Anda di halaman 1dari 9

RESENSI ARTIKEL : Kajian Perkotaan: Mempertahankan Babakan Siliwangi Sebagai Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

A. Pendahuluan Masalah lingkungan adalah persoalan-persoalan yang timbul sebagai akibat dari berbagai gejala alam. Dalam artian ini, masalah lingkungan adalah sesuatu yang melekat pada lingkungan itu sendiridan sudah ada sejak alam semesta ini, khususnya bumi dan segala isinya diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Bumi yang dihuni oleh beaneka macam makhluk terus berkembang dan berinteraksi dengan penghuninya. Hal tersebut merupakan gejala alam yang akan menimbulkan dampakpada sebagian penghuni alam. Ada yang punah, ada yang tumbuh. Dengan demikian, timbul berbagai masalah yang sebagian besar diselesaikan oleh alam itu sendiri. Tidak semua masalah lingkungan disebabkan manusia, malah sebagian besar terjadi di luar campur tangan manusia, misalnya gempa bumi. Campur tangan dalam masalah lingkungan hanya sedikit dan itu pun baru terasa akhir-akhir ini, ketika jumlah manusia semakin banyak. Sudah banyak manusia yang menguasai berbagai ilmu pengetauan dan teknologi yang mampu mempengaruhi alam secara besar-besaran. Eksploitasi alam yang berlebihan dan tidak berwawasan lingkunganlah yang menimbulkan masalah. Manusia dan lingkungan ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan, keduanya sama-sama memberikan sumbangsih. Manusia membutuhkan lingkungan untuk hidup dan berperilaku, sedangkan tanpa manusia lingkungan tidak akan pernah ada. Lingkungan adalah pemberi stimulus terbesar dalam kehidupan manusia. Lingkunganlah yang mengajarkan individu untuk merespon dan melakukan sesuatu. Dalam hubungan pembangunan yang berwawasan lingkungan, peranan tingkah laku manusia menjadi sangat penting. Berbeda dari makhluk-makhluk lain yang lebih banyak dipengaruhi oleh alam, manusia mampu mempengaruhi alam. Oleh karena itu, dalam hubungan manusia dengan alamnya, manusia dimungkinkan untuk menjadi titik sentral perkembangan lingkungan. Karena peranan tingkah laku manusia bisa menjadi titik sentral dalam hubungan manusia dengan lingkungannya, peran Psikologi, khususnya Psikologi Lingkungan menjadi sangat penting.

B. Ringkasan Materi Kawasan Babakan Siliwangi merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang ada di kelurahan Babakan Siliwangi Kecamatan Coblong, Kota Bandung. Babakan Siliwangi merupakan kawasan hutan kota yang terletak di bagian utara Kota Bandung dan oleh sebagian besar masyarakat Kota Bandung, terutama masyarakat yang peduli lingkungan diharapkan menjadi Ruang Terbuka Hijau (RTH) murni yang dapat menjadi paru-paru kota sekaligus ruang rekreasi dan interaksi yang dapat dijangkau secara mudah oleh warga kota. Namun, dalam keberjalanannya, pengelolaan Babakan Siliwangi ini mengalami banyak kontroversi, terutama akibat keinginan pemerintah untuk mengkerjasamakan pengelolaan Babakan Siliwangi dengan pihak swasta yang merencanakan pembangunan di lokasi tersebut. Pada peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Babakan Siliwangi jelas termasuk ke dalam kawasan Bandung Utara harus dibatasi pembangunannya, terlebih lagi ketika ditemukannya 12 mata air di dalam kawasan mata air yang jelas menjadikan Babakan Siliwangi termasuk ke dalam kawasan lindung. RTRW secara ketat juga menyatakan bahwa kesempatan membangun hanya untuk sarana dan prasarana vital (nonkomersial) dengan batas luas maksimal tutupan tanah (footprint) 2 persen dan tidak dimungkinkan membangun bangunan bertingkat (KLB maksimal 0,02). Oleh karena itu, rencana pembangunan rumah makan di kawasan tersebut dapat dikatakan tidak sesuai karena bangunan rumah makan jelas bukan merupakan sarana dan prasarana vital non komersial. Saat ini Kota Bandung baru memiliki sekitar 1700 hektare RTH. Sedangkan idealnya RTH untuk kota yang memiliki luas 16.729,65 hektare ini adalah sekitar 6000 hektare. Padahal idealnya sebuah kota harus memiliki ruang terbuka hijau seluas 30 persen dari total luas kota, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Ditinjau dari segi manfaat dan fungsi, RTH memiliki fungsi-fungsi pelestarian lingkungan Selain itu, RTH juga memiliki fungsi ekonomi, sosial, dan arsitektural yang dapat sangat bermanfaat bagi warga kota. Hal-hal tersebut menjadikan masyarakat kota Bandung menginginkan Babakan Siliwangi menjadi RTH publik yang dapat dijangkau dengan mudah oleh semua lapisan masyarakat. Keterbatasan dana dalam mengelola Ruang Terbuka Hijau Publik menjadi latar belakang pengadaan kerjasama pengelolaan dengan pihak swasta dalam bentuk pembangunan rumah makan, namun rencana pembangunan tersebut menimbulkan polemik di masyarakat karena adanya kekhawatiran akan dampak yang ditimbulkan dan

