Anda di halaman 1dari 16

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Perilaku Perilaku sebagai suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya,

perilaku terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi yang disebut rangsangan dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (Notoadmodjo, 2003). Proses pembentukan atau perubahan perilaku dipengaruhi beberapa faktor yang berasal dari dalam diri dan luar. Faktor internal mencakup pengetahuan, kecerdasan, emosi, motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan eksternal meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia ekonomi, sosial, keluarga, budaya dan lain-lain.

2.1.1. Bentuk Perilaku Secara lebih operasional perilaku dapat diartikansuatu respon organisme atau seseorang terhadap suatu rangsangan dari luar subjek tersebut. Respon tersebut ada 2 macam yaitu: a. Bentuk Pasif Yaitu respon internal yang terjadi didalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat dilihat orang lain misalnya berfikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Oleh karena itu perilaku mereka masih terselubung. b. Bentuk Aktif Yaitu apabila perilaku jelas dan diobservasi secara rangsang. Oleh karena perilaku-perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata.

2.2.

Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu: a. Tahu Tahu adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat mengingat sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. b. Paham Paham diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang mampu menjelaskan dengan benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. d. Analisis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke dalam komponen-komponen yang masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain, misalnya mengelompokkan dan membedakan. e. Sintesis Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi Evaluasi adalah suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.3.

Sikap Merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu

stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dilihat akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang tertutup. Menurut Allport (1954) seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), sikap mempunyai tiga komponen pokok, yakni: a. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

Universitas Sumatera Utara

b. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu konsep c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, antara lain : a. Menerima (receiving) Mau dan memperhatikan stimulus atau objek yang diberikan. b. Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. c. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan masalah. d. Bertanggung jawab (responsible) Mempunyai tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan dapat juga tidak. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pertanyaan respon terhadap suatu objek. Orang lain berperilaku bertentangan dengan sikapnya, dan bisa juga merubah sikapnya sesudah yang bersangkutan merubah tindakannya. Namun secara tidak mutlak dapat dikatakan bahwa perubahan sikap merupakan loncatan untuk terjadinya perubahan perilaku.

2.4.

Tindakan Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan : a. Persepsi (perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. b. Respon terpimpin (guided response) Dapat melakukan sesuatau sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.

Universitas Sumatera Utara

c. Mekanisme (mechanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. d. Adopsi (adoption) Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik

2.5.

Kanker Payudara

2.5.1. Defenisi Kanker Payudara Kanker merupakan penyakit sel - sel tubuh. Tubuh kita selalu membuat selsel baru, sehingga kita bisa tumbuh untuk menggantikan sel yang sudah rusak atau tidak terpakai, atau mengganti sel yang rusak setelah adanya luka. Proses ini di kontrol oleh gen gen tertentu. Semua kanker disebabkan oleh perubahan gengen tersebut, Perubahan terjadi selama kita hidup walaupun sebagian kecil orang mewarisi perubahan dari orang tuanya. Kanker payudara adalah kanker dari jaringan glandular payudara. Di seluruh dunia kanker payudara penyebab paling umum penyebab kematian ke lima penyakit kanker setelah (kanker paru,kanker lambung, kanker hati, kanker kolon. Kanker payudara memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara. Pencegahan dan penatalaksanaan kanker payudara telah mengalami, perkembangan pesat akan tetapi walaupun demikian angka kematian (mortality rate) dan angka kejadian (incidence rate) kanker payudara masih tetap tinggi (supit 2003). Sebagian besar tumor payudara, baik kelainan jinak atau ganas dapat ditemukan oleh penderita sendiri, maka SADARI (PemerikSAan PayuDAra SendiRI) menjadi sangat penting (Dalimartha 2004 dalam Chandra 2009).

Universitas Sumatera Utara

2.5.2. Etiologi dan faktor resiko Kanker Payudara Penyebab pasti kanker payudara sampai saat ini belum diketahui sangat mungkin penyebabnya berasal dari multifaktorial yang saling mampengaruhi Namun, ada beberapa faktor resiko yang telah teridentifikasi, yaitu : a. Jenis kelamin Wanita lebih beresiko menderita kanker payudara dibandingkan dengan pria. Prevalensi kanker payudara pada pria hanya 1% dari seluruh kanker payudara. b. Riwayat keluarga Pada kanker Payudara telah diketahui beberapa gen yaitu BRCA 1 dan BRCA 2 memiliki kecenderungan kanker payudara dan juga pemeriksaan histopatologi faktor proliferasi p53. Pada mayarakat umum yang tidak dapat memeriksa gen dan faktor proloferasinya, maka riwayat kanker pada kanker pada keluarga merupakan salah satu faktor resiko terjadi penyakit. a. Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita kanker payudara beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita kanker payudara. b. Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara dibawah 40 tahun. c. Adanya keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara. d. Adanya riwayat kanker payudara pada pria dalam keluarga. c. Faktor genetika Ini berdasarkan Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13. Wanita dengan mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 mempunyai peluang sampai 85% untuk berkembang menjadi kanker payudara. d. Faktor usia Resiko kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia. Setiap sepuluh tahun, resiko kanker meningkat dua kali lipat. Kejadian puncak kanker payudara terjadi pada usia 40-50 tahun (Azamris, 2006).

Universitas Sumatera Utara

e. Faktor hormonal Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara. f. Usia saat kehamilan pertama Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat dibandingkan dengan hamil pada usia kurang dari 20 tahun. g. Penyakit payudara jinak sebelumnya h. Terpapar radiasi i. Pemakaian kontrasepsi oral Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Penggunaan pada usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan pada usia lebih tua.

2.5.3. Gejala Klinis Gejala kanker payudara pada permulaan sering tidak dirasakan oleh penderita. Menurut Dalimartha (2004), kanker payudara pada tahap dini biasanya tidak menimbulkan keluhan . Penderita merasa sehat, tidak merasa nyeri, tidak merasa terganggu aktivitasnya. Keluhan pasien kanker payudara berbeda-beda sesuai dengan stadiumnya. Tanda yang mungkin dirasakan pada stadium dini adalah terdapatnya benjolan kecil di payudara Umumnya, pasien karsinoma in situ, T1, dan T2 datang dengan keluhan adanya benjolan pada payudara tanpa disertai nyeri atau hasil pemeriksaan skrining mamografi yang abnormal. Pada stadium lanjut, perubahan-perubahan pada payudara akan ditemui, seperti, perubahan pada permukaan kulit payudara, keluarnya discharge dari puting, serta perubahan pada bentuk dan ukuran payudara. Selain itu, dapat pula ditemui pembesaran kelenjar limfa dan tanda-tanda metastase pada jaringan lain (Hoskins et al, 2005).

Universitas Sumatera Utara

2.5.4. Diagnosa Menurut Mardiana (2004), gejala serangan kanker payudara semakin banyak setelah melewati stadium dini atau memasuki stadium lanjut yaitu: 1. Rasa nyeri atau sakit pada payudara. 2. Adanya bejolan dan semakin lama benjolan semakin membesar. 3. Payudara mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai timbul pembengkakan. Sebagai langkah pendeteksian dini, para wanita disarankan untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di rumah atau pemeriksaan payudara oleh tenaga kesehatan secara rutin. Pada pemeriksaan ini, dapat ditemukan adanya benjolan pada payudara, baik disertai nyeri ataupun tanpa nyeri. Berdasarkan lokasinya, kanker payudara sering ditemukan pada :

Kuadran atas bagian lateral Regio puting susu Kuadran atas bagian medial Kuadran bawah bagian lateral Kuadran bawah bagian media

: 38,5% : 29% : 14,2% : 8,8% : 5,0%

Selain pemeriksaan fisik, mamografi dan USG payudara juga dapat dilakukan, terutama pada wanita lanjut usia dan wanita yang beresiko tinggi. Bahkan, sekarang ini dapat pula dilakukan pemeriksaan MRI payudara. Pemeriksaan ini terutama dianjurkan kepada wanita muda yang telah terbukti mengalami mutasi gen. Jika pada pemeriksaan-pemeriksaan tersebut di atas dijumpai adanya kelainan, baik berupa benjolan atau gambaran radiologi yang abnormal, maka perlu dilakukan biopsi untuk mendapatkan contoh jaringan yang akan diperiksa di bawah mikroskop. Dari pemeriksaan biopsi ini, dapat dipastikan ada atau tidaknya sel kanker.

