Anda di halaman 1dari 19

Referat

AMPUTASI

Disusun Oleh : Muhammad Arif NIM. 0808151436

Pembimbing : dr. M. Ihsan, Sp.OT

K PANIT !AAN K"INIK #A$IAN I"MU # %A& 'AKU"TAS K %OKT !AN UNI( !SITAS !IAU !SU% A!I'IN A)&MA% P KAN#A!U *013

#A# I P N%A&U"UAN Appendisitis merupakan penyakit akut abdomen yang sering dijumpai. Pada umumnya dapat didiagnosa dengan pemeriksaan klinis, laboratoris dan radiologis, tetapi juga dapat suatu penyakit yang sulit didiagnosa, tidak jarang pembedahan terhadap apendisitis dilakukan, ternyata terdpaat apendiks yang normal. Terdapat perbedaan pendapat para ahli dalam penatalaksanaan apendik, yaitu: 1. Operasi cito, pendapat ini mengatakan dengan operasi yang segera dikerjakan dengan aman, morbiditas tidak lebih tinggi dari apendisitis perforasi, dengan keuntungan masa ra at yang lebih pendek. !erugiannya kemungkinan penyebaran infeksi pada saat manipulasi, adanya kesulitan saat deseksi yang menimbulkan trauma usus yang telah rapuh dengan kemungkinan timbulnya fistula. ". #elakukan operasi hanya pada penderita apendisitis infiltrat yang tidak terfiksasi, dengan pertimbangan operasi dapat lebih mudah dikerjakan karena proses alling off belum sempurna. $. #elakukan terapi konser%atif terhadap apendisitis infiltrat yang terfiksasi, dengan pemberian antibiotik dan obser%asi ketat. &ila gagal dan terbentuk abses maka dilakukan drainase dengan atau tanpa apendiktomi. &ila berhasil penderita dipulangkan dengan pesan datang kembali untuk apendiktomi inter%al. Appendisitis dapat ditemukan pada semua umur, inseidensi tinggi pada usia "'($' tahun dan kemudian menurun. )nsidensi pada pria dan anita umumnya sebanding.

#A# II TIN+AUAN PUSTAKA 1. %,finisi Amputasi berasal dari kata amputare yang diartikan sebagai pancung. 1 Amputasi dapat berarti suatu keadaan ketiadaan sebagian atau seluruh anggota gerak atau menunjukkan menunjukkan suatu prosedur bedah yaitu memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh
bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi. egiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti system integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten cardio!askuler. "ebih lanjut dapat menimbulkan masalah psikologis bagi klien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.

*. K-asifi.asi arena itu amputasi dikelompokkan atas dua kelompok yaitu amputasi kongenital dan amputasi bedah. Pada amputasi kongenital ketiadaan anggota gerak disebabakan gangguan oleh pembentukan organ yang diba#a sejak lahir, sedang amputasi bedah adalah prosedur pemotongan yang memotong tulang. $ni berbeda dengan disartikulasi dimana garis pemotongannya adalah mele#ati sendi. %amun dalam tulisan ini istilah amputasi dianggap sama dengan disartikulasi dan amputasi yang akan dibicarakan disini adalah amputasi bedah. 3. Prinsip %asar Ampu/asi Dengan kemajuan dibidang prostesis maka pemilihan tempat amputasi dengan tujuan untuk mempertahankan ekstremitas sedistal mungkin tidak sepenuhnya benar. &al ini berlaku pada amputasi ekstremitas superior. Aturan yang menyatakan untuk mempretahankan ekstremitas sedistal mungkin tidak dapat diterapkan pada amputasi ekstremitas inferior. 'eskipun begitu sedapat mungkin lutut harus diselamatkan, karena lutut sangat berguna

secara fungsional. 'asalah #eight bearing dan menyisakan soft tissue untuk menutupi stump sangat mempengaruhi pemilihan tempat amputasi pada ekstremias inferior. Pada amputasi belo# knee stump yang terlalu panjang tidak disarankan karena akan mempersulit penggunaan prostesa. (atas anterior tibia harus di be!el dan harus tersedia soft tissue yang cukup untuk menutupinya dengan cara membuat flap diposterior lebih panjang. Amputasi setinggi pergelangan kaki mempunyai indikasi yang cukup jarang, umumnya pada trauma. Amputasi )yme bermanfaat untuk end #eight bearing prosthesis. *ntuk amputasi telapak kaki kesepakatan umum yang dipakai adalah trans metatarsal. +,, 4. "0.asi P,n,n/uan Ampu/asi

