Anda di halaman 1dari 34

BAB II LANDASAN TEORI Biomekanika1

2.1.

2.1.1. Pengertian Biomekanika Biomekanika adalah ilmu mengenai mekanika dan karakteristik

pergerakan dari tubuh manusia dan bagian-bagiannya. Chaffin dan Andersson (28) mendefinisikan biomekanika sebagai bagian dari ilmu pengetahuan yang mempelajari secara mendalam hubungan antara manusia, peralatannya, dan stasiun kerjanya, dengan tujuan untuk menambah performansi kerja dan meminimasi kemungkinan cedera musculoskeletal. Sasaran utama dari biomekanika adalah mempelajari manusia dari segi kemampuan-kemampuannya seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan dan ketelitian. Dengan kata lain, biomekanika merupakan ilmu yang membahas aspekaspek dari gerakan tubuh manusia dan kombinasi antara keilmuan mekanika, antropometri, dan dasar ilmu kedokteran (biologi dan fisiologi). Pada wilayah ilmu pengetahuan yang lain, biomekanika memperoleh banyak masukan dari disiplin ilmu yang lain, baik itu dari segi metode analisis dan hasilnya. Sebagai disiplin ilmu yang kompleks, berbagai macam elemen dari lingkup biomekanika dapat ditampilkan menggunakan Gambar 2.1 di bawah ini:
Tool design Engineering science Physical science Biological science Occupational Biomechanic Modeling Anthropometry Kinesiology Bioinstrumentation Mechanical work Capacity evaluation Workplace design Job design Worker task matching Material handling

Gambar 2.1. Input, Elemen, dan Area Kajian dari Biomekanika Teknik yang dipergunakan dalam biomekanika ada pada disiplin ilmu keinsinyuran. Ilmu fisika telah berperan penting dalam memberi informasi fisika
1

Don, Chaffin, dkk. 1999. Occupational Biomechanics. Edisi Ketiga. New York: John Wiley & Sons

keseimbangan (mekanika) dan pergerakan tubuh. Ilmu biologi menyediakan dasar-dasar dari anatomi dan fisiologi. Antropometri menghasilkan pembagian tubuh manusia serta pembagian dimensi-dimensi segmen tubuhnya. Kinesiologi memaparkan area dari pergerakan tubuh manusia, dan dengan menggunakan kinesiologi segmentasi pergerakan dan penyebab kontraksi otot dapat diketahui. Bioinstrumentasi berkaitan dengan pemrosesan dari data perolehan dan analisis. Pengumpulan data dari elektromyography, goniometri, dan alat-alat pengukur jarak linear membuat biomekanika dalam suatu pekerjaan menjadi objek yang sangat diperhatikan dalam sains.

2.1.2. Kaitan Biomekanika dengan Ergonomi Dari pengalaman menunjukkan bahwa setiap aktivitas atau pekerjaan yang tidak dilakukan secara ergonomis akan mengakibatkan ketidaknyamanan, kecelakaan, dan performansi menurun yang berakibat kepada penurunan efisiensi dan produktivitas kerja. Untuk mencapai tujuan ergonomi seperti yang telah diketahui selama ini, maka perlu adanya keserasian antara pekerja dengan pekerjaannya, artinya jika dikaitkan dengan biomekanika, antara beban tuntutan tugas yang diberikan dengan kapasitas kerja (kemampuan kerja fisik) harus dalam garis keseimbangan sehingga dicapai performansi kerja yang tinggi dan risiko kecelakaan yang minim. Beban kerja fisik (physical workload) merupakan beban yang diterima oleh fisik akibat pelaksanaan kerja. Beban kerja fisik ini diterima oleh tubuh akibat melaksanakan suatu aktivitas kerja. Prinsip dasar dalam ergonomi adalah bagaimana agar tuntutan kerja lebih kecil dari kapasitas kerja sehingga perlu diupayakan agar beban kerja fisik yang diterima oleh tubuh saat bekerja tidak melebihi kapasitas fisik manusia (pekerja) yang bersangkutan. Manusia dengan segala sifat dan tingkah lakunya, merupakan makhluk yang sangat kompleks. Untuk mempelajari manusia, tidak cukup ditinjau dari segi ilmu saja. Maka dari itu, ergonomi membutuhkan disiplin ilmu yang memfokuskan manusia dari segi kemampuan (performance), ketahanan fisik, beban kerja yang diterimanya dan terlebih lagi memfokuskan manusia tersebut

dalam penyesuaian metode (cara) melakukan aktivitas kerja tersebut, dalam hal ini, dirancang sebuah fasilitas atau benda kerja yang membantu aktivitas si pekerja tersebut dalam melakukan beban kerja yang melibatkan kondisi fisik tubuh, agar dicapainya performansi kerja yang maksimal tanpa terjadinya risiko kecelakaan (meminimasi cedera kerja).

2.1.3. Ruang Lingkup Biomekanika Biomekanika menggunakan konsep mekanika dan fisiologi untuk menjelaskan gerakan pada berbagai macam bagian tubuh dan gaya yang bekerja dalam aktivitas sehari-hari. Berdasarkan fisiologi, dalam rangka memenuhi tujuan desain pekerjaan serta peralatan yang sesuai kebutuhan manusia, maka biomekanika membahas karakteristik otot dan kerangka manusia terutama pada dimensi dan kapasitasnya. Kerangka tubuh berfungsi menggambarkan dasar bentuk tubuh, perlindungan organ vital, tempat melekatnya otot, mengganti sel-sel yang telah rusak, dan memberikan sistem sambungan untuk gerak pengendali. Otot adalah alat gerak aktif yang mempunyai kemampuan kontraksi dan relaksasi (istirahat) yang mana analogi mekanismenya adalah seperti silinder pneumatik aktivitas tunggal dengan sistem pegas. Untuk gerakan biomekanik, sebagaimana disebutkan Adrian (1989) merupakan ilmu yang menyelidiki, menggambarkan, dan menganalisis beberapa gerakan manusia. Gerakan biomekanik ini dipelajari diharapkan mendapatkan gerakan yang efisien. Dengan kata lain faktor momentum dan keseimbangan dipadukan dalam gerakan tubuh untuk memperoleh gerakan maksimal dengan kerja otot minimal agar keluhan musculoskeletal menurun yang secara keseluruhan berdasarkan prinsip mekanisme kontraksi otot terhadap kerangka tubuh. Dalam gerakan pada sistem gerakan kerangka-otot, otot bereaksi terhadap tulang untuk mengendalikan gerakan rotasi di sekitar sambungan tulang dimana pada sistem ini otot bertindak sebagai sistem mekanis yang berfungsi untuk suplai energi kinetik dan gerakan angular. Ilmu biomekanika terbentuk karena adanya kesadaran manusia akan pentingnya kondisi kerja yang wajar bagi kemampuan tubuh manusia pada

umumnya. Di mana biomekanika menggunakan berbagai disiplin ilmu yang membahas struktur kompleks manusia, agar ditemukannya solusi terhadap kondisi kerja yang tidak wajar yang dialami banyak pekerja di suatu fasilitas kerja. Biomekanika telah diimplementasikan di berbagai bidang, seperti bidang medis dalam melakukan terapi struktur tulang yang mulai rapuh, dalam industri besar untuk menemukan metode-metode aktivitas kerja secara manual, dalam merancang suatu robot mesin perakit alat-alat kompleks dalam suatu pabrik, dan lainnya yang mana kesemua bidang itu melibatkan pergerakan, arah dan besar dari suatu momen gaya (mekanika), ukuran-ukuran benda dan manusianya (antropometri), kemampuan manusia dari segala aspek (fisiologi dan biologi), dan ilmu fisika untuk dapat dianalisa secara kompleks.

