Anda di halaman 1dari 25

DIFTERIA BATASAN Penyakit infeksi akut yang disebabkan Corynebacterium diphtheriae KLASIFIKASI Berdasarkan kelainan anatomis dapat dibagi

atas Difteria nasal Difteria kulit Difteria tonsil Difteria vulvovaginal Difteria faring Difteria konjungtiva Difteria laring Difteria aural ETIOLOGI Corynebacterium diphtheriae PATOFISIOLOGI Infeksi dimulai dengan masuknya kuman ke dalam hidung/mulut, dan menetap pada permukaan mukosa saluran nafas bagian atas Kadang-kadang melalui kulit atau membran mukosa mata atau genital Sesudah -! hari dikeluarkan toksin" #espons peradangan lokal dan nekrosis jaringan menimbulkan patchy exudate Dengan bertambahnya pembentukan toksin, daerah infeksi meluas dan mendalam, membentuk pseudomembran $dema jaringan lunak meluas ke dalam membran memberikan gambaran bullneck %oksin yang dihasilkan menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh KRITERIA DIAGNOSIS Kontak dengan penderita difteria %onsilitis, faringitis, rinitis Suara serak Stridor dan tanda lain obstruksi jalan nafas Demam tak begitu tinggi &imfadenitis servikal ' edema jaringan lunak leher (bullneck) Sangat penting untuk diagnosis ditemukannya membran pada tempat infeksi yang ber*arna putih keabu-abuan, mudah berdarah bila diangkat +itung leukosit darah tepi dapat Kadang-kadang timbul anemia Protein likuor pada neuritis difteria sedikit ,rea - darah pada nekrosis tubular akut dapat Pada $K. dapat terjadi aritmia, perubahan segmen S-% dan gelombang % bila terjadi miokarditis Diagnosis pasti/ Kuman difteria pada sediaan langsung/biakan (') DIAGNOSIS BANDING Common cold Sinusitis 0denoiditis 1aringitis karena Streptokokus 2ononukleosus infeksiosa %onsilitis membranosa non bakterial Post tonsilectomy faucial membrane Croup penyebab lain 0spirasi benda asing $piglotitis 0bses perifaring/retrofaring &eukemia PEMERIKSAAN PENUNJANG +itung leukosit darah tepi +b Protein likuor ,rea - darah $K. PENYULIT 3bstruksi pernafasan dan kematian mendadak Infeksi bakteri sekunder karena S. pyogenes 2iokarditis Bendungan jantung dan peninggian en4im miokardium Penyulit neurologik Paralisis otot palatum lunak dan faring regurgitasi nasal Paralisis otot mata penglihatan kabur, kesulitan dalam akomodasi, strabismus internal -euritis saraf frenikus paralisis diafragma +ipotensi dan gagal jantung .astritis

+epatitis -efritis KONSULTASI Bagian %+% TERAPI Sesegera mungkin menetralisasi toksin bebas Sesegera mungkin membunuh kuman (eradikasi kuman) -etralisasi toksin bebas 0DS (0nti difteri serum) Dosis/ Difteria hidung/faring ringan !5"555 , Difteria faring 65"555785"555 , Difteria faring berat/laring/dengan bullneck 955"555-9 5"555 , :ara pemberian/ Dosis tunggal dilarutkan dalam 955- 55 ml dekstrosa i"v" dalam *aktu 9- jam, sebelumnya dilakukan uji kepekaan ,ji kepekaan dengan pemberian 9 tetes antitoksin pengen;eran 9/95 pada konjungtiva atau 5,5 ml penyuntikan intradermal pengen;eran 9/955 ,ji kepekaan (') bila ditemukan indurasi < = mm pada tempat suntikan sesudah 5 menit atau timbul konjungtivitis/berair mata Bila uji kepekaan (') berikan 0DS se;ara desensitisasi, masing-masing dengan interval 5 menit 5,5> ml larutan 9/ 5 s"k" 5,95 ml larutan 9/ 5 s"k" 5,95 ml larutan 9/95 s"k" 5,95 ml tanpa pengen;eran s"k" 5,=5 ml tanpa pengen;eran i"m" 5,>5 ml tanpa pengen;eran i"m" 5,95 ml tanpa pengen;eran i"v" Bila tidak ada reaksi alergi, sisa diberikan i"v" lambat $radikasi kuman/ Penisilin prokain >5"555 ,/kgbb/hari i"m", tiap 9 jam selama 9! hari atau bila hasil biakan = hari berturut-turut (-) $ritromisin !5 mg/kgbb/hari, maks" g/hari, p"o", tiap 6 jam selama 9! hari 0moksisilin #ifampisin juga efektif Klindamisin Isolasi Suportif %irah rebah -= minggu atau lebih lama bila terjadi miokarditis 3 bila sesak nafas Diet makanan lunak yang mudah di;erna dengan kalori tinggi %rakeostomi pada kasus dengan obstruksi saluran nafas berat #oboransia Prednison 9,5-9,> mg/kgbb/hari, p"o" tiap 6-8 jam pada kasus berat selama 9! hari

PENCEGAHAN ?aktu dipulangkan/ Imunisasi DP% 5,> ml, i"m" untuk anak @ A th D% 5,> ml, i"m" untuk anak < A th ,ntuk kontak Semua anak yang kontak dengan penderita harus dilakukan pemeriksaan sediaan langsung dari hidung dan tenggorokan Bila hasil (-) $ritromisin !5 mg/kgbb/hari, maks" g/hari, p"o" selama A hari Imunisasi DP%/D% pada anak yang belum pernah diimunisasi, ulangan pada anak yang telah mendapat imunisasi Bila hasil (') Pada anak tanpa gejala (karier)/ $ritromisin !5 mg/kgbb/hari, (maks" g/hari), p"o", tiap 6 jam selama A hari Imunisasi seperti di atas Selama pemberian obat, anak harus dia*asi ketat Bila anak kemudian menunjukkan gejala segera dira*at PROGNOSIS ,mumnya tergantung dari umur, virulensi kuman, lokasi dan penyebaran membran, status imunisasi, ke;epatan pengobatan, ketepatan diagnosis, dan pera*atan umum Penyebab strain gravis prognosisnya buruk 0danya trombositopenia amegakariositik dan leukositosis < >"555/mm= prognosis buruk 2ortalitas >B (terutama disebabkan miokarditis)

TETANUS DAN TETANUS NEONATORUM BATASAN Penyakit toksemik akut yang disebabkan oleh eksotoksin Clostridium tetani KLASIFIKASI Berdasarkan manifestasi klinis %etanus lokal %etanus sefal %etanus umum (general) %etanus neonatorum Berdasarkan berat-ringannya penyakit Derajat I / #ingan II / Sedang III / Berat IC / Sangat berat ETIOLOGI Clostridium tetani (.ram-positif) PATOFISIOLOGI 2anifestasi klinis terutama disebabkan oleh pengaruh toksin terhadap SSP, berupa gangguan terhadap inhibisi presinaps timbul generator of pathological enhanced excitation %etanospasmin juga berpengaruh terhadap Sistem saraf autonom, pernafasan, metabolisme, hemodinamika, hormonal, saluran ;erna, saluran kemih, dan neuromuskular perifer KRITERIA DIAGNOSIS 0namnesis #i*ayat mendapat trauma, pemotongan, dan pera*atan tali pusat yang tidak steril #i*ayat tidak diimunisasi tetanus (tidak lengkap) Pemeriksaan fisis Derajat I %rismus ringan sampai sedang Kekakuan umum Spasme (-) Disfagia (-)/ringan .angguan respirasi (-) Derajat II %rismus sedang Kekakuan jelas Spasme hanya sebentar %akipnea Disfagia ringan Derajat III %rismus berat 3tot spastis Spasme spontan %akipnea Apneic spell Disfagia berat %akikardia 0ktivitas sistem autonom Derajat IC (Derajat III ditambah dengan) .angguan autonom berat +ipertensi berat dan takikardia atau +ipotensi dan bradikardia +ipertensi berat atau hipotensi berat DIAGNOSIS BANDING 0bses gigi 0bses parafaring/retrofaring/peritonsiler/gigi Poliomielitis 2eningitis bakterialis stadium a*al $nsefalitis #abies Kera;unan strihnin

