Anda di halaman 1dari 7

Topic : Efisiensi Beton Pracetak Tujuan : Untuk mengetahui efisiensi menggunakan beton pracetak BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan 1.4 Teknik Pengumpulan Data 1.5 Sistematika Penulisan BAB II BETON 2.1 Pengertian Beton 2.2 Jenis-jenis Beton 2.3 Cara Pembuatan Beton BAB III Beton Pracetak 3.1 Cara Pembuatan Beton Pracetak 3.2 Perbandingan Beton Pracetak dan Beton Konvensional BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 4.2 Saran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum digunakan untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lain-lain. Dengan semakin berkembangnya pembangunan infrastruktur, maka kebutuhan akan beton pun semakin meningkat. Dalam pembangunan sebuah gedung, biasanya beton dibuat secara konvensional, yaitu dengan cara dicetak dan dicor di tempat menggunakan bekisting. Ada beberapa kendala yang ditemukan pada saat pembuatan beton konvesional, diantaranya waktu pengerjaan yang lama dan hasil yang kurang baik, serta bahan untuk mencetak beton yang semakin sulit diperoleh. Dalam pembangunan sebuah gedung, kita tidak hanya membutuhkan kualitas beton yang baik, tetapi waktu pengerjaan proyek pun harus lebih cepat. Solusi dari tuntutan tersebut, maka diciptakanlah teknologi baru dalam pembuatan beton, yaitu beton pracetak. Beton pracetak dinilai lebih efisien, praktis, dan artistic. Oleh karena itu, laporan ini dibuat untuk mengetahui efisiensi beton pracetak dibandingkan beton konvensional.

1.2 Rumusan Masalah Dewasa ini, peningkatan jumlah pembangunan gedung memicu keinginan untuk membangun sebuah konstruksi gedung dengan waktu yang lebih cepat. Pembangunan dengan menggunakan beton konvensional biasanya waktu pengerjaan relatif lebih lama. Maka dari itu, ada beberapa rumusan masalah yang akan kami bahas dalam laporan ini, sebagai berikut. 1) Bagaimana cara membuat beton pracetak? 2) Bagaimana perbandingan antara beton pracetak dan beton konvensional? 1.3 Tujuan Penulisan Adapun beberapa tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai berikut. 1) Untuk mengetahui cara pembuatan beton pracetak 2) Untuk mengetahui perbandingan antara beton pracetak dan beton konvensional 1.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang kami lakukan untuk menyusun laporan ini yaitu metode studi pustaka, dengan mencari berbagai macam referensi. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penyusunan laporan ini mencakup beberapa hal, yaitu: Bab I Pendahuluan Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sistematika penulisan dalam penyusunan laporan ini. Bab II Beton Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang akan menjadi dasar dalam pembahasan dan penganalisaan masalah. Pada bab ini akan dijelaskan tentang pengertian beton, jenis-jenis beton, dan cara pembuatan beton. Bab III Beton Pracetak Bab ini menjelaskan cara pembuatan beton pracetak dan perbandingan beton pracetak dan beton konvensional Bab IV Kesimpulan dan Saran Bab ini menyimpulkan hasil kajian pustaka, dan saran yang dianggap perlu untuk pengembangan laporan ini selanjutnya.

BAB II BETON 2.1 Pengertian Beton Beton adalah suatu campuran bahan, terutama yang mengandung bahan perekat yang merekatkan butiran-butiran agregat. Proses terbentuknya beton oleh masing-masing bahan material pembentuknya dapat dijelaskan sebagai berikut, semen dan air akan membentuk pasta semen yang berfungsi sebagai perekat/pengikat dalam proses pengerasan. Pada proses pengerasan, pasta semen dan agregat halus (pasir) akan membentuk mortar yang akan menutup rongga-rongga antara agregat kasar (kerikil atau batu pecah) sedangkan pori-pori antara agregat halus diisi oleh pasta semen yang merupakan campuran antara semen dengan air sehingga butiran-butiran agregat saling terikat dengan kuat dan terbentuklah suatu massa yang kompak/padat.