5. Indi.asi Ampu/asi $ndikasi utama bedah amputasi adalah karena : a. $skemia $skemia karena penyakit reskulanisasi perifer, bisanya pada oang tua, sepertiklien dengan arteriosklerosis, diabetes mellitus. b. Trauma amputasi (isa diakibatkan karena perang, kecelakaan kendaraan bermotor, thermal injuryseperti -terbakar ., infeksi, gangguan metabolism seperti pagets deases dankelainan congenital. c. /as ganggren eadaan nyeri akut dan dimana otot dan jaringan subkutan menjadi terisi dengangas dan eksudat serosangiunosa0 disebabkan infeksi luka oleh bakteri anaerob,yang diantaranya adalah berbagai spesies clostridium. d. Osteomielitis Peradangan pada tulang - bisa menyebabkan lumpuh . dan bisa juga terjadi assending infection. e. ehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki. f. eganasan Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konser!atif

6. Indi.asi dan K0n/raindi.asi Ampu/asi $ndikasi amputasi antara lain : a. Live saving - menyelamatkan ji#a ., 1ontoh trauma disertai keadaan yang mengancam ji#a - infeksi dan perdarahan.. b. Limb saving - memanfaatkan kembali fungsi ekstremitas secara maksimal ., seperti pada kelainan congenital dan keganasan. Tujuan operasi amputasi diba#ah lutut adalah untuk menghasilkan alat gerak yang padat, berbentuk silindris, bebas dari jaringan parut yang sensitif dengan tulang yang cukup baik ditutupi oleh otot dan jaringan subkutan yang sesuai dengan panjangnya. )edangkan kontraindikasi amputasi adalah jika keadaan umum pasien yang jelek. 1. M,/0d, Ampu/asi Dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh, dengan dua metode : a. 'etode terbuka -guillotine amputasi. 'etode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang mengembang. (entuknya benar2 benar terbuka dan dipasang drainage agar luka bersih, dan luka dapat ditutup setelah tidak terinfeksi, dan dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama. b. 'etode tertutup -flap amputasi. Pada metode ini kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan dijahit pada daerah yang diamputasi. Dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 3 sentimeter diba#ah potongan otot dan tulang. )etelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya meliputi pera#atan luka operasi4mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot4mencegah kontraktur, mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk penggunaan protese -mungkin..

$am2ar *.3 Ampu/asi m,/0d, /,r/u/up 8. +,nis Ampu/asi (erdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi : a. Amputasi selektif4terencana Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penanganan yang baik serta terpantau secara terus2menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir. b. Amputasi akibat trauma 'erupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan. egiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien. c. Amputasi darurat egiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. (iasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada traumadengan patah tulang multiple dan kerusakan4kehilangan kulit yang luas. (iasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang multiple dan kerusakan4kehilangan kulit yang luas. 5enis amputasi yang dikenal adalah : a. Amputasi terbuka b. Amputasi tertutup

Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama. Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 3 sentimeter diba#ah potongan otot dan tulang.)etelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya meliputi pera#atan luka operasi4mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot4mencegah kontraktur, mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk penggunaan protese - mungkin .. 3. Tin4.a/an Ampu/asi Pada cedera, ditentukan oleh peredaran darah yang adekuat. Pada tumor, ditentukan oleh daerah bebas tumor dan bebas resiko kekambuhan lokal. Pada penyakit pembuluh darah, ditentukan oleh !askularisasi sisa ekstremitas dan daya sembuh luka puntung a. 6kstremitas atas Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri. &al ini berkaitan dengan akti!itas sehari2hari seperti makan, minum, mandi, berpakaian dan akti!itas yang lainnya yang melibatkan tangan. b. 6kstremitas ba#ah Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari jari2jari kaki yang menimbulkan seminimal mungkin kemampuannya.Adapun amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi dua letak amputasi yaitu : 1. Amputasi diba#ah lutut -belo# knee amputation.. Ada + metode pada amputasi jenis ini yaitu amputasi pada nonischemic limb dan inschemic limb. +. Amputasi diatas lutut Amputasi ini memegang angka penyembuhan tertinggi pada pasien dengan penyakit !askuler perifer. c. %ekrosis. Pada keadaan nekrosis biasanya dilakukan dulu terapi konser!atif, bila tidak berhasil dilakukan reamputasi dengan le!el yang lebih tinggi. d. ontraktur.