$fek simpang fenotia4in %etani $pilepsi PENYULIT .angguan ventilasi paru %romboemboli 0spirasi pneumonia Cerebral palsy Bronkopneumonia 0pnea,anoksia kerusakan otak 0telektasis 2alnutrisi/dehidrasi $mfisema mediastinal Syok Pneumotoraks $mboli paru Sepsis ,lserasi gaster 1raktura vertebra Ileus paralitik &aserasi mukosa lidah/bukal +ematoma intramuskular 2iokarditis, aritmia +ipertensi, hipotensi KONSULTASI Bagian Bedah Bagian %+% TERAPI %etanus ringan Penderita diberikan penanganan dasar dan umum, meliputi pemberian antibiotik, +%I./antitoksin, dia4epam, membersihkan luka, dan pera*atan suportif %etanus sedang Penanganan umum tetanus seperti diatas Bila diperlukan/ Intubasi atau trakeostomi, dan pemasangan selang nasogastrik dalam anestesia umum Pemberian ;airan parenteral, bila perlu nutrisi se;ara parenteral %etanus berat dan sangat berat Penanganan umum seperti diatas Pera*atan dilakukan di ruang intensif, trakeostomi, atau intubasi dan pemakaian ventilator sangat dibutuhkan serta diberikan balans ;airan yang adekuat Bila spasme sangat hebat pankuronium bromid 5,5 mg/kgbb i"v" diikuti 5,5> mg/kgbb/dosis diberikan setiap = jam Bila terjadi aktivitas simpatis yang berlebihan beta bloker seperti propanolol atau alfa dan beta bloker labetolol Penanganan dasar 0ntibiotik Penisilin prokain >5"555 I,/kgbb/kali i"m" tiap 9 jam, atau 0mpisilin 9>5 mg/kgbb/hari i"v" dibagi dalam ! dosis, atau %etrasiklin >->5 mg/kgbb/hari p"o" dibagi dalam ! dosis (maks" g), atau Sefalosporin generasi ke-=, atau 2etronida4ol loading dose 9> mg/kgbb/jam selanjutnya A,> mg/kgbb tiap 6 jam, atau $ritromisin !5->5 mg/kgbb/hari p"o dibagi dalam ! dosis :atatan %etanus neonatorum D gentamisin >-A mg/kgbb/hari i"v" dibagi dalam dosis Bila ada sepsis atau pneumonia ' antibiotik lain (metisilin, sefalosporin, dll) -etralisasi toksin Human tetanus immunoglobulin (+%I.) ="555-6"555 I, i"m" (untuk tetanus neonatorum >55 I, i"v") Bila tidak tersedia anti tetanus serum (0%S) >5"555-955"555 I,, E i"m" dan E i"v" (terlebih dahulu dilakukan tes kulit) (untuk tetanus neonatorum 95"555 I, i"v") 0nti kejang Dia4epam 5,9-5,= mg/kgbb/kali i"v" tiap -! jam, tetanus neonatorum 5,=-5,> mg/kgbb/kali Dalam keadaan berat dia4epam drip 5 mg/kgbb/hari dira*at di PI:,/-I:, Dosis pemeliharaan 8 mg/kgbb/hari p"o" dibagi dalam 6-8 dosis Pera*atan luka Dilakukan setelah diberi anti toksin dan anti kejang Penanganan umum Bebaskan jalan nafas dan pemberian 3 Pera*atan dengan stimulasi minimal Pemberian ;airan dan nutrisi adekuat Bantuan nafas pada tetanus berat dan sangat berat/tetanus neonatorum Pemantauan/monitoring kejang dan tanda-tanda penyulit PENCEGAHAN &uka dibersihkan, jaringan nekrotik dan benda asing dibuang &uka sedang/berat dan kotor Imunisasi (-)/tidak jelas/ %I. >5->55 ,, atau %0% (tetanus anti

toksin) ="555->"555 ,, i"v" %oksoid tetanus pada sisi lain Imunisasi (') &amanya sudah < > th / ,langan toksoid %I. atau %0% &uka ringan dan bersih Imunisasi (')/ %idak perlu %I./%0% (-) / Imunisasi PROGNOSIS %ergantung skoring Bla;k (9FF9) Skor 5-9 (ringan) kematian @ 95B -= (sedang) 95- 5B ! (berat) 5-!5B >-6 (sangat berat) < >5B Tabel 5.1 Sis e! S"#$i%& Te a%'s Sis e! s"#$i%& 1 2asa inkubasi @ A hari 0*itan penyakit @ !8 jam %empat masuk %ali pusat 1raktur terbuka Sesudah operasi Sesudah suntikan i"m" Spasme (') Panas badan 0ksilar < =8,!5: #ektal < !5,55: %akikardia (') SURAT PERSETUJUAN Diperlukan RUJUKAN 0dams G2, Kenny GD, #udolph 0G" 2odern management of tetanus neonatorum" Pediatr" 9FAFH 6!/!A -A" Ble;k %P" %etanus" Dalam/ S;held ?2, ?hitley #G, Dura;k D%, penyunting" Infe;tious of ;entral nervous system" -e* Iork/ #even PressH 9FF9" h" 65=- 5" 1eigin #D, 1inta K2" %etanus" Dalam/ Behrman #$, Kliegman #2, -elson ?$, Caughan C: III, penyunting" -elson teJtbook of pediatri;s" $disi ke-9!" Philadelphia/ ?B Saunders :oH 9FF " h" A!A->5" ,d*adia 1$" %etanus" Bombay/ 3Jford university pressH 9FF! ?einstein &" %etanus" Dalam/ 1eigin #D, :herry GD, penyunting" %eJtbook of pediatri; infe;tious diseases" $disi ke-=" Philadelphia/ ?B Saunders :oH 9FF " h" 995 -95" 0rnon SS" %etanus (:lostridium tetani)" Dalam/ Behrman #$, Kliegman #2, Genson +B" -elson teJtbook of pediatri;s" $disi ke-9A" Philadelphia/ SaundersH 55!" h" F>9-=

( < A hari < !8 jam Selain tempat tersebut (-) @ =8,!5: @ !5,55: (-)

PERTUSIS BATASAN Penyakit infeksi saluran nafas akut yang ditandai dengan batuk hebat yang disebabkan Bordetella pertussis ETIOLOGI Bordetella pertussis KRITERIA DIAGNOSIS 0namnesis Kontak dengan penderita pertusis Stadium kataral/ Panas tidak tinggi, pilek, konjungtiva merah, lakrimasi, batuk ringan Stadium paroksismal/ Batuk makin sering/berat, terutama malam hari berupa serangan mendadak, menim- bulkan whoop, diakhiri muntah Pemeriksaan fisis 2uka merah atau siaosis, mata menonjol, lidah menjulur, lakrimasi, hipersalivasi, distensi vena leher selama serangan 0nak apatis, berat badan Stadium konvalesens/ Batuk , muntah

Dapat terjadi petekia pada kepala/leher, perdarahan konjungtiva Dapat terjadi ronki difus &aboratorium &eukositosis (9>"555-955"555/mm=) &imfositosis absolut Didapatkan antibodinya (Ig. terhadap toksin pertusis) 1ototoraks Infiltrat perihiler atau edema, atelektasis, atau empiema Diagnosis pasti dengan ditemukannya organisme pada apus nasofaring (bahan media Bordet-.engou) DIAGNOSIS BANDING Adenovirus Bordetella parapertussis Bordetella bronchiseptica PEMERIKSAAN PENUNJANG &eukosit +itung jenis sel Ig. terhadap toksin pertusis 1oto toraks PENYULIT Pneumonia 0telektasis #uptur alveoli $mfisema Bronkiektasis Pneumotoraks %uberkulosis laten menjadi aktif 3titis media Perdarahan/ $pistaksis, melena, subkonjungtiva, hematoma, epidural, intrakranial Kejang #uptur diafragma +ernia umbilikalis +ernia inguinalis Prolapsus rekti 2eningoensefalitis, ensefalopati, koma Dehidrasi dan gangguan nutrisi KONSULTASI Bedah Saraf TERAPI Suportif Isolasi ( -= minggu) 2en;egah faktor yang merangsang batuk (debu, asap rokok) 2empertahankan status nutrisi dan hidrasi 3ksigen bila sesak nafas Pengisapan lendir 3bat untuk mengurangi batuk paroksismal dengan kortikosteroid (betametason) dan salbutamol (albuterol) $radikasi bakteri $ritromisin !5->5 mg/kgbb/hari (maks" g/hari), p"o", dibagi dalam ! dosis selama 9! hari Dapat pula di;oba kotrimoksa4ol >5 mg/kgbb/hari, p"o", dalam dosis, selama 9! hari, atau 0mpisilin 955 mg/kgbb/hari, p"o", dalam ! dosis, selama 9! hari PENCEGAHAN Kontak dengan penderita pertusis 0nak @ A th/ DP%/,langan DP%, eritromisin >5 mg/kgbb/hari, selama 9! hari 0nak < A th/ $ritromisin >5 mg/kgbb/hari, selama 9! hari

