Anda di halaman 1dari 13

LMU, TEKNOLOGI DAN TEKNOLOGI PERTANIAN Oleh : Dr. Ir. Tri Yanto, M.T.

I.

PENGERTIAN ILMU

Ilmu atausains adalah pengetahuan tentang fakta-fakta, baik natura atau sosial, yang berlaku umum dan sistematik. Karena ilmu berlaku umum, maka darinya dapat disimpulkan pernyataan-pernyataan yang didasarkan pada

beberapa kaidah umum pula. Ilmu tidak lain dari suatu pengetahuan yang sudah terorganisir serta tersusun secara sistematik menurut kaidah umum (Nazir, 1988). Menurut The Liang Gie (1997) ilmu mengarah pada berbagai tujuan. Tujuan-tujuan yang ingin dicapai atau dilaksanakan itu dapat secara teratur diperinci dalam urutan berikut: pengetahuan (knowledge) kebenaran (truth) pemahaman (understanding, comprehension, insight) penjelasan (explanation) peramalan (prediction) pengendalian (control) penerapan (application, invention, production) Ilmu diperkembangkan oleh para ilmuwan untuk mencapai kebenaran atau memperoleh pengetahuan. Dari kedua hal itu, ilmu diharapkan dapat pula

mendatangkan pemahaman kepada manusia mengenai alam semestanya, dunia sekelilingnya, atau bahkan juga mengenai masyarakat lingkungannya dan dirinya sendiri. Berdasarkan pemahaman itu ilmu dapat memberikan penjelasan tentang gejala alam, peristiwa masyarakat, atau perilaku manusia yang perlu dijelaskan. Penjelasan dapat menjadi landasan untuk peramalan yang selanjutnya bisa merupakan pangkal bagi pengendalian terhadap sesuatu hal (The Liang Gie, 1997). Menurut Suriasumantri didalam Saefudin (1991), ilmu merupakan suatu pengetahuan yang mencoba menjelaskan rahasia alam agar gejala alamiah tersebut tidak lagi merupakan misteri. Penjelasan ini akan memungkinkan kita untuk

meramalkan sesuatu yang akan terjadi, dan dengan demikian memungkinkan kita untuk

mengontrol gejala tersebut.

Untuk itu ilmu membatasi ruang jelajah kegiatanannya Artinya, obyek penelaahan keilmuan meliputi

pada daerah pengalaman manusia.

segenap gejala yang dapat ditangkap oleh pengalaman manusia lewat pancainderanya. Untuk menjelaskan rahasia alam tersebut, ilmu menafsirkan realitas obyek penelaahan sebagaimana adanya (das sein), yang terbebas dari segenap nilai yang bersifat praduga. Secara ontologi keilmuan berlandaskan pada lingkup penelaahan

yang bersifat empiris, dengan penafsiran metafisik yang bersifat bebas nilai. Secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam, yaitu pikiran dan indera. Epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris. Kedua cara berpikir tersebut digabungkan dalam mempelajari alam untuk menemukan kebenaran.

II. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP TEKNOLOGI

Kelahiran teknologi seiring dengan kebudayaan manusia prasejarah, antara lain berupa pembuatan alat untuk berburu (dari batu, kemudian berkembang dari logam). Selanjutnya, pada peradaban bertani, antara lain dikenalkan dan dikembangkan alat pengolah tanah, kincir pengangkut air. Di beberapa masyarakat, seperti Cina dan India, sejak ribuan tahun yang lalu telah dikenal teknik pembuatan keramik dari tanah liat. Piramida dan kuburan raja di Mesir, candi penyembahan matahari di Amerika Selatan, candi di India dan Nusantara, adalah sejumlah contoh teknologi yang diterapkan untuk konstruksi bangunan dari tanah dan/atau batu. Senjata dan peralatan perang merupakan salah satu teknologi yang mewarnai peradaban Eropa sebelum abad pertengahan. Pada perkembangan Islam di Jazirah Andalusia, Spanyol, sepanjang Reconquista (pendudukan) abad ke 7-12 merupakan era keemasan kemajuan ilmu dan teknologi. Sistem irigasi menggunakan parit terbang, penyulingan bahan menguap, alat operasi untuk kedokteran, serta alkemi banyak ditemukan pada era ini (Hassan, 1983). Peradaban ilmu dan teknologi Islam ini diadopsi dan dikembangkan oleh bangsa Eropa yang mencapai puncaknya pada masa

Renaisance, abad ke-17, yang dianggap sebagai titik awal revolusi ilmu, dengan diterapkannya kaidah atau metode ilmiah untuk mengkaji fenomena-fenomena alam. Penemuan mesin uap oleh James Watt di Inggris pada abad ke-18 sebagai awal revolusi industri menandai diawalinya penerapan mesin (mekanisasi) untuk kegiatan produksi yang menggantikan daya manusia dan hewan. Temuan Watt merupakan

contoh penerapan ilmu fisika dan merupakan tonggal lahirnya profesi teknik/rekayasa mesin (mechanical engineering). Bermula dari revolusi industri, sejarah perkembangan manusia dipenuhi oleh berbagai temuan ilmu dan teknologi, dari kimia (abad ke-19), biologi yang pada abad ke-20 diwarnai bioteknologi. Informasi cyber, bioteknologi, nanoteknologi, dan

transgenic adalah sederetan contoh teknologi yang mewarnai kehidupan masyarakat pada abad ke-21. Hampir semua aspek kehidupan kita sepanjang 24 jam sehari kini tak luput dari penggunaan teknologi.

A. Pengertian Terknologi Teknologi diartikan sebagai barang yang dihasilkan oleh kegiatan manusia. Pengertian ini adalah definisi paling sempit dari teknologi, yang sesuai dengan akar katanya berasal dari Bahasa Yunani; teche, seni kerajinan dan logia, perkataan (Calder, 1982). Barang buatan itu tidak hanya untuk keperluan mempertahankan hidup seharihari, melainkan juga berfungsi sebagai sarana keagamaan dan pengungkapan rasa seni. Teknologi dapat dilihat atau diartikan dari proses kegiatan manusia yang menjelaskan kegiatan pembuatan suatu barang buatan tersebut. Kegiatan manusia menghasilkan barang itu dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu membuat dan menggunakan. Membuat merupakan kegiatan merancang dan menciptakan suatu

barang buatan, sedangkan menggunakan adalah melakukan kegiatan sesuai dengan fungsi suatu barang yang telah dibuat (Gie,1996). Sementara Poppy dan Wilson (1973) mengartikan teknologi sebagai kegiatan manusia dalam merencanakan dan

menciptakan benda-benda yang bernilai praktis. Konsep ketiga mengenai teknologi adalah sebagai kumpulan pengetahuan. Banyak sekali definisi yang dibangun dan dikembangkan untuk memberi arti teknologi

sebagai suatu pengetahuan dan beberapa di antaranya penting disajikan pada paparan berikut. Teknologi sebagai bidang yang memanfaatkan penemuan-penemuan ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah praktis (Lachman, 1980). Teknologi merupakan pengetahuan teratur tentang proses-proses industri dan penerapannya (Laedes, 1974). Teknologi sebagai sebuah pengetahuan teknik. Secara lebih lengkap , Tiedel (1981) memberi batasan teknologi sebagai kumpulan berbagai kemungkinan produksi, teknik, metode, dan proses yang dengannya sumber-sumber daya secara nyata diubah oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pengertian teknologi yang lebih komprehensif diberikan oleh APPCTEconomic and Social Council for Asia and The Pacific/ESCAP (Anonim, 1989), yaitu merupakan seluruh kemampuan, peralatan, dan tata kerja seta kelembagaan yang diciptakan untuk bekerja secara lebih efektif dan lebih efisien. Dalam pengertian ini teknologi terdiri atas unsur yang terkandung dalam diri manusia dalam bentuk ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku, serta etos semangat kerja (humanware), teknologi yang terkandung dalam mesin dan peralatan produk serta barang buatan manusia (technoware), teknologi yang terkandung dalam kelembagaan yang diciptakan manusia, seperti organisasi,

manajemen, tata cara, aturan dan undang-undang (organoware), serta teknologi yang terkandung dalam dokumen yang memuat informasi gambar, rumus, paten, majalah, disket, tape, dan lain-lain (infoware). Arti harfiah teknologi adalah segala daya upaya yang dapat dilaksanakan oleh manusia untuk mendapatkan taraf hidup yang lebih baik. Dari definisi tersebut

diketahui bahwa tujuan akhir dari penggunaan teknologi adalah kesejahteraan hidup, tetapi teknologi juga seringkali berdampak negatif bagi suatu usaha, sistem, atau lingkungan. Sebagai contoh, eksploitasi hutan dengan menggunakan teknologi

mekanis sehingga dapat dilakukan dengan cepat dan dalam ukuran yang sangat luas dapat merugikan ekosistem hutan itu sendiri, bahkan dapat merugikan wilayah lain yang bertetangga dengan daerah hutan tersebut. Padahal, harapan dampak positif dari

eksploitasi hutan maupun pembukaan lahan hutan menjadi wilayah perkebunan adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitarnya. Dalam hal ini, penggunaan suatu teknologi dalam agribisnis selalu memiliki trade off yang harus dipertimbangkan. Pemilihan suatu teknologi hendaknya berdasarkan trade off yang paling minimal. Terlepas dari sifat positif dan negatif tersebut diatas, teknologi diperoleh melalui suatu proses yang dikembangkan oleh manusia (yang memiliki ilmu pengetahuan dan pengalaman yang cukup). Berkaitan dengan hal tersebut, Tjakraatmadja (1997)

mengemukakan lima sifat pokok teknologi yang perlu dipahami, seperti diuraikan dibawah ini. 1. Ilmu pengetahuan dan praktik/percobaan merupakan prasyarat untuk tumbuh dan berkembangnya teknologi. Teknologi yang dikuasai akan makin Jika ilmu pengetahuan,

berkembang jika sudah terbagi dan termanfaatkan.

seperti biokimia, mikrobiologi, genetika, dan biomolekuler dikuasai dengan baik, maka hal tersebut merupakan pintu gerbang menuju penguasaan bioteknologi. 2. Teknologi dapat berupa kompetensi yang melekat pada diri manusia (human embedded technology), dapat berwujud fisik yang melekat pada mesin dan peralatan (object embedded technology), serta informasi yang diwadahi oleh sistem dan organisasi (document embedded technology). Teknologi dibutuhkan oleh manusia, baik berupa benda fisik, keahlian dan keterampilan maupun berupa dokumen informasi (seperti buku, jurnal, dan majalah). 3. Teknologi tidak memberikan nilai guna jika tidak diterapkan (tidak terbagi dan terpakai secara tepat guna). Sebagai contoh, pada decade 1980-an Indonesia pernah mengimpor traktor yang digunakan untuk mengolah lahan sawah yang luas. Setelah tiba di Indonesia, alat tersebut ternyata tidak dapat digunakan karena ukuran lahan sawah di pulau Jawa kecil-kecil, sedangkan lahan sawah di luar pulau Jawa walaupun luas tetapi sangat sedikit jumlahnya. Dengan

demikian, traktor dalam kapasitas besar tersebut tidak berdaya guna dan tidak tepat sasaran.

4. Sebagai

salah

satu

asset

perusahaan,

teknologi

dapat

ditemukan,

dikembangkan, dibeli, dijual, dicuri, atau tidak bernilai guna jika teknologi yang dimiliki sudah kadaluwarsa. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi bersifat

dinamis dan mempunyai siklus hidup yang sama dengan siklus hidup produk. Oleh karena itu, perlindungan yang diberikan terhadap suatu teknologi harus memadai, terutama dalam hal perlindungan paten atau hak cipta. 5. Umumnya teknologi dugunakan untuk kesejahteraan masyarakat atau

meningkatkan kualitas hidup manusia. Dengan demikian teknologi merupakan faktor penting dalam mengembangkan ekonomi suatu wilayah.

Menurut Sharif (1993), teknologi terdiri atas perangkat keras (hardware), perangkat manusia (humanware), perangkat informasi (inforware), dan perangkat organisasi (orgaware). Komponen teknologi di atas diperlukan pada proses transformasi input menjadi output dalam suatu kegiatan. Dengan bantuan teknologi, manusia cenderung mempunyai banyak pilihan dalam mengembangkan bidang-bidang yang diminatinya. Salah satunya, pilihan yang dapat ditawarkan untuk pengembangan agroindustri (Hubeis, 1993), yakni; a. jenis teknologi, prospek, cara penerapan, dan pasar b. jumlah modal yang harus ditanamkan (biasanya disesuaikan dengan besar kecilnya skala usaha yang akan dilaksanakan). c. Cara penanaman modal, baik melalui penanaman modal asing (PMA), penanaman modal dalam negeri (PMDN), atau non PMA-PMDN d. Produk dan nilai tambahnya. Selain itu, Hubeis (1993) juga melakukan pembagian tipologi teknologi kedalam empat kelompok teknologi, yaitu: 1. teknologi standar dengan sistem produksi standar, peralatan standar, dan pekerja kualifikasi sedang (contoh; susu pasteurisasi, sirup, dan selai buahbuahan skala menengah)

2. teknologi mutakhir dengan sistem produksi kompleks, peralatan kompleks, dan pekerja berkualifikasi tinggi (contoh; industri makanan dan minuman kaleng, kultur jaringan, dan industri kertas) 3. teknologi tradisional dengan sistem produksi standar, peralatan tidak banyak, dan pekerja kurang berkualifikasi (contoh; home industry gula merah batok, kerupuk sagu, dan ikan asin) 4. teknologi transisi dengan sistem produksi standar, peralatan sederhana sampai modern, dan pekerja kurang berkualifisasi (contoh; industri temped an tahu skala menengah, industri pakan ternak, dan nata de coco skala menengah). Pembagian tipologi teknologi tersebut akan semakin jelas bila digambarkan dalam bentuk hubungan antara teknologi produk dan teknologi proses. Teknologi

standar biasanya disesuaikan dengan permintaan pasar khusus, sehingga berbagai inovasi yang dilakukan harus cepat bereaksi terhadap permintaan pasar, baik dari segi inovasi bahan baku, cita rasa, daya tahan produk, dan sebagainya. Adapun teknologi sederhana dan teknologi mutakhir merupakan dua kutub teknologi yang saling bertolak belakang. Teknologi tradisional sangat sedikit terkena sentuhan teknologi, sedangkan teknologi mutakhir sangat mengikuti perkembangan teknologi yang ada.

B. Ilmu, Ilmu Rekayasa dan Teknologi Pada masyarakat kuno dan tradisional teknologi dihasilkan semata-mata atas kreasi manusia tau masyarakat untuk memecahkan masalah yang dihadapi, tanpa melalui tahapan ilmiah. Sebaliknya, dalam masyarakat modern atau untuk pemecahan masalah yang kompleks, pengenalan atau penemuan teknologi tidak dapat lagi semata bergantung atas naluri atau intuisi manusia. Tahapan atau kegiatan keilmuan atau ilmiah secara sistematis mutlak diperlukan untuk lahirnya teknologi. Ilmu-ilmu dasar (sains) diperlukan atau diterapkan untuk pemecahan masalah ala mini. Beberapa ilmu dasar inilah yang kita kenal dengan ilmu teknik atau rekayasa (engineering). Rekayasa yang diterapkan untuk masalah praktis itu selanjutnya

sebagaimana diungkapkan pada paparan sebelumnya, kita kenal dengan teknologi. Sebagai contoh, teknologi pembuatan suatu makanan adalah didasarkan atas teknik

(rekayasa) kimia.

