Anda di halaman 1dari 3

Memperkukuh Posisi Sekolah Swasta

1. Keberadaan sekolah-sekolah swasta, mulai dari tingkat taman kanak-kanak hingga


perguruan tinggi sudah dikenal luas di negeri ini. Lembaga pendidikan itu juga telah
memiliki dasar hukum yang kokoh. Jumlahnya untuk jenis tertentu, misalnya madrasah
dan perguruan tinggi, jauh melampaui yang berstatus negeri. Sekalipun statusnya
berbeda, masyarakat sesungguhnya sudah mulai tidak mengunggulkan hanya atas dasar
pertimbangan status ini. Tidak sedikit sekolah swasta ----mulai tingkat dasar hingga
perguruan tinggi, justru menjadi pilihan masyarakat, sekalipun lembaga pendidikan yang
dikelola oleh yayasan atau badan wakaf ini biayanya lebih mahal.

2. Namun akhir-akhir ini, lembaga pendidikan swasta sedikit terganggu dengan beberapa
kebijakan pemerintah yang melarang sekolah-sekolah negeri memungut biaya dari para
siswanya. Padahal kalangan masyarakat tertentu memilih lembaga pendidikan yang lebih
murah, lebih-lebih yang berstatus negeri. Hasilnya, di sana-sini terdengar lembaga
pendidikan swasta kekuarangan siswa, begitu pula perguruan tinggi kekurangan calon
mahasiswa. Tidak sedikit sekolah swasta, termasuk perguruan tinggi terpaksa tutup,
karena kekurangan jumlah siswa. Persoalan inilah barangkali yang perlu didiskusikan,
yakni eksistensi sekolah-sekolah swasta, di mana sebagiannya adalah berada di bawah
organisasi Muhammadiyah.

3. Mempertimbangkan sejarah, memang keberadaan lembaga pendidikan swasta sudah


sekian besar jasanya. Lembaga pendidikan swasta, selain kelahirannya sebagian
mendahului yang bersatus negeri, telah menjangkau di wilayah-wilayah yang belum
dijangkau oleh pelayanan pemerintah. Jasanya sudah sedemikian besar. Pengabdian
organisasi sosial, termasuk sosial keagamaan seperti Muhammadiyah terhadap bangsa di
bidang pendidikan sudah tidak terhitung lagi. Tetapi memang zaman selalu berubah.
Tuntutan masyarakat sudah berbeda dari zaman-zaman sebelumnya. Sehingga, siapapun,
baik yang telah berjasa maupun yang akan berjasa, dituntut untuk mengikuti tuntutan
masyarakat yang selalu berubah itu. Atas dasar pertimbangan itu, ----menurut hemat saya,
mempertimbangkan sejarah memang perlu, tetapi yang lebih penting dari pertimbangan
historis adalah memenuhi tuntutan masyarakat.

4. Atas dasar pertimbangan itu, tatkala saya diminta untuk berbicara tentang eksistensi
sekolah swasta, saya segera menyempurnakan judul bahan diskusi ini dengan kalimat :
Memperkukuh Sekolah Swasta di Masa Depan. Saya memandang bahwa sekolah-sekolah
swasta di tengah-tengah kebijakan pemerintah memenuhi tuntutan peningkatan anggaran
20 % dari APBN, harus diperkukuh. Dengan langkah-langkah strategis yang diambil oleh
pemerintah seperti itu, jika perlakuan terhadap sekolah swasta dan juga gaya managerial
lembaga pendidikan swasta masih seperti dulu, maka tidak akan mampu memenuhi
tuntutan masyarakat. Betatapun kokohnya landasan hukum, eksistensi sekolah swasta
akan terganggu, dan bisa jadi akan bubar. Inilah yang tidak boleh terjadi.

5. Menurut hemat saya, perubahan kebijakan pemerintah dan sekaligus tuntutan


masyarakat seperti itu, -----kualitas lulusan yang tinggi, maka harus ada paradigma baru
yang dikembangkan oleh pemerintah dalam melihat sekolah-sekolah swasta. Sementara
ini saya ikut merasakan bahwa seolah-olah sekolah swasta dipandang sebagai “saingan”
lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Padahal semestinya
pemerintah tidak melihat dengan cara pandang seperti itu. Sekolah swasta adalah bentuk
partisipasi masyarakat terhadap pemerintah dalam menunaikan amanahnya memberikan
pelayanan pendidikan kepada masyarakat. Atas dasar itu maka semestinya pemerintah
memberikan penghargaan kepada lembaga pendidikan swasta, sekaligus memenuhi
semua kekurangan yang dialami oleh lembaga pendidikan swasta yang telah
berpartsisipasi itu. Di negeri ini tidak boleh terjadi diskriminasi pelayanan pendidikan
hanya disebabkan oleh adanya perbedaan penyelenggara pendidikan----negeri dan
swasta. Pemerintah harus menjamin terwujudnya keadilan dari segenap anak bangsa
dalam meraih hasil prestasi pendidikan. Dengan cara berpikir seperti ini, maka tatkala
pemerintah menganggarkan 20 % APBN harus mengcover kekurangan yang dialami oleh
swasta atas dasar azak keadilan itu. Pemerintah tidak selayaknya melihat semata-mata
pada penyelenggara pendidikan, melainkan perhatian harus lebih pada peserta
pendidikan. Anak bangsa yang berkualitas pendidikan rendah akan merugikan seluruh
bangsa ini.