2.2.

NIOSH (National Institute For Occupational Safety and Health)

2.2.1. Latar Belakang Berdirinya NIOSH Lembaga Nasional untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja (NIOSH) adalah lembaga federal Amerika Serikat yang bertanggung jawab untuk melakukan penelitian dan membuat rekomendasi untuk mencegah cedera yang berhubungan dengan pekerjaan dan penyakit. NIOSH merupakan bagian dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dalam US Department of Health and Human Services. NIOSH bermarkas di Washington DC, dengan riset laboratorium dan kantorkantor di Cincinnati, Morgantown, Pittsburgh, Spokane, dan Atlanta, NIOSH adalah beragam organisasi profesional dengan staf lebih dari 1.400 orang yang mewakili ilmu pengetahuan beragam, berbagai disiplin ilmu termasuk epidemiologi, kedokteran, industri kebersihan, keamanan, psikologi, teknik, kimia, dan statistic yang mana dikoordinir oleh seorang direktur yang bernama John Howard. Keselamatan dan Kesehatan Undang-undang, ditandatangani oleh Presiden Richard M. Nixon, pada 29 Desember 1970, dibuat baik NIOSH dan OSHA (Occupational Safety and Health Administration). NIOSH didirikan untuk membantu memastikan keamanan dan kesehatan kondisi kerja dengan

menyediakan penelitian, informasi, pendidikan, dan pelatihan di bidang keselamatan dan kesehatan. NIOSH menyediakan kepemimpinan nasional dan dunia untuk mencegah penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan, cedera, cacat, dan kematian dengan mengumpulkan informasi, melakukan penelitian ilmiah, dan pengetahuan yang didapat menerjemahkan ke dalam produk dan jasa. Lembaga keselamatan dan kesehatan kerja pada tahun 1970 menciptakan NIOSH (National Institute For Occupational Safety and Health) dan OSHA (Occupational Safety and Health Administration). OSHA adalah departemen tenaga kerja yang bertanggung jawab untuk mengembangkan dan menerapkan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja, sedangkan NIOSH adalah bagian dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Departemen Kesehatan dan Pelayanan. NIOSH adalah suatu badan yang dibentuk untuk membantu memastikan keamanan dan kesehatan kondisi kerja untuk pekerja laki-laki dan perempuan dengan menyediakan penelitian, informasi, pendidikan, dan pelatihan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja. Secara khusus, The Federal Mine Safety and Health Amandements Act tahun 1977 mendelegasikan bahwa NIOSH adalah lembaga yang selanjutnya menangani penelitian yang berkenaan dengan keamanan dan kesehatan.

2.2.2. Fungsi dan Tujuan Berdirinya NIOSH Tujuan berdirinya NIOSH adalah untuk menghasilkan ilmu pengetahuan baru di dalam lingkup keselamatan dan kesehatan kerja dan untuk

mengimplementasikan pengetahuan tersebut kedalam suatu pelatihan untuk kemajuan produktivitas dari para pekerja. Untuk mencapai tujuannya, NIOSH memandu para ahli, mengembangkan petunjuk dan rekomendasi yang dapat dipercaya, menyebarkan informasi, dan melayani permohonan untuk

mengevaluasi risiko kesehatan pada suatu stasiun kerja. NIOSH memimpin lembaga nasional dan internasional keselamatan dan kesehatan kerja untuk mencegah keluhan fisik pada pekerjaan, kecelakaan kerja, ketidakmampuan, bahkan kematian dengan cara mengumpulkan informasi,

memanfaatkan para ahli, dan mengubah pengetahuan yang diperoleh menjadi produk fisik dan pelayanan, termasuk informasi ilmiah mengenai suatu produk, video pelatihan, dan rekomendasi untuk memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja di suatu stasiun kerja. Berbeda dengan lembaga kesehatan pada umumnya, Keselamatan dan Kesehatan Administrasi, NIOSH bukan badan pengawas. Itu tidak masalah keselamatan dan standar kesehatan yang dilaksanakan di bawah hukum AS. Sebaliknya, otoritas NIOSH bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja UndangUndang (29 CFR 671) yakni adalah untuk "mengembangkan rekomendasi untuk kesehatan dan standar keselamatan, untuk mengembangkan informasi pada tingkat yang aman terhadap bahan-bahan beracun dan berbahaya bagi agen fisik dan substansi, dan untuk melakukan penelitian tentang keselamatan dan kesehatan. NIOSH juga berada di lokasi melakukan penyelidikan (Health Hazard Evaluations) untuk menentukan toksisitas bahan yang digunakan di tempat kerja tersebut dan mendanai penelitian oleh lembaga-lembaga lain atau organisasi swasta melalui hibah, kontrak, dan pengaturan lainnya.

2.3.

Manual Material Handling (MMH) dan Masalah-masalah yang Dihadapi Bagian terbesar dari aktivitas fisik manusia di suatu industri berada pada

aktivitas manual material handling (aktivitas kerja yang bersifat manual). Di suatu industri sering ditemui beberapa kegiatan yang bersifat manual. Bahkan di suatu kantor terdapat pemindahan box berisi tumpukan kertas secara manual. Pada umumnya pekerja di suatu industri produksi diharuskan untuk mengendalikan perakitan, kontainer, dan produk-produknya dalam pekerjaan mereka, maka dari itu hal ini menjadi tuntutan tugas bagi para ergonomis dan insinyur untuk mendisain aktivitas manual material handling agar dapat menentukan batas berat beban yang ditanggung oleh otot dan meminimasi keluhan musculoskeletal pada saat melakukan lifting (mengangkat beban). Operasi penanganan material secara manual dilakukan di sebagian besar pabrik-pabrik industri. Setiap tugas menangani tuntutan postur yang khusus pada

pekerja. Namun, fasilitas kerja dapat membantu pekerja untuk melaksanakan tugas ini dengan aman dan mudah dengan menerapkan dan menegakkan kebijakan dan prosedur yang tepat. Untuk menilai bahaya operasi penanganan material secara manual, mempertimbangkan beban, tugas, lingkungan di mana tugas dilakukan, maka diperlukan adanya kontrol atau penanganan secara

berkesinambungan. Tindakan kontrol yang terbaik adalah untuk menghilangkan kebutuhan bagi para pekerja untuk melakukan tugas-tugas penanganan manual. Karena hal ini tidak selalu memungkinkan pekerja untuk terhindar dari risiko kecelakaan kerja, maka desain dari pekerjaan penanganan manual harus diperbaiki sehingga mereka berada dalam kemampuan yang sesuai dengan tuntutan kerjanya. Pertimbangan pada manual material handling ada pada beban itu sendiri, desain workstation dan praktik kerjanya. Menyediakan alat mekanik atau alat bantu penanganan dapat mengurangi kegiatan pemindahan material secara manual itu sendiri atau mengurangi tuntutan pada pekerja. Dalam pencegahan manual material handling, perbaikan yang paling

utama ditujukan pada area atau lokasi pekerjaannya (work station design). Upayaupaya dalam perbaikan lokasi pekerjaan tersebut adalah: a. Ditentukan pegangan beban atau material adalah setinggi pinggang ataupun diantara tinggi bahu dan pinggang. b. Dapat mengangkat dan meletakkan beban atau material dengan keadaan yang sama tinggi. c. Dapat berhadapan dengan beban atau material yang dipegang secara dekat dengan tubuh. d. Jangan sampai memegang beban dengan postur yang kaku dan jangkauan yang tidak wajar. e. Jangan memegang beban yang memberikan jarak antara tubuh dengan pergerakan mekanik. Dari kegiatan mendorong dan mengangkat beban yang terlalu besar, maka di sediakan fasilitas atau alat seperti hand truck dan lifting truck seperti pada Gambar 2.2 di bawah ini.