Teknik kimia sendiri merupakan ilmu terapan mengenai suatu

perubahan (transformasi) suatu bahan menjadi bahan lain melalui reaksi kimia. Perkembangan ilmu-ilmu alam (sains) saat ini dapat dirunut dari era peradaban Yunani kuno, sekitar 6000 SM, peradaban Mesir dan Babilonia, serta India. Berlainan dengan peradaban Timur, pada peradaban Yunani mengenal dan menyebut tokohtokoh yang terlibat beserta penjelasan yang disampaikan. Ilmu, sebagaimana kita

kenal seperti sekarang ini bermula dari kegiatan rasional yang telah dikenal oleh masyarakat Yunani, yaitu penyelidikan tentang fenomena alam, peri physeos historia (pada perkembangan berikutnya, kita kenal sebagai fisika, ilmu kealaman, DM), phylosophia, filsafat, theoria, perekaan dan episteme, serta pengetahuan (Gie, 1998). Thales (625-545 SM) sebagai ilmuwan pertama Yunani, memperkenalkan ilmu perbintangan (astronomi) dan filsafat kosmologi serta fisika. Nama besar Plato (427347 SM) dan Aristoteles (382-322 SM) tak dapat dipisahkan dengan pengembangan filsafat, metafisika, dan logika. Matematika, sebagai bidang ketiga tergolong rumpun teoritis yang digunakan untuk pemecahan masalah sehari-hari. Phytagoras (578-510 SM) adalah pelopor ilmu ukur. Sampai abad ketujuh, paham ilmu mengenai alam semesta didasarkan atas kepercayaan bahwa bumi menjadi pusat alam semesta (geosentris) sebagaimana dikenalkan oleh Aristoteles. Galileo Gelilei (1564-1642) mengubah kepercayaan itu

dengan melontarkan pendapat dan pembuktian bahwa pusat alam semesta bukanlah bumi, melainkan matahari (heleosentris). Galileo mengembangkan teleskop dan

melakukan percobaan pada dinamika, menemukan satelit Jupiter, dan menyimpulkan bahwa bumi berputar mengelilingi matahari. Pendapat itu tentu saja tidak dapat

diterima oleh gereja yang meyakini faham geosentris. Perkembangan ilmu (alam) abad ke-17 tidak lengkap tanpa menorehkan nama Issac Newton (1642-1727) dengan karya Phisosophie Naturalis Principie Mathematica (Mathematical Principles of Natural Phylosophy), dengan mengembangkan hukum-

hukum alam; gaya tarik, gaya gerak (dinamika). Francis Bacon (1561-1626), tokoh lain yang memperkenalkan arti penting percobaan untuk pembuktian kebenaran (induksi). Cita-cita Bacon mengenai perlu adanya sekolah (college) untuk para penemu, yang dilengkapi dengan laboratorium, workshop, dan perpustakaan pada perkembangan

kemudian di kerajaan Inggris, mendorong berdirinya The Royal Society, sebuah lembaga kerajaan tertinggi yang berwenang dalam pengembangan ilmu. Ilmuwan Perancis, Rene Descartes (1596-1650) merupakan peletak dasar pembuktian kebenaran ilmiah dengan cara deduktif. Karyanya dibidang geometrika koordinat telah menyatukan aljabar dan geometri yang semula terpisah menjadi satu kesatuan.

Sampai abad ke-20 hampir perkembangan ilmu didominasi oleh fisika sehingga dapat dikatakan masa itu sebagai era Fisikan, sebagai raja ilmu fisika-seakan tak terkalahkan oleh ilmu lain. Albert Einstein (1879-1955) dengan teori Relativismenya mewarnai perkembangan fisika baru, kemudian berlanjut dengan temuan fenomena kuantrum oleh Max Planck (1858-1947). Ilmu-ilmu alam lain, berkembang dengan latar perkembangan ilmu fisika, meliputi kimia, yang mengkaji perubahan bahan yang bersifat tetap, dipelopori oleh Antoine Laurent de Lavoisier (1743-1794) di Perancis, meskipun cikalbakal kimia sendiri Alkemi telah dikenal pada abad ke-3 di Persia (sekarang dikenal sebagai kawasan yang meliputi Negara Irak dan Iran, DM). Kegiatan ilmu obat-obatan yang dikenalkan oleh peradaban Islam di Andalusia pada rentang abad ke-7-12, meskipun tak sepesat fisika dan kimia, memberikan sumbangan akan lahirnya ilmu-ilmu mengenai jasad hidup (biologi) yang selanjutnya mengerucut pada kajian yang lebih khusus; tanaman (botani), hewan (zoology), uraian tubuh (anatomi), peredaran makanan (fisiologi) serta berkaitan dengan kelahiran (embriologi). Pada abad ke-18, nama Louis Paster menjadi tonggak perkembangan biologi dengan temuan mengenai fenomena fermentasi yang disebabkan oleh jasad renik (mikroorganisme), sebagai cikal bakal mikrobiologi, ilmu mengenai kehidupan jasad renik. Teknik yang dikembangkan untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme dengan cara pemanasan diterapkan sampai sekarang dan dikenal sebagai pasturisasi. Pada perkembangan hingga abad ke-20, si anak tiri sains kimia, justru menemukan momen dalam cabang kimia mengenai kehidupan, yaitu biokimia dengan penemuan molekul kehidupan, DNA (asam deoksiribonukleat) oleh James D Watson dan Compton Crick di Inggris pada tahun 1954. Temuan DNA ini menjadi pemicu

perkembangan ilmu biologi dan biokimia yang kini memakai baju baru; bioteknologi. Abad ke-20-21 merupakan abad bioteknologi. Hampir semua bidang kehidupan kini dirambah dan menerapkan jasa bioteknologi. Menurut ABET (Accreditation Board of Engineering and Technology), badan akreditasi pendidikan tinggi teknik AS, ilmu rekayasa teknik didefinisikan sebagai penerapan ilmu-ilmu alam (sains) dan matematika dengan cara melakukan kajian, percobaan untuk mendayagunakan secara ekonomis material, dan sumberdaya alam untuk kesejahteraan manusia. Perkembangan ilmu rekayasa dipacu, satu pihak oleh perkembangan ilmu dasar sebagai basis kegiatannya, dan di lain pihak dituntut oleh kebutuhan atau masalah masyarakat. Tentu saja, peran lembaga pendidikan tinggi (universitas) terutama di

bidang sains dan teknik, tak dapat diabaikan dalam saling kaitan perkembangan ilmu dasar, ilmu teknik, dan penerapannya, teknologi. Engineering, teknik atau rekayasa, diturunkan dari bahasa Latin, ingeniator, yang berarti orang yang banyak akal, berbakat, yang di bahasa Perancis menjadi ingenieur, Bahasa lain mengadopsinya menjadi ingeniur (Jerman), ingenuer (Belanda), serta engineer (Inggris) untuk orang yang berprofesi dalam bidang kerekayasaan yang kemudian di kosa kata Indonesia dikenal insinyur. Di Negara Eropa daratan, lulusan pendidikan tinggi teknik dan pertanian disebut insinyur (Dipl INg, untuk Perancis dan Jerman, Ir untuk Bilanda), sedangkan pada sistem Anglo Saxon, dikenal Bachelor of Engineering (B-Eng). Sampai dengan pertengahan tahun 1970-an, pendidikan tinggi teknik dan pertanian di Indonesia, yang pada awal berdirinya memang banyak meniru sistem umiversitas Belanda lulusannya diberi gelar insinyur (Ir). Meskipun universitas pertama dikenal pada awal abad ke-12, di Salerno, Bologna, Italia dan Paris, serta kemudian di Oxford dan Cambridge, Inggris, sebagai pusat pembelajaran untuk bidang-bidang teologi, hokum, dan kedokteran. Pendidikan tinggi yang mempunyai kajian bidang rekayasa/teknik baru didirikan tahun 1676 di Perancis, sebagai sebuah Sekolah Politeknik (engineering school), ecole National des Ponts et Chauseees, di Paris yang khusus mencetak tenaga insinyur untuk pembangunan jalan raya dan jembatan. Tahun 1794, didirikan Ecole Polytechnique. Periode ini dianggap sebagai cikal bakal lahirnya ilmu teknik sipil (civil engineering).

Istilah sipil digunakan untuk membedakan pekerjaan-pekerjaan dilakukan seperti pembangunan jalan dengan penebangan pohon, jembatan untuk keperluan

peperangan, militer. Cakupan ilmu ini dikenal sebagai ilmu teknik militer atau Zeni (genie, bahasa Perancis). Seperti telah diungkapkan sebelumnya, penemuan mesin uap oleh James Watt menjadi peletak dasar perkembangan teknik mesin (mechanical engineering). Selanjutnya, temuan listrik oleh Faraday serta komunikasi melalui telegram oleh Bell menjadi tonggak perkembangan teknik kelistrikan (electricity and electrical engineering). Perang dunia pertama (1911-1918), yang meluluh-lantakkan daratan Eropa dan menyengsarakan umat manusia, sebaliknya menjadi pemicu perkembangan teknik kimia (chemical engineering) di Jerman, yang antara lain dikembangkan uantuk memproduksi bahan-bahan kimia untuk sarana perang, juga untuk bangunan dan jalan (Johnston, et al, 2000).

Kebutuhan industri akan bahan bakar (batubara), kemudian minyak serta diketahuinya sumber-sumber bahan bakar fosil (geologi dan kelautan), menjadi pemicu kelahiran teknik untuk pengambilan dan pemanfaatan sumberdaya bumi, muncullah teknik pertambangan (mining engineering). Semasa perang dunia kedua, kebutuhan perancangan dan pengaturan logistik menjadi tumpuan para pengendali pasukan. Para pakar matematika dan statistika

berhasil mengembangkan suatu model untuk menentukan berbagai rencana militer, bidang ini dikenal sebagai operational research (penelitian operasional, PO) yang pada perkembangan selanjutnya banyak diterapkan untuk kegiatan industri dalam rangka melakukan optimasi proses atau perencanaan produk. PO dan teknik optimasi menjadi pemicu lahirnya pendekatan kuantitatif dalam manajemen industri, yang kita kenal sebagai teknik industri. Penerapan teknik-teknik komputasi, penelitian operasional,

selanjutnya mengembangkan teknik industri ini dengan pendekatan kesisteman dan menjadi teknik sistem industri (industrial and systems engineering) pada paruh 1980-an (Turner,1987).