6. Selain itu, dalam menghadapi tuntutan masyarakat pada kualitas tertentu, pihak
sekolah swasta harus selalu meningkatkan kualitas pelayanan pendidikannya. Manajemen
yang ala kadarnya, sebatas hanya berorientasi menampung orang, beramal untuk
menghidupkan organisasi dan apalagi sebatas memenuhi tuntutan organisasi, harus
ditinggalkan. Orientasi sekolah swasta harus pada mutu. Sehingga yang harus
dikembangkan oleh lembaga pendidikan swasta adalah manajemen mutu dan
kepemimpinan unggul, orientasi harus pada mutu dan bukan sebatas mempertahankan
posisi orang, fokus pada orientasi amal sholeh. Sebutan amal sholeh harus dikembalikan
pada makna yang sebenarnya, yaitu bekerja secara benar, tepat, dan profesional. Selain
itu, organisasi tidak boleh justru menghambat upaya-upaya peningkatan mutu. Ke depan,
dalam dunia kompetisi seperti ini, mereka yang kuatlah yang akan berhasil tetap eksis,
yang lemah akan tersingkir. Sudah barang tentu, pemerintah dalam memberikan
dukungan terhadap lembaga pendidikan swasta, harus bertanggung jawab, jujur, dan adil.
Sehubungan dengan itu harus dilakukan evaluasi dan monitoring secara obyektif dan adil
pula. Ke depan organisasi besar bukan organisasi yang secara yuridis kokoh dan
anggotanya banyak, tetapi organisasi yang sanggup merespon tuntutan zaman.

7. Untuk memperkokoh sekolah swasta, maka harus dikembangkan ciri khusus yang
bernilai tinggi. Sekolah Muhammadiyah dengan jargon besarnya kembali ke al Qur’an
dan hadits semestinya juga tercermin dalam penyelenggaraan pendidikannya. Semestinya
pendidikan di Muhammadiyah tidak lagi melakukan dikotomi keilmuan, sehingga
berkembang ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama. Pandangan dikotomik seperti itu
semestinya segera ditinggalkan. Muhammadiyah dalam memahami Islam semestinya
tidak hanya terpaku pada pemahaman lama, memandang Islam hanya dari aspek tauhid,
fiqh, akhlak, tareh dan bahasa Arab serta ditambah dengan ke-Muhammadiyahan.
Muhammadiyah harus berani , atas dasar pemahaman al Qur’an dan hadits secara
sempurna, menyatakan bahwa Islam bukan sebatas agama, melainkan juga peradaban.
Tatkala Islam dipahami bahwa di dalam kitab suci dan tradisi kehidupan nabi yang
disebut hadits itu adalah peradaban, maka Islam selain agama juga mencakup di
dalamnya ilmu pengetahuan atau sains dan peradaban secara luas. Ilmu yang
dikembangkan di lingkungan sekolah-sekolah Muhammadiyah sebagai ciri khususnya
adalah ilmu pengetahuan yang berlandaskan pada ayat-ayat qouliyah dan sekaligus juga
ayat-ayat kauniyah. Kedua sumber ilmu tersebut tidak selayaknya dipisahkan, melainkan
harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh.

8. Untuk mewujudkan pemikiran itu, maka lembaga pendidikan Muhammadiyah sebagai


lembaga pendidikan swasta, menurut hemat saya tidak sebatas dirancang untk
melestarikan sejarah Muhammadiyah, melainkan keberadaannya kapan dan di manapun
memang diperlukan dan bahkan dituntut keberadaannya. Oleh karena itu semestinya
Muhammadiyah harus mengeluarkan kekuatan ampuh dan strategisnya, yaitu melakukan
ijtihad-ijtihad besar dalam membangun lembaga pendidikan, yang lebih bernuansa
filosofis---- mendasar dan menyeluruh yang semuanya itu untuk diabdikan kepada bangsa
dan umat manusia. Aspek ini menurut hemat saya justru harus dipikirkan lebih serius
daripada sebatas menyibukkan diri mencari sumber-sumber pendanaan untuk memenuhi
kekuarangan pendanaannya.

9. Sementara ini pendidikan oleh sebagian kalangan dipandang belum menyentuh sasaran
yang diinginkan. Banyak kritik yang muncul bahwa pendidikan pada saat ini terlalu
berorioentasi pada pendekatan formal, dan bahkan menjadi formalitas. Pendidikan saat
ini baru mengembangkan aspek kognitif dan belum ditemukan model pendidikan yang
mampu mengembangkan aspek psikomotor dan afektektif. Persoalan-persoalan semacam
itu, melalui kekayaan Muhammadiyah yang selalu berpegang pada kitab suci al Qur’an
dan hadits nabi sekaligus hasil-hasil observasi, eksperimen, dan penalaran logisnya secara
utuh dan padu, akan mampu menjawab berbagai persoalan itu. Dengan cara berpikir dan
mengambil langkah-langkah seperti dikemukakan itu, insya Allah lembaga pendidikan
swasta, khususnya di lingkungan Muhammadiyah akan tetap kokoh. Wallahu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai