Anda di halaman 1dari 18

BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.

1 Defenisi Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media berdasarkan gejalanya dibagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif, di mana masing-masing memiliki bentuk yang akut dan kronis. Selain itu, juga terdapat jenis otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa, otitis media sifilitika. Otitis media akut (OMA) adalah peradangan telinga tengah dengan gejala dan tandatanda yang bersifat cepat dan singkat. ejala dan tanda klinik lokal atau sistemik dapat terjadi secara lengkap atau sebagian, baik berupa otalgia, demam, gelisah, mual, muntah, diare, serta otore, apabila telah terjadi perforasi membran timpani. !ada pemeriksaan otoskopik juga dijumpai efusi telinga tengah. "erjadinya efusi telinga tengah atau inflamasi telinga tengah ditandai dengan membengkak pada membran timpani atau bulging, terdapat cairan di belakang membran timpani, dan otore. 1.2 Etiologi a. #akteri #akteri piogenik merupakan penyebab OMA yang tersering. Menurut penelitian, $%-&%' kasus OMA dapat ditentukan jenis bakteri piogeniknya melalui isolasi bakteri terhadap kultur cairan atau efusi telinga tengah. (asus lain tergolong sebagai non-patogenik karena tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. "iga jenis bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumoniae ()*'), diikuti oleh Haemophilus influenzae (+%-,*') dan Moraxella catarhalis (-*--%'). (ira-kira %' kasus dijumpai patogenpatogen yang lain seperti Streptococcus pyogenes (group A beta-hemolytic) , Staphylococcus aureus, dan organisme gram negatif. Staphylococcus aureus dan organisme gram negatif banyak ditemukan pada anak dan neonatus yang menjalani ra.at inap di rumah sakit. Haemophilus influenzae sering dijumpai pada anak balita. /enis mikroorganisme yang dijumpai pada orang de.asa juga sama dengan yang dijumpai pada anak-anak.

b. 0irus 0irus juga merupakan penyebab OMA. 0irus dapat dijumpai tersendiri atau bersamaan dengan bakteri patogenik yang lain. 0irus yang paling sering dijumpai pada anak-anak, yaitu respiratory syncytial virus (1S0), influenza virus, atau adenovirus (sebanyak ,*)*'). (ira-kira -*--%' dijumpai parainfluenza virus rhinovirus atau enterovirus. 0irus akan memba.a dampak buruk terhadap fungsi tuba Eustachius, menganggu fungsi imun lokal, meningkatkan adhesi bakteri, menurunkan efisiensi obat antimikroba dengan menganggu mekanisme farmakokinetiknya ((erschner, +**&). 2engan menggunakan teknik polymerase chain reaction (!31) dan virus specific enzyme-lin!ed immunoabsorbent assay (456SA), 7irus-7irus dapat diisolasi dari cairan telinga tengah pada anak yang menderita OMA pada &%' kasus 1.3 Faktor risiko 8aktor risiko terjadinya otitis media adalah umur, jenis kelamin, ras, faktor genetik, status sosioekonomi serta lingkungan, asupan air susu ibu (AS6) atau susu formula, lingkungan merokok, kontak dengan anak lain, abnormalitas kraniofasialis kongenital, status imunologi, infeksi bakteri atau 7irus di saluran pernapasan atas, disfungsi tuba Eustachius, imatur tuba Eustachius dan lain-lain. 8aktor umur berperan dalam terjadinya OMA. !eningkatan insidens OMA pada bayi dan anak-anak kemungkinan disebabkan oleh struktur dan fungsi tidak matang atau imatur tuba Eustachius. Selain itu, sistem pertahanan tubuh atau status imunologi anak juga masih rendah. 6nsidens terjadinya otitis media pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding dengan anak perempuan. Anak-anak pada ras "ative American #nuit, dan #ndigenous Australian menunjukkan pre7alensi yang lebih tinggi dibanding dengan ras lain. 8aktor genetik juga berpengaruh. Status sosioekonomi juga berpengaruh, seperti kemiskinan, kepadatan penduduk, fasilitas higiene yang terbatas, status nutrisi rendah, dan pelayanan pengobatan terbatas, sehingga mendorong terjadinya OMA pada anak-anak. AS6 dapat membantu dalam pertahanan tubuh. Oleh karena itu, anak-anak yang kurangnya asupan AS6 banyak menderita OMA. 5ingkungan merokok menyebabkan anak-anak mengalami OMA yang lebih signifikan dibanding dengan anak-anak lain. 2engan adanya ri.ayat kontak yang sering dengan anakanak lain seperti di pusat penitipan anak-anak, insidens OMA juga meningkat. Anak dengan adanya abnormalitas kraniofasialis kongenital mudah terkena OMA karena fungsi tuba Eustachius turut terganggu, anak mudah menderita penyakit telinga tengah. Otitis media
2

