Anda di halaman 1dari 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi 1. Bola Mata Bola mata terdiri atas dinding bola mata, isi bola mata. Dinding bola mata terdiri atas sklera dan kornea.Isi bola mata terdiri atas uvea, retina, badan kaca dan lensa. Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh lapis jaringan, yaitu !

a. "klera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada m a t a , merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut kornea yang bersi#at transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.$elengkungan kornea lebih besar dibanding sklera. b. %aringan uvea merupakan jaringan vaskular. %aringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa y a n g disebut perdarahan suprakoroid. %aringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. &ada iris didapatkan pupilyang oleh

'

susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata. )totdilatator dipersara#i oleh parasimpatis, sedang s#ingter iris dan otot siliar di persara#i oleh parasimpatis. )tot siliar yang terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi. Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuoshumor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera. c. *apis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak +, lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada sara# optik dan diteruskan ke otak. -erdapat rongga yang potensial antara retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina.Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersi#at gelatin yang hanya menempel pupil sara# optik, makula dan pars plans. Bila terdapat jaringan ikat di dalam badan kaca disertai dengan tarikan pada retina, maka akan robek dan terjadi ablasi retina.*ensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya pada badan siliar melalui .onula .inn. *ensa mata mempunyai peranan pada akomodasi atau melihat dekat sehingga sinar dapat di#okuskan di daerah makula lutea.-erdapat / otot penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal yang terletak didaerah temporal atas di dalam rongga orbita.2

1ambar penampang hori2ontal mata kanan2(

2. Sklera Bagian putih bola mata yang bersama3sama dengan kornea merupakan pembungkus dan pelindung isi bola mata. "klera berjalan dari papil sara# optik sampai kornea. "klera sebagai dinding bola mata merupakan jaringan yang kuat, tidak bening, tidak kenyal dan tebalnya kira3kira + mm. "klera anterior ditutupi oleh lapis

jaringan ikat vaskular. "klera mempunyai kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata.Dibagian belakang sara# optik menembus sklera dan tempat tersebut disebut kribosa. Bagian luar

sklera ber4arna putih dan halus dilapisi oleh kapsul -enon dan dibagian depan

+,

oleh konjungtiva.Diantara stroma sklera dan kapsul -enon terdapat episklera. Bagian dalamnya ber4arna coklat dan kasar dan dihubungkan dengan koroid oleh #ilamen3#ilamen jaringan ikat yang berpigmen, yang merupakan dinding luar ruangan suprakoroid. $ekakuan sklera dapat meninggi pada pasien diabetes melitus, atau merendah pada ekso#talmos goiter, miotika, dan meminum air banyak.2 3. Kornea (*atin cornum 5 seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapis ! a. 6pitel -ebalnya 7, pm, terdiri atas 7 lapis sel epitel tidak bertanduk yang sating tumpang tindih8satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng. &ada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muds ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui desmosom dan makula okluden ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan barrier . "el basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguanakan mengakibatkan erosi rekuren. 6pitel berasal dari ektoderm permukaan. b. 9embran Bo4man terletak di ba4ah membran basal epitel komea yang

++

merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. *apis ini tidak mempunyai daya regenerasi c. "troma -erdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian peri#er serat kolagen ini bercabang. -erbentuknya kembali serat kolagen memakan 4aktu lama yang kadang3kadang sampai +7 bulan.$eratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan #ibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma. d. 9embran Descement 9erupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma komea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya.Bersi#at sangat elastik dan berkembang seumur hidup, mempunyai tebal 4, :m. e. 6ndotel3 Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 2,3 4, pm. 6ndotel melekat pada membran descement melalui hemidesmosom dan 2onula okluden.$ornea dipersara#i oleh banyak sara# sensoris terutama berasal dari sara# siliar longus,sara# nasosiliar, sara# ke ; sara# siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bo4man melepaskan selubung "ch4annya. "eluruh lapis epitel dipersara#i sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir sara#. Bulbul $rause untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi sara# sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam 4aktu bulan.-rauma

