Anda di halaman 1dari 6

Jenis jenis Im unisasi Dasar 1.

. Imunisasi Polio Penyakit polio atau polimielitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus polio. Penyakit ini menyerang susunan saraf pusat dan dapat menyebabkan kelumpuhan. Masa inkubasi virus biasanya 8 12 hari, tetapi dapat juga berkisar dari 5 5 hari, sekitar !" !5# kasus infeksi polio tidak menimbulkan gejala ataupun kelainan. $aat ini terdapat 2 jenis polio yaitu oral polio vaccine % &P' ( dan inactivated polio vaccine % )P' (. 'aksin polio oral %&P'( berisi virus polio hidup tipe 1,2, dan yang dilemahkan %attenuated(. 'aksin ini merupakan jenis vaksin polio yang digunakan se*ara rutin. 'irus dalam vaksin akan masuk ke saluran pen*ernaan, kemudian ke darah. 'irus akan memi*u pembentukan antibodi sirkulasi maupun antibodi lokal di epitel usus. 'aksin polio inaktif %)P'( berisi virus polio tipe 1, 2 dan yang diinaktivasi

dengan formaldehid. +alam vaksin ini juga terdapat neomisisn, streptomisin, dan polimiksasin ,. 'aksin diberikan dengan *ara suntikan subkutan.vaksin akan memberikan imunitas jangka panjang %mukosa maupun humoral( terhadap tie virus polio, namun imunitas mukosa yang ditimbulkan lebih rendah dari vaksin polio oral. +i )ndonesia, vaksin polio yang digunakan adalah vaksin polio oral %&P'(. Menurut rekomendasi )+-), vaksin polio diberikan sebanyak . kali / saat bayi dipulangkan dari rumah sakit atau pada kunjungan pertama %polio "(, pada usia 2 bulan, 0 bulan, . bulan, 18 bulan, 5 tahun dan 12 tahun. 1fek samping dari vaksin atau yang biasa dkenal dengan kejadian ikutan pas*a imunisasi %2)P)( polio antara lain pusing, diare ringan, dan nyeri otot. 1fek samping yang paling ditakutkan ialah vaccine associated polio paralytic %'-PP(. '-PP terjadi pada kira kira 1 kasus per 1 juta dosis pertama penggunaan &P' dan setiap 2,5 juta dosis &P' lengkap yang diberikan. Pada pemberian &P', virus akan bereplikasi pada usus manusia. Pada saat replikasi tersebut, dapat terjadi mutasi sehingga virus yang sudah dilemahkan kembali menjadi neyrovirulen dan dapat menyebabkan lumpuh layu akut.

)ndikasi kontra pemberian vaksin polio antara lain anak dalam keadaan penyakit akut, demam %3 8o4(, muntah atau diare berat, sedang dalam pengobatan imunosupresi oral maupun suntikan termasuk pengobatan radiasi umum, memiliki keganasan yang berhubungan dengan retikuloendotelial dan yang mekanisme imunologisnya terganggu, infeksi 5)', dan hipersensitif terhadap antibiotik imunosupresi juga tidak boleh diberikan vaksinasi polio. 2. Imunisasi Hepatitis B 5epatitis merupakan penyakit peradangan pada hati. Penyebabnya berma*am ma*am, salah satunya adalah virus hepatitis , yang menyebabkan penyakit hepatitis ,. 5epatitis , umumnya asimtomatik, namun seringkali menjadi kronis. )nfeksi hepatitis , juga dapat menimbulkan kanker serta sirosis hati. Penyakit ini ditularkan melalui darah %blood borne transmission(, misalnya akibat pemakaian jarum suntik yang bergantian, mendapatkan transfusi darah dari penderita hepatitis ,, atau melalui mikrolesi pada saat hubungan seksual. $elain itu, ibu yang menderita hepatitis , dapat menularkan infeksi kepada bayinya pada saat proses persalinan. 6ntuk itu, perlu diberikan vaksin hepatitis , dalam 7aktu kurang dari 20 jam sejak lahir. $ekitar "# populasi dunia se*ara serologis menunjukkkan positif gejala