PROGNOSIS 2ortalitas terutama oleh karena kerusakan otak (ensefalopati), pneumonia, dan penyulit paru lain Pada anak besar prognosisnya baik Dapat timbul sekuele berupa whee ing selama kehidupan de*asa SURAT PERSETUJUAN

Diperlukan

DEMAM TIFOID (Demam $nterik) BATASAN Penyakit infeksi sistemik yang disebabkan Salmonella typhi dan masih merupakan penyakit yang terdapat, baik se;ara endemik maupun epidemik di berbagai negara ETIOLOGI S" typhi S" parotyphi 0 S" parotyphi B (S;hottmuelleri) S" parotyphi : (+irsthfeldii) PATOFISIOLOGI Kuman difagositosis monosit kelenjar limfe mesenterial/#$S lainnya Peyer patches dan kelenjar mesenterial bengkak infeksi bagian distal ileum atau jejunum aliran darah bakteremia primer kelenjar limfe, sumsum tulang, hepar dan lien aliran darah bakteremia sekunder menyerang lebih banyak organ :atatan/ 2onosit yang mengandung kuman rose spot di kulit KRITERIA DIAGNOSIS 0namnesis Panas < A hari Batuk, espitaksis 2alaise, letargi, anoreksia, BB -yeri otot/kepala/perut 2en;ret atau obstipasi, muntah, nyeri perut, perut kembung Kesadaran Dapat timbul kejang, ikterus, epistaksis 1isis Kesadaran (delirium sampai stupor) +epatomegali, splenomegali, abdomen kembung %erdengar ronki #uam makula papula pada kulit dada bagian ba*ah/perut (rose spot) menghilang pada hari ke 7 A-95 &aboratorium 0nemia / Biasanya karena perdarahan usus, supresi sumsum tulang, defisiensi 1e &eukopenia / Garang @ ="555/mm= &imfositosis relatif %rombositopenia Serologi (?idal)/ %iter 3 (!J atau < 9/965) Biakan Salmonela (65B) Darah/sumsum tulang/kel" limfe/jaringan fagosit/ (') ,rin/feses/ Sesudah bakteremia sekunder

DIAGNOSIS BANDING Bronkitis Septikemia

Bronkopneumonia .astroenteritis Influen4a %B Infeksi jamur sistemik Bruselosis

2alaria Sigelosis %ularemia &eptospirosis #ikets

PEMERIKSAAN PENUNJANG Darah/ +b" leukosit, hitung jenis, trombosit, dan biakan ,rin/feses Kelenjar limfe jaringan Biakan 1agosit

Serologi (?idal) 1oto toraks/abdomen

TERAPI ,mum Isolasi %irah rebah selama panas Diet makanan lunak yang mudah di;erna Khusus $radikasi kuman Kloramfenikol 955 mg/kgbb/hari (bayi usia @ mgg" > mg/kgbb/ hari) p"o" dibagi ! dosis, selama 95-9! hari Kotrimoksa4ol >5 mg/kgbb/hari p"o" dalam = dosis, selama 95-9! hari 0moksisilin 955 mg/kgbb/hari p"o" dalam =-! dosis, selama 95-9! hari 0mpisilin 55 mg/kgbb/hari dalam = dosis p"o" Sefiksim 5 mg/kgbb/hari dalam dosis p"o" selama A hari Seftriakson >5 mg/kgbb/hari sehari 9 J, i"m" selama > hari 3floksasin 9> mg/kgbb/hariH p"o" selama hari Kortikosteroid Pada kasus berat dengan gangguan kesadaran (stupor, koma), gangguan sirkulasi dan gejala berkepanjangan Korton 95 mg/kgbb/hari, i"v" dibagi dalam =-! dosis, atau =-6 mg/kgbb/hari, dibagi dalam dosis Deksametason = mg/kgbb inisial , diikuti 9 mg/kgbb 6 jam untuk !8 jam Prednison 9- mg/kgbb/hari, p"o" dibagi dalam = dosis &ain-lain Citamin Perdarahan usus Puasa selama ! jam sampai tak ada perdarahan 0ntibiotik i"v" %ransfusi bila diperlukan 3perasi (bila ada indikasi) PENYULIT Perforasi usus Syok septik $nsefalopati toksik %rombosis serebral -euritis optik/perifer Kolesistitis akut 2eningitis Pneumonia Pielonefritis $ndokarditis 3steomielitis 0rtritis septik 1lebitis KONSULTASI Bagian terkait PENCEGAHAN Kebersihan Pribadi, ;u;i tangan Pengamanan pembuangan limbah feses dan urin Penyediaan air bersih Caksinasi Kontak dengan penderita Kejadian luar biasa Bepergian ke daerah endemik %ypa s"k" kali (masa antara !-6 minggu) Ci ;apsular polysa;;haride pada usia tahun, i"m ,sia I 6 bl-9 bl 5,9> m& 9- th 5, m& -9 th 5,> m& De*asa 9,5 m& %y 9 attenuated mutant strains S. typhosa p"o" PROGNOSIS

II 5,= 5,! 5,> 9,5

m& m& m& m&

%ergantung ;epatnya terapi, usia pasien, ke dalam kesehatan sebelumnya, penyebab tipe Salmonella, dan adanya penyulit" ,mumnya baik DEMAM SKARLET )SKARLATINA* BATASAN Penyakit saluran nafas bagian atas ditandai ruam khas yang terjadi karena infeksi Streptokokus yang membebaskan satu dari = toksin pirogenik (eritrogenik) ETIOLOGI Streptococcus beta haemolyticus group A PATOFISIOLOGI Setelah kuman masuk melalui inhalasi atau ingesti melekat pada sel epitel saluran pernafasan" Kuman mempunyai selaput (kapsul) yang bisa terhindar dari fagositosis, serta mengeluarkan berbagai en4im yang dapat menyebabkan perluasan infeksi" %oksin pirogenik (07:) dapat menimbulkan ruam pada penderita yang tidak kebal" %imbulnya ruam tergantung kepada reaksi hipersensitivitas dan berkurang dengan adanya antitoksin spesifik KRITERIA DIAGNOSIS 0namnesis Bersifat akut disertai dengan demam, muntah, nyeri kepala, sakit menelan, menggigil Pemeriksaan fisis %onsilofaringitis berat, terdapat eksudat !hite strawberry tongue pada permulaan penyakit, yang berubah menjadi red strawberry tongue beberapa hari kemudian #uam tambah !-!8 jam sesudah omset gejala, ber*arna merah, berupa pungtata atau papula, memu;at pada penekanan, mula-mula pada ketiak sekitar leher dalam menyebar ke dada dan ekstremitas Pada penyakit berat, ruam berupa vesikula ke;il (miliaria sudamina) #uam diakhiri dengan deskuamasi Dapat terjadi sesudah infeksi luka, luka bakar, atau infeksi kulit karena streptokokus &aboratorium &eukositosis %iter 0S&3 (0S%3) &$D :#P dapat (') Biakan apus tenggorok/ Streptococcus haemolyticus group A

DIAGNOSIS BANDING 2orbili #oseola $rupsi obat Infeksi Stafilokokus #ubela 2ononukleosis infeksiosa Penyakit Ka*asaki "oxic shock syndrome %erkena sinar matahari yang berat PEMERIKSAAN PENUNJANG &eukosit darah %iter 0S&3 (0S%3) Biakan apus tenggorok &$D dan :#P PENYULIT Penyebaran langsung dari nasofaring Sinusitis 3titis media 2astoiditis 0denitis servikal 0bses retrofaring atau parafaring Bronkopneumonia Penyebaran hematogen 2eningitis 3steomielitis

0rtritis septik Penyulit non supuratif Demam reumatik .lomerulonefritis KONSULTASI Bagian %+% TERAPI 2engurangi gejala dan men;egah penyulit 0ntibiotik Penisilin merupakan obat pilihan Penisilin C, 9 >7 >5 mg/kali, = kali/hari p"o" selama 95 hari #ong$acting ben athine penicillin % 655"55579" 55"555 , i"m" dosis tunggal Keadaan berat pemberian i"v" dosis bisa sampai !55"555 ,/kgbb/hari Bila alergi penisilin $ritromisin / !5 mg/kgbb/hari p"o" &inkomisin / !5 mg/kgbb/hari p"o" Klindamisin / =5 mg/kgbb/hari p"o" Sefadroksil monohidrat/ 9> mg/kgbb/hari p"o" PENCEGAHAN Kontak dengan penderita streptokokus (') penisilin ./C, !!55"555 , p"o" selama 95 hari Sebagai alternatif/ #ong$acting ben athine penicillin 655"555 , ' prokain penisilin (a&ueous) 655"555 , dosis tunggal i"m" PROGNOSIS Bila pengobatan adekuat baik Penyulit non supuratif dapat di;egah bila pengobatan ;epat diberikan Bila respons imun terganggu terjadi penyulit berat (pneumonia dan sepsis) bahkan kematian, meskipun mendapat pengobatan yang adekuat RUJUKAN Kliegman #2, 1eigin #D" Strepto;o;;al infe;tious" Dalam/ Behrman #$, Kliegman #2, -elson ?$, Caughan C: III, penyunting" -elson teJtbook of pediatri;" $disi ke-9!" Philadelphia/ ?B Saunders :oH 9FF " A55- " .erber 20" .roup 0 Strepto;o;;us" Dalam/ Behrman #$, Kliegman #2, Genson +B, penyunting" -elson teJtbook of pediatri;s" $disi ke-9A" Philadelphia/ SaundersH 55!" h" 8A5-9" MENINGITIS BAKTERIALIS BATASAN Peradangan meningen yang disertai adanya bukti terdapatnya bakteri didalam likuor serebrospinal (&SS) 2eningitis purulenta adalah peradangan meningen yang ditandai dengan &SS yang keruh dengan jumlah leukosit < 9"555/mm= dengan predominasi P2-H meningitis purulenta hampir selalu disebabkan oleh bakteri 2eningitis bakterialis bentuk atipik adalah meningitis bakterialis dengan kelainan pada &SS yang minimal sehingga sulit dibedakan dari meningtis aseptik, bentuk ini dapat ditemukan pada meningitis bakterialis yang timbul pada saat anak sedang mendapat terapi antibiotik (meningitis during antibiotic therapy'meningitis bacterialis partial treatment), stadium a*al meningitis bakterialis, atau karena adanya proteksi partial dari imunisasi Haemophyllus influen ae tipe B 2eningitis bakterialis rekrudesens adalah mun;ulnya kembali tanda atau gejala klinis meningitis bakterialis dalam masa pengobatan yang sebelumnya memberikan respons yang baik" 2eningitis bakterialis relaps adalah mun;ulnya kembali tanda dan gejala meningitis bakterialis dalam *aktu = minggu setelah penghentian pengobatan" Kedua bentuk meningitis ini pada umumnya disebabkan oleh bakteri yang sama dengan meningitis bakterialis sebelumnya, biasanya disebabkan adanya bakteri yang persisten didalam &SS 2eningitis bakterialis rekurens/berulang adalah episode baru dari meningitis bakterialis yang terjadi setelah mele*ati masa penyembuhan dari suatu meningitis bakterialis sebelumnya, pada keadaan ini bakteri penyebab bisa sama atau berbeda dari bakteri penyebab meningitis bakterialis sebelumnya" Pada umumnya meningitis bakterialis rekurens lebih sering disebabkan oleh reinfeksi dibanding dengan infeksi yang persisten ETIOLOGI %ergantung dari usia (lihat tabel ) FAKTOR RISIKO ,tama/ ,sia muda &ain-lain Kolonisasi bakteri Kontak erat Kemiskinan #as (kulit hitam)

Genis kelamin (laki-laki) %idak diberi 0SI Bakteremia Infeksi sistemik .angguan imunitas (ba*aan/didapat) Disfungsi limpa (seperti sickle cell anemia( 0danya hubungan antara meningen/&SS dan jaringan mukokutan (meningomielokel, trauma penetrans, sinus dermoid lumbosak ral) Shunt ventrikulo-peritoneal 2ungkin faktor genetik 1aktor risiko untuk meningitis bakterialis rekurens antara lain adanya defek anatomis yang bersifat kongenital seperti sinus dermoid, meningokel, ensefalokel, maupun yang bersifat didapat seperti fistula pas;a operasi/traumatik" 1aktor risiko lain dapat berupa gangguan imunologik, infeksi parameningeal (seperti sinusitis, mastoiditis, dan osteomielitis tulang tengkorak), dll (&$S, sickle cell anemia) PATOGENESIS Sebagian besar kasus didahului oleh infeksi saluran nafas, hanya sebagian ke;il yang disebabkan oleh penyebaran langsung dari tempat yang berdekatan seperti sinusitis atau mastoiditis" Pada neonatus dilaporkan satu dari empat kasus sepsis kemudian akan menderita meningitis bakterialis" 2ekanisme dan tempat masuknya bakteri kedalam &SS belum diketahui pasti KRITERIA DIAGNOSIS Klinis Bervariasi tergantung dari usia, lama sakit sebelum berobat, dan daya tahan penderita Pada neonatus gejala mungkin minimal, menyerupai sepsis dapat berupa malas minum, letargi, distres pernafasan, ikterus, muntah, diare, hipotermia, kejang (pada !5B kasus), ubun-ubun besar menonjol (pada ==,=B kasus) Pada anak yang lebih besar dapat timbul se;ara akut atau se;ara insidious, dapat berupa demam, kejang, mualmuntah, sakit kepala, fotofobi, ubun-ubun besar menonjol, tanda gangguan status mental seperti gelisah, letargi, dan kesadaran %anda rangsang meningen seperti kaku kuduk biasanya tidak ditemukan pada anak @ th" 2anifestasi klinis lain bisa berupa defisit neurologik fokal, edema otak, syok septik, septik artritis, dll 0nalisis &SS Karena tidak ada manifestasi klinis yang patognomonik untuk meningitis bakterialis, maka diagnosis terutama ditegakkan atas dasar analisis &SS ?arna biasanya keruh, pada bentuk yang atipik dapat ground glass appearance Gumlah sel leukosit dan hitung jenis +arga normal jumlah sel leukosit pada anak < = bl/ 6/mm = dan tidak mengandung P2-" %erjadi pleositosis, biasanya < 9"555/mm=, dan pada hitung jenis predominasi P2-" Pada bentuk atipik pleiositosis biasanya @ 9"555/mm= Pada pungsi lumbal traumatik, jumlah leukosit dan eritrosit dihitung kemudian eritosit dilisiskan dengan asam asetat, selanjutnya jumlah sel leukosit dihitung kembali" Bila rasio leukosit terhadap eritrosit lebih tinggi dari rasionya dalam darah diasumsikan terjadi pleiositosis Absolut neutrophyl count (0-:) Bila jumlah leukosit &SS J BP2- &SS J 95- /mm= , hasilnya < 9 sangat mendukung kemungkinan meningitis bakterialis

Kadar glukosa &SS, kadar normal ' 66B kadar gula darah %erjadi hipoglikora4ia (kadar gula &SS rendah) pada kebanyakan kasus, dengan rasio kadar gula &SS dengan gula darah @ 5,!5 memberi nilai sensitivitas 85B dan spesifisitas F8B untuk menapis kasus meningitis bakterialis Kadar protein Pada umumnya kadar protein K < 55 mg/mm= Preparat langsung (pe*arnaan .ram) Bila dilakukan dengan baik, hasil pemeriksaan konsisten dengan hasil biakan &SS anak ke;il dengan meningitis bakterialis Pe*arnaan dengan tinta India dipertimbangkan bila Kriptokokus diduga sebagai penyebab meningitis bakterialis pada anak defisiensi sistem imun Biakan &SS harus dibiak dalam media agar, agar darah, agar ;oklat, media 1ildes, atau media &eventhal )apid diagnostic test ,ntuk menilai infeksi bakteri se;ara ;epat, misalnya counter current immunoelectrophoresis (:I$), uji aglutinasi lateks, $&IS0, dsb Pemeriksaan ini banyak dilakukan di negara yang telah maju Karena pemeriksaan biakan memerlukan *aktu, maka diagnosis sangat tergantung analisis hasil pemeriksaan nomor 9-6 di atas, dengan perkataan lain pemeriksaan tersebut harus dilakukan segera dan seksama

PEMERIKSAAN PENUNJANG Darah rutin Biakan darah Biakan nasofaring 1oto taraks, tulang tengkorak, sinus, tulang belakang :% scan dilakukan atas indikasi Pungsi lumbal ulang tidak diindikasikan se;ara rutin untuk menilai keberhasilan terapi, tetapi dilakukan pada/ -eonatus #espons terhadap pengobatan dalam ! jam pertama buruk Penyebab infeksi tidak diketahui 2asih ada ke;urigaan bakteri spesifik sebagai penyebab meningitis DIAGNOSIS BANDING 2eningitis tuberkulosa 2eningitis aseptik 0bses otak 0bses epidural $mpiema subdural dengan atau tanpa tromboflebitis $ndokarditis bakterialis dengan embolisme %umor otak #uptura kista dermoid TERAPI 0ntibiotik Inisial/ +arus segera setelah diagnosis ditegakkan, dan men;akup bakteri yang paling sering sebagai penyebab meningitis sesuai dengan usia dan faktor risiko Tabel 5.+ Usia @ 9 bl Re"#!e%,asi Te$a-i A% ibi# i" I%isial -a,a Me%i%&i is Ba" e$ialis Pe%.ebab e$se$i%& *.coli+ grup B Streptococcus+ #. monocytogenes *.coli+ group B Streptococcus+ #. monocytogenes+ H. influen ae tipe b+ S. pneumoniae H. influen ae+ ,. meningitidis+ S. pneumoniae S. pneumoniae+ ,. meningitidis S. pneumoniae+ ,. meningitidis+ #. monocytogenes+ batang .ram negatif enterik Te$a-i I%isial 0mpisilin ' sefotaksim/ sefta4idim atau 0mpisilin'aminoglikosida 0mpisilin ' sefotaksim/seftriakson Sefotaksim/seftriakson atau ampisilin ' kloramfenikol Penisilin . atau ampisilin atau sefotaksim/seftriakson 0mpisilin, sefotaksim/seftriakson

97= bl

= bl798 th

98 th7>5 th < >5 th

0ntibiotik setelah hasil biakan &SS didapat/ 0ntibiotik dapat dipertahankan atau dirubah sesuai dengan respons klinis terhadap terapi inisial dan atau hasil uji kepekaan %abel >"= memperlihatkan dosis antibiotik untuk meningitis bakterialis dan tabel >"! memperlihatkan rekomendasi pemilihan antibiotik setelah hasil biakan diperoleh &ama pengobatan antibiotik dapat dilihat pada tabel >">

Tabel 5./ D#sis A% ibi# i" '% '" Me%i%&i is Ba" e$ialis A% ibi# i" Penisilin . 0mpisilin Kloramfenikol Sefotaksim Seftriakson Sefta4idim Cankomisin .entamisin, tobramisin 0mikasin -afsilin, oksasilin D#sis )"&bb01a$i* >5"555 unit 557=55 mg A>7955 mg 55 mg 955 mg 9 >79>5 mg >5765 mg 6 mg 57=5 mg 55 mg I% e$2al )3a!* ! 6 6 678 9 7 ! 8 6 8 8 6

Tabel 5.4

Te$a-i A% ibi# i" '% '" Me%i%&i is Ba" e$ialis ,e%&a% Pe%.ebab Di"e a1'i A% ibi# i" e$-ili1 0mpisilin Sefalosporin generasi ke-= Penisilin . atau 0mpisilin Cankomisin Seftriakson atau Sefotaksim (bila 2I: @ 5, > g/m&) Penisilin . atau 0mpisilin Cankomisin Penisilin Sefalosporin generasi ke-= Sefalosporin generasi ke-= atau Kloramfenikol Sefalosporin generasi ke-= atau Kloramfenikol Cankomisin %2P-S2L ' Kuinolon atau #ifampin Kuinolon Kuinolon %2P-S2L ' 0minoglikosida atau Kuinolon Al e$%a i5 Sefalosporin generasi ke-= atau Kloramfenikol Kloramfenikol Sefalosporin generasi ke-= atau Kloramfenikol Cankomisin

Mi"$##$&a%is!e H.influen ae (B laktamase negatif) H.influen ae (B laktamase positif) S.pneumoniae (peka terhadap ampisilin) S. pneumoniae Sangat resisten terhadap penisilin (2I: < 9 g/m&) #esisten relatif terhadap Penisilin (2I: 5,9-9,5 g/m&) ,. meningitidis Peka terhadap penisilin B laktamase positif #esisten relatif terhadap penisilin (2I: 5,9-5,A ug/m&) Streptococcus group B S. aureus 2etisilin sensitive 2etisilin resisten Staphylococcus coagulase negatif P.aeruginosa *nterobacteriaceae

Sefalosporin generasi ke-= atau Kloramfenikol

Penisilin/ampisilin ' .entamisin -afsilin atau 3ksasilin, Cankomisin Cankomisin Cankomisin ' #ifampin Sefta4idim ' 0minoglikosida Sefalosporin generasi ke-=

Tabel 5.5 La!a Pe!be$ia% A% ibi# i" Je%is ba" e$i H.influen ae ,.meningitidis S.pneumoniae Basil .ram-negatif S.aureus #.monocytogenes P$#be$6 1778 A795 hari >7A hari 9579! hari = minggu atau minggu setelah &SS steril G#$!le.6 1778 95 hari A hari 95 hari 9579! hari setelah &SS steril 9!7 5 hari =7! minggu M#55e 6 1797 95 hari A hari 95 hari

Suportif 2onitoring tanda vital setiap 9>7=5 menit sejak saat pera*atan sampai keadaan umum stabil, setelah itu setiap jam untuk 97 hari" Suhu tubuh diukur setiap ! jam $valuasi pemeriksaan neurologik harus dilakukan setiap hari Pada hari pertama penderita dipuasakan, jumlah ;airan infus dibatasi 855-9"555 m&/m luas permukaan tubuh, dalam keadaan dehidrasi harus diatasi terlebih dahulu dengan hati-hati (lebih sering menilai status hidrasi dan elektrolit penderita) 2asukan dan keluaran ;airan harus di;atat

Berat badan ditimbang setiap hari untuk menilai adanya SI0D+ Berat jenis urin, kadar -a dan K urin, kadar -a dan K serum, kadar karbon dioksida serum diukur tiap 9 - ! jam selama !8 jam pertama &ingkar kepala diukur setiap hari dan transiluminasi kepala pada anak @ 98 bl dilakukan setiap hari untuk melihat kemungkinan adanya efusi subdural atau penyebab dari hidrosefalus 0ntikonvulsan bila kejang/ 1enobarbital A mg/kgbb sebagai dosis inisial dilanjutkan dengan fenitoin > mg/kgbb/hari dalam dosis i"v" Calium dapat diberikan 5, >-5,> mg/kgbb/kali atau 9 mg/th maks" 95 mg" &ora4epam dapat diberikan dengan dosis 5,5> mg/kgbb i"v" Bila penderita mendapat terapi kloramfenikol, pemberian fenobarbital dan fenitoin dapat meninggikan metabolisme kloramfenikol D konsentrasi obat tersebut didalam serum M Dukungan gi4i melalui nasogastrik biasanya dapat diberikan setelah hari ke- bila tidak ada muntah Deksametason diberikan pada anak berusia < bl dengan dosis 5,9> mg/kgbb/kali 9> menit atau bersamaan dengan pemberian antibiotik selama ! hari Pemberian kortikosteroid harus ditunda bila didapat tanda perdarahan atau bila kemungkinan meningitis tuberkulosa belum dapat disingkirkan