2.5.5. Klasifikasi Kanker Payudara Stadium-stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya,

Universitas Sumatera Utara

sudah sejauh manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ ataupun ke jaringan sekitar maupun ketempat jauh. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya, yaitu histopatologi atau PA, rontgen, USG, dan bila memungkinkan CT Scan dan scintigrafi (Sukardja, 2000). Stadium dari kanker tersebut untuk dapat memberikan pengobatan yang sesuai. Stadium kanker diklasifikasikan oleh American Joint Comittee on Cancer (2002) dalam ditentukan berdasarkan TNM system (Tumor Nodus Metastasis) yang meliputi:

a. Ukuran Tumor (T) Selain menunjukkan ukuran tumor, huruf T(tumor primer) pada TNM system ini juga mendeskripsikan apakah tumor mengenai dinding dada ataupun kulit. Tabel 2.1 Klasifikasi Ukuran Tumor Payudara berdasarkan TNM system Ukuran Tumor (T) Tx To Tis Tis (DCIS) Tis (LCIS) Tis (Paget) T1 T1 mic T1 a T1 b T1 c T2 T3 Interpretsi Tumor primer tidak ditemukan Tidak ada bukti ditemukan adanya tumor primer Karsinoma In Situ Duktal Karsinoma In Situ Lobular Karsinoma In Situ Pagets Disease tanpa adanya tumor Ukuran tumor > 2 cm Mikroinvasif > 0,1 cm Tumor > 0,1 - < 0,5 cm Tumor > 0,5 cm - < 1 Tumor > 1 cm - < 2 cm Tumor > 2 cm - < 5 cm Tumor > 5 cm

Universitas Sumatera Utara

T4

T4a T4b

Tumor dengan segala ukuran disertai dengan adanya perlekatan pada dinding thoraks atau kulit Melekat pada dinding dada Edeme (termasuk peau dorange) atau ulserasi pada kulit, atau adanya nodul satelite pada payudara Gabungan antara T4a dan T4b Inflamatory carcinoma

T4c T4d Sumber : UICC 2002

b. Kelenjar Limfe Regional (N) Huruf N menunjukkan penyebaran kanker ke kelenjar limfe dan perlekatan lymph node tersebut terhadap struktur lengan. Tabel 2.2 Klasifikasi kelenjar limfe rgional Berdasarkan TNM System. Kelenjar Getah Interpretasi

Bening Regional (N) Nx No N1 Kelenjar limfe regional tidak didapatkan Tidak ada metastasis pada kelenjar limfe Metastasis pada kelenjar aksilla ipsilateral, bersifat mobile N2 Metastasis pada kelenjar limfe aksilla

ipsilateral, tidak dapat digerakkan N3 Metastasis pada kelenjar limfe intraclavicular, atau mengenai kelenjar mammae interna atau kelenjar limfe supraklavikular Sumber : UICC 2002

Metastase (M) Huruf M menunjukkan metastase (penyebaran) kanker ke organ yang jauh atau ke lymph node yang tidak langsung berhubungan dengan kanker (misal: lymph node di leher).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.3 Klasifikasi Metastase Berdasarkan TNM System Metastase (M) Mx Mo M1 Interpretasi Metastasis jauh tidak didapatkan Tidak ada bukti adanya metastasis Didapatkan metastasis yang telah mencapai organ

Sumber : UICC 2002 Klasifikasi stadium klinis berdasarkan Klasifikasi Tumor Nodus Metastasis (TNM) kanker payudara.