hepatitis ,. +ari jumlah tersebut diperkirakan 5" juta orang mengalami hepatitis , kronik, 5"" 85" ribu akan meninggal karena sirosis hati dan atau berkembang menjadi kanker hati. $ampai saat ini terapi hepatitis , masih kurang memuaskan sehingga upaya pen*egahan, terutama melalui imunisasi, sangat diperlukan. 'aksin hepatitis , telah dikenal tahun 1!82. 'aksin ini mengandng " 0" 9g protein 5bs-g %antigen virus hepatitis ,(. )munisasi hepatitis , untuk balita diberikan sebanyak kalui, yaitu segera setelah lahir, usia 1 bulan, dan diantara usia . bulan. Pemerintah )ndonesia menyediakan vaksin hepatitis , se*ara gratis bagi bayi yang baru lahir. &leh sebab itu, bayi yang lahir di rumah harus memberitahu fasiitas pelayanan kesehatan terdekat agar se*epatnya mendapatkan vaksin hepatitis ,. )munisasi hepatitis , dilakukan dengan menyuntikan di paha se*ara intramuskular dalam. 2ejadian ikutan pas*a imunisasi hepatitis , %efek samping( biasanya berupa reaksi lokal yang ringan dan segera menghilang. 2adang kadang dapat timbul demam ringan untuk 1 2 hari. 'aksin hepatitis , dikenal aman dan

efektif. 1fektivitas vaksin men*apai !" !5# dalam men*egah timbulnya penyakit hepatitis ,. Pertahanan akan bertahan sampai minimal 12 tahun setelah imunisasi. $ampai saat ini tidak ada indikasi kontra absolut pemberian vaksin hepatitis ,. 2ehamilan dan laktasi bukan indikasi kontra imunisasi hepatitis ,.

3. Imunisasi BCG :uberkulosis merupakan penyakit yang sudah mun*ul sejak bertahun tahun yang lalu. Penyebabnya adalah Mycobacterium tuberkulosis. Pemberian ,4; merupakan salah satu upaya pen*egahan terhadap penyakit ini. Bacille Calmette Guerin %,4;( adalah vaksin galur My*oba*terium bovis yang dilemahkan, sehingga didapat basil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas. 'aksin ,4; pertama kali digunakan pada tahun 1!21 dan merupakan salah satu vaksin yang penggunaannya paling luas. <ata rata sekitar 8"# bayi dan anak anak di negara yang menggalakkan imunisasi akan mendapatkan vaksin ini. $elain sebagai upaya pen*egahan infeksi primer penyakit tuberkulosis, vaksin ,4; ini sebenarnya diberikan untuk menurunkan resiko tuberkulosis berat seperti tuberkulosis meningitis dan tuberkulosis milier. 'aksin ,4; biasa diberikan pada umur = 2 bulan. >amun, dapat juga diberikan pada umur " 12 bulan untuk mendapatkan *akupan imunisasi yang lebih luas. 'aksin ,4; sebaiknya diberikan pada anak dengan tes mantoux negatif. 'aksin ini diberikan pada daerah deltoid kanan sehingga apabila terjadi limfadenitis %aksila( mudah terdeteksi. 6ntuk menjaga kualitasnya, vaksin ini harus disimpan pada suhu 2 8 derajat *el*ius dan tidak boleh terkena matahari. 1fek proteksi dari ,4; timbul 8 12 minggu setelah penyuntikan dengan presentasi proteksi bervariasi. ,4; ulangan tidak dianjurkan oleh negara karena manfaatnya diragukan mengingat efektivitas perlindungan hanya 0"#, 8"# kasus :b berat ternyata mempunyai parut ,4;, kasus de7asa dengan ,:-? di )ndonesia *ukup tinggi 7alaupun sudah mendapat pada masa anak anak. 1fek samping penyuntikan ,4; se*ara intradernal akan menimbulkan ulkus lokal yang superfisial minggu setelah penyuntikan. 6lkus yang pada akhirnya akan bulan. meninggalkan parut dengan diameter 0 8mm akan sembuh dalam 7aktu 2

