Anda di halaman 1dari 9

Meningkatkan Integritas, Akuntabilitas dan Kekayaan Publik Yang Baik dan Benar dari Perspektif United Nations Convention

Against Corruption (UNCAC

A! Penda"uluan Pemberantasan korupsi merupakan salah satu agenda penting pemerintah dalam rangka membersihkan diri dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Korupsi merupakan kejahatan luar biasa dan sistematis sehingga diperlukan upaya yang luar biasa pula dalam memberantasnya. Selain menjadi agenda nasional, pemberantasan korupsi juga merupakan agenda internasional. Keberadaan lembaga anti korupsi memiliki nilai yang sangat strategis dan politis bagi pemerintahan suatu negara. Saat ini persoalan korupsi bukan hanya menjadi isu lokal, melainkan menjadi isu internasional. Bagi negara-negara sedang berkembang, keberhasilan menekan angka korupsi merupakan sebuah prestasi tersendiri. Hal ini akan berdampak pada arus investasi asing yang masuk ke negara tersebut. Negaranegara dengan tingkat korupsi tinggi tentunya akan kehilangan daya saing untuk merebut modal asing yang sangat dibutuhkan oleh negara yang sedang berkembang. Negara-negara maju dan lembaga donor internasional sangat menaruh perhatian terhadap peringkat korupsi yang dikeluarkan oleh lembaga survei internasional seperti Transparancy International dan PERC. Oleh karena itu Pemerintah ndonesia sangat memberi perhatian serius dalam upaya pemberantasan korupsi. Salah satu upayanya adalah membentuk lembaga anti korupsi yang diberi nama KPK. !esolusi "#$% tanggal &' Oktober ())&, *ajelis +mum PBB akhirnya menerima United Nation Convention Against Corruption ,+N-.-/, yang disahkan melalui Kon0erensi 1ingkat 1inggi tanggal 2-'' 3esember ())& di *erida, *e4i5o berdasarkan !esolusi nomor "6$'72. United Nation Office on Drugs and Crime ,+NO3-/ men5atat, '%) negara pihak telah menandatangani konvensi, dan ')& diantaranya telah merati0ikasi pada hukum positi0 yang berlaku di masing-masing negara pihak.' Kelahiran +N-.tidak dapat dipisahkan dari ke5emasan dunia nternasional terhadap e0ek dan potensi negati0 korupsi. 3alam ka5amata global, selain menghambat investasi, korupsi itu sendiri adalah hambatan terbesar untuk merealisasikan keseimbangan pendapatan, kesejahteraan, akses
1

http://www.unodc.org/unodc/crime_signatures_corruption.html, Diakses pada tanggal 12 April 2013. Sesuai dengan asal !" a#at $1% kon&ensi, '()A) dianggap *erlaku pada hari ke+,0 setelah tanggal pen#impanan instrumen ke+30 rati-ikasi, penerimaan, persetu.uan, atau tepatn#a pada tanggal 1/ Desem*er 2000.

pendidikan bahkan pemberantasan kemiskinan. Salah satu 0aktor terpenting adalah saat arus uang dan pola-pola korupsi ternyata telah menembus sekat-sekat kedaulatan negara. Hal ini menjadi masalah krusial jika di masing-masing negara terdapat standar hukum yang berbeda, bahkan seringkali bertolak belakang dalam hal perla8anan terhadap korupsi. Bukan tidak mungkin sebuah perbuatan yang di satu negara diklasi0ikasikan sebagai tindak pidana korupsi, ternyata dinilai sebaliknya di negara lain. ndonesia adalah salah satu dari ')& negara yang telah merati0ikasi konvensi pada tanggal '2 September ())7, yang dituangkan pada +ndang-+ndang 6 1ahun ())7 tentang Pengesahan United Nations Convention Against. Corruption, ())&. Sebagai negara pihak, ndonesia berkepentingan sekaligus berke8ajiban melakukan penyesuaian standar hukum, regulasi, dan strategi pemberantasan korupsi di level nternasional. 3alam posisi ndonesia sebagai salah satu negara pihak +N-.-, ndonesia terikat dengan konvensi, tepatnya sejak '2 September ())7 ketika ndonesia merati0ikasi +N-.- melalui +ndang-+ndang Nomor 6 tahun ())7 ,++ No. 6$())7/ tentang Pengesahan United Nations Convention Against Corruption, ())&. *eskipun se5ara tegas mereservasi Pasal 77 ayat ,(/, penandatanganan dan rati0ikasi sekaligus adalah penegasan ndonesia sebagai bagian dari kerjasama nternasional dalam perla8anan terhadap korupsi. Kerjasama tersebut dikongkritkan negara pihak melalui penyelenggaraan kon0erensi ,Co P! Confrence of tates Party/. Sesuai dengan Pasal 7& ayat ,'/, kon0erensi diselenggarakan untuk meningkatkan kapasitas dan kerjasama negara-negara peserta demi pen5apaian tujuan dan sasaran +N-.-. Seperti diketahui, kon0erensi pertama telah dilaksanakan di 9ordan-3ead Sea, ') to '% 3e5ember ())7. Pertemuan tersebut pada akhirnya menghasilkan delapan resolusi dan satu keputusan. Keputusan yang dihasilkan adalah posisi ndonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan kon0erensi kedua ,(nd -oSP/. Sedangkan, resolusi berbi5ara tentang:( "#$ Revie% of implementation& "'$ Informationgat(ering mec(anism on t(e implementation of t(e United Nations Convention against Corruption! ")$ Appeal to tates parties and invitation to signatories to t(e United Nations Convention against Corruption to adapt t(eir legislation and regulations& "*$ Esta+lis(ment of an intergovernmental %or,ing group on asset recovery& "-$ Tec(nical assistance& ".$ International cooperation %or,s(op on tec(nical assistance for t(e implementation of t(e United Nations
2

Independent Report Corruption Assessment and Compliance United Nation Convention Against Corruption (UNCAC)-2003 in Indonesian Law http://antikorupsi.org/new/download/independentreport2ndcospuncac+id.pd-, Diakases pada tanggal 12 april 2013.

Convention Against Corruption& "/$ Consideration of +ri+ery of officials of pu+lic international organi0ations& dan! "1$ 2est practices in t(e fig(t against corruption.& .tas dasar itulah setiap negara peserta kon0erensi harus menjalankan se5ara maksimal setiap resolusi dan keputusan yang dihasilkan. Salah satu bagian prinsipil yang menjadi ke8ajiban ndonesia sebagai negara peserta adalah upaya revie% of implementation serta kontinuitas harmonisasi peraturan perundang-undangan yang disesuaikan dengan standar umum pada +N-.-. 3engan 5atatan, hal ini tidak menghilangkan tanggungja8ab ndonesia untuk melaksanakan resolusi lainnya.% Peraturan perundang-undangan yang signi0ikan membangun kerangka hukum perla8anan korupsi setidaknya men5akup: +ndang-undang nomor (# tahun '222 tentang Pemerintahan yang Bersih dari Korupsi, Kolusi dan nepotisme; +ndang-+ndang nomor &' tahun '222 3o +ndang-+ndang () tahun ())' tentang Pemberantasan 1indak Pidana Korupsi; +ndang-+ndang Nomor &) tahun ())( tentang Komisi Pemberantas Korupsi; +ndang-+ndang Nomor '" 1ahun ())( dan +ndang-+ndang Nomor (" 1ahun ())& tentang Pen5u5ian +ang; dan +ndang-+ndang Nomor '& 1ahun ())7 tentang <embaga Perlindungan Saksi dan Korban.

