Journal/Publication: Jurnal Keperawatan Klinis Issue: Vol 1, No 1 (2012): Jurnal Keperawatan Klinis Publisher Group: Universitas Sumatera Utara Original Source: http://jurnal.usu.ac.id/
This article may be used for research, teaching, and private study purposes. Any substantial or systematic reproduction, redistribution, reselling, loan, sub-licensing, systematic supply, or distribution in any form to anyone is expressly forbidden. The publisher does not give any warranty express or implied or make any representation that the contents will be complete or accurate or up to date. The accuracy of any instructions, formulae, and drug doses should be independently verified with primary sources. The publisher shall not be liable for any loss, actions, claims, proceedings, demand, or costs or damages whatsoever or howsoever caused arising directly or indirectly in connection with or arising out of the use of this material.
Abstrak
Inkontinensia urin merupakan keluhan yang sering dialami lansia. Tingginya angka kejadian inkontinensia urin menyebabkan perlunya penanganan dengan latihan kegel yang bertujuan untuk membangun kembali kekuatan otot dasar panggul. Tujuan penelitian ini untuk melihat efektivitas latihan kegel terhadap penurunan gejala inkontinensia urin pada lansia. Desain penelitian adalah quasy-experiment. Penetapan sampel menggunakan teknik purposiv sampling diperoleh 13 orang intervensi dan 13 orang kontrol. Hasil analisa data menunjukkan bahwa gejala inkontinensia urin sebelum latihan kegel pada kelompok intervensi sebanyak 53,8% ringan dan 46,2% sedang. Sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 61,5% ringan dan 38,5% sedang. Setelah dilakukan intervensi, gejala inkontinensia urin pada kelompok intervensi sebanyak 100% ringan sedangkan pada kelompok kontrol 61,5% ringan dan 38,5% sedang. Hasil uji paired t-test pada kelompok intervensi menunjukkan bahwa gejala inkontinensia urin berbeda antara pre-post latihan kegel ( t= 17,725, p= 0,000). Selanjutnya dengan uji independent t-test, penelitian ini juga menunjukkan bahwa penurunan gejala inkontinensia urin pada kelompok intervensi berbeda dengan kelompok kontrol (t= -3,215, p=0,004). Penelitian ini menunjukkan bahwa latihan kegel efektif terhadap penurunan gejala inkontinensia urin pada lansia. Dengan demikian perawat dapat mengajarkan latihan kegel sebagai intervensi nonfarmakologis untuk mengatasi inkontinensia urin.
Kata Kunci : Inkontinensia Urin, Lansia, Latihan Kegel PENDAHULUAN Inkontinensia urin merupakan salah satu keluhan yang sering dialami oleh lansia, yang biasanya disebabkan oleh penurunan kapasitas kandung kemih dan berkurangnya kemampuan tahanan otot lurik pada uretra karena perubahan fisiologis pada lansia (Darmojo & Soetojo, 2006). Inkontinensia urin menurut International Continence Society didefenisikan sebagai keluarnya urin secara involunter yang menimbulkan masalah sosial dan higiene serta secara objektif tampak nyata (Vitriana, 2002). Inkontinensia urin merupakan keluarnya urin yang tidak terkontrol yang mengakibatkan gangguan hygiene dan sosial dan dapat dibuktikan secara objektif. Survei yang dilakukan Divisi Geriatri Bagian Penyakit Dalam RSUP Dr. Ciptomangunkusumo tahun 2002 pada 208 Manula di Lingkungan Pusat Santunan Keluarga di Jakarta, mendapatkan angka kejadian inkontinensia urin tipe stress sebesar 32,3%, sedangkan survei yang dilakukan di Poliklinik Geriatri RSUP Dr. Ciptomangunkusumo tahun 2003 terhadap 179 lansia didapatkan angka kejadian Inkontinensia Urin tipe stress pada lakilaki sebesar 20,5% dan pada wanita sebesar 32,5%. Pada tahun 2008 survei inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi FK Unair-RSU Dr. Soetomo terhadap 793 penderita, didapatkan hasil angka kejadian inkontinensia urin pada pria 3,02% sedangkan pada wanita 6,79% (Soetojo, 2006). Tingginya angka kejadian inkotinensia urin menyebabkan perlunya penanganan yang sesuai, karena jika tidak segera ditangani inkontinensia dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti
37
infeksi saluran kemih, infeksi kulit daerah kemaluan, gangguan tidur, dekubitus, dan gejala ruam. Selain itu, masalah psikososial seperti dijauhi orang lain karena berbau pesing, minder, tidak percaya diri, mudah marah juga sering terjadi dan hal ini berakibat pada depresi dan isolasi sosial. Menurut Stanley 2007 dan Soetojo 2006 penanganan yang dapat dilakukan pada pasien yang mengalami inkontinensia urin meliputi Kegel exercise, manuver crede, bladder training, toiletting secara terjadwal, kateterisasi, pengobatan dan pembedahan. Terapi non operatif yang populer adalah Kegel exercise, Kegel exercise adalah latihan kontraksi otot dasar panggul secara aktif yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot dasar panggul (Pujiastuti, 2003). Latihan kegel sangat bermanfaat untuk menguatkan otot rangka pada dasar panggul, sehingga memperkuat fungsi sfingter eksternal pada kandung kemih (Widiastuti, 2011). Penelitian terkait yang pernah dilakukan oleh Flynn pada tahun 1994 keefektifan latihan otot pelvis dalam mengurangi inkontinensia urgensi dan inkontinensia stres yang diujikan kepada 37 orang lansia yang bertempat tinggal di komunitas dengan rentang usia 58 sampai 92 tahun didapatkan hasil jumlah episode inkontinensia telah berkurang 82%. Latihan-latihan tersebut efektif untuk kedua jenis inkontinensia tersebut baik tipe urgensi maupun tipe stres. Interval berkemih meningkat dari rata-rata 2,13 jam menjadi 3,44 jam (Stanley,2007). Sedangkan penelitian terhadap lansia di Panti Wreda Sindang Asih Semarang tahun 2009 Kegel Exercise yang dilakukan sebanyak 10 kali dalam 3 minggu menyebabkan terjadinya penurunan frekuensi inkontinensia urin sebesar 18,3 % dari 9,86 kali menjadi 6,19 kali (Hidayati, 2009). Tujua dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas latihan kegel terhadap penurunan gejala inkontinensia urin pada lansia. Adapun hipotesa alternatif dalam penelitian ini adalah ada pengaruh latihan kegel terhadap penurunan gejala
inkontinensia urin pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Balita Wilayah Binjai dan Medan. METODE Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen yang dilakukan dengan membagi responden menjadi dua kelompok yaitu (kelompok perlakuan) yang diajarkan latihan kegel dan kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi. Pada kedua kelompok sebelum dan sesudah intervensi diberikan kuesioner yang telah ditetapkan yang disebut pretest dan post test. Populasi pada penelitian in adalah sebanyak 162 lansia sedangkan sampel pada penelitian ini adalah lansia dengan kriteria inklusi lansia berusia minimal 60 tahun, tidak demensia, dapat mendengar dan melihat, mengalami inkontinensia urin fisiologis dan bersedia menjadi responden dan mengikuti prosedur penelitian sampai dengan tahap akhir. Berdasarkan survei yang dilakukan diperoleh jumlah sampel sebanyak 26 orang. Sampel ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 13 orang intervensi dan 13 orang kontrol. Untuk mengetahui penurunan inkontinensia urin pre dan post dilakukan intervensi latihan kegel, maka uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik paired t-test (t-test dependen). Sedangkan untuk perbedaan penurunan gejala inkontinensia urin pada kelompok intervensi dan kontrol diuji dengan menggunakan uji statistik independent ttest. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tabel 1. Klasifikasi Gejala Inkontinensia Urin Pre Latihan Kegel pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Mei 2012
Klasifikasi gejala inkontinensia urin pre intervensi Ringan Sedang Berat Kelompok intervensi f 7 6 0 % 53,8 46,2 0 Kelompok kontrol f 8 5 0 % 61,5 38,5 0