6kuran ulkus yang terbentuk tergantung pada dosis yang diberikan. 2omplikasi yang sering terjadi antara lain eritema nodosum, iritis, lupus vulgaris, dan osteomielitis. )ndikasi kontra pemberian vaksin ,4; antara lain reaksi uji tuberkulin 35mm, sedang menderita infeksi 5)' atau dengan resiko tinggi infeksi 5)', immunokompromais akibat kortikosteroid, gi@i burk, sedang menderita demam tinggi, menderita infeksi kulit yang luas, pernah sakit :b, dan kehamilan.

4. Imunisasi DTP 'aksin +:P mengandung toksoid difteri, toksoid tetanus dan vaksin pertusis. +engan demikian vaksin ini memberi perlindungan terhadap penyakit sekaligus, yaitu difteri, pertusis, dan tetanus. Penyakit difteri dan tetanus disebabkan oleh toksin dari bakteri. &leh karena itu, dalam upaya pen*egahannya %imunisai( hanya diberikan toksoid yaitu toksin bakteri yang dimodifikasi sehingga tidak bersifat toksik namun dapat menstimulasi pembentukan antitoksin. $ementara penyakit pertusis, 7alaupun juga melibatkan toksin dalam patogenesisnya, memiliki antigen antigen lain yang berperan dalam timbulnya gejala ppenyakit, sehingga upaya pen*egahannya diberikan dalam bentuk vaksin. +ifteri merupakan suatu penyakit akut yang disebabkan oleh toksin dari kuman Corynebacterium diphteriae. -nak dapat terinfeksi kuman difteri pada nasofaringnya. ;ejala yang timbul antara lain sakit tenggorokan dan demam. 2emudian akan timbul kelemahan dan sesak napas akibat obstruksi pada saluran napas, sehingga perlu dilakukan intubasi atau trakeotomi. +apat pula timbul komplikasi berupa miokarditis, neuritis, trombositopenia, dan proteinuria. Pertusis atau batuk rejan %batuk seratus hari( disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. $ebelum ditemukannya vaksin pertusis, penyakit ini merupakan penyakit tersering yang menyerang anak anak dan merupakan penyebab utama kematian. 2uman Bordetella pertusis akan menghasilkan beberapa natigen, yaitu toksin pertusis, filamen hemaglutinin, aglutinogen fimbriae, adenil siklase, endotoksin, dan sitotoksin trakea. ;ejala utama pada pertusis yaitu terjadinya batuk paroksimal tanpa inspirasi yang diakhiri dengan bunyi whoop. $erangan batuk