Gambar 2.2. Hand Truck dan Lifting Truck Dalam Material Handling

Pemindahan bahan secara manual apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan menimbulkan kecelakaan dalam industri. Kecelakaan industri (industry accident) yang disebut sebagai Over exertion-lifting and carrying yaitu kerusakan jaringan tubuh yang diakibatkan oleh beban angkat yang berlebih. Data mengenai insiden tersebut telah mencapai nilai rata-rata 18% dari seluruh kecelakaan selama tahun 1982-1985 menurut data statistik tentang kompensasi para pekerja di negara bagian New South Wales, Australia. Dari data kecelakaan ini 93% diantaranya diakibatkan oleh strain (ketegangan dan rasa nyeri yang berlebihan) sedangkan 5% lainnya pada hernia. Dari data tentang strain 61% diantaranya berada pada bagian punggung. Sementara itu faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya nyeri punggung (back injury), adalah arah beban yang akan diangkat dan frekuensi aktivitas pemindahan. Risiko-risiko nyeri tersebut banyak dijumpai pada beberapa industri, seperti Industri berat, pertambangan, pemindahan material, kontruksi bangunan, pertanian, rumah sakit. Dalam menghadapi masalah dalam manual material handling, ada beberapa parameter yang harus diperhatikan sebagai faktor risiko dalam pemindahan material secara manual sebagai berikut: 1. 2. 3. Beban yang harus diangkat Perbandingan antara berat beban dan orang yang mengangkat Jarak horizontal dari beban terhadap orangnya

4.

Ukuran beban yang akan diangkat(beban yang berdimensi besar akan mempunyai jarak CG (center of grafity) yang lebih dari jauh dari tubuh, dan bisa mengganggu jarak pandangnya).

5.

Ketinggian beban yang harus diangkat dan jarak perpindahan beban (mengangkat beban dari permukaan lantai akan relatif lebih sulit daripada mengangkat beban dari ketinggian pada permukaan pinggang).

6.

Beban puntir (twisting load) pada tubuh operator selama aktivitas angkat beban.

7.

Prediksi terhadap berat beban yang akan diangkat. Hal ini adalah untuk mengantisipasi beban yang lebih berat dari yang diperkirakan.

8. 9.

Stabilitas beban yang akan diangkat. Kemudahan untuk dijangkau oleh pekerja.

10. Berbagai macam rintangan yang menghalangi atau keterbatasan postur yang berada pada suatu tempat kerja. 11. Kondisi kerja yang meliputi: pencahayaan, temperatur, kebisingan dan kelicinan lantai. 12. Frekuensi angkat atau banyaknya aktivitas angkat 13. Metode angkat yang benar. 14. Tidak terkoordinirnya kelompok kerja (lifting team) 15. Diangkatnya suatu beban dalam suatu periode. Hal ini adalah sama dengan membawa beban pada jarak tertentu dan memberi tambahan beban pada vertebral disc (VD) dan intervetrtebral disc (ID) pada vertebral columnar di daerah punggung. Kebutuhan untuk mengangkat secara manual (tanpa alat) haruslah benarbenar diteliti secara ergonomis. Peneitian ini akan mengakibatkan adanya standarisasi dalam aktivitas manusia. Standar kemampuan angkat tersebut tidak hanya meliputi arah beban, akan tetapi berisi pula tentang ketinggian dan jarak operator terhadap beban yang akan diangkat. Akhirnya, pelatihan dalam mengangkat beban dan metode angkat terbaik haruslah diimplementasikan.

Maka dari itu, diperlukan adanya penyelesaian secara teknis dalam pemindahan material secara manual, yakni : 1. Pemindahan beban yang berat dari mesin ke mesin yang telah dirancang menggunakan roller (ban berjalan) 2. Gunakan meja yang dapat digerakkan naik turun untuk menjaga agar bagian permukaan dari meja kerja dapat langsung dipakai untuk memasukkan lembaran logam ataupun benda kerja lainnya kedalam mesin. 3. Tempatkan benda kerja yang besar pada permukaan yang lebih tinggi dan turunkan dengan bantuan gaya gravitasi 4. Berikan peralatan yang dapat mengangkat misalnya: pada ujung belakang truk untuk memudahkan pengangkutan materiall dengan demikian tidak diperlukan lagi alat angkut(crane) 5. Rancanglah overhead monorail dan hoist diutamakan yang menggunakan power (tenaga) baik gerakan vertikal maupun horizontal. 6. Rancanglah Hoist atau Fork-truck yang dikeling pada permukaan

lantai,diutamakan yang menggunakan power. 7. Desainlah kotak (tempat benda kerja) dengan disertai pegangan yang ergonomis sehingga mudah waktu mengangkat. 8. Aturlah peletakkan fasilitas sehingga semakin memudahkan metodologi angkat benda pada ketinggian permukaan pinggang. 9. Berilah tanda atau angka pada beban sesuai dengan beratnya.

10. Siapkan trolley dan pengungkit (lever) untuk mengangkat ujung dari drum. 11. Bebaskan area kerja dari gerakan dan peletakkan material yang mengganggu jalur (access) dari operator. 12. Hindarkan lantai kerja dari sesuatu yang dapat membuat licin sehingga akan membahayakan operator pada saat memindahkan material. 13. Buatlah suatu ruang kerja yang cukup untuk gerakan dinamis bebas suatu operator. 14. Tempatkan semua material sedekat mungkin terhadap operator.

2.4.

Macam-Macam Persamaan Pembebanan

2.4.1. Action Limit (AL) Secara umum dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang dapat ditinjau dalam penentuan faktor-faktor untuk mekanisme kerusakan tulang belakang (low back pain). Sementara itu, model-model biomekanika yang bertumpu pada batasan gaya angkat telah dikembangkan dengan cermat dan ditawarkan sebagai salah satu alternatif dalam menganalisa variabel-variabel pembawa risiko. Variabel-variabel tersebut berupa persamaan yang diberikan oleh NIOSH yakni batasan gaya angkat normal (the action limit). Berdasarkan kriteria keselamatan yakni pada beban tekan (compression load) pada invertebral disc antara lumbar nomor lima dan sacrum nomor satu (L5/S1), batasan gaya angkat maksimum yang diijinkan (the maximum permissible limit) yang direkomendasikan oleh NIOSH (1981) adalah berdasarkan gaya tekan sebesar 6500 N pada L5/S1. Namun hanya 25% pria dan 1% wanita yang diperkirakan mamppu melewati batasan ini. Batasan angkat normal (action limit) yang diberikan oleh NIOSH dan berdasarkan gaya tekan sebesar 3500 N pada L5/S1, terdapat 99% pria dan 75% wanita yang mampu mengangkat beban diatas batas ini. Adapun untuk variabel batasan angkat dapat diperhitungkan dengan rumus seperti berikut : 1. Dalam satuan metrik : (kg) 2. ( )( )( )( maks )

Dalam satuan lain : (lb) ( )( )( )( maks )

3.

