Anda di halaman 1dari 14

LEPTOSPIROSIS DAN DIARE

Disusun Oleh Kelompok IV : 1. Juni Purwati 2. Layly Firmansyah 3. Lukas Andrianus Nugroho 4. Lusy Ika Susanti 5. Marsum

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA 2011

KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diber i kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan etrima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah inidapatbermanfaatbagipembacadanteman-teman. Amin...

Penyusun

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN - Latar Belakang - Tujuan BAB II PEMBAHASAN BAB III PENUTUP - Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Di Indonesia, penularan leptospirosis paling sering terjadi melalui tikus pada

kondisi banjir. Keadaan banjir menyebabkan adanya perubahan lingkungan seperti banyaknya genangan air, lingkungan menjadi becek, berlumpur, serta banyak timbunan sampah yang menyebabkan mudahnya bakteri Leptospira berkembang biak. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB ( Kejadian Luar Biasa ) seperti halnya Kolera dengan jumlah penderita yang banyak dalam waktu yang singkat.Namun dengan tatalaksana diare yang cepat, tepat dan bermutu kematian dpt ditekan seminimal mungkin.

2. Tujuan Agar kita mengetahui bagaimana cara pencegahan dan pengobatan penyakit leptospirosis dan diare. Untuk menambah pengetahuan tentang leptospirosis dan diare.

BAB II PEMBAHASAN A. LEPTOSPIROSIS

Leptospirosis adalah penyakit akibat bakteri Leptospira sp. yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya (zoonosis). Penyakit Leptospirosis ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1886 oleh Adolf Weil dengan gejala panas tinggi disertai beberapa gejala saraf serta pembesaran hati dan limpa. Leptospirosis merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui air (water borne disease)Urin (air kencing) dari individu yang terserang penyakit ini merupakan sumber utama penularan, baik pada manusia maupun pada hewan. Leptospirosis terjadi di seluruh dunia,baik di daerah pedesaan maupun perkotaan, di daerah tropis maupun subtropis . Penyakit ini terutama beresiko terhadap orang yang bekerja di luar ruangan bersama hewan, misalnya peternak, petani, penjahit, dokter hewan, dan personel militer . Selain itu, Leptospirosis juga beresiko terhadap individu yang terpapar air yang terkontaminasi. Di daerah endemis, puncak kejadian Leptospirosis terutama terjadi pada saat musim hujan dan banjir. Di Indonesia, penularan leptospirosis paling sering terjadi melalui tikus pada kondisi banjir. Keadaan banjir menyebabkan adanya perubahan lingkungan seperti banyaknya genangan air, lingkungan menjadi becek, berlumpur, serta banyak timbunan sampah yang menyebabkan mudahnya bakteri Leptospira berkembang biak. Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke tubuh manusia melalui permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung. Sejauh ini tikus merupakan reservoir dan sekaligus penyebar utama Leptospirosis karena bertindak sebagai inang alami dan memiliki daya reproduksi tinggi. Beberapa hewan lain seperti sapi, kambing, domba, kuda, babi, anjing dapat terserang Leptospirosis, tetapi potensi menularkan ke manusia tidak sebesar tikus. Angka kematian Leptospirosis di Indonesia termasuk tinggi, mencapai 2,5-16,45 persen. Pada usia lebih dari 50 tahun kematian mencapai 56 persen. Di beberapa publikasi angka kematian dilaporkan antara 3 persen 54 persen tergantung sistem organ yang terinfeksi Gejala Leptospirosis

