Anda di halaman 1dari 8

WANITA DALAM PANDANGAN ISLAM MODERAT (Bag.

2/2)
Peran Sosial Politik Wanita
Secara tegas Islam mendeklarasikan persamaan antara kaum lelaki dan wanita, Allah berfirman dalam QS. an-Nahl [16]:97, yang artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Jelaslah bahwa Allah tidak pernah dan tidak akan pernah pilih kasih antara umat manusia siapa saja yang beramal shalih maka akan memperoleh pahala yang tidak ada aniaya sedikitpun, firman Allah SWT: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. Al Hujurat [49]:13 FirmanNya: inna akramakum 'indallahi atqakum, yang artinya: sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa, terdapat sebuah penegasan bahwa Allah SWT sama sekali tidak pilih kasih dalam hal pahala dan ganjaran. Allah juga tidak pilih kasih dalam hal dosa. Demikian pula persamaan dalam kewajiban-kewajibannya sebagai hamba termasuk pula kewajiban-kewajiban terhadap agamanya. Semua itu dilakukan dalam rangka menyiapkan wanita muslimah untuk mengemban peran besar dalam kehidupan sosial politik umat 1[26]. Dengan demikian Islam sangat mengakomodir peran-peran strategis dalam kehidupan sosial dan politik; peran dalam rumah tangga, peran di mesjid, memberantas buta aksara, peran arahan dan bimbingan masyarakat, pendidikan dan pengajaran, peran dalam amar makruf nahi munkar, peran memberdayakan sesama kaum perempuan, peran

mengembangkan ilmu pengetahuan dan dakwah kepada kebajikan, peran-peran wanita dalam bidang kesehatan dsb.

Islam bahkan menganjurkan dan memerintahkan wanita-wanita muslimah untuk berperan aktif dalam rumah tangga, masyarakat, negara dan pemerintahan tanpa mengorbankan kewajiban-kewajibannya yang lain sebagai istri, ibu rumah tangga; karena semua hal tersebut dilakukan secara seimbang, moderat dan adil antara hak dan kewajiban, dengan tetap menjaga harga diri dan kehormatannya selaku makhluk Allah yang dimuliakan dan dihormati. Dalam catatan sejarah Islam seorang wanita Ummu Salamah ra, istri Nabi saw ikut berunding dengan para shahabat Rasulullah saw dalam peristiwa politik Perjanjian Hudaibiyah. Ummu Salamah ra memberikan saran-saran politik kepada Rasulullah saw untuk mengambil langkah-langkah efektif dalam menenangkan emosi yang timbul di kalangan para sahabat ra, yang hampir berputus asa dalam memecahkah masalah yang terjadi saat itu2[27]. Diantara bentuk partisipasi politik wanita dalam Islam pemberian komitmen dan kesetiaan (baca: Baiat) untuk pembelaan terhadap Islam. Di zaman Rasulullah saw seorang wanita bernama Ummu Hani binti Abi Thalib pernah berperan sosial dengan membangun rumah sakit. Bahkan beliau berperan dalam aktifitas politik dengan melakukan perlindungan terhadap keluarga besarnya saat kaum muslimin memasuki kota Mekkah pada peristiwa Fathu Mekkah. Ada seorang wanita yang berperan dalam menggunakan hak berpendapat pada masa pemerintahan Umar bin Khattab ra; setelah Umar r.a melaksanakan khutbah di masjid, beliau berpendapat pembatasan batas nilai mahar. Selesai beliau berkhutbah, wanita tersebut berdiri seraya berkata: "Siapakah anda, sehingga memberi batasan atas apa yang Allah swt dan Rasul-Nya tidak membatasinya ?" serta merta Umar r.a mengomentari: "Wanita ini benar, dan Umar-lah yang salah. Peran wanita dalam ranah politik, khususnya dalam kesertaan di parlemen suatu negara, maka hal itu dibolehkan selama ada kemaslahatan. Kalimat dibolehkan disini tidak berarti keharusan dan kewajiban, tetapi diboleh dalam batas kemaslahtan dan kemudharatan. Kecuali posisi kepala negara, maka hal tersebut diserahkan kepada lelaki, karena bagi wanita secara umum amanat kepala negara merupakan suatu yang berat dan di luar kemampuan wanita dalam menghadapi persoalan negara yang sangat kompleks dan pelik. Kata-kata secara umum di sini berarti adanya sebahagian wanita yang memiliki kemampuan untuk