MPL = 3 (AL)

2.4.2. Maximum Acceptable Weight of Lift (MAWL) Keunggulan dari penelitian dasar terhadap kemampuan manual material handling telah difokuskan pada single maximum lift atau maximum acceptable weight of load (MAWL) untuk pengangkatan yang berulang. Dalam penjumlahan

maximum lifting of strength, telah diperoleh beban yang dapat diterima dalam pemindahan material secara manual yakni 95% dari populasi kerja telah ditetapkan sebagai batasan beban yang dapat dilakukan dalam pemindahan material secara manual. MAWL didefinisikan sebagai beban yang diterima oleh seseorang sesuai kehendaknya untuk bekerja dibawah tuntutan kerja yang dihasilkan. Contohnya, setiap individu ditanya untuk menentukan MAWL untuk lama kerja 8 jam ketika memindahkan box dari lantai ke meja setinggi 70 cm dengan frekuensi sebanyak 3 kali per menit. Pekerja diminta untuk mengangkat box yang terberat dan teringan dalam frekuensi waktu 20 menit. Setiap individu kemudian menambah atau mencampur berat dari box sampai diputuskan bahwa beban yang diangkatnya dapat diterima. Beban yang diangkat disesuaikan oleh individu sehingga tidak mereka tidak terlalu lelah ketika melakukan pemindahan material secara manual, selain itu juga agar frekuensi pernapasan tidak terlalu cepat. MAWL untuk pemindahan material secara manual dalam tim adalah hampir sama atau lebih besar dari jumlah individu yang melakukan MAWL (%sum = 98140%). Dalam pasangan individu yang memiliki perbedaan yang kuat, kekuatan seseorang yang paling rendah cenderung memiliki sedikit heart rate yang tinggi dan mereka bekerja melebihi persentase yang lebih kuat dari pekerjaan fisik mereka (%VO2 max) daripada kekuatan tertinggi seseorang, dibandingkan ketika mereka bekerja sendirian. Selama mereka berusaha untuk bekerja lebih keras, kelemahan individu akan menurun lebih cepat. Besaran MAWL digunakan berdasarkan metode beban angkat secara psiko-fisik, yang mana metode ini berdasarkan pada sejumlah eksperimen yang berupaya untuk mendapatkan berat pada berbagai keadaan dan ketinggian beban yang berbeda-beda. Metode ini di dirangkumkan oleh Snook (1978) dan dikatakan bahwa para pekerja memonitor perasaannya masing-masing dan mengatur berat beban sampai menunjukkan kemampuan angkat maksimum. Kemudian aktivitas angkat yang riil ditetapkan dengan melibatkan para pekerja industri pada eksperimen tersebut.

Ada tiga macam kategori posisi angkat yang didapatkan yaitu: 1. 2. Dari permukaan lantai ke ketinggian genggaman tangan (knuckle heigh). Dari ketinggian genggaman tangan (knuckle height) ke ketinggian bahu (shoulder height) 3. Dari ketinggian bahu (shoulder height) ke maksimum jangkauan tangan vertikal (vertical arm reach). Berikut ini akan ditunjukkan oleh Snook dari eksperimennya yang telah mendapatkan rekomendasi dari NH dan MRC (The National Health and Medical Research Council) yaitu Dewan Riset Medis dan Kesehatan Nasional yang berkedudukan di Australia. Tabel tersebut ditunjukkan pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2. Batasan-batasan ini merujuk kepada MAWL yang mana memiliki penilaian pada kondisi nyata dan populasi tenaga kerja tertentu. Semua maksimum ketinggian angkat ialah 760 mm, satu kali dalam 8 jam.

Tabel 2.1. Batasan Berat Beban dengan Metoda Berat Beban yang Ditolerir untuk Diangkat Jarak Antara Pusat Gravitasi Beban dan Pekerja Optimum Maksimum Optimum Maksimum Optimum Maksimum Berat yang diijinkan Jarak Antara Genggaman tangan Sampai Bahu 19 24 19 24 20 26 Jarak Antara Tinggi Bahu Sampai Jngkauan Tangan 18 23 18 23 19 24

Jarak Antara Tinggi Lantai Sampai Tinggi Genggaman Tangan

380

33 29 26 34 79 37

PRIA

250

180

Tabel 2.1. Batasan Berat Beban dengan Metoda Berat Beban yang Ditolerir untuk Diangkat (Lanjutan) Jarak Antara Pusat Gravitasi Beban dan Pekerja Optimum Maksimum Optimum Maksimum Optimum Maksimum Berat yang diijinkan Jarak Antara Genggaman tangan Sampai Bahu 13 15 13 15 14 17 Jarak Antara Tinggi Bahu Sampai Jngkauan Tangan 12 14 12 14 13 15

Jarak Antara Tinggi Lantai Sampai Tinggi Genggaman Tangan

380

17 20 20 24 22 26

WANITA

250

180

Tabel 2.2. Berat Beban yang Dapat Ditolerir Untuk Aktivitas Angkat yang Sering (Ditunjukkan Dalam Presentase dari Berat Badan yang Diterima) Frekuensi Angkat Satu kali dalam 30 menit Satu kali dalam 5 menit Satu kali dalam 1-2 menit Satu kali dalam 10-15 menit Satu kali dalam 5 menit Presentase Berat yang Boleh Diangkat 95 85 66 50 33

Berdasarkan Tabel 2.1, beban optimum dapat dikerjakan oleh 90% pekerja. Semua aktivitas angkat harus direncanakan baik yang repetitive maupun yang non-repetitive. Pekerja yang boleh mengangkat beban maksimum adalah merupakan 75% dari pekerja sehat, berusia antara 18-60 tahun. Diharapkan bahwa

beban yang diangkat pada batas ini jarang dilaksanakan dan hanya dibawah pengawasan supervisor (penyelia) yang bertanggung jawab dalam menangani masalah MAWL. 2.4.3. Maximum Permissible Limit (MPL)2 MPL merupakan batas besanrya gaya tekan pada segmen L5/S1 dari kegiatan pengangkatan dalam satuan Newton yang distandarkan oleh NIOSH (National Institute of Occupational Safety and Health) pada tahun 1981. Besar gaya tekannya adalah di bawah 6500 N pada L5/Sl. Sedangkan batasan gaya angkatan normal (Action Limit) sebesar 3500 N pada L5/S1. Sehingga ketentuan tingkat keamanannya adalah sebagai berikut: 1. Fc < AL dikategorikan aman 2. AL < Fc < MPL dikategorikan perlu hati-hati 3. Fc > MPL dikategorikan berbahaya Evan dan Lissner (1962) dan Sonoda (1962) melakukan penelitian dengan uji tekan pada spine (tulang belakang). Mereka menemukan bahwa tulang belakang yang sehat tidak mudah terkena hernia, akan tetapi lebih mudah rusak/retak jika disebabkan oleh beban yang ditanggung, oleh segmen tulang belakang (spinal) dan yang terjadi dengan diawali oleh rusaknya bagian atas/bawah segmen tulang belakang (the castilage end-plates in the vertebrae). Dalam biomekanika, perhitungan guna mencari momen dan gaya dapat dilakukan dengan cara menghitung gaya dan momen secara parsial atau menghitung tiap segmen yang menyusun tubuh.