merupakan komplikasi yang sering terjadi akibat infeksi saluran napas atas, baik bakteri atau 7irus. 1.4 Patogenesis T !a Eustachius 8ungsi abnormal tuba Eustachius merupakan faktor yang penting pada otitis media. "uba Eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring, yang terdiri atas tulang ra.an pada dua pertiga ke arah nasofaring dan sepertiganya terdiri atas tulang. "uba Eustachius biasanya dalam keadaan steril serta tertutup dan baru terbuka apabila udara diperlukan masuk ke telinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan dan menguap. !embukaan tuba dibantu oleh kontraksi muskulus tensor 7eli palatini apabila terjadi perbedaan tekanan telinga tengah dan tekanan udara luar antara +* sampai dengan )* mm9g. "uba Eustachius mempunyai tiga fungsi penting, yaitu 7entilasi, proteksi, dan drainase sekret. 0entilasi berguna untuk menjaga agar tekanan udara dalam telinga tengah selalu sama dengan tekanan udara luar. !roteksi, yaitu melindung telinga tengah dari tekanan suara, dan menghalangi masuknya sekret atau cairan dari nasofaring ke telinga tengah. 2rainase bertujuan untuk mengalirkan hasil sekret cairan telinga tengah ke nasofaring. Patogenesis "#A !atogenesis OMA pada sebagian besar anak-anak dimulai oleh infeksi saluran pernapasan atas (6S!A) atau alergi, sehingga terjadi kongesti dan edema pada mukosa saluran napas atas, termasuk nasofaring dan tuba Eustachius. "uba Eustachius menjadi sempit, sehingga terjadi sumbatan tekanan negatif pada telinga tengah. #ila keadaan demikian berlangsung lama akan menyebabkan refluks dan aspirasi 7irus atau bakteri dari nasofaring ke dalam telinga tengah melalui tuba Eustachius. Mukosa telinga tengah bergantung pada tuba Eustachius untuk mengatur proses 7entilasi yang berkelanjutan dari nasofaring. /ika terjadi gangguan akibat obstruksi tuba, akan mengakti7asi proses inflamasi kompleks dan terjadi efusi cairan ke dalam telinga tengah. 6ni merupakan faktor pencetus terjadinya OMA dan otitis media dengan efusi. #ila tuba Eustachius tersumbat, drainase telinga tengah terganggu, mengalami infeksi serta terjadi akumulasi sekret di telinga tengah, kemudian terjadi proliferasi mikroba patogen pada sekret. Akibat dari infeksi 7irus saluran pernapasan atas, sitokin dan mediator-mediator inflamasi yang dilepaskan akan menyebabkan disfungsi
3

