Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Usia Lanjut atau disebut lansia di Indonesia adalah orang-orang yang sudah mencapai usia di atas 60 tahun. Menurut WHO ada 3 kriteria dari Lansia ini, yaitu: elderly dengan usia 64-74 tahun, older dengan usia 75-90 tahun, dan very old yaitu lansia yang berusia lebih dari 90 tahun. Inilah saatnya seseorang menikmati masa tua dengan tenang. Namun ada kalanya masa lansia justru membuat lansia mengalami depresi. Bahkan, kebanyakan depresi menghinggapi para lansia di masa tuanya. Depresi merupakan gangguan emosional yang sifatnya berupa perasaan tertekan, tidak merasa bahagia, sedih, merasa tidak berharga, tidak mempunyai semangat, tidak berarti, dan pesimis terhadap hidup. Depresi pada Lansia dapat disebabkan oleh banyak hal. Misalnya kehidupan ekonomi mereka yang tidak dijamin oleh keluarganya sehingga mereka tetap harus bekerja, ketakutan mereka untuk diasingkan dari keluarga, ketakutan tidak dipedulikan oleh anak-anaknya, dan lain sebagainya. Adapun hal yang perlu diperhatikan adalah adanya kecenderungan keluarga dan masyarakt menganggap keluhan keluhan para lansia sebagai sesuatu yang normal pada proses menua. Padahal hal terebut perlu lebih diteliti dan diperhatikan keluhan keluhan spesifik yang biasanya mudah terdeteksi oleh dokter keluarga.

1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang yang dibahas pada makalah ini adalah : 1. Apa yang dimaksud dengan depresi pada lansia ? 2. Apa saja rentang respon emosional ? 3. Apa etiologi depresi pada lansia ? 4. Apa saja factor predisposisi depresi pada lansia? 5. Apa saja sindrom klinis tertentu yang dapat muncul pada lansia ?

6. Bagaimana deteksi dini kemungkinan depresi pada lansia ? 7. Bagaimana manifestasi klinis depresi pada lansia? 8. Bagaimana patofisiologi depresi pada lansia ? 9. Bagaimana WOC depresi pada lansia ? 10. Bagaimana penatalaksanaan depresi pada lansia? 11. Apa pengobatan depresi pada lansia? 12. Apa saja pemeriksaan penunjang depresi pada lansia?

1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuandari penulisan makalah ini adalah : 1. Menjelaskan defenisi depresi pada lansia 2. Menjelaskan rentang respon emosional 3. Menjelaskan etiologi depresi pada lansia 4. Menjelaskan apa saja factor predisposisi depresi pada lansia 5. Menjelaskan apa saja sindrom klinis tertentu yang dapat muncul pada lansia 6. Menjelaskan bagaimana deteksi dini kemungkinan depresi pada lansia 7. Menjelaskan bagaimana manifestasi klinis depresi pada lansia 8. Menjelaskan bagaimana patofisiologi depresi pada lansia 9. Menjelaskan bagaimana WOC depresi pada lansia 10. Menjelaskanbagaimana penatalaksanaan depresi pada lansia 11. Menjelaskan apa pengobatan depresi pada lansia 12. Menjelaskan apa saja pemeriksaan penunjang depresi pada lansia