mengemban amanat berat tersebut seperti halnya Ratu Bilqis di jaman dahulu; tetapi perlu diingat bahwa penetapan hukum dalam Islam berlandaskan pada sesuatu yang lebih global dan keumuman bukan sesuatu yang jarang, bahkan ulama Islam mengatakan: an-Nadir laa Hukma Lahu sesuatu yang jarang tidak memiliki hukum (tidak menjadi dasar hukum) 3[28] . Sangat nampak jelas bahwa peran wanita di ranah sosial politik merupakan peran yang tidak boleh dikebiri dan dipasung. Wanita bahkan sejatinya memainkan perannya dalam ranah ini sesuai dengan adab dan etika Islam, tanpa mengorbankan kehormatan dan kemuliaan dirinya sebagaimana diberikan penghargaan tersebut oleh Islam. Dintara etika wanita yang berpartisipasi dalam ranah sosial politk adalah menjaga kehormatan dirinya dengan tidak melakukan tabarruj (bersolek yang mengundang fitnah), menghindari sedapat mungkin ikhtilath apalagi khalwat 4[29], melakukan komunikasi sesuai keperluannya dan pada batas-batas logis. Diantara cara menjaga kehormatan wanita, Allah SWT memberikan cara yang efektif, yaitu menutup aurat wanita, sebagaimana firmanNya: "Katakanlah kepada wanita yang beriman... ... ... ... hendaklah mereka menutupkan kerudung kepalanya sampai ke dadanya"... ... . QS. An-Nur: 31. Dan selanjutnya juga diperkuat dengan firmanNya yang lain: "Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin, supaya mereka menutup kepala dan badan mereka dengan jilbabnya supaya mereka dapat dikenal orang (sebagai muslimah), maka tentulah mereka tidak diganggu (disakiti) oleh laki-laki yang jahat. Allah Maha Pengampun lagi Maha Pengasih" (QS. Al-Ahzab: 59). Perintah Allah diatas merupakan kewajiban bagi wanita muslimah sebagaimana perintah-perintah lain dalam surat an-Nur: "Inilah satu surah yang Kami turunkan kepada rasul dan Kami wajibkan menjalankan hukum-hukum syariat yang tersebut di dalamnya. Dan Kami turunkan pula di dalamnya keterangan-keterangan yang jelas, semoga kamu dapat mengingatnya".

Perintah Allah di atas ditegaskan juga oleh Nabi Muhammad saw dalam hadist beliau yang artinya: "Wahai Asma! Sesungguhnya seorang perempuan apabila sudah cukup umur, tidak boleh dilihat seluruh anggota tubuhnya, kecuali ini dan ini, sambil Rasulullah menunjuk muka dan kedua telapak tangannya". Ummul Mukminin Aisyah r.a berkata: Semoga Allah memberi rahmat kepada perempuan-perempuan Muhajirin; di waktu Allah menurunkan ayat kerudung itu, mereka koyak kain-kain berlukis mereka yang belum dijahit, lalu mereka jadikan kerudung". Allah yang menciptakan makhluknya, tentunya Dialah yang paling memahami kebutuhan dan solusi terbaik untuk makhlukNya.

Wanita & Ilmu Pengetahuan


Islam tidak membedakan antara pria dan wanita dalam kewajiban mencari ilmu dan melakukan pendalaman serta pengembangan ilmu pengetahuan; karena kewajiban menuntut ilmu dalam Islam berlaku untuk semua, sebagaimana sabda Nabi saw:

5[30] ""
Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim setiap muslim dalam hadits ini mencakup wanita dan pria, karenanya ada riwayat yang mengatakan faridhotun ala kulli muslim wa muslimah meskipun makna riwayatnya benar, tetapi lafazhnya t idak didapat dalam periwayatan yang shahih6[31] . Untuk memahami peran dan partisipasi wanita dalam mempelajari dan pengembangan ilmu pengetahuan cukup dengan mengutip beberapa riwayat-riwayat hadits dan atsar serta peristiwa sejarah, antara lain:

: .

. " : .) (
Datang seorang wanita kepada Rasulullah saw seraya berkata: Wahai Rasulullah, orangorang lelaki pergi (mendengarkan) pelajaranmu, maka buatlah untuk kami satu hari kami dapat mendatangimu mengajarkan kami apa yang Allah ajarkan kepadamu. Rasulullah saw menjawab: berkumpullah pada suatu hari tertentu , Maka Rasulullah pun bertemu dengan wanitawanita (shahabat) dan mengajarkan mereka (HR. Bukhari Muslim).