ontraktur sendi dapat dicegah dengan mengatur letak stump amputasi serta melakukan latihan sedini mungkin. Terjadinya kontraktur sendi karena sendi terlalu lama diistirahatkan atau tidak di gerakkan. e. %euroma. Terjadi pada ujung2ujung saraf yang dipotong terlalu rendah sehingga melengketdengan kulit ujung stump. &al ini dapat dicegah dengan memotong saraf lebih pro7imal dari stump sehingga tertanam di dalam otot. f. Phantom sensation. &ampir selalu terjadi dimana penderita merasakan masih utuhnya ekstremitas tersebut disertai rasa nyeri. &al ini dapat diatasi dengan obat2obatan,stimulasi terhadap saraf dan juga dengan cara kombinasi. 10. Ampu/asi A/as "u/u/ Tempat terbaik untuk membagi femur adalah 8219 cm - selebar satu tangan.. /unakan spidol kulit untuk merencanakan insisi, yang harus membuat flap anterior maupun flap posterior memiliki panjang sama atau yang anterior sedikit lebih panjang. (agi kulit dan jaringan subkutan sepanjang garis yang direncanakan. &emostasis biasanya tidak sukar pada anggota gerak yang iskemik namun bisa terjadi perdarahan hebat pada anggota gerak yang septik. $kat semua !ena dengan menggunakan jarum serap +49. Perdalam insisi anterior sampai tulang, sambil memotong tendon :uadriceps femoris. ;asa femoralis bersama2sama ner!us poplitea media dan lateral dijumpai pada posisi posteromedial. $kat rangkap pembuluh darah dengan benang serap. )ebelum memotong saraf, beri tegangan pada saraf sehingga saraf tertarik ke dalam puntung pada amputasi. 5ika amputasi dilakukan pada tingkat yang lebih tinggi, ner!us sciaticus bisa dijumpai. %er!us sciaticus diikuti oleh arteri yang harus didiseksi secara terpisah dan diikat sebelum saraf dipotong. )etelah memotong semua otot di sekeliling femur, ikat pembuluh yang tinggal dan hindari pemakaian diatermi. Periksa titik amputasi yang tepat dari femur dan kerok periosteum dari tulang di daerah ini. Otot2otot paha harus diretraksi ke arah proksimal untuk memberikan cukup ruang dalam menggunakan gergaji. $ni bisa dilakukan dengan bantuan beberapa pembalut abdomen atau retraktor khusus. )etelah memotong femur dan melepas tungkai ba#ah, tempatkan handuk bersih di ba#ah puntung dan istirahatkan puntung pada mangkok yang dibalik. /unakan kikir untuk menghaluskan pinggir femur, kemudian ba#a otot2otot depan dan belakang bersamaan menutup tulang dengan jahitan terputus benang serap ukuran 1. Pasang

suction drain $nsisi kulit Titik pemotongan tulang di ba#ah lapisan otot. Tempatkan jahitan lapis kedua yang lebih superfisial dalam otot dan jaringan subkutan karena ini akan membantu mendekatkan flap kulit. 5ahit pinggir kulit dengan beberapa jahitan putus dengan benang non serap +49. 11 &indari memetik pinggir kulit dengan forsep bergigi. Tutup puntung dengan kasa dan kapas dan balut dengan crepe bandage.

