Anda di halaman 1dari 3

Nama : Samuel Rahmadi Santosa NIM : 13/345310/TK/40296

Teori Evolusi
I. Pengertian Evolusi
Evolusi (dalam kajian biologi) berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh gen yang diwariskan kepada keturunan suatu makhluk hidup dan menjadi bervariasi dalam suatu populasi. Ketika organisme bereproduksi, keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat diperoleh dari perubahan gen akibat mutasi ataupun transfer gen antar populasi dan antar spesies. Pada spesies yangbereproduksi secara seksual, kombinasi gen yang baru juga dihasilkan oleh rekombinasi genetika, yang dapat meningkatkan variasi antara organisme. Evolusi terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum atau langka dalam suatu populasi. Evolusi didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan hanyutan genetik. Seleksi alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi - dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang. Hal ini terjadi karena individu dengan sifat-sifat yang menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih banyak individu pada generasi selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini.[1][2] Setelah beberapa generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi perubahan kecil sifat yang terjadi secara terus menerus dan acak ini dengan seleksi alam.[3] Sementara itu, hanyutan genetik (Bahasa Inggris: Genetic Drift) merupakan sebuah proses bebas yang menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat suatu populasi. Hanyutan genetik dihasilkan oleh probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan ketika suatu individu bertahan hidup dan bereproduksi.

II. Teori Evolusi


2.1 Teori evolusi menurut Jean Lamarck

Evolusi organik terjadi karena perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pengaruh lingkungannya dapat diturunkan. Organ yang mengalami perubahan karena terus menerus dipakai akan berkembang makin sempurna dan organ yang tidak diperlukan lagi lama kelamaan perkembangannya menurun dan akhirnya rudiment atau atrofi.

2.2 Teori evolusi menurut Charles Darwin


Spesies yang ada sekarang adalah keturunan dari spesies-spesies sebelumnya. Seleksi alam sangat menentukan berlangsungnya mekanisme evolusi.

III. Fakta yang Mendukung Teori Evolusi


1. 2. 3. 4. Sebuah fosil bernama Archaeopteryx memiliki banyak fitur yang sama dengan reptil, tetapi juga, seperti burung, menunjukkan bukti bulunya. Kode genetik dari semua kehidupan di Bumi sama yang tertulis dalam susunan bangunan kimia. Beberapa gen dari bakteri E. coli memiliki urutan yang sama dengan gen yang ditemukan pada manusia. Pada tahun 1940, infeksi oleh bakteri Staphylococcus aureus dapat berhasil diobati dengan penisilin. Hari ini, populasi ada yang benar-benar resisten terhadap penisilin alami, serta penisilin secara parsial dimodifikasi seperti methicillin. Populasi ini, yang disebut MRSA, sangat menantang untuk para profesional medis modern. Embrio manusia memiliki insang seperti yang terlihat pada embrio ikan. (Pengembangan ikan mempertahankan insang mereka, sedangkan manusia tidak.) Mamalia berkantung (mamalia seperti kanguru yang melindungi anak-anak mereka dalam kantong) tinggal di hanya beberapa tempat di dunia saat ini - Australia, Amerika Selatan, dan bagian dari Amerika Utara. Meskipun Australia kini ribuan mil jauhnya dari Amerika, di masa lalu tiga benua dihubungkan sebagai salah satu daratan yang lebih besar. Fosil bentuk kehidupan paling awal di Bumi, yang terlihat seperti sel-sel bakteri, terjadi pada batuan yang ilmuwan memperkirakan akan berusia 3,5 miliar tahun.

5. 6.

7.

IV. Fakta yang Tidak Mendukung Teori Evolusi


Setidaknya ada tiga skenario khayalan yang dibuat oleh evolusionis guna mendukung ide tentang Teori Evolusi Manusia. Ketiga hal itu adalah Cerita tentang Manusia Piltdown, Manusia Nebraska dan Ota Benga. Skenario Manusia Piltdown dimulai ketika Charles Dawson (Ahli Paleontroplogi) menyatakan bahwa ia telah menemukan tulang rahang dan fragmen tengkorak di dalam sebuah lubang di Piltdown, Inggris tahun 1912. tulang rahang itu mirip tulang rahang kera, namun gigi dan tengkoraknya seperti manusia. Tidak kurang 500 tesis doktor mengenai subjek ini. Pada tahun 1949, Kenneth oakley dari departemen paleontologi British museum mencoba metode "pengujian fluorin", pengujian baru yang digunakan untuk menentukan umur fosil-fosil tua. Pengujian dilakukan terhadap fosil manusia piltdown. Hasilnya tulang rahang itu tidak mengandung fluorin, ini menunjukan bahwa tulang tersebut tidak terkubur tidak lebih dari beberapa tahun. Sedangkan tengkoraknya hanya mengandung sedikit fluorin yang menunjukan usianya hanya beberapa ribu tahun. Disimpulkan dalam analisis terperinci bahwa ini adalah pemalsuan dan diumumkan pada tahun 1953. Tengkorak tersebut milik manusia yang berusia 500 tahun dan tulang rahangnya milik kera yang baru saja mati. Skenario manusia Nebraska dimulai saat

Henry Fairfield Osborn Pada tahun 1922 mengumumkan telah menemukan sebuah fosil gigi geraham yang berasal dari periode Pliosin, di Nebraska barat, dekat Snake Brook. Gigi ini dinyatakan memiliki karakteristik gigi manusia dan gigi kera. Argumentasi ilmiah yang mendalam pun dimulai. Sebagian menafsirkan gigi ini berasal dari Pithecanthropus Erectus, sedangkan lainnya menyatakan lebih mirip gigi manusia. Banyak ahli yang memberikan dukungan kepada Osborn. Berdasarkan satu gigi ini, rekonstruksi kepada dan tubuh Manusia Nebraska pun digambar. Lebih Jauh Bahkan manusia Nebraska dilukiskan bersama istri dan anak-anaknya sebagai sebuah keluarga utuh dengan latarbelakang alam. Padahala skenario ini hanya berkembang dari saru gigi. Imajinatif sekali ya!!! Namun pada tahun 1927 bagian lain dari kerangkanya ditemukan, menurut potongan-potongan tulang ini, gigi tersebut bukan milik manusia atau kera, melainkan milik spesies babi liar Amerika yang telah punah.

Di awal abad ke-20 pencarian "mata rantai transisi yang masih hidup" (manusia setengah kera) menghasilkan kejadian yang memilukan dan yang paling biadab diantaranya adalah yang menimpa seorang Pigmi (suku di Afrika Tengan dengan tinggi badan rata-rata kurang dari 127cm) bernama Ota Benga. Ota Benga ditangkap pada tahun 1904 oleh seorang peneliti evolusionis di Kongo. Dengan dirantai dan dikurung seperti bintang ia dibawa ke Amerika Serikat. Di sana para ilmuwa evolusionis memamerkannya untuk umum pada Pekan Raya Dunia di St. Louis bersama spesies kera lain dan memperkenalkannya sebagai "Mata rantai transisi terdekat dengan manusia".Dua tahun kemudian, mereka membawanya ke kebun binatang Bronx di New york. Ia dipamerkan dakan kelompok "Nenek moyang manusia" bersama beberapa simpanse, gorila dan orang utan. Tidak tahan dengan perlakuan yang diterimanya, ota benga akhirnya bunuh diri.

Anda mungkin juga menyukai