+2

atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. 6ndotel tidak mempunyai daya regenerasi.$ornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata disebelah depan. &embiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 4, dioptri dari 7, dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.2 4. Pupil &upil pada anak3anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya sara# simpatis. )rang de4asa ukuran pupil adalah sedang,dan orang tua pupil mengecil akibat rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis. &upil 4aktu tidur kecil hal ini dipakai sebagai ukuran tidur,simulasi,koma dan tidur sesungguhnya. &upil kecil 4aktu tidur akibat dari! a. Berkurangnya rangsangan simpatis b. $urang rangsangan hambatan miosis 9engecilnya pupil untuk mencegah aberasi kromatis pada akomodasi dan untuk memperdalam #okus seperti pada kamera #oto yang dia#ragmanya dikecilkan.2 5. Iris Iris adalah perpanjangan corpus ciliare ke anterior. Iris merupakan berupa permukaan pipih dengan apertura bulat yang terletak ditengah pupil.iris terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa,memisahkan bilik mata depan

dari bilik mata belakang,yang masing3masing berisi a<ueous humor.2 . !etina =etina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran dari pada serabut3serabut sara# optik. *etaknya antara badan kaca dan koroid. Bagian anterior berakhir pada ora serata. Dibagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat makula lutea (bintik kuning) kira3kira berdiameter + 3 2 mm yang berperan penting untuk tajam penglihatan. Ditengah makula lutea terdapat bercak mengkilat yang merupakan re#lek #ovea.$ira3kira mm kearah nasal kutub belakang bola mata terdapat daerah bulat putih kemerah3 merahan, disebut papil sara# optik, yang ditengahnya agak melekuk dinamakan ekskavasi #aali. >rteri retina sentral bersama venanya masuk kedalam bola mata ditengah papil sara# optik. >rteri retina merupakan pembuluh darah terminal. =etina terdiri atas lapisan! a. *apis #otoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut. b. 9embran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi. c. *apis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang. $etiga lapis diatas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid. d. *apis pleksi#orm luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat sinapsis sel #otoreseptor dengan sel bipolar dan sel hori2ontal e. *apis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel hori2ontal dan sel

+4

9uller *apisini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral #. *apis pleksi#orm dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat sinaps sel bipolar,sel amakrin dengan sel ganglion g. *apis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel dari pada neuron kedua. h. *apis serabut sara#, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arch sara# optik. Didalam lapisan3lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina. 9embran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca.*apisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid. Batang lebih banyak dari pada kerucut, kecuali didaerah makula, dimana kerucut lebih banyak. Daerah papil sara# optik terutama terdiri atas serabut sara# optik dan tidak mempunyai daya penglihatan (bintik buta).2

?undus okuli normal 2

+7

". #ensa mata *ensa merupakan badan yang bening, bikonveks 7 mm tebalnya dan berdiameter 0mm pada orang de4asa. &ermukaan lensa bagian posterior lebih melengkung dari pada bagian anterior. $edua permukaan tersebut bertemu pada tepi lensa yang dinamakan ekuator. *ensa mempunyai kapsul yang bening dan pada ekuator di#iksasi oleh 2onula .inn pada badan siliar. *ensa pada orang de4asa terdiri atas bagian inti (nukleus) dan bagian tepi (korteks). @ukleus lebih keras dari pada korteks.Dengan bertambahnya umur, nukleus makin membesar sedang korteks makin menipis, sehingga akhirnya seluruh lensa mempunyai konsistensi nukleus. "ecara #isiologik lensa mempunyai si#at tertentu, yaitu ! a. $enyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung b. %ernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan, c. -erletak di tempatnya. $eadaan patologik lensa ini dapat berupa +. -idak kenyal pada orang de4asa yang akan mengakibatkan presbiopia. 2. $eruh yang disebut katarak. . -idak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi. *ensa orang de4asa di dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar dan berat.?ungsi lensa adalah untuk membias cahaya, sehingga di#okuskan pada r e t i n a . &eningkatan kekuatan pembiasan lensa disebut akomodasi.2

+/

1ambar depan mata 27

$. Kon%un&ti'a $onjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). $onjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus.4 $onjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan in#erior tarsus, konjungtiva melipat keposterior (pada #ornices superior dan in#erior) dan membungkus jaringan episklera menjadi konjungtiva bulbaris.4

+'

$onjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di #ornices dan melipat berkali3kali. &elipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. Duktus3duktus kelenjar lakrimalis bermuara ke #orniks temporal superior) kecuali di limbus (tempat kapsul -enon dan konjungtiva menyatu sejauh mm), konjungtiva bulbaris melekat longgar ke

kapsul tenon dan sklera di ba4ahnya.4 *ipatan konjungtiva bulbaris yang tebal, mudah bergerak dan lunak (plika semilunaris) terletak di kanthus internus dan membentuk kelopak mata ketiga pada beberapa binatang. "truktur epidermoid kecil semacam daging (karunkula) menempel super#isial ke bagian dalam plika semilunaris dan merupakan 2ona transisi yang mengandung elemen kulit dan membran mukosa.4 *apisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder bertingkat, super#isial dan basal. *apisan epitel konjungtiva di dekat limbus, diatas karunkula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari sel3sel epitel skuamosa. "el3sel epitel super#isial mengandung sel3sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. 9ukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara merata di seluruh prekornea. "el3sel epitel basal ber4arna lebih pekat daripada sel3sel super#isial dan didekat limbus dapat mengandung pigmen.

+(

"troma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (super#isial) dan satu lapisan #ibrosa (pro#undus). *apisan adenoid mengandung jaringan lim#oid dan di beberapa tempat dapat mengandung struktur semacam #olikel tanpa sentrum germinativum. *apisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau bulan. Aal ini menjelaskan mengapa konjungtivitis inklusi pada neonatus

bersi#at papiler bukan #olikuler dan mengapa kemudian menjadi #olikuler. *apisan #ibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus. Aal ini menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang konjungtiva. *apisan #ibrosa tersusun longgar pada bola mata. $elenjar air mata asesori (kelenjar $rause dan Bol#ring), yang struktur dan #ungsinya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. "ebagian besar kelenjar krause berada di #orniks atas, dan sedikit ada di #orniks ba4ah. $elenjar Bol#ring terletak di tepi atas tarsus atas. >rteri3arteri konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri pelpebralis. $edua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya membentuk jaring3jaring vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. &embuluh lim#e konjungtiva tersusun dalam lapisan super#isial dan lapisan pro#undus dan bersambung dengan pembuluh lim#e kelopak mata hingga membentuk pleksus lim#atikus yang kaya. $onjungtiva menerima persyara#an dari percabangan (o#talmik) pertama nervus ;, sara# ini hanya relati# sedikit mempunyai serat nyeri.4

+0

$onjungtiva #ornises atau #orniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi. $onjungtiva bulbi dan #orniks berhubungan sangat longgar dengan jaringan di ba4ahnya sehingga bola mata mudah bergerak.4

1ambar bagian mata dan konjungtiva27

B. Pter(&ium 1. )e*inisi &terigium merupakan suatu pertumbuhan #ibrovaskular konjungtiva yang bersi#at degenerati# dan invasi#. &ertumbuhan ini biasanya terletak pada bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea. &terigium mudah meradang dan terjadi iritasi,maka bagian pterigium akan ber4arnah merah dan pterigium ini dapat mengenai kedua mata.2,

2,

&terigium berasal dari bahasa yunani, yaitu pteron yang artinya C4ingD atau sayap. Insidens pterygium di Indonesia yang terletak digaris ekuator, yaitu + ,+E. Diduga bah4a paparan ultraviolet merupakan salah satu #aktor risiko terjadinya pterigium.++ 2. +pi,emiolo&i &terigium tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih banyak di daerah iklim panas dan kering. &revalensi juga tinggi di daerah berdebu dan kering. ?aktor yang sering mempengaruhi adalah daerah dekat dengan ekuator. &revalensi dari pterigium bervariasi dan meningkat dengan peningkatan paparan terhadap sinar ultraviolet. &asien dengan usia lebih dari 4, tahun mempunyai prevalensi pterigium yang paling tinggi, sedangkan pasien dengan usia 2,34, tahun mempunyai insidensi pterigium yang paling tinggi. &terigium dapat menyebabkan gangguan #ungsi visual, sumber peradangan yang menyebabkan mata merah dan iritasi mata./ 3. Mor*olo&i Klinis &terigium diidenti#ikasi dengan slit lamp yang berman#aat mendi#erensiasikan dan mengklasi#ikasikan berbagai bentuk klinis pterigium. Dari arah kornea ke konjugtiva. Bagian3bagian pterigium sebagai berikut! a. -udung (the hood)! tampak sebagai lempeng berbentuk setengah bulan keabu3 abuan, didepan apeks pterigium dan kornea. b. ?uchsFpatches! berupa area3area kekeruhan iregular be4arna abu3abu didepan dari tudung dan terletak diba4ah epitel kornea.

2+

c. "tockerFs line! garis3garis kuning kehijauan berbentuk setengah bulan didepan apeks. garis ini menandakan lesi yang kronis. d. >pek atau kepala! bagian dari jaringan pterigium yang menginvasi kornea,umumnya ber4arna putih, agak meninggi dan melekat kearah kornea diba4ahnya. e. Gollar atau collum! jaringan pterigium yang berada di limbus kornea. #. -he body atau korpus! tampak seperti lipatan atau pita dari jaringan yang sangat bervaskularisasi. Biasanya berbentuk trape2oid dan meluas ke medial sampai lipatan semilunar. g. -he adges atau tepi! dibentuk oleh lipatan3lipatan konjungtiva yang membatasi korpus pterigium dengan konjungtiva didekatnya.