11. Ampu/asi #a5ah "u/u/ Amputasi ba#ah lutut secara statistic merupakan jenis amputasi yang paling sering dilakukan pada alat gerak ba#ah. "uka amputasi pada le!el ini akan sembuh dengan baik pada sebagian besar pasien dengan iskemia yang memerlukan ablasi alat gerak. Amputasi ba#ah lutut merupakan suatu prosedur rekonstruktif yang memerlukan perhatian cermat terhadap detail tekniknya. "e!el ini dipilih berdasarkan ketersediaan jaringan yang sehat termasuk pemahaman potensi penyembuhan dari daerah yang iskemi. )isi pemotongan adalah le!el dimana terdapat cukup jaringan lunak untuk menghasilkan puntung yang dapat sembuh dengan baik dan mempunyai toleransi yang baik terhadap prostetik. Panjang puntung sebaiknya dipertahankan setinggi hingga pertemuan 14, tengah dan ba#ah tibia2fibula. Titik optimum untuk amputasi adalah 1< cm dari tibial plateau, fibula dipotong + cm proksimal dari ini. (eri tanda insisi, dengan flap anterior berakhir tepat distal dari garis pemotongan tulang pada tibia dan flap posterior meluas ke ba#ah sampai tendon Achilles. (uat insisi sepanjang garis yang telah diberi tanda. Di posterior potong tendon Achilles dan perdalam insisi untuk memotong sisa otot dan tendon sampai tulang. Potong otot ke dalam sampai melintasi bagian depan. =ibula dipotong miring dengan gergaji /igli, kemudian belah tibia + cm distal dari ini. (ersihkan otot dari tulang dengan ele!ator periosteum. Potong be!el anterior pertama kali dengan gergaji diagonal kemudian potong tegak lurus tibia. (entuk sudut pada ujung ba#ah tibia ke arah atas dan pisahkan massa otot dari aspek posteriornya. $kat rangkap semua pembuluh darah dan potong setiap saraf yang tegang. "epas tungkai bagian distal. =lap posterior ditarik ke atas membungkus puntung tulang dan dijahit ke flap anterior. =lap posterior mungkin perlu dikurangi dengan eksisi jaringan otot. Tempatkan benang serap di antara otot di bagian posterior dan jaringan subkutan di anterior dan meninggalkan suction drain di ba#ah otot. )atukan pinggir kulit dengan jahitan putus benang

non2serap +49. Pangkas sudut2sudut flap posterior jika perlu agar bentuknya rapi. Tutup puntung dengan katun dan balut ketat dengan crepe bandage. 1*. P,na/a-a.sanaan Ampu/asi Amputasi dianggap selesai setelah dipasang prostesis yang baik dan berfungsi. Ada + cara pera#atan post amputasi yaitu : a. Rigid dressing >aitu dengan menggunakan plaster of paris yang dipasang #aktu dikamar operasi. Pada #aktu memasang harus direncanakan apakah penderita harus immobilisasi atau tidak. (ila tidak diperlukan pemasangan segera dengan memperhatikan jangan sampai menyebabkan konstriksi stump dan memasang balutan pada ujung stump serta tempat2tempat tulang yang menonjol. euntungan cara ini bisa mencegah oedema, mengurangi nyeri dan mempercepat posisi berdiri. )etelah pemasangan rigid dressing bisa dilanjutkan dengan mobilisasi segera, mobilisasi setelah ? @ 19 hari post operasi setelah luka sembuh, setelah + @ , minggu, setelah stump sembuh dan mature. %amun untuk mobilisasi dengan rigid dressing ini dipertimbangkan juga faktor usia, kekuatan, kecerdasan penderita, tersedianya pera#at yang terampil, therapist dan prosthetist serta kerelaan dan kemauan dokter bedah untuk melakukan super!isi program pera#atan. Rigid dressing dibuka pada hari ke ? @ 19 post operasi untuk melihat luka operasi atau bila ditemukan cast yang kendor atau tanda2tanda infeksi local atau sistemik. b. Soft dressing >aitu bila ujung stump dira#at secara kon!ensional, maka digunakan pembalut steril yang rapi dan semua tulang yang menonjol dipasang bantalan yang cukup. &arus diperhatikan penggunaan elastik !erban jangan sampai menyebabkan konstriksi pada stump. *jung stump diele!asi dengan meninggikan kaki tempat tidur, melakukan ele!asi dengan mengganjal bantal pada stump tidak baik sebab akan menyebabkan fleksi kontraktur. (iasanya luka diganti balutan dan drain dicabut setelah <8 jam. *jung stump ditekan sedikit dengan soft dressing dan pasien diiAinkan secepat mungkin untuk berdiri setelah kondisinya mengiAinkan. (iasanya jahitan dibuka pada hari ke 19 @ 1< post operasi. Pada amputasi diatas lutut, penderita diperingatkan untuk tidak meletakkan bantal diba#ah stump, hal ini perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya kontraktur. 13. %ampa. Masa-ah T,rhadap Sis/,m Tu2uh Adapun pengaruhnya meliputi :