Buku Penuntun Praktikum Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja. 2010. Medan: USU.

1. Telapak Tangan

Gambar 2.4. Gaya-gaya yang Bekerja pada Telapak Tangan y WH = 0,6% x Wbadan Fyw = Wo/2 + WH MW = (Wo/2 + WH) x SL1 2. Lengan Bawah cos 1 tidak ada gaya horizontal

Gambar 2.5. Gaya-gaya yang Bekerja pada Lengan Bawah

y 2 % tidak ada gaya horizontal

WLA = 1,7% x Wbadan Fye = Fyw + WLA Me = MW + (WLA 2 x SL2 3. Lengan Atas cos 2) + (Fyw x SL2 cos 2)

Gambar 2.6. Gaya-gaya yang bekerja pada Lengan Atas y % tidak ada gaya horizontal

WLA = 2,8% x Wbadan Fys = Fye + WLA Ms = Ms + (WLA 3 x SL3 cos 3) + (Fyw x SL3 cos 3)

4. Punggung

Gambar 2.7. Gaya-gaya yang Bekerja pada Punggung y % tidak ada gaya horizontal

WT = 50% x Wbadan Fy1 = 2Fys+ WT M1 = 2Ms + (WT 4 x SL4 cos 4) + (2Fys x SL4 cos 4c)

Gambar 2.8. Model Sederhana dari Punggung Bawah

Gaya otot pada spinal erector dirumuskan sebagai berikut:


( )

FM E

= Gaya otot pada spinal erector (Newton) = panjang lengan momen otot spinal erector dari L5/S1 (estimasi 0,05 m, sumber: Nurmianto, 1996)

( )

= Mt = Momen resultan pada L5/S1 = Gaya perut (Newton) = Jarak dari gaya perut ke L5/S1 (0,11m, sumber: Nurmianto, 1996) Untuk mencari gaya perut (FA), maka perlu dicari tekanan perut (PA)

FA D

dengan persamaan sebagai berikut: )

PA AA

= Tekanan perut = Sudut inklinasi perut = Sudut inklinasi kaki = Luas diafragma (465 cm2) Kemudian berat total dihitung dengan menggunakan rumus berikut: Wtot = Wo + 2WH + 2WLA + 2 WUA +WT

Wtot Wo WH WLA WUA WT

= Gaya keseluruhan yang terjadi = Berat beban = Berat tangan = Berat lengan bawah = Berat lengan atas = Berat punggung Sehingga gaya kompresi/tekan pada L5/S1 dapat dirumuskan: Fc = Wtot . cos FA + FM

Fc = Gaya kompresi pada L5/S1

2.4.4. Recommended Weight Limit (RWL) NIOSH (National Institute of Occupational Safety and Health) melakukan analisis terhadap kekuatan manusia dalam mengangkat atau memindahkan beban, serta merekomendasikan batas maksimum beban yang masih boleh diangkat oleh pekerja yaitu Action Limit (AL) dan MPL (Maximal Permissible Limit) pada tahun 1981. Kemudian lifting equation tersebut direvisi sehingga dapat mengevaluasi dan menyediakan pedoman untuk range yang lebih luas dari manual lifting (manual material handling). Revisi tersebut menghasilkan RWL (Recommended weight Limit) pada tahun 1991, yaitu batas beban yang dapat diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cedera meskipun pekerjaan tersebut dilakukan secara berulang-ulang dalam durasi kerja tertentu (misal 8 jam sehari) dan dalam jangka waktu yang cukup lama. RWL didefinisikan dengan persamaan berikut: RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM Keterangan : LC (Lifting Constanta) HM (Horizontal Multiplier) VM (Vertical Multiplier) DM (Distance Multiplier) AM (Asymetric Multiplier) FM (Frequency Multiplier) = konstanta pembebanan = 23 kg = faktor pengali horisontal = 25/H = faktor pengali vertikal = 1 0,003 |V 69| = faktor pengali perpindahan = 0,82 + 4,5/D = faktor pengali asimentrik = 1 0,0032A = faktor pengali frekuensi (pada Tabel 2.3. frequency multiplier). CM (Coupling Multiplier) = faktor pengali kopling (pada Tabel 2.4. coupling multiplier). RWL dihitung menggunakan enam variabel seperti pada persamaan di atas, di mana : 1. 2. 3. 4. 5. H : jarak horizontal antar beban dengan pekerja (Horizontal location) V : Jarak vertikal antara lantai dengan pegangan (Vertical location) D : Jarak lintasan dari tempat awal ke tempat yang dituju (Destination) A : Sudut putar pada saat memindahkan beban (Angle of Asymmetric) F : Frekuensi dan durasi dari pengangkatan (frequency of lifting)

6.

C : Klasifikasi pegangan tangan (Coupling classification) yang dikategorikan ke dalam tiga tingkat yaitu baik, sedang dan kurang. Selain itu, dalam RWL terdapat faktor yang mempengaruhi pemindahan

beban, yakni : 1. Berat beban yang harus diangkat dan perbandingannya terhadap berat badan operator 2. 3. Jarak horizontal dari beban relatif terhadap operator. Ukuran beban yang harus diangkat (beban yang berukuran besar) akan memiliki pusat massa yang letaknya jauh dari operator, hal tersebut juga akan mempengaruhi pandangan operator. 4. Ketinggian beban yang harus diangkat dan jarak perpindahan beban (mengangkat beban dari permukaan lantai akan relatif lebih sulit daripada mengangkat beban dari ketinggian pada permukaan pinggang). 5. Prediksi terhadap berat beban yang akan diangkat. Hal ini adalah untuk mengantisipasi beban yang lebih berat dari yang diperkirakan. 6. 7. 8. Stabilisasi beban yang akan diangkat. Kemudahan untuk dijangkau oleh pekerja. Frekuensi angkat, yaitu banyaknya aktivitas angkat. NIOSH memberikan cara sederhana untuk mengestimasi kemungkinan terjadinya peregangan otot yang berlebihan (overexertion) atas dasar karakteristik pekerjaan, yaitu dengan menghitung RWL dan Lifting Index (LI). RWL adalah berat beban yang masih aman untuk dikerjakan oleh pekerja dalam durasi tertentu tanpa meningkatkan risiko gangguan sakit pinggang (low back pain). Dalam RWL untuk Frequency Multiplier (FM) adalah : 1. 2. 3. Durasi pendek Durasi sedang Durasi panjang : 1 jam atau kurang. : antara 12 jam. : 28 jam.

Secara jelas dapat dilihat pada Tabel 2.3 di bawah ini: Tabel 2.3. Faktor Pengali Frekuensi Frekuensi Pengangkatan Per Menit 2 V<75 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88 0,84 0,80 0,75 0,70 0,60 0,52 0,45 0,41 0,37 0,00 0,00 0,00 0,00 jam 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88 0,84 0,80 0,75 0,70 0,60 0,52 0,45 0,41 0,37 0,34 0,31 0,28 0,00 Durasi Waktu 1 2 jam V<75 0,95 0,92 0,88 0,84 0,79 0,72 0,60 0,50 0,42 0,35 0,30 0,26 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,95 0,92 0,88 0,84 0,79 0,72 0,60 0,50 0,42 0,35 0,30 0,26 0,23 0,21 0,00 0,00 0,00 0,00 2 8 jam V<75 0,85 0,81 0,75 0,65 0.55 0,45 0,35 0,27 0,22 0,18 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,85 0,81 0,75 0,65 0,55 0,45 0,35 0,27 0,22 0,18 0,15 0,13 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

0,5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 >15

Tabel 2.4. Faktor Pengali Kopling Coupling Type Good Fair Poor V < 75 cm 1,00 0,95 0,90 1,00 1,00 0,90 cm

Nilai RWL merupakan batas beban yang direkomendasikan, oleh karena itu jika nilai RWL yang didapat lebih besar dari 23 kilogram, maka tidak perlu dilakukan perubahan untuk mencegah terjadinya cedera pada operator. Namun untuk RWL yang didapat lebih kecil dari 23 kilogram, berat beban yang diangkat melebihi batas pengangkatan yang direkomendasikan maka aktivitas tersebut mengandung risiko cedera tulang belakang dan perlu dilakukan perubahan untuk mencegah terjadinya cedera pada operator. Setelah nilai RWL diketahui, selanjutnya perhitungan Lifting Index. Lifting Index (LI) adalah estimasi sederhana terhadap risiko cedera yang diakibatkan oleh overexertion. Berdasarkan berat beban dan nilai RWL, dapat ditentukan besarnya LI dengan tumus sebagai berikut : e at eban )

Nilai RWL merupakan batas beban yang direkomendasikan, oleh karena itu jika nilai RWL yang didapat lebih besar dari 23 kilogram, maka tidak perlu dilakukan perubahan untuk mencegah terjadinya cedera pada operator. Namun, untuk RWL yang didapat lebih kecil dari 23 kilogram, berat beban yang diangkat melebihi batas pengangkatan yang direkomendasikan maka aktivitas tersebut mengandung risiko cedera tulang belakang dan perlu dilakukan perubahan untuk mencegah terjadinya cedera pada operator. RWL memiliki batasan-batasan sebagai berikut: a. Pengangkatan/penurunan untuk satu tangan. b. Pengangkatan/penurunan untuk durasi kerja lebih dari 8 jam. c. Pengangkatan/penurunan saat duduk ataupun berdiri. d. Pengangkatan/penurunan di area terlarang. e. Pengangkatan/penurunan benda-benda yang tidak stabil. f. Pengangkatan/penurunan sambil membawa, mendorong atau menarik. g. Pengangkatan/penurunan dengan menggunakan kereta sorong atau sekop. h. Pengangkatan/penurunan dengan gerakan cepat (>30 inchi/detik).

i. Pengangkatan/penurunan dengan kopling lantai atau kaki yang tidak masuk akal (koefisien gesek antara sepatu dengan lantai <0,4). j. Pengangkatan/penurunan pada lingkungan yang tidak menguntungkan. Sementara itu, batasan untuk masing-masing komponen RWL tampak pada Tabel 2.5. Tabel 2.5. Batasan Komponen RWL Komponen Horizontal Vertikal Distance (jarak) Asymmetric (Sudut asimetrik) Frekuensi Coupling Batasan 25cm 63cm 0cm 175cm 25cm 175cm 0 - 135 0,2 15 Dipegang dua tangan

Jika LI>1, berat beban yang diangkat melebihi batas pengangkatan yang direkomendasikan maka aktivitas tersebut mengandung risiko keluhan tulang belakang (low back pain). Oleh karena itu, maka beban kerja harus didisain sedemikian upa sehingga nilai 1. Jika LI<1, berat beban yang diangkat tidak

melebihi batas pengangkatan yang direkomendasikan maka aktivitas tersebut tidak mengandung risiko cedera tulang belakang. Sedangkan untuk nilai LI>3 maka sudah dapat dipastikan dapat terjadinya overexertion. Simulasi Biomekanika Gerakan Mata Manusia3

2.5.

2.5.1. Pendahuluan

Wei, Qi, dkk. 2010. Biomechanical Simulation of Human Eye. Vancouver: University of British Columbia. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan simulasi gerakan mata manusia guna mempelajari munculnya penyakit strabismus pada penglihatan binocular.

Komputasi telah memainkan peranan penting dalam meningkatkan pemahaman kita tentang mekanisme dan kontrol gerakan mata, yang menyoroti gangguan penglihatan binokular, seperti strabismus. Robinson melakukan studi quantitative test tentang otot ekstraokular (EOM) dan prediksi operasi strabismus menggunakan komputer digital. Model ini adalah dasar dari beberapa model 3D oculomotor lainnya yang telah dikembangkan dalam tiga dekade terakhir. Model yang ada dapat dikategorikan dalam dua jenis berikut, berdasarkan anatomi dan fisiologis realisme. Model sederhana menggunakan properti dan misi pemantauan mekanis anatomi orbit yang telah diusulkan. Model ini mengasumsikan tiga pasang EOM (Extraocular Muscle) yang ortogonal satu sama lain. Mereka juga tidak memperhitungkan variasi anatomi EOM, seperti panjang otot dan daerah cross sectional. Asumsi lain yang juga penting untuk menyederhanakan solusi analitis adalah bahwa gaya EOM hanya sebanding dengan persarafan otot, sedangkan mekanika EOM yang sebenarnya sangat kompleks dan memiliki karakteristik nonlinier. Model tersebut mampu mendukung dynamic simulasi dan telah digunakan untuk mempelajari kontrol saraf saccades dan hipotesis katrol. Penyederhanaan ini, bagaimanapun juga, dapat membatasi model agar akurat dan masuk akal, seperti yang telah diilustrasikan melalui perbandingan perbaikan model sebelumnya. Riset biomekanika menyatakan bahwa keseimbangan berlaku pada orbit. Ini mencakup anatomi otot realistis dan empiris serta hubungan inervasi panjang EOM dengan tegangannya. Model kemudian diperpanjang pada perangkat lunak secara luas dengan menggunakan alat yang disebut OrbitTM tatapan simulasi mekanika, yang menyediakan graphical user interface dan menerapkan passive pulley yaitu paket perangkat lunak modern berbasis windows yang dikembangkan OrbitTM yang bertujuan untuk memberikan simulasi lingkungan aktif untuk operasi strabismus. Akhir-akhir ini, disajikan simulasi cerebral unggul dengan menggunakan model perbaikan dari pekerjaan mereka sebelumnya yang dilakukan dengan memasukkan mekanika EOM dan pulley. Semua model di atas dibatasi untuk simulasi statis saja dan tidak bisa mensimulasikan gerakan mata

dinamis. Salah satu isu utama dalam mengembangkan model orbital realistis adalah simulasi mekanika EOM. Pemodelan musculotendon memiliki sifat yang diinginkan, yaitu sebagai berikut: 1. EOM berbasis strand berhubungan dengan geometri otot realistis. 2. Fisiologis model konstitutif EOM akurat digabungkan dengan penemuan revolusioner pabrik oculomotor, seperti hipotesis katrol, dapat dengan mudah dilaksanakan. 3. Hubungan antara tendon EOM dan dunia secara fisik, dimodelkan tidak hanya untuk visualisasi tetapi juga untuk simulasi realistis. 4. Lebih penting lagi model biomekanika ini dapat mensimulasikan gerakan dinamis mata, yang tidak mungkin dilakukan dengan model biomekanis sebelumnya.

