Anda di halaman 1dari 10

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisikan konsep dan definisi dasar maupun teori-teori mengenai kerja, kerja fisik, beban kerja, pengukuran beban kerja serta teori-teori yang mendukung pada pembuatan laporan.

2.1

Kerja

Bekerja adalah kegiatan manusia mengubah keadaan- keadaan tertentu dari alam lingkungan yang ditujukan untuk mempertahankan dan memilihara kelangsungan hidupnya, atau dapat diartikan juga sebagai suatu kegiatan untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain (Sutalaksana,2006).

Studi ergonomi dalam kaitannya dengan kerja manusia dalam hal ini ditujukan untuk mengevaluasi dan merancang kembali tata cara kerja yang harus diaplikasikan agar dapat memberikan peningkatan efektifitas dan efesiensi. Selain juga kenyamanan ataupun keamanan bagi pekerjanya. Salah satu tolak ukur selain waktu yang diaplilasikan untuk mengevaluasikan apakah tata cara kerja sudah dirancang baik atau belum adalah dengan mengukur penggunaan energi kerja atau energi otot manusia yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan aktifitas-aktifitas tersebut.

Secara umum jenis kerja dibedakan menjadi dua bagian yaitu kerja fisik (otot) dan kerja mental. Pada kerja mental pengeluaran energi relatif kecil dibandingkan dengan kerja fisik dimana pada kerja fisik ini manusia akan menghasilkan perubahan dalam konsumsi oksigen, heart rate, temperatur tubuh dan perubahan senyawa kimia dalam tubuh.

Kerja fisik ini dikelompokkan oleh Davis dan Miller menjadi tiga kelompok besar, sebagai berikut:

1.

Kerja total seluruh tubuh, yang mempergunakan sebagian besar otot biasanya melibatkan dua pertiga atau tiga perempat otot tubuh.

2.

Kerja sebagian otot, yang membutuhkan lebih sedikit energi expenditure karena otot yang digunakan lebih sedikit.

3.

Kerja otot statis, otot yang digunakan untuk menghasilkan gaya konstrasi otot.

Sampai saat ini, metode pengukuran kerja fisik dilakukan dengan menggunakan standar sebagai berikut: 1. Konsep Horse Power (foot-pounds of work per minute) oleh Taylor, tapi tidak memuaskan. 2. 3. Tingkat konsumsi energi untuk mengukur pengeluaran energi. Perubahan tingkat kerja jantung dan konsumsi oksigen (metode baru).

Beban kerja dicirikan dengan sejumlah kegiatan, waktu, dan energi yang harus dikeluarkan seseorang baik fisik ataupun mental dengan memberikan kapasitas mereka untuk memenuhi tuntutan tugas yang diberikan (Hasdiabsar dan Jochan, 2010).

2.2

Beban Kerja Fisiologis

Setiap pekerjaan merupakan beban dari pelakunya, beban-beban tersebut tergantung bagaimana orang tersebut bekerja sehingga disebut beban kerja, jadi definisi beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan. Berdasarkan sudut pandang ergonomi setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan seimbang baik terhadap kemampuan fisik kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Beban dapat berupa beban fisik dan beban mental.

Beban kerja fisik dapat berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat, mengangkut, merawat, mendorong. Sedangkan beban kerja mental dapat berupa

sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan individu lainnya (Manuaba, 2000).

2.3

Faktor- faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

Secara umum hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks, baik faktor internal maupun faktor eksternal (Soleman dan Aminah, 2011) : 1. Beban Kerja Oleh Karena Faktor Eksternal Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja, meliputi: a. Tugas (task) Meliputi tugas bersifat fisik seperti, stasiun kerja, tata ruang tempat kerja, kondisi lingkungan kerja, sikap kerja, cara angkut, beban yang diangkat. Sedangkan tugas yang bersifat mental meliputi, tanggung jawab, kompleksitas pekerjaan, emosi pekerja dan sebagainya. b. Organisasi Kerja Organisasi kerja meliputi lamanya waku kerja, waktu istirahat, shift kerja, sistem kerja dan sebagainya. c. Lingkungan Kerja Lingkungan kerja ini dapat memberikan beban tambahan yang meliputi, lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja kimiawi, lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis. 2. Beban Kerja Oleh Karena Faktor Internal Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal yang berpotensi sebagai stressor, meliputi: a) Faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi,kondisi kesehatan, dan sebagainya). b) Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan, dan sebagainya).