tuba Eustachius. 0irus respiratori juga dapat meningkatkan kolonisasi dan adhesi bakteri, sehingga menganggu pertahanan imum pasien terhadap infeksi bakteri. /ika sekret dan pus bertambah banyak dari proses inflamasi lokal, perndengaran dapat terganggu karena membran timpani dan tulang-tulang pendengaran tidak dapat bergerak bebas terhadap getaran. Akumulasi cairan yang terlalu banyak akhirnya dapat merobek membran timpani akibat tekanannya yang meninggi. Obstruksi tuba Eustachius dapat terjadi secara intraluminal dan ekstraluminal. 8aktor intraluminal adalah seperti akibat 6S!A, dimana proses inflamasi terjadi, lalu timbul edema pada mukosa tuba serta akumulasi sekret di telinga tengah. Selain itu, sebagian besar pasien dengan otitis media dihubungkan dengan ri.ayat fungsi abnormal dari tuba Eustachius, sehingga mekanisme pembukaan tuba terganggu. 8aktor ekstraluminal seperti tumor, dan hipertrofi adenoid. Sta$i % "#A OMA dalam perjalanan penyakitnya dibagi menjadi lima stadium, bergantung pada perubahan pada mukosa telinga tengah, yaitu stadium oklusi tuba Eustachius, stadium hiperemis atau stadium pre-supurasi, stadium supurasi, stadium perforasi dan stadium resolusi. a. Stadium Oklusi "uba Eustachius !ada stadium ini, terdapat sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan intratimpani negatif di dalam telinga tengah, dengan adanya absorpsi udara. 1etraksi membran timpani terjadi dan posisi malleus menjadi lebih hori:ontal, refleks cahaya juga berkurang. 4dema yang terjadi pada tuba Eustachius juga menyebabkannya tersumbat. Selain retraksi, membran timpani kadang-kadang tetap normal dan tidak ada kelainan, atau hanya ber.arna keruh pucat. 4fusi mungkin telah terjadi tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sulit dibedakan dengan tanda dari otitis media serosa yang disebabkan oleh 7irus dan alergi. "idak terjadi demam pada stadium ini. b. Stadium 9iperemis atau Stadium !re-supurasi !ada stadium ini, terjadi pelebaran pembuluh darah di membran timpani, yang ditandai oleh membran timpani mengalami hiperemis, edema mukosa dan adanya sekret eksudat serosa yang sulit terlihat. 9iperemis disebabkan oleh oklusi tuba yang berpanjangan sehingga terjadinya in7asi oleh mikroorganisme piogenik. !roses inflamasi berlaku di telinga
4

tengah dan membran timpani menjadi kongesti. Stadium ini merupakan tanda infeksi bakteri yang menyebabkan pasien mengeluhkan otalgia, telinga rasa penuh dan demam. !endengaran mungkin masih normal atau terjadi gangguan ringan, tergantung dari cepatnya proses hiperemis. 9al ini terjadi karena terdapat tekanan udara yang meningkat di ka7um timpani. ejala-gejala berkisar antara dua belas jam sampai dengan satu hari.

ambar -.- Membran timpani hiperemis c. Stadium Supurasi Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen atau bernanah di telinga tengah dan juga di sel-sel mastoid. Selain itu edema pada mukosa telinga tengah menjadi makin hebat dan sel epitel superfisial terhancur. "erbentuknya eksudat yang purulen di ka7um timpani menyebabkan membran timpani menonjol atau bulging ke arah liang telinga luar. !ada keadaan ini, pasien akan tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. !asien selalu gelisah dan tidak dapat tidur nyenyak. 2apat disertai dengan gangguan pendengaran konduktif. !ada bayi demam tinggi dapat disertai muntah dan kejang. Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan iskemia membran timpani, akibat timbulnya nekrosis mukosa dan submukosa membran timpani. "erjadi penumpukan nanah yang terus berlangsung di ka7um timpani dan akibat tromboflebitis 7ena-7ena kecil, sehingga tekanan kapiler membran timpani meningkat, lalu menimbulkan nekrosis. 2aerah nekrosis terasa lebih lembek dan ber.arna kekuningan atau yello$ spot. (eadaan stadium supurasi dapat ditangani dengan melakukan miringotomi. #edah kecil ini kita lakukan dengan menjalankan insisi pada membran timpani sehingga nanah akan keluar dari telinga tengah menuju liang telinga luar. 5uka insisi pada membran timpani akan
5

menutup kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur, lubang tempat perforasi lebih sulit menutup kembali. Membran timpani mungkin tidak menutup kembali jikanya tidak utuh lagi.