2.5.2. Metode Anatomi dan biomekanika ditinjau dengan berbasis simulasi untai, yang digunakan untuk model otot luar mata. Pada akhirnya, yang akan dibahas adalah bagaimana memecahkan inervasi EOM, yaitu eksitasi otot. Orbit adalah struktur yang rumit. Tiga pasang otot agonis-antagonis dipasang dengan cara menyisipkan otot pada tiruan bola mata dan digabungkan dengan jaringan ikat. Ikatan kompleks enam otot, bernama otot mata okular (EOM) diinervasi untuk menghasilkan gaya yang akan memutar tiruan bola mata untuk mencapai atau melacak target visual obyek dan untuk menstabilkan citra obyek pada retina. EOM adalah bilaminar yang terdiri dari dua lapis jaringan berjenis erent. Gambar 2.9 menunjukkan model 3D dari orbit manusia yang direkonstruksikan dengan MRI, di mana tiruan tersebut menunjukkan bola mata hampir bulat.

Gambar 2.9. Model 3D Orbit Mata Manusia yang Direkonstruksikan dengan MRI Jaringan ikat pasif bola mata menerapkan gaya pemulih, yang membawa tiruan bola mata kembali ke posisi sentral ketika gaya murni dari EOM adalah nol. Viscoelasticity dari jaringan suspensori sudah diukur secara eksperimen. Katrol mengacu pada jaringan ikat yang menstabilkan otot mata bahkan di posisi mata ekstrim yang diyakini memainkan peran signifikan dalam menyederhanakan kontrol gerakan mata. Salah satu isu utama dalam mengembangkan model oculomotor realistis adalah simulasi mekanika otot luar mata. Untai adalah pemodelan musculotendon formalitive berdasarkan spline dengan inersia. Setiap untai merupakan bagian dari musculotendon selaras, tergantung pada tingkat rincian yang diperlukan. Untai bisa menjadi bulir tunggal atau kasar bagi seluruh otot. EOM yang terdiri dari bentuk paralel, dimodelkan sebagai koleksi dari untaian lapisan. orbital dan global sehingga misi pemantauan dan pulley dapat dengan mudah dimasukkan. Jalur untai digambarkan oleh kurva B-spline kubik, di mana kontrol poin adalah koordinat umum, (posisi, qi (t) dan kecepatan, Fq i (t) adalah dinamika rantai tersebut). Mengingat koordinat umumnya, titik pada untai di sebuah s parameter dihitung sebagai p (s, t) i = 0, P3 = bi (s) qi (t), dimana bi (s) adalah fungsi pencampuran B-spline. Meskipun untai bisa memiliki jumlah titik kontrol yang banyak, sebuah titik pada untai hanya tergantung pada empat kontrol poin, karena dukungan lokal-dasar B-spline yang membuat ringkasan fungsi dari hanya empat segi (i = 03). Karena itu, massa matriks untai juga hanya tergantung pada empat umum koordinat sehingga membuat massa sistem matriks jarang. Regangan dapat

dihitung pada setiap titik sepanjang untai. Gaya yang bekerja pada titik kontrol untai dapat dihitung untuk mendapatkan persamaan gerak dari suatu untai tunggal dengan rumus sebagai berikut: Mq (k+1) = Mq(k) +h (f p + a f a) - GT Di mana M adalah massa umum matriks benda tegar dan titik kontrol urat, h adalah ukuran langkah yang merupakan tingkat aktivasi, dan GT adalah gaya kendala. Kendala yang dihadapi adalah dalam menyisipkan otot dan

menghubungkan EOM dengan tiruan bola mata. Vektor kecepatan gabungan dari tubuh kaku dan untaian dinotasikan oleh sebuah sistem linier (disebut KuhnTucker). Sistem Karush dipecahkan pada setiap langkah waktu untuk mendapatkan kecepatan umum pada langkah berikutnya dengan cara sebagai berikut: ( Di mana )( ( ) ) ( ( ) )

adalah vektor pengali lagrange untuk kendala. Sebuah metode

langsung berdasarkan Eliminasi Gaussian digunakan untuk memecahkan matriks ini. Setelah velocities, (k +1), dihitung, posisi baru dihitung menggunakan rumus Rodrigues. Strand yang berbasis di Orbit setiap EOM dimodelkan dalam satu atau lebih lapis di mana struktur okular lainnya dianggap sebagai kendala mekanik. Komponen dalam model diilustrasikan pada Gambar 2.10 dan dijelaskan sebagai berikut. a. Tiruan ini adalah benda tegar bola yang memungkinkan rotasi dalam 3D. Gerakan translasi dari tiruan bola mata ini diabaikan. b. Setiap otot rektus memiliki dua kontraktil elastis pemodelan untai dan lapisan orbital global. Dua helai ini dipilih karena keduanya telah mencukupi model jalur EOM dan mekanik di sepanjang sumbu utama yang secara fungsional paling penting dalam menggerakkan mata. Untaian tambahan dapat ditambahkan dalam kerangka ini jika kompleksitas yang ditambahkan diratakan oleh aplikasi.

c. Setiap misi pemantauan, kecuali otot oblik inferior, memiliki, untaian yang hampir inelastic serta merupakan pemodelan tendon yang non kontraktil.

Gambar 2.10. Model Biomekanik dari Orbit Menggunakan Lapisan Mekanik

d. Asal Misi Pemantauan dan insersi diimplementasikan sebagai kendala lampiran, yang menempatkan pasangan posisi mereka ke jaringan tersebut. e. Katrol aktif dari empat otot rektus dimodelkan sebagai sendi prismatik dalam makalah ini, yang memungkinkan dimensi gerak geser satu sepanjang sumbu. Simulator ini menciptakan kerjasama umum untuk memungkinkan

implementasi pulley lainnya menggunakan suspensi elastis. Katrol membatasi sideslips melintang dari otot-otot rektus, yang mengarah ke jalur otot di mana jalur tersier menghadap sekunder. f. Permukaan B-Spline parametrik digunakan untuk mewakili geometri dunia untuk komputasi lokasi kontak. Sliding permukaan ditambahkan sedemikian rupa sehingga tendon luar mata selalu masuk ke tiruan bola mata tanpa penetrasi. Tipe-tipe otot elemen Hill tiga model konstitutif, yang terdiri dari unsur digeliatcon (CE), paralel elastis (PE), dan seri elastis (SE) telah diusulkan untuk menjelaskan mekanisme gaya EOM yang mengikuti model-model sebelumnya