PENYULIT Iang paling berat adalah syok septik dan edema otak yang biasanya terjadi pada hari pertama pera*atan Penyulit dini lain dapat berupa DI:, miokarditis, hiponatremia, kejang, hemiparesis, defisit neurologik fokal lain, dan anemia Penyulit lambat dapat berupa efusi/empiema subdural, hidrosefalus, kerusakan otak dengan retardasi mental, gangguan pendengaran, perdarahan dan trombosis, imun/artritis reaktif, kebutaan kortikal (menetap atau sementara), kuadriplegia, endoftalmitis, dan endokarditis PROGNOSIS %ergantung dari usia, lama sakit sebelum mendapat pengobatan antibiotik, bakteri penyebab, jumlah bakteri, adanya penyakit lain yang memperlemah daya tahan tubuh, dan adanya defisit neurologik fokal pada pemeriksaan pertama .ejala sisa yang mungkin ditemukan adalah .angguan pendengaran Kebutaan .angguan bi;ara dan belajar .angguan tingkah laku #etardasi mental Kejang yang berkelanjutan +emi/kuadriparesis +ipertoni otot 0taksia +idrosefalus KONSULTASI Bagian Bedah Saraf dan Bagian %+% PENCEGAHAN 0ntibiotik profilaksis/ H. influen ae type B #ifampisin 5 mg/kgbb (maks" 655 mg) dosis tunggal selama ! hari diberikan pada semua anak dan de*asa yang tinggal serumah dengan penderita terutama bila ada anak selain penderita usia @ ! th Karena evaluasi laboratorium yang belum memadai di negara kita maka bila ada anak selain penderita yang menderita demam harus segera mendapat antibiotik yang bisa men;akup H. influen ae type B, *alaupun anak tersebut telah mendapat profilaksis rifampisin ,. meningitidis Semua anggauta keluarga yang tinggal serumah dengan penderita, sebaiknya dalam *aktu ! jam setelah diagnosis ditegakkan harus mendapat profilaksis antibiotik 0ntibiotik yang biasa dipakai adalah sulfadia4in >5579"555 mg J sehari selama =-> hari atau sulfisuksa4ol setiap 9 jam dengan dosis >55 mg/hari untuk anak @ 9 th, 9"555 mg untuk 979 th, dan "555 mg untuk < 9 th dan de*asa #ifampisin dapat diberikan selama ! hari dengan dosis J 655 mg untuk de*asa, 95 mg/kgbb/kali untuk anak 979 th, dan > mg/kgbb/kali untuk = bl79 th Seftriakson diberikan dengan dosis 9 > mg i"m dosis tunggal untuk anak @ 9 th dan >5 mg untuk < 9 th Siprofloksa4in dapat diberikan pada orang de*asa dengan dosis >55 mg tiap 9 jam Imunisasi ,ntuk H. influen ae type B ActH-B atau Pedvax H-B+ dapat mengurangi insidens meningitis bakterialis karena kuman tersebut ,ntuk ,. meningitidis diperlukan bila akan bepergian kedaerah endemis

MORBILI )CAMPAK6 RUBEOLA6 MEASLES) BATASAN Penyakit menular akut yang se;ara khas terdiri dari = stadium, yaitu stadium prodromal, erupsi, dan konvalesens ETIOLOGI .orbilli virus, salah satu virus #-0 dari famili Paramyxoviridae PATOFISIOLOGI Infeksi dimulai di mukosa hidung/faring virus bermultiplikasi #$S (virus menyerang limfosit) viremia sel epitel gejala klinis Sebagian virus terus bermultiplikasi di #$S terbentuk sel raksasa multinuklear KRITERIA DIAGNOSIS #i*ayat kontak dengan penderita morbili Stadium prodromal/ $nantema (koplik/s spots( dan tanda = : 0con1ungtivitis+ cory a dan cough( disertai demam ringan sampai sedang Stadium erupsi/ #uam makulopapular, biasanya dimulai dari leher/belakang telinga kemudian ke daerah muka, badan, anggota badan disertai panas tinggi Stadium akhir/ #uam menjadi hiperpigmentasi dan kadang-kadang deskuamasi, gejala menghilang &aboratorium/ Gumlah leukosit biasanya rendah dan limfositosis relatif Kultur dan serologik/ 0tas indikasi DIAGNOSIS BANDING #ubela (;ampak German) $ksantema subitum (roseola infantum) Skarlatina #uam karena alergi (alergi obat/sindrom Stevens-Gohnson, serum sickness) Penyakit Ka*asaki #uam karena infeksi virus lain (enterovirus) PEMERIKSAAN PENUNJANG Gumlah leukosit dan hitung jenis sel Kultur dan serologik/ 0tas indikasi/bila memungkinkan

PENYULIT 3titis media akut Bronkopneumonia &aringotrakeobronkitis $nsefalitis Subacute sclerosing panencephalitis (SSP$) Diare persisten (bersifat protein losing enteropathy) #eaktivasi atau memberatnya penyakit %B 2iokarditis %rombositopenia Hemorrhagic 0black( measles 2emperburuk status gi4i TERAPI Sampai saat ini belum ada terapi (antivirus) yang dianjurkan Simtomatik/ 0ntipiretika, antikonvulsi bila diperlukan Suportif Istirahat ;ukup 2empertahankan status nutrisi dan hidrasi Pera*atan kulit dan mata Pera*atan lain sesuai penyulit yang terjadi 0ntibiotik bila ada infeksi sekunder bakteri Citamin 0 dosis tinggi (rekomendasi ?+3 dan ,-I:$1) ,sia 6 bl79 th / 955"555 ,nit dosis tunggal p"o" ,sia < 9 th / 55"555 ,nit dosis tunggal p"o" Dosis tersebut diulangi pada hari ke- dan ! minggu kemudian bila telah didapat tanda defisiensi vitamin 0 PENCEGAHAN Imunisasi aktif

Biasanya diberikan pada umur 9> bl, tetapi dapat diberikan lebih a*al (di Indonesia umur F bl) Imunisasi pasif Dengan serum de*asa, serum konvalesens, globulin plasenta, atau gama globulin efektif untuk pen;egahan dan meringankan morbili -mmune serum globulin (gama globulin), dosis 5, > m&/kgbb i"m" dalam *aktu > hari sesudah terpapar, tetapi lebih disukai sesegera mungkin PROGNOSIS Biasanya sembuh dalam A795 hari setelah timbul ruam" Bila ada penyulit infeksi sekunder/malnutrisi berat penyakit berat Kematian disebabkan karena penyulit (pneumonia dan ensefalitis)

MUMPS )PAROTITIS EPIDEMIKA* BATASAN Penyakit virus yang bersifat akut dan umum, terjadi pembesaran kelenjar liur (saliva) terutama kelenjar parotis yang disertai rasa sakit ETIOLOGI Cirus termasuk grup Paramyxovirus, yang juga termasuk virus para influen ae dan measles (morbili) PATOFISIOLOGI Infeksi virus menyebar melalui saluran pernafasan (umumnya masuk melalui hidung atau mulut) (kontak langsung atau droplet) bermultiplikasi dalam sel traktus respiratorius peredaran darah berbagai jaringan terutama kelenjar (diantaranya kelenjar liur) KRITERIA DIAGNOSIS 0namnesis Kontak dengan penderita Belum pernah mendapat imunisasi mumps Panas, nyeri otot (terutama otot leher) nyeri kepala, malaise, dan anoreksia Pemeriksaan fisis Pembesaran pada satu atau kedua kelenjar parotis atau kelenjar liur lain yang disertai rasa sakit &aboratorium &eukopenia dengan limfositosis relatif, amilase serum Serologik/ ,ji fiksasi komplemen, inhibisi hemaglutinasi Isolasi virus dari saliva, urin, ;airan otak, dan darah

DIAGNOSIS BANDING Parotitis karena infeksi virus lain Parotitis supurativa karena bakteri Parotitis rekurens (idiopatik karena alergi) Kalkulus saliva &imfadenitis servikal anterior atau preaurikuler &imfosarkoma atau tumor parotis lain PEMERIKSAAN PENUNJANG Gumlah leukosit dan hitung jenis sel darah Kadar amilase serum Serologik/ ,ji fiksasi komplemen, inhibisi hemaglutinasi Isolasi virus dari saliva, urin, ;airan otak, dan darah PENYULIT 2eningoensefalitis 3rkitis atau orkido-epididimitis 3ovoritis Pankreatitis -efritis 2iokarditis %iroiditis 0rtritis 2astitis %uli Purpura trombositopenia TERAPI

Simtomatik/ 0nalgetika-antipiretika Suportif %irah rebah Diet disesuaikan dengan kesanggupan untuk mengunyah Penatalaksanaan penyulit yang terjadi PENCEGAHAN Imunisasi aktif, biasanya disatukan dengan vaksin measles dan rubela (22# atau %rimovaJ( PROGNOSIS ,mumnya baik 2eningoensefalitis biasanya ringan dan jarang diikuti sekuele 3rkitis sangat jarang didapatkan gangguan kesuburan

RUBELA BATASAN Penyakit infeksi virus dengan gejala umum ringan disertai timbulnya erupsi, pembesaran kelenjar limfe yang disertai rasa nyeri di daerah oksipital, retroaurikular, dan servikal posterior KLASIFIKASI #ubela Sindrom rubela kongenital ETIOLOGI )ubella virus masuk famili "ogaviridae, genus #ubivirus PATOFISIOLOGI Cirus epitel nasofaring berbiak viremia primer #$S berbiak viremia sekunder kulit, organ