ambar -.+ Membran timpani bulging dengan pus purulen d. Stadium !erforasi Stadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret berupa nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. (adang-kadang pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut). Stadium ini sering disebabkan oleh terlambatnya pemberian antibiotik dan tingginya 7irulensi kuman Setelah nanah keluar, anak berubah menjadi lebih tenang, suhu tubuh menurun dan dapat tertidur nyenyak. /ika mebran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret atau nanah tetap berlangsung melebihi tiga minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. /ika kedua keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih satu setengah sampai dengan dua bulan, maka keadaan itu disebut otitis media supuratif kronis.

ambar -.) Membran timpani peforasi e. Stadium 1esolusi (eadaan ini merupakan stadium akhir OMA yang dia.ali dengan berkurangnya dan berhentinya otore. Stadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal hingga perforasi membran timpani menutup kembali dan sekret purulen akan berkurang dan akhirnya kering. !endengaran kembali normal. Stadium ini berlangsung .alaupun tanpa
6

pengobatan, jika membran timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik, dan 7irulensi kuman rendah. Apabila stadium resolusi gagal terjadi, maka akan berlanjut menjadi otitis media supuratif kronik. (egagalan stadium ini berupa perforasi membran timpani menetap, dengan sekret yang keluar secara terus-menerus atau hilang timbul. Otitis media supuratif akut dapat menimbulkan gejala sisa berupa otitis media serosa. Otitis media serosa terjadi jika sekret menetap di ka7um timpani tanpa mengalami perforasi membran timpani 1.& #anifestasi Klinis ejala klinis OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. !ada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga, di samping suhu tubuh yang tinggi. #iasanya terdapat ri.ayat batuk pilek sebelumnya. !ada anak yang lebih besar atau pada orang de.asa, selain rasa nyeri, terdapat gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang mendengar. !ada bayi dan anak kecil, gejala khas OMA adalah suhu tubuh tinggi dapat mencapai ,;,%<3 (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit .aktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit. #ila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tidur tenang. !enilaian klinik OMA digunakan untuk menentukan berat atau ringannya suatu penyakit. !enilaian berdasarkan pada pengukuran temperatur, keluhan orang tua pasien tentang anak yang gelisah dan menarik telinga atau tugging, serta membran timpani yang kemerahan dan membengkak atau bulging.
1.6 Diagnosis

Menurut (erschner (+**&), kriteria diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut, yaitu= !enyakitnya muncul secara mendadak dan bersifat akut. 2itemukan adanya tanda efusi. 4fusi merupakan pengumpulan cairan di telinga tengah. 4fusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti menggembungnya membran timpani atau bulging, terbatas atau tidak ada gerakan pada membran timpani, terdapat bayangan cairan di belakang membran timpani, dan terdapat cairan yang keluar dari telinga.
7

"erdapat tanda atau gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti kemerahan atau erythema pada membran timpani, nyeri telinga atau otalgia yang mengganggu tidur dan akti7itas normal. Menurut 1ubin et al. (+**>), keparahan OMA dibagi kepada dua kategori, yaitu ringan-sedang, dan berat. (riteria diagnosis ringan-sedang adalah terdapat cairan di telinga tengah, mobilitas membran timpani yang menurun, terdapat bayangan cairan di belakang membran timpani, membengkak pada membran timpani, dan otore yang purulen. Selain itu, juga terdapat tanda dan gejala inflamasi pada telinga tengah, seperti demam, otalgia, gangguan pendengaran, tinitus, 7ertigo dan kemerahan pada membran timpani. "ahap berat meliputi semua kriteria tersebut, dengan tambahan ditandai dengan demam melebihi ,;,*<3, dan disertai dengan otalgia yang bersifat sedang sampai berat. 1.' Penatalaksanaan 1.'.1 Pengo!atan !enatalaksanaan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. !engobatan pada stadium a.al ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik. "ujuan pengobatan pada otitis media adalah untuk menghindari komplikasi intrakrania dan ekstrakrania yang mungkin terjadi, mengobati gejala, memperbaiki fungsi tuba Eustachius, menghindari perforasi membran timpani, dan memperbaiki sistem imum lokal dan sistemik. !ada stadium oklusi tuba, pengobatan bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. 2iberikan obat tetes hidung 93l efedrin *,% ' dalam larutan fisiologik untuk anak kurang dari -+ tahun atau 93l efedrin - ' dalam larutan fisiologis untuk anak yang berumur atas -+ tahun pada orang de.asa. Sumber infeksi harus diobati dengan pemberian antibiotik. !ada stadium hiperemis dapat diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik. 2ianjurkan pemberian antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. /ika terjadi resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam kla7ulanat atau sefalosporin. ?ntuk terapi a.al diberikan penisilin intramuskular agar konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal selama & hari. #ila pasien alergi tehadap penisilin, diberikan eritromisin. !ada anak, diberikan ampisilin %*--** mg@kg##@hari yang terbagi dalam empat
8