Tabel 2.4 Stadium Kanker Payudara berdasarkan TNM Kanker Payudara Stadium 0 I Iia IIIa Ukuran Tumor Tis T1 TO T1 T2 T2 T3 T0 T1 T2 T3 IIIb IV T4 T apapun T Apapun N apapun Sumber: UICC 2002 2.5.6. Prognosa Keberlangsungan hidup pasien kanker payudara dipengaruhi oleh banyak hal, seperti: karakteristik tumor, status kesehatan, faktor genetik, level stres, imunitas, keinginan untuk hidup, dan lain-lain. Harapan hidup pasien kanker Metastasis Kelenjar Limfe N0 N0 N1 N1 N0 N1 N0 N2 N2 N2 N1,N2 N Apapun N3 Metastase MO MO MO MO MO MO MO MO MO MO MO MO MO MO

Universitas Sumatera Utara

payudara dalam lima tahun digambadirkan dalam five-year survival rate (Imaginis, 2009). Data rata rata prognosis harapan hidup penderita kanker payudara (survival rate) per stadium menurut PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia) (Rasjidi, Hartanto, 2009).

Tabel 2.5 Five-Year Survival Rate pasien kanker payudara Stadium 0 I II III IV Five Year Survival Rate 98% 85% 60 70% 30 50 % 15%

Sumber: PERABOI dalam Rasjidi, Hartanto, (2009).

2.6.

Deteksi Dini Kanker Payudara

2.6.1 Defenisi Deteksi dini Deteksi dini kanker adalah upaya untuk menemukan adanya kanker yang masih dapat disembuhkan, yaitu kanker yang belum lama tumbuh, masih kecil, masih lokal, masih belum menimbulkan kerusakan yang berarti pada masyarakat tertentu dan pada golongan tertentu (Chandra, 2009). Menurut Sukardja (2000), deteksi dini kanker adalah suatu usaha untuk menemukan adanya kanker yang belum lama tunbuh, masih kecil, masih lokal, dan belum menimbulkan kerusakan yang berarti sehingga masih dapat disembuhkan. Deteksi dini biasanya dilakukan pada orang-orang yang kelihatannya sehat, asimptomatik, atau pada orang yang beresiko tinggi menderita kanker.

Universitas Sumatera Utara

2.6.2. Tujuan Deteksi Dini Tujuan Utama deteksi dini kanker payudara adalah Menemukan kanker payudara dalam stadium dini sehingga pengobatannya menjadi lebih baik. Karena 75% keganasan payudara dapat ditemukan dengan melakukan deteksi dini (Chandra, 2009).

2.7.

SADARI Sebagai Salah Satu Cara untuk Mendeteksi Dini Kanker Payudara 2.7.1. Defenisi pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah salah satu cara untuk mendeteksi dini kanker payudara dengan melakukan pemeriksaan sendiri. Pemeriksaan ini tidak hanya dilakukan oleh wanita yang beresiko tinggi, tetapi sebaiknya dilakukan oleh seluruh wanita karena sekitar 75% kasus kanker payudara ditemukan pada wanita yang tidak dianggap beresiko tinggi (Ihea, 2003). Untuk mendeteksi adanya kanker payudara dapat dilakukan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri). Tindakan ini sangat penting karena hampir 85% benjolan di payudara ditemukan oleh penderita sendiri. Pada wanita normal, American Cancer Society menganjurkan wanita yang berusia di atas 20 tahun untuk melakukan SADARI setiap tiga bulan, usia 3540 tahun melakukan mamografi, di atas 40 tahun melakukan check up pada dokter ahli, lebih dari 50 tahun check up rutin dan mamografi setiap tahun, dan bagi wanita yang berisiko tinggi pemeriksaan dokter lebih sering dan rutin. Wanita usia 20 tahun ke atas sebaiknya melakukan SADARI sebulan sekali, yaitu 7-10 hari setelah menstruasi. Pada saat itu, pengaruh hormon ovarium telah hilang sehingga konsistensi payudara tidak lagi keras seperti menjelang menstruasi. Untuk wanita yang telah menopause, SADARI sebaiknya dilakukan setiap tanggal 1 setiap bulan agar lebih mudah diingat. Tujuan utama SADARI adalah menemukan kanker pada stadium dini sehingga pengobatan menjadi lebih baik. Ternyata 75 85% keganasan payudara ditemukan pada saat dilakukan pemeriksaan payudara sendiri (Dalimartha, 2004).