B! I#ple#entasi United Nations Convention Against Corruption (UNCAC di Indonesia Konvensi PBB tentang Pemberantasan Korupsi ,+nited Nation -onvention .gainst -orruption atau +N-.-/ mengatur tentang aset re5overy pada Bab =, pengembalian asset ini merupakan perinsip yang mendasar dalam +N-.dimana setiap Negara harus memberikan bantuan dan Negara > negara peserta 8ajib saling memberikan kerjasama dan bantuan yang seluas- luasnya mengenai hal ini. Pemerintah !epublik ndonesia telah merati0ikasi +N-.ini dengan +ndang- +ndang No. No. 6 1ahun ())7 tentang Pengesahan +N-.-, <embaga Negara ,<N/ No. &( 1ahun ())7, 1ambahan <embaran Negara ,1<N/ No. %7(), sesuai dengan +ndang-undang No. (% 1ahun ())) tentang Perjanjian nternasional, tindakan pengesahan tersebut dilaksanakan melalui undang > undang yang disetujui 3P! - ! dengan telah memberlakukan Konvensi tersebut sebagai hukum nasional ndonesia yang menimbulkan ke8ajiban hukum bagi setiap lembaga atau individu di ndonesia. 1ujuan +N-.- dimuat dalam Bab
3 /

Pasal ' Pernyataan 1ujuan

1*id. 1*id.

adalah pertama, meningkatkan dan memperkuat tindakan - tindakan untuk men5egah dan memberantas korupsi se5ara lebih e0isien dan e0ekti0; kedua *eningkatkan, memudahkan dan mendukung kerja sama internasional dan bantuan tehnik dalam upaya pen5egahan dan pemberantasan korupsi, termasuk pengembalian aset; dan meningkatkan integritas, akuntabilitas dan pengelolaan masalah serta kekayaan publik dengan baik dan benar. 1ujuan tersebut menjadi akar dibentuknya re0ormasi dalam menanggulangi permasalahan korupsi transnasional. Berpegang teguh pada prinsip saling menghormati kepada masing - masing negara pihak konvensi kemudian di5apai kesepakatan untuk menggunakan +N-.- sebagai dasar hukum untuk menindak para koruptor. Komponen yang terdapat dalam pasal +N-.- telah memba8a progres ke arah yang lebih maju mengenai kebutuhan akan bantuan yang bersi0at teknis untuk membantu agenda anti korupsi yang diakui oleh semua negara, baik negara berkembang mau pun negara maju. Kebutuhan tersebut diakomodir dan dipenuhi sesuai dengan isi yang terkandung dalam +N-.-. Negara tetap berperan utama dalam pemberantasan tindak pidana korupsi karena negaralah yang memiliki state sovereignty ,kedaulatan negara/ sehingga berkuasa atas hal - hal yang terjadi atasnya. Segala bentuk tindakan yang diambil oleh negara menjadi tanggung ja8abnya se5ara penuh baik mulai dari tahap peren5anaan hingga hasil akhir. Negara peserta dan perati0ikasi konvensi telah memahami sepenuhnya dan menyetujui penggunaan sarana hukum untuk pengembalian aset korupsi sebagai bagian dari tanggung ja8ab kolekti0 semua negara, bukan saja negara yang harta kekayaannya telah dikorupsi. Kerjasama antar negara ini menjadi penting mengingat korupsi bukan lagi kejahatan lokal atau nasional. korupsi telah menjadi kejahatan luar biasa ,e4traordinary 5rime/ yang bersi0at transnasional karena bisnis sudah bersi0at transnasional, mele8ati lintas batas negara. 1erdapat tiga upaya dalam usaha pengembalian aset luar negeri melalui +N-.-. Pertama , dengan menuntut para koruptor melalui 5ivil allegation ,perdata/. Hal itu dimaksudkan untuk membekukan aset milik negara agar bisa dibekukan di negara tempat aset tersebut disimpan. Selain itu, demi menghambat agar aset tersebut tidak lari, pemerintah pun akan melakukan 0ull dis5losure agar tidak mampu tersentuh lagi oleh ulah koruptor. Kedua, pemerintah melalui +N-.- bisa melaku kan perampasan paksa terhadap aset 0isik yang dimiliki koruptor di luar negeri. Ketiga, menggunakan kekuatan konvensi tersebut di dalam Negara - negara yang di5urigai sebagai tempat bersembunyinya koruptor. .da beberapa

nstrumen +N-.- yang diatur dalam ketentuan hukum di ndonesia yang dijelaskan pada bagian di ba8ah ini.