komersialisasi yang menjadikan Babakan Siliwangi menjadi terbatas untuk kalangan masyarakat tertentu saja. Babakan Siliwangi adalah satu-satunya hamparan hijau yang masih tersisa di Kota Bandung. Kawasan Babakan Siliwangi adalah ruang terbuka hijau (RTH) yang di atasnya sebenarnya tidak boleh didirikan bangunan apalagi bangunan tinggi seperti hotel atau apartemen. Persepsi ini berangkat dari kepentingan ekologis yang tidak memandang kawasan Babakan Siliwangi sebagai kawasan terlantar tapi lebih sebagai hutan kota sehingga wajar jika terdapat banyak hamparan pepohonan.

C. Resensi Saat ini, di Indonesia, Ruang Terbuka Hijau (RTH) sudah sangat minim. Dengan jumlah yang sangat minim, kabarnya RTH yang ada di Bandung akan dikonversikan menjadi hotel dan restoran. Hal tersebut merupakan berita buruk bagi penghuni bumi pada umumnya dan earga Bandung pada khususnya, karena tempat hijau di muka bumi ini akan berkurag. Tentunya pengurangan ruang hijau ini akan berdampak buruk pada lingkungan dan dapat menyebabkan diekuilibrium ekosistem. Dalam hal ini, tentunya pemerintah sebagai pembuat kebijakan memiliki pera penting. Pihak swasta dapat dengan leluasa mengubah hutan menjadi hotel jika sudah mendapatkan ijin dari pemerintah. Psikologi lingkungan merupakan salah satu pendekatan ilmu yang dapat digunakan sebagai metode dalam menentukan kebijakan pembangunan nasional yang berwawasan lingkungan. Secara umum, paling tidak peranan psikologi lingkungan dalam penentuan kebijakan pembangunan nasional yang berwawasan lingkungan meliputi 3 hal, yaitu : 1. Fungsi Inspiratif Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Pusat Bahasa Diknas, kata inspirasi adalah kata benda yang berarti ilham. Sedangkan kata ilham sendiri memiliki arti, petunjuk (Tuhan) yg timbul di hati, pikiran (angan-angan) yang timbul dari hati bisikan hati serta sesuatu yang menggerakkan hati untuk mencipta sesuatu. Dengan demikian, fungsi inspiratif dimaksudkan bahwa psikologi lingkungan digunakan sebagai dasar petunjuk, pemahaman dan analisis kritis dalam menentukan kebijakan pembangunan yang berwasasan lingkungan. Konsep penentuan kebijakan pembangunan tidak bisa meninggalkan konsep pemahaman yang menyeluruh, analisis kritis atas realitas lingkungan dengan seluruh dinamika yang terjadi. Dengan adanya pemahaman, analisis kristis maka akan
3

didapatkan prinsip-prinsip dasar yang dapat menjadi petunjuk dalam menentukan kebijakan. Beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam penentuan kebijakan pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah sebagai berikut: Prinsip kedaulatan negara atas sumber daya alam demi dipergunakan untuk kemakmuran rakyat dan tanggungjawab negara untuk mencegah dampak lingkungan yang bersifat lintas batas Prinsip melakukan tindakan pencegahan (the principle of prevention action) Prinsip bertetangga yang baik dan kewajiban melakukan kerjasama dengan semua lembaga dan internasional Prinsip pembangunan berkelanjutan (the principle of sustainable development) Prinsip kehati-hatian (the precautionary principle) Prinsip pencemar membayar (the polluter pays principle) Prinsip kebersamaan dengan tanggungjawab yang berbeda (the principle of common but differentiated responsibility) Apabila prinsip dasar ini dipakai dalam penentuan kebijakan pembangunan maka diyakini bahwa tujuan luhur pembangunan seperti yang tercantum dalam UUD45 akan menjadi kenyataan dan terjadi keselarasan dengan alam. 2. Fungsi daya operatif Secara umum, operatif merupakan kata sifat dari operasional. Operasional sendiri berarti fungsi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi atau mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang

menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain Dari sini tampak bahwa fungsi daya operatif yang dimaksud terkait langsung dengan proses pelaksanaan kebijakan yang telah dijalankan. Dalam hal ini psikologi lingkungan berperan untuk mengobservasi, meneliti, menguji kebenaran dan mengamati sejauh mana pelaksanaan kebijakan pembangunan berdampak pada pola perilaku dan gejala yang muncul akibat pelaksanaan kebijakan tersebut. Bahkan dalam hal ini, psikologi lingkungan dapat berperan sebagai pengontrol pelaksanaan kebijakan pembangunan. 3. Fungsi evaluative Secara umum evaluasi adalah proses penilaian. Penilaian ini bisa menjadi netral, positif atau negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Dalam kaitannya dengan
4

sebuah pelaksanaan kegiatan evaluasi diartikan sebagai kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu. Selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan. Mengacu pada pemahaman tersebut maka fungsi evaluatif yang dimaksudkan adalah bahwa psikologi lingkungan berperan dalam mengevaluasi proses pelaksanaan kebijakan pembangunan yang telah dilaksanakan. Sejauh mana tingkat dan indikasi keberhasilan dari pembangunan yang berwawasan lingkungan berhasil? Kalau tidak berhasil, apa kendala-kendalanya? Dan bagaimana kendala tersebut dapat dicarikan alternatif pemecahannya? Mery dan Tryst (dalam Soesilo, 1989) melihat bahwa hubungan antar manusia dengan lingkungannya merupakan suatu jalinan transactional interdependency atau terjadi ketergantungan satu sama lain. Hal ini hampir sama dengan pendapat Guilford, yaitu manusia mempengaruhi lingkungannya. Untuk selanjutnya lingkungan akan mempengaruhi manusia, demikian pula terjadi sebaliknya. Veitch dan Arkkelin (1995) mendefinisikan psikologi lingkungan sebagai ilmu perilaku multidisplin yang memiliki orientasi dasar dan terapan, yang memfokuskan interrelasi anatar perilaku dan pengalaman manusia sabagai individu dengan lingkungan fisik dan sosial. Dari pernyataan tersebut, dapat dilihat bahwa manusia dan lingkungan memiliki interaksi dan saling mempengaruhi. Manusia mempeengaruhi lingkungan, dan lingkungan mempengaruhi manusia. Jika hutan Babakan Siliwangi diubah menjadi bangunan oleh manusia, maka akan terjadi interaksi yang buruk antara manusia dengan lingkungan. Karena mereka berinteraksi transaksional, maka lingkungan pun akan memberikan interaksi yang buruk terhadap manusia. Jadi intinya manusia dan lingkungan sama-sama dirugikan oleh pengkonversian tersebut. Dampak buruk yang akan dirasakan bila pengkonversian hutan Babakan Siliwangi menjadi bangunan benar-benar dilaksanakan, ditinjau dari sudut pandang psikologi lingkungan, yaitu : 1. Penurunan kualitas udara bersih Manusia memerlukan Oksigen untuk dapat bertahan hidup. Hutan merupakan produsen dari Oksigen. Jika hutan dikonversikan menjadi bangunan, maka manusia kehilangan produsen yang selalu menghasilkan Oksigen. Jumlah Oksigen tentunya
5