Universitas Sumatera Utara

2.7.1. Langkah langkah Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan dalam tiga tahap, yaitu : Posisi Berdiri.

Gambar 2.1 : Cara Melakukan SADARI dengan Melihat Payudara Sumber : (Agel, 2009) 1. Melihat payudara a. Pemeriksaan ini dilakukan di depan cermin. b. Bukalah seluruh pakaian dari pinggang ke atas dan berdirilah di depan cermin yang besar. c. Letakkan kedua tangan di samping tubuh d. Perhatikan payudara :

Apakah bentuk dan ukuran payudara kanan dan kiri tidak simetris?

Apakah payudara membesar atau mengeras? Apakah arah puting tidak lurus ke depan atau berubah arah? Apakah puting tertarik ke dalam? Apakah puting susu dipijat apakan ada cairan atau darah yang keluar?

Apakah puting atau kulit ada yang lecet? Apakah ada perubahan warna kulit?

Universitas Sumatera Utara

Apakah kulit menebal dengan pori-pori melebar (seperti kulit jeruk)?

Apakah permukaan kulit tidak mulus, ada kerutan atau cekungan?

e. Ulangi semua pengamatan di atas dengan posisi kedua tangan lurus ke atas. f. Setelah itu, ulangi lagi pengamatan tersebut dengan posisi kedua tangan di pinggang, dada dibusungkan, dan siku ditarik ke belakang.

Gambar 2.2 : Cara Melakukan SADARI dengan Memijat Payudara Sumber : (Agel, 2009)

2. Memijat payudara a. Dengan kedua tangan, pijat payudara dengan lembut dari tepi hingga ke puting. b. Perhatikan apakah ada cairan atau darah yang keluar dari puting susu (seharusnya, tidak ada cairan yang keluar, kecuali pada wanita yang sedang menyusui).

Universitas Sumatera Utara

Posisi Berbaring.

Gambar 2.3 : Cara Melakukan SADARI dengan Meraba Payudara dalam Posisi Berbaring. Sumber : (Agel, 2009)

3. Meraba payudara a. Pemeriksaan dilakukan dalam posisi berbaring. b. Lakukan perabaan payudara satu per satu. c. Untuk memeriksa payudara kanan, letakkan bantal atau handuk yang dilipat di bawah bahu kanan. Lengan kanan direntangkan di samping kepala atau diletakkan di bawah kepala. d. Raba payudara dengan menggunakan tiga atau empat jari tangan kiri yang saling dirapatkan. e. Rabaan dilakukan dengan gerakan memutar dari tepi payudara hingga ke puting susu. f. Geser posisi jari, kemudian lakukan lagi gerakan memutar dari tepi payudara hingga ke puting susu. g. Lakukan seterusnya hingga seluruh bagian payudara diperiksa. h. Lakukan hal yang sama pada payudara satunya lagi. i. Sebaiknya, perabaan dilakukan dalam tiga macam tekanan : tekanan ringan untuk meraba adanya benjolan di permukaan kulit, tekanan sedang untuk memeriksa adanya benjolan di tengah jaringan payudara,

Universitas Sumatera Utara

dan tekanan kuat untuk meraba benjolan di dasar payudara yang melekat pada tulang iga. j. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan lotion atau minyak sebagai pelicin agar pemeriksaan lebih sensitif. Setelah itu, lakukan semua langkah perabaan payudara dalam posisi berdiri. Sebaiknya dilakukan saat sedang mandi ( dengan menggunakan sabun).

Gambar 2.4 : Cara Melakukan SADARI dengan Meraba Payudara Sumber : (Agel, 2009)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai