Anda di halaman 1dari 24

Disampaikan Dalam Rangka Diskusi Meja Bundar Tinjauan Persiapan Penerapan Standard EURO II Kendaraan Type Baru 2005

Direktorat Pengolahan dan Niaga Migas Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Jakarta 2004

AGENDA
Kebijakan Penyediaan BBM Kemampuan Produksi BBM untuk

Kendaraan Bermotor Kebijakan Mutu / Spesifikasi BBM untuk Kendaraan Bermotor Konsep Mutu BBM untuk Kendaraan Bermotor di Waktu Mendatang

Kebijakan Penyediaan BBM


1. Berdasarkan Undang-Undang No. 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, kegitan usaha di sektor hilir Migas dapat dilaksanakan oleh Badan Usaha setelah memperoleh Ijin Usaha dari Pemerintah. Kegiatan usaha di sektor hilir Migas meliputi : Pengolahan, Pengangkutan, Penyimpanan dan Niaga. 2. Mendorong sektor swasta untuk berpartisipasi dalam kegiatan usaha sektor hilir Migas dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan BBM didalam negeri. Saat ini, sekitar 70 - 80% penyediaan BBM untuk kebutuhan dalam negeri diproduksi oleh Kilang Minyak di Indonesia. 3. Mempercepat tersedianya BBM yang bermutu tinggi. Untuk pemain baru yang akan berkegiatan usaha di bidang Pengolahan dan Niaga BBM untuk kendaraan bermotor, harus menyediakan BBM bermutu tinggi dan ramah lingkungan.

Kebijakan Penyediaan BBM


(lanjutan)

4.

Berdasarkan Undang-Undang No. 22 tahun 2001, PT. Pertamina (Persero) masih menerima tugas untuk melakukan penyediaan dan pelayanan BBM untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri selama waktu maksimum 4 tahun.

5.

Saat ini, penyediaan BBM untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (+ 75%) diproduksi oleh Kilang Pertamina, dan sisanya dari import. Total kapasitas Kilang Minyak di Indonesia adalah 1,057 MBSD (kurang lebih 1 Juta barrel/hari).

Kemampuan Produksi BBM untuk Kendaraan Bermotor


1. Bensin
Bensin Bertimbal sekitar 9 Juta KL/Tahun, Kandungan Timbal maksimum 0.30 gr Pb/liter, Kandungan Sulfur maksimum 0,2% wt or 2000 ppm. Diproduksi oleh Kilang : Dumai, Plaju, Cilacap and Balikpapan. Bensin Tanpa Timbal sekitar 3,0 Juta KL/Tahun, Kandungan Timbal maksimum 0,013 gr Pb/liter, Kandungan Sulfur maksimum 0,1% wt or 1000 ppm. Diproduksi oleh Kilang : Balongan and Kasim. Produksi Bensin Tanpa Timbal jumlahnya kecil disebabkan oleh produksi HOMC rendah dari Kilang dalam negeri.

Kemampuan Produksi BBM untuk Kendaraan Bermotor (lanjutan) 2. Minyak Solar (ADO)

Kemampuan untuk memproduksi Minyak Solar (ADO) dari Kilang dalam negeri sekitar 15 Juta KL/Tahun. Hanya ada satu jenis Minyak Solar (ADO) di Indonesia (Cetane Number minimal 45 dan kandungan Sulfur maksimal 0,5% wt atau 5000 ppm).

Pangsa Pasar Bahan Bakar untuk Kendaraan Bermotor Tahun 2003


Jenis Premium Premium TT Pertamax Pertamax Plus CNG LPG ADO 000 KL/000KLSP 11.482,8 3.164,7 386,2 111,0 17,0 0,2 12.108,9 26.763.8 % 42,11 11.60 1,42 0,41 0,06 0,00 44,40 100,00
PREMIUM PERTAMAX CNG ADO PREMIUM TT PERTAMAX PLUS LPG
11.60% 0.41% 1.42% 44.40% 42.11%

Pangsa Pasar Bensin untuk Kendaraan Bermotor Tahun 2003


Grade Premium Premium TT Pertamax Pertamax Plus 000 KL 11.482,8 3.164,7 386,2 111,0 15.144,7 %
2.55% 0.73%

75,82 20,90 2,55 0,73 100,00

20.90%

75.82%

PREMIUM

PREMIUM TT PERTAMAX PLUS

Bensin bertimbal

= 75,82 %

PERTAMAX

Bensin tanpa timbal = 24,18 %

Kebijakan Spesifikasi BBM untuk Kendaraan Bermotor


1. Dalam menetapkan Spesifikasi BBM untuk kendaraan bermotor,

mempertimbangkan hal-hal: a. Perkembangan Teknologi Mesin Kendaraan Bermotor. b. Peraturan Lingkungan Hidup. c. Perkembangan Spesifikasi BBM Internasional. d. Kemampuan Produsen BBM Dalam Negeri. e. Kemampuan / Daya Beli Masyarakat.