: . : .) (
Dari Ummu Athiyyah al-Anshariyah r.a berkata: wahai Rasulullah seseorang dari kami (wanita muslimah) tidak memiliki jilbab. Nabi berkata: hendaklah saudaranya memakaikannya jilbabnya (memberikan pinjaman jilbab). Muttafaq alaihi. Rasulullah saw pernah meminta asy-Syifa al-Adawiyah mengajarkan istrinya Hafshah menulis indah. Hal ini menggambarkan spirit aktivitas wanita dalam aspek pengetahuan.

: .) (
Dari Aisyah r.a berkata: Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar yang tidak segansegan memperdalam agama (Bukhari).

: : . :
Imam Zuhri berkata: kalau ilmu Aisyah r.a dihimpun dengan ilmu wanitawanita semuanya, niscaya ilmu Aisyah lebih baik. Dan Abu Umar bin Abdul Barr r.a berkata: sesungguhnya Aisyah satu-satu wanita pada masanya yang memiliki 3 ilmu: fiqh, prinsip-prinsip medis dan syair. Peran keilmuan kaum wanita setelah masa Nabi Muhammad saw juga sangat nampak dari peran-peran yang dimainkan wanita-wanita di masa tabiin dan tabi tabiin, seperti

putrinya Imam Said al-Musayyib yang mengatakan kepada suaminya yang juga murid ayahnya: Ijlis Uallimuka Ilma Said (duduklah padaku aku ajarkan ilmu-ilmunya ayahku Said). Demikian pula putri kesayangannya Imam Malik, yang senantiasa ikut serta dalam majlis ayahnya; jika ia mendengar kesalahan murid ayahnya dalam majlis ilmu dalam membaca kitab al-Muwatho, ia meralat bacaan mereka dengan cara mengetukkan pintu, lalu Imam Malik pun mengatakan kepada muridnya yang melakukan kesalahan (atas ralat putrinya tersebut): Irji fal-gholath maak (kembalilah karena kamu melakukan kesalahan). Demikian banyak wanita-wanita muslimah yang memainkan perannya dalam ilmu pengetahuan di masyarakat antara lain bisa disebutkan disini : - Ummu Khoir al-Hijaziyah mempunyai halaqah ilmiah di mesjid Jami Amr bin Ash pada abad IV H. - Al-Khatmah istri Abu Muhammad selalu membacakan kitab suaminya dan menalar kitan Ar-Risalah karangan Syeikh Abu Muhammad bin Abu Zaid setengah sebagian dari kitab Al-Muwatho - Fatimah binti Alauddin As-Samarqandi -Pengarang Tuhfatul-Fuqoha- menikah dengan Abu-Bakar Al-Kasani Malikul-Ulama -Pengarang Kitab Al-Bai Syarh kitab Tuhfatul-Fuqaha dengan mahar Qiraat Kitab Al-Badai. Yang sempat membuat sebahagian alim ulama menyebutnya sebagai orang yang: "( " mensyarah kitab Tuhfahnya dan menikahi istrinya). Sehingga fatwa-fatwanyapun bernilai plus, karena mendapat legalisir ayah dan suaminya. - Para perawi hadits dari kalangan wanita pun tidak sedikit, seperti: Abu Muslim AlFarahidi Al-Muhaddits menulis sebanyak 70 wanita perawi hadits. Istri AlHafidh AlHaitsami, anak wanita dari Syeikhnya bernama Al-Hafidh Al-Iraqi. Karimah binti Mahmud bin Hatim Al-Marwaziyah Sayyidatul-Wuzara adalah salah seorang perawi hadits-hadits Bukhari. Demikian pula Aisyah binti Hamad bin Abdul Hadi bin Abdul Hamid bin Abdul Hadi bin Yusuf bin Muhammad Al-Maqdisy yang membidangi spesialisasi hadits. - Ibnu Hajar berkata: Saya belajar kepada Zainab binti Abdullah bin Abdul Halim bin Taimiyah Al-Hanbali ( saudara kandung Imam Ahmad Ibn Taimiyah rahimahullah). Diantara murid-murid Zainab adalah: Imam Al-Hafidh Muhammad bin Nasiruddin Al-Maqdisi AsySyafii. - Masih banyak lagi sederetan wanita Berkwalitas tinggi dalam berbagai ilmu-ilmu agama, seperti: Sayyidah Nafisah binti Muhammad, Zainab binti Al-Kamal (yang mempunyai murid bernama: Imam Muhammad bin Hamzah Al-Husaini), Wazirah binti