Masa inkubasi Leptospirosis pada manusia yaitu 2 26 hari. Infeksi Leptospirosis mempunyai manifestasi yang sangat bervariasi dan kadang tanpa gejala, sehingga sering terjadi kesalahan diagnosa Perjalanan penyakit Leptospira terdiri dari 2 fase, yaitu fase septisemik dan fase imun. Pada periode peralihan fase selama 1-3 hari kondisi penderita membaik. Selain itu ada Sindrom Weil yang merupakan bentuk infeksi Leptospirosis yang berat. Gejala dini leptospirosis umumnya adalah demam, sakit kepala parah, nyeri otot, merah, muntah dan mata merah. Aneka gejala ini bisa meniru gejala penyakit lain seperti selesma, jadi menyulitkan diagnosa. Malah ada penderita yang tidak mendapat semua gejala itu. Ada penderita leptospirosis yang lebih lanjut mendapat penyakit parah, termasuk penyakit Weil yakni kegagalan ginjal, sakit kuning (menguningnya kulit yang menandakan penyakit hati) dan perdarahan masuk ke kulit dan selaput lendir. Pembengkakan selaput otak atau Meningitis dan perdarahan di paru-paru pun dapat terjadi. Kebanyakan penderita yang sakit parah memerlukan rawat inap dan Leptospirosis yang parah malah ada kalanya merenggut nyawa. Pencegahan Leptospirosis Yang pekerjaannya menyangkut binatang: Tutupilah luka dan lecet dengan balut kedap air. Pakailah pakaian pelindung misalnya sarung tangan, pelindung atau perisai mata, jubah kain dan sepatu bila menangani binatang yang mungkin terkena, terutama jika ada kemungkinan menyentuh air seninya. Pakailah sarung tangan jika menangani ari-ari hewan, janinnya yang mati di dalam maupun digugurkan atau dagingnya. Mandilah sesudah bekerja dan cucilah serta keringkan tangan sesudah menangani apa pun yang mungkin terkena. Jangan makan atau merokok sambil menangani binatang yang mungkin terkena. Cuci dan keringkan tangan sebelum makan atau merokok. Ikutilah anjuran dokter hewan kalau memberi vaksin kepada hewan. Untuk yang lain: Hindarkanlah berenang di dalam air yang mungkin dicemari dengan air seni binatang.

Tutupilah luka dan lecet dengan balut kedap air terutama sebelum bersentuhan dengan tanah, lumpur atau air yang mungkin dicemari air kencing binatang. Pakailah sepatu bila keluar terutama jika tanahnya basah atau berlumpur. Pakailah sarung tangan bila berkebun. Halaulah binatang pengerikit dengan cara membersihkan dan menjauhkan sampah dan makanan dari perumahan. Jangan memberi anjing jeroan mentah. Cucilah tangan dengan sabun karena kuman Leptospira cepat mati oleh sabun, pembasmi kuman dan jika tangannya kering.

Pengobatan dan Pengendalian


Pada Hewan
Hewan, terutama hewan kesayangan, yang terinfeksi parah perlu diberikan perawatan intensif untuk menjamin kesehatan masyarakat dan mengoptimalkan perawatan. Antibiotik yang dapat diberikan yaitu doksisiklin, enrofloksasin, ciprofloksasin atau kombinasi penisillinstreptomisin. Selain itu diperlukan terapi suportif dengan pemberian diare , antimuntah, dan infus. Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan vaksinLeptospira. VaksinLeptospira untuk hewan adalah vaksin inaktif dalam bentuk cair (bakterin) yang sekaligus bertindak sebagai pelarut karena umumnya vaksin Leptospira dikombinasikan dengan vaksin lainnya, misalnya distemper dan hepatitis.Vaksin Leptospira pada anjing yang beredar di Indonesia terdiri atas dua macam serovar yaitu L. canicola dan L. ichterohemorrhagiae. Vaksin Leptospira pada anjing diberikan saat anjing berumur 12 minggu dan diulang saat anjing berumur 14-16 minggu. Sistem kekebalan sesudah vaksinasi bertahan selama 6 bulan, sehingga anjing perlu divaksin lagi setiap enam bulan.

Pada Manusia

Leptospirosis yang ringan dapat diobati dengan antibiotik doksisiklin, ampisillin, atau amoksisillin. Sedangkan Leptospirosis yang berat dapat diobati dengan penisillin G, ampisillin, amoksisillin dan eritromisin. Manusia rawan oleh infeksi semua serovar Leptospira sehingga manusia harus mewaspadai cemaran urin dari semua hewan. Perilaku hidup sehat dan bersih merupakan cara utama untuk menanggulangi Leptospirosis tanpa biaya. Manusia yang memelihara hewan kesayangan hendaknya selalu membersihkan diri dengan antiseptik setelah kontak dengan hewan kesayangan, kandang, maupun lingkungan di mana hewan berada. Manusia harus mewaspadai tikus sebagai pembawa utama dan alami penyakit ini Pemberantasan tikus terkait langsung dengan pemberantasan Leptospirosis. Selain itu, para peternak babi dihimbau untuk mengandangkan ternaknya jauh dari sumber air. Feses ternak perlu diarahkan ke suatu sumber khusus sehingga tidak mencemari lingkungan terutama sumber air . B. DIARE Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB ( Kejadian Luar Biasa ) seperti halnya Kolera dengan jumlah penderita yang banyak dalam waktu yang singkat.Namun dengan tatalaksana diare yang cepat, tepat dan bermutu kematian dpt ditekan seminimal mungkin. Pada bulan Oktober 1992 ditemukan strain baru yaitu Vibrio Cholera 0139 yang kemudian digantikan Vibrio cholera strain El Tor di tahun 1993 dan kemudian menghilang dalam tahun 19951996, kecuali di India dan Bangladesh yang masih ditemukan. Sedangkan E. Coli 0157 sebagai penyebab diare berdarah dan HUS ( Haemolytic Uremia Syndrome ). KLB pernah terjadi di USA, Jepang, Afrika selatan dan Australia. Dan untuk Indonesia sendiri kedua strain diatas belum pernah terdeksi.