a. ecepatan metabolisme 5ika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan penekanan pada fungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah sehingga menurunkan kecepatan metabolisme basal. b. etidakseimbangan cairan dan elektrolit Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih besar dari anabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma, hal ini menyebabkan pergeseran cairan intra!askuler ke luar keruang interstitial pada bagian tubuh yang rendah sehingga menyebabkan oedema. $mmobilitas menyebabkan sumber stressor bagi klien sehingga menyebabkan kecemasan yang akan memberikan rangsangan ke hypotalamus posterior untuk menghambat pengeluaran AD&, sehingga terjadi peningkatan diuresis. c. )istem respirasi 1. Penurunan kapasitas paru Pada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi otot intercostarelatif kecil, diafragma otot perut dalam rangka mencapai inspirasi maksimal danekspirasi paksa. +. Perubahan perfusi setempat Dalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan rasio !entilasi dengan perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan terjadi peningkatan metabolisme -karena latihan atau infeksi. terjadi hipoksia. ,. 'ekanisme batuk tidak efektif Akibat immobilisasi terjadi penurunan kerja siliaris saluran pernafasan sehingga sekresi mukus cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental dan mengganggu gerakan siliaris normal. d. )istem ardio!askuler 1. Peningkatan denyut nadi Terjadi sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor metabolik, endokrin dan mekanisme pada keadaan yang menghasilkan adrenergik sering dijumpai pada pasien dengan immobilisasi. +. Penurunan cardiac reser!e Diba#ah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini mengakibatkan #aktu pengisian diastolik memendek dan penurunan isi sekuncup. ,. Orthostatik &ipotensi

Pada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana anterior dan!enula tungkai berkontraksi tidak adekuat, !asodilatasi lebih panjang dari pada !asokontriksi sehingga darah banyak berkumpul di ekstremitas ba#ah, !olume darah yang bersirkulasi menurun, jumlah darah ke !entrikel saat diastolik tidak cukup untuk memenuhi perfusi ke otak dan tekanan darah menurun, akibatnya klien merasakan pusing pada saat bangun tidur serta dapat juga merasakan pingsan e. )istem 'uskuloskeletal 1. Penurunan kekuatan otot Dengan adanya immobilisasi dan gangguan sistem !askuler memungkinkan suplai O+ dan nutrisi sangat berkurang pada jaringan, demikian pula dengan pembuangan sisa metabolisme akan terganggu sehingga menjadikan kelelahan otot. +. Atropi otot arena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya penurunan fungsi persarafan. &al ini menyebabkan terjadinya atropi dan paralisis otot. ,. ontraktur sendi ombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya keterbatasan gerak. <. Osteoporosis Terjadi penurunan metabolisme kalsium. &al ini menurunkan persenya#aan organik dan anorganik sehingga massa tulang menipis dan tulang menjadi keropos. f. )istem Pencernaan 1. Anoreksia Akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan menurunnya nafsu makan. +. onstipasi 'eningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan spincter anus menjadi kontriksi sehingga reabsorbsi cairan meningkat dalam colon, menjadikan faeces lebih keras dan orang sulit buang air besar. g. )istem perkemihan Dalam kondisi tidur terlentang, renal pel!is ureter dan kandung kencing berada dalam keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus mela#an gaya gra!itasi, pel!is renal banyak menahan urine sehingga dapat menyebabkan : 1. Akumulasi endapan urine di renal pel!is akan mudah membentuk batu ginjal.

+. Tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang biaknya kuman dan dapat menyebabkan $) . h. )istem integument Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian ba#ah seperti punggung dan bokong akan tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi ke jaringan. 5ika hal ini dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan akan normal kembali jika tekanan dihilangkan dan kulit dimasase untuk meningkatkan suplai darah. 14. P,ra5a/an Pas6a Ampu/asi Pera#atan luka pada umumnya dan penggunaan balutan yang halus akan mengontrol udem, mencegah trauma, menurunkan nyeri, dan membuat mobilisasi lebih a#al demikian juga rehabilitasinya Behabilitasi dengan pembuatan prostesis yang sesuai

15. 7 16. 7

#A# III "APO!AN KASUS #A$IAN I"MU # %A& 'AKU"TAS K %OKT !AN UNI( !SITAS !IAU %ama pasien Alamat *mur 5enis elamin Pekerjaan Agama 'B) : %y. B : Pekanbaru : 3, tahun : perempuan : ibu rumah tangga : islam : 1< =ebruari +91,

ANAMN SIS8 Autoanamnesa dan Alloanamnesa K,-uhan u/ama : %yeri perut yang semakin memberat sejak + hari dan berpindah ke perut bagian kanan ba#ah beberapa jam kemudian sebelum masuk Bumah )akit -)'B)..