&terigium 22 4. -e%ala Klinis penderita pterigium sering mempunyai berbagai macam keluhan, yang mulai dari tidak ada gejala yang berarti sampai mata menjadi merah sekali, pembengkakan mata, mata gatal, iritasi, dan pandangan kabur disertai dengan jejas pada

22

konjungtiva yang membesar dan kedua mata terserang penyakit ini./

&enderita biasanya datang untuk pemeriksaan mata lainnya, misalnya untuk pemeriksaan kacamata dan tidak mengeluhkan adanya sesuatu yang tumbuh diatas korneanya, namun terkadang penderita merasa penglihatannya terganggu misalnya astigmat, dan dapat pula disertai keratitis pungtata dan dellen (penipisan kornea akibat kering) dan garis besi (iron line dari stocker) yang terletak di ujung pterigium./

1ambaran klinis bisa dibagi menjadi 2 katagori umum, sebagai berikut ! a. $elompok kesatu pasien yang mengalami pterigium berupa plori#erasi minimal dan penyakitnya lebih bersi#at atro#i. &terigium pada kelompok ini cenderung lebih pipih dan pertumbuhannya lambat mempunyai insidensi yang lebih rendah untuk kambuh setelah dilakukan eksisi. b. &ada kelompok kedua pterigium mempunyai ri4ayat penyakit tumbuh cepat dan terdapat komponen elevasi jaringan #ibrovaskular. &tergium dalam group ini mempunyai perkembangan klinis yang lebih cepat dan tingkat kekambuhan yang lebih tinggi untuk setelah dilakukan eksisi. 5. .aktor !esiko ?aktor risiko yang mempengaruhi antara lain ! a. Hsia

&revalensi pterigium meningkat dengan pertambahan usia banyak ditemui pada usia de4asa tetapi dapat juga ditemui pada usia anak3anak. -api biasanya pterigium terbanyak pada usia dekade dua dan tiga. b. &ekerjaan &ertumbuhan pterigium berhubungan dengan paparan yang sering dengan sinar H;. c. -empat tinggal 1ambaran yang paling mencolok dari pterigium adalah distribusi

geogra#isnya. Distribusi ini meliputi seluruh dunia tapi banyak survei yang dilakukan setengah abad terakhir menunjukkan bah4a negara di katulisti4a memiliki angka kejadian pterigium yang lebih tinggi. "urvei lain juga menyatakan orang yang menghabiskan 7 tahun pertama kehidupannya pada garis lintang kurang dari ,, memiliki risiko penderita pterigium / kali lebih besar dibandingkan daerah yang lebih selatan. d. %enis kelamin -idak dapat perbedaan resiko antara laki3laki dan perempuan e. Aerediter &terygium dipengaruhi #aktor herediter yang diturunkan secara autosomal dominan. #. In#eksi Auman papiloma virus (A&;) dinyatakan sebagai #aktor penyebab pterigium. g. ?aktor risiko lainnya

24

$elembaban yang rendah dan mikrotrauma karena partikel3partikel tertentu seperti asap rokok, pasir merupakan salah satu #aktor risiko terjadinya pterigium.(,0 . Klasi*ikasi $lasi#ikasi! +. &terigium simplek ! terjadi jika di nasal atau temporal saja. 2. &terigium duplek ! terjadi di nasal dan temporal.

9enurut &erhimpunan Dokter "pesialis 9ata Indonesia derajat pertumbuhan pterigium dibagi menjadi! a. Derajat I b. Derajat II ! Aanya terbatas pada limbus ! "udah mele4ati limbus tetapi tidak melebihi dari 2 mm mele4ati kornea c. Derajat III ! %ika telah melebihi derajat 2 tetapi tidak melebihi pinggir pupil mata dalam keadaan cahaya (pupil dalam keadaan normal sekitar 34 mm) d. Derajat I; ! %ika pertumbuhan pterygium sudah mele4ati ataupun menutupi pupil sehingga mengganggu penglihatan.++

27

Derajat I

Derajat II

Derajat III

2/

Derajat I; 1ambar derajat pterigium +( ". Pato*isiolo&i "inar ultraviolet, angin, dan debu dapat mengiritasi permukaan mata, hal ini akan mengganggu proses regenerasi jaringan konjungtiva dan diganti dengan pertumbuhan berlebih dari jaringan #ibrous yang mengandung pembuluh darah. &ertumbuhan ini biasanya progresi# dan melibatkan sel3sel kornea sehingga menyebabkan timbulnya pterigium. =adiasi sinat termasuk sinar atau cahaya tampak dan sinar ultraviolet yang tidak tampak itu sangat berbahaya bisa mengenai bagian tubuh. &ermukaan luar mata diliputi oleh lapisan sel yang disebut epitel. 6pitel pada mata lebih sensiti# dibanding dengan epitel bagian tubuh lain khususnya terhadap respon kerusakan jaringan akibat paparan ultraviolet karena epitel pada lapisan mata tidak mempunyai lapisan luar yang disebut keratin. %ika sel3sel epitel dan membran dasar terpapar oleh ultraviolet secara berlebihan maka radiasi tersebut akan merangsang pelepasan en2im yang akan merusak jaringan dan menghasilkan #aktor pertumbuhan yang akan