Definisi Diare Suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja , yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi berak lebih dari biasanya. (3 kali atau lebih dalam 1 hari.

Faktor yang mempengaruhi diare : Lingkungan Gizi Kependudukan

Pendidikan Sosial Ekonomi dan Prilaku Masyarakat Penyebab terjadinya diare : Peradangan usus oleh agen penyebab :

1. Bakteri , virus, parasit ( jamur, cacing , protozoa) 2. Keracunan makanan/minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia 3. Kurang gizi 4. Alergi terhadap susu 5. Immuno defesiensi

Cara penularan : Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan / air minum yang terkontaminasi tinja / muntahan penderita diare. Penularan langsung juga dapat terjadi bila tangan tercemar dipergunakan untuk menyuap makanan.

Istilah diare : Diare akut = kurang dari 2 minggu Diare Persisten = lebih dari 2 minggu Disentri = diare disertai darah dengan ataupun tanpa lendir Kholera = diare dimana tinjanya terdapat bakteri Cholera Tatalaksana penderita diare yang tepat dan efektif : Tatalaksana penderita diare di rumah Meningkatkan pemberian cairan rumah tangga (kuah sayur, air tajin, larutan gula garam, bila ada berikan oralit) Meneruskan pemberian makanan yang lunak dan tidak merangsang serta makanan ekstra sesudah diare. Membawa penderita diare ke sarana kesehatan bila dalam 3 hari tidak membaik atau : 1. buang air besar makin sering dan banyak sekali 2. muntah terus menerus 3. rasa haus yang nyata 4. tidak dapat minum atau makan 5. demam tinggi 6. ada darah dalam tinja

Kriteria KLB/Diare : Peningkatan kejadian kesakitan/kematian karena diare secara terus menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut (jam, hari, minggu). - Peningkatan kejadian/kematian kasus diare 2 kali /lebih dibandingkan jumlah kesakitan/kematian karena diare yang biasa terjadi pada kurun waktu sebelumnya (jam, hari, minggu). - CFR karena diare dalam kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibandingkan priode sebelumnya.

Prosedur Penanggulangan KLB/Wabah.

1. Masa pra KLB Informasi kemungkinan akan terjadinya KLB / wabah adalah dengan melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini secara cermat, selain itu melakukakukan langkah-langkh lainnya : 1. Meningkatkan kewaspadaan dini di puskesmas baik SKD, tenaga dan logistik. 2. Membentuk dan melatih TIM Gerak Cepat puskesmas. 3. Mengintensifkan penyuluhan kesehatan pada masyarakat 4. Memperbaiki kerja laboratorium 5. Meningkatkan kerjasama dengan instansi lain

Tim Gerak Cepat (TGC) : Sekelompok tenaga kesehatan yang bertugas menyelesaikan pengamatan dan penanggulangan wabah di lapangan sesuai dengan data penderita puskesmas atau data penyelidikan epideomologis.

Tugas /kegiatan : Pengamatan :


Pencarian penderita lain yang tidak datang berobat. Pengambilan usap dubur terhadap orang yang dicurigai terutama anggota keluarga Pengambilan contoh air sumur, sungai, air pabrik dll yang diduga tercemari dan sebagai sumber penularan.

Pelacakan kasus untuk mencari asal usul penularan dan mengantisipasi penyebarannya

Pencegahan dehidrasi dengan pemberian oralit bagi setiap penderita yang ditemukan di lapangan.

Penyuluhahn baik perorang maupun keluarga Membuat laporan tentang kejadian wabah dan cara penanggulangan secara lengkap

2. Pembentukan Pusat Rehidrasi Untuk menampung penderita diare yang memerlukan perawatan dan pengobatan. Tugas pusat rehidrasi :

Merawat dan memberikan pengobatan penderita diare yang berkunjung. Melakukan pencatatan nama , umur, alamat lengkap, masa inkubasi, gejala diagnosa dsb.

