Anda di halaman 1dari 6

Acara 2. Luas Minimum A.

Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam praktikum antara lain pasak bambu, tali rafia, kantong plastik, dan alat tulis.

B. Cara Kerja Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum adalah sebagai berikut : 1. Dibuat kuadrat dengan ukuran 25 x 25 cm dan dicatat jenis tumbuhan gulma yang ada dalam kuadrat dari areal tanaman yang ditentukan. 2. Dibuat luasan kuadrat menjadi 25 x 50 cm dan dicatat penambahan jenis yang ada. 3. Dibuat luasan kuadrat menjadi 50 x 50 cm dan dicatat penambahan jenis yang ada. 4. Dilakukan hal yang sama sampai tidak ada penambahan jenis, plotkan dalam grafik.

A. Hasil Tabel 2.1. Data Pengamatan Metode Luas Minimum Petak I II III IV Luas petak (cm) 25 x 25=0,0625 m2
V 0,125 m2 25 x 50= V

Jumlah spesies 3 1 1 0

Prosentase penambahan (%) 3/3 x 100%= 100%


V

1/3 x 100%= 33% 1/4 x 100%= 25% 0/5 x 100%= 0%

50 x 50 cm = 0,25 m2 50 x 100 cm = 0,5 m2

Perhitungan : a. Luas petak I (0,25 x 0,25) m2 Jumlah spesies = 6 Persentase penambahan =


Jumlah spesies baru Jumlah spesies awal

x 100 %

= 3/3 x 100 % = 100% b. Luas petak II (0,50 x 0,25) m2 Jumlah spesies = 1 Persentase penambahan =
Jumlah spesies baru Jumlah spesies awal

x 100%

= 1/3 x 100% = 33% c. Luas petak III (0,50 x 0,50) m2 Jumlah spesies = 1 Persentase penambahan =
Jumlah spesies baru Jumlah spesies awal

x 100%

= 1/4 x 100% = 25% d. Luas petak IV (0,50 x 1,00) m2 Jumlah spesies = 0 Presentasi penambahan =
Jumlah spesies baru Jumlah spesies awal

x 100%

= 0/5 x 100% = 0% Pembuatan Kurva Garis M (Garis Pertolongan) X di dapat dari 10% luas plot terakhir yang di dapat spesies = 10% x 0,125 m2 = 0,0125 m2 Y di dapat 10% dari jumlah jenis yang diperoleh terakhir

= 10% x 1 = 0,1

6 5 4 3 2 1 0 0.0625 0.125 0.25 0,5

Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh (kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas petak contoh yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran (Anwar,1995). Titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis (spesies), maka dalam menetapkan besar atau banyaknya petak-petak sampling perlu digunakan kurva lengkung species area. Langkah ini dapat dilakukan dengan mendaftarkan jenis-jenis pohon yang terdapat dalam suatu petak kecil (petak contoh). Ukuran petak ini lalu diperbesar 2 kali dan jenis-jenis pohon yang terdapat didaftarkan pula. Pekerjaan ini dilakukan hingga penambahan luas petak tidak menyebabkan pe-nambahan yang berarti pada banyaknya jenis. Banyaknya luas minimum ini

ditetapkan dengan dasar:penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 10% atau 5% (Syarifuddin, 2011). Hasil praktikum menunjukkan luas petak I (0,25 x 0,25) m2 presentasi penambahan gulma sebesar 100% dengan jumlah spesies 3 jenis. Luas petak II (0,50 x 0,25) m2 presentasi penambahan gulma sebesar 33% dengan jumlah spesies 4 jenis, luas petak III (0,50 x 0,50) m2 memiliki presentasi penambahan 25% dengan penambahan 1 spesies. Luas petak IV (0,50 x 1,00) m2 dan Luas petak V (1,00 x 1,00) m2 presentasi penambahan gulma sebesar 0% dan tidak ada penambahan spesies dalam petak tersebut. Menurut referensi, prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area (KSA). Menurut Syarifuddin (2011) manfaat luas petak contoh minimum dapat dijadikan patokan dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat. Analisis vegetasi ini digunakan untuk melihat penguasaan atau dominansi suatu jenis terhadap jenis lainnya melalui Indeks Nilai Penting (INP). INP suatu jenis menggambarkan peranan keberadaan suatu jenis dalam komunitas. Untuk mempelajari komunitas tumbuhan penelitian tidak dapat melakukan pada seluruh area yang ditempati komunitas, terutama apabila area itu cukup luas. Oleh karena itu kita dapat melakukan penelitian disebagian area komunitas tersebut dengan syarat bagian tersebut dapat mewakili sebagian komonitas yang ada. Selain itu, ukuran dan lokasi dari luas minimum dapat memperlihatkan hubungan antara perkiraan maksimum petak contoh dari kelimpahan spesies terbesar dan distribusi komunitas suatu spesies yang berbeda. Luas minimum juga menggambarkan efektifitas rekolonisasi suatu daerah oleh suatu jenis selama periode waktu tertentu (Leroux, 2007). Kekurangan luas mnimum untuk vegetasi rendah menggunakan petak segi empat adalah lebih rumit dalam memasang patok patok. Secara umum untuk vegetasi seperti gulma, petak luas mnimum yang digunakan berbentuk lingkaran.

Pembuatan petak luas mnimum lingkaran ini dapat dilakukan secara mudah dengan mengaitkan seutas tali pada titik pusat petak. Selain itu, petak contoh berbentuk lingkaran akan memberikan kesalahan sampling yang lebih kecil daripada bentuk petak lainnya, karena perbandingan panjang tepi dengan luasnya lebih kecil (Anwar, 1995). Grafik luas minimum dalam praktikum ini dibuat dengan cara membuat sumbu x (luas petakan) dan sumbu y (jumlah jenis), membuat garis pertolongan (misal m) yang besarnya 10% dari luas petak terakhir, yaitu sebesar 0,1 dan 10% jumlah jenis terakhir sebesar 0 sehingga didapat suatu titik kemudian dihubungkan dengan titik 0 dan dibuat garis m. Membuat garis yang sejajar dengan garis m, yaitu yang menyinggung garis (pertemuan titik-titik luas petak dan jumlah jenis) disebut garis n. Kemudian titik singgung garis n diproyeksikan ke sumbu x sehingga didapatkan luas minimumnya. Luas minimum didapatkan setelah prosentase penambahan jenis baru kurang dari 10%, jika prosentase penambahan kurang dari 10% maka pembuatan petak dihentikan. Hasil data praktikum dan perhitungan luas minimum dapat ditentukan setelah pembuatan petak keenam dengan luas petak 1,00x2,00 m2 = 2,00 m2 dengan 0 penambahan jenis baru, sehingga hasil perhitungan 10% dari total merupakan luas minimum. Luas minimum ini ditunjukkan pada grafik garis putus-putus. Daerah luas minimum berada di daerah luas petak 0,625 m2. Daerah dengan luas tersebut merupakan luas minimum mewakili vegetasi dalam suatu lahan perkebunan (Leroux et al., 2007) Luas daerah vegetasi yang telah diambil di atasnya bervariasi untuk setiap bentuk vegetasi mulai dari 0,25 m2 sampai 1m2. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anwar (1995), bahwa suatu syarat untuk daerah pengambilan sampel haruslah representatif bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan pada sifat umum suatu vegetasi, yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh beberapa populasi. Jadi, peranan individu suatu jenis tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-individu tersebut. Dengan demikian, untuk melihat suatu komunitas sama dengan memperhatikan individu-individu atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara keseluruhan. Hal ini berarti bahwa daerah pengambilan

contoh itu representatif bila di dalamnya terdapat semua atau sebagian besar dari jenis tumbuhan pembentuk komunitas tersebut. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah spesies di dalam suatu daerah adalah: a. Iklim Fluktuasi iklim yang musiman merupakan faktor penting dalam membagi keragaman spesies. Suhu maksimum yang ekstrim, persediaan air, dan sebagainya yang menimbulkan kemacetan ekologis (bottleck) yang

membatasi jumlah spesies yang dapat hidup secara tetap di suatu daerah. b. Keragaman Habitat Habitat dengan daerah yang beragam dapat menampung spesies yang keragamannya lebih besar di bandingkan habitat yang lebih seragam. c. Ukuran Daerah yang luas dapat menampung lebih besar spesies di bandingkan dengan daerah yang sempit. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa hubungan antara luas dan keragaman spesies secara kasaradalah kuantitatif. Rumus umumnya adalah jika luas daerah 10 x lebih besar dari daerah lain maka daerah itu akan mempunyai spesies yang dua kali lebih besar (Anwar, 1995).

DAPUS Anwar, D. 1995. Biologi Lingkungan. Ganesa Exact, Bandung. Syarifuddin, A. 2011. Identifikasi Plasma Nutfah Vegetasi Hutan Alam Resort Trisula Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Gamma Vol.6(2): 77 94. Leroux, S. J., Fiona K.A. Schmiegelowa, Robert B. Lessard, dan Steve G. Cumming. 2007. Minimum dynamic reserves: A framework for determining reserve size in ecosystems structured by large disturbances. Biological Conservation 138:464473.

Anda mungkin juga menyukai