Anda di halaman 1dari 8

III.

3.1 Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN

Penelitian dimulai dari bulan Juni 2011 sampai dengan Februari 2012. Studi literatur dan pengambilan data dilaksanakan di perpustakaan IPB dan Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna (BPTTG), provinsi DIY. Perancangan alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe engkol semi mekanis, mekanis, dan tampah dilakukan oleh BPTTG. Perancangan alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe tampah disesuaikan dengan tampah yang dijual di pasaran, pengambilan data dilakukan jika alat tersebut telah selesai proses perancangannya. Pengambilan data alat pengupasan kulit ari kacang kedelai tipe tampah, engkol semi mekanis, dan mekanis dilaksanakan di Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna (BPTTG), provinsi DIY, sedangkan proses kegiatan penelitian tertera pada Tabel 6. Tabel 6. Proses kegiatan penelitian Kegiatan Waktu Pengambilan data ekonomis dan studi literatur Juni 2011 Perancangan dan pengujian alat pengupas kulit ari biji keelai Pelaporan dan perbaikan

Tempat BPTTG, UD Barokah, dan Perpustakaan IPB

Juli 2011 Agustus 2011

BPTTG Kampus IPB

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Laptop 2. Digital camera 3. Meteran 4. Stopwatch 5. Multimeter 6. Ember 7. Alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe tampah 8. Alat pengupas kulit ari biji kedelai kedelai tipe engkol semi mekanis 9. Alat pengupas kulit ari biji kedelai kedelai tipe mekanis Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kedelai varietas Gepak Kuning yang diperoleh di pasar Kranggan, Kota Yogyakarta.

3.3 Objek Penelitian


Objek penelitian adalah alat pengupas kulit ari biji kedelai. Seluruh alat yang dijadikan objek penelitian merupakan alat inovasi yang direncanakan akan menuju tahap komersialisasi alat, kecuali alat pengupas kulit ari kedelai tipe tampah yang telah disesuaikan dengan alat yang beredar dipasaran, artinya tipe alat tersebut telah berada pada tahap komersialisasi. Alat yang dijadikan objek penelitian adalah alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe tampah, tipe engkol semi mekanis ENGKOL23-

BPTTG, dan tipe mekanis OTOROL23-BPTTG. Objek penelitian digunakan sebagai permodelan analisis ekonomi teknik untuk diketahui alat yang memiliki biaya terendah pada jumlah kedelai tertentu.

3.4 Data Teknis UD Barokah


UD Barokah adalah sebuah perusahaan pembuatan tahu yang terletak di desa Murangan, Triharjo, Sleman. UD Barokah berdiri sejak tahun 2000, satu kilogram kedelai dapat menghasilkan rata-rata 25 potong tahu dengan rata-rata mengolah 10 kg/hari atau 3 ton dalam satu tahun di tahun pertama dan terus meningkat dari tahun ke tahun, hingga tahun 2011 mencapai rata-rata 1 ton/hari atau 300 ton dalam setahun. Sedangkan jumlah terkecil kedelai yang diolah adalah 10 kg/hari atau 3 ton dalam setahun dan jumlah terbesar kedelai yang diolah mencapai 4 ton/hari atau 1,200 ton dalam satu tahun. Jumlah kedelai yang diolah di UD Barokah dipengaruhi oleh ketersediaan kedelai di pasaran. Profil perusahaan terdapat pada Lampiran 2. Waktu kerja UD Barokah adalah 8 jam/hari dengan istirahat satu jam, artinya jumlah jam kerja dalam sehari adalah 7 jam, 25 hari per bulan, dan 12 bulan per tahun. Sedangkan upah tenaga kerja untuk semua operator alat mengacu pada upah rata-rata buruh pabrik makanan berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), yaitu Rp 39,236 per hari atau Rp 5,605.14 per jam. Data teknis yang didapat dari UD Barokah digunakan untuk bahan rujukan yang spesifik dalam penelitian ini, artinya penelitian ini merupakan simulasi pemecahan salah satu masalah yang ada di UD Barokah terkait penentuan alat pengupas kulit ari biji kedelai yang digunakan. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan rekomendasi untuk UD barokah dan perusahaan lain perihal penentuan alat pengupas kulit ari biji kedelai yang digunakan sesuai dengan jumlah kedelai yang diolah. Grafik rata-rata jumlah kedelai yang diolah oleh UD Barokah per hari setiap tahun terdapat pada Gambar 8. 1200 1000 800 600 400 200 0 100 10 20 70 200 200 200 350 400 500 750

rata-rata jumlah kedelai (kg)

1000

Tahun
Sumber : BPTTG (2011)

Gambar 8. Grafik rata-rata jumlah kedelai yang diolah menjadi tahu per hari

3.5 Asumsi
Penelitian ini menggunakan beberapa asumsi. Asumsi digunakan sebagai pembatasan dan pendefinisian suatu kondisi atau parameter untuk memudahkan proses analisis. Batasan jumlah kedelai. Asumsi jumlah biji kedelai yang diolah didapat dari sampel perusahaan pembuat tahu UD Barokah yang memiliki kapasitas pengolahan kedelai minimal sebesar

15

10 kg/hari atau 3 ton dalam satu tahun yang terjadi pada tahun 2000 dan kapasitas maksimal 4 ton /hari atau 1,200 ton dalam satu tahun yang terjadi pada tahun 2011. Ketersediaan kedelai. Asumsi ketersediaan kedelai pada seluruh proses pengolahan kedelai adalah sempurna, Artinya kedelai selalu tersedia di pasaran pada proses pengolahan kedelai. Tenaga kerja. Asumsi ketersediaan tenaga kerja pada seluruh proses pengolahan kedelai adalah sempurna, artinya tenaga kerja selalu tersedia pada proses pengolahan kedelai. Sedangkan asumsi upah tenaga kerja per orang untuk setiap alat adalah sama, hal ini dikarenakan tingkat kesulitan dalam mengoperasikan ketiga alat tersebut relatif sama. Sedangkan kondisi fisik operator saat pengujian ketiga alat diasumsikan stabil dengan tiga alat yang berbeda dan diasumsikan sama dengan kualitas operator di UD Barokah. Waktu kerja. Asumsi waktu kerja harian yang digunakan adalah tujuh jam kerja aktif per hari, 25 hari per bulan, dan 12 bulan per tahun, total waktu kerja maksimal dalam satu tahun adalah 300 hari atau 2100 jam. Asumsi ini didapat mengacu pada jam kerja UD Barokah dan pada umumnya perusahaan di Indonesia menggunakan waktu kerja tersebut. Nilai sisa. Asumsi nilai sisa seluruh alat adalah 10%, angka ini diasumsikan karena padaumumnya literatur ekonomi teknik menggunakan angka 10% pada perhitungannilai sisa suatu alat atau mesin. Tingkat suku bunga. Asumsi tingkat suku bunga yang digunakan adalah bunga untuk modal usaha sebesar 14 % (Bank Indonesia 2012).

3.6 Prosedur Penelitian


Penelitian dimulai dengan pengambilan data alat tersebut adalah alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe tampah,tipe engkol semi mekanis ENGKOL23-BPTTG, dan tipe mekanis OTOROL23BPTTGdi Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna (BPTTG), provinsi DIY. Penelitian lapangan yang dilakukan adalah menguji kinerja ketiga alat dan menguji arus keluaran pada motor listrik sebagai sumber tenaga alat pengupas mekanis. Penelitian dilakukan guna menentukan seluruh biaya dan manfaat alat pengupas kulit ari biji kedelai, kemudian membandingkan biaya dan manfaat tersebut pada jumlah kedelai tertentu. Selanjutnya komparasi (evaluasi alternatif) dilakukan dengan simulasi sensitivitas seluruh alat pengupas kulit ari biji kedelai dengan variabel berubah jumlah kedelai per tahun dalam satuan kilogram (kg). Biaya yang akan dianalisis adalah biaya investasi dan biaya operasional berupa biaya tetap dan tidak tetap. Data teknis alat yang dibutuhkan untuk analisis dapat dilihat pada Tabel 7.

16

Tabel 7. Data alat pengupas kulit ari biji kedelai yang dibutuhkan Data Teknis dan alat pengupas kulit ari alat pengupas kulit ari alat pengupas kulit ari Ekonomis biji kedelai tipe tampah biji kedelai tipe engkol biji kedelai tipe semi mekanis mekanis Kapasitas Lapang (kg/jam) Jumlah Operator (orang) Arus yang digunakan (Ampere) Harga Alsintan Umur ekonomis alat (tahun)

3.7 Pengujian alat pengupas tipe tampah, engkolsemi mekanis, dan mekanis
Serangkaian pengujian kinerja alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe tampah, tipe engkol semi mekanis ENGKOL23-BPTTG, dan tipe mekanis OTOROL23-BPTTG ditujukan untuk menentukan biaya pada pengoperasian alat. Pengujian yang dilakukan adalah uji kapasitas lapang dan arus yang menjadi keluaran dinamo pada saat alat bekerja. Pengujian kapasitas lapang dilakukan dengan mengukur waktu kerja alat pada jumlah kedelai tertentu. Uji coba alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe tampah, tipe engkol semi mekanis ENGKOL23-BPTTG, dan tipe mekanis OTOROL23-BPTTG dilakukan pada kedelai sejumlah 5 kg sebanyak dua kali pengulangan. Ilustrasi perhitungan kapasitas lapang dapat dilihat pada Persamaan 3.1.

Pengujian arus keluaran dinamo dilakukan untuk menentukan biaya tidak tetap pada penggunaan listrik. Uji coba arus keluaran dilakukan dengan alat multitester yang dihubungkan pada kedua kutub kumparan dinamo. Uji coba arus dilakukan dengan pencatatan arus keluar pada saat alat bekerja sebanyak 10 kali berturut-turut.

3.8 Penentuan Biaya Investasi


Penentuan biaya investasi dilakukan untuk mengetahui total biaya yang dikeluarkan pada awal pengadaan alat. Biaya investasi yang akan dianalisis adalah biaya pembelian alat. Biaya investasi pada alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe tampah, tipe engkol semi mekanis ENGKOL23-BPTTG, dan tipe mekanis OTOROL23-BPTTG adalah harga dari masing-masing alat tersebut, sedangkan untuk tipe mekanis terdapat penambahan biaya motor listrik dalam investasi. Tingkat kerja ketiga alat tersebut adalah 100%, artinya ketiga alat tersebut hanya digunakan untuk proses pengupasan kulit ari biji kedelai saja, sedangkan motor listrik yang diujikan diasumsikan hanya digunakan untuk alat pengupas kulit ari biji kedelai saja.

17

3.9 Penentuan Biaya Tetap


Biaya tetap dari alat pengupas kulit ari biji kedelai terdiri atas biaya penyusutan, bunga modal, pajak pembelian alat, asuransi dan penyimpanan. Umumnya di Indonesia penjualan alat pertanian tidak dikenakan pajak, jika dikenakan pajak pun biasanya sudah termasuk di dalam harga pembelian alat. Perusahaan asuransi di Indonesia juga mayoritas belum memiliki produk asuransi untuk alsintan. Biaya tetap yang akan dianalisis pada skripsi ini hanya biaya penyusutan, bunga modal dan penyimpanan. 3.2.1 Biaya Penyusutan dan bunga modal

Biaya penyusutan adalah selisih antara biaya awal dan nilai sisa, berdasarkan suatu periode waktu. Biaya penyusutan disebabkan oleh penurunan kualitas kerja alat secara alamiah akibat digunakan dan penurunan nilai akibat ditemukannya teknologi yang lebih mutakhir. Metode yang digunakan untuk mencari nilai biaya penyusutan sekaligus bunga modal menggunakan metode garis lurus yang memperhitungkan bunga modal. Menurut Pramudya (1992) perhitungan menggunakan metode garis lurus yang memperhitungkan bunga modal dapat dilihat pada Persamaan 3.2.