2'

menstimulasi pertumbuhan jaringan baru. %aringan baru yang tumbuh ini akan menebal dari konjungtiva dan menjalar ke arah kornea. $adar en2im tiap individu berbeda, hal inilah yang menyebabkan terdapatnya perbedaan respon tiap individu terhadap paparan radiasi ultraviolet yang mengenainya.' &ato#isiologi pterygia ditandai dengan degenerasi elastotik kolagen dan plori#erasi #ibrovaskular, dengan permukaan yang menutupi epithelium, Aistopatologi kolagen abnormal pada daerah degenerasi elastotik menunjukkan baso#ilia bila dicat dengan hematoksin dan eosin. %aringan ini juga bisa dicat dengan cat untuk jaringan elastic akan tetapi bukan jaringan elastic yang sebenarnya, oleh karena jaringan ini tidak bisa dihancurkan oleh elastase.' Ditemukan epitel konjungtiva ireguler, kadang3kadang berubah menjadi epitel gepeng berlapis. &ada puncak pterigium, epitel kornea meninggi dan pada daerah ini membran Bo4man menghilang. -erdapat degenerasi stroma yang

berproli#erasi sebagai jaringan granulasi yang penuh pembuluh darah. Degenerasi ini menjalar ke dalam kornea serta merusak membran Bo4man dan stroma kornea bagian atas. &terigium juga dapat muncul sebagai degenerasi stroma konjungtiva dengan penggantian oleh serat elastis yang tebal dan berliku3liku. ?ibroblas akti# pada ujung pterigium menginvasi lapisan Bo4man kornea dan diganti dengan jaringan hialin dan elastis. &terigium sering muncul pada pembedahan. *esi muncul sebagai luka #ibrovaskuler yang berasal dari daerah eksisi. &terigium ini mungkin tidak ada hubungannya dengan radiasi sinar ultraviolet, tetapi kadang

2(

dikaitkan dengan pertumbuhan keloid di kulit. $ondisi pterygium akan terlihat dengan pembesaran bagian putih mata, menjadi merah dan meradang. Dalam beberapa kasus, pertumbuhan bisa mengganggu proses cairan mata atau yang disebut dry eye syndrome. "ekalipun jarang terjadi, namun pada kondisi lanjut atau apabila kelainan ini didiamkan lama akan menyebabkan hilangnya penglihatan si penderita.'

1angguan 2at iritan dan sinar H;

$erusakan jaringan (epitel) dari konjungtiva 9enganggu regenerasi jaringan konjungtiva Diganti oleh jaringan #ibrosa yang mengandung pembuluh darah(progresi#) -umbuh jaringan baru yang menebal dan menjalar ke kornea &terigium $. )ia&nosis Diagnosis pterigium dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan #isik, dan pemeriksaan penunjang. 9elalui anamnesis akan kita dapatkan keluhan3keluhan pasien seperti adanya ganjalan pada mata yang semula dirasakan didekat kelopak namun lama3kelamaan semakin ke tengah (kornea), mata merah dan tidak disertai

20

belek(sekret). Dari anamnesis ini kita juga akan dapatkan in#ormasi mengenai pekerjaan, lingkungan tempat tinggal, dan kebiasaan hidupnya karena hal ini berhubungan dengan besarnya paparan sinar ultraviolet yang mengenainya. &emeriksaan #isik pada pasien pterigium akan didapatkan adanya suatu lipatan berbentuk segitiga yang tumbuh dari kelopak baik bagian nasal maupun temporal yang menjalar ke kornea, umumnya ber4arna putih, namun apabila terkena suatu iritasi maka bagian pterigium ini akan ber4arna merah. &emeriksaan penunjang dalam menentukan diagnosis pterigium tidak harus dilakukan, karena dari anamnesis dan pemeriksaan #isik kadang sudah dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis pterigium. &emeriksaan histopatologi dilakukan pada jaringan pterigium yang telah diekstirpasi. 1ambaran pterigium yang didapat adalah berupa epitel yang irreguler dan tampak adanya degenerasi hialin pada stromanya. /. Tatalaksana &engobatan pterigium tergantung dari keadaan pterigium itu sendiri, dimana pada keadaan dini tidak perlu dilakukan pengobatan, namun bila terjadi proses in#lamasi dapat diberikan steroid topikal untuk menekan proses peradangan, dan pada keadaan lanjut misalnya terjadi gangguan penglihatan (re#rakti#), pterigium telah menutupi media penglihatan (menutupi sekitar 4mm permukaan kornea) maupun untuk alasan kosmetik maka diperlukan tindakan pembedahan berupa ekstirpasi pterigium. )bat3obatan yang sering digunakan pada kasus pterigium adalah !