KRITERIA DIAGNOSIS 0namnesis Kontak dengan penderita Demam Pemeriksaan fisis Pembesaran kelenjar yang nyeri di daerah retroaurikular, servikal posterior, dan oksipital $rupsi makula papula dalam ! jam menyerang seluruh tubuh dan pada hari ke-= menghilang &aboratorium (bila memungkinkan) Isolasi virus %es serologik DIAGNOSIS BANDING Skarlatina #oseola infantum 2rug rashes 2ononukleosus infeksiosa PEMERIKSAAN PENUNJANG Isolasi virus %es serologik Hemaglutination inhibition (+I) #atex agglutination *n yme immunoassay 3luorescent immunoassay PENYULIT -euritis 0rtritis $nsefalitis (jarang) Sindrom rubela kongenital KONSULTASI Bagian Saraf TERAPI Simtomatik PROGNOSIS

Baik (jarang penyulit) #ubela kongenital tergantung dari beratnya infeksi PENCEGAHAN Pasif/ -mmune serum globulin (IS.) 5, >-5,>5 m&/kgbb i"m, dalam A-8 hari setelah kontak 0ktif/ Caksinasi, subkutan .easles mumps rubella vaccin (22#)+ mulai pada usia 9> bl

:ARIOLA )SMALL POX) BATASAN Penyakit infeksi virus akut dan menular ditandai khas timbulnya erupsi berupa papula, vesikula, pustula dengan gejala umum yang berat KLASIFIKASI Cariola major Cariola minor (alastrim) Cariola modifikasi (varioloid) 0bortif ETIOLOGI 4ariola ma1or virus 4ariola minor virus PATOFISIOLOGI Cirus epitel saluran nafas atas berbiak viremia primer #$S berbiak viremia sekunder kulit, selaput lendir, organ KRITERIA DIAGNOSIS 0namnesis Kontak dengan penderita Panas mendadak -yeri kepala, nyeri otot 2alaise 2ual, muntah, nyeri perut Pemeriksaan fisis %imbul erupsi makula dan papula vesikula pustula (umbilicated) krusta (pada satu saat hanya ada satu stadium) &aboratorium (bila memungkinkan) Isolasi virus Serologik DIAGNOSIS BANDING Carisela Caksinia generalisata $ksema vaksinatum Impetigo Skabies $ritema multiforme PEMERIKSAAN PENUNJANG Isolasi virus %es serologik %es antibodi fluoresens Precipitation in gel (PI.) #eaksi fiksasi komplemen PENYULIT Perdarahan Infeksi bakteri sekunder Impetigo Pneumonia $mpiema 3titis media

KONSULTASI Bagian Kulit TERAPI Isolasi Simtomatik Kulit harus bersih 2akanan/;airan ;ukup Kausatif 0nti virus belum ada 0ntibiotik/ Pada kasus berat Convalescent smallpox serum dan vaccinia immune globulin/ $fektif untuk men;egah penyakit sesudah kontak tetapi tidak berpengaruh terhadap perjalanan penyakit Kasus berat dan perdarahan/ :airan i"v", darah, plasma PENCEGAHAN Imunisasi aktif/ Caksin variola .oresan/ goresan sejajar sepanjang 5,> ;m dengan jarak 5,= ;m (menggunakan vaccinostyle( %usukan/ 95 tusukan pada satu titik di daerah deltoid kiri atas dengan jarum bifurkasio Imunisasi pasif5 4accinia immune globulin PROGNOSIS 0ngka kematian pada variola minor 9B dan variola major 95B 0ngka kematian tinggi terutama pada anak balita, ibu hamil, dan usia < !> th SURAT PERSETUJUAN Diperlukan CACAR AIR0:ARISELA (CHICKEN POX* BATASAN Penyakit infeksi virus dengan gambaran khas berupa erupsi vesikel di seluruh tubuh yang timbul berurutan dengan gejala umum yang ringan ETIOLOGI 4aricella oster virus (CLC) PATOFISIOLOGI Cirus masuk saluran nafas bagian atas kelenjar getah bening viremia primer organ viremia sekunder kulit KRITERIA DIAGNOSIS 0namnesis 0danya kontak dengan varisela Prodromal/ Panas ringan 2alaise 0noreksia Pemeriksaan fisis #uam ! jam sesudah prodromal Papula merah vesikula (nonumbilicated( dalam ! jam isinya mengeruh, mudah pe;ah krusta &imfadenopati generalisata Carisela bulosa/ Pada anak @ th &aboratorium &eukositosis ringan Sel raksasa pada kerokan dasar vesikula yang baru Isolasi virus (bila memungkinkan) DIAGNOSIS BANDING Cariola PEMERIKSAAN PENUNJANG &eukosit Kerokan dasar vesikula yang baru PENYULIT Infeksi bakteri sekunder (paling sering) %rombositopenia perdarahan ke dalam kulit/selaput lendir/purpura fulminans

Pneumonia &aringitis 2iokarditis, perikarditis, endokarditis +epatitis .lomerulonefritis 2iositis ekstremitas akut Keratitis, konjungtivitis 0rtritis $nsefalitis Bayi ke;il Kelainan kongenital/ Kulit keriput, keloid, atrofi otot, korioretinitis, kejang-kejang, gangguan mental KONSULTASI Bagian Kulit TERAPI Simtomatik/ &otion, antihistamin untuk gatal 0ntivirus / 0siklovir =5 mg/kgbb/hari dibagi =-> dosis, selama > hari PENCEGAHAN Isolasi Caksinasi aktif / 4arilrix Caksinasi pasif/ 4aricella oster immunoglobulin (CLI.), 9 > u/95 kgbb, efektif bila diberikan dalam A jam setelah kontak PROGNOSIS Baik

DEMAM BERDARAH DENGUE )DBD* DENGUE SHOCK SYNDROME )DSS* BATASAN Penyakit demam akut yang disebabkan oleh salah satu dari ! serotipe virus dengue yang ditandai dengan manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan renjatan dan kematian KLASIFIKASI 2enurut ?+3 (9FFA) dibagi atas/ Derajat I / Demam dan uji tourni&uet (') Derajat II / Demam dengan perdarahan spontan, pada umumnya di kulit dan/atau perdarahan di tempat lain Derajat III / Ditemukan kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan nadi ;epat dan lembut, tekanan nadi (@ 5 mm+g), atau hipotensi dengan kulit dingin, lembab dan gelisah Derajat IC / #enjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tensi yang tidak dapat diukur ETIOLOGI Cirus Dengue tipe 9, , =, dan ! (gol" Arthropod borne virus group B) yang ditularkan melalui gigitan banyak spesies nyamuk 0edes (antara lain Aedes aegypti dan Aedes albopictus) PATOFISIOLOGI Permeabilitas pembuluh darah volume plasma syok %rombositopenia dan diatesis hemoragik perdarahan KRITERIA DIAGNOSIS Kontak dengan penderita DBD atau DSS Kriteria ?+3 .ejala klinis Demam tinggi mendadak -A hari 2anifestasi perdarahan ,ji tourni&uet (') Perdarahan spontan/ Petekia, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hemate- mesis dan melena +epatomegali %anpa atau dengan gejala renjatan -adi lemah, ;epat dan ke;il sampai tidak teraba %ekanan nadi @ 5 mm+g

%ekanan darah Kulit teraba dingin dan lembab, terutama daerah akral (ujung hidung, jari, kaki) Sianosis sekitar mulut &aboratorium %rombositopenia (@ 955"555 /mm=) +emokonsentrasi (+t < 5B) Diagnosis klinis ditegakkan bila didapatkan < gejala klinis dengan trombositopenia dan hemokonsentrasi Diagnosis pasti Hemaglutination inhibition test (+I) Tabel 5.8 I% e$-$e asi HI Res-#%s I% e$2al a% ib#,. S1;S+ < A hari < !J < !J < !J %idak berubah %idak berubah %idak berubah %idak diketahui Setiap spesimen @ A hari setiap spesimen < A hari @ A hari satu spesimen Ti e$ K#%2alese%s @ 9 / 9" 85 < 9 / ">65 @ 9 / 9" 85 < 9 / ">65 @ 9 / 9" 85 @ 9 / 9" 85 @ 9 / 9" 85 I% e$-$e asi Infeksi flavivirus akut primer Infeksi flavivirus akut sekunder Infeksi flavivirus akut primer atau sekunder Baru terkena Infeksi flavi virus sekunder Bukan dengue %idak bisa diinterpretasi %idak bisa diinterpretasi

%es netralisasi 2ot$blot immunoassay %es fiksasi komplemen DIAGNOSIS BANDING Demam tifoid Infeksi virus lain PEMERIKSAAN PENUNJANG +I Ig. Ig2 Isolasi virus PENYULIT KID Perdarahan organ TERAPI %anpa renjatan Penga*asan %anda vital setiap 9- jam +t setiap =-! jam 2onitor intake+ output+ dan kondisi pasien Bila dapat minum dianjurkan banyak minum (air teh, teh gula, sirop, susu, oralit, 1uice orange, dll)" Bila penderita muntah, nyeri ulu hati, +t ;enderung K, kejang atau trombosit M infus glukosa >B dilarutkan dalam 9/ atau 9/9 larutan -a;l fisiologis Dengan kebutuhan Inisial/ 95 m&/kgbb untuk setiap kehilangan ;airan 9B dari BB normal #umatan (+olliday segar) BB (kg) BB (kg) 5795 99- 5 < 5 Colume rumatan (m&) untuk ! jam 955 m&/kgbb 9"555 m& ' >5 m&/kgbb 9">55 m& ' 5 m&/kgbb

Simtomatik 0ntipiretik/ Parasetamol tiap 6 jam bila hiperpireksia (< =F5:) atau mempunyai ke;enderungan kejang demam @ 9 th / 65 mg/dosis =-6 th / 9 5 mg/dosis

6-9 th/ !5 mg/dosis #enjatan Diberikan #&, #inger asetat, atau glukosa >B dilarutkan dalam -a:l fisiologis 9/9 atau 9/ se;ara ;epat (@ 5 menit) i"v" bolus 95- 5 m&/kgbb (bisa diulang bila perlu) Bila masih terdapat syok, 3 bisa diberikan dan periksa +t" Gika +t berikan plasma/plasma pengganti atau albumin >B sebanyak 95- 5 m&/kgbb se;ara bolus, bisa diulangi bila perlu dengan ;airan koloid 5-=5 m&/kgbb Bila masih terdapat juga syok, diberikan fresh whole blood 95 m&/kgbb (jika +t tetap diatas =>B) Bila terdapat renjatan lagi pemberian ;airan sesuai dengan terapi ;airan tanpa renjatan Koreksi gangguan elektrolit dan keseimbangan asam basa Sedativa/ Kloral hidrat 9 ,>->5 mg/kgbb p"o"/rektal PEMANTAUAN 3bservasi tanda vital dan keadaan klinis Periksa se;ara serial +b, +t, dan trombosit" Pada kasus ringan setiap ! jam" Bila ditemukan sakit ulu hati, mual, +t , trombosit , lakukan pemeriksaan setiap jam atau lebih sering Pada renjatan dilakukan pemeriksaan %anda vital setiap 9>-=5 menit -ntake dan output $lektrolit serum, analisis gas P%, P%%, %%, 1DP untuk menilai timbulnya penyakit dan derajat KID yang akan mempengaruhi prognosis %es fungsi hati/ 0spartat aminotransferase, alanin aminotransferase, dan protein serum Ca a a% +emokonsentrasi biasanya terjadi mendahului gangguan sirkulasi Bila +t tidak bisa ditentukan, maka +b bisa memperkirakan besarnya +t, *alaupun tidak sensitif Perubahan +t bermakna bila terjadi peningkatan P:C < 5B dibandingkan rata-rata berdasarkan jenis kelamin, usia, dan populasi setempat Bila terdapat peningkatan P:C < 5B maka penggantian ;airan pada DBD dapat dilihat pada gambar

DBD derajat I atau derajat II tanpa peningkatan +t

.ejala

klinis Demam -A hari tourni&uet positif atau Perdarahan spontan

/ ,ji

&ab Pe%,e$i a !asi1 ,a-a !i%'! Beri minum banyak 9- liter/hari atau 9 sdm tiap > menit Genis minuman/ 0ir putih, teh manis, sirup, jus buah, susu, oralit Bila suhu < =8,>5: beri parasetamol Bila kejang beri obat antikonvulsif

/ +t tidak meningkat Pe%,e$i a i,a" ,a-a !i%'! %rombositopenia (ringan Pasien muntah terus menerus

Pasang infus -a:l 5,FB/ Dekstrosa >B (9/=), tetesan rumatan sesuai berat badan Periksa +b, +t, trombosit tiap 6-9 jam

M#%i #$ &e3ala "li%is ,a% lab#$a #$i'! Perhatikan tanda syok Palpasi hati setiap hari ,kur diuresis setiap hari 0*asi perdarahan Periksa +b, +t, trombosit tiap 6-9 jam

+t naik dan atau trombosit turun

Infus ganti ringer laktat (tetesan disesuaikan) Pe$bai"a% "li%is ,a% lab#$a #$i'!

P'la%&

Ga!ba$ 5.1 Ta ala"sa%a DBD De$a3a I ,a% De$a3a II Ta%-a Pe%i%&"a a% He!a #"$i Dikutip dari +adinegoro dkk, 9FFF

DBD derajat I dengan peningkatan +t < 5B :airan a*al #&/-a:l 5,FB atau #&D>/-a:l 5,FB ' D>, 6-A m&/kgbb/jam 2onitor tanda vital/nilai +t dan trombosit tiap 6 jam Perbaikan %idak ada perbaikan %idak gelisah -adi kuat %ekanan darah stabil Diuresis ;ukup (9 m&/kgbb/jam) +t turun ( kali pemeriksaan) %anda vital memburuk +t meningkat %etesan dikurangi Perbaikan > m&/kgbb/jam Perbaikan Sesuaikan tetesan %etesan dinaikkan 95-9> m&/kgbb/jam %etesan dinaikkan bertahap $valuasi 9 - ! jam %anda vital tidak stabil .elisah Distres pernafasan 1rekuensi nadi naik +t tetap tinggi/naik %ek" nadi @ 5 mm+g Diuresis kurang/tidak ada

= m&/kgbb

Distres pernafasan +t naik

+t turun

IC1D stop pada !-!8 jam Bila tanda vital/+t stabil Diuresis ;ukup

Koloid 5-=5 m&/kgbb

%ransfusi darah segar 95 m&/kgbb

Perbaikan

Ga!ba$ 5.+ Ta ala"sa%a DBD De$a3a II ,e%&a% He!#"#%se% $asi < +(= Dikutip dari +adinegoro dkk, 9FFF

DBD ,e$a3a III ? I:

O"si&e%asi (berikan 3 -! &/menit) Pe%&&a% ia% 2#l'!e -las!a se&e$a (;airan kristaloid isotonis) #inger laktat/-a:l 5,FB 5 m&/kgbb se;epatnya (bolus dalam =5 menit)

E2al'asi /( !e%i 6 a-a"a1 s.#" e$a asi @ Pantau tanda vital tiap 95 menit :atat keseimbangan ;airan selama pemberian ;airan i"v"

S.#" e$a asi Kesadaran membaik -adi teraba kuat %ekanan nadi < 5 mm+g %idak sesak nafas/sianosis $kstremitas hangat Diuresis ;ukup 9 m&/kg/jam

S.#" i,a" e$a asi Kesadaran menurun -adi lembut/tidak teraba %ekanan nadi @ 5 mm+g Distres pernafasan/sianosis Kulit dingin dan lembab $kstremitas dingin Periksa kadar gula darah La%3' "a% Aai$a% 5 m&/kgbb/jam Ta!ba1"a% "#l#i,0-las!a Dekstran/1PP 95- 5 (maks" =5) ml/kgbb/jam K#$e"si asi,#sis $valuasi 9 jam

Cai$a% ,a% e esa% ,ises'ai"a% 95 ml/kgbb/jam E2al'asi "e a %anda vital %anda perdarahan Diuresis +b, +t, trombosit

S abil ,ala! +4 3a! %etesan > m&/kgbb/jam S.#" e$a asi %etesan = m&/kgbb/jam

S.#" bel'! e$a asi

+t turun Infus stop tidak melebihi !8 jam setelah syok terasi

+t tetap tinggi/naik

%ransfusi darah segar Koloid 5 m&/kgbb 95 m&/kgbb diulang sesuai kebutuhan

Ga!ba$ 5./ Ta ala"sa%a DBD De$a3a III ,a% I: Dikutip dari +adinegoro dkk, 9FFF
INDIKASI PERA>ATAN %akikardia Capillary refill (< detik) Dingin dan pu;at %ekanan nadi perifer Perubahan status neurologik 3liguria +t mendadak %ekanan nadi (@ 5 mm+g) +ipotensi KRITERIA PASIEN PULANG Bebas panas sedikitnya ! jam tanpa pemakaian obat antipiretik -afsu makan membaik

%ampak perubahan klinis 6utput urin baik +t stabil 2ele*ati hari setelah syok %idak ada distres pernafasan karena efusi pleura atau asites %rombosit < >5"555/mm= PROGNOSIS Buruk pada DSS dengan renjatan berulang/berkepanjangan dan KID

Anda mungkin juga menyukai