akan berkurang dan seiring dengan perkembangan industri serta meningkatnya jumlah kendaraan bermotor, jumlah gas yang berbahaya akan meningkat pula, seperti karbon dioksida dan karbon monoksda. Jika karbon dioksida dihirup terlalu banyak, maka akan merusak kesehatan. Padahal, jika terdapat banyak pohon, karbon dioksida tersebut akan diubah menjadi oksigen pada proses fotosintesis. Kekurangan oksigen pada darah di otak dapat mengganggu fungsi otak dalam mengingat (short term memory dan long term memory). Sebuah penelitian di Amerika, yang menghubungkan polusi tertentu dengan daya pikir seseorang, Jennifer Weuve dari Rush Institute of Healthy Aging di Chicago memaparkan wanita yang terpaparkan, hidup di lingkungan yang mempunyai partikel lebih tinggi, dalam jangka waktu lama, mengalami penurunan indeks kemampuan daya pikir mereka dalam jangka waktu 4 tahun penelitian. Para peneliti juga mengatakan, polusi lebih berbahaya dapat menghambat kerja jantung di bandingkan asap rokok. Udara yang kotor pun dapat menurunkan kinerja seseorang. Gas CO yang dikeluarkan oleh alat transportasi di jalan raya misalnya, dapat menghambat pengambila keputusan, memperlambat waktu reaksi, menganggu atensi, penurunan dalam kemampuan mengemudi, dan mengganggu pengolahan informasi. Hal tersebut sangat menganggu kinerja orang-orang yang bekerja di jalan, seperti polisi, tukang parkir, dan supir. Selain itu, udara yang kotor berdampak pada perilaku seseorang. Gas yang menerpa pada proses pengindraan akan dimaknakan sebagai telah terjadinya pencemaran udara. Reaksi orang yang memaknakan terjadinya pencemaran udara ialah dengan menutup hidup, dan menghindari sumber pencemaran tersebut. Berbagai reaksi psikologis sebagai akibat ia mengalami pencemaran udara adalah bermacammacam. 2. Menyebabkan perubahan cuaca dan iklim dan pemanasan global Kita membutuhkan hutan dengan luasan besar untuk 'meredam' dan melawan perubahan iklim dan menjaga bumi. Tetapi yang terjadi kita melakukan sebaliknya. Kita Menghancurkan hutan. Perubahan cuaca dan iklim, dapat berdampak pada tingkah laku manusia. Cuaca yang panas dapat menimbulkan kondisi yang tidak menyenangkan bagi orang yang mengalaminya. Dalam temperatur panas, seseorang memiliki kecenderungan kurang memberika stimulus dalam berinteraksi. Apabila interaksi dilakukan di luar ruangan, maka ada kecenderungan orang yang berinteraksi masuk ke dalam ruangan, untuk mencari temeperatur yang lebih nyaman. Efek dari
6

suhu lingkungan yang tinggi terhadap tingkah laku sosial adalah peningkatan agresivitas. Pada tahun 1968 misalnya, US Riot Commision pernah melaporkan bahwa dalam musim-musim panas, rangkaian kerusuhan dan agresivitas massa lebih banyak terjadi di Amerika Serikat daripada musim-musim lain (Fisher et al, 1984:128) Untuk mengatasi hal-hal yang tidak diinginkan akibat pengkonversian hutan Babakan Siliwangi menjadi bangunan, maka kita perlu melindunginya. Kesadaran lingkungan amatlah prnting dalam mewujudkan tingkah laku perlindungan lingkungan. Hal tersebut dapat memberikan dukungan sosial dalam melakukan perlindungan lingkungan. Tanggung jawab personal pun memiliki kontribus dalam meningkatkan kesadaran lingkungan. Situasi lingkungan yang lebih luas, dapat pula mempengaruhi atau menstimulasi sesorang. Sebagai contoh, apabila seseorang berada di lingkungan masyarakat yang kurang peduli dengan masalah lingkungan, maka ia dapat merasa kesal. Ia akan kesal terhadap lingkungan sosialnya yang tidak peduli pada lingkungan yang telah memberikan kehidupan. Perasaan kesal tersebut dapat mempengaruhi emosi seseorang. Oleh karena itu, faktor regulasi diri dalam menghadapi stimulasi lingkungan yang kurang menyenangkan memiliki peran tersendiri. Regulasi diri yang baik pada seseorang akan memberikan pengaruh pada kesadaran lingkungan yang positif. Orang yang memiliki kepribadian yang matang akan melakukan regulasi diri yang baik dan akan tegas menunjukan identitas dirinya. Kompetensi lingkungan sangat terkait dengan pengetauan, sikap terhadap lingkungan. Tingkat kompetensi seseorang tentang lingkungan akan berpengaruh pada kecenderungan bertingkah laku untuk melindungi lingkungan. Hubungan yang dinamis antara kesadaran lingkungan, regulasi diri, dan kompetensi lingkungan, akan menyebabkan kecenderungan bertingkah laku melindungi lingkungan. Hubungan yang dinamis dapat diperkuat atau diperlemah atau tidak berpengaruh sama sekali. Terjadinya tingkah laku perlindungan lingkungan dapat pula dipengaruhi oleh dukungan sosial. Adanya dukungan sosial yang merupakan suatu dinamika dalam masyarakat yang memiliki hubungan kekentalan yang kuat, maka dukungan sosial akan memperkuat tingkah laku pemeliharaan atau melindungi lingkungan. Dukungan sosial yang sudah dan sedang berlangsung untuk menjaga hutan Babakan SIliwangi adalah dengan mengkampanyakan Save Babakan Siliwangi yang digagas oleh Ridwal Kamil dan mayarakat Bandung lainnya. Kampanye ini lebih dilakukan di
7