a. &emakaian air mata arti#isial (obat tetes topikal untuk membasahi mata) untuk membasahi permukaan okular dan untuk mengisi kerusakan pada lapisan air. )bat ini merupakan obat tetes mata topikal atau air mata arti#isial (air mata penyegar, 1en -eal, air mata arti#isial akan memberikan pelumasan pada permukaan mata pada pasien dengan permukaan kornea yang tak teratur dan lapisan permukaan air mata yang tak teratur. $eadaan ini banyak terjadi pada keadaan pterigium. b. "alep untuk pelumas topikal suatu pelumas yang lebih kental pada permukaan okular. alep untuk pelumas mata topikal (hypotears,&.9 penyegar). "uatu pelumas yang lebih kental untuk permukaan mata. "ediaan yang lebih kental ini akan cenderung menyebabkan kaburnya penglihatan sementara. )leh karena itu bahan ini sering dipergunakan pada malam hari terkecuali bila pasien merasakan sakit dalam pemakaiannya. c. )bat tetes mata anti in#lamasi untuk mengurangi in#lamasi pada permukaan mata dan jaringan okular lainnya. Bahan kortikosteroid akan sangat membantu dalam penatalaksanaan pterigium yang in#lamasi dengan mengurangi pembengkakan jaringan yang in#lamasi pada permukaan okular di dekat jejasnya. &rednisolon asetat (&red ?orte +E) suatu suspensi kortikosteroid topikal yang dipergunakan untuk mengu3rangi in#lamasi mata. &emakaian obat ini harus dibatasi untuk mata dengan in#lamasi yang sudah berat yang tidak bisa disembuhkan dengan pelumas topikal lain. -indakan pembedahan untuk ekstirpasi pterigium biasanya bisa dilakukan pada

pasien ra4at jalan dengan menggunakan anastesi topikal ataupun lokal, bila diperlukan dengan memakai sedasi. &era4atan pasca operasi, mata pasien biasanya merekat pada malam hari, dan dira4at memakai obat tetes mata atau salep mata antibiotika atau antiin#lamasi.4 &embedahan pterigium dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain 2 a. -eknik Bare sclera -idak ada jahitan absorbable yang digunakan untuk melekatkan konjungtiva ke super#isial sklera. -ingkat kekambuhan tinggi, antara 4,E dan 7,E. b. -eknik >utogra#t $onjungtiva 9emiliki tingkat kekambuhan dilaporkan serendah 2 E, prosedur ini melibatkan pengambilan autogra#t,biasanya dari konjungtiva bulbar

superotemporal,dan dijahit diatas sklera yang telah dieksisi. $omplikasi jarang terjadi, dan untuk hasil yang optimal ditekankan pentingnya pembedahan secara hati3hati. *a4rence.B.Airst,9BB", dari >ustralia merekomendasikan menggunakan sayatan besar untuk eksisi pterigium dan telah dilaporkan dengan tehnik ini angka kekambuhannya sangat rendah. c. Gangkok 9embran >mnion 9encangkok membran amnion juga telah digunakan untuk mencegah kekambuhan pterigium. 9eskipun keuntungan dari penggunaan membran amnion belum teridenti#ikasi, sebagian besar penelitian telah menyatakan bah4a membran amnion berisi #aktor penting untuk menghambat peradangan

dari #ibrosis dan epitelisasi. "ayangnya tingkat kekambuhan sangat beragam pada sekitar ',7 E. "ebuah keuntungan dari tehnik ini selama autogra#

konjungtiva adalah pelestarian bulbar konjungtiva. 9embran amnion biasanya diletakan diatas sklera, dengan membran basal menghadap ke atas dan stroma menghadap keba4ah. Beberapa studi terbaru menganjurkan penggunaan lem #ibrin untuk membantu cangkok membran amion menempel di jaringan episclera diba4ahnya. *em #ibrin ini juga telah digunakan dalam autogra#t konjugtiva.+0 d. -eknik 9c. =eynolds &uncak pterigium yang terdapat pada kornea dilepaskan dari

dasarnya,sementara bagian yang lain dilepaskan dari konjungtiva bulbi. Bekas yang ada di kornea dan sclera dibersihkan dan dilakukan elektrokauterisasi untuk menghindari perdarahan, bila membran tersebut terlalu tebal atau panjang,dapat digunting sebagian untuk kemudian disisipkan di ba4ah konjungtiva bulbi. 9aksudnya apabila terjadi kekambuhan,tidak masuk ke dalam kornea. -etapi menurut survei meskipun telah dioperasi,masih dapat kambuh kembali dengan cepat. Bila sering residi#, dapat diberi penyinaran sinar I atau dilakukan eksterpasi dan transplantasi mukosa mulut atau konjungtiva #orniks. +0

