Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kacang hijau merupakan tanaman jenis kacang-kacangan dari famili Leguminoceae yang berasal dari India. Kacang hijau mempunyai peranan penting sebagai sumber gizi terutama protein dan dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk. Berdasarkan tingkat kandungan protein maka tanaman kacang hijau di Indonesia menempati urutan ketiga setelah kedelai dan kacang tanah (Wuwiwa, 2007). Kacang hijau sebagai sumber yang bagus untuk protein, karbohidrat komplek dan vitamin B. Kandungan gizi yang terdapat dalam 110 gr kacang hijau antara lain vitamin A, B1, mineral berupa fosfor, zat besi, dan mg 345 kalori, 22,2 gram protein, 1,2 gram lemak (Anonimus, 2009a). Ditingkat petani, rata-rata produktivitas kacang hijau (Vigna radiata L.) baru mencapai 0,9 ton/ha. Sedangkan dari hasil percobaan dapat mencapai 1,6 ton/ha. Rendahnya hasil kacang hijau ditingkat petani antara lain disebabkan oleh praktek budidaya yang kurang optimal. Untuk meningkatkan produktivitas kacang hijau diperlukan budidaya yang tepat (Dinas Pertanian, 2008). Penyimpanan kacang hijau di gudang sangat menentukan kualitas dan kuantitas produk yang disimpan sehingga perlu mendapat perhatian yang serius. Salah satu penyebab merosotnya benih kacang hijau di gudang penyimpanan adalah infestasi hama gudang (Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Kacang hijau merupakan salah satu komoditas kacang-kacangan yang rentan terhadap serangan hama gudang. Hama gudang yang sering menyerang biji kacang hijau adalah Callosobruchus chinensis L. Kerugian yang ditimbulkannya mencapai 96%. Hama ini memakan kacang-kacangan khususnya kacang hijau mulai dari merusak biji dan memakannya hingga tinggal bubuknya saja. Tersebar diseluruh dunia terutama daerah tropis dan subtropis (Kartasaputra,1991). Penggunaan pestisida dilingkungan pertanian menjadi masalah yang sangat besar, terutama pada tanaman sayuran yang sampai saat ini masih menggunakan insektisida kimia. Disatu pihak dengan digunakannya pestisida maka kehilangan hasil yang diakibatkan organisme penggangu tanaman (OPT) dapat ditekan, tetapi akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan seperti berkembangnya ras hama yang resisten terhadap insektisida, resurjensi hama, munculnya hama sekunder, terbunuhnya musuh alami hama dan hewan bukan sasaran lainnya serta terjadinya pencemaran lingkungan (Kardinan, 2001). Timbulnya masalah akibat penggunaan insektisida kimia ini merangsang penggunaan insektisida non sintetik sebagai insektisida yang aman bagi lingkungan dengan memanfaatkan senyawa beracun dari tumbuhan (insektisida botani), mikroba ataupun jamur entomopatogen dimana konsep ini sesuai dengan konsep PHT yang mengutamakan pengendalian hama yang memelihara lingkungan dan mengurangi penggunaan insektisida kimia (Untung, 2001). Pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Pestisida nabati bersifat mudah terurai

di alam sehingga tidak mencemari lingkungan, dan relatif aman bagi manusia dan

Universitas Sumatera Utara

ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Pestisida nabati dapat berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya. Sifat toksik dai suatu zat tergantung dari lamanya pengaplikasian, jenis dan umur spesies (Dinas Pertanian dan Kehutanan, 2007). Tanaman mimba telah lama dikenal dan mulai banyak digunakan sebagai pestisida nabati. Biji dan daun mimba mengandung senyawa Azadirachtin. Sifat penting Azadirachtin adalah tidak beracun pada manusia dan vertebrata, daya kerja utamanya adalah menekan nafsu makan (antifeedant) untuk serangga hama. Azadirachtin tidak membunuh hama secara cepat tetapi berpengaruh terhadap daya makan (antifeedant), pertumbuhan, reproduksi, proses ganti kulit, menghambat perkawinan, pembentukan kitin, penurunan daya pemandul (antifertilitas) (Anugeraheni dan Brotodjojo, 2002). Bagian tumbuhan dari bengkuang yang digunakan untuk membunuh hama adalah biji yang mengandung Rotenon. Serbuk biji bengkuang dapat digunakan untuk melindungi benih dari serangan hama gudang. Serangga yang teracuni akan mati kelaparan yang disebabkan oleh kelumpuhan alat-alat mulut (Sukma, 2009). Beberapa peneliti melakukan kajian sirsak sebagai biopestisida. Buah yang mentah, biji, daun dan akarnya mengandung senyawa kimia. Bijinya mengandung senyawa Annonain, merupakan racun kontak dan racun perut. Bermanfaat sebagai insektisida, repellent (penolak), dan antifeedant (Novizan, 2002). tetas telur dan

Universitas Sumatera Utara

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh pemberian dosis dari serbuk biji mimba, bengkuang dan sirsak dalam mengendalikan hama gudang

Callosobruchus chinensis L. pada kacang hijau di laboratorium.

Hipotesis Penelitian 1. Penggunaan serbuk biji mimba, bengkuang dan sirsak dengan dosis yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap mortalitas hama gudang Callosobruchus chinensis L. 2. Penggunaan serbuk biji mimba, bengkuang dan sirsak dengan dosis yang berbeda akan mempengaruhi susut bobot biji kacang hijau sebagai makanan hama gudang Callosobruchus chinensis L.

Kegunaan Penelitian 1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. 2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai