Anda di halaman 1dari 3

STUDI PENANGANAN ABRASI DI PANTURA JAWA TENGAH

terabrasi seluas 1#-,2- %a meliputi wilayah +arangan, Sendang Siku!ing 3 ali /lukar, kawasan wisata 4omblong, sisi timur sungai /odri, (an)ung 4aya dan 0onore)o (+&&S&, 5661). /eberapa penelitian telah dilakukan di wilayah pantura yang menyebutkan ota

pemeliharaan ikan seperti udang dan kepiting serta pengikisan pantai (abrasi). ,ampak ini sangat dirasakan oleh masyarakat pantai yaitu rendahnya pendapatan akibat berkurangnya hasil tangkapan yang disebabkan oleh rusaknya wilayah pantai. &emerintah daerah &ropinsi 4awa (engah mengeluarkan peraturan daerah (&erda) nomor 7 tahun "777 tentang &engelolaan awasan +indung di &ropinsi ,aerah 4awa (engah, diperbaharui dengan &erda :o 55 tahun 5661 diantaranya mengatur kawasan perlindungan setempat yaitu sempadan pantai. /ahkan perda ini telah mengatur wilayah8wilayah di kabupaten/kota yang harus dilindungi. Sayangnya banyak kabupaten/kota yang belum

Pendahuluan Abrasi adalah hilangnya daratan di wilayah pesisir dan akresi adalah timbulnya daratan baru di wilayah pesisir. Fenomena abrasi maupun akresi disebabkan oleh faktor alami dan manusia. Faktor alami diantaranya adalah arus laut, gelombang, kondisi morfologi/ litologi dan vegetasi yang tumbuh dipantai. Sedangkan faktor yang disebabkan oleh aktivitas manusia adalah adanya bangunan baru di pantai, perusakan terumbu karang, penebangan atau penggunaan wilayah sabuk pantai (mangrove) untuk kepentingan lain seperti lokasi budidaya atau fasilitas lainnya. Misalnya ota Semarang ter!atat memiliki wilayah yang pantainya telah hilang terabrasi seluas "#$,# %a, meliputi daerah sekitar sungai &lumbon, pesisir kelurahan 'andugarut, kawasan Marina dan (an)ung Mas dan kawasan (&* (ambak +orok. +uas wilayah pantai yang terabrasi di abupaten ,emak seluas -$. %a, meliputi wilayah desa Sriwulan, desa /edono, tambak /abalan, &urwore)o, /erahan 0etan dan babalan. Sedangkan abupaten endal, wilayah pantai yang

(egal, abupaten (egal, 4epara, 'embang, dan /rebes )uga telah mengalami kerugian akibat adanya abrasi dan akresi ini. Aktivitas abrasi ini satunya hilangnya &ada akhir tahun "7268an, hutan dengan sepan)ang sebaran luas mangrove di disebabkan sabuk salah karena

hi)au pantai.

melaksanakan penyelamatan kelestarian. epres

perda ini dan beberapa program lingkungan :omor belum 15 mengarah "776 pada tentang

tahun

ter!atat $,5# )uta ha, terbanyak pantai *rian 4aya (.79), Sumatera

pengelolaan kawasan lindung khususnya pasal 5- dan Surat eputusan /ersama (S /) Menteri &ertanian dan Menteri ehutanan :omor / ##6/5.$/ pts/$/"72$ dan awasan Sabuk %i)au nomor 625/ pts8**/"72$, tentang

(".9) dan alimantan (79) (,ahuri, 5665). ,i lain pihak di wilayah pantai di &ulau 4awa kawasan mangrove sudah sangat terbatas. &enebangan bakau telah membawa dampak negatif, antara lain keanekaragaman tempat8tempat )enis berpi)ah fauna dan berkurang, hilangnya

dan Surat ;daran ,epartemen ehutanan :omor #6-/*<8 /&%/"776, tentang lebar sabuk hi)au pada hutan mangrove sepan)ang 566 m di areal sepan)ang pantai. Selama ini hampir semua kabupaten/kota yang memiliki garis pantai belum terlintas untuk memulai pembuatan

sabuk hi)au kawasan pantai ke!uali ota (egal yang se)ak tahun "777 telah mulai melakukan perintisan dan penelitian di wilayahnya dilan)utkan menyusun ren!ana pengembangan kawasan sabuk hi)au pada tahun 566". Melihat fenomena sebagaimana dipaparkan diatas, untuk menentukan kebi)akan pengendalian abrasi dan pengembangan kawasan sabuk hi)au diperlukan studi/ka)ian yang akan memberikan masukan bagi pemerintah daerah &ropinsi 4awa (engah tentang peta wilayah8wilayah penutupan dan yang teran!am abrasi, mangrove kawasan serta membukaan Metode Penelitian &emetaan daerah pantai yang mengalami abrasi, akresi dan wilayah mangrove dilakukan dengan melakukan observasi garis pantai melalui menelusuri sepan)ang daerah pantai abupaten /atang, ota &ekalongan dan abupaten &ekalongan (tra!king). &osisi garis pantai pada saat survei ditentukan koordinatnya dengan =&S. &ada titik8titik yang terlihat )elas mengalami abrasi atau akresi atau terdapat tanaman mangrove diberi !atatan khusus untuk dilakukan pengukuran parameter oseanografi yang berpengaruh terhadap proses tersebut, ini adalah untuk pengambilan sampel sedimen untuk dianalisa ukuran butirnya di laboratorium dan pengukuran kemiringan pantai. &arameter tersebut akan bersangkutan. %asil pen!atatan koordinat peta garis pantai tersebut diatas selan)utnya diplotkan pada &eta ,asar yang merupakan hasil digitasi peta rupa bumi tahun. ,igitasi peta tersebut dilakukan dengan menggunakan digitizer dan dengan sistem koordinat >(M berdasarkan datum 0=S 2$. ?verlay antara peta hasil digitasi dengan ploting hasil tra!king menggunakan perangkat lunak Map*nfo / Ar!*nfo akan memberikan gambaran daerah8 digunakan dalam peren!anaan penanganan abrasi / akresi daerah yang