1.4 Manfaat Penulisan Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan masyarakat luas terutama perawat mengenai depresi pada lansia. Makalah ini juga memberikan pemahaman yang lebih dalam proses balajar mengajar di semester III ini.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Depresi pada Lansia Depresi merupakan gangguan perasaan dengan ciri-ciri antara lain: semangat berkurang, rasa harga diri rendah, menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur, dan makan. Pada depresi terdapat gejala psikologik dan gejala somatik. Gejala psikologik antara lain adalah: menjadi pendiam, rasa sedih, pesimistik, putus asa, nafsu bekerja dan bergaul kurang, tidak dapat mengambil keputusan, mudah lupa dan timbul pikiran-pikiran bunuh diri. Gejala somatik antara lain: penderita kelihatan tidak senang, lelah, tidak bersemangat, apatis, bicara dan gerak geriknya pelan, terdapat anoreksia, isomnia, dan konstipasi (Maramis, 2005). Seseorang dikatakan depresi apabila aktifitas fisiknya menurun, berpikir sangat lamban dan diikuti oleh perubahan suasana hati. Sesorang yang mengalami depresi memiliki pemikiran yang negatif terhadap dirinya sendiri, terhadap masa depan, dan ingatan mereka menjadi lemah, serta kesulitan dalam mengambil keputusan. Depresi pada lanjut usia kemungkinan akan sangat berkaitan dengan proses penuaan yang terjadi pada diri lanjut usia, pada fase tersebut sering terjadi perubahan fisik dan mental yang mengarah ke penurunan fungsi. Proses menjadi tua menghadapkan lanjut usia pada salah satu tugas yang paling sulit dalam perkembangan hidup manusia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa depresi pada lanjut usia adalah suatu keadaan dimana individu mengalami gangguan psikologis yang berpengaruh terhadap suasana hati, cara berpikir, fungsi tubuh dan perilakunya, seperti rasa sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, insomnia, putus asa dan merasa tidak berharga. Jadi keadaan depresi dapat diketahui dari gejala dan tanda yang penting yang mengganggu kewajaran sikap dan tindakan individu atau menyebabkan kesedihan yang mendalam.

2.2 Rentang respon emosional RENTANG RESPON EMOSIONAL

Respon Adaptif

Respon Maladaptif

Responsif Reaksi kehilangan yang wajar

Supresif

Reaksi kehilangan yang memanjang

Maniak/ Depresi

a. Responsif Respon individu yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Mampu bereaksi dengan dunia eksternal dan internal b. Reaksi Kehilangan Yang Wajar Normal dialami oleh individu yang mengalami kehilangan. Individu menghadapi realita dari kehilangan dan mengalami proses kehilangan yang meliputi bersedih, berfokus pada diri sendiri, berhenti melakukankegiatan sehari - hari tapi tidak lama (keadaan ini bersifat temporer) c. Supresi Merupakan tahap awal dari respon mal adaptif, dimana individu menyangkal, menekan atau lingkungan d. Reaksi Kehilangan Yang Memanjang Merupakan penyangkalan yang menetap dan memanjang tapi tidak tampak reaksi emosional terhadap kehilangan , dapat terjadi hingga beberapa tahun e. Maniak /depresi Merupakan respon emosional yang berat. Dapat melalui intensitas dan pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi sosialnya. Maniak ditandai dengan gangguan alam perasaan meningkat,meluas, emosional mudah menginternalisasi semua aspek perasaannya ke dalam

tersinggung,/terangsang . Dalam hal perilaku dengan peningkatan kegiatan,

banyak bicara, flig of idea. senda gurau tertawa berlebihan,penyimpangan seksual. Sedangkan depresi ditandai dengan perasaan bersedih dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan.

2.3 Etiologi a. Organobiologik 1) Perubahan neuro biologi sitem persyarafan 2) Penyakit kronik degeneratif 3) Gannguan endokrin 4) Pengaruh obat 5) Genetik

b. Psikososial 1) Perubahan peran sosial 2) Berbagai bentuk kehilangan 3) Ciri kepribadian yang rentan 4) Dukungan psikososial yang buruk 5) Peristiwa kehidupan yang menyakitkan

2.4 Faktor predisposisi a. Faktor Genetik Dimana transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis keturunan. Frekwensinya meningkat pada kembar monozigot. Menurut Cloninger (1989) : 1. Gangguan jiwa persepsi sensori dan gangguan jiwa psikotik erat sekali penyebabnya dengan factor genetic