*utual <egal .sisten *<. ,*utual <egal .ssistan5e/ atau bantuan hukum timbal balik merupakan suatu saran atau 8adah untuk meminta bantuan kepada Negara lain untuk melakukan penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan terhadap suatu perkara yang melibatkan dua negara atau lebih. *<. ini sangat dianjurkan dalam berbagai pertemuan internasional dan Konvensi PBB, misalnya dalam +nited Nations -onvention .gainst -ooruption ,+N-.-/. Negara penandatangan di anjurkan untuk memiliki kerja sama internasional antara lain, dalam bentuk *<. guna memberantas korupsi. *<. melibatkan proses hukum dan akan berdampak pada kepentingan pribadi sutau negara. Hal ini juga berkaitan dengan hal - hal sema5am penyitaan harta jaminan, pengambilalihan saksi, dan penahahanan pelaku kejahatan. Keuntungan dari *<. adalah pemerintah yang dimohonkan menginjinkan negara pemohon untuk menerapkan aturan penegakan hukum dan memperoleh barang bukti untuk melaksanakan proses penuntutan.

ndonesia sudah mempunyai undang -undang yang merupakan payung dari *<., yaitu +ndang - +ndang Nomor ' 1ahun ())7 tentang Perjanjian Bantuan 1imbal Balik yang berlaku sejak & *aret ())7. ++ ini mengatur ruang lingkup *<., prosedur *utual .ssistan5e !e?uest ,*.!/ dan pembagian hasil tindak pidana yang disita kepada negara yang membantu. 3i samping itu 3alam Pasal ## sampai dengan Pasal 2' ++ No # 1ahun ()') tentang Pen5egahan dan Pemberantasan 1indak Pidana Pen5u5ian +ang diatur juga masalah *<. dan kerjasama lainnya dalam rangka menelusuri aset dan pengembalian aset sebagai tindak pidana pen5u5ian uang. Hal mengenai *<. juga diatur dalam Konvensi .nti Korupsi ,+N-.- ())&/ dalam Pasal %7. *<. pada intinya dapat dibuat se5ara bilateral atau multilateral. *<. bilateral ini dapat didasarkan pada perjanjian *<. atau atas dasar hubungan baik timbal balik ,resiprositas/ dua negara. Perjanjian *<. antara ! dengan .ustralia diatur dalam ++ No # tahun '22%. Objek *<., antara lain, pengambilan dan pemberian barang bukti. ni termasuk pernyataan, dokumen, 5atatan, identi0ikasi lokasi keberadaan seseorang, pelaksanaan permintaan untuk pen5arian barang

bukti dan penyitaan, pen5arian, pembekuan, dan penyitaan aset hasil kejahatan, mengusahakan persetujuan orang yang bersedia memberikan kesaksian atau membantu penyidikan di negara peminta bantuan *<..

*enurut ++ No.' 1ahun ())7 tentang Bantuan 1imbal Balik 3alam *asalah Pidana yang dimaksud bantuan timbal balik dalam masalah pidana adalah permintaan bantuan kepada negara asing berkenaan dengan penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan, sedangkan bentuknya berupa mengidenti0ikasi dan men5ari orang; mendapatkan pernyataan atau bentuk lainnya; menunjukkan dokumen atau bentuk lainnya; mengupayakan kehadiran orang untuk memberikan keterangan atau membantu penyidikan; menyampaikan surat; melaksanakan permintaan penggeledahan dan penyitaan; perempasan hasil tindak pidana; memperoleh kembali sanksi denda berupa uang sehubungan dengan tindak pidana; melarang transaksi kekayaan, membekukan asset yang dapat dilepaskan atau disita, atau yang mungkin diperlukan untuk memenuhi sanksi denda yang dikenakan, sehubungan dengan tindak pidana; men5ari kekayaan yang dapat dilepaskan atau yang mungkin diperlukan untuk memenuhi sanksi denda yang dikenakan, sehubungan dengan tindak pidana dan$atau; bantuan lain sesuai dengan undang - undang No. ' 1ahun ())7. Hal - hal tersebut di atas erat kaitannya dengan sistem pembuktian. Sistem pembuktian di dalam K+H.P adalah sistem negatie0 8ettelijk untuk dapat dijadikan alat bukti pada tahap penyidikan, penuntutan, dan proses di sidang pengadilan, jika dalam tahap tersebut belum ditemukan ( ,dua/ alat bukti yang sah menurut undang - undang maka pelaku tidak dapat di hukum 8alaupun hakim berkeyakinan bah8a pelaku bersalah atau sebaliknya jika hakim yakin terdak8a bersalah tetapi ( ,dua/ alat bukti tidak dipenuhi. Pengambilan bukti - bukti berupa asset yang berada di negara asing diperlukan kerjasama dengan negara asing melalui bantuan hukum timbal balik. 3i dalam negeri sendiri instansi terkait harus berkoordinasi dan bekerjasama.