38
Hasil penelitian menunjukkan bahwa klasifikasi gejala inkontinensia urin pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebagian besar adalah ringan. Tabel 2. Klasifikasi Gejala Inkontinensia Urin Post Latihan Kegel pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Mei 2012
Klasifikasi gejala inkontinensia urin post intervensi Ringan Sedang Berat Kelompok intervensi f % 13 0 0 100 0 0 Kelompok kontrol f % 8 5 0 61,5 38,5 0
Tabel 4. Perbedaan Penurunan Gejala Inkontinensia Urin pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Mei 2012
Inter vensi Mean 24,62 Kont rol Mean 22,46 Mean Differe nce 2,154 t p
pre
2,038
0,054
post
19,08
22,08
-3,000
-3,215
0,004*
Hasil penelitian menunjukkan bahwa klasifikasi gejala inkontinensia urin pada kelompok intervensi post latihan kegel sebanyak 100% ringan sementara pada kelompok kontrol sebesar 38,5% responden masih berada pada kategori gejala inontinensia sedang. Tabel 3. Perbedaan Penurunan Gejala Inkontinensia Urin Pre dengan Post Latihan Kegel pada Kelompok Intervensi dan kelompok kontrol Mei 2012
Kelompok Intervensi Kontrol Mean difference 5,538 0,385 t 17,725 1,806 p 0,000* 0,096
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beda rata-rata gejala inkontinensia urin pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol pre intervensi latihan kegel adalah sebesar 2,154 sedangkan gejala inkontinensia urin post intervensi latihan kegel pada kelompok intervensi dan kontrol adalah sebesar -3,000 Pembahasan Klasifikasi gejala inkontinensia urin pre intervensi latihan kegel pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol Penelitian ini memperoleh data awal klasifikasi gejala inkontinensia urin pada kelompok intervensi sebanyak 53,8% mengalami inkontinensia ringan dan 46,2% mengalami inkontinensia sedang. Sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 61,5% responden mengalami inkontinensia ringan dan 38,5% responden mengalami inkontinensia sedang. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa jumlah responden dengan kondisi gejala inkontinensia ringan lebih banyak daripada gejala inkontinensia sedang. Hal ini dapat dihubungkan dengan usia lansia yang menjadi responden masih dalam rentang 60-74 sehingga masih dapat mengontrol kognitifnya dalam hal berkemih. Selain itu juga menurut Hidayat (2007) inkontinensia dapat terjadi dengan derajat ringan berupa keluarnya urin hanya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beda rata-rata antara pre dan post intervensi latihan kegel pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
39
beberapa tetes sampai dengan keadaan berat dan sangat mengganggu penderita. Inkontinensia urin dapat mengenai perempuan pada semua usia dengan derajat dan perjalanan yang bervariasi. Inkontinensia urin dapat memberikan dampak serius pada kesehatan fisik, psikologi, dan sosial pasien, serta dapat berdampak buruk bagi keluarga dan karier pasien. Klasifikasi gejala inkontinensia urin post intervensi latihan kegel pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol Hasil analisa data diperoleh bahwa klasifikasi gejala inkontinensia urin pada kelompok intervensi post intervensi latihan kegel diperoleh bahwa klasifikasi inkontinensia urin ringan (100%). Persentase ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan gejala inkontinensia urin pada kelompok intervensi post intervensi latihan kegel. Hal ini sesuai dengan pendapat seorang dokter kandungan bernama Kegel pada tahun 1940 yang sangat bermanfaat untuk menguatkan otot rangka pada dasar panggul, sehingga memperkuat fungsi sfingter eksternal pada kandung kemih. Latihan otot dasar panggul ini diperkenalkan oleh Kegel untuk pasca melahirkan. Latihan ini terus dikembangkan dan dilakukan pada lansia yang mengalami masalah inkotinensia stress yaitu pengeluaran urine tidak terkontrol akibat bersin, batuk, tertawa atau melakukan latihan jasmani dan inkontinensia urgensi. Latihan Kegel bisa memperbaiki fungsi otot dasar panggul yaitu rangkaian otot dari tulang panggul sampai tulang ekor. Latihan kegel merupakan latihan dalam bentuk seri untuk membangun kembali kekuatan otot dasar panggul, memberikan bantuan yang signifikan dari rasa sakit vestibulitis vulva, dan, dalam banyak kasus, memungkinkan pasien untuk terlibat dalam aktivitas seksual yang normal (Widiastuti, 2011). Hasil post test pada kelompok menunjukkan bahwa klasifikasi gejala inkontinensia urin berada pada rentang,
inkontinensia urin sedang 38,5% sedangkan gejala inkontinensia ringan sebanyak 61,5%. Persentase ini menunjukkan bahwa klasifikasi gejala inkontinensia urin pada kelompok kontrol tidak mengalami penurunan, hal ini terjadi karena pada kelompok kontrol tidak diberikan intervensi apapun seperti intervesi latihan kegel yang dilakukan pada kelompok intervensi. Hal ini menunjukkan bahwa inkontinensia urin yang tidak diatasi dapat membuat kondisi inkontinensia tidak berubah atau mengalami juga akan mengalami peningkatan gejala. Perbedaan klasifikasi gejala inkontinensia urin pre dan post pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol Hasil uji statistik paired sample t test diperoleh nilai mean pada klasifikasi gejala inkontinensia urin pre dan post intervensi latihan kegel adalah 5,538, nilai t ebesar 17,725 dan p = 0,000 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan klasifikasi gejala inkontinensia urin sebelum dan sesudah diberikan intervensi latihan kegel pada kelompok intervensi. Hasil ini didukung oleh pendapat Pujiastuti (2003) yang menjelaskan bahwa Kegel exercise adalah latihan kontraksi otot dasar panggul secara aktif yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot dasar panggul. Sedangkan menurut Nursalam (2007), latihan kegel merupakan aktivitas fisik yang tersusun dalam suatu program yang dilakukan secara berulang-ulang guna meningkatkan kebugaran tubuh. Latihan kegel sangat bermanfaat untuk menguatkan otot rangka pada dasar panggul, sehingga memperkuat fungsi sfingter eksternal pada kandung kemih. Latihan otot dasar panggul ini diperkenalkan oleh Kegel untuk pasca melahirkan. Latihan ini terus dikembangkan dan dilakukan pada lansia yang mengalami masalah inkotinensia stress dan inkontinensia urgensi. Latihan Kegel bisa memperbaiki fungsi otot panggul, memberikan bantuan yang signifikan dari rasa sakit vestibulitis
40
vulva, dan, dalam banyak kasus, memungkinkan pasien untuk terlibat dalam aktivitas seksual yang normal (Widiastuti, 2011). Penelitian ini memperoleh hasil nilai p = 0,000 (p<0,05), maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang sigifikan antara pre dan post intervensi latihan kegel pada kelompok intervensi. Hasil analisa data dengan menggunakan sample pair t test pada kelompok kontrol diperoleh bahwa klasifikasi gejala inkontinensia urin pre dan post test memiliki nilai rata-rata sebesar 0,385, nilai t sebesar 1,806 dan nilai p = 0,096 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pre dan post test pada kelompok kontrol, hal ini dipengaruhi karena pada kelompok kontrol tidak diberikan intervensi apapun. Perbedaan penurunan gejala inkontinensia urin pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol Perbedaan klasifikasi gejala inkontinensia urin pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji statistik t test independent diketahui bahwa perbedaan nilai rata-rata klasifikasi gejala inkontinensia urin antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol adalah sebesar -3,000, nilai t sebesar -3,125 dan nilai p sebesar 0,004 (p<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya ada pengaruh latihan kegel terhadap penurunan inkontinensia urin pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Hasil ini didukung oleh penelitian terkait yang pernah dilakukan oleh Flynn pada tahun 1994 tentang keefektifan latihan otot pelvis dalam mengurangi inkontinensia urgensi dan inkontinensia stres yang diujikan kepada 37 orang lansia yang bertempat tinggal di komunitas dengan rentang usia 58 sampai 92 tahun didapatkan hasil jumlah episode inkontinensia telah berkurang 82%. Latihan-latihan tersebut
efektif untuk kedua jenis inkontinensia tersebut baik tipe urgensi maupun tipe stres. Interval berkemih meningkat dari rata-rata 2,13 jam menjadi 3,44 jam (Stanley,2007). Sedangkan penelitian terhadap lansia di Panti Wreda Sindang Asih Semarang tahun 2009 Kegel Exercise yang dilakukan sebanyak 10 kali dalam 3 minggu menyebabkan terjadinya penurunan frekuensi inkontinensia urin sebesar 18,3 % dari 9,86 kali menjadi 6,19 kali (Hidayati, 2009). Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh Widyaningsih (2009) dengan judul Pengaruh latihan Kegel Terhadap Frekuensi lnkontinensia Urine Pada Lansia di Panti Wreda Pucang Gading Semarang Hasil penelitian menunjukkan, bahwa setelah dilakukan latihan kegel terjadi penurunan frekuensi inkotinensia urine sebesar 21,6 % dari 10,043 kali menjadi 7,871 kali. Dari hasil uji T-dependent test didapatkan nilai p sebesar 0,000 sehingga ada pengaruh latihan kegel terhadap frekuensi inkontinensia urin pada lansia di PantiWreda Pucang Gading Semarang. Hasil penelitian tersebut mengindikasikan perlunya latihan kegel secara teratur dalam waktu yang relatif lama untuk mengetahui pengaruh latihan kegel terhadap penurunan frekuensi inkontinensia urin. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa latihan kegel efektif dalam menurunkan gejala inkontinensia urin pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Balita Wilayah Binjai dan Medan. Oleh sebab itu, hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi perawat untuk lebih memperkenalkan dan mengajarkan latihan kegel sebagai intervensi dalam menurunkan inkontinensia urine pada lansia. DAFTAR PUSTAKA Darmojo, B. (2006). Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut .(Edisi 3) Jakarta: Balai Penerbit FKUI
41
Nursalam (2007). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika Nurwidiyanti (2008). Pengaruh Kegel Exercise Terhadap Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urin (Inkontinensia urin) pada Lansia di Posyandu Lansia Dusun Mangir Tengah Kelurahan Sendang Sari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul. Dibuka Tanggal 5 Oktober 2011 dari http://publikasi.umy.ac.id/index.p hp/psik/article/view/499. Pudjiastuti (2003). Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC Pujihidayati (2009). Pengaruh Latihan Kegel terhadap Frekuensi Inkontinensia Urin pada Lanjut Usia di Panti Werda Rindang Asih II Semarang. Dibuka tanggal 5 Oktober 2011 dari http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php ?mod=browse&op=read&id=jtpt unimus-gdl-pujihidaya5313&PHPSESSID=1e67af6fa4b dd962b254ed311c991538 Soetojo (2006). Inkontinensia Urin perlu Penanganan Multi Disiplin. Dibuka tanggal 2 Oktober 2011 dari http://unair.ac.id/2009/03/13/ink ontinensia-urine-perlupenanganan-multi-disiplin/. Stanley, M. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC Vitriana (2002). Evaluasi dan Manajemen Medis Inkontinensia Urin. . Dibuka tanggal 3 0ktober 2011 dari http://repository.unpad.ac.id/bit stream/handle/123456789/1533/ evaluasi_dan_manajemen_medi s_inkontinensia_urin.pdf?seque nce=1 Widyaningsih (2009). Pengaruh latihan Kegel Terhadap Frekuensi lnkontinensia Urine Pada Lansia di Panti Wreda Pucang Gading Semarang. Dibuka
tanggal 2 Juli 2012 dari http://repository.unimus.ac.id/20 09/pengaruh latihan kegel terhadap frekuensi inkontinensia urin pada lansia
42