media online, yaitu melalui blog savebabakansiliwangi.wordpress.com, akun twitter @Lebak_Siliwangi dan penggunaah #SaveBabakanSiliwangi, dan menggunakan logo Save Babakan Siliwangi untuk menjadi Display Picture (DP) di Blackberry Messenger atau avatar Twitter. Selain itu, dilakukan pula pengalangan dana untuk menebus Babakan Siliwangi dari pihak swasta. Tentunya, perlindungan hutan Babakan Siliwangi merupakan tanggung jawab masyarakat, pemerintah, dan semua orang yang tinggal di muka bumi ini. Babakan Siliwangi sangat bermanfaat bagi kehidupan semua orang yang ada di bumi. Maka, lindungilah mereka.

D. Kesimpulan Hutan merupakan paru-paru dunia. Pengkonservasian Hutan Babakan SIliwangi menjadi bangunan dapat menimbulkan ruang terbuka hijau yang ada di Bandung semakin berkurang. Padahal ruang terbuka hijau sangat diperlukan untuk menyeimbangkan lingkungan dan menyaring udara yang kotor. Selain itu, hal tersebut dapat menimbulkan berbagai macam dampak buruk bagi manusia, karena terjadi transaksi interaksi yang buruk antara manusia dan lingkungannya. Dampak buruk yang akan dirasakan manusia, yaitu kurangnya udara bersih dan perubahan iklim dan cuaca. Kedua hal tersebut dapat mempengaruhi perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengatasi hal-hal yang tidak diinginkan akibat pengkonversian hutan Babakan Siliwangi menjadi bangunan, maka kita perlu melindunginya. Hubungan yang dinamis antara kesadaran lingkungan, regulasi diri, dan kompetensi lingkungan, akan menyebabkan kecenderungan bertingkah laku melindungi lingkungan.

E. Daftar Pustaka Ekky. 2011. Apa yg dimaksud dengan transactional interdependency antara manusia dengan lingkungannya?. (Online) http://ekky-psikologi08.

blogspot.com/2011/03/apa-yg-dimaksud-dengan-transactional.html. Diakses pada : 9 April 2013. Hartanto, FX. Sri. 2012. Pemahaman Psikologi Lingkungan Dalam Upaya Mewujudkan Pembangunan Berwawasan Lingkungan. (Online)

http://wiryohadisukarto.wordpress.com/2012/08/13/paper-psikologi-lingkungan-2/. Diakses pada : 9 April 2013.

Iskandar, Zulrizka. 2012. Psikologi Lingkungan: Teori dan Konsep. Bandung : Refika Aditama. Purple, Mae. 2012. Polusi Udara pada Daya Ingat. (Online)

http://green.kompasiana.com/polusi/2012/05/19/pengaruh-polusi-udara-pada-daya-ingat458448.html. Diakses pada : 9 April 2013. Sarwono, Sarlito. 1944. Psikologi Lingkungan. Jakarta : Grasindo. http://savebabakansiliwangi.wordpress.com/

F. Lampiran Kajian Perkotaan: Mempertahankan Babakan Siliwangi Sebagai Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung Sumber : http://km.itb.ac.id/site/?p=7258

Anda mungkin juga menyukai