2. Individu yang memiliki hubungan sebagai ayah, ibu atau anak dari klien yang mengalami gangguan jiwa memiliki kecendrungan 10%, sedangkan keponakan atau cucu 2-4% 3. Individu yang memiliki hubungan kembar identik dengan klien memiliki kecendrungan 46-48% , sedangkan dyzigot kecendrungannya 14-17% Faktor genetic tersebut sangat ditunjang oleh pola asuh yang diwariskajn sesuai dengan pengalaman yang dimiliki oleh anggota keluarga klien yang memiliki gangguan jiwa. b. Teori Agregasi Berbalik Pada Diri Sendiri Depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang dialihkan kepada diri sendiri.berbalik. Menurut Freud, kehilangan banyak orang / objek akan mengakibatkan orang menjadi ambivalen antara benci dan cinta yang akhirnya menjadikan dia menyalahkan diri sendiri. c. Teori Kehilangan Berhubungan dengan factor perkembangan misalnya kehilangan orang tua pada masa anak-anak, perpisahan dengan orang yang sangat dicintai. Sehingga individu tidak berdaya untuk mengatasi kehilangan. d. Teori Kepribadian Tipe kepribadian tertentu menyebabkan individu mengalami depresi. Hal ini merupakan masalah kognitif yang dipengaruhi oleh penilaian negative terhadap diri sendiri. e. Model Belajar Ketidakberdayaan Depresi disebabkan oleh kehilangan kendali diri, individu yang mengalami kehilangan menjadi pasif, tidak mampu menghadapi masalah, sehingga lamakelamaan timbul keyakinan bahwa dirinya tidak mampu mengendalikan kehidupan. f. Model Perilaku Depresi terjadi karena kurangnya reinforcement positif selam berinteraksi dengan lingkungan g. Model Biologis

Depresi terjadi karena adanya perubahan dalam kimia tubuh. Perubahan tersebut termasuk dalam hal system endokrin dimana terjadi defisiensi katekolamin. Katekolamin tidak berfungsi namun terjadi hipersekresi kortisol yang terus-menerus.

2.5 Sindrom Klinis Tertentu yang Dapat Muncul Pada Lansia (DEPKES 2001) a. Depresi Agitatif Ditandai dengan peningkatan aktifitas, mondar mndir, mengejar ngejar orang dan terus menerus meremas remas tangan b. Depresi dan Anxietas Gangguan cemas menyeluruh dan fobia c. Depresi terselubung Tidak muncul gejala atau mood depresi d. Somatisasi Gejala somatik dapat menyembunyika gejala yang sesungguhnya dan dapat memperberat dengan adanya depresi e. Pseudo Dimensia Pasien depresi yang menunjukan gejala ganggua memori yang bermakna seperti dimensia f. Depresi sekunder pada dimensia Depresi yang terjadi pada stadium awal dimensia

2.6 Deteksi Dini Kemungkinan Depresi Pada Lansia a. Usia lanjut dengan penyakit Degeneratif b. Usia lanjut yang mengalami perawatan yang lama di RS c. Usia lanjut dengan keluhan somatis kronis dan Dokter Shoping d. Usia lanjut dengan Imobilisasi yang berkepanjangan e. Usia lanjut dengan Isolasi social f. Usia lanjut dengan social ekonomi yang lemah g. Usia lanjut yang kehilangan dukungan sosial

2.7 Manifestasi Klinis Frank J.Bruno dalam Bukunya Mengatasi Depresi (1997) mengemukan bahwa ada beberapa tanda dan gejala depresi, yakni: 1. Secara umum tidak pernah merasa senang dalam hidup ini. Tantangan yang ada, proyek, hobi, atau rekreasi tidak memberikan kesenangan. 2. Distorsi dalam perilaku makan. Orang yang mengalami depresi tingkat sedang cenderung untuk makan secara berlebihan, namun berbeda jika kondisinya telah parah seseorang cenderung akan kehilangan gairah makan. 3. Gangguan tidur. Tergantung pada tiap orang dan berbagai macam faktor penentu, sebagian orang mengalami depresi sulit tidur. Tetapi dilain pihak banyak orang mengalami depresi justru terlalu banyak tidur. 4. Gangguan dalam aktivitas normal seseorang. Seseorang yang mengalami depresi mungkin akan mencoba melakukan lebih dari kemampuannya dalam setiap usaha untuk mengkomunikasikan idenya. Ya,kan? saya tidak mengalami depresi?.dilain pihak, seseorang lainnya yang mengalami depresi mungkin akan gampang letih dan lemah. 5. Kurang energi. Orang yang mengalami depresi cenderung untuk mengatakan atau merasa,saya selalu merasah lelah atau saya capai. Ada anggapan bahwa gejala itu disebabkan oleh faktor-faktor emosional, bukan faktor biologis. 6. Keyakinan bahwa seseorang mempunyai hidup yang tidak berguna, tidak efektif. orang itu tidak mempunyai rasa percaya diri. Pemikiran seperti, saya menyia-nyiakan hidup saya, atau saya tidak bisa mencapai banyak kemajuan, seringkali terjadi. 7. Kapasitas menurun untuk bisa berpikir dengan jernih dan untuk memecahkan masalah secara efektif. Orang yang mengalami depresi merasa kesulitan untuk menfokuskan perhatiannya pada sebuah masalah untuk jangka waktu tertentu. Keluhan umum yang sering terjadi adalah, saya tidak bisa berkonsentrasi.. 8. Perilaku merusak diri tidak langsung. contohnya: penyalahgunaan

