2. Namun akhir-akhir ini, lembaga pendidikan swasta sedikit terganggu dengan beberapa
kebijakan pemerintah yang melarang sekolah-sekolah negeri memungut biaya dari para
siswanya. Padahal kalangan masyarakat tertentu memilih lembaga pendidikan yang lebih
murah, lebih-lebih yang berstatus negeri. Hasilnya, di sana-sini terdengar lembaga
pendidikan swasta kekuarangan siswa, begitu pula perguruan tinggi kekurangan calon
mahasiswa. Tidak sedikit sekolah swasta, termasuk perguruan tinggi terpaksa tutup,
karena kekurangan jumlah siswa. Persoalan inilah barangkali yang perlu didiskusikan,
yakni eksistensi sekolah-sekolah swasta, di mana sebagiannya adalah berada di bawah
organisasi Muhammadiyah.
4. Atas dasar pertimbangan itu, tatkala saya diminta untuk berbicara tentang eksistensi
sekolah swasta, saya segera menyempurnakan judul bahan diskusi ini dengan kalimat :
Memperkukuh Sekolah Swasta di Masa Depan. Saya memandang bahwa sekolah-sekolah
swasta di tengah-tengah kebijakan pemerintah memenuhi tuntutan peningkatan anggaran
20 % dari APBN, harus diperkukuh. Dengan langkah-langkah strategis yang diambil oleh
pemerintah seperti itu, jika perlakuan terhadap sekolah swasta dan juga gaya managerial
lembaga pendidikan swasta masih seperti dulu, maka tidak akan mampu memenuhi
tuntutan masyarakat. Betatapun kokohnya landasan hukum, eksistensi sekolah swasta
akan terganggu, dan bisa jadi akan bubar. Inilah yang tidak boleh terjadi.
6. Selain itu, dalam menghadapi tuntutan masyarakat pada kualitas tertentu, pihak
sekolah swasta harus selalu meningkatkan kualitas pelayanan pendidikannya. Manajemen
yang ala kadarnya, sebatas hanya berorientasi menampung orang, beramal untuk
menghidupkan organisasi dan apalagi sebatas memenuhi tuntutan organisasi, harus
ditinggalkan. Orientasi sekolah swasta harus pada mutu. Sehingga yang harus
dikembangkan oleh lembaga pendidikan swasta adalah manajemen mutu dan
kepemimpinan unggul, orientasi harus pada mutu dan bukan sebatas mempertahankan
posisi orang, fokus pada orientasi amal sholeh. Sebutan amal sholeh harus dikembalikan
pada makna yang sebenarnya, yaitu bekerja secara benar, tepat, dan profesional. Selain
itu, organisasi tidak boleh justru menghambat upaya-upaya peningkatan mutu. Ke depan,
dalam dunia kompetisi seperti ini, mereka yang kuatlah yang akan berhasil tetap eksis,
yang lemah akan tersingkir. Sudah barang tentu, pemerintah dalam memberikan
dukungan terhadap lembaga pendidikan swasta, harus bertanggung jawab, jujur, dan adil.
Sehubungan dengan itu harus dilakukan evaluasi dan monitoring secara obyektif dan adil
pula. Ke depan organisasi besar bukan organisasi yang secara yuridis kokoh dan
anggotanya banyak, tetapi organisasi yang sanggup merespon tuntutan zaman.
7. Untuk memperkokoh sekolah swasta, maka harus dikembangkan ciri khusus yang
bernilai tinggi. Sekolah Muhammadiyah dengan jargon besarnya kembali ke al Qur’an
dan hadits semestinya juga tercermin dalam penyelenggaraan pendidikannya. Semestinya
pendidikan di Muhammadiyah tidak lagi melakukan dikotomi keilmuan, sehingga
berkembang ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama. Pandangan dikotomik seperti itu
semestinya segera ditinggalkan. Muhammadiyah dalam memahami Islam semestinya
tidak hanya terpaku pada pemahaman lama, memandang Islam hanya dari aspek tauhid,
fiqh, akhlak, tareh dan bahasa Arab serta ditambah dengan ke-Muhammadiyahan.
Muhammadiyah harus berani , atas dasar pemahaman al Qur’an dan hadits secara
sempurna, menyatakan bahwa Islam bukan sebatas agama, melainkan juga peradaban.
Tatkala Islam dipahami bahwa di dalam kitab suci dan tradisi kehidupan nabi yang
disebut hadits itu adalah peradaban, maka Islam selain agama juga mencakup di
dalamnya ilmu pengetahuan atau sains dan peradaban secara luas. Ilmu yang
dikembangkan di lingkungan sekolah-sekolah Muhammadiyah sebagai ciri khususnya
adalah ilmu pengetahuan yang berlandaskan pada ayat-ayat qouliyah dan sekaligus juga
ayat-ayat kauniyah. Kedua sumber ilmu tersebut tidak selayaknya dipisahkan, melainkan
harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh.
9. Sementara ini pendidikan oleh sebagian kalangan dipandang belum menyentuh sasaran
yang diinginkan. Banyak kritik yang muncul bahwa pendidikan pada saat ini terlalu
berorioentasi pada pendekatan formal, dan bahkan menjadi formalitas. Pendidikan saat
ini baru mengembangkan aspek kognitif dan belum ditemukan model pendidikan yang
mampu mengembangkan aspek psikomotor dan afektektif. Persoalan-persoalan semacam
itu, melalui kekayaan Muhammadiyah yang selalu berpegang pada kitab suci al Qur’an
dan hadits nabi sekaligus hasil-hasil observasi, eksperimen, dan penalaran logisnya secara
utuh dan padu, akan mampu menjawab berbagai persoalan itu. Dengan cara berpikir dan
mengambil langkah-langkah seperti dikemukakan itu, insya Allah lembaga pendidikan
swasta, khususnya di lingkungan Muhammadiyah akan tetap kokoh. Wallahu a’lam.