Keterangan : D P S I N

= Biaya penyusutan dan bunga modal (Rp/tahun) = Harga alat (Rp) = Nilai sisa (Rp) = Tingkat Suku Bunga (Rp/tahun) = Umur ekonomis alat = Capital Recovery Factor

Nilai capital recovery factor pada alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe tampah dengan umur ekonomis 1 tahun dan tingkat suku bunga 14 % adalah 1.1400. Nilai capital recovery factor untuk alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe engkol semi mekanis ENGKOL23 -BPTTG dan tipe mekanis OTOROL23-BPTTG dengan umur ekonomis sama yaitu 8 tahun sebesar 0.2156. Pada alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe mekanis OTOROL23-BPTTG terdapat motor listrik sebagai tenaga penggerak dimana motor listrik tersebut juga mengalami penyusutan. Biaya penyusutan dan bunga modal untuk motor listrik tersebut didapat menggunakan capital recovery factor untuk nilai ekonomis 2 tahun dan tingkat suku bunga 14 % adalah 0.6073. 3.2.2 Biaya Penyimpanan

Penyimpanan alat tidak memberikan efek apapun pada umur ekonomis alsintan, tetapi dapat mencegah penurunan kualitas kerja akibat alat yang terhampar di bawah sinar matahari. Pembiayaan harus dibebankan pada tindakan preventif semacam ini. Kebanyakan alat pertanian disimpan di dalam bangunan khusus untuk menyimpan alsintan. Apabila alsintan disimpan di dalam bangunan lain yang bukan dikhususkan untuk alsintan, misalnya gudang penyimpanan kedelai atau bekas kandang hewan ternak, biaya diestimasi maksimum 0.2% dari harga awal alsintan (Hunt 2008). Ilustrasi perhitungan biaya penyimpanan dapat dilihat pada Persamaan 3.3.

18

Keterangan : P

= Biaya penyimpanan (Rp/tahun) = Harga awal alsintan (Rp)

3.10 Penentuan Biaya Tidak tetap


Biaya tidak tetap adalah biaya yang jumlahnya sesuai dengan pemakaian alat. Menurut Hunt (2008) biaya tidak tetap mungkin lebih besar daripada biaya tetap. Estimasi biaya tidak tetap dari alsintan didasarkan pada waktu penggunaan alat. Termasuk biaya tidak tetap dari alsintan diantaranya adalah biaya operator, biaya listrik, perbaikan dan perawatan. Biaya perbaikan dan perawatan di dalam Hunt (2008) disebutkan sebagai biaya repair and maintenance (R&M). Biaya R&M didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan alsintan untuk (1) biaya spare part dan ongkos bengkel dan (2) rekondisi spare part akibat penggunaan alat. Menurut Pramudya (1992) faktor biaya R&M untuk engine dan mesin pengolahan hasil pertanian didapat dari penjumlahan biaya pemeliharaan dan perbaikan dari masing-masing alat, besar biaya pemeliharaan dan perbaikan (R&M) dapat dicari melalui Persamaan 3.4.

Keterangan : R&M (a) R&M (b) P S

= Perbaikan dan pemeliharaan motor listrik per jam = Perbaikan dan pemeliharaan alat per jam = Investasi alat = Nilai sisa

Biaya operator ditentukan dengan asumsi gaji harian operator dibagi dengan asumsi jam kerja operator per hari. Ilustrasi perhitungan biaya operator dapat dilihat pada Persamaan 3.5. ( ( ) )

Waktu kerja operator bergantung pada jumlah kedelai yang diolah dan kapasitas lapang alat yang digunakan. Ilustrasi perhitungan jam kerja operator dapat dilihat pada Persamaan 3.6.