2.2 Jenis-jenis Beton Berdasarkan Perkembangan Teknologi 1) Beton Konvensional Beton konvemsional merupakan campuran antara semen portland, pasir, kerikil/ batu pecah, dan air, sebagai material bangunan masih menunjukkan banyak kelemahan, diantaranya: 1. Kekuatannya relatif tidak tinggi (bila dibandingkan dengan baja); 2.Komponen Struktur bangunannya relatif berat; 3.Pelaksanaannyarelatif lambat sehubungan dengan lama proses pengerasannya; 2) Beton Modern Dalam teknologi beton modern, penggunaan additive dan admixture kedalam campuran beton dapat meningkatkan kinerja beton, seperti: kekuatan, kemudahan pengerjaan (workability), keawetan, dan kinerja-kinerja lainnya dalam memenuhi tuntutan teknologi konstruksi modern. 1. Additive: adalah bahan tambahan berupa butiran yang sangat halus, sebagian besar berupa mineral yang bersifat cementitious, seperti: abu terbang (fly ash), mikrosilika (silica fume), dan abu slag besi (iron blast furnace slag), umumnya ditambahkan pada semen sebagai bahan utama beton. 2. Addmixture: adalah bahan yang ditambahkan pada saat pengadukan beton, seringkali dicampurkan bersama dengan air, seperti: WR, R, A, WRR, WRA, HRWR, dan HRWRR. (ASTM C-494/SK SNI-18-1990) 4. Pada lingkungan yang agresif, misalnya yang mengandung larutan garam sulfat, beton bermutu rendah mudah mengalami korosi, sehingga mengakibatkan rapuh/keropos.

2.3 Cara Pembuatan Beton 1) Seleksi Bahan Untuk membuat beton yang baik diperlukan bahan-bahan pencampur beton yang baik pula. Bahan-bahan pencampur beton seperti semen, agregat, air, pasir harus masuk dalam spesifikasi bahan yang disyaratkan untuk membuat beton yang baik. Semen, agregat, pasir, dan air harus memenuhi standarisasi agar terbentuk beton berkualitas baik. 2) Pengadukan beton

Setelah bahan diseleksi, semua bahan dasar beton seperti semen,agregat,air,dan pasir dicampur. Pencampuran bahan pembentuk beton dalam perbandingan tertentu disebut proses pengadukan beton. Pengadukan ini dilakukan sampai warna adukan rata, kelecakannya cukup, dan campurannya homogen. Dalam proses pengadukan beton tidak boleh terjadi segregasi di antara butiran-butiran agregat. Cara pengadukan beton dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengadukan beton dengan menggunakan tangan dan pengadukan beton dengan menggunakan mesin. Pengadukan dengan tangan biasanya dilakukan untuk membuat beton dalam jumlah yang sedikit. Mula-mula semen dan pasir dicampur secara kering di atas tempat yang rata, keras, kering, dan tidak menyerap air. Pencampuran secara kering ini dilakukan hingga warnanya sama. Kemudian agregat ditambahkan dalam campuran kering ini dan diaduk kembali hingga merata. Alat yang digunakan untuk mengaduk beton dapat berupa cangkul, sekup, atau cetok. Kemudian di tengah adukan dibuat lubang dn ditambahkan air sebanyak 75% dari jumlah air yang diperlukan, lalu diaduk kembali dan ditambahkan sisa air sampai adukan merata. Pengadukan dengan mesin dilakukan dalam pengerjaan proyek yang besar dan membutuhkan jumlah beton yang banyak, pengadukan dengan menggunakan mesin dinilai lebih praktis, murah, dan hasilnya pun lebih memuaskan. Beton yang diaduk dengan mesin akan menghasilkan beton yang lebih homogen. 3) Pengangkutan Beton Adukan beton yang telah homogen harus diangkut ke tempat penuangan sebelum semen mulai berhidrasi. Selama proses pengangkutan, adukan harus dijaga agar tidak ada bahan yang terpisah/tumpah. Cara pengangkutan adukan beton tergantung dari jumlah adukan yang dibuat dan tempat penuangan. Pengangkutan adukan beton dapat dilakukan dengan menggunakan ember, gerobak dorong, truk aduk beton, ban berjalan atau pompa. Umumnya pengadukan beton dilakukan di sekitar tempat penuangan beton agar proses pengangkutan tidak terlalu jauh, tetapi apabila proses pengadukan dilakukan jauh dari tempat penuangan beton, maka pengangkutan dilakukan dengan menggunakan truck beton. 4) Penuangan Adukan Beton Di tempat penuangan, beton harus segera dipadatkan sebelum terjadi reaksi antara semen dan air. Hal-hal berikut yang harus diperhatikan dalam proses penuangan beton. a. Adukan beton harus dituang secara terus menerus (tidak terputus) agar diperoleh beton yang seragam dan tidak terjadi garis batas yang jelas. b. Permukaan cetakan yang berhadapan dengan adukan beton harus diolesi minyak agar beton tidak melekat dengan cetakannya. c. Selama penuangan dan pemadatan harus dijaga agar posisi tulangan dan cetakan tidak berubah. d. Adukan beton jangan dijatuhkan dengan tinggi jatuh lebih dari satu meter agar tidak terjadi pemisahan antara bahan-bahan pencampurnya.