Kebijakan Spesifikasi BBM untuk Kendaraan Bermotor (lanjutan)


2. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen pada waktu yang akan datang :
a. Mutu Bensin harus ditingkatkan secara bertahap : Pembatasan kandungan pada aromatic, benzene dan olefin, Pengurangan kandungan Sulfur, Penggunaan Aditif harus aman terhadap kinerja mesin dan lingkungan hidup, Evaluasi kemungkinan penyediaan Bensin dalam beberapa jenis dan mutu yang berbeda.

Kebijakan Spesifikasi BBM untuk Kendaraan Bermotor (lanjutan)


b.

Mutu dari Minyak Solar (ADO) harus ditingkatkan secara bertahap:

Pembatasan kandungan Aromatic, Meningkatkan angka cetane, Pengurangan kandungan Sulfur, Penggunaan Aditif harus aman terhadap kinerja mesin dan lingkungan hidup,

Evaluasi kemungkinan penyediaan Minyak Solar (ADO) dalam beberapa jenis dan mutu yang berbeda.

Konsep Pengaturan Penyediaan BBM Kendaraan Bermotor dengan Beberapa Jenis dan Mutu di Waktu Mendatang
1. Untuk menetapkan Spesifikasi BBM untuk kendaraan bermotor di waktu mendatang, mempertimbangkan :
Berdasarkan Pasal 62 UU No. 22 tahun 2001 tentang Minyak dan

Gas Bumi, Pertamina masih melakukan tugas penyediaan dan pelayanan BBM untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri selama waktu maksimal 4 tahun.
Harga BBM PSO untuk transportasi (Bensin Premium & M. Solar) di

pasar dalam negeri ditetapkan melalui Keputusan Presiden.


Harga BBM Non PSO mengacu pada mekanisme pasar.

Konsep Pengaturan Penyediaan BBM Kendaraan Bermotor dengan Beberapa Jenis dan Mutu di Waktu Mendatang
(lanjutan) 2. Pengaturan Spesifikasi BBM untuk kendaraan bermotor di waktu mendatang :

Mutu/Spesifikasi BBM PSO (Bensin Premium dan M. Solar), batasan propertisnya mengacu kemampuan kilang minyak DN.

BBM PSO (Bensin Premium dan M. Solar) hanya dijual oleh Pertamina saja sampai dengan Nopember 2005.

Mutu/Spesifikasi BBM Non PSO, batasan propertisnya mengacu pada standar BBM Internasional (seperti WWFC dan Standar Emisi EURO)

BBM Non PSO dapat diniagakan oleh semua Badan Usaha termasuk PT. Pertamina (Persero).

Konsep Jenis dan Klasifikasi Bensin PSO


Properties Satuan Bensin Bertimbal Min. Bilangan Oktana, RON Kandungan Timbal Kandungan Sulfur Titik Didih Akhir RVP g/l % m/m C kPa 88,0 Max 0,3 0,05 205 62 Bensin Tanpa Timbal Min. 88,0 Max. 0,013 0,05 215 62

Konsep Jenis dan Klasifikasi Bensin NON P S O


Properties Bilangan Oktana, RON Kandungan Timbal Kandungan Sulfur Aromatic Benzene Olefin Titik Didih Akhir RVP
< > MAKSIMUM MINIMUM

Satuan

SUPER MEDIUM > 98,0 > 95 < 0,013 < 0,05 < 50,0 < 5,0 < 25,0 < 205 45 - 60

REG. A REG. B > 91 < 0,013 < 0,05 < 50,0 < 5,0 < 30,0 < 205 45 - 60 > 88 < 0,013 < 0,05 < 50,0 < 5,0 < 30,0 < 215 < 62

g/l % m/m % v/v % v/v % v/v C kPa

ND < 0,05 < 40,0 < 5,0 < 20,0 < 205 45 - 60

SPESIFIKASI PRODUK BENSIN DI ASIA & EROPA


SPC.
RON Pb (gr/l) Sulphur Max (wt%) Benzene Max (Vol %) Aromatic Max (Vol %) Olefin Max (vol %)
INDONESIA MALAYSIA THAILAND SINGAPORE PHILIPINES VIETNAM JAPAN EUROPE WWFC CAT 2

88 /91 / 95 0.30 / 0.013 / 0.013 0.2 / 0.1 / 0.1 -

92 / 97 0.0 0.1 5.0

92 / 97 0.0 0.1 3.5

97 0.0 3.5

93 0.0 6.0

92 0.0 0.05 5.0

89 / 96 ND 0.01 1 0.015 1.0

91/95/98 ND 0.02 2.5

50

50

60

45

42

40.0

18

20.0

Konsep Jenis dan Klasifikasi M. Solar PSO


Properties Cetane Number Cetane Index Density @ 15 C Viskositas Kinematik pada 37,8 C Kandungan Sulfur T95 Titik Didih Akhir Flash Point Pour Point kg/m3 mm2/s % m/m C C C C Unit Min. 48 45 815 2,0 60 18 870 5,0 0,35 Max

Konsep Jenis dan Klasifikasi Minyak Solar (ADO) - NON PSO


Properties Cetane Number Cetane Index Density @ 15 C Viscosity @ 40 C Kandungan Sulfur T95 Titik Didih Akhir Flash Point Pour Point Total Aromatik
< = MAKSIMUM > = MINIMUM

Unit

SUPER > 53,0 > 50,0

MEDIUM > 51,0 > 48,0 820 - 860 2,0 - 4,5 < 0,05 < 360 C < 370 > 55,0 < 18 -

REGULER > 48,0 > 45,0 815 - 860 2,0 - 4,5 < 0,05 < 360 C < 370 > 55,0 < 18 -

kg/m3 mm2/s % m/m C C C C % m/m

820 - 850 2,0 - 4,0 < 0,05 < 360 C < 370 > 55,0 < 15 < 25

SPESIFIKASI PRODUK DIESEL FUEL DI ASIA & EROPA


SPC. INDONESIA MALAYSIA THAILAND SINGAPORE PHILIPINES VIETNAM JAPAN EUROPE WWFC CAT 2

Sulphur Max (wt%) Density (kg/m3) Cetane Number,Min Cetane Index Polyaromatic Total Aromatic (Wt %) T 95 ( C)

0.5

0.05

0.05

0.05

0.05

0.3

0.05

0.035

0.030

820 - 870 45 48 -

50 -

820 - 890 48 -

860 48 -

860 45 -

45 / 50 -

845 51 11

820-850 53 50 5 25

370

338

370

370

350

355

TERIMA KASIH

PRODUKSI DAN KONSUMSI BBM JENIS BENSIN

KL TAHUN 1998 1999 2000 2001 2002


Pertumbuhan rat a-rat a (% )

PRODUKSI 10.452.980 11.619.812 11.741.688 12.179.513 11.652.687 2,75

KONSUMSI 11.462.411 12.042.892 12.974.581 13.613.268 14.096.529 5,31

SURPLUS (DEFISIT) (1.009.431) (423.080) (1.232.893) (1.433.755) (2.443.842)

PRODUKSI DAN KONSUMSI M SOLAR


KL TAHUN 1998 1999 2000 2001 2002
Pertumbuhan rata-rata (%)

PRODUKSI 14.545.683 14.566.664 15.248.497 15.252.708 14.943.676 0,68 10.807.637 11.057.264 12.072.663 12.829.216 12.675.523 4,06

KONSUMSI TRANSPORTASI INDUSTRI 5.848.690 6.133.193 6.417.085 6.833.728 7.010.072 4,63 LISTRIK 3.017.710 3.058.215 3.195.935 3.350.720 4.589.987 11,00 TOTAL 19.674.037 20.248.672 21.685.683 23.013.664 24.275.582 5,39

SURPLUS (DEFISIT) (5.128.354) (5.682.008) (6.437.186) (7.760.956) (9.331.906)

PERKEMBANGAN SPESIFIKASI BENSIN

TAHUN

JENIS BENSIN

RON Min.

KANDUNGAN TIMBAL Max gr Pb/L (cc/USG)

KANDUNGAN SULFUR Max % wt (ppm)

1979 1990 1997 2001 1991 2001 1995 2002 2002

Premium Premium Premium Premium TT Premix Premix TT Super TT Pertamax Pertamax Plus

87 88 88 88 94 94 95 92 95

0,75 (2,5) 0,45 (1,5) 0,30 (1,0) 0,013 0,30 (1,0) 0,013 0,005 0,013 0,013

0, 20 (2000) 0, 20 (2000) 0, 20 (2000) 0,10 (1000) 0, 20 (2000) 0,10 (1000) 0, 20 (2000) 0,10 (1000) 0,10 (1000)

SPESIFIKASI MINYAK SOLAR (ADO)


Properties
Density pada 15 C Angka Cetane Index Cetane Visc. Kinematik pada 37,8 C Titik Didih Titik Nyala Distilasi pada 300 C Kandungan Belerang Korosi Copper Residue Konradson Carbon Kandungan Abu Kandungan Air Partikulat Angka Asam Kuat Total Asam Kuat Warna API Gravity pada 15 C mm2/sec C C % vol % massa No. ASTM % massa % massa % vol. % massa mgKOH/g mgKOH/g No. ASTM

Unit
kg/m3

Metode
D-1298 D-613 D-976 D-445 D-97 D-93 D-86 D-1552 D-130 D-189 D-482 D-95 D-473 D-664 D-664 D-1500 D-1250

Limit Min
815 45 48 1,6 60 40 -

Max
870 5,8 18 0,5 No. 1 0,1 0,01 0,05 0,01 0,6 3,0 -

Anda mungkin juga menyukai