10. Komplikasi $omplikasi dari pterygia meliputi sebagai berikut! a. &enyimpangan atau penurunan tajam penglihatan b. $emerahan. c. Iritasi d. Bekas luka yang kronis pada konjungtiva dan kornea. e. >stigmatisme $eterlibatan yang luas otot eJtraocular dapat membatasi penglihatan dan memberi kontribusi terjadinya diplopia. Bekas luka yang berada ditengah otot rektus umumnya menyebabkan diplopia pada pasien dengan pterygium yang belum dilakukan pembedahan.+( &ada pasien dengan pterygia yang sudah diangkat, terjadi pengeringan #ocal kornea mata akan tetapi sangat jarang terjadi. $omplikasi postoperasi pterigium meliputi ! In#eksi, diplopia, per#orasi bola mata, perdarahan vitreous dan yang sering adalah kambuhnya pterigium post operasi yaitu sekitar 7,3(,E, namun kejadian ini akan berkurang sekitar 73+7E apabila menggunakan autogra# konjungtiva pada saat proses eksisi. "esudah operasi, eksisi pterygium, steroid topikal pemberiannya lebih di tingkatkan secara perlahan3lahan. &asien pada steroid topikal perlu untuk diamati, untuk menghindari permasalahan tekanan intraocular dan katarak. Hntuk mencegah kekambuhan dapat juga dengan pemberian 9itomicin G intraoperati#.+(

11. Pen1e&a2an "ecara teoritis, untuk memperkecil paparan radiasi ultraviolet dan mengurangi resiko berkembangnya pterigia pada individu yang mempunyai resiko lebih tinggi,pasien di sarankan untuk menggunakan topi yang memiliki pinggiran, sebagai tambahan terhadap radiasi ultraviolet sebaiknya menggunakan kacamata pelindung dari cahaya matahari. -indakan pencegahan ini bahkan lebih penting untuk pasien yang tinggal di daerah subtropis atau tropis, atau pada pasien yang memiliki akti#itas di luar, dengan suatu resiko tinggi terhadap cahaya ultraviolet (misalnya, memancing, ski, berkebun, pekerja bangunan). Hntuk mencegah berulangnya pterigium, sebaiknya para pekerja lapangan menggunakan kacamata atau topi pelindung.' 12. Pro&nosis &terigium merupakan suatu neoplasma konjungtiva benigna, umumnya

prognosisnya baik secara kosmetik maupun penglihatan, namun hal itu juga tergantung dari ada tidaknya in#eksi pada daerah pembedahan. Hntuk mencegah kekambuhan pterigium (sekitar 7,3(, E) sebaiknya dilakukan penyinaran dengan "trontium yang mengeluarkan sinar beta, dan apabila residi# maka dapat dilakukan pembedahan ulang. &ada beberapa kasus pterigium dapat berkembang menjadi degenerasi ke arah keganasan jaringan epitel.'

13. )ia&nosis Anamnesis &ada anamnnesis didapatkan adanya keluhan pasien seperti mata merah, gatal, mata sering berair, ganguan penglihatan. "elain itu perlu juga ditanyakan adanya ri4ayat mata merah berulang, ri4ayat banyak bekerja di luar ruangan pada daerah dengan pajaran sinar matahari yang tinggi, serta dapat pula ditanyakan ri4ayat trauma sebelumnya.' Pemeriksaaan *isik &ada inspeksi pterigium terlihat jaringan #ibrovaskular pada permukaan konjuntiva. &terigium dapat memberikan gambaran yang vaskular dan tebal tetapi ada juga pterigium yang avaskuler dan #lat. &terigium paling sering ditemukan pada konjungtiva nasal dan berekstensi ke kornea nasal, tetapi dapat pula ditemukan pterigium pada daerah temporal.++ Pemeriksaan penun%an& &emeriksaan tambahan yang dapat dilakukan pada pterygium adalah topogra#i kornea untuk menilai seberapa besar komplikasi berupa astigmtisme ireguler yang disebabkan oleh pterigium.' 3. Asti&matisme >stigmatisme adalah kelainan re#raksi yang mencegah berkas cahaya jatuh sebagai suatu #okus titik diretina karena perbedaan derajat re#raksi diberbagai

