Anda di halaman 1dari 2

Kota Lama adalah potongan sejarah, karena dari sinilah ibukota Jawa Tengah ini berasal.

Semarang dan Kota Lama seperti dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan begitu saja. Dan tentu saja ini menghadirkan keunikan tersendiri. Sebuah gradasi yang bisa dibilang jarang ada ketika dua generasi disatukan hingga menciptakan gradasi yang cantik sebenarnya. Kota Semarang yang dulu sangat berbeda dengan yang sekarang. Dulu, pas abad 8 SM, kota Semarang adalah sebuah daerah yang bernama Bergota (atau Plagota). Daerah Semarang yang di sebelah Utara dulunya adalah laut. Tapi karena ada pengendapan lumpur terus menerus akhirnya daerah-daerah itu jadi daratan. Pada awal abad 15 daratan Semarang udah sampai ke daerah Sleko saat ini. Pada saat itu pelabuhan Semarang telah menjadi pelabuhan penting, sehingga banyak kapal dagang asing berlabuh di sana. Lalu mulailah orang-orang asing sering main ke Semarang. Pertama terdapat Pedagang Cina yang mulai masuk ke Semarang pada abad 15 . (pada abad ini Laksamana Cheng Ho mendarat yang seterusnya dia bikin kelenteng yang jadi Mesjid, yang sekarang disebut Kelenteng Sam Poo Kong (Gedong Batu)). Kedua, terdapat Portugis dan Belanda yang masuk ke Semarang pada permulaan abad 16, lalu pedagang dari Malaysia, India, Arab dan Persia yang mulai berdatangan pada abad 17. Di Semarang, para pendatang tersebut mulai membuat pemukiman-pemukiman etnis mereka masing-masing. Pada saat itu di semarang sedang berjaya kerajaan Mataram dibawah kekuasaan raja amangkurat II. Raja amangkurat II ini mempunyai sifata kejam, akibatnya muncullah pemberontakan besar-besaran pada tahun 1674 yang didukung para ulama dan bangsawan yang dikenal dengan Perang Trunajaya. Amangkurat II hampir tumbang, lalu bekerjasama dengan VOC untuk membunuh Trunajaya. Dengan dibantunya oleh voc, Amangkurat II memberikan daerah Semarang sebagai kesepakatan telah membantu menumpas Trunajaya. penduduk setempat sering melakukan pemberontakan karena kesemena-menaan Bule Londo. Nah, karena sering timbul konflik dan peperangan dengan rakyat

yang ogah Semarang dibawah kekuasaan Belanda, maka kemudian, Belanda membangun benteng di pusat Kota Semarang. ama kelamaan pada Benteng yang dibangun

ini, pemukiman Belanda mulai bertumbuh tepatnya di sisi timur benteng Vijfhoek. Banyak rumah, gereja dan bangunan perkantoran dibangun di pemukiman ini. Pemukiman ini adalah cikal bakal dari kota lama Semarang. Pemukiman ini terkenal dengan namade Europeeshe Buurt. Semua bangunannya dibuat dengan arsitekturnya Belanda. Bahkan kali

Semarang pun dibentuk mirip Kanal-kanal di Belanda. Coba yang jajah kita dulu orang Perancis, bisa jadi kota romantis deh Indonesia, ada menara Eiffel-nya. He2. Pada masa itu benteng Vifjhoek belum menyatu dengan pemukiman Belanda . Sebenarnya Kota Lama Semarang sudah dari tahun 1678 direncanakan untuk menjadi pusat pemerintahan kolonial Belanda. Namun karena pemberontakan sering terjadi, Benteng yang terletak di sisi barat kota lama ini dibongkar dan dibangun benteng baru yang melindungi seluruh Kota Lama Semarang. Kehidupan di dalam Benteng berkembang dengan baik. Mulai banyak bermunculan bangunan-bangunan baru. Pemerintah Kolonial Belanda membangun gereja Kristen baru yang bernama gereja Emmanuel yang sekarang terkenal dengan

nama Gereja Blenduk. Pada sebelah utara Benteng dibangun Pusat komando militer untuk menjamin pertahanan dan keamanan di dalam benteng. Namun pada tahun 1824 gerbang dan menara pengawas benteng ini mulai dirobohkan. Setelah Indonesia merdeka, pemerintah Indonesia mengambil alih usahausaha dagang Belanda, kantor-kantor dan bangunan-bangunan lainnya. Tapi entah kenapa daerah Kota Lama ini jadinya gak berkembang perdagangan dan perekonomiannya. Akhirnya pemilik baru bangunan kuno ini milihmeninggalkan bangunannya dan dibiarkan kosong tak terawat. Jadi begitulah ceritanya Inilah enaknya kalo bukan Ahli Sejarah, kita bisa menulis apa aja yang kita mau tentang sejarah tanpa takut salah. Jadi kalo ada orang yang protes kalo ceritanya gak gitu Maka dengan entengnya dapat dijawab dengan kalimat, Kan gw bukan ahli sejarah Hehe

Anda mungkin juga menyukai