2.4

Penilaian Beban Kerja Fisiologis dengan Metode Langsung dan Tidak Langsung

Menurut Astrand dan Rodahl, menjelaskan bahwa penilaian beban kerja dapat dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu metode penilaian langsung dan metode penilaian tidak langsung adalah sebagai berikut (Widodo, 2008): a. Metode Penilaian Langsung Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur energi yang dikeluarkan (energi expenditure) melalui asupan oksigen selama bekerja. Semakin berat beban kerja akan semakin banyak energi yang diperlukan untuk dikonsumsi. Meskipun metode pengukuran asupan oksigen lebih akurat, namun hanya dapat mengukur untuk waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang mahal. Berikut adalah kategori beban kerja yang didasarkan pada metabolisme, respirasi suhu tubuh dan denyut jantung. Tabel 1. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi, Suhu Tubuh, dan Denyut Jantung (Tarwaka 2004)

Tabel 2. Konsumsi Oksigen Maksimum (VO2 max) mL/(Kg-min) (Widodo,2008)

b.

Metode Penilaian Tidak Langsung Metode penilaian tidak langsung adalah dengan menghitung denyut nadi selama bekerja. Pengukuran denyut jantung selama bekerja merupakan suatu metode untuk menilai cardiovasculair strain dengan metode 10

denyut dimana dengan metode ini dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut: ( ) (1)

Penggunaan nadi kerja untuk menilai berat ringannya beban kerja mempunyai beberapa keuntungan, selain mudah, cepat, dan murah juga tidak diperlukan peralatan yang mahal serta hasilnya pun cukup reliable dan tidak menganggu ataupun menyakiti orang yang diperiksa.

Denyut nadi untuk mengestimasi indek beban kerja fisik terdiri dari beberapa jenis yaitu: 1. Denyut Nadi Istirahat (DNI) adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai. 2. 3. Denyut Nadi Kerja (DNK) adalah rerata denyut nadi selama bekerja. Nadi Kerja (NK) adalah selisih antara denyut nadi istirahat dengan denyut nadi kerja.

Peningkatan denyut nadi mempunyai peranan yang sangat penting didalam peningkatan cardial output dari istirahat sampai kerja maksimum. Peningkatan yang potensial dalam denyut nadi dari istirahat sampai kerja maksimum oleh didefinisikan sebagai Heart Rate Reverse (HR Reverse) yang diekspresikan dalam persentase yang dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Tarwaka, 2004):

...(2) Denyut Nadi Maksimum (DNMax) adalah (200 umur) untuk laki-laki dan (220 umur) untuk wanita.Lebih lanjut untuk menentukan klasifikasi beban kerja bedasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban kardiovaskuler (cardiovasculair load = % CVL) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Tarwaka, 2004).

...(3)

Hasil perhitungan % CVL tersebut kemudian di bandingkan dengan klasifikasi yang telah ditetapkan di Tabel 3 berikut: Tabel 3. Klasifikasi Berat Ringan Beban Kerja Berdasarkan % CVL (Tarwaka,2004)

Selain cara di atas, Kilbon mengusulkan bahwa cardivasculair strain dapat diestimasi menguunakan denyut nadi pemulihan (heart rate recovery) atau dikenal dengan Metode Brouba. Keuntungan metode ini adalah sama sekali tidak menganggu atau menghentikan pekerjaan, karena pengukuran dilakukan setelah subjek berhenti bekerja. Denyut nadi pemulihan (P) dihitung pada akhir 30 detik menit pertama, kedua dan ketiga (P1, P2, P3). Rerata dari ketiga nilai tersebut dihubungkan dengan total cardiac cost dengan ketentuan sebagai berikut (Tarwaka,2004): 1. 2. Jika P1 P3 10 atau P1, P2, P3 seluruhnya < 90, nadi pemulihan normal. Jika rerata P1 yang tercatat 110, dan P1 P3 10, maka beban kerja tidak berlebihan (not excessive). 3. Jika P1 P3 < 10 dan Jika P3 > 90, perlu redesain pekerjaan.

Laju pemulihan denyut nadi dipengaruhi oleh nilai absolue denyut nadi pada ketergantungan pekerjaan (the interruption of work), tingkat kebugaran (individual fitness) dan pemaparan lingkungan panas. Jika pemulihan nadi tidak segera tercapai maka diperlukan redesain pekerjaan untuk mengurangi tekanan fisik. Redesain tersebut dapat berupa variabel tunggal maupun variabel

keseluruhan dari variabel bebas task (tugas), organisasi kerja dan lingkungan kerja yang menyebabkan beban kerja tambahan (Tarwaka, 2004).

2.5

Kelelahan

Definisi umum dari kelelahan kerja adalah suatu kondisi dimana terjadi pada syaraf dan otot manusia, sehingga tidak dapat berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Kelelahan dipandang dari sudut industri adalah pengaruh dari kerja pada pikiran dan tubuh manusia yang cenderung untuk mengurangi kecepatan kerja mereka atau menurunkan kualitas produksi dari performasi optimis seorang operator. Pengukuran kelelahan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Berikut ini adalah cara untuk mengukur tingkat kelelahan (Spinola dan Carolus,2011) : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Mengukur kecepatan denyut jantung. Mengukur kecepatan pernafasan. Mengukur tekanan darah. Jumlah oksigen yang terpakai dalam tubuh. Perubahan temperatur tubuh. Perubahan komposisi kimia dalam darah dan urin. Menggunakan alat uji kelelahan, yaitu Riken Fatique Indicator.

Terdapat beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kelelahan dalam bekerja. Berikut adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kelelahan dalam bekerja (Spinola dan Carolus,2011) : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Penentuan dan lamanya waktu kerja. Sikap mental pekerja. Besarnya beban tetap. Kemonotonan pekerjaan dalam lingkungan kerja yang tetap. Kondisi tubuh operator pada waktu melaksanakan pekerjaan. Lingkungan fisik kerja. Kecapaian kerja. Jenis dan kebiasaan olahraga atau latihan.

9. 10.

Jenis kelamin dan Umur. Sikap kerja.

2.6

Istirahat

Irama antara konsumsi energi dan pembayaran kembalinya, atau pergantian antara bekerja dan pemulihannya berlaku sama bagi semua fungsi tubuh. Ia diperlukan bagi keseluruhan orang maupun jantung atau otot.

Waktu istirahat merupakan kebutuhan Fisiologis yang tidak dapat ditawar demi untuk mempertahankan kapasitas kerja. Waktu istirahat dibutuhkan tidak hanya bagi kerja fisik, tetapi juga oleh jabatan yang menimbulkan tegangan mental dan saraf. Istirahat juga dibutuhkan untuk mempertahankan ketangkasan digital, ketajaman indera serta ketekunan konsentrasi mental (Sarwo,2008).

Ada 4 tipe istirahat yang dapat dibedakan (Sastrowinoto dan Suyatno,1985) : 1. Spontan Istirahat spontan jelas merupakan istirahat yang diselipkan oleh pekerja sendiri untuk istirahat. Meski tidak akan memakan waktu lama meskipun sering dilakukan, terutama pada pekerjaan yang berat. 2. Tersembunyi Ialah melakukan pekerjaan yang tidak perlu bagi tugas yang sedang ia tangani. Misalnya membersihkan komponen mesin. 3. Kondisi pekerja Istirahat kondisi kerja terdiri atas segala tipe waktu tunggu, tergantung pada pengaturan pekerja atau gerakan dari mesin. 4. Telah ditentukan Istirahat telah ditentukan dibuat berdasarkan studi kerja.

Pengaturan waktu istirahat harus disesuaikan dengan sifat, jenis pekerjaan dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya seperti lingkungan kerja panas, dingin, bising dan berdebu. Pemberian waktu istirahat tersebut secara umum dimaksudkan untuk (Sastrowinoto dan Suyatno,1985) :

1.

Mencegah

terjadinya

kelelahan

yang

berakibat

kepada

penurunan

kemampuan fisik dan mental serta kehilangan efisiensi kerja. 2. 3. Memberi kesempatan tubuh untuk melakukan pemulihan atau penyegaran. Memberikan kesempatan waktu untuk melakukan kontak sosial.

Penentuan konsumsi energi biasanya digunakan suatu bentuk hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung yaitu sebuah persamaan regresi kuadratis sebagai berikut (Sastrowinoto dan Suyatno,1985) :

...(4) Dimana: E =Energi (Kkal/menit) X =Kecepatan denyut jantung/nadi (denyut/menit)

Setelah melakukan penghitungan diatas, kita dapat menghitung konsumsi energi dengan menggunakan persamaan :

...(5) Dimana: K =Konsumsi energi (kilokalori/menit) Et =Pengeluaran energi pada waktu kerja tertentu (kilokalori/menit) Et-1=Pengeluaran energi pada waktu sebelum bekerja

Selanjutnya konsumsi energi dikonversikan kedalam kebutuhan waktu istirahat dengan menggunakan persamaan:

...(6) Dimana: R =Istirahat yang dibutuhkan dalam menit (recovery) T =Total waktu kerja dalam menit W =Konsumsi energi rata-rata untuk bekerja dalam kkal/menit S =Pengeluaran energi rata-rata yang direkomendasikan dalam kkal/menit

Anda mungkin juga menyukai