilitas perusahaan, fasilitas kendaraan, dan masih
banyak yang lain yang dapat dinilai dengan uang serta cenderung diterimakan
secara tetap.
Pada prinsipnya, baik upah maupun gaji ialah imbalan jasa yang diberikan
kepada seorang pegawai atas jerih payah yang telah disumbangkan kepada
perusahaan tempat pegawai yang bersangkutan menyumbangkan tenaga atau
jasanya.
Disamping istilah gaji dan upah, kita juga sering mendengar istilah penghasilan.
Istilah ini lebih luas daripada gaji dan upah. Upah atau gaji dapat
60
diperhitungkan sebagai upah uang dan upah nyata. Upah uang ialah jumlah upah
yang dihitung menurut harga nominal mata uang yang diterima oleh pegawai. Upah
nyata ialah jumlah upah yang dihitung dengan menggunakan upah itu untuk
memperoleh barang-barang kebutuhan yang diperlukan pegawai yang
bersangkutan.
Penghasilan dapat terdiri dari beberapa komponen, antara lain :
a. gaji atau upah pokok
b. tunjangan-tujangan, misalnya : tunjangan istri/suami, tunjangan anak, tunjangan
jabatan, tunjangan perumahan (emolumen), tunjangan kemahalan, tunjangan
perusahaan (premi produksi/incentive)
c. uang lembur
d. dalam bentuk natura (beras, minyak gareng, dan gula pasir)
e. pakaian dinas
f. perumahan dinas
g. kendaraan dinas
Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa yang dikatakan bahwa
yang dimaksud dengan penghasilan adalah jumlah penerimaan yang diterima dan
yang dapat dinikmati oleh seorang pegawai baik dalam bentuk uang maupun barang
yang dapat dinilai dengan uang.
Upah merupakan salah satu pokok didalam menghitung ongkos produksi dan
sekaligus merupakan komponen harga pokok yang sangat menentukan tinggi
rendahnya harga produk. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat upah :

61
1. Penawaran dan permintaan tenaga kerja
Untuk tenaga kerja yang membutuhkan skill tinggi dan jumlah tenaga kerjanya
langka, maka upah cenderung tinggi, sedangkan untuk jabatan-jabatan yang
mempunyai penawaran yang melimpah, upah cenderung menurun.
2. Organisasi buruh
Adanya serikat buruh yang kuat akan menaikkan tingkay upah.
3. Kemampuan untuk membayar
Tingginya upah cenerung menaikkan biaya produksi dan akhinya mengurangi
keuntungan.
4. Produktivitas
Prestasi dalam hal ini dinyatakan dengan produktivitas. Yang menjadi masalah
adalah belum adanya kesepakatan-kesepakatan dalam menghitung produktivitas
sebagai dasar pemberian upah perangsang.
5. Biaya hidup
Di kota-kota besar, biaya hidup cenderung tinggi sehingga upah juga cenderung
tinggi.
6. Pemerintah
Peraturan tentang upah minimum merupakan batas bawah dari tingkat upah
yang harus dibayarkan.

Anda mungkin juga menyukai