e. Penuangan tidak boleh dilakukan pada waktu turun hujan, kecuali jika penuangan dilakukan dalam ruangan. f. Sebaiknya tebal lapisan beton untuk setiap kali penuangan tidak lebih dari 45 cm pada beton massa dan 30 c pada beton bertulang. g. Harus dijaga agar beton yang masih segar tidak terinjak. 5) Pemadatan Adukan Beton Pemadatan adukan beton dilakukan untuk mengurangi rongga di dalam beton. Pemadatan beton dapat dilakukan secara manual atau dengan menggunakan mesin. Pemadatan secara manual dilakukan dengan menggunakan tongkat baja atau tongkat kayu. Adukan beton yang baru dituang harus segera dipadatkan dengan cara ditusuktusuk dengan tongkat baja/kayu. Sebaiknya tebal beton yang ditusuk tidak lebih dari 15 cm. Penusukan dengan tongkat dilakukan hingga tampak suatu lapisan mortel di atas permukaan beton yang dipadatkan itu. Pemadatan yang kurang atau yang berlebihan mengakibatkan kurang baiknya mutu beton. Pemadatan dengan mesin dilakukan oleh alat yang disebut vibrator (alat getar). Alat getar menggetarkan beton yang baru dituang sehingga mengalir dan memadat. Penggetaran yang teralu lama harus dihindari agar tidak terjadi pemisahan kerikil di bagian bawah dan bahan pencampur lain di bagian atas. Alat getar yang biasa dipakai ada dua macam,yaitu : a. Internal vibrator (alat getar intern) ialah alat getar yang berupa seperti tongkat. Alat ini digetarkan dengan mesin dan dimasukkan ke dalam beton yang baru dituang. b. Form vibrator (alat getar cetakan) ialah alat getar yang ditempelkan di bagian luar cetakan sehingga cetakan bergetar dan membuat beton segar bergetar juga sehingga memadat.

6) Pekerjaan Perataan Pekerjaan perataan dilakukan setelah beton selesai dipadatkan. Umumnya perataan dilakukan pada permukaan beton dengan menggunakan cetok dan papan rata. 7) Perawatan Beton Perawatan beton adalah pekerjaan yang dilakukan agar permukaan beton yang masih segar selalu lembab, sejak adukan beton dipadatkan hingga adukan beton mengeras. Kelembaban permukaan beton harus dijaga agar proses hidrasi antara air dengan semen dapat terjadi dengan sempurna. Selain itu, kelembaban permukaan juga membuat beton lebih tahan cuaca dan lebih kedap air. Di file Cara pembuatan beton dari 5.7

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan laporan ini, dapat kita tinjau bahwa beton pracetak lebih efisien dalam pembangunan sebuah konstruksi gedung dibandingkan dengan beton konvensional. Pembangunan dengan menggunakan beton pracetak akan lebih cepat dan hasil pekerjaanya pun baik, karena proses dari pembuatan beton pracetak itu sendiri yang dilindungi dan dijaga kualitasnya, melalui quality control. 4.2 Saran 3.2 Saran Perkembangan zaman mempengaruhi perkembangan manusia untuk berkembang kearah yang lebih baik dan menuntut setiap bangsa untuk berusaha maju. Begitu pula padaperkembangan beton, dimana pengguanaan beton sangat berpengaruh pada konstruksibangunan di setiap pelosok. Namun penggunaan beton tak lepas dari eksploitasi alam yangmemungkinkan alam akan terkuras, dalam hal ini penggunaan bahan campuran beton. Untuk itu sebagai seorang engineer, dalam penggunaan beton sebagai bahan untuk konstruksi, biasmenyeimbangkan keadaan alam kita, walaupun hal itu memang cukup sulit. Sehinggaseorang engineer dituntut untuk lebih kreatif lagi untuk menemukan material campuran betontanpa menguras habis sumber daya yang ada di bumi kita ini.

Anda mungkin juga menyukai