dosis, amoksisilin atau eritromisin masing-masing %* mg@kg##@hari yang terbagi dalam , dosis. !ada stadium supurasi, selain diberikan antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur. !ada stadium perforasi, sering terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut atau pulsasi. 2iberikan obat cuci telinga ( ear toilet) 9+O+ ,' selama , sampai dengan % hari serta antibiotik yang adekuat sampai , minggu. #iasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup kembali dalam & sampai dengan -* hari. !ada stadium resolusi, membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan perforasi menutup. #ila tidak terjadi resolusi biasanya sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di membran timpani. Antibiotik dapat dilanjutkan sampai , minggu. #ila keadaan ini berterusan, mungkin telah terjadi mastoiditis. Sekitar >*' kasus OMA sembuh dalam , hari tanpa pemberian antibiotik. Obser7asi dapat dilakukan. Antibiotik dianjurkan jika gejala tidak membaik dalam dua sampai tiga hari, atau ada perburukan gejala. "ernyata pemberian antibiotik yang segera dan dosis sesuai dapat terhindar dari tejadinya komplikasi supuratif seterusnya. Masalah yang muncul adalah risiko terbentuknya bakteri yang resisten terhadap antibiotik meningkat. Menurut American Academy of %ediatrics (+**)), mengkategorikan OMA yang dapat diobser7asi dan yang harus segera diterapi dengan antibiotik sebagai berikut 2iagnosis pasti OMA harus memiliki tiga kriteria, yaitu bersifat akut, terdapat efusi telinga tengah, dan terdapat tanda serta gejala inflamasi telinga tengah. ejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam kurang dari ,;<3 dalam +) jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang-berat atau demam ,;<3. !ilihan obser7asi selama )>-&+ jam hanya dapat dilakukan pada anak usia enam bulan sampai dengan dua tahun, dengan gejala ringan saat pemeriksaan, atau diagnosis meragukan pada anak di atas dua tahun. &ollo$-up dilaksanakan dan pemberian analgesia seperti asetaminofen dan ibuprofen tetap diberikan pada masa obser7asi ((erschner, +**&). Menurut American Academic of %ediatric (+**)), amoksisilin merupakan first-line terapi dengan pemberian >*mg@kg##@hari sebagai terapi antibiotik a.al selama lima hari. Amoksisilin efektif terhadap Streptococcus penumoniae. /ika pasien alergi ringan terhadap amoksisilin, dapat diberikan sefalosporin seperti cefdinir. Second-line terapi seperti amoksisilin-kla7ulanat efektif terhadap Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis
9