daerah yang mengalami abrasi atau akresi berikut perhitungan luas penambahan / pengurangan lahan telah ter)adi. >ntuk mengetahui perubahan garis pantai dalam beberapa kurun waktu (time series) maka dilakukan tumpah susun (overlay) peta topografi tahun "7.1, !itra landsat tahun "77", dan !itra landsat tahun 5661 serta hasil ground check berdasarkan tracking sebagaimana diuraikan diatas. Hasil dan Pembahasan %asil :o " 5 1 a)ian menun)ukkan pada periode tahun "7.1 :ama ,aerah ab. &ekalongan ota &ekalongan ab. /atang +uas Abrasi .5,".2 ha $5,66" %a 8 +a)u Abrasi 5,556 %a/(h ",#66 %a/(h 8 sampai dengan "77", seperti disa)ikan dalam tabel berikut@

permasalahan lain yang memungkinkan mun!ul dari kerusakan pantai dan pesisir. (u)uan /atang, dari penelitian mengetahui tingkat abrasi dan akresi di wilayah abupaten ota &ekalongan, dan abupaten &ekalongan, melakukan pemetaan wilayah mangrove, menyusun ren!ana pengembangan kawasan sabuk hi)au dan penanganan abrasi serta membuat prototipe demplot tanaman mangrove. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah teridentifikasi wilayah pantai yang mengalami abrasi dan akresi, teridentifikasi/terpetakan kawasan mangrove, tersusunnya ren!ana pengembangan kawasan sabuk hi)au dan penanganan abrasi dan terwu)udnya demplot tanaman mangrove.

Sedangkan periode tahun "77" sampai dengan 5661 daerah yang paling besar mendapatkan tekanan abrasi adalah abupaten /atang sebesar 1.,6-7 %a abupaten dengan la)u 1,66- %a/tahun, disusul oleh

&ekalongan sebesar 5$,"$# %a dengan la)u 5,6"5 %a/tahun, kemudian ota &ekalongan sebesar #,"#6 %a dengan la)u 6,$7 %a/tahun. Akresi masih dominan ter)adi di abupaten /atang sebesar #1,5#" %a dengan la)u ota &ekalongan sebesar $,$1- %a/tahun, kemudian

.,2## %a dengan la)u 6,#-" %a/tahun dan %a/tahun. %asil dan pengamatan dan !ek

abupaten

&ada areal wisata ditambah bangunan groin yang berfungsi untuk menangkap la)u angkutan sedimen se)a)ar pantai. Sedangkan untuk pantai Slamaran, )ika :ama :&M 4urusan Semester @ @ @ @ 'oni 0andikbo 56"58#$85""86"7 Agroteknologi ** ter)adi permasalahan erosi pas!a pembangunan 4etty di sudetan kali /anger, alternatif penanganannya adalah dengan membangun sistem groin pendek di sebelah /arat bangunan 4etty (pada daerah yang tererosi) Se!ara umum permasalahan pantai di abupaten /atang relatif tidak ada permasalahan, dikarenakan kondisi pantai yang relatif stabil (dinamis8 stabil). >sulan penanganan lebih ditu)ukan utamanya

&ekalongan sebesar .,#"- %a dengan la)u 6,#$1 lapangan

menun)ukkan bahwa abupaten /atang, ota &ekalongan abupaten &ekalongan sudah tidak mempunyai Sabuk %i)au, namun masih banyak ditemui tumbuhan mangrove (Rhizophora sp dan Nypa sp) yang tumbuh se!ara sporadis di sempadan pantai dan bantaran sungai. Kesim ulan dan Sa!an /erdasarkan analisis dasar aspek hidro8 oseanografi dan potensi serta kondisi/karakteristik daerah pantai abupaten &ekalongan, alternatif penanganan yang diusulkan adalah sepan)ang pantai menangkap la)u angkutan sedimen dengan membuat sistem groin

untuk mengatasi erosi pantai pas!a pembangunan )etty di muara kali =abus, kali /oyo, kali Sambong, dan kali Anyar adalah dengan membangun sistem groin pendek di sebelah /arat bangunan 4etty (pada daerah yang tererosi). /angunan fisik mempunyai keterbatasan yaitu dibatasi oleh umur pemakaian, sehingga tumbuhan mangrove sebagai penyusun sabuk hi)au masih mutlak diperlukan sebagai lapis kedua pelindung pantai dan habitat vital bagi organisme perairan. ombinasi yang tepat antara bangunan fisik dan sabuk hi)au mangrove akan memberikan keuntungan. %al ini dikarenakan setelah umur bangunan fisik habis atau rusak, sabuk hi)au siap untuk mengambil alih fungsi perlindungan pantai.

khususnya untuk pantai ,epok dan Semut. >ntuk permasalahan di &antaisari/ &antai &asir en!ana &antai ota &ekalongan, alternatif yang diusulkan adalah memperkuat seawall eksisting dengan tumpukan batu di depan bangunan yang dipadu dengan drainase untuk mengatasi erosi pantai dan scouring di kaki bangunan. Sedangkan untuk mengatasi ban)ir rob, bangunan seawall tersebut elevasinya ditinggikan sehingga )ika ter)adi pasang dan gelombang besar, air laut dan sedimen pasir tidak melimpas ke areal permukiman.

Anda mungkin juga menyukai