meridian kornea atau lensa kristalina. &ada mata dengan astigmat kelengkungan jari3jari yang tegak lurus padanya. &enyebab umum astigmat adalah kelainan bentuk kornea.2 >stigmat akan menurunkan tajam penglihatan dan akan menyebabkan beberapa gejala antara lain silau, diplopia monokular, astenopia dan distorsi. >stigmat biasanya herediter atau terjadi sejak lahir, biasanya bersama3sama dengan myopia atau hipermetropia dan tidak banyak terjadi perubahan selama hidup (>brams, +0(,) "ecara garis besar astigmatisme dibagi menjadi! +. >stigmat =egular! astigmatisme yang memperlihatkan kekuatan pembiasan bertambah atau berkurang perlahan3lahan secara teratur dari satu meredian ke meredian berikutnya. Bayangan yang terjadi pada astigmat =egular dengan bentuk yang teratur dapat berbentuk garis,lonjong atau lingkaran. 2. >stigmat Iregular! astigmat yang terjadi tidak mempunyai 2 meredian saling tegak lurus. >stigmat Iregular dapat terjadi akibat kelengkungan kornea pada meridian yang sama berbeda sehingga bayangan sehingga bayangan menjadi iregular . astigmatisme iregular terjadi akibat in#eksi kornea,trauma dan distro#i atau akibat kelainan pembiasan pada meridian lensa yang berbeda.2

'

1ambar >stigmat 2/ $ornea yang cembung pada astigmat $ornea normal

Bentuk $ornea pada astigmat 27 ). Pteri&ium men(e4a4kan asti&mat

&terigium dianggap sebagai penyakit proli#erasi karena secara histologis ditemuka hiperplasia epitel dan pertumbuhan jaringan #ibro#askular yang brlebihan. &ertumbuhan ini menunjukan ekstensi atau pelebaran pterigium ke kornea. ekstensi pterigium secara topogra#i berhubungan dengan terjadinya astigmat. -emuan ini telah membuat spekulasi bah4a astigmat berhubungan dengan pterigium disebabkan oleh kekuatan kontraksi yang dilakukan oleh myo#ibroblas di stroma. "ebuah penelitian yang mengambil specimen dari kepala dan badan jaringan #ibrovaskular dari pterigium primer dan pterigium rekuren menemukan adanya sel myo#ibroblast yang mempunyai kekuatan kontraksi sehingga menyebabkan astigmat dan pendekatan regional #orniJ. 9yo#ibroblas ini ditemukan dominan pada jaringan #ibrovaskular disekitar area kepala dan badan pterigium.lokasinya pada jaringan perorbital adispose ke kapsul tenon.+0,2, "el3sel ini positi# dengan pe4arnaan "9> ,vimentin tapi negati# terhadap desmon dan caldesmon yang merupakan market sel otot olos dan negati# dengan sheat market s3+,, protein. 9yo#ibroblast ini terakti#asi dari #ibroblas yang ada pada jaringan tersebut oleh stimulus #ibrogenik seperti trans#ormin gro4th #actor I( -1?3+ ),connective tissue gro4th #actor dan platelet derived gro4ht #actor yang merupkan #aktor3#aktor yang sudah diketahui terdeteksi pada jaringan pterigium.-1?3I penting pada tras#ormasi korneal #ibroblast menjadi

myo#ibroblas.-1?3I bisa berdi#usi ke stroma jika membrane basement hancur sehingga menstimulasi -1?3I receptor dan type32 receptor mediated

myo#ibroblast.+/

?aktor3#aktor tersebut banyak terapat di kaput dan korpus pterigium,sehingga kemungkinan myo#ibroblast sudah ada di jaringan tersebut teori tersebut kurang kuat karena myo#ibroblas yang mereka temukan hanya pada satu spesimen. "ehingga mereka membuat postulat myo#ibroblast mungkin bermigrasi dari jaringan #ibroadipose periorbital posterior ke kapsul tenon dekat konjungtiva nasal.+' +. Keran&ka Teori -eknik Gonjugtiva >utogra# >stigmat pada &terigium Bare sclera 9c. =eynold Gangkok 9embran >mnion Derajat astigmat pada pterigium berkurang

-am4ar 1. Keran&ka Teori

.. Keran&ka Konsep -indakan eksisi pterigium &erubahan astigmat

-am4ar 2. Keran&ka Konsep

-. 5ipotesis Derajat astigmat setelah eksisi pterigium lebih rendah dibanding sebelum eksisi

4,

pterigium.

Anda mungkin juga menyukai