termasuk Streptococcus penumoniae ((erschner, +**&). %neumococcal '-valent con(ugate vaccine dapat dianjurkan untuk menurunkan pre7alensi otitis media (American Academic of %ediatric, +**)). 1.'.2. Pe%!e$a(an "erdapat beberapa tindakan pembedahan yang dapat menangani OMA rekuren, seperti miringotomi dengan insersi tuba timpanosintesis, dan adenoidektomi (#uchman, +**,). a. Miringotomi Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, supaya terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Syaratnya adalah harus dilakukan secara dapat dilihat langsung, anak harus tenang sehingga membran timpani dapat dilihat dengan baik. 5okasi miringotomi ialah di kuadran posterior-inferior. #ila terapi yang diberikan sudah adekuat, miringotomi tidak perlu dilakukan, kecuali jika terdapat pus di telinga tengah (2jaafar, +**&). 6ndikasi miringostomi pada anak dengan OMA adalah nyeri berat, demam, komplikasi OMA seperti paresis ner7us fasialis, mastoiditis, labirinitis, dan infeksi sistem saraf pusat. Miringotomi merupakan terapi third-line pada pasien yang mengalami kegagalan terhadap dua kali terapi antibiotik pada satu episode OMA. Salah satu tindakan miringotomi atau timpanosintesis dijalankan terhadap anak OMA yang respon kurang memuaskan terhadap terapi second-line, untuk menidentifikasi mikroorganisme melalui kultur ((erschner, +**&). b. "impanosintesis Menurut #luestone (-;;$) dalam "itisari (+**%), timpanosintesis merupakan pungsi pada membran timpani, dengan analgesia lokal supaya mendapatkan sekret untuk tujuan pemeriksaan. 6ndikasi timpanosintesis adalah terapi antibiotik tidak memuaskan, terdapat komplikasi supuratif, pada bayi baru lahir atau pasien yang sistem imun tubuh rendah. Menurut #uchman (+**,), pipa timpanostomi dapat menurun morbiditas OMA seperti otalgia, efusi telinga tengah, gangguan pendengaran secara signifikan dibanding dengan plasebo dalam tiga penelitian prospertif, randomized trial yang telah dijalankan. c. Adenoidektomi Adenoidektomi efektif dalam menurunkan risiko terjadi otitis media dengan efusi dan OMA rekuren, pada anak yang pernah menjalankan miringotomi dan insersi tuba timpanosintesis, tetapi hasil masih tidak memuaskan. !ada anak kecil dengan OMA rekuren

10

yang tidak pernah didahului dengan insersi tuba, tidak dianjurkan adenoidektomi, kecuali jika terjadi obstruksi jalan napas dan rinosinusitis rekuren. 1.) Ko%*likasi Sebelum adanya antibiotik, OMA dapat menimbulkan komplikasi, mulai dari abses subperiosteal sampai abses otak dan meningitis. Sekarang semua jenis komplikasi tersebut biasanya didapat pada otitis media supuratif kronik. Mengikut Shambough (+**,) dalam 2jaafar (+**%), komplikasi OMA terbagi kepada komplikasi intratemporal (perforasi membran timpani, mastoiditis akut, paresis ner7us fasialis, labirinitis, petrositis), ekstratemporal (abses subperiosteal), dan intracranial (abses otak, tromboflebitis).

11

BAB II +AP",AN KASUS UNI-E,SITAS ANDA+AS FAKU+TAS KED"KTE,AN KEPANITE,AAN K+INIK ,"TASI TA.AP II S"A"?S !AS64A -. 6dentitas !asien a. Aama@(elamin@?mur b. !ekerjaan@pendidikan c. Alamat = Arjuna @ 5aki-laki@ ; bulan == /l. #anuaran, !adang M1 +>$,

+. 5atar #elakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga a. Status !erka.inan b. /umlah Anak@saudara == anak ke-, dari , bersaudara

c. Status 4konomi (eluarga = menengah ke ba.ah, penghasilan 1p >**.***--.***.***,- ayah pasien bekerja sebagai buruh d. (# e. (ondisi 1umah = "idak ada = 1umah semipermanen dengan ukuran $B> m+, terdiri dari + kamar, dapur, dan - kamar mandi, lantai semen, pekarangan tidak ada 5istrik ada Sumber air minum kebutuhan rumah tangga dari !2AM /amban ada di dalam rumah Sampah ditimbun dan dibakar /umlah penghuni % orang (esan = higiene dan sanitasi cukup baik f. (ondisi 5ingkungan (eluarga !asien tinggal di lingkungan perkotaan yang cukup padat penduduk
12

