Teori Evolusi
I. Pengertian Evolusi
Evolusi (dalam kajian biologi) berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh gen yang diwariskan kepada keturunan suatu makhluk hidup dan menjadi bervariasi dalam suatu populasi. Ketika organisme bereproduksi, keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat diperoleh dari perubahan gen akibat mutasi ataupun transfer gen antar populasi dan antar spesies. Pada spesies yangbereproduksi secara seksual, kombinasi gen yang baru juga dihasilkan oleh rekombinasi genetika, yang dapat meningkatkan variasi antara organisme. Evolusi terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum atau langka dalam suatu populasi. Evolusi didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan hanyutan genetik. Seleksi alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi - dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang. Hal ini terjadi karena individu dengan sifat-sifat yang menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih banyak individu pada generasi selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini.[1][2] Setelah beberapa generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi perubahan kecil sifat yang terjadi secara terus menerus dan acak ini dengan seleksi alam.[3] Sementara itu, hanyutan genetik (Bahasa Inggris: Genetic Drift) merupakan sebuah proses bebas yang menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat suatu populasi. Hanyutan genetik dihasilkan oleh probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan ketika suatu individu bertahan hidup dan bereproduksi.
Evolusi organik terjadi karena perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pengaruh lingkungannya dapat diturunkan. Organ yang mengalami perubahan karena terus menerus dipakai akan berkembang makin sempurna dan organ yang tidak diperlukan lagi lama kelamaan perkembangannya menurun dan akhirnya rudiment atau atrofi.
Spesies yang ada sekarang adalah keturunan dari spesies-spesies sebelumnya. Seleksi alam sangat menentukan berlangsungnya mekanisme evolusi.
5. 6.
7.
Henry Fairfield Osborn Pada tahun 1922 mengumumkan telah menemukan sebuah fosil gigi geraham yang berasal dari periode Pliosin, di Nebraska barat, dekat Snake Brook. Gigi ini dinyatakan memiliki karakteristik gigi manusia dan gigi kera. Argumentasi ilmiah yang mendalam pun dimulai. Sebagian menafsirkan gigi ini berasal dari Pithecanthropus Erectus, sedangkan lainnya menyatakan lebih mirip gigi manusia. Banyak ahli yang memberikan dukungan kepada Osborn. Berdasarkan satu gigi ini, rekonstruksi kepada dan tubuh Manusia Nebraska pun digambar. Lebih Jauh Bahkan manusia Nebraska dilukiskan bersama istri dan anak-anaknya sebagai sebuah keluarga utuh dengan latarbelakang alam. Padahala skenario ini hanya berkembang dari saru gigi. Imajinatif sekali ya!!! Namun pada tahun 1927 bagian lain dari kerangkanya ditemukan, menurut potongan-potongan tulang ini, gigi tersebut bukan milik manusia atau kera, melainkan milik spesies babi liar Amerika yang telah punah.
Di awal abad ke-20 pencarian "mata rantai transisi yang masih hidup" (manusia setengah kera) menghasilkan kejadian yang memilukan dan yang paling biadab diantaranya adalah yang menimpa seorang Pigmi (suku di Afrika Tengan dengan tinggi badan rata-rata kurang dari 127cm) bernama Ota Benga. Ota Benga ditangkap pada tahun 1904 oleh seorang peneliti evolusionis di Kongo. Dengan dirantai dan dikurung seperti bintang ia dibawa ke Amerika Serikat. Di sana para ilmuwa evolusionis memamerkannya untuk umum pada Pekan Raya Dunia di St. Louis bersama spesies kera lain dan memperkenalkannya sebagai "Mata rantai transisi terdekat dengan manusia".Dua tahun kemudian, mereka membawanya ke kebun binatang Bronx di New york. Ia dipamerkan dakan kelompok "Nenek moyang manusia" bersama beberapa simpanse, gorila dan orang utan. Tidak tahan dengan perlakuan yang diterimanya, ota benga akhirnya bunuh diri.