dan hanya mencakup elemen kontraktil dan elemen elastis paralel dalam mekanika EOM. Simulasi jenis dua yang dilakukan dalam simulasi pengendalian invers adalah mengkomputerisasikan innervasi EOM yang akan memegang mata pada posisi target atau mengikuti lintasan target. Dalam simulasi ke depan, diberi satu set innervations EOM di mana keseimbangan posisi mata atau lintasan gerakan dinamis dihitung. Pada penelitian ini juga dilakukan pemanjangan aktivasi (persarafan) solver untuk menghitung inervasi dari EOM mengingat Vx trayektori yang diinginkan dikhususkan sebagai kecepatan yang diinginkan dari tiruan bola mata. Istilah rst dalam fungsi tujuan adalah meminimalkan total aktivasi seperti di antara berbagai solusi yang mungkin dapat ditemukan himpunan inervasi dengan energi minimal. HX matriks dapat dianggap sebagai e yang berlaku efektif terbalik dengan inersia berdasarkan percobaan oleh tingkat aktivasi otot untuk menghasilkan gerakan target. Vf adalah kecepatan dari target karena pasukan non-aktif bekerja pada sistem. Istilah kendala menentukan inervasi batas EOM masing-masing. Batas bawah bukan nol agar sesuai dengan fakta yang diketahui bahwa persarafan penglihatan primer saat istirahat tidak nol. Batas bawah ini berkurang menjadi nol dengan meningkatnya kecepatan mata sehingga batas bawah adalah nol selama keadaan saccades Dalam rangka untuk mengatasi masalah redudansi (3 derajat kebebasan mata rotasi versus enam EOM) model-model sebelumnya, diterapkan hukum Sherrington dari Persarafan Reciprocal dengan menggunakan fungsi hiperbola simetris secara eksplisit antara pasangan saraf agonis dan antagonis. Berlaku sebuah regangan asimetriscon dan data berbasis heuristik untuk menghitung inervasi otot miring. Namun, simulator ini tidak memasukkan kontrol model timbal balik untuk memecahkan inervasi dari enam EOM secara bersamaan. Karena kita memiliki model rinci geometri orbital dan mekanika, karakteristik persarafan timbal balik diperoleh secara otomatis tanpa ditambahkan sebagai asumsi.

2.5.3. Hasil Verifikasi Invertibility dari Inervasi Otot Dengan menggunakan ulated station, ditunjukkan bahwa simulasi gerakan ada pada kondisi saccadic. Ditunjukkan bahwa model ini memproduksi longitudinal strain EOM realistis selama pengarahan menuju bentuk yang halus. Kation Invertibility pada Gambar 2.11 memastikan bahwa innervations EOM yang dihitung berada pada posisi yang diinginkan. Innervations EOM yang mendorong mata ke posisi masing-masing dihitung dari solver aktivasi invers seperti dijelaskan di atas. Kemudian dilakukan simulasi maju dan merekam posisi mata baru. Kesalahan rata-rata adalah 0,016 derajat dengan standar deviasi -0,02 derajat. Dapat disimpulkan bahwa estimasi EOM set persarafan yang akurat dalam mendorong plant berjalan seperti yang diharapkan.

Gambar 2.11. Kation Invertibility

Perjalanan saraf untuk menghasilkan gerakan mata saccadic cepat dapat dicirikan oleh komponen pulsa untuk mengatasi viscoelasticity orbital, komponen langkah untuk menstabilkan mata pada posisi baru, dan komponen slide yang model yang bertahap antara denyut nadi dan langkah. Kegiatan motoneurons abducens (ABN), dinyatakan sebagai laju discharge saraf yang telah dicatat dan dimodelkan sebagai FR dengan persamaan linier = b + KE + r fE. Dalam rangka untuk menguji model biomekanik yang masuk akal, maka digunakan model empiris atas ABN debit sebagai input persarafan dari rektus lateral (LR) otot untuk mendorong plant. Kemudian dibandingkan lintasan mata yang

disimulasikan untuk gerakan yang diinginkan. Untuk setiap gerakan saccadic diuji, panel kiri menunjukkan jalan simulasi dimulai dari posisi sekunder dalam elevasi 20 derajat. Kurva biru di sebelah kanan panel menunjukkan posisi yang diinginkan dan kecepatan rendah. Akhirnya, kurva merah di sebelah kanan panel menunjukkan saccades yang disimulasikan yang mengikuti lintasan yang diinginkan dengan cukup baik. Hasil awal menunjukkan bahwa model biomekanika ini menghasilkan gerakan mata masuk akal dan inervasi dengan perbandingan yang lebih rinci dengan subyek contoh yang berada di luar cakupan ini.

Gambar 2.12. Simulasi Saccades 10 Derajat, 20 Derajat, dan 30 Derajat

Deformasi EOM sebagai fungsi dari pandangan dan waktu adalah parameter penting di luar mata yang digunakan untuk membandingkan deformasi simulasi EOM dalam data gerak EOM vivo. Dikodekan bahwa MRI baru-baru ini diusulkan untuk menilai gerak EOM selama gerakan mata mengejar bentuk halus. Sepanjang sumbu longitudinal dalam posisi mata primer, masing-masing EOM dibagi menjadi tiga segmen dengan panjang yang sama. Mensimulasikan gerakan mengejar yang halus sama seperti mata bergerak horizontal dari 20 gelar sampai 20 derajat di adduksi dengan pergerakan vertikal nol. Kecepatan adalah fungsi sinusoidal dengan 2 periode. Dengan menerapkan skema analisis yang sama, ditunjukkan bahwa hasil simulasi pada Gambar 2.13 menunjukkan perbandingan data gerak EOM vivo rata-rata selama 7 major period. Deformasi simulasi, yaitu dua buah EOM horisontal, rektus lateral dan otot rektus medial disesuaikan dengan data yang diterbitkan di awal. Segmen EOM deformasi menunjukkan pola sinusoidal. Segmen menengah yang memiliki penampang yang lebih besar memiliki deformasi lebih dari segmen posterior. Bagian anterior terdiri dari tendon lebih dengan deformasi yang paling sedikit.

Gambar 2.13. Perbandingan Rektus Lateral (LR) dan Rektus Medial (MR) Otot Strain

Daerah berbayang menunjukkan rasio regangan rata-rata (mean) dari 7 subyek. Kurva solid menunjukkan strain simulasi. Nilai yang lebih besar dari satu otot menunjukkan pemanjangan. Karena keterbatasan data, maka hanya dibuat perbandingan untuk EOM horizontal dalam pencarian sinusoidal.

2.5.4. Kesimpulan Untuk lebih memahami saraf faktor mekanik yang berkontribusi terhadap gerakan mata manusia sangatlah penting untuk memiliki suatu model komputasi yang mengimplementasikan pengetahuan oculomotor dan tes hipotesis model biomekanika 3D dari oculomotor yang memperhitungkan geometri EOM otot realistis. Model mengimplementasikan pulley yang menghasilkan posisi pandangan yang realistis dan lintasan yang diberikan pada EOM innervations. Misi pemantauan simulasi deformasi menunjukkan inhomogenity, yaitu

konsistensi terhadap gerakan encoded data MRI. Di masa depan, direncanakan untuk menyelidiki aplikasi klinis model dalam memprediksi hasil dari perawatan bedah untuk strabismus dengan mempelajari fungsi dari program kontrol motilitas ocular.

Anda mungkin juga menyukai