,. Aspek !sikologis di keluarga !asien tinggal bersama orang tua, - orang saudara laki-laki berusia -* tahun dan perempuan yang berumur &,% tahun 6bu pasien seorang ibu rumah tangga, pasien selalu bersama ibunya. Seluruh keluarga menyayangi pasien ). (eluhan utama = keluar cairan dari telinga kiri sejak + hari yang lalu

1i.ayat !enyakit Sekarang = (eluar cairan dari telinga kiri sejak + hari yang lalu, cairan ber.arna putih susu, kental, dan tidak berbau 2emam $ hari yang lalu, tidak tinggi, tidak menggigil, dan tidak berkeringat #atuk $ hari yang lalu, batuk kering disertai pilek selama ) hari Anak re.el sejak sakit, masih mau menyusu, anak suka memegang telinganya !ada saat anak demam, batuk dan pilek % hari yang lalu, ibu pasien memba.anya ke puskesmas, pasien diberi + macam obat tetapi ibu pasien tidak tahu jenis obat yang diberikan %. 1i.ayat !enyakit dahulu "idak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya "idak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini

$. !emeriksaan 8isik Status eneralis (eadaan ?mum (esadaran Aadi Aafas Suhu ## "# Satus gi:i (epala = sedang = 3M = --*B@ menit = ,>B@menit = ,&*3 = > (g = $; cm = gi:i baik = normocephal
13

Mata (ulit "9" Mulut dan gigi ( # 2ada !aru 6nspeksi !alpasi !erkusi Auskultasi /antung 6nspeksi !alpasi !erkusi

= (onjungti7a tidak anemis, sklera tidak ikterik = teraba hangat, turgor kulit baik = status lokalis "9" = mukosa bibir dan mulut basah, gigi sudah tumbuh yaitu + buah gigi seri = tidak teraba pembesaran ( #

= gerakan dada simetris kiri C kanan = fremitus kiri C kanan = sonor = bronko7esikuler, .hee:ing (-), ronkhi (-) = iktus tidak terlihat = iktus teraba 5M3S 163 0 = (iri Atas = 5M3S 163 0 = 163 66 = bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-) = !erut tidak tampak membuncit = Supel, hepar teraba dengan ukuran -@)--@), pinggir tajam, permukaan rata, konsistensi kenyalD lien tidak terabaD nyeri tekan tidak ada (anan = 5S2

Auskultasi Abdomen 6nspeksi !alpasi

!erkusi Auskultasi Anggota gerak

= "impani = #? (E) A = akral hangat, perfusi baik

14

Stat s lokalis T.T "elinga (pemeriksaan terbatas karena otoskop tidak ada) !emeriksaan (elainan (el kongenital "rauma 1adang (el. Metabolik Ayeri tarik Ayeri tekan tragus 3ukup lapang (A) Sempit 9iperemi 4dema Massa Ada @ "idak #au Farna /umlah /enis 2ekstra "idak ada "idak ada "idak ada "idak ada "idak ada "idak ada 3ukup lapang (A) "idak ada "idak ada "idak ada Serumen ada "idak ada kuning sedikit "idak ada !utih mengkilat "idak dilakukan Sinistra "idak ada "idak ada "idak ada "idak ada "idak ada "idak ada Sukar dinilai

2aun telinga

2inding liang telinga

Sekret@serumen Membran timpani

"idak bau !utih susu #anyak Mukoid Sukar dinilai "idak dilakukan

?tuh

!erforasi

Farna 1eflek cahaya #ulging 1etraksi Atrofi /umlah perforasi /enis (uadran !inggir Audiometri

"idak dilakukan "idak dilakukan

"idak dilakukan "idak dilakukan

9idung !emeriksaan (elainan 2eformitas (elainan kongenital "rauma 1adang Massa 2ektra "idak ada "idak ada "idak ada "idak ada "idak ada Sinistra "idak ada "idak ada "idak ada "idak ada "idak ada

9idung luar

Sius paranasal !emeriksaan Ayeri tekan Ayeri ketok 2ekstra "idak dilakukan "idak dilakukan
15