Umar Al-Mayya ( mempunyai murid bernama Imam Muhammad bin siwar As-Subki), Zainab binti Makki (guru wanita Imam Ahmad bin Bakkar An-Nablusi dan Abdullah bin Muhid serta Umar bin Habib), Zaenab binti Abil-Qasim (yang telah diberi ijazah oleh ulama terkenal Abul-Qosim Mahmud bin Umar Az-Zamakhsyari -pengarang kitab Al-Kasysyafdan oleh Muarrikh Syihabuddin bin Khulkan), Ummu Abdul-Wahid ( ahli fiqh madzhab Syafii, disamping mempelajari ilmu-ilmu yang lain), Fatimah binti Jauhar (salah seorang guru Imam Ibnu Qoyyim), Zubaidah (istri Harun Ar-Rasyid adalah ahli Fiqh)7[32]. Al-Hafidh Jalaluddin As-Suyuthi menyelesaikan qiroat kitab Bughyatul-Wuat kepada beberapa ulama wanita pada zamannya: Ummu Hani binti Hasan Al-Hawrini, Hajar binti Muhammad Al-Misriyah, Ashilah Nasywan binti Abdullah Al-Kanani, Kamaliyah binti Muhammad bin Abu-Bakar Al-Jurjani, Amatul-Khaliq binti Abdul-Latif Al-Uqba, AmatulAziz binti Muhammad Al-Anbasi, Fatimah binti Ali bin Yasir, Khadijah binti Abil-Hasan bin Al-Mulaqqon.

Penutup.
Melihat posisi wanita dalam Islam karena kemuliaan dan penghargaan dirinya yang diberikan oleh Allah SWT dalam al-Quran dan juga oleh Nabi Muhammad saw Rasul Penutup dan Penyempurna, maka sangat benar perkataan seorang penyair Islam:


Ibu (wanita) ibarat madrasah (lembaga belajar dan mendidik), jika kamu mempersiapkannya (dengan baik) berarti kamu telah dan sedang mempersiapkan bangsa yang baik budayanya. Karenanya pula Nabi Muhammad saw di banyak haditsnya memperhatikan peran-peran wanita dan menghimbau para pendidik khususnya para ayah dan suami agar melakukan proses pendidikan terhadap kaum wanita sebagai asset bangsa dan Negara yang mampu dan ikut serta berjuang bersama kaum pria.

KEPUSTAKAAN

1. Afzalur Rahman,2007. Ensiklopediana Ilmu Dalam Al-Quran: Rujukan Terlengkap Isyarat-Isyarat Ilmiah Dalam Al-Quran. Cetakan II, Penerbit Mizania PT Mizan Pustaka, Bandung. 2. Mustanir, PERAN SAINS dan TEKNOLOGI DALAM MENDUKUNG

PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN, Disampaikan pada seminar Sains dan Teknologi, Banda Aceh 10-12 Maret 2008. 3. Heri Ruslan, REPUBLIKA - Selasa, 13 Mei 2008. Optik 4. Heri Ruslan, REPUBLIKA - Kamis, 30 Oktober 2008, kimia 5. http://en.wikipedia.org/wiki/Alchemy_and_chemistry_in_Islam 6. http://en.wikipedia.org/wiki/Jabir_ibn_Hayyan 7. http://en.wikipedia.org/wiki/Al-Razi 8. http://labitacoradealchemy.blogspot.com

9. Heri Ruslan, REPUBLIKA - Republika. Jumat, 23 Mei 2008, kedokteran 10. Heri Ruslan Kamis, 11 Desember 2008 pukul 13:39:00 11. http://3schizodhi.co.cc/?p=184--------12. Heri Ruslan REPUBLIKA - Rabu, 20 Agustus 2008 13. http://kbi.gemari.or.id/beritadetail.php?id=727--14. Rahmat Hasbi, IAIN Raden Intan Bandar Lampung Masa Depan Teknologi Islam Harian PELITA, Jakarta, Senin, 10 Juni 1996 15. http://umrahhajiplus.com/baca.php?ArtID=141 Mengapa Umat Islam Tertinggal Dalam Sains & Teknologi? 16. Republika, Jumat, 23 Maret 2007 Kemunduran Sains Umat Islam Syamsuddin Arif. 17. The Guinness Book Of Records, Published 1998, ISBN 0-5535-7895-2, P.242. 18. http//forum.detik.com 27 April 2008 19. Mengapa Revolusi Ilmu Pengetahuan Terjadi di Eropa dan Bukan di Dunia Muslim? Ditulis oleh Umar A. M. Kasule http://www.iptekita.com/content/view/19/1/ 20. Maurice Buccaile, La Bible Le Coran Et Le Science, terj. Bible, Quran dan Sains Modern oleh H.M. Rasjidi, Jakarta: Bulan Bintang, hal. 10. 21. http://hdr.undp.org 22. www.scimagojr.com Oleh :

Anda mungkin juga menyukai