Memberikan data penderita ke Petugas TGC Mengatur logistik Mengambil usap dubur penderita sebelum diterapi. Penyuluhan bagi penderita dan keluarga Menjaga pusat rehidrasi tidak menjadi sumber penularan (lisolisasi).

Membuat laporan harian, mingguan penderita diare yang dirawat.(yang diinfus, tdk diinfus, rawat jalan, obat yang digunakan dsb Pencegahan penyakit Diare 1. Penyiapan makanan yang higienis 2. Penyediaan air minum yang bersih 3. Cuci tangan sebelum makan 4. Buang air besar pada tempatnya (WC, toilet) 5. Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan 6. Lingkungan hidup yang sehat Berikut di bawah ini adalah 4 (empat) teknik atau cara untuk menanggulangi diare dari dalam diri kita sendiri : 1. Minum Air Putih yang Banyak Sering-seringlah minum air putih yang banyak karena dengan sering buang air besar maka tubuh akan kehilangan banyak cairan yang harus selalu digantikan dengan cairan yang baru.

Setiap setelah BAB minumlah satu atau dua gelas air putih atau air mineral yang bersih dan sudah dimasak. Minumlah oralit yang merupakan larutan gula garam untuk membantu pembentukan energi dan menahan diare / berak setelah habis BAB. Hindari minum kopi, teh dan lain sebagainya yang mampu merangsang asam lambung. 2. Makan Makanan Khusus Hindari makan makanan yang berserat seperti agar-agar, sayur dan buah karena makanan berserat hanya akan memperpanjang masa diare. Makanan berserat hanya baik untuk penderita susah buang air besar. Bagi penderita diare sebaiknya makan makanan rendah serat dah halus seperti bubur nasi atau nasi lemes dengan lauk telur asin. Di sini nasi akan menjadi gula untuk memberikan energi, sedangkan telur asin akan memberikan protein dan garam untuk menahan mencret dan sebagai zat pembangun tubuh. Hindari makan makanan di luar sembarangan serta makanan yang pedas mengandung cabai dan lada. 3. Istirahat yang Cukup Tidak dapat dipungkiri bahwa orang yang buang-buang air akan terasa lemah, lemas, lesu, kurang bergairah, dan sebagainya. Untuk itu bagi anda yang sudah merasa sangat lemas sebaiknya meminta izin sekolah atau kantor untuk menghindari dari kemungkinan yang terburuk atau memalukan di tempat umum. Tidur sebanyak-banyaknya namun tidak melupakan waktu makan makanan dan obat harus teratur, banyak minum, beribadah dan berdoa dan lain-lain. 4. Minum Obat Dengan Dosis yang Tepat Ada baiknya anda berkonsultasi dengan dokter dan meminta obat yang tepat untuk anda, karena setiap orang memiliki karakteristik masing-masing dalam pemilihan obat. Rumah sakit, dokter praktek, puskesmas atau balai pengobatan lain yang sesuai izin depkes adalah pilihan yang tepat karena memiliki dokter yang baik dengan obat-obatan yang baik pula. Bila anda ragu datangi saja dokter lain untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. Setalah mendapatkan obat minumlah obat itu sesuai dosis yang waktu yang telah ditentukan. Biasanya dokter akan memberikan obat mules, obat mencret, vitamin dan antibiotik. Untuk obat mules dan mencret sebaiknya diminum jika perut mulas dan diare saja dan hentikan jika sudah berhenti mules dan diare. Sedangkan untuk antibiotik wajib dihabiskan agar kuman dan bibit penyakit lainnya mati total dan tidak membentuk resistensi. Untuk vitamin terserah anda mau dihabiskan atau tidak, akan tetapi tidak ada salahnya jika dihabiskan karena vitamin baik untuk anda asalkan tidak berlebihan.

BAB III PENUTUP Kesimpulan

Penyakit Leptospirosis dan Diare bisa dicegah dan diobati.

DAFTAR PUSTAKA Wikipedia dan Berbagai Sumber http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1645808-gejala-leptospirosis/#ixzz1R8Sc89s9 http://www.pojok-vet.com/peternakan/129-leptospirosis-pada-ternak.html?showall=1 http://yarobbi.com/artikel-kesehatan/musim-hujan-datangwaspada-penyakit-pasca-banjir

http://www.sobatsehat.com/communicable-disease/kenali-penyakit-leptospirosis-penyakit-dimusim-banjir/ http://mediaanakindonesia.wordpress.com/2011/04/12/leptospirosis-bukan-sekedar-penyakitbanjir-dan-tikus/

Anda mungkin juga menyukai