alkohol/narkoba, nikotin, dan obat-obat lainnya. makan berlebihan, terutama kalau seseorang mempunyai masalah kesehatan seperti misalnya menjadi

gemuk, diabetes, hypoglycemia, atau diabetes, bisa juga diidentifikasi sebagai salah satu jenis perilaku merusak diri sendiri secara tidak langsung. 9. Mempunyai pemikiran ingin bunuh diri. (tentu saja, bunuh diri yang sebenarnya, merupakan perilaku merusak diri sendiri secara langsung. Frank menambahkan bahwa tidak ada aturan yang pasti untuk setiap orang. tetapi merupakan konvensi untuk menyatakan bahwa kalau lima atau lebih dari tanda-tanda atau gejala itu ada dan selalu terjadi, maka sangat mungkin seseorang mengalami depresi. Lain halnya jika seseorang mnegalami gejala pada nomor 9, yakni punya keinginan untuk bunuh diri, maka Frank menganjurkan seseorang untuk segera mencari bantuan profesional secepat mungkin. 2.8 Patofisiologi 2.9 WOC (terlampir) 2.10 Penatalaksanaan a. Terapi biologik : Pemberian obat antidepresan Jenisnya: 1. Antidepresan trisiklik - Bersifat sedatif: amitriptilin, dotipin - Sedikit bersifat sedatif: imipramin, nortriptilin, protriptilin 2. Antidepresan yang lebih baru - Bersifat sedatif: trasodon, mianserin - Kurang sedatif: maproptilin, lofepramin, flukoksamin

b. Terapi kejang listrik (ECT), shock theraphy Penggunaan Electroconvulsive Therapy (ECT) dengan cara shock therapy untuk pasien yang tidak memberi respon positif terhadap obat antidepresan dan psikoterapi. ECT bekerja untuk menyeimbangkan unsur kimia pada otak, dirasa. cukup aman dan efektif serta dapat diulang 3 kali seminggu sampai pasien menunjukan perbaikan. Efek samping ECT adalah kehilangan

kesadaran sementara.pada pasien namun cukup efektif untuk mengurangi resiko bunuh diri pada pasien tertentu.

c. Terapi psikologik 1. Psikoterapi : Psikoterapi Individu dan kelompok paling efektif dilakukan bersama-sama dengan pemberian anti depresan. Perlu diperhatikan teknik psikoterapi dan kecocokan antara pasien dengan terapis sehingga pasien merasa lebih nyaman, lebih percaya diri dan lebih mampu mengatasi persoalannya sendiri. 2. Terapi Kognitif : bertujuan mengubah pola pikir pasien yang selalu negatif (persepsi diri, masa depan, dunia, diri tak berguna, tak mapu, dsb) ke arah pola pikir yang netral atau yang positif. 3. Terapi Keluarga : problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan penyakit depresi, sehingga dukungan/support terhadap pasien sangat penting. Proses penuaan mengubah dinamika keluarga, ada perubahan posisi dari dominasi menjadi dependen pada orang usia lanjut. Tujuan dari terapi terhadap keluarga pasien yang depresi adalah untuk meredakan perasaan frustrasi dan putus asa, mengubah dan memperbaiki sikap/struktur dalam keluarga yang menghambat proses penyembuhan pasien. 4. Penanganan ansietas : teknik yang umum dipakai adalah program relaksasi progresif baik secara langsung dengan infra struktur (psikolog atau terapis okupasional) atau melalui tape recorder. Teknik ini dapat dilakukan dalam praktek umum sehari-hari. d. Perubahan gaya hidup Aktivitas fisik terutama olah-raga. Pasien dibiasakan berjalan kaki setup pagi atau sore sehingga energi dapat ditingkatkan serta mengurangi stress karena kadar norepinefrin meningkat. Selain itu, pasien juga dapat diperkenalkan pada kebiasaan meditasi serta yoga untuk menenangkan pikirannya: Setidaknya ada dua alasan penting mengapa olah raga perlu untuk penderita depresi.