Sinistra "idak dilakukan "idak dilakukan

,inosko*i Anterior "idak dilakukan ,inosko*i Posterior "idak dilakukan "rofaring $an % l t !emeriksaan !alatum mole E Arkus 8aring 2inding faring (elainan Simetris@tidak Farna 4dem #ercak@eksudat Farna !ermukaan ?kuran Farna !ermukaan Muara kripti 2etritus 4ksudat !erlengketan dengan pilar Farna 4dema Abses 5okasi #entuk ?kuran !ermukaan (onsistensi 2ekstra Simetris Merah muda "idak ada "idak ada Sinistra Simetris Merah muda "idak ada "idak ada

Sukar dinilai Sulit dinilai Ada "idak ada "idak ada Merah muda "idak ada "idak ada "idak ada "idak ada "idak ada "idak ada "idak ada Sulit dinilai "idak ada "idak ada "idak ada Merah muda "idak ada "idak ada "idak ada "idak ada "idak ada "idak ada "idak ada

"onsil

!eritonsil

"umor igi

(esan gigi incisi7us inferior sudah tumbuh Farna #entuk 2e7iasi Massa = tidak dilakukan Merah muda Aormal "idak ada "idak ada Merah muda Aormal "idak ada "idak ada

5idah &. 5aboratorium >. 2iagnosis (erja=

Susp Otitis media akut stadium perforasi AS


16

;. 2iagnosis #anding = Otitis media efusi tipe mukoid AS -*. Manajemen (!asien dirujuk poli "9" 1S?2 Air !acah) A. !re7entif Menjaga daya tahan tubuh anak dengan memberikan AS6 sesuai dengan kebutuhan anak dan memberikan makanan pendamping sesuai dengan umur, untuk anak (; --+ bulan) diberikan nasi tim, nasi lembik, tambahkan telur, ayam, ikan, tahu, .ortel. Menjaga kebersihan ibu dan anak dengan cara membiasakan mencuci tangan setelah bekerja, buang air kecil, buang air besar, mencebok anak, sebelum memegang anak dan memotong kuku. Menjaga kebersihan lingkungan rumah, membuka jendela rumah sehingga sirkulasi udara baik. Mengolah makanan yang akan diberikan pada anak dengan higiene yang baik yaitu mencuci bahan makanan dengan bersih dan memasak air hingga mendidih Membersihkan liang telinga dengan alat yang bersih seperti cotton bud, jangan membersihkan liang telinga terlalu dalam cukup -@, bagian luar /ika anak demam, batuk, pilek segera diba.a berobat Menjaga kebersihan pribadi anggota keluarga lainnya dan membiasakan mencuci tangan sebelum memegang anak. #. !romotif Menjelaskan pada ibu pasien bah.a penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri pada telinga bagian tengah, infeksi saluran napas atas, sehingga usahakan daya tahan tubuh anak untuk selalu baik dengan cara memberikan AS6 sesuai dengan kebutuhan anak, memberikan makanan pendamping sesuai dengan umur anakD menjaga kebersihan diri ibu, anak, dan anggota keluarga lainnyaD dan menjaga kebersihan lingkungan rumah.

17

Menjelaskan pada ibu jangan mengorek telinga anak selama pengobatan, jika ingin memberihkan liang telinga setelah sembuh, bersihkan dengan cotton bud yang bersih.

Menjelaskan kepada ibu untuk disiplin dalam pengobatan anak, baik dalam penggunaan obat, dosis obat, dan e7aluasi perkembangan penyakit ke puskesmas.

Menjelaskan kepada ibu pasien komplikasi dari penyakit yang diderita anaknya yaitu radang telinga tengah supuratif kronik, radang pada tulang mastoid (tulang yang menonjol di belakang daun telinga), radang selaput otak.

3. (uratif Anak dirujuk ke poli "9" 1S?2 Air !acah

2. 1ehabilitatif (ontrol setelah % hari mendapatkan terapi dari rumah sakit.

18

Anda mungkin juga menyukai