!i5a9a/ P,n9a.i/ S,.aran4 : )ejak + hari )'B) pasien mengeluhkan nyeri pada seluruh bagian perut terutama di daerah uluhati, nyeri timbul mendadak, nyeri tidak bisa dideskripsikan, nyeri dirasakan semakin lama dirasakan semakin nyeri, nyeri sedikit berkurang jika pasien menekan bagian uluhati, nyeri tidak dipengaruhi oleh makanan atau perubahan posisi, nyeri perlahan beralih ke perut kanan ba#ah < jam kemudian, nyeri dirasakan terus2menerus, nyeri seperti ditusuk2tusuk, nyeri tidak menjalar ke daerah lain, nyeri dirasakan bertambah hebat jika berubah posisi dan berkurang jika pasien beristirahat, nyeri berkurang setelah (A( -2., ri#ayat trauma perut -2., mual -2., muntah -2., demam -C., demam timbul bersamaan dengan nyeri, demam tidak terlalu tinggi, nyeri menelan -2., batuk -2., (A( dan (A normal, nafsu makan menurun, ri#ayat penurunan (( yang drastis -2.. Pasien sudah berhenti haid sejak D tahun yang lalu, tidak memiliki ri#ayat keputihan dan masalah dengan organ reproduksi #anita, pasien kemudian berobat ke B) ) untuk meredakan keluhan, pasien diberikan obat dan diminta untuk beristirahat. 1 hari )'B) keluhan pasien masih sama seperti sebelumnya, karena setelah minum obat pasien tidak merasakan perubahan maka pasien kembali ke B) ) untuk berobat, pasien kemudian dikatakan menderita usus buntu dan harus dioperasi, pasien kemudian meminta untuk dirujuk ke B)*D Arifin Ahmad. !i5a9a/ P,n9a.i/ %ahu-u8 Bi#ayat operasi pada perut -2. Bi#ayat kencing berdarah -2. Pasien belum pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya.

!i5a9a/ K,2iasaan8 Pasien kurang mengkonsusmi makanan berserat P M !IKSAAN 'ISIK S/a/us 4,n,ra-is eadaan umum : tampak sakit sedang esadaran : komposmentis eadaan giAi : T(: 133 cm ((: 39 kg $'T: +9,8 -cukup. ;ital sign : Tekanan darah : 1<94E9 mm&g %adi : 8D kali4menit )uhu : ,D,+ o1 =rekuensi nafas : +< kali4menit Pemeriksaan kepala leher : Dalam (atas %ormal -D(%. Pemeriksaan thoraks : D(% Pemeriksaan abdomen : status lokalis

Pemeriksaan ekstrimitas : D(% Pemeriksaan kelenjar limfe : D(% Pemeriksaan genitourinarius : D(% Pemeriksaan rectal toucher : tidak bisa dinilai -pasien menolak untuk dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaan !aginal toucher: tidak bisa dinilai -pasien menolak untuk dilakukan pemeriksaan. S/a/us "0.a-is P,m,ri.saan a2d0m,n8 $nspeksi : perut datar, distensi -2., scar -2. Auskultasi : bising usus -C. normal Perkusi : timpani Palpasi : nyeri tekan iliaca de7tra pada titik 'c (urney -C.,teraba tahanan pada daerah B"F, teraba massa keras, berbatas tegas dengan taksiran ukuran sebesar E73 cm, permukaan licin, tidak dapat digerakkan, blumberg sign -C., rou!sing sign -2.. P,m,ri.saan .husus8 obturator sign -C., psoas sign -2. %ia4n0sis K,r:a8 Appendisitis infiltrat

%ia4n0sis *ifferential8 Appendikular abses P$D -Pelvic Inflammatory Disease. Di!ertikular Disease Omental torsion !,n6ana p,m,ri.saan -an:u/an8 "aboratorium: Pemeriksaan darah rutin: hitung leukosit, hematokrit Pemeriksaan "6D *rinalisis: leukosit urin Pencitraan: *)/ abdomen &asi- P,m,ri.saan P,nun:an48 "eukosit : +3.?99 4mm,

&b &ematokrit Platelet

: 11,? gr4dl : ,3,3 G : +3?.999 4mm,

P,na/a-a.sanaan %on2farmakologis Ba#at inap Tirah baring dengan posisi fo#ler Diet makanan lunak giAi seimbang =armakologis Analgetik parenteral Antibiotik parenteral Antihistamin2+ parenteral Bencana operasi dengan mengobser!asi ukuran massa infiltrat, nyeri tekan 'c (urney, tanda2tanda !ital, dan hitung leukosit. Pr04n0sis (aik

'0--05 Up Tan44a- S 18 %yeri perut februari kanan ba#ah +91, nafsu makan menurun demam nyeri jika menelan 1E (adan lemah februari (A( mencret +91, nyeri menelan nafsu makan menurun pusing

O T: 1<94E9 mm&g %: 8D 74menit ): ,D,+ 1 P: +< 74menit =aring hiperemis

A Appendisitis infiltrat, faringitis

P Analgetik, antibiotik, antihistamin2+

T: 1,94E9 mm&g %: 89 74menit ): ,D,8 1 P: ++ 74menit onjungti!a anemis -C4C. (ibir kering =aring hiperemis

Appendisitis infiltrat =aringitis Dehidrasi ringan Anemia

1ek &b jika H 8 mg4dl transfusi PB1 1 kantong, jika I 8mg4dl beri supplemen =e Diet T TP, Behidrasi oral ((: 39 kg, kebutugan cairan: 1399 ml4hari,

+9 februari +91,

+1 februari +91,

(ising usus meningkat *kuran apendikular infiltrar: E 7 3 cm T: 1<94E9 mm&g (adan lemah (A( mencret %: ?D 74menit nafsu makan ): ,D,9 1 P: ++ 74menit menurun onjungti!a pusing anemis -C4C. badan lemah &b: 11,< demam (ibir kering (ising usus normal *kuran apendikular infiltrar: E 7 3 cm T: 1,9489 mm&g (adan lemah %: 89 74menit )ulit tidur nafsu makan ): ,D,9 1 P: +< 74menit menurun onjungti!a pusing anemis -C4C. badan lemah &b: 11,< demam (ibir kering (ising usus normal *kuran apendikular infiltrar: E 7 3 cm

analgetik, antibiotik, antihistamin2+,

Appendisitis infiltrat Dehidrasi ringan Anemia

Diet T TP, rehidrasi oral, preparat =e, analgetik, antibiotik, antihistamin2+,

Appendisitis infiltrat Dehidrasi ringan Anemia

Diet T TP, rehidrasi oral, preparat =e, analgetik, antibiotik, antihistamin2+,

%A'TA! PUSTAKA 1. &amami, A&, dkk. *sus &alus Apendiks, +99<. D,E2D<D

olon, dan anorektum dalam

)jamsuhidajat B, De 5ong J, (uku Ajar $lmu (edah, edisi re!isi, 6/1, 5akarta, +. )ch#artA $ )amuor : Appendicitis In Principles of Surgery ?th. %e# >ork. 'c/ra#2&ill 1ompanies.1EEE, pp11E121++3 ,. /uyton K &all, (uku Ajar =isiologi edokteran. 1EE?. 6/1: 5akarta. &al 3<,23<? <. )nell B). Anatomi klinik untuk mahasis#a kedokteran. (agian 1 6disi ,. Penerbit buku kedokteran 6/1. 1EE?. hal +<8
5. San/a6r06,, ". App,ndi6i/is. )tate *ni!ersity at (ari, $taly. Di akses dari

###.medscape.com tanggal +92+2+91,

D. /eorge =. Appendicitis. 'edline plus Lupdate D july +99E, cited +9 february +91,M. A!ailable from: ###.nlm.nih.go!4medlineplus4appendicitis.html ?. Digesti!e disorder health center. Appendicitis. +99E Lcited +9 february +91,M. A!ailable appendicitis 8. Priyatno, 56. 1EE+. ontro!ersi Pengelolaan Apendikuler $nfiltrat -Tinjauan asus.. =akultas apita )elekta edokteran *ni!ersitas Diponegoro4 edokteran 6disi etiga 5ilid edua. epustakaan dan "aporan E. 'ansjoer, A, dkk. +999. from: http:44###.#ebmd.com4digesti!e2disorders4digesti!e2diseases2

Bumah )akit Dokter ariadi. "aboratorium4 *P= $lmu (edah: )emarang. LmakalahM Penerbit 'edia Aesculapius =akultas edokteran *ni!ersitas $ndonesia. 5akarta.

Anda mungkin juga menyukai