Anda di halaman 1dari 3

Retensio Sekundinarum Retensio sekundinarum adalah kegagalan pelepasan villi kotiledon fetus dari kripta karunkula induknya.

Kejadian ini sering terjadi sapi, tetapi jarang sekali terjadi pada hewan lain, hal ini karena bentuk plasenta sapi yang terdiri dari kotiledon dan karunkula. Secara normal plasenta akan keluar 4- jam setelah fetus dilahirkan. !ika plasenta tidak keluar dalam jangka waktu "# jam maka hewan tersebut menderita retensio sekundinarum $Subronto dan %jahajati #&&"'. (enyebab terjadinya retensio sekundinarum adalah adanya gangguan mekanisme aliran darah, dimana setelah fetus keluar, tidak ada darah yang mengalir ke vili fetus dan vili tersebut berkerut serta mengendur. (ada retensio sekundinarum pemisahan dan pelepasan vili fetus dari kripta maternal terganggu dan terjadi pertautan $(araswati#&& '. (enyebab lain dari kejadian retensio sekundinarum yang sering terjadi di lapangan menurut )irektorat Kesehatan *ewan $#&&+' adalah infeksi mikroorganisme sehingga uterus lemah untuk dapat berkontraksi, pakan $kekurangan karotin dan vitamin ,', serta kurangnya exercise sehingga otot uterus tidak kuat untuk berkontraksi. -ejala klinis yang muncul pada kejadian retensio sekundinarium di lapanganantara lain plasenta tidak keluar setelah +-"# jam kelahiran, induk sapi mengalamipenurunan nafsu makan, serta peningkatan suhu tubuh. !ika muncul gejala-gejala di atas maka peternak akan segera melaporkan kejadian tersebut pada petugas di lapangan untuk dilakukan pelepasan plasenta secara manual yaitu melepaskan perlekatan antara kotiledon dan karunkula secara satu persatu menggunakan jari tangan dengan palpasi pervaginal. Kejadian retensio sekundinarum yang terjadi di lapangan diduga akibat prematurpada . bulan masa kebuntingan sehingga perlekatan antara kotiledon dan karunkula masih terikat sangat kuat. (enebalan yang terjadi pada plasenta diduga akibat infeksi dari mikroorganisme, seperti Brucella abortus $-ambar " dan #'. /enurut ,iello et al. $"++0', infeksi brucellosis yang disebabkan oleh Brucella abortus pada sapi dapat menyebabkan abortus, kelahiran pedet yang lemah, retensio sekundinarum, dan penurunan produksi susu. 1ntuk memastikan penyebab kejadian di atas, sebaiknya petugas atau pihak K(S21 3embang melakukan pemeriksaan lanjutan berupa pemeriksaan laboratoriumuntuk memastikan mikroorganisme penyebab kejadian tersebut. /enurut Soeharsono $#&&"', brucellosis merupakan penyakit pada sapi dan beberapa jenis hewan lainnyayang disebabkan oleh Brucella abortus dan dapat menular pada manusia atau bersifat4oonosis. (emeriksaan lanjutan dapat memperkecil kemungkinan kejadian tersebut berulang dan menular pada manusia ataupun sapi betina lainnya sehingga dapatmerugikan peternak.

-ambar " (rematur pada pedet

-ambar # Retensio sekundinarum diduga akibat infeksi mikroorganisme Kejadian retensio sekundinarum di lapangan akan segera dilaporkan oleh peternak meskipun waktunya belum "# jam. (etugas akan segera menangani dengan cara pelepasan plasenta secara manual, setelah pelepasan plasenta selesai dilakukan, lalu dimasukkan bolus 5otrimo6a4ole7 $+8& mg9tablet' sebanyak #-8 tablet secara intrauterin dan :itaple6-2inj7 sebanyak "&-#& ml secara ;/. <aktu untuk melepaskan kotiledon dari karunkula sebaiknya berkisar -#& menit dengan frekuensi pengeluaran tangan yang seminimal mungkin. ,lternatif penanganan lain dari kasus ini adalah dengan cara memotong plasenta yang keluar dari vulva saja, kemudian diberi bolus atau antibiotika ke dalam uterus. *al ini bertujuan untuk mengurangi resiko perdarahan dan infeksi akibat pelepasan kotiledon secara manual, dengan harapan sisa plasenta yang tertinggal dalam uterus akan hancur dan dikeluarkan bersama dengan keluarnya lochia. (enanganan pelepasan plasenta yang dilakukan di lapangan masih perludilakukan secara lege artis dan memperhatikan segi kebersihan akibat petugas di lapangan jarang sekali

menggunakan air hangat sebelum melakukan eksplorasi pervaginal sehingga memungkinkan masuknya mikroorganisme ke dalam saluran reproduksi ataupun sebaliknya. (enanganan lainnya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya retensio sekundinarum adalah mencegah jangan sampai induk setelah melahirkan mengalami eksitasi, induk tidak terlalu gemuk, penyuntikan estrogen dan oksitosin dengan dosis 4&-"&& ;1 pada &-4 jam post partus, serta menghindari penggunaan lantai kandang yang terlalu licin dan berdebu untuk menghindari kontaminasi serta menjaga keseimbangan pakan. (emberian hormon $estrogen dan oksitosin' bertujuan untuk meningkatkan kontraksi uterus sehingga plasenta setelah melahirkan dapat keluar $Subronto dan %jahajati #&&"'.

Anda mungkin juga menyukai