Pada tahun 552 AD., Budisme masuk ke Jepang melalui Korea (melalui
kerajaan Paekche). Pada waktu itu Budisme berkembang sangat pesat
terutama di Kota Nara, dan perkembangan tersebut meliputi agama
(dengan munculnya enam aliran di dalam agama Buda), kebudayaan,
arsitektur, seni, dan sebagainya. Pola dan bentuk bangunan kuil-
kuilnya pengaruh dari arsitektur dan budaya Cina sangat kuat sekali,
baik dari struktur bangunannya maupun bentuk tampilannya.
Perkembangan Budisme diawali sejak periode Asuka (552~645) dan
dilanjutkan pada periode Nara (646~793). Dari perjalanan kedua
periode tersebut, arsitektur kuil berkembang pesat, dan style yang
muncul pada waktu itu, adalah wayou (native style = Japanese style
architecture). Merupakan style dengan keaslian bentuk dan
tampilannya mencirikan awal dari berkembangnya arsitektur Budhis di
Jepang. Dengan berbagai macam aliran dalam Budisme yang
berkembang di Kota Nara, berkembang pula berbagai macam
bangunan kuil mulai pagoda sampai pada permukimannya. Dengan
bentuk dan detail-detail arsitekturnya menjadikan awal dari
perkembangan arsitektur bangunan kuil-kuil di Jepang.
Pada periode Heian (794~1185), ada dua sekte besar yang banyak
berperan di dalam pengembangannya. Kedua sekte tersebut adalah,
sekte Shingon dan sekte Tendai. Kedua sekte ini mengembangkan
ajaran tentang esoterik Budisme (dari aliran Mahayana) dengan
mandalanya (kosmik diagram). Untuk sekte Shingon mempunyai
kompleks kegiatan yang berpusat di atas gunung Koya di propinsi
Wakayama. Sedangkan sekte Tendai berpusat di atas gunung Hie yang
terletak di perbatasan antara propinsi Kyota dan Shiga. Pada periode
ini perkembangan dari style untuk kuil-kuil Buda, masih bertahan
dengan wayou (Japanese style). Bangunan-bangunan kuil dengan pola
perletakan kompleks kuilnya menjadi ciri khas pada periode tersebut.
Demikian juga dengan lukisan-lukisan dengan konsep mandalanya
berkembang dengan pesat, dan menjadi ciri dari periode tersebut.