Tipe tampah. Biaya tidak tetap pada alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe tampah diasumsikan hanya ada biaya operator dan biaya R&M. Hal ini diasumsikan karena alat pengupas kulit ari ini tidak menggunakan biaya listrik atau bahan bakar minyak apapun. Tipe engkol semi mekanis. Biaya tidak tetap pada alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe engkol semi mekanis ENGKOL23-BPTTG, diasumsikan terdiri atas biaya operator dan R&M karena alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe masih menggunakan tenaga manusia dalam mengoperasikannya. Penambahan biaya tidak tetap terdapat pada jumlah operator dimana satu alat dioperasikan oleh dua orang operator, satu orang untuk pengumpan kedelai dan satu orang berikutnya untuk mengayuh pedal tangan dari alat tersebut.

19

Tipe mekanis. Biaya tidak tetap pada alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe mekanis OTOROL23-BPTTG" diasumsikan terdiri atas biaya operator, biaya listrik, dan biaya R&M., biaya listrik yang dimaksud adalah biaya listrik untuk motor listrik yang digunakan untuk menggerakkan alat. Sebelum mengetahui biaya listrik harus diketahui terlebih dahulu daya listrik dari motor listrik AC 1 phase yang digunakan sebagai sumber tenaga penggerak alat. Untuk mengetahui daya listrik, harus mengetahui terlebih dahulu arus keluaran dari motor listrik tersebut yang didapat dari pengujian arus motor listrik menggunakan multitester, setelah data arus listrik didapatkan, perhitungan daya listrik dapat dihitung menggunakan Persamaan 3.7.

Keterangan : P V I

= Daya listrik (W) = Tegangan (Volt) = Kuat arus (Ampere) = Faktor daya

Biaya listrik didapatkan dari rumus pada Persamaan 3.8. ( ) ( ) 3

3.11 Penentuan Nilai Sisa


Nilai sisa ada saat tahun akhir alat dianalisis yang diasumsikan 10% dari harga awal. Ilustrasi penentuan nilai sisa dapat dilihat pada Persamaan 3.9.

Keterangan : P

= Harga awal alat (Rp)

3.12 Biaya Pokok


Biaya pokok adalah biaya yang dikeluarkan alat atau mesin per unit produksi. Biaya pokok alat pengupas kulit ari biji kedelai didefinisikan dalam satuan Rp/kg. Perhitungan biaya pokok dapat dilihat pada Persamaan 3.10.

Biaya total adalah penjumlahan antara biaya tidak tetap dan biaya tetap dalam satu tahun dibagi waktu kerja per tahun. Kapasitas kerja didapatkan dari jumlah kedelai yang diolah dibagi waktu kerja dalam satu tahun. Biaya pokok untuk unit mesin yang terdiri dari beberapa alat atau mesin dimana alat atau mesin tersebut secara bersamaan bekerja pada waktu yang sama dan merupakan gabungan pada yang tidak terpisahkan sehingga kapasitas dan jumlah jam kerja dari beberapa alat tersebut sama terdapat pada alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe mekanis OTOROL23-BPTTG. Biaya pokok digunakan

20

untuk menentukan titik impas dalam pemilihan alternatif alat yang akan digunakan. Perhitungan biaya pokok dari alat tersebut dalam Pramudya (1992) menggunakan persamaan 3.11. ( )

3.13 Titik impas


Menurut Pramudya (1993) titik impas digunakan sebagai acuan dalam menentukan volume produksi dan memilih dua alat atau mesin yang sejenis. Titik impas adalah suatu titik dimana terjadi kesetimbangan antara dua alternatif yang berbeda. Dalam penentuan volume produksi, titik impas dapat diperoleh menggunakan persamaan 3.12. ( ( ) ) ( )

Dalam pemilihan dua alat atau mesin yang sejenis, titik impas dapat diperoleh menggunakan persamaan 3.13.
( ( ) ) ( ( ) )

(3.13)

21

Anda mungkin juga menyukai