Perkembangan ilmu sistem banyak dipengaruhi oleh berbagai disiplin antara lain kibernetika (cybernetics) dari disiplin biologi, dipelopori oleh Bertalannfly (1975) yang menghasilkan teori sistem umum (general system theory). Perkembangan teori sistem modern merupakan peningkatan besar dibidang teknik maupun intelektual pada abad ke-20. Pendekatan bersistem membantu kita untuk berpikir melalui cara terorganisasi dan terstruktur, untuk semua aspek dari masalah atau penerapannya. Pada beberapa bidang teknik dan ilmu, konsep sistem digunakan sebagai titik awal untuk analisis setiap masalah. Memasuki abad ke-20 dan millenium ketiga, beberapa teknologi melesat sebagai bukti perkembangan ilmu seperti angkasa luar, bioteknologi, dan biomedis dengan landasan teknik aeronautika (aeronautical engineering) sekarang menjadi angkasa luar (aerospace), teknik biokimia (biochemical engineering), dan teknik computer (computer engineering), teknik telekomunikasi, dan teknik sistem. Bidang baru yang berkembang antara lain teknik lingkungan (environmental engineering) yang berlandaskan teknik sipil dengan fokus yang kuat pada aspek lingkungan dan sistem, serta teknik biomedis (bioengineering). Teknik pertanian (agricultural engineering), sebagai penerapan ilmu-ilmu teknik pada kegiatan pertanian, dapat dianggap sebagai hibrida antara ilmu terapan teknik (sipil, mesin, listrik, kimia, dll) dan ilmu terapan pertanian (dari botani, zoology, fisiologi, dll) muncul sebagai jawaban atas permasalahan yang dihadapi oleh manusia berkaitan dengan kebutuhan pangan, sandang dan papan. Usaha tani skala besar pada areal yang luas tidak lagi mungkin dilakukan oleh tenaga manusia dan hewan. Mekanisasi pertanian (agricultural mechanization) berkembang di AS dan Eropa pada abad ke-18 untuk memecahkan masalah tersebut, dari pengerjaan lahan, pengairan, penanaman, sampai pemanenan. Kegiatan pascapanen dan penyimpanan, banyak menerapkan

teknik sipil, mesin, dan listrik dalam kegiatan pertanian. Dengan perkembangan ilmu yang pesat dan beragam, perkembangan ilmu teknik tidak bersifat monodisiplin atau mengikuti tata istilah biologi, bersifat sebagai spesies. Banyak ragam bidang ilmu teknik kini merupakan sub-spesies atau hibrida dari antarbidang ilmu murni maupun terapan. Sebagai contoh, bioteknologi adalah

bidang multidisiplin, dari hibrida beragam ilmu terapan seperti teknik kimia/biokimia, elektro, fisika, mikrobiologi, dan kesehatan.

C. Komponen Teknologi Pemahaman teknologi sering dikonotasikan sebagai peralatan fisik yang digunakan oleh industri atau perusahaan untuk melakukan kegiatan operasionalnya. Padahal, fasilitas fisik tersebut tidak bernilai apa-apa tanpa campur tangan kemampuan manusia (seperti penggunaan tenaga otot, otak, dan penglihatan) dan kondisi lingkungan kerja (seperti kenyamanan kerja dan kesehatan). Oleh karena itu pemahaman terhadap teknologi hendaknya diperbaiki bahwa teknologi bukan hanya berupa sesuatu benda, tetapi juga berupa elemen-elemen pengetahuan, informasi, dan teknis manajemen.

Sharif (1993) menyatakan bahwa teknologi harus dilihat secara utuh dengan cara menguraikannya ke dalam empat komponen sebagai berikut; 1. Perangkat keras (fasilitas berwujud fisik); misalnya traktor, computer, peralatan tangkap ikan, mesin pengolah makanan dan minuman, mesin pendingin. Komponen tersebut disebut juga technoware yang memberdayakan fisik manusia dan mengontrol kegiatan operasional transformasi. 2. Perangkat manusia (berwujud kemampuan manusia); misalnya keterampilan, pengetahuan, keahlian, dan kreativitas dalam mengelola ketiga komponen teknologi lainnya di bidang agroindustri/agribisnis. Komponen tersebut disebut juga humanware yang memberikan ide pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi untuk keperluan produksi. 3. Peringkat informasi (berwujud dokumen fakta); misalnya website di internet, informasi yang diperoleh melalui telpon dan mesin facsimile, database konsumen produk agribisnis, informasi mengenai riset pasar produk agribisnis, spesifikasi mesin pengolah makanan, buku mengenai pemeliharaan mesin-mesin pertanian, jurnal-jurnal aplikasi teknologi mutakhir.

Anda mungkin juga menyukai