*enurut ++ Bantuan 1imbal Balik 3alam *asalah Pidana kerjasama dan koordinasi di dalam negeri dilakukan oleh sebuah -entral .uthority sebagai 8adah untuk meminta bantuan kepada negara asing atau sebaliknya. -entral .uthority di ndonesia adalah

Kementerian Hukum dan Hak .sasi *anusia tentu berbeda dengan beberapa negara lainnya yang mana -entral .uthority adalah 3epartemen o0 9usti5e dimana memba8ahi se5ara langsung proses penyidikan dan penuntutan sedangkan Kementerian Hukum dan H.* hanya merupakan lembaga otoritasasi administrasi yang tidak se5ara langsung melakukan penyelidikan dan penyidikan sehingga merupakan salah satu 0aktor penghambat lemahnya proses negosiasi dalam penyusunan *<. dengan negara lain, perlu dipertimbangkan untuk memberikan ke8enangan kepada Kejaksaan sebagai -entral .uthority menyangkut proses kerjasama dalam penanganan aset di luar negeri maupun pengembalian orang sebagai pelaku tindak pidana. .dapun *<. yang telah dibuat dan ditandatangani oleh Pemerintah !epublik ndonesia dengan Negara - negara tempat tujuan aset hasil tindak pidana korupsi belum begitu memadai dan perlu adanya upaya - upaya pemerintah untuk menambah jumlah dan lingkup kerjasama dalam *<. guna mengembalikan aset hasil dari tindak pidana korupsi tersebut, berikut beberapa Negara - negara yang telah melakukan perjanjian kerjasama dalam *<. dengan ndonesia.

@kstradisi Kata @kstradisi berasal dari bahasa latin Ae4tradereB ,kata kerja/ yang terdiri dari kata e4 artinya Keluar dan trader artinya memberikan atau menyerahkan,kata bendanya ekstradio yang artinya penyerahan.
"

stilah ekstradisi ini lebih dikenal atau biasanya

digunakan terutama dalam menyerahan pelaku kejahatan dari suatu negara kepada negara pemintaan Pengembalian koruptor ke negara asalnya dapat dilakukan dengan ekstradisi. @kstradisi dilakukan antar negara yang memiliki perjanjian ekstradisi, 5ontohnya adalah +ndang +ndang No # tahun '2#% tentang Perjanjian @kstradisi antara ndonesia .ustralia. Perjanjian @kstradisi dapat juga dilakukan atas dasar kerjasama antar instansi penegak hukum. @kstradisi pada hakikatnya menunjuk pada suatu proses dimana berdasarkan traktat atau atas dasar resiprositas suatu negara menyerahkan ke negara lain atas permintaannya seseorang yang dituduh atau dihukum karena melakukan tindak kejahatan. Peraturan perundangan di ndonesia yang mengatur tentang ekstradisi adalah +ndang +ndang No ' 1ahun '262. Hingga 1ahun ())6, ndonesia telah mengadakan
0

2.3 4ante 5 S6 Santuri,2002, Asas+asas 7ukum idana di 1ndonesia dan penerapann#a, 8akarta : Storia 9ra-ika,hlm. 1!:

perjanjian ekstradisi dengan tujuh negara, dan seluruh perjanjian tersebut disepakati se5ara bilateral. ndonesia sudah memiliki tujuh perjanjian bilateral soal ekstradisi. Sepanjang perjanjian ekstradisi bias dilakukan khususnya terhadap pelaku tindak pidana korupsi yang berada di Negara tujuan asset ditepatkan adalah baik jika target utamanya penyelesaian le8at 5onvi5tion base pro5edure yang menentukan tersangka lebih dahulu dinyatakan bersalah dan asetnya sebgai bagian dari yang terpisahkan dari perbuatan tersebut disita tetapi yang terpenting adalah bagaimana mengembaliksn orang bersamasama dengan hartanya, hal ini belum diatur dalam ektradisi.

C! Peningkatan Integritas, Akuntabilitas Pengelolaan Masala"$Masala" dan Kekayaan Publik dari Perspektif Corruption (UNCAC United Nations Convention Against

Beberapa instrument hokum yang perlu dibentuk sebagai bentuk rati0ikasi terhadap +N-.- yang belum diatur di ndonesia diantaranya adalah sebagai berikut. Pertama, Pengembalian asset melalui jalur non 5onvi5tion base ,in rem system/ dalam system hokum a5ara perdata nasional dengan prinsip bah8a yang dinyatakan kejahatan adalah benda yang diduga berasal dari tindak pidana korupsi sehingga benda tersebut dapat langsung disita oleh Negara sampai pemilik dapat membuktikan bah8a benda tersebut bukan hasil dari tindak pidana. Kedua, membuat instrument hokum dalam kitab ++ Hukum .5ara Pidana khususnya pembuktian terbalik artinya setiap pejabat Negara ataupun pihak yang diuntungkan dari perbuatan tindak pidana korupsi harus membuktikan asal muasal hartanya kepada pengadilan. Pada saat ini pembuktian terbaik hanya dikhususkan untuk tindak pidana grati0ikasi yang nilainya hanya diatas !p ').))).))),- seharusnya bukan hanya tindak pidana grati0ikasi tetapi seluruh tidak pidana korupsi dapat dimintakan proses pembuktian terbalik. Ketiga, kriminalisasi penyuapan di se5tor s8asta ,bribery in the private se5tor/ artinya pihak yang disuap dan menyuap adalah se5tor s8asta diluar ketentuan yang ada dalam ++ No. () tahun ())' tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, hal ini penting karena di

se5tor s8asta terhadap perusahaan-perusahaan yang mempengaruhi perekonomian di ndonesia apabila ada unsur-unsur tindak pidana korupsi dapat dipidana. Keempat, kriminalisasi terhadap penyuap pejabat publi5 asing dan pejabat organisasi internasional publi5 ,bribery o0 0oreign publi5 o00i5ial dan o00i5ial o0 Publi5 nternational organiCations/. 1indakan-tindakan terebut meliputi dengan sengaja menjanjikan, mena8arkan, atau memberikan kepada seorang pejabat publikasing atau seorang pejabat dari suatu organisasi internasional publi5, agar pejabat itu bertindak atau menahan diri melakukan suatu tindakan dalam melaksanakan tugas resminya, guna memperoleh atau mempertahankan bisnis atau keuntungan lain yang tidak layak berkaitan dengan perilaku bisnis internasional.7 Kelima, kriminaliasi perbuatan menggelapakan, penyalahgunaan dan penyimpangan harta kekayaan Negara dilakukan oleh pejabat publi5 atau pejabat Negara sebagaimana diatur dalam +N-.- pasal '6 dan yang dilakukan di se5tor s8asta P.sal ((. Pasal '6 +N-.- tidak hanya melakukan kriminalisasi terhadap penggeliapan saja, tetapi juga penyalahgunaan atau penyimpangan atas harta kekayaan dalam bentuk apapun yang diper5ayakan kepada pejabat publi5.

%! Kesi#pulan

Saldi 1sra dan 2dd# ;.S, 200,, erspekti- 7ukum em*erantas 4orupsi Di 1ndonesia, 8akarta, 9ramedia ustaka 'tama, hlm. !00

Anda mungkin juga menyukai