sedemikian berat sehingga dapat menyebabkan pasien muntah, sianosis, lemas, dan kejang. :etanus merupakan penyakit akut yang disebabkan toksin dari bakteri Clostridium tetani. $eseorang dapat terinfeksi tetanus apabila terdapat luka yang memungkinkan bakteri ini hidup di sekitar luka tersebut dan memproduksi toksinnya. :oksin tersebut selanjutnya akan menempel pada saraf di sekitar daerah luka dan mempengaruhi pelepasan neurotransmitter inhibitor yang berakibat kontraksi serta spastisitas otot yang tidak terkontrol, kejang kejang, dan gangguan saraf otonom. 2ematian dapat terjadi akibat gangguan pada mekanisme pernapasan. 'aksin +:P dibedakan menjadi 2, yaitu +:7P dan +:aP berdasarkan perbedaan pada vaksin tetanus. +:7P %+ifteri :etanus whole cell Perusis( mengandung suspensi kuman ,. pertusis yang telah mati, sedangkan +:aP %+ifteri :etanus acellular Pertusis( tidak mengandung seluruh komponen kuman ,. Pertusis, melainkan hanya pembentukan antibosi. 'aksin +tap mempunyai efek samping yang lebih ringan dibandingkan vaksin +:7P. 'aksin +:P diberikan saat anak berumur 2, 0, dan . bulan. $etelah itu, dapat dilanjutkan dengan pemberian vaksin kembali saat anak berumur 18 bulan, 5 tahun dan 12 tahun. +ua hal yang diyakini sebagai indikasi kontra mutlak pemberian vaksin pertusis, baik whole cell maupun aseluler, adalah ri7ayat anafilaksis pada pemberian vaksin sebelumnya dan enselopati sesudah pemberian vaksin pertusis sebelumnya. 2ejadian ikutan pas*a imunisasi +:P dapat berupa reaksi lokal kemerahan, bengkak, nyeri pada tempat injeksi, ataupun demam. 2ejadian ikutan yang paling serius adalah terjadinya enselopati akut atau reaksi anafilaksis dan terbukti disebabkan oleh pemberian vaksin pertusis. 5. Campak 4ampak merupakan penyakit menular dan bersifat akut yang disebabkan oleh virus *ampak. Penyakit ini menular le7at udara melalui sistem pernafasan dan biasanya virus tersebut akan berkembang biak pada sel sel di bagian belakang kerongkongan maupun pada sel di paru paru dan menyebabkan gejala gejala seperti demam, malaise, kemerahan pada mata, radang saluran nafas bagian atas, serta

timbul binti kemerahan yang dimulai dari batas rambut di belakang telinga, kemudian berangsur angsur menyebar di daerah 7ajah, leher, tangan dan seluruh badan. 4ara penularan penyakit ini dapat melalui droplet penderita *ampak pada stadium a7al yang mengandung paramyxovirus dan kontak langsng dengan penderita maupun benda benda yang terkontaminasi paramyxovirus. 6ntuk men*egah tertular penyakit *ampak, seseorang perlu diberikan vaksin *ampak, yang sebenarnya adalah strain dari virus *ampak yang teah dilemahkan. 'aksin *ampak mulai digunakan pada tahun 1!. dan dikembangkan lagi pada tahun 1!.8. 2ombinasi vaksin *ampak gondongan rubella % measles-mumps-rubella, MM<( mulai diterapkan pada tahun 1!81, dan pada tahun 2""5 telah dikembangkan lagi kombinasi vaksin *ampak gondongan vari*ella %MM<'(. Pemberian vaksin *ampak dianjurkan 2 kali untuk mengurangi kemungkinan terkena *ampak, pemberian pertama memberikan !5 !8# imunitas terhadap *ampak dan diberikan pada umur 12 A 15 bulan. Pemberian kedua memberikan !!# imunitas terhadap *ampak, dan dapt diberikan kapan saja asalkan berjarak lebih dari 0 minggu dari pemberian pertama. Pada anak anak biasanya diberikan saat anak berumur 0 . tahun, imunisasi *ampak dilakukan dengan menggunakan alat suntik sekali pakai untuk menghindari penularan penyakit seperti 5)'B-)+$ dan 5epatitis ,, dengan *ara disuntikan se*ara subkutan maupun intramuskular. 2ejadian ikutan pas*a imunisasi %2)P)( yang dapat terjadi setelah pemberian vaksin *ampak antara lain demam 3 !,5o4, ruam, ensefalitis, dan ensefalopati pas*a imunisasi. <eaksi 2)P) ini telah menurun sejak digunakannya vaksin *ampak yang dilemahkan. 'aksin *ampak tidak boleh diberikan pada orang yang sedang mengalami demam tinggi, dalam pengobatan imunosupresi, hamil, memiliki ri7ayat alergi, sedang dalam pengobatan dengan imunoglobulin atau bahan bahan komponen darah.

Anda mungkin juga menyukai