10

Pertama, olah raga meningkatkan kesadaran sistem syaraf sentral. Denyut nadi meningkat dan membangkitkan semua sistem. Hal ini berlawanan dengan penurunan kesadaran syaraf sentral akibat adanya depresi. Kedua, olah raga bisa memacu sistem syaraf sentral. Endorphin adalah molekul organik yang seperti halnya norepinephrine dan serotonin, berfungsi sebagai kurir kimiawi. Kadang endorphin dianggap, sebagai candu (opium) alami yang berfungsi untuk meningkatkan proses biologic untuk mengatasi depresi. Karenanya perawat diharapkan bisa mengidentifikasi olahraga yang disenangi oleh klien yang terindikasi depresi dan mendesainnya menjadi sebuah program yang kontinyu dan rutin. Perawat dapat bekerjasama dan berkonsultasi dengan tenaga medis mengenai berbagai bentuk gerak yang efektif yang bisa menstimulus detak jantung.

2.11 Pengobatan
Untuk pasien yang tidak mempan pada obat antidepresi konvensional, dapat diberikan suplemen omega-3. Omega-3 secara alami terdapat dalam minyak ikan.

2.12 Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang 1. Skala Depresi Geriatrik (SDG) Suatu kuesioner terdiri dari 30 pertanyaan yang harus dijawab Ya atau Tidak 2. Skala Depresi Rentang-Mandiri Zung Terdiri dari 10 pernyataan positif dan 10 pernyataan negatif yang dijawab dengan waktu yang sudah ditentukan. 3. Kuesioner Kesehatan Umum (KKU) Instrumen penggunaan mandiri yang terdiri dari enam perubahan deteksi ada tidaknya distres psikiatri. 4. Inventaris Depresi Back (IDB) Terdiri dari pertanyaan yang berkenaan dengan 21 karakteristik depresi. 5. Pusat untuk Studi Epidemologis Skala Depresi (PSE-D), Instrumen ini terdiri dari 20 pokok pernyataan 6. Instrumen yang lain adalah Jadwal Wawancara Diagnostik (JWD), Campuran Wawancara Diagnostik Internasional, CAMDEX ( Cambridge Mental Disorders of The Elderly Examination), Canbera Interview for the Elderly (CIE), dll

11

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan Depresi pada lansia adalah suatu keadaan dimana individu mengalami gangguan psikologis yang berpengaruh terhadap suasana hati, cara berpikir, fungsi tubuh dan perilakunya, seperti rasa sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, insomnia, putus asa dan merasa tidak berharga. Tanda dan gejala depresi yaitu secara umum tidak pernah merasa senang dalam hidup, tidur terganggu, kurang energy dan lain sebagainya. Depresi pada lansia dapat disebabkan oleh factor organobiologik seperti berkurangnya jumlah sel dan factor psikososial seperti perubahan peran social dan peristiwa kehidupan yang menyakitkan. Depresi tersebut bisa ditangani dengan pemberian obat anti depresan seperti amitriptilin, dotipin, dan lainnya, terapi kejang listrik, terapi psikologic dan terapi gaya hidup.

4.2 Saran Penulis menyarankan kepada pembaca khususnya perawat, untuk lebih mendalami dan memahami lagi mengenai depresi pada lansia serta memahami gajala gejala yang mungkin timbul. Penulis juga berharap kepada penulis selanjutnya untuk membahas ruang lingkup yang lebih luas lagi mengenai